• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan data statistika Kecamatan Bandar Sribhawono dalam angka (2014), Desa Bandar Agung merupakan bagian dari wilayah dari Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur. Desa ini memiliki jumlah penduduk 15.594 jiwa. Kondisi pertanian desa Bandar Agung mayoritas adalah pertanian ladang dan perkebunan dengan luas lahan perladang 7.558 Ha, sawah 14 Ha, dan pekarangan 793 Ha. Hal tersebut menjadikan sebagian besar masyarakat desa bandar agung menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama tanaman perladangan dan perkebunan. Tanaman perkebunan Desa Bandar Agung didominasi oleh cabe jawa, cengkeh, kakao, karet, kelapa dalam, kelapa sawit, lada dan beberapa tanaman lainya. Variasi tanaman tersebut sebagian besar adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi sumber penghasilan bagi warga desa Bandar Agung.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang merupakan petani kakao Desa Bandar Agung. Hasil penelitian pada tabel 7, menunjukkan bahwa responden didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 59 responden, hal ini dikarenakan mayoritas petani kakao didesa Bandar Agung adalah berjenis kelamin laki-laki. Sebanyak 57 responden berstatus menikah, dan usia responden didominasi pada rentang usia 35 sampai 50 tahun sebanyak 21 responden. Jumlah tanggungan didominasi oleh responden yang memiliki tanggungan keluarga berjumlah 3 dan 4 orang yairu sebanyak 18 dan 24 responden. Hal ini dikarenakan mayoritas responden sudah berkeluarga dan sebagai keluarga.

Tabel 5 Demografi Responden

Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 59 98,3

Perempuan 1 1.7

Status pernikahan Menikah 57 95.5

Janda/Duda 3 5.0 Usia (tahun) 21-34 7 11.6 35-50 21 35.0 51-64 19 31.7 65-80 10 16.7 81-85 3 5.0 Jumlah Tanggungan 1 3 5.0 (orang) 2 6 10.0 3 18 30.0 4 24 40.0 5 9 15.0

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden terdiri atas responden yang memiliki latar belakang tidak bersekolah sampai responden yang berpendidikan tinggi. Hasil penelitian pada Tabel 5, menunjukkan bahwa respoden memiliki latar belakan pendidikan yang berfariasi namun masih didominasi pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 51.7 %.

Tingkat pendidikan menentukan cara pandangan, cara berpikir, serta persepsi dalam pengambilan keputusan seseorang terhadap suatu masalah (Damayanti, 2014). Responden dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih responsif terhadap informasi yang didapatnya sehingga memengaruhi dalam pemahaman zakat.

Tabel 6 Tingkat pendidikan

Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase (%)

Tidak bersekolah 4 6.7

SD 31 51.7

SMP 8 13.3

SMA 14 23.3

PT 3 5.0

Sumber: Data Primer 2015 Luas perkebunan

Hasil penelitian pada tabel 9, menunjukkan luas lahan responden didominasi pada rentang 1 sampai 1,5 Ha yaitu sebesar 71,7%. Hal tersebut menunjukkan mayoritas petani adalah petani gurem dengan luas lahan yang kecil namun mayoritas petani sudah terkena kewajiban zakat pertanian dengan lahan yang mereka miliki.

Tabel 7 Luas lahan perkebunan

Luas lahan (Ha) Frekuensi Persentase (%)

<1 1 1.7

1-1.5 43 71.7

1.6-2.5 11 18.3

>2.5 5 8.3

Sumber: Data Primer 2015 Pendapatan

Pendapatan responden pada penelitian ini merupakan pendapatan kotor yang didapatkan dari penjumlahan pendapatan perkebunan kakao dan pendapatan pekerjaan sampingan dalam satu bulan. Terdapat 35 responden yang memiliki pekerjaan sampingan selain itu tidak memiliki pekerjaan sampingan selain bertani kakao. Pekerjaan sampingan yang dijalani responden yaitu: PNS, buruh bangunan, pedagang, peternak dan petani cabai, pisang, kelapa, dan karet.

