• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua. Indonesia berada di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, yang terletak di Benua Asia bagian tenggara dengan koordinat Geografis 6OLU – 11OLS dan 95OBT – 141O BT. Di Indonesia terdapat 34 Propinsi yang meliputi 508 Kabupaten/Kota. Penelitian Riskesdas 2013 Jumlah Propinsi, Kabupaten/Kota yang diikutkan sebanyak 33 Propinsi dan 497 Kabupaten/Kota.

Karakteristik Ibu Hamil Karakteristik ibu hamil di perdesaan dan perkotaan

Karakteristik ibu hamil terdiri dari usia ibu hamil, usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan, antenatal care, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan konsumsi tablet Fe. Adapun sebaran karakteristik ibu hamil dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada Tabel 2, sebagian besar ibu hamil, baik yang bertempat tinggal di perkotaan maupun di perdesaan berada dalam rentang usia 20 – 35 tahun, yaitu masing-masing 50,2% dan 49,8%. Ibu hamil di perdesaan dengan usia berada pada usia muda dan usia lanjut memungkinkan untuk rmengalami resiko KEK. Usia ibu hamil akan menjadi risiko kejadian KEK pada masa kehamilan yang disebabkan oleh adanya kompetisi dalam penyerapan zat gizi antara ibu hamil dengan janin yang dikandungnya (Gigante 2005).

Usia kehamilan merupakan jumlah bulan kehamilan yang dibagi menjadi trimester kehamilan. Usia kehamilan yang diteliti meliputi trimester I, II, dan trimester III, dimana masing-masing trimester I sebesar 50,4% di perkotaan dan 49,6% di perdesaan, trimester II, 49,7% di perkotaan dan 50,3% di perdesaan, trimester III 47,8% di perkotaan dan 52,2% di perdesaan. Meningkatnya jumlah usia kehamilan akan menyebabkan kebutuhan akan zat gizi akan bertambah, namun pada masa awal kehamilan jumlah zat gizi yang dapat terserap oleh tubuh lebih sedikit yang dikarenakan perubahan hormonal tubuh, hal ini ditandai dengan mual dan muntah yang terjadi pada masa awal kehamilan (Moore 2004).

Pada Tabel 2, jumlah kelahiran atau paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Jumlah paritas tinggi jika > 3 kali dan normal jika ≤ 3 kali. Sebanyak 44,0% di perkotaan dan 56,0% di perdesaan ibu hamil mengalami paritas tinggi. Ibu hamil yang mempunyai paritas normal masing- masing 50,3% di perkotaan dan 49,7% di perdesaan. Menurut Moore 2004, paritas tinggi pada ibu hamil dapat menyebabkan KEK, hal ini diakibatkan karena kemampuan tubuh ibu dalam memberikan asupan gizi bagi janin.

Jarak kehamilan merupakan lama waktu awal kehamilan saat ini dengan kelahiran sebelumnya, yang dinyatakan dalam satuan tahun. Sebanyak 50,1% ibu hamil mengalami jarak kehamilan yang pendek yaitu < 2 tahun di perkotaan dan 49,9% di perdesaan. Ibu hamil yang jarak kehamilannya normal di perkotaan sebesar 48,9% dan di perdesaan sebesar 51,1%.

Tabel 2 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dan sosial ekonomi di perdesaan dan perkotaan

