• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Sampel

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini menganalisis pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan yang masuk ke dalam Indeks Saham LQ45 dengan menggunakan SEM. Penelitian ini menggunakan data laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan tahun 2013 dari 32 perusahaan sampel. Perusahaan yang termasuk dalam penelitian adalah perusahaan yang masuk ke dalam Indeks Saham LQ45 pada periode 2009-2013. Perusahaan yang masuk ke dalam Indeks Saham LQ45 berasal dari sektor usaha yang berbeda. Berikut distribusi perusahaan sampel berdasarkan sektor usaha pada Tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3 Distribusi perusahaan sampel berdasarkan sektor usaha

No. Sektor Usaha Jumlah Persentase

1 Pertanian 3 9,38 2 Pertambangan 8 25,00 3 Industri Dasar 1 3,13 4 Aneka Industri 1 3,13 5 Barang Konsumsi 5 15,63 6 Properti 3 9,38 7 Infrastruktur 4 12,50

8 Perbankan dan Keuangan 5 15,63

9 Perdagangan dan Jasa 1 3,13

10 Manufaktur 1 3,13

Jumlah 32 100

Sumber : Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa perusahaan dari sektor pertambangan merupakan sektor usaha yang paling dominan masuk ke dalam Indeks Saham LQ45 selama periode 2009-2013 yaitu sebanyak 25 persen. Selanjutnya diikuti sektor perbankan dan keuangan (15,63 %) serta sektor barang konsumsi (15,63 %).

Hasil Perhitungan Kinerja Finansial dan Kinerja Saham Perusahaan

Penelitian ini menganalisis pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang dimaksud dapat dilihat dari kinerja finansial dan kinerja saham perusahaan. Analisis kinerja finansial dan kinerja saham perusahaan dilakukan dengan melihat indikator kinerja finansial dan kinerja saham perusahaan berdasarkan laporan keuangan tahun 2013. Seperti yang terlihat pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat dua perusahaan yang memperoleh DAR di atas 1 yaitu BUMI (1,04) dan UNVR (1,21) yang merupakan perusahan yang memiliki DAR terbesar. Hal ini berarti total hutang Unilever dibandingkan dengan aset terbesar dibanding seluruh perusahaan sampel. Sedangkan nilai DAR paling kecil terdapat pada perusahaan KLBF (0,04).

Tabel 4 Perhitungan DAR, DER, ROA, ROE, NPM, PBV dan EPS tahun 2013

Kode Emiten DAR DER ROE ROA NPM PBV EPS

Astra Agro Lestari Tbk (AALI) 0.31 0.46 18.53 12.72 15.01 4.26 1,143.93

Adaro Energy Tbk (ADRO) 0.53 1.11 7.18 3.40 6.98 0.96 88.70

Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) 0.41 0.71 3.20 1.87 3.63 0.82 42.98 Astra International Tbk (ASII) 0.50 1.02 21.00 10.42 11.50 2.79 479.63

Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) 0.63 1.71 16.68 6.17 24.15 1.88 44.62

Bank Central Asia Tbk (BBCA) 0.87 6.76 22.29 2.87 41.59 4.00 578.13

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 0.88 7.11 19.00 2.34 34.24 1.78 485.52 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 0.87 6.89 26.29 3.41 35.91 2.78 865.22

Bank Danamon Tbk (BDMN) 0.83 4.84 13.18 2.26 20.66 1.36 421.68

Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 0.88 7.26 21.21 2.57 37.50 2.19 780.16

Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) 0.41 0.68 21.66 12.87 50.61 1.76 153.82

Bumi Resources Tbk (BUMI) 1.04 (24.12) 217.89 (9.42) (18.61) (29.54) (359.72) Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) 0.37 0.58 25.41 16.08 9.85 5.75 154.34

XL Axiata Tbk (EXCL) 0.62 1.63 6.75 2.56 4.86 2.92 121.02

Gudang Garam Tbk (GGRM) 0.42 0.73 14.90 8.63 7.91 2.85 2,249.76

Harum Energy Tbk (HRUM) 0.18 0.22 12.55 10.32 5.92 1.62 189.92

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) 0.38 0.60 16.85 10.51 8.91 4.62 381.63