Tabel 10, menunjukkan responden didominasi pada rentang pendapatan antara Rp 2.000.001,00 sampai Rp 4.000.000,00 dan 4.000.000,00 sampai 6.000.000,00 sebesar 25,0% dan 28,3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan petani kakao desa Bandara Agung tergolong tinggi.

Tabel 8 Pendapatan Per-bulan

Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase (%)

<2.000.000 0 0.0 2.000.001-4.000.000 15 25.0 4.000.001-6.000.000 17 28.3 6.000.001-8.000.000 10 16.7 8.000.001-10.000.000 7 11.7 >10.000.000 11 18.3

Sumber: Data Primer 2015

Kemampuan Membayar Petani Kakao terhadap Zakat Perkebunan Zakat perkebunan adalah zakat yang dibayarkan petani atas hasil pertanian yang dihasilkanya ketika telah mencapai nishab. Kondisi masyarakat desa Bandar Agung yang mayoritas adalah petani kakao dan beragama islam membuat mereka tidak terlepas dari kewajiban tersebut. Perhitungan nishab zakat perkebunan kakao disamakan dengan nishab zakat perniagaan, yaitu 85 gram emas atau setara dengan Rp 41.097.500 per-tahun.

Tabel 9 Sebaran kemampuan membayar zakat responden

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata

Luas lahan (Ha) 0,75 4 1,475

Hasil Produksi per-tahun (Kg) 2.200 12.300 4.667,1

Produktivitas per-tahun (Kg/Ha) 1.412,5 7.133,3 3.122,7

Input perkebunan per-tahun (Rp) 943.000 11.300.000 4.058.928

Output perkebunan per-tahun (Rp) 44.000.000 240.000.000 88.213.333

Sumeber: Data Primer 2015

Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata luas tanah responden menunjukkan bahwa 1,475 Ha, hasil produksi per-tahun sebesar 4.667,1 Kg, dan produktivitas per-tahun sebesar 3.122,7 Kg/Ha. Input perkebunan mencakup semua bahan-bahan habis pakai dalam usaha tani perkebunan. Biaya input perkebunan mengurangi hasil dari pendapatan output perkebunan untuk menjadi pendapatn bersih. Rata-rata input pertanian adalah Rp 4.058.928,00. Walaupun dapat mengurangi pendapatan usaha tani perkebunan, namun petani kakao tetap mau membayar zakat pertanian. Pada tabel 10 yang menunjukkan bahwa para petani tetap mampu untuk membayarkan zakat walaupun input pertanian yang besar.

Responden dinilai telah mencapai nishab dilihat dari nilai minimum output perkebunan per-tahun. Tabe 9 menunjukkan nilai minimum output yaitu Rp 44.000.000,00 per-tahun dengan rata-rata output pertanian sebesar Rp 88.213.333,00 per-tahun.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat yang telah mampu membayar zakat perkebunan adalah dengan luas lahan minimum dan produktivitas minimumnya sudah mencukupi. Mayoritas masyarakat yang diwakili responden yang mampu untuk membayar zakat perkebunan dapat didasarkan data tersebut sehingga dapat menjadi batasan dalam menentukan sampel penelitian.

Persepsi Petani Kakao Terhadap Zakat Perkebunan

Persepsi petani kakao pada penelitian ini dapat terwakili dengan petani yang dijadikan responden saat penelitian dilakukan. Penilaian responden terhadap pembayaran zakat pertanian dapat dilihat dari beberapa aspek penilaian yaitu ketertiban pembayaran zakat fitrah setiap tahunya, pembayaran infaq dan periodenya, pengetahuan berzakat, pengetahuan manfaat berzakat, alokasi hasil panen untuk diinfakan, dan pengetahuan tentang zakat pertanian.

