• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan TNI merupakan salah satu sistem dalam pembinaan personil TNI yang berfungsi menunjang sistem pertahanan negara dan sistem tata kehidupan nasional. Fungsi utama pendidikan dalam sistem pembinaan siswa TNI adalah meningkatkan potensi siswa agar memiliki semangat juang yang dijiwai sapta marga, sumpah siswa, ilmu pengetahuan dan keterampilan serta kesamaptaan jasmani yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas-tugas TNI (Mabesad TNI 2003). Penyelenggaraan pendidikan TNI berada dibawah Komando Pembina Doktrin Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI. Kodiklat TNI bertugas menyelenggarakan pembinaan doktrin/sistem operasi, pendidikan dan latihan. Fungsi utama Kodiklat TNI adalah menyelenggarakan tiga fungsi, yakni pembinaan doktrin, pembinaan pendidikan, dan pembinaan latihan. Pembinaan doktrin meliputi segala usaha pekerjaan dan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan doktrin/sistem operasi, organisasi pembinaan TNI serta sistem operasi di daerah latihan dan operasi.

Personil TNI berdasarkan kepangkatan dibagi menjadi tiga, yakni tamtama, bintara dan perwira (Mabesad TNI 2003). Tamtama merupakan personil yang dibentuk sebagai pelaksana dengan keterampilan yang tinggi. Bintara merupakan personil yang dibentuk sebagai pimpinan unit kecil, juru, pelatih, pengawas serta tulang punggung pelaksana. Perwira merupakan personil yang dibentuk sebagai pemimpin mempunyai nilai kejuangan dan kemampuan profesi yang tinggi. Syarat pendidikan tamtama, bintara dan perwira berbeda-beda, yakni berturut-turut Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Akademi Militer (Akmil) atau lulusan Sarjana/Diploma yang mengikuti pendidikan Akmil Perwira Karir (Akmil PK).

Pendidikan TNI dibawah Komando Kodiklat dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan kemampuan yang dikembangkan, antara lain Pusat Pendidikan Kesehatan (Pusdikkes), Pusat Pendidikan Pembekalan dan Angkutan (Pusdikbekang), Pusat Pendidikan Latihan Tempur (Puslatpur), Pusat Pendidikan Keuangan (Pusdikku), Pusat Pendidikan Infantri (Pusdif), Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) dan Pusat Pendidikan Intelijen dan Strategi (Pusdikintel Strat).

Pusat Pendidikan Zeni

Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) Kodiklat TNI AD berada di Jalan Sudirman Bogor dan merupakan pusat pendidikan yang memiliki tugas pokok kecabangan zeni dalam rangka mendukung tugas pokok Kodiklat TNI AD. Salah satu fungsi khusus Pusdikzi yakni berada pada fungsi organisasi militer meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang pengamanan, latihan, satuan, personil, logistik, anggaran ketatausahaan dan urusan dalam untuk mendukung tugas pokok Pusdikzi.

Pusdikzi menyelenggarakan tiga macam pendidikan yaitu pendidikan pertama (Dikma), pendidikan pembentukan (Diktuk), dan pendidikan pengembangan umum (Dikbangum) atau pendidikan pengembangan spesialisasi (Dikbangspes). Pendidikan pertama (Dikma) yaitu suatu pendidikan yang dijalani oleh personil TNI baru dengan syarat pangkat tertentu. Peserta Dikma merupakan lulusan minimal SMA atau sederajat. Pendidikan pembentukan (Diktuk) yaitu pendidikan dalam membentuk personil tamtama menjadi personil bintara atau personil bintara menjadi personil perwira. Pendidikan Dikbangum dan Dikbangspes merupakan pendidikan pengembangan spesialisasi terhadap keahlian yang ingin dimiliki pada bidang kemiliteran dalam bentuk kursus.