Karakteristik Ibu Hamil

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan p n % n % n % Usia Ibu <20 tahun dan >35 tahun 559 45,4 673 54,6 1232 100 0,00 20-35 tahun 2208 50,2 2194 49,8 4402 100 Total 2767 49,1 2867 50,9 5634 100 Usia Kehamilan Trimester 1 647 50,4 636 49,6 1283 100 Trimester 2 1085 49,7 1099 50,3 2184 100 0,10 Trimester 3 1035 47,8 1132 52,2 2167 100 Total 2767 49,1 2867 50,9 5634 100 Jumlah Kehamilan > 3 kali 473 44,0 601 56,0 1074 100 0,00 ≤ 3 kali 2294 50,3 2266 49,7 4560 100 Total 2767 49,1 2867 50,9 5634 100 Jarak Kehamilan <2 tahun 523 50,1 520 49,9 1043 100 0,46 ≥2 tahun 2244 48,9 2347 51,1 4591 100 Total 2767 49,1 2867 50.9 5634 100 Status Kerja Tidak Bekerja 1855 50,3 1832 49,7 3687 100 0,01 Bekerja 912 46,8 1035 53,2 1947 100 Total 2767 49,1 2867 50,9 5634 100 Tingkat Pendidikan ≤SMP 1168 37,0 1991 63,0 3159 100 0,00 >SMP 1599 64,6 876 35,4 2475 100 Total 2767 49,1 2867 50,9 5634 100 Konsumsi tablet besi

Kurang 2289 48,6 2425 51,4 4714 100 0,05 Cukup 478 52,0 442 48,0 920 100 Total 2767 49,1 2867 50,9 5634 100 Antenatal care Tidak lengkap 837 44,0 1066 56,0 1903 100 0,00 Lengkap 1930 51,7 1801 48,3 3731 100 Total 2767 49,1 2867 50,9 5634 100 Status Gizi KEK 574 43,5 746 56,5 1320 100 0,00 Normal 2193 50,8 2121 49,2 4314 100 Total 2767 49,1 2867 50,9 5634 100

Jarak kehamilan dengan rentang kurang dari dua tahun tidak berbeda nyata, di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan perdesaan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kemudahan akses kesehatan dan faktor sosial seperti gaya hidup dan pergaulan bebas.

Sebagian besar status pekerjaan ibu hamil di perkotaan adalah ibu rumah tangga atau tidak bekerja dengan prosentase 50,3% dan ibu hamil di perdesaan yang tidak bekerja sebesar 49,7%. Ibu hamil dengan status pekerjaan, pada ibu hamil bekerja yang bertempat tinggal di perdesaan sebesar 53,2% dan daerah perkotaan sebesar 46,8%. Karakteristik pada ibu hamil berhubungan pula dengan tempat tinggal, dimana sebagian besar karakteristik ibu hamil dengan predikat kurang baik bertempat tinggal di perdesaan. Salah satu faktor yang menyebabkan wanita di desa ikut bekerja adalah keadaan ekonomi dengan banyaknya tanggungan keluarga (Aritonang 2005). Menurut Suhanda 2009, sebagian besar penduduk yang tinggal di perdesaan mempunyai pekerjaan sebagai petani yang merupakan pekerjaan utama sehingga akan mempengaruhi tingkat ekonomi keluarga.

Sebagian besar ibu hamil pada Tabel 2 merupakan ibu hamil dengan pendidikan paling tinggi Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau setara sebesar 63,0% berada didaerah pedesaan dan Pendidikan SMA/Diploma/PT sebesar sebagian besar berada di daerah perkotaan dengan 64,4%. Berbagai faktor penyebab masalah gizi, kemiskinan merupakan penyebab yang bersifat timbal balik, dimana kemiskinan menyebabkan kurang gizi dan individu yang kurang gizi menyebabkan berkurangnya kesempatan dalam hal produktifitas, menurunkan kemampuan kognitif dan berakibat rendahnya pendidikan dan dapat menurunkan tingkat ekonomi keluarga yang pada akhirnya akan menyebabkan kemiskinan (Bapennas 2007).

Konsumsi Fe merupakan jumlah konsumsi suplementasi tablet besi ibu hamil selama kehamilan. Dikatakan baik jika mengkonsumsi tablet besi ≥90 hari dan kurang jika < 90 hari. Dalam penelitian ini konsumsi tablet besi kurang dari 90 hari sebesar 48,6% didaerah perkotaan dan 51,4% didaerah perdesaan. Konsumsi tablet besi yang kurang merupakan penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil dengan berkurangnya kadar Hemoglobin di dalam darah. Anemia yang terjadi pada ibu hamil dapat mengakibatkan berkuranganya asupan zat-zat gizi kedalam target sel, sehingga dapat menyebabkan kurang energi protein pada ibu hamil (Kordas 2013).