Pengetahuan atas hak orang lain dalam harta yang dimiliki

Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 60 responden, menunjukkan bahwa 33 responden (55%) menyatakan mengetahui atas hak orang lain dalam harta yang dimiliki. Adapun 27 responden (45%) menyatakan tidak tahu mengenai hal tersebut. Mayoritas responden yang menyatakan tidak tahu beralasan bahwa belum pernah mengetahui tentang hal tersebut sebelumnya baik mendengar secara langsung, dari buku agama ataupun sumber lain atau belum pernah mendapatkan sosialisasi.

Seseorang yang menyadari bahwa terdapat hak orang lain dalam harta yang dimiliki maka akan lebih mudah menafkahkan hartanya dalam bentuk zakat, infaq, dan shadaqah. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah berikut.

Berikan kerabat, fakir miskin, dan orang yang terlantar dalam perjalanan hak masing-masing. yang demikian itu lebih baik bagi mereka yang mencar wajah Allah dan merekalah yang akan berjaya." (Qs. Ar-Rum:38).

Gambar 4 Pengetahuan atas hak orang lain dalam harta yang dimiliki

Pengetahuan manfaat berzakat

Pengetahuan tentang manfaat berzakat akan memotifasi responden dalam melakukan pembayaran zakat, baik zakat fitrah maupun zakat maal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 responden (40%) responden memilih menolong fakir/miskin, responden yang memilih demikian berpendapat bahwa kasihan dengan masyarakat miskin, sehingga dengan dana zakat dapat membantu masyarakat fakir/miskin disekitarnya.

55%

45% TAHU

Sebanak 16 responden (27%) memilih wujud keimanan, responden yang memilih demikian berpendapat bahwa dengan membayar zakat merupakan pelengkap ibadah seseorang. Sebanyak 10 responden (16%) memilih menunaikan kewajiban. Responden beralasan bahwa hukum zakat adalah wajib dan sebagai umat yang taat tidak dapat meninggalkanya.

Responden yang memilih membersihkan harta memiliki kesamaan dengan yang memilih wujud keimanan, yaitu sebesar 10 responden (17%). Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah mengerti betul atas fungsi zakat yang dibayarkan yaitu sebagai pembersih harta sebelum dikonsumsi.

Gambar 5 Pengetahuan manfaat berzakat Infaq dan periodenya

Terdapat kebiasaan berinfaq pada masyarakat desa Bandar Agung. kebiasaan tersebut diberi nama jimpitan beras, yaitu kegiatan infaq berupa beras dengan jumlah yang berfariasi tergantung kemampuan dan dikumpulkan setiap satu bulan sekali untuk diberikan kepada anak yatim yang kurang mampu di desa tersebut. Selain itu, setiap tahun dilaksanakan santunan anak yatim yang merupakan menjadi salah satu perayaan desa. Dengan demikian desa Bandar Agung memiliki kesadaran berinfaq dan shadaqah yang cukup tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 38 responden (63%) menyatakan rutin membayar infaq. Responden yang rutin membayar infaq diberikan ke masjid pada saat sholat jumat, dan mengikuti jimpitan. Adapun sebanyak 22 responden (37%) menyatakan tidak rutin dikarenakan tidak mengikuti jimpitan, melakukan shadaqah yang sifatnya insidental dan lingkungan yang jauh dari masjid.

Gambar 6 Pembayaran infaq

Diantara 38 responden yang menyatakan rutin membayar infaq, terdapat 12 responden (57%) membayar infaq perminggu dan 16 responden (43%) membayar infaq perbulan. 16% 27% 17% 40% MENUNAIKAN KEWAJIBAN WUJUD KEIMANAN MEMBERSIHKAN HARTA MENOLONG FAKIR/MISKIN 63% 37% YA TIDAK

Gambar 7 Periode pembayaran infaq

Data tersebut menunjukkan tentang pengetahuan, perilaku dan pengalokasian dana terhadap infaq dan sedekah responden. Hasil tersebut menunjukkan mayoritas responden peduli terhadap pengalokasian dan pengeluaran dana infaq dan sedekah yang diberikan kepada golongan masyarakat yang kurang mampu.

Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan berinfaq pada masyarakat desa Bandar Agung. kebiasaan tersebut adalah kegiatan jimpitan beras, yaitu kegiatan infaq berupa beras dengan jumlah yang berfariasi tergantung kemampuan dan dikumpulkan untuk diberikan kepada anak yatim yang kurang mampu di desa tersebut. selain itu setiap tahun dilaksanakan santunan anak yatim yang merupakan menjadi salah satu perayaan desa. Sehingga di desa tersebut memiliki kesadaran berinfaq dan bersedekah yang cukup tinggi.

Mengalokasikan hasil panen untuk diinfaqkan

Menuju pada pembahasan yang lebih khusus, disini akan dikaji bagaimana petani kakao desa bandaragung memperlakukan hasil panen yang mereka hasilkan dengan mengalokasikan kepada infaq ataupun zakat.

Dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 43 responden (72%) mengatakan ‘ya’. Mereka mengalokasikan kepada orang tua, tetangga yang kurang mampu, kepada anak kecil dll. Sebanyak 17 responden (28%) menyatakan ‘tidak’ hal ini dikarenakan beberapa responden tidak memiliki alokasi khusus terhadap hasil panen yang dimiliki.

Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden belum memahami betul tentang hak yang ada dalam setiap hasil pertanian. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah berikut.

Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman berkisi-kisi dan yang tidak berkisis-kisi, pohon kurma, tanaman yang beraneka macam buahnya, zaitun dan buah delima yang serupa dan tiada serupa. Makanlah buah bila berbuah, dan berikanlah haknya waktu memetik hasilnya” (Al-anam:141)

0% 43% 57% 0% PER HARI PER MINGGU PER BULAN PER TAHUN

Gambar 8 Mengalokasikan hasil panen untuk diinfakkan

Mengetahui tentang zakat pertanian

Dari hasil penelitian banyak responden yang menyatakan ‘tidak’ yaitu sebanyak 50 responden (83%) hal ini dikarenakan mayoritas responden belum pernah mendengar tentang zakat perekbunan. Responden yang menyatakan ‘ya’ sebanyak 10 responden (17%) berpendapat bahwa mereka mengetahui bahwa zakat pertanian merupakan bagian dari zakat maal namun mereka belum mengamalkan dengan beberapa kendala yaitu: mayoritas masyarakat sekitar belum mengamalkan zakat perkebunan dan tidak ada lembaga yang mengawasi dan mengurusi secara khusus di desa tersebut.

Gambar 9 Pengetahuan tentang zakat pertanian

Mengamalkan zakat pertanian

Dari hasil penelitian banyak responden yang menyatakan ‘tidak’ yaitu sebanyak 57 responden (95%). Responden yang menyatakan ‘ya’ yaitu sebanyak 3 responden (5%). Responden beralasan bahwa mereka melakukan pembayaran zakat pertanian dengan menyisihkan Rp 2.500,00 setiap mendapatkan penghasilan dari kebun sebesar Rp 100.000,00 kemudian mereka kumpulkan untuk dibayarkan kepada masjid ataupun tetangga yang kurang mampu. Dari 3 responden yang membayar zakat perkebunan, 2 diantaranya sudah menunaikan ibadah haji dan yang lainya belum.

72% 28% YA TIDAK 17% 83% YA TIDAK

Gambar 10 Pengamalan zakat pertanian

Data tersebut menunjukkan tentang pengalokasian dana dari hasil perkebunan kakao terhadap dan pembayaran zakat responden. Hasil tersebut menunjukkan mayoritas responden mengalokasikan hasil panen yang dihasilkanya untuk diinfakkan namun mayoritas dari mereka belum membayarkan zakat perkebunan.

Estimasi Willingnes To Pay Petani Kakao terhadap Zakat Pertanian Estimasi besarnya nilai zakat perkebunan yang ingin dibayarkan petani kakao atas hasil perkebunan kakao menggunakan pendekatan analisis Contingen Valuation Method (CVM). Nilai besarnya nilai zakat yang ingin dibayarkan disesuaikan berdasarkan nishab hasil yang didapatkan dapat melebihi atau kurang dari nishab. Hasil dari pelaksanaan CVM sebagai berikut :

Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Sebanyak 57 respoonden (95%) bersedia membayar dan lainya tidak bersedia membayar.