Vale Indonesia Tbk (INCO) 0.25 0.33 2.25 1.69 4.19 1.30 47.73

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) 0.51 1.04 8.90 4.38 5.92 1.50 285.16

Indika Energy Tbk (INDY) 0.61 1.58 (0.74) (0.29) (1.17) 0.27 (34.70)

Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) 0.14 0.16 21.81 18.84 26.82 3.41 1,361.02 Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) 0.31 0.44 23.91 16.56 10.58 2.73 942.68 Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) 0.62 1.61 11.39 4.36 12.02 3.09 196.52

Kalbe Farma Tbk (KLBF) 0.04 0.05 23.18 17.41 12.31 7.40 37.80

Lippo Karawaci Tbk (LPKR) 0.55 1.21 11.23 5.09 23.89 1.52 53.22

PP London Sumatera Tbk (LSIP) 0.17 0.21 11.62 9.64 18.59 2.10 112.78

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) 0.37 0.60 32.78 20.49 29.78 3.73 435.56 Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) 0.35 0.55 24.55 15.88 16.54 3.52 792.55 Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) 0.29 0.41 24.56 17.39 21.85 4.24 905.37 Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) 0.39 0.65 26.21 15.86 24.46 2.98 140.92

United Tractors Tbk (UNTR) 0.38 0.61 13.46 8.37 9.41 2.09 1,295.85

Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 1.21 2.14 125.81 71.51 17.40 36.00 701.52 Sumber : Laporan keuangan perusahaan (diolah)

Indikator DER dari seluruh perusahaan sampel terdapat satu perusahaan yang memiliki nilai DER negatif yaitu perusahaan BUMI (24,12). Jika dilihat dari nilai indikator dapat dikatakan bahwa ekuitas perusahaan Bumi Resources tidak dibiayai oleh hutang. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Jika dilihat dari seluruh nilai indikator yang dimiliki oleh perusahaan Bumi Resources diketahui bahwa laba bersih dan kinerja saham bernilai negatif. Hal ini berarti kinerja keuangan Bumi Resources dalam kondisi yang tidak baik. Sedangkan nilai

DER terbesar dimiliki oleh BMRI (7,26) yang artinya Bank Mandiri memiliki ketergantungan hutang yang paling besar untuk membiayai modalnya.

Rasio profitabilitas pada indikator ROE, nilai terkecil ada pada perusahaan INDY (-0,74) yang berarti tingkat pengembalian atas modal pada perusahaan Indika Energy mengalami kerugian. Sedangkan ROE terbesar dimiliki oleh perusahaan BUMI (217,89) yang berarti tingkat pengembalian atas ekuitas Bumi Resources terbesar diantara perusahaan sampel. Hal ini dapat diakibatkan oleh tidak adanya hutang BUMI pada pihak luar (DER negatif). Tingkat pengembalian atas asset (ROA) terendah dimiliki oleh BUMI yang bernilai negatif (-9,42). ROA tertinggi terdapat pada perusahaan UNVR (71,51). Asset Unilever mampu memberikan tingkat pengembalian tertinggi. Laba bersih (NPM) terendah diperoleh oleh BUMI (-18,61) dan tertinggi diraih oleh BSDE (50,61). Kemampuan manajemen Bumi Serpong Damai dalam mencetak laba bersih yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor dalam memutuskan berinvestasi pada perusahaan ini. Sebagai perusahaan properti, Bumi Serpong Damai juga sebaiknya meningkatkan image perusahaan dengan melaksanakan CSR dan mengungkapkan CSR yang telah dilakukan ke dalam laporan tahunan perusahaan.

PBV bernilai negatif pada BUMI (-29,54), hal ini berarti harga pasar saham terhadap nilai buku saham sangat kecil. PBV tertinggi terdapat pada perusahaan CPIN (5,75) yang menggambarkan bahwa harga pasar saham terhadap nilai buku saham Charoen Pokphand Indonesia paling tinggi dari seluruh perusahaan indeks LQ45 yang masuk pada periode 2009-2013. PBV yang tinggi menggambarkan kinerja finansial yang baik bagi perusahaan.