AntenatalCare merupakan pengawasan pada ibu hamil sebelum melahirkan yang dinyatakan dengan ANC lengkap dan tidak lengkap. Antenatalcare pada ibu hamil yang dinyatakan lengkap sebesar 51,7% di perkotaan dan sebesar 48,3% di pedesaan. Antenatalcare yang tidak lengkap sebesar 44% didaerah perkotaan dan 56% di daerah pedesaan. Antenatal care pada ibu hamil di anggap kurang berhasil walaupun tingkat kelengkapannya cukup tinggi, hal ini dikarenakan kepatuhan mengkonsumsi suplemen yang diberikan sangat rendah (WHO 2010)

Hasil uji beda pada Tabel 2, status KEK pada ibu hamil di perkotaan sebesar 43,5% dan KEK di perdesaan sebesar 56,5%. Status gizi normal di daerah perkotaan sebesar 50,8% dan daerah perdesaan sebesar 49,2%. Variabel penelitian pada daerah perkotaan dan perdesaan yaitu usia ibu, jumlah kehamilan, status pekerjaan, status pendidikan, konsumsi besi, antenatal care dan status gizi mempunyai perbedaan yang signifikan dengan nilai p < 0,05.

Karakteristik ibu hamil berbagai pulau di Indonesia

Pada penelitian ini menggunakan contoh di pulau-pulau besar di Indonesia. Pulau yang digunakan dalam analisis yaitu Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Pada Tabel 3 dapat dilihat perbandingan karakteristik ibu hamil antara pulau-pulau besar di Indonesia. Hasil uji Man-Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar pulau untuk usia ibu, jumlah kehamilan, jarak kehamilan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, konsumsi tablet Fe, antenatal care dan status kurang energi kronik dengan nilai p < 0,05.

Berdasarkan usia ibu hamil, dalam penelitian ini usia ibu dengan rentang usia dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun proporsi terbanyak ada di pulau Jawa dengan prosentase 24,2%. Usia ibu dengan rentang 20 – 35 tahun proporsi terbanyak ada di pulau Sumatera dengan prosentase 80,9%. Usia kehamilan pada trimester I proporsi tertinggi berada di wilayah Sumatera dengan 24,7%, terendah berada di wilayah Sulawesi dengan 19,5%. Usia kehamilan pada trimester II proporsi tertinggi berada di wilayah Sulawesi dengan 40,7%, terendah berada di wilayah Jawa dengan 37,4%. Usia kehamilan pada trimester III proporsi tertinggi berada di wilayah Maluku & Papua dengan prosentase 40,2%, terendah berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 36,3%. Ibu hamil dengan jumlah kehamilan lebih dari 3 kali proporsi terbanyak berada di wilayah Maluku dan Papua dengan prosentase 29,3%, terendah berada di wilayah Jawa dengan 12,1%. Ibu hamil dengan jumlah kehamilan kurang atau sama dengan 3 kali proporsi terbanyak berada di wilayah Jawa dengan prosentase 87,9%, sedangkan proporsi terendah adalah wilayah Maluku & Papua dengan prosentase 70,7%. Ibu hamil dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun pada penelitian ini dengan proporsi tertinggi berada di wilayah Maluku & Papua dengan prosentase 28%, sedangkan proporsi terendah berada di wilayah Jawa dengan prosentase 13,8%. Usia reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosi cenderung masih labil, mental yang belum matang sehingga mudah mengalami guncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi selama hamil. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terkait dengan kemunduran dan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun cenderung melahirkan bayi dengan berat yang lebih rendah di bandingkan ibu yang berusia 20-35 tahun. Ibu yang hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai Risiko 1.4 dan 1.8 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah dibandingkan dengan ibu hamil pada usia 20-35 tahun (Nurhadi 2006)