Contoh perwira dalam penelitian ini adalah siswa Dikma yang merupakan lulusan SMA dan perguruan tinggi. Pendidikan militer dapat berasal dari Akademi Militer (Akmil), sekolah kecabangan perwira (Secapa) dan Akmil PK. Syarat peserta Dikma pada penelitian kali ini adalah peserta perwira pertama dengan pangkat letnan dua. Contoh bintara dalam penelitian ini adalah siswa Dikbangpes yang merupakan contoh dengan lulusan minimal SMA dengan pendidikan militer yang berasal dari Sekolah Kecabangan Bintara (Secaba). Jenis kursus Dikbangpes yang sedang dijalani pada penelitian kali ini adalah kursus bintara dekstruksi (Susba Dekstruksi) dan kursus bintara pembekalan air dan listrik (Susba Bek Air Listrik). Syarat peserta Dikbangpes pada penelitian kali ini adalah peserta bintara pertama dengan pangkat sersan dua.

Pusat Pendidikan Intel

Pusat Pendidikan Intelijen dan Strategi (Pusdikintel Strat) Kodiklat TNI berada di Jalan Semeru Bogor. Pusat Pendidikan Intelijen Strategi berada dibawah Komando Kodiklat TNI sejak 5 Januari 2011 berdasarkan peraturan panglima TNI Nomor : Perpang/3/I/2011. Pusdikintel Strat berfungsi sebagai penyelenggara pendidikan dan latihan intelijen strategis yang aktual maupun perkiraan ke depan baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Jenis pendidikan di Pusdikintel Strat terbagi menjadi dua yaitu pendidikan perwira dan bintara. Pendidikan yang dilakukan merupakan pendidikan pengembangan spesialisasi yang dijalankan dalam bentuk kursus. Pendidikan perwira yang sedang dijalani pada penelitian kali ini adalah Sussarpa Intel, sedangkan pendidikan bintara yang dijalani adalah Sussarba Intel.

Peserta Sussarpa pada contoh perwira dalam penelitian kali ini merupakan lulusan SMA dan perguruan tinggi dengan pendidikan militer yang dapat berasal dari Akmil, Secapa dan Akmil PK. Syarat peserta Dikma pada penelitian kali ini adalah peserta dengan minimal perwira pertama dengan pangkat letnan dua. Peserta Sussarba pada contoh bintara dalam penelitian kali ini merupakan contoh dengan lulusan minimal SMA. Syarat peserta Sussarba pada penelitian kali ini adalah peserta dengan minimal bintara pertama dengan pangkat sersan dua.

Gambaran Umum Penyelenggaraan Makanan Pusat Pendidikan Zeni

Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD berfungsi sebagai penyelenggara pendidikan dan latihan wajib militer bala darat untuk kecabangan zeni. Penyelenggaraan makan Pusdikzi dilakukan di dapur. Dapur merupakan sarana penunjang kegiatan penyelenggaraan makanan yang berguna dalam mendukung kelancaran kegiatan pendidikan. Dapur terdiri atas ruang pengolahan makanan/dapur dengan luas 1200 m2 dan ruang penyajian/ruang makan dengan luas 900m2 berkapasitas total 900 orang. Produksi penyelenggaraan makanan pada saat penelitian adalah untuk ±300 porsi. Ruang makan dilengkapi dengan meja makan dan kursi makan. Dapur penyelenggaraan makanan di Pusdikzi diawasi oleh seorang perwira serta pelaksanaannya dikelola oleh suatu bagian yang dinamakan Bagian Makanan (Bamak). Pegawai yang bekerja pada bagian makanan berjumlah sepuluh orang yang bertugas dalam pembelian bahan, peracik bumbu, pengolahan/juru masak, pegawai lepas harian dan petugas kebersihan.

Penyelenggaraan makanan di Pusdikzi merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu hingga pendistribusian makanan kepada siswa. Perencanaan menu dilakukan oleh seorang perwira urusan kesehatan yang menetapkan peraturan penyelenggaraan makanan seperti alokasi anggaran, penentuan menu dalam siklus menu dan standar porsi. Siklus menu yang digunakan adalah siklus menu 14 hari. Dalam satu hari Pusdikzi menyiapkan tiga kali makan sedangkan untuk makanan selingan sebanyak dua kali disiapkan oleh persatuan istri personil setempat.