Kinerja saham yang ditunjukkan oleh indikator Earning Per Share (EPS) terendah diperoleh oleh BUMI (-359,72). Hal ini berarti kinerja saham BUMI sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh kerugian yang dialami oleh perusahaan tersebut pada tahun 2013 (NPM negatif). Kinerja saham terbesar dicapai oleh GGRM (2249,76). Hal ini berarti kemampuan perusahaan Gudang Garam paling baik dalam meningkatkan kinerja sahamnya. Kinerja saham yang baik akan mendorong minat investor untuk berinvestasi.

Analisa Model Awal

Penelitian ini menggunakan metode analisis Struktural Equation Modeling

(SEM) dengan software Smart PLS versi 3.0 dalam menganalisis model hubungan diantara peubah laten yaitu CSR, Kinerja Finansial (KF) dan Kinerja Saham (KS). Peubah laten tersebut memiliki indikator masing-masing. Peubah laten CSR memiliki enam indikator yaitu ekonomi, HAM, lingkungan, masyarakat, sosial dan tanggung jawab produk. Peubah laten KF menggunakan lima indikator yaitu DAR, DER, NPM, ROA dan ROE. Peubah laten KS memiliki dua indikator yaitu PBV dan EPS. Model hubungan antara peubah laten dan indikator pada penelitian ini ditunjukkan oleh model reflektif. Hasil SEM dapat dilihat pada Lampiran 2.

Perbaikan model dilakukan dengan melihat koefisien peubah laten dengan indikatornya. Jika nilai loading factor di bawah 0,7 (Ghozali, 2008) harus dikeluarkan dari dari model. Analisis pada model awal (Gambar 6) dilakukan dengan mengeluarkan peubah yang memiliki nilai loading factor paling rendah dibandingkan peubah lainnya. Selanjutnya melakukan pengujian ulang. Tahap pertama dilakukan dengan mengeluarkan indikator ROE (-0,467) pada peubah

laten KF. Proses ini berlangsung satu persatu dengan mengeluarkan nilai loading factor di bawah 0,7 dari setiap model baru yang dihasilkan dari proses iterasi sebelumnya sampai ditemukan suatu model dimana tidak ada lagi nilai loading factor di bawah 0,7 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.

Sumber: Data primer diolah (2015)

Gambar 6 Model awal diagram path SEM pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja finansial dan kinerja saham perusahaan

Setelah melakukan tahap pengeluaran terhadap model awal maka terbentuk model akhir seperti pada Gambar 7. Hasil analisis model akhir (Gambar 7) menunjukan nilai loading factor pada peubah laten CSR adalah lingkungan (0,879), masyarakat (0,903) yang memiliki nilai lebih dari 0,7 (Ghozali, 2008). Hal tersebut menyatakan bahwa indikator tersebut valid dalam mengukur peubah laten. Artinya dapat dikatakan bahwa terlaksananya CSR yang baik ketika kedua indikator tersebut dapat dilakukan dengan optimal. Indikator masyarakat memiliki interelasi yang paling besar dalam merefleksikan variabel CSR dengan nilai

loading factor 0,903. Perusahaan diharapkan selalu memperhatikan masyarakat di sekitar daerah operasionalnya.

Sumber: Data primer diolah (2015)

Gambar 7 Model akhir diagram path SEM pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan dan kinerja saham perusahaan

Perusahaan harus mampu melakukan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang diantaranya bidang kesehatan dan pendidikan. Program CSR bidang kesehatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk masyarakat sekitar adalah seperti pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara gratis, kegiatan

donor darah, bakti sosial, kegiatan olahraga dan pemberian sumbangan untuk penyediaan fasilitas kesehatan masyarakat sebagai bentuk kepedulian sosial pada masyarakat sekitar operasional perusahaan. Kesehatan masyarakat yang terjaga akan berdampak pada tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas bagi perusahaan. Selain itu, kegiatan CSR dalam bidang kesehatan ini juga akan memberikan citra positif untuk perusahaan.