Ibu hamil dengan jarak kehamilan lebih atau sama dengan 2 tahun proporsi tertinggi berada di wilayah Jawa dengan prosentase 86,2%, sedangkan proporsi terendah berada di wilayah Maluku & Papua dengan 72%. Status kerja pada ibu hamil dengan status bekerja dengan proporsi tertinggi berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 52,5%, sedangkan terendah berada di wilayah Sulawesi dengan prosentase 28,9%. Ibu hamil yang tidak bekerja dengan proporsi tertinggi berada di wilayah Sulawesi dengan prosentase 71,1%, sedangkan proporsi terendah berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 47,5%. Salah satu faktor yang mempengaruhi cadangan besi dalam tubuh ibu

hamil selain dari konsumsi dan absorbsi zat gizi yang rendah adalah jarak kelahiran dan paritas. Jika kehamilan berdekatan dengan kehamilan sebelumnya, maka ibu tidak mempunyai cukup waktu untuk mengembalikan cadangannya dan akan berpotensi menyebabkan anemia

Perbedaan karakter demografi masing-masing pulau akan menyebabkan perbedaan beberapa faktor yang secara langsung mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan Antenatal Care antara lain ; pendidikan ibu, pekerjaan, umur, paritas serta jarak kehamilan. Pendidikan yang rendah merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap kunjungan Antenatal Care pada ibu hamil. Berdasarkan penelitian ini ditemukan kelompok ibu yang paling banyak tidak melakukan Antental Care adalah sebanyak 14 ibu (78,8%) dengan pendidikan tamat Sekolah dasar (Notoatmodjo 2007)

Hubungan yang saling mempengaruhi antara pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan yang semakin tinggi dengan jenjang pendidikan makin tinggi pula, hal ini dapt dilihat melalui data sebagai berikut: tidak sekolah yang memeriksakan kehamilannya (75,8%) dengan presentase terendah, dan kelompok tingkat pendidikan dengan tamat perguruan tinggi memilik presentase tertinggi dari kelompok pendidikan yang lain untuk memeriksakan kehamilannya yaitu (94,4%) (Balitbangkes 2007)

Tingkat pendidikan pada ibu hamil dan wilayah yang mempunyai proporsi dengan pendidikan ibu hamil kurang atau sama dengan SMP adalah pulau Kalimantan dengan prosentase 64,2%, sedangkan yang terendah berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 47,3%. Ibu hamil dengan pendidikan diatas SMP dengan proporsi terbanyak berada di pulau Sumatera dengan prosentase 52,7%, sedangkan yang terendah berada di wilayah Kalimantan dengan prosentase 35,8%. Ibu hamil dengan frekuensi konsumsi tablet Fe kurang dari 90 hari dengan proporsi terbanyak berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 93,8%, sedangkan proporsi terendah berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 87,7%. Ibu hamil dengan prekuensi konsumsi tablet lebih atau sama dengan 90 hari proporsi tertinggi berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 12,3%, sedangkan yang terendah berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 6,2%. Ibu hamil dengan antenatal care tidak lengkap dengan proporsi tertinggi berada di wilayah Maluku & Papua dengan prosentase 43,2%, sedangkan proporsi terendah berada di wilayah Jawa dengan prosentase 30%. Ibu hamil dengan antenatal care lengkap dengan proporsi tertinggi berada di wilayah Jawa dengan prosentase 70%, sedangkan yang terendah berada di pulau Maluku & Papua dengan prosentase 56,8%. Status gizi ibu hamil dengan status KEK tertinggi berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 28,6%, sedangkan yang paling rendah adalah pulau Sumatera dengan prosentase 19,8%. Ibu hamil dengan status gizi normal atau tidak mengalami KEK proporsi tertinggi berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 80,2%, sedangkan yang paling rendah berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 71,4%.