Pembelian bahan makanan dilakukan agar tersedia jenis, jumlah serta kualitas sesuai perencanaan yang ditetapkan. Pembelian dilakukan langsung oleh bagian pembelanjaan dan dibantu oleh petugas lapangan harian. Pembelian bahan makanan dilakukan sebanyak dua kali sehari, yakni pagi hari (pukul 08.00) untuk pengolahan menu siang dan malam hari serta malam hari (pukul 19.00) untuk pengolahan untuk menu pagi selanjutnya. Sistem pembelian dilakukan langsung sesuai dengan menu yang akan diolah sehingga tidak ada penyimpanan bahan makanan yang kering dan basah. Pembelian bahan dilakukan di pasar tradisional dengan sistem pembelian langsung. Bahan makanan yang baru tiba kemudian diperiksa dan dibersihkan untuk dapat diolah.

Kegiatan pengolahan makanan dilakukan oleh petugas pelaksana pengelolaan makanan yang berjumlah enam orang terdiri dari tiga orang pelaksana dalam pengelola persiapan bahan, satu orang juru racik dan dua orang juru masak. Kegiatan pengolahan makanan dilakukan selama tiga kali sehari, yakni pukul 03.00, pukul 09.00 dan pukul 16.00 WIB. Pada saat pengolahan bahan makanan untuk hidangan makan siang biasanya dilakukan pula pengolahan sebagian bahan makanan untuk makan malam, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengolahan makan malam relatif singkat.

Distribusi makanan dilakukan dengan membagi makanan dalam jumlah besar dibagi menjadi porsi-porsi kecil. Penyajian makanan dilakukan oleh petugas ruang makan yang bertanggungjawab dalam menyediakan kelengkapan peralatan makanan dan hidangan di ruang makan. Penyajian dilakukan di meja makan, dengan porsi yang telah dibagi sesuai jumlah siswa. Pembagian secara merata per meja menggunakan peralatan seperti termos nasi, piring saji lauk pauk dan lauk

nabati, mangkuk sayur serta peralatan makan sesuai dengan jumlah siswa. Penyajian pada siswa bintara dilakukan pada meja panjang dengan kapasitas 20 orang, sedangkan penyajian pada siswa perwira dilakukan pada meja bundar dengan kapasitas 6 orang.

Pusat Pendidikan Intelijen dan Strategi

Pusat Pendidikan Intelijen dan Strategi (Pusdikintel Strat) Kodiklat TNI berfungsi sebagai penyelenggara pendidikan dan latihan intelijen strategis yang aktual maupun perkiraan ke depan baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Penyelenggaraan makanan di Pusdikintel strat berada di dapur. Dapur terdiri dari ruang pengolahan dengan luas total 500 m2. Produksi penyelenggaraan makanan pada saat penelitian adalah untuk ±150 porsi. Ruang penyajian/ruang makan berada di gedung asrama siswa, sehingga ruang makan dan dapur terpisah dan berjarak ±50 m dari dapur. Ruang makan berkapasitas 130 orang dan memiliki fasilitas ruang pemorsian. Dapur Pusdikintel strat dikelola oleh seorang bintara yang dinamakan bintara urusan dapur (baur dapur). Pegawai yang bekerja pada bagian makanan berjumlah sekitar enam orang yang bertugas dalam pembelian bahan, peracik bumbu, pengolahan/juru masak, pegawai lepas harian dan petugas kebersihan.

Perencanaan menu ditetapkan oleh baur dapur yang berkoordinasi dengan bagian pendidikan dan pelatihan siswa sehingga menetapkan berbagai peraturan penyelenggaraan makanan. Siklus menu yang digunakan adalah siklus menu tujuh hari. Dalam satu hari Pusdikintel strat menyiapkan tiga kali makan dan satu kali makanan selingan yang disiapkan oleh perkumpulan istri personil setempat. Pembelian bahan makanan dilakukan langsung. Pembelian bahan makanan dilakukan dua kali sehari, yakni pagi hari (pukul 08.00) untuk pengolahan menu siang dan malam (pukul 19.00) untuk pengolahan menu pagi selanjutnya. Sistem pembelian dilakukan langsung sesuai dengan menu ditetapkan.