Selanjutnya pada indikator lingkungan yang juga merupakan indikator yang merefleksikan CSR. Jika dilihat dari jumlah sampel penelitian, perusahaan sektor pertambangan adalah sektor usaha yang paling dominan masuk ke dalam Indeks Saham LQ45. Sektor ini merupakan sektor yang menggunakan sumber daya alam dalam operasi usahanya sehingga sangat terkait dengan lingkungan. Perusahaan harus mampu menjaga lingkungan agar dapat memiliki citra yang baik,

Program CSR yang diimplementasikan perusahaan pada indeks saham LQ45 di bidang lingkungan adalah dengan komitmen tinggi untuk menjalankan ketentuan yang diatur dalam undang-undang lingkungan nomor 32 tahun 2009. Undang-Undang tersebut menjelaskan tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan mengupayakan penggunaan sistem, teknologi, metode, peralatan, dan bahan-bahan yang memiliki dampak negatif minimal bagi lingkungan dalam setiap kegiatan operasional perusahaan serta melakukan upaya pencegahan pencemaran lingkungan dan pengendalian dampaknya. Hal ini dapat direalisasikan dengan program penanaman pohon di dalam maupun di luar daerah operasional perusahaan dengan tanaman yang mampu menyerap emisi gas rumah kaca, melakukan pengolahan limbah yang tepat, melakukan penanaman pohon guna menghindari banjir dan menjaga keseimbangan alam serta kegiatan lain yang dapat menjaga lingkungan sekitarnya

Indikator yang valid mencerminkan peubah laten KF seperti pada Gambar 7 adalah ROA (1),000. ROA adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki. Perusahaan yang memiliki pengembalian atas aset yang tinggi mencerminkan kinerja finansial perusahaan yang baik. Investor menilai kinerja perusahaan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki.

Sedangkan pada peubah laten KS, indikator PBV (bernilai 1) menunjukkan nilai yang valid dalam mencerminkan kinerja saham. Kinerja saham dapat dilihat dari return saham. PBV dapat memprediksi tingkat return saham. Semakin tinggi nilai PBV menunjukkan perusahaan semakin dipercaya artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi untuk memberikan return saham pada investor. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Damayanti (2009) yang menyatakan bahwa rasio PBV memiliki hubungan yang nyata dengan return saham.

Evaluasi Model Pengukuran Mode Reflektif

Yamin dan Kurniawan (2011) mengatakan bahwa evaluasi model pengukuran adalah evaluasi hubungan antar konstruk laten dengan indikatornya. Penelitian ini menggunakan model outer-reflective. Analisis model outer-reflective dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu evaluasi terhadap convergent validity dan discriminant validity. Convergent validity dapat dievaluasi dengan tiga tahap, yaitu validitas setiap indikator yang sudah dilakukan pada pembahasan

sebelumnya (melihat nilai loading factor), Average Variance Extracted/AVE. dan

composite reliability (reliabilitas) atau reliabilitas konstruk.

Tabel 5 menunjukkan nilai outer loading pada indikator lingkungan, masyarakat, ROA dan PBV memiliki nilai lebih dari 0,7 (Ghozali 2008). Artinya indikator-indikator tersebut memiliki hubungan yang valid dan baik sebagai indikator yang mengukur konstruknya. Pada peubah CSR, hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan secara berkelanjutan melakukan kegiatan yang terkait dengan lingkungan dan masyarakat. Kedua hal tersebut menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan sebagai bagian yang paling terkena dampak operasional perusahaan. Isu lingkungan dan masyarakat merupakan isu yang paling sensitif dalam mempengaruhi citra perusahaan.

Tabel 5 Nilai outerloadings

CSR KF KS

Lingkungan 0,879

Masyarakat 0,903

ROA 1

PBV 1

Sumber : Hasil olahan data dengan Smart PLS (2015)

Pada peubah kinerja finansial, indikator ROA mampu menggambarkan kinerja finansial. Investor sangat mempertimbangkan ROA perusahaan dalam memutuskan berinvestasi pada sebuah perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan harus mampu meningkatkan kinerja finansialnya terutama indikator tersebut.