Tabel 10 Sebaran kesediaan membayarresponden terhadap zakat pertanian Kesediaan membayar Jumlah responden Persentase (%)

Ya 57 95.0

Tidak 3 5.0

Jumlah 60 100.0

Dari tabel menunjukkan bahwa sebanyak 57 responden mau membayar zakat dengan pembagian bahwa 23 responden mau membayar zakat sama dengan atau melebihi kewajiban yang ditentukan. Sedangkan 34 responden lainya mau membayar kurang dari kewajiban yang ditentukan. Sebaran alasan kesediaan membayar responden terhadap zakat perkebunan adalah sebagai berikut.

Tabel 11 Sebaran alasan kesediaan membayar

Alasan Sama dengan atau melebihi

kewajiban (orang) Kurakewajiban ng dari (orang)

Bentuk kewajiban kepada Allah 8 14

Menolong fakir/miskin 5 19 Membersihkan harta 10 1 Jumlah 23 34 5% 95% YA TIDAK

Secara umum responden yang membayar lebih dari kewajiban dan kurang dari kewajiban menyatakan bahwa zakat merupakan ibadah dan kewajiban setiap umat muslim untuk memenuhinya, menolong fakir/miskin atas kekurangan harta yang mereka sandang, serta membersihkan harta sebelum dikonsumsi. Responden yang membayar sama dengan atau melebihi nishab zakat menyatakan menyatakan bahwa membersihkan harta merupakan alasan mayoritas yang dipilih responden tersebut.

Sebanyak 3 responden tidak mau membayar zakat dikarenakan beberapa alasan dijelaskan oleh sebaran berikut.

Tabel 12 Sebaran alasan tidak bersedia membayar

Alasan Responden (orang)

Banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi 2

Merasa tidak mampu 1

Jumlah 3

Responden yang tidak bersedia membayar, dengan alasan responden merasa tidak dapat mengalokasikan penghasilan mereka secara khusus dikarenakan banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi dan merasa tidak mampu untuk membayar zakat perkebunan.

Membangun Pasar Hipotesis

Berdasarkan sekenario yang telah di berikan pada saat penelitian, mengenai Aktivitas perkebunan petani kakao Desa Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur yang memiliki produktivitas dan provit yang relatif tinggi. Sebagai umat muslim yang taat beragama sekaligus subjek zakat, mereka memiliki kewajiban untuk menunaikan zakat perkebunan dari hasil perkebunan ketika telah mencapai nishab.

Mendapatkan Nilai WTP

Berdasarkan nilali lelang akan diperoleh dari hasil survei langsung berupa

double-bounded dichotomus question. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan penawaran kepada responden mengenai kemauannya berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar dimulai dari nilai awal sebagai starting point

yaitu nilai kewajiban zakat yang harus dibayarkan responden.

Apabila responden bersedia maka penawaran dinaikkan hingga tawaran tertinggi yang mampu dibayarkan. Dan apabila responden tidak bersedia maka tawaran akan diturunkan hingga tawaran terendah yang mampu dibayarkan. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP

Dugaan nilai rataan WTP (EWTP) diperoleh dari perhitungan berdasarkan distribusi WTP responden. Nilai tersebut dijadikan kelas WTP dan diurutkan nilai WTP terkecil hingga terbesar. Hasil perhitungan EWTP pada penelitian ini, didapatkan dugaan rataan WTP terhadap pembayaran zakat pertanian setiap hasil Rp 1.000.000,00 sebesar Rp 17.647,00 per-bulan. Nilai tersebut mencerminkan besarnya kesediaan membayar responden terhadap zakat perkebunan.

Hal ini belum memenuhi kewajiban zakat yaitu 2,5% dari hasil perkebunan atau Rp 25.000,00 setiap mendapatkan hasil Rp 1.000.000,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani hanya mampu memenuhi 70,6% dari total kewajiban zakat yang harus dibayarkan sehingga didapatkan bahwa petani belum mau untuk membayar zakat memenuhi kewajiban yang seharus dibayarkan.