Kegiatan pengolahan dilakukan oleh petugas pelaksana pengelolaan makanan yang bertugas yakni juru racik, juru masak dan staf penyajian. Pengolahan dilakukan tiga kali sehari. Distribusi makanan dilakukan secara desentralisasi, yakni hidangan yang sudah siap dibawa dalam jumlah besar dengan menggunakan troli ke ruang makan. Saat berada di ruang makan kemudian dilakukan penyajian yang dibagi menjadi porsi-porsi kecil. Penyajian dilakukan di meja makan dengan porsi yang telah dibagi sejumlah siswa. Pembagian secara merata per meja kapasitas 20 orang menggunakan peralatan makan sesuai dengan jumlah siswa pada bentuk meja panjang. Aspek penyelenggaraan makanan dan denah dapur kedua pusdik dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

Karakteristik Contoh Umur

Contoh penelitian ini adalah siswa yang memiliki pangkat bintara dan perwira dan keseluruhan contoh berjenis kelamin laki-laki. Umur contoh pada penelitian ini berkisar 20 46 tahun dengan umur rata-rata 30.0±7.0 tahun. Berdasarkan Tabel 5 umur contoh di Pusdikzi sebagian besar pada rentang dewasa muda sedangkan pada pusdikintel strat menyebar hampir merata. Umur dewasa

menengah lebih banyak berada di Pusdikintel Strat dibandingkan di Pusdikzi. Hal ini disebabkan oleh asal siswa pendidikan pada Pusdikintel Strat yang lebih beragam. Umur dewasa tua tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kelompok umur

Umur (tahun)

Pusdikzi

Total Pusdikzi

Pusdikintel strat Total Pusdikintel

Strat

Bintara Perwira Bintara Perwira

n % n % n % n % n % n %

18-29 21 77.7 14 51.8 35 64.8 14 51.8 9 34.6 23 43.4

30-49 6 22.2 13 48.1 19 35.1 13 48.1 17 65.3 30 56.6

Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Usia dewasa merupakan periode dimana individu sudah menyadari kondisi kesehatan sehingga mampu memilih dan mencari informasi mengenai konsumsi pangan sehari-hari (Odds 2010). Studi Edwards et al dalam Meiselman (2010) menyebutkan peningkatan umur pada remaja hingga usia 65 tahun mempengaruhi peningkatan penerimaan, namun akan menurun pada umur yang lebih tua. Umur juga mempengaruhi tingkat daya tahan fisik seseorang. IOM (2003) menyebutkan bahwa personil militer yang berusia lebih muda cenderung memiliki status gizi normal dan memiliki tingkat daya tahan fisik yang lebih tinggi. Berdasarkan uji beda independent sample t test, kisaran umur di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat berbeda secara nyata (p<0.05).

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek untuk menentukan pengetahuan individu dalam menerima informasi sehingga menentukan tanggapan dan perilakunya. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal tertinggi yang dicapai seseorang. Berdasarkan Tabel 6 sebagian besar tingkat pendidikan contoh adalah SMA/SMK. Hampir seluruh contoh pangkat bintara di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat merupakan tamatan SMA/SMK (72.2% dan 66.0%) sedangkan pendidikan contoh perwira berada pada tingkat Diploma/Akademi dan SMA/SMK.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan

Tingkat Pendidikan

Pusdikzi

Total Pusdikzi

Pusdikintel strat Total Pusdikintel

Strat

Bintara Perwira Bintara Perwira

n % n % n % n % n % n %

SMA/SMK 26 96.3 13 48.1 39 72.2 22 81.5 13 50 35 66.0

Diploma/Akademi 1 3.7 12 44.4 13 24.1 2 7.4 6 23.1 8 15.1

S1 dan S2 0 0 2 7.4 0 0 3 11.1 7 26.9 10 18.8

Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Pangkat perwira diberikan pada siswa yang sudah menjalani pendidikan dari tiga jalur penerimaan siswa dengan minimal empat tahun setelah lulus SMA/SMK, sehingga kemampuan menerima informasi dan pengetahuan siswa terhadap keadaan sekitar cukup baik. Uji beda Mann WÃÄtney menunjukkan pendidikan siswa pusdikzi dan pusdikintel strat tidak berbeda secara nyata (p>0.05).