Pada peubah kinerja saham direfleksikan oleh indikator PBV. PBV ditunjukkan dalam perbandingan antara harga saham dan nilai bukunya. PBV digunakan untuk melihat kewajaran harga saham. Jika PBV rendah menunjukkan harga sahamnya murah.

Tabel 6 Ringkasan model akhir

AVE Composite Reliability Cronbach’s Alpha R Square

CSR 0,794 0,885 0,741

KF 1 1 1 0,002

KS 1 1 1 0,695

Sumber : Hasil olahan data dengan Smart PLS (2015)

Pengukuran validitas menggunakan AVE menggambarkan besarnya varian atau keragaman variabel manifes yang dapat dikandung oleh peubah laten. Dalam penelitian ini nilai AVE untuk masing-masing peubah dapat dilihat pada Tabel 6, nilai AVE peubah laten CSR sebesar 0,794, kinerja finansial 1 dan kinerja saham 1, dimana nilai tersebut sudah diatas nilai standar 0,5 yang artinya indikator valid. Sedangkan pengukuran validitas dengan menggunakan Composite Reliability

(CR) digunakan untuk melihat internal consistency reliability. Nilai CR pada penelitian ini adalah CSR (0,885), KF (1) dan KS (1). Nilai tersebut telah di atas nilai standar 0,7. Hal ini dapat dikatakan adanya konsistensi pada variabel yang diukurnya. Selain CR, kriteria pengukuran untuk melihat internal consistency reliability adalah nilai Cronbach’s Alpha (CA). Standar CA dikatakan valid

adalah 0,7. Pada penelitian ini nilai CA peubah CSR (0,784), KF (1) dan KS (1) yang artinya terdapat konsitensi pada variabel yang diukur. Hasil penilaian standar nilai pada mode reflektif dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil penilaian kriteria dan nilai standar mode reflektif

No Kriteria Penjelasan Standar Hasil Penilaian 1 Loading Factor Kekuatan indikator dalam merefleksikan laten ≥ 0,7 Semua indikator memiliki loading factor≥ 0,7 2 Composite reliability Konsistensi internal > 0,7 CSR = 0,841 KF = 0,869 KS = 1 3 Cronbach’s alpha Konsistensi internal > 0,7 CSR = 0,741 KF = 1 KS = 1 4 Average Variance Extracted Validitas konstruk > 0,5 CSR = 0,645 KF = 0,689 KS = 1 Akar kuadrat AVE Validitas diskriminan

Lebih besar dari nilai korelasi antar variabel

Semua nilai akar kuadrat AVE dari peubah laten, lebih besar dari korelasi peubah laten lainnya 5 Cross Loading Validitas diskriminan Setiap indikator Memiliki loading

lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur,

dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya

Semua indikator CSR, KF dan KS memiliki korelasi yang lebih besar pada laten sendiri daripada korelasi ke laten lainnya Sumber : Hasil olahan data dengan Smart PLS dan standar penilaian (2015)

Kriteria penilaian berikutnya adalah analisis validitas diskriminan kriteria

cross loading yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Analisis validitas diskriminan kriteria cross loading

CSR KF KS

Lingkungan 0,879 0,070 -0,144

Masyarakat 0,903 -0,142 -0,076

ROA -0,047 1,000 0,829

PBV -0,121 0,829 1,000

Penilaian ini digunakan untuk mengetahui apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar jika dibandingkan dengan nilai loading

dengan konstruk lainnya (Armien & Friedrich 2012). Hasil analisis yang disajikan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa korelasi indikator dengan masing-masing peubah latennya memiliki korelasi yang lebih tinggi dibandingkan korelasi dengan indikator pada peubah laten lainnya.