Kurva Willingness To Pay

Kurva WTP responden dibentuk menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang memilih suatu nilai WTP. Adapun kurva tersebut dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 11 WTP responden terhadap pembayaran zakat pertanian

Hubungan kurva ini adalah mengambarkan tingkat WTP zakat perkebunan yang bersedia dibayarkan dengan responden ke-i yang bersedia membayar pada tingkat WTP tersebut. Kurva tersebut menunjukkan pembagian yang jelas terhadap orang yang mau membayar zakat dan tidak.

Kurva tersebut menunjukkan slope negatif, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar zakat yang harus dibayarkan responden maka semakin sedikit responden yang mau membayar. Hal ini sesuai dengan firman Allah.

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (Al-Ma'arij: 19)

Faktor-Faktor Yang Kemauan Membayar Zakat Perkebunan

Pengolahan data untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi WTP dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan menggunakan metode Enter yang dijelaskan pada Lampiran 2. Hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel 15, didapatkan nilai percentage correct sebesar 90,0%, hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan hasil klasifikasi menunjukkan persentase ketepatan sebesar 90,0%. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan sudah layak.

Pada Tabel 15, Omnibus Tests of Model Coefficients dihasilkan tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.01 dengan G2-Chi-square sebesar 53.000, sehingga

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 1 3 6 8 10 13 15 18 21 25 29 31 33 36 40 43 45 47 49 52 54 56 N ilai WT P Responden ke-i WTP

terjadi penolakan terhadap H0 yang artinya bahwa terdapat minimal satu variabel independen yang mempunyai hubungan positif dan berpengaruh nyata dengan variabel dependen. Hal ini menunjukkan bahwa model pada tingkat kepercayaan 99%, berpengaruh nyata terhadap peluang kesediaan dan ketidaksediaan responden untuk membayar zakat pertanian

Berdasarkan pada Tabel 15, hasil output dari Model Summary didapatkan nilai Nagelkerke R Square 0.797 dengan nilai Cox & Snell R Square 0.587 dapat diartikan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan model sebesar 79.7% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Tabel 13 Hasil output regresi loistik pada classification tabel, Omnibus test of model coefficients, Model Summary, dan Hosmer and Lemeshow test

Clasification Tabel

Overall Percantage 90.0

Omnibus Test of Model Coefficients Chi-square 53.000 Df 6 Sig. 0.000 Model Summary -2 Log Likelihood 26.881

Cox & Snell R Square

0.587

Nagelkerke R Square

0.797

Hosmer and Lemeshow test Chi-square 5.222 Df 8 Sig. 0.734 Selanjutnya dengan uji kebaikan model dengan metode Hosmer and Lemeshow Test, diperoleh nilai Chi-square sebesar 5.222 dengan signifikan 0.734 yang lebih besar dari α 10%, sehingga model regresi logistik yang dihasilkan dinyatakan baik. Berikut adalah model regresi logistik yang dihasilkan dari tabel

variable in the Equation :

Zi = -27.855 + 3.500KMNi + 3.281ALTi + 0.33PDDi +2.487 Dngaji(1) Model regresi logistik tersebut menunjukkan bahwa variabel berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95% dan 90%. Variabel keimanan, alturisme dan mengikuti pengajian berpengaruh nyata pada α < 0,1 yaitu 0.80; 0.096; dan 0.05, sedangkan untuk variabel pendidikan berpengaruh nyata pada α < 0.05 yaitu 0.02. variabel penghargaan dan kepuasan diri tidak berpengaruh nyata pada model.