Suku

Suku merupakan faktor sosial dan budaya yang dianggap mampu berpengaruh terhadap pemilihan dan tingkat kesukaan terhadap konsumsi pangan tertentu. Berdasarkan Tabel 7 sebagian besar contoh berasal dari suku Jawa dan sebagian lain berasal dari suku Sunda. Suku Jawa masih mendominasi sebagian besar siswa institusi militer (Aminah 2012). Hal ini merupakan salah satu pertimbangan yang dapat dilakukan bagi perencana penyelenggaraan makanan dalam menentukan menu siswa. Uji bedaMann WÅÆtneymenunjukkan suku siswa pusdikzi dan pusdikintel strat berbeda secara nyata (p<0.05).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan suku

Suku

Pusdikzi Total

Pusdikzi

Pusdikintel strat Total

Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Bintara Perwira

n % n % n % n % n % n % Jawa 12 44.4 13 48.1 25 46.3 21 77.8 17 65.4 38 71.7 Sunda 5 18.5 8 29.6 13 24.1 3 11.1 0 0 3 5.6 Minang 1 3.7 2 7.4 3 5.5 1 3.7 4 15.4 5 9.4 Batak 1 3.7 1 3.7 2 3.7 0 0 0 0 0 0 Bali 1 3.7 1 3.7 2 3.7 1 3.7 0 0 1 1.8 Lainnya 7 25.9 2 7.4 9 16.7 1 3.7 5 19.2 6 11.3 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100 Status Gizi

Status gizi merupakan indikator penilaian antropometri yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan tubuh seseorang. Status gizi yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil menunjukkan rata-rata status gizi contoh Pusdikzi dan Pusdikintel strat adalah normal (IMT=23.6±2.26 kg/m2). Rataan Indeks Massa Tubuh (IMT) menunjukkan contoh Pusdikintel Strat yang lebih tinggi (IMT=24.5 kg/m2) dibandingkan pusdikzi (IMT=22.6 kg/m2).

Berdasarkan Tabel 8 hampir seluruh contoh Pusdikzi normal (90.7%), sedangkan hanya sebagian contoh di Pusdikintel Strat yang memiliki status gizi normal (62.2%). Sepertiga contoh Pusdikintel Strat berada pada status gizi

overweiÇÅÈdan ditemukan 3.7% contoh mengalamiobeseÉ

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

Status Gizi

Pusdikzi

Total Pusdikzi

Pusdikintel strat Total Pusdikintel

Strat

Bintara Perwira Bintara Perwira

n % n % n % n % n % n %

Normal 22 81.4 27 100 49 90.7 18 66.6 15 55.5 33 62.2

OverweiÊ Ët 5 18.5 0 0 5 9.2 9 33.3 9 33.3 18 33.9

Obese 0 0 0 0 0 0 0 0 2 7.4 2 3.7

Total 27 100 27 100 54 100 27 100 27 100 53 100

Status gizi yang berlebih mampu menurunkan kemampuan tingkat kebugaran. Studi Packnett et alÉ (2012) menunjukkan personil militer dengan status gizi berlebih lebih tinggi memiliki peluang dalam meninggalkan keanggotaan militer pada satu tahun pertama karena masalah kesehatan dan lainnya, meskipun begitu studi yang sama menunjukkan sebagian subjek dengan IMT>27 kg/cm2 memiliki komposisi lemak tubuh (body fat) yang normal

sehingga pengukuran status gizi berdasarkan IMT belum mampu mengukur komposisi tubuh secara akurat. Fahmida dan Dillon (2011) mengatakan bahwa IMT tidak bisa membedakan berat badan yang berhubungan dengan massa otot atau massa lemak dan IMT tidak dapat memperkirakan distribusi dari lemak tubuh. Uji beda Mann WÌÍtney menunjukkan status gizi siswa Pusdikzi dan Pusdikintel strat berbeda nyata (p<0.05).