Evaluasi Model Struktural

Model struktural atau inner model menggambarkan hubungan yang ada diantara peubah laten. Dalam penelitian ini merupakan hubungan langsung antara CSR dan Kinerja Finansial (KF), CSR dan Kinerja Saham (KS) serta Kinerja Finansial (KF) dan Kinerja Saham (KS). Kriteria penilaian analisis model inner

dengan nilai standar disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Nilai analisis model inner vs nilai standar

Kriteria Penjelasan Standar Hasil penilaian R² dari peubah laten endogen Variabilitas konstruk endogen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk eksogen Chin (1998) mengelompokkan nilai R² sebesar substansial (0,67), moderat (0,33) dan lemah (0,19) R² untuk KF = 0,002 (lemah) R² untuk KS = 0,695 (substansial) Estimasi koefisien path Evaluasi terhadap nilai koefisien terdiri atas evaluasi besarnya nilai original sample

dan pengaruh nyata melalui bootstrap

Pengaruh nyata jika, t statistik > t-tabel. Pada alpha 5 persen, nilai T-tabel adalah 1,96 dan p value < alpha 5 persen Nilai t statistika: CSR->KF= 0,157 CSR->KS= 0,481 KF ->KS= 7,122 Nilai koefisien: CSR->KF= -0,047 CSR->KS= -0,083 KF ->KS= 0,826 Sumber : Hasil olahan data dengan Smart PLS (2015)

Kriteria R-square (R2)dari peubah laten endogen menunjukkan seberapa besar keragaman peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh peubah eksogen. Peubah endogen pada penelitian ini adalah kinerja finansial dan kinerja saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peubah endogen kinerja finansial dipengaruhi oleh peubah eksogen CSR dengan nilai R2 sebanyak 0,002. Hal tersebut dapat diartikan bahwa peubah kinerja finansial dapat dijelaskan oleh peubah CSR dengan keragaman 0,2 persen sedangkan sisanya dijelaskan oleh peubah lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Nilai R2 ini menurut Chin

dalam Yamin dan Kurniawan (2011) dikategorikan ke dalam kelompok lemah. Nilai R2 yang rendah dapat diduga bahwa implementasi CSR yang dilakukan perusahaan belum sepenuhnya kesadaran dari internal stakeholder, akan tetapi masih sekedar trend dan informasi yang harus diungkapkan untuk mematuhi peraturan yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari laporan tahunan pada

pengungkapan CSR, perusahaan tidak secara lengkap dalam mengungkapkan CSR nya. Kategori yang diungkapkan sebatas isu yang sedang berkembang saat ini seperti ekonomi, lingkungan dan sumbangan kepada masyarakat sekitar yang terkena dampak. Selain itu diindikasikan bahwa perusahaan masih ragu dalam melaksanakan atau mengungkapkan CSR, karena berasumsi bahwa CSR dalam pelaksanaannya akan mengurangi laba dan dividen bagi pemegang saham dan menganggap CSR tidak mempengaruhi peningkatan kemampuan operasional perusahaan.

Pada peubah kinerja saham yang dipengaruhi oleh CSR dan kinerja finansial menghasilkan nilai R2 sebesar 0,695, hal ini dapat diartikan bahwa peubah kinerja saham dapat dijelaskan oleh peubah CSR dan kinerja finansial dengan keragaman 69,5 persen sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Nilai R-square ini tergolong subtansial artinya kinerja saham sangat dipengaruhi oleh pengungkapan informasi CSR dan kinerja finansial.

Tabel 10 Nilai hasil bootstrap coefficient path

Original Sample (O) Sample Mean (M) Standar Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) P Value CSR -> KF -0,047 0,031 0,299 0,157 0,875 CSR -> KS -0,083 -0,122 0,172 0,481 0,631 KF -> KS 0,826 0,836 0,116 7,122 0,000

p value < 0,05; |t hitung|>|t tabel|  nyata

Sumber : Hasil olahan data dengan Smart PLS (2015)

Hasil perhitungan data pada Tabel 10 menunjukkan nilai hasil bootstrap coefficient path dengan nilai p value < 0,05. Jika nilai [t hitung]> t-tabel (1,96) maka tolak H0 dan terima H1. Hasil pengolahan data pada penelitian ini menunjukkan bahwa t hitung CSR terhadap KF sebesar 0,157< t-tabel (1,96) maka terima H0 dan tolak H1. Pada hipotesis pertama dapat dikatakan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh nyata terhadap Kinerja Finansial perusahaan sampel penelitian. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Prieto et al