Tabel 14 Hasil pendugaan parameter logit Observed Predicted ZAKAT Percentage Correct Tidak mau

membayar membayar Mau

ZAKAT Tidak mau membayar 34 3 91.9

Mau membayar 3 20 87.0

Overall Percentage 90.0

Tabel 15 Hasil analisis regresi logistik pada tabel variable in thr equation

Variabel B Sig. Exp(B)

Keimanan (KMN) 3.500 0.080** 33.131

Penghargaan (PHR) 0.815 0.460 2.259

Alturisme (ALT) 3.281 0.096** 26.611

Kepuasan Diri (KPD) -0.630 0.966 0.939

Tingkat Pendidikan (PDD) 0.330 0.020* 1.401

Dummy mengikuti pengajian (Dngaji) 2.487 0.050** 12.026 *Signifikan pada taraf 5%

**Signifikan pada taraf 10%

Tabel 16 ditunjukkan hasil pendugaan parameter model logit yang menjelaskan ketepatan dari hasil pendugaan oleh model. Hasil pendugaan mengkalisikasikan bahwa petani yang tidak mau membayar zakat perkebunan adalah 91,9%. Hal tersebut menunjukkan bahwa jawaban awal responden yang menyatakan tidak mau membayar zakat sebesar 37 orang, 34 dari total menyatakan tidak mau membayar dan 3 lainya menyatakan mau membayar. Hasil pendugaan mengkalsifikasikan bahwa petani yang mau membayar zakat perkebunan sebesar 87%. Hal ini menunjukkan bahwa jawaban awal responden yang menyatakan mau membayar zakat sebesar 23 orang, 20 dari total mau membayar zakat dan 3 lainya menyatakan tidak mau membayar.

Variabel keimanan memiliki Odd Ratio berdasarkan nilai Exp(B) sebesar 33,131, menunjukkan bahwa petani yang memiliki tingkat keimanan relatif tinggi mempunyai peluang kesediaan membayar 33,131 kali lebih besar dibandingkan petani yang memiliki tingkat keimanan relatif rendah, ceteris paribus. Dalam hal ini, tingkat keimanan berpengaruh positif terhadap pembayaran zakat pertanian. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang maka responden akan semakin paham kedudukan zakat dalam agamanya, sehingga akan semakin sadar untuk mengeluarkan kewajiban zakat dari harta mereka. Sebagaimana kisah yang terjadi pada zaman Abu Bakar yang saat itu menjabat sebagai khalifah. Beliau bersikap tegas terhadap orang-orang yang lemah imannya, yang bersikap sombong, tidak mau mengeluarkan zakat meskipunmereka memiliki kemampuan untuk berzakat. Sehingga pada akhirnya mereka pun diperangi sehingga mereka kembali kepada ajaran agama Islam (membayar zakat) (Qardhawi, 2011).

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi tuhanya. Tidak ada kehawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka

bersedih.”(Qs. Al-Baqarah: 277)

Variabel alturisme memiliki Odd Ratio berdasarkan nilai Exp(B) sebesar 26,611, menunjukkan bahwa yang memiliki tingkat alturisme relatif tinggi mempunyai peluang kesediaan membayar 26,611 kali lebih besar dibandingkan yang memiliki tingkat alturisme relatif rendah, ceteris paribus. Dalam hal ini, alturisme berpengaruh positif terhadap pembayaran zakat pertanian. Alturisme merupakan faktor lain seseorang untuk mengeluarkan zakat, semakin tinggi rasa alturisme seseorang maka akan semakin meningkatkan kepedulian sosial responden terhadap fakir, miskin, dan orang yang membutuhkan pertolonagn. Sebagaimana Allah selalu memerintahkan untuk bersedekah atas dasar rasa kemanusiaan, yang tertulis dalam surat Alma’un yang artinya:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang

miskin.”(Qs. Alma’un: 1-3)

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian muda (2006), yang menyatakan bahwa altruisme diidentifikasi sebagai faktor utama yang memengaruhi individu untuk membayar zakat dan diikuti oleh faktor agama seperti tingkat keimananiman dan keyakinan.

Variabel tingkat pendidikan memiliki Odd Ratio berdasarkan nilai Exp(B) sebesar 1,401, menunjukkan bahwa yang berpendidikan lebih tinggi mempunyai peluang kesediaan membayar 1,401 kali lebih besar dibandingkan yang

Dokumen terkait