Berdasarkan karakteristik contoh dapat disimpulkan bahwa contoh di Pusdikzi memiliki karakteristik umur, pendidikan, status gizi dan suku yang relatif lebih homogen dibandingkan contoh Pusdikintel Strat. Sebagian besar contoh Pusdikzi (64.8%) berada pada rentang dewasa muda sedangkan 34.4% Pusdikintel Strat yang berada pada kisaran yang sama. Tingkat pendidikan contoh di Pusdikzi (72.2%) dan Pusdikintel Strat (66%) sebagian besar adalah SMA/SMK dan hanya sebagian kecil yang berada pada pendidikan perguruan tinggi.

Status gizi contoh di Pusdikzi menunjukkan hampir seluruh contoh adalah normal (90.7%), sedangkan contoh di Pusdikintel strat menunjukkan status gizi yang beragam. Sepertiga contoh di Pusdikintel strat berada pada statusoverweiÎÌÏ

(33.9%) dan 3.7% tergolong obese. Karakteristik suku kedua contoh pusdik menunjukkan sebagian contoh (46.2% dan 71.7%) berasal dari suku Jawa. Berdasarkan uji beda diketahui bahwa terdapat perbedaan umur, suku dan status gizi berbeda secara nyata (p<0.05) antara Pusdikzi dan Pusdikintel Strat, sedangkan tidak terdapat perbedaan nyata pada tingkat pendidikan antara Pusdikzi dan Pusdikintel Strat (p>0.05).

Kebiasaan Makan Contoh

Kebiasaan makan merupakan cara individu dan kelompok dalam memilih dan mengonsumsi makanan yang tersedia. Kebiasaan makan menurut Suhardjo (1989) digunakan untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berkaitan dengan makanan dan perilaku makan. Palacio dan Theis (2007) menjelaskan kebiasaan makan adalah perilaku yang berhubungan dengan menentukan apa, kapan, mengapa dan bagaimana seseorang untuk makan. Kebiasaan makan akan mempengaruhi pilihan makanan individu sehingga membentuk pola konsumsi pangan. Kebiasaan makan dalam penelitian ini adalah pola kebiasaan makan contoh sehari-hari baik saat maupun sebelum menjadi contoh sebagai siswa Pusat Pendidikan TNI. Kebiasaan makan contoh dapat diidentifikasi melalui frekuensi makan dalam sehari, kebiasaan sarapan, frekuensi kebiasaan makan jajanan dan kebiasaan menghabiskan makanan dan jenis pengolahan yang disukai.

Frekuensi Makan dan Kebiasaan Sarapan Contoh

Frekuensi makan dalam sehari dan kebiasaan sarapan contoh dalam penelitian ini merupakan frekuensi makan contoh sehari-hari sebelum menjadi siswa di Pusat Pendidikan. Berdasarkan Tabel 9 diketahui sebagian besar contoh Pusdikzi (74.1%) memiliki frekuensi makan yang cukup (3 kali/sehari), namun lebih dari separuh contoh Pusdikintel strat memiliki frekuensi makan yang lebih sedikit. Berdasarkan uji Mann WÌÍtney frekuensi makan dalam sehari contoh

Pusdikzi dan Pusdikintel Strat berbeda nyata (p<0.05). Kebiasaan makan contoh yang ditinggalkan sebagian besar contoh adalah waktu sarapan.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan sehari

Frekuensi Makan Sehari Pusdikzi Total Pusdikzi

Pusdikintel strat Total Pusdikintel

Strat

Bintara Perwira Bintara Perwira

n % n % n % n % n % n % <2 kali 0 0 0 0 0 0 2 7.4 1 3.8 3 5.6 2 kali 0 0 0 0 0 0 5 18.5 24 92.3 29 54.7 3 kali 20 74.1 20 74.1 40 74.1 19 70.4 1 3.8 20 37.7 >3 kali 7 25.9 7 25.9 14 25.9 1 3.7 0 0 1 1.8 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Kebiasaan sarapan merupakan kebiasaan yang penting dilakukan setiap individu. Berdasarkan Tabel 10 secara umum sebagian besar contoh (90.7%) Pusdikzi rutin sarapan setiap hari, sedangkan hanya sebagian contoh (45.2%) contoh Pusdikintel Strat yang memiliki kebiasaan sarapan yang sama. Sebanyak 35.8% Pusdikintel Strat memiliki kebiasaan sarapan yang tidak rutin.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan

Kebiasaan Sarapan Sehari Pusdikzi Total Pusdikzi

Pusdikintel strat Total Pusdikintel

strat

Bintara Perwira Bintara Perwira

n % n % n % n % n % n % Selalu Sering Kadang-kadang 24 2 1 88.9 7.4 3.7 25 2 0 92.6 7.4 0 49 4 1 90.7 7.4 1.8 12 2 13 44.4 7.4 48.1 12 8 6 46.2 30.8 23.1 24 10 19 45.2 18.8 35.8 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Kebiasaan sarapan merupakan hal yang penting dilakukan dalam penyediaan asupan energi dan zat gizi. Asupan ini dibutuhkan untuk menunjang aktivitas pagi hari hingga masuk pada waktu makan selanjutnya, karena sarapan dapat menunjang 25% total kebutuhan energi harian (Khomsan 2002). Sarapan pagi yang tidak rutin dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti penurunan kadar glukosa dalam darah. Rahmawati dan Sudikno (2007) menyatakan pada umumnya individu yang tidak sarapan pagi berhubungan dengan penurunan produktifitas pekerjaan. Berdasarkan uji bedaindependent sample t test, kebiasaan sarapan contoh Pusdikzi dan Pusdikintel Strat berbeda nyata (p<0.05).

Kebiasaan Konsumsi Jajanan

Kebiasaan konsumsi jajanan merupakan kebiasaan makan yang dilakukan contoh di luar penyelenggaraan makanan pada saat menjalani masa pendidikan. Kebiasaan konsumsi jajanan dalam penelitian ini dapat menjadi penduga awal tingkat kesukaan contoh terhadap makanan yang diselenggarakan. Konsumsi jajanan yang meningkat menjadi penanda awal adanya hidangan makanan yang tidak sesuai sehingga contoh mencari makanan jajanan di luar penyelenggaraan makanan.

Berdasarkan Tabel 11 diketahui hampir separuh contoh siswa Pusdikzi (46.2%) memiliki kebiasaan konsumsi jajanan yang rutin ( 7kali/minggu), sedangkan hanya sebagian kecil contoh siswa Pusdikintel Strat (3.7% dan 3.8%)

yang memiliki kebiasaan yang sama. Berdasarkan uji beda Mann WÐÑtney, kebiasaan konsumsi jajanan contoh siswa Pusdikzi dan Pusdikintel Strat berbeda nyata (p<0.05). Jenis makanan jajanan yang biasa dikonsumsi sebagian besar contoh adalah makanan sepinggan, sedangkan sebagian besar lainnya mengkonsumsi cemilan kering dan camilan basah. Berdasarkan uji beda Mann WÐÑtney jenis konsumsi jajanan contoh Pusdikzi dan Pusdikintel Strat tidak berbeda nyata (p>0.05).

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan jajanan

Kebiasaan Makan dan Jenis Jajanan

Pusdikzi Total

Pusdikzi

Pusdikintel strat Total Pusdikintel

Strat

Bintara Perwira Bintara Perwira

n % n % n % n % n % n % Selalu Sering Kadang-kadang Jarang 12 5 8 2 44.4 18.5 29.6 7.4 13 5 8 1 48.1 18.5 29.6 3.7 25 10 16 3 46.2 18.5 29.6 5.5 1 4 18 4 3.7 14.8 66.7 14.8 1 4 14 7 3.8 15.4 53.8 26.9 2 8 32 11 3.7 15.1 60.3 20.7 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100 Makanan sepinggan Camilan kering Camilan basah 14 5 8 51.9 18.5 29.6 13 7 7 48.1 25.9 25.9 27 12 15 50 22.2 27.7 9 10 8 33.3 37.0 29.6 8 12 6 30.8 46.2 23.1 17 22 14 32.0 41.5 26.4 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Kebiasaan Menghabiskan Makanan