(2014) yang menyatakan CSR memiliki pengaruh yang sangat baik dalam meningkatkan reputasi dan kinerja finansial perusahaan. Masyarakat akan merasakan kehadiran perusahaan dalam memperbaiki kehidupan ke arah yang positif jika pelaksanaan CSR tepat. Hal tersebut akan memperkuat reputasi yang baik dari pandangan konsumen dan kinerja finansial perusahaan akan meningkat. Hal ini juga dinyatakan oleh Donaldson dalam Kusuma (2013) yang mengatakan bahwa hubungan yang positif dengan stakeholder kunci (shareholder) yang akan dapat meningkatkan kinerja finansial perusahaan.

Jika dilihat dari nilai koefisiennya pengaruh tersebut juga bersifat negatif (dapat dilihat dari nilai original sample pada Tabel 10) yaitu sebesar -0,047. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pengungkapan CSR tidak mampu meningkatkan kinerja finansial perusahaan sampel penelitian. Hal ini diduga karena adanya over investasi dan juga pelaksanaan CSR yang kurang pengawasan. Pernyataan ini didukung dengan pernyataan Prior et al (2008) yang mengatakan bahwa dengan adanya kelebihan investasi pada program CSR, maka laba yang

diperoleh perusahaan berkurang dan berpengaruh negatif terhadap kinerja finansial perusahaan. Selain itu, pelaksanaan CSR yang kurang pengawasan menyebabkan adanya penyalahgunaan dana yang digunakan untuk perilaku yang oportunis oleh para pelaksana program CSR tersebut.

Hipotesis yang kedua, hasil pengujian pengaruh CSR terhadap kinerja saham menunjukkan [t hitung 0,481]<t-tabel (1,96) yang artinya bahwa pengungkapan CSR memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap kinerja saham dengan nilai koefisien yang bernilai positif (-0,083) dapat dikatakan bahwa pengungkapan CSR juga tidak mampu meningkatkan kinerja saham perusahaan. Hal ini kurang sesuai dengan teori pensignalan dari Jogiyanto dalam Thomas (2011) yang menyatakan CSR secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham, dan mengatakan bahwa informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.

Hal tersebut juga kurang sesuai dengan hakikat teori keagenan (agency theory), dimana salah satu tugas dari manajemen kepada para stakeholder adalah memberikan informasi atau mempublikasikan hal-hal yang berkaitan dengan jalannya usaha perusahaan tersebut, diantaranya adalah mengenai pengungkapan CSR. Sinkey (1992) juga mengatakan bahwa teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yaitu agen untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Selain hal tersebut, adanya pengungkapan CSR memberikan kesan kepada principal bahwa perusahaan mengalami pertumbuhan dan akan memiliki keberlanjutan. Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan teori pensignalan dan teori keagenan. Hal ini diduga bahwa pelaksanaan program CSR dan pengungkapannya pada laporan tahunan perusahaan belum optimal.

Menurut Sayekti dan Wondabio (2008) bahwa investor tidak cukup yakin dengan informasi sukarela seperti pengungkapan CSR yang diungkapkan manajemen, sehingga investor tidak menggunakan informasi tersebut sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Pelaksanaan program CSR perusahaan sebaiknya dilakukan dengan optimal sehingga memberikan dampak positif pada

stakeholder sehingga citra perusahaan akan meningkat. Selain itu pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan sebaiknya mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) sehingga investor dengan mudah melihat sejauh mana perusahaan telah melakukan CSR.

Hasil pengujian hipotesis yang ketiga menunjukan bahwa kinerja finansial memiliki pengaruh yang nyata ([t hitung 7,122] < t table 1,96) terhadap kinerja saham. Jika dilihat dari nilai koefisien yang bernilai positif (0,826) dapar dikatakan bahwa kinerja finansial perusahaan mampu meningkatkan kinerja saham. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamdani (2013) mengenai pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja finansial dan harga

Dokumen terkait