Kebiasaan menghabiskan makanan merupakan penduga awal dalam mengetahui tingkat kesukaan makanan terhadap menu makanan yang dilakukan. Kebiasaan menghabiskan makanan yang tinggi menunjukkan tingkat kesukaan yang tinggi. Berdasarkan Tabel 12 diketahui kebiasaan menghabiskan makanan pada contoh Pusdikzi lebih tinggi (55.5%) dibandingkan dengan Pusdikintel Strat (24.5%). Alasan beberapa contoh tidak menghabiskan makanan adalah jenuh terhadap variasi makanan, rasa bumbu yang tidak tajam dan waktu makan yang cukup singkat. Berdasarkan uji beda Mann WÐitney kebiasaan menghabiskan makanan contoh pusdikzi dan pusdikintel strat berbeda nyata (p<0.05).

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan menghabiskan makanan

Kebiasaan Menghabiskan

Makanan

Pusdikzi Total

Pusdikzi

Pusdikintel strat Total Pusdikintel

Strat

Bintara Perwira Bintara Perwira

n % n % n % n % n % n % Selalu 14 51.9 16 59.3 30 55.5 6 22.2 7 26.9 13 24.5 Sering 6 22.2 5 18.5 11 20.3 5 18.5 9 34.6 14 26.4 Kadang-kadang 6 22.2 5 18.5 11 20.3 12 44.4 8 30.8 20 37.7 Jarang 1 3.7 1 3.7 2 3.7 4 14.8 2 7.7 6 11.3 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Jenis Pengolahan yang Disukai

Jenis pengolahan yang disukai merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kesukaan terhadap pengolahan jenis makanan tertentu. Berdasarkan Tabel 13 diketahui lebih dari separuh contoh menyukai jenis pengolahan lauk hewani dan lauk nabati dengan cara digoreng (62.9% dan 56.6%) dan lebih dari separuh contoh (68.0% dan 68.5%) menyukai jenis pengolahan sayuran dengan cara

direbus. Penyajian pada buah disukai dalam bentuk utuh dan potong. Berdasarkan uji beda Mann WÒÓtney jenis pengolahan pada lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah contoh pusdikzi dan pusdikintel strat tidak berbeda nyata (p>0.05).

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan jenis pengolahan yang disukai

Jenis Menu

Pusdikzi Total

Pusdikzi

Pusdikintel strat Total Pusdikintel

Strat

Bintara Perwira Bintara Perwira

n % n % n % n % n % n % Lauk Hewa ni Goreng 16 59.3 18 66.7 34 62.9 18 66.7 14 53.8 30 56.6 Bakar 3 11.1 7 25.9 10 18.5 3 11.1 4 15.4 7 13.2 Kukus 2 7.4 0 0 2 3.7 2 7.4 2 7.7 4 7.5 Rebus 6 22.2 2 7.4 8 14.8 4 14.8 6 23.1 10 18.8 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100 Lauk Nabati Goreng 18 66.7 20 74.1 38 70.3 17 63 14 53.8 31 58.5 Tumis 3 11.1 4 14.8 7 12.9 5 18.5 8 30.8 13 24.5 Rebus 5 18.5 3 11.1 8 14.8 5 18.5 4 15.4 9 17.0 Lainnnya 1 3.7 0 0 1 1.8 0 0 0 0 0 0 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100 Sayu ran Tumis 11 40.7 5 8.5 16 29.6 9 33.3 7 26.9 16 30.1 Kuah 16 59.3 21 77.8 37 68.5 17 63.0 19 73.1 36 68.0 Lainnya 0 0 1 3.7 1 1.8 1 3.7 0 0 1 1.8 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100 Buah Utuh 4 14.8 16 59.3 20 37.0 7 25.9 5 19.2 12 22.6 Potong 14 51.9 7 25.9 21 38.8 18 66.7 17 65.4 35 66.0 Jus/Sari 9 33.3 4 14.8 13 24.0 2 7.4 4 15.4 6 11.3 Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Tingkat Kesukaan Contoh

Tingkat kesukaan adalah kemampuan individu dalam menentukan

Dokumen terkait