Perbedaan budaya, ras dan suku bangsa setidaknya memberikan perbedaan dalam hal outcome yang dihasilkan, dalam hal ini adalah kesehatan dan asupan gizi pada ibu hamil ( School 2005)

23

Karakteristik Ibu Hamil

Sumatera Jawa Bali & Nusa

Tenggara Kalimantan Sulawesi

Maluku & Papua Total n % n % n % n % n % n % n % Usia Ibu <20 tahun dan >35 tahun 306 19.1 436 24.2 90 19.8 123 21.1 184 23.7 93 22.7 1232 21.9 20-35 tahun 1300 80.9 1368 75.8 365 80.2 460 78.9 592 76.3 317 77.3 4402 78.1 Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100 Usia Kehamilan Trimester 1 397 24.7 413 22.9 103 22.6 128 22.0 151 19.5 91 22.2 1283 22.8 Trimester 2 626 39.0 674 37.4 181 39.8 233 40.0 316 40.7 154 37.6 2184 38.8 Trimester 3 583 36.3 717 39.7 171 37.6 222 38.1 309 39.8 165 40.2 2167 38.5 Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100 Jumlah Kehamilan > 3 kali 332 20.7 219 12.1 108 23.7 122 20.9 173 22.3 120 29.3 1074 19.1 ≤ 3 kali 1274 79.3 1585 87.9 347 76.3 461 79.1 603 77.7 290 70.7 4560 80.9 Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100 Jarak Kehamilan <2 tahun 332 20.7 249 13.8 105 23.1 86 14.8 156 20.1 115 28.0 1043 18.5 ≥2 tahun 1274 79.3 1555 86.2 350 76.9 497 85.2 620 79.9 295 72.0 4591 81.5 Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100 Lanjutan

Hamil n % n % n % n % n % n % n % Status Kerja Bekerja 573 35.7 555 30.8 239 52.5 193 33.1 224 28.9 163 39.8 1947 34.6 Tidak Bekerja 1033 64.3 1249 69.2 216 47.5 390 66.9 552 71.1 247 60.2 3687 65.4 Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100 Tingkat Pendidikan ≤SMP 760 47.3 1073 59.5 266 58.5 374 64.2 452 58.2 234 57.1 3159 56.1 >SMP 846 52.7 731 40.5 189 41.5 209 35.8 324 41.8 176 42.9 2475 43.9 Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100 Frekuensi Konsumsi Fe <90 hari 1507 93.8 1670 92.6 399 87.7 542 93.0 724 93.3 376 91.7 5218 92.6 ≥90 hari 99 6.2 134 7.4 56 12.3 41 7.0 52 6.7 34 8.3 416 7.4 Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100 Antenatal Care Tidak lengkap 491 30.6 541 30.0 152 33.4 213 36.5 329 42.4 177 43.2 1903 33.8 Lengkap 1115 69.4 1263 70.0 303 66.6 370 63.5 447 57.6 233 56.8 3731 66.2 Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100 Status Gizi KEK 318 19.8 438 24.3 130 28.6 143 24.5 181 23.3 110 26.8 1320 23.4 Normal 1288 80.2 1366 75.7 325 71.4 440 75.5 595 76.7 300 73.2 4314 76.6 Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100

Pada Tabel 3, jumlah kehamilan dan jarak kehamilan di daerah Maluku dan Papua mempunyai prosentase tertinggi yaitu 29,3% dan 28,%. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan dampaknya pada bayi yang dilahirkan. Daerah Maluku dan Papua merupakan daerah dengan indeks kemiskinan tertinggi di Indonesia, dengan Provinsi Papua, Papua Barat dan Maluku menempati peringkat satu sampai tiga. Kemiskinan akan berdampak jauh kepada masalah kesehatan masyarakat.

Status gizi ibu hamil dengan status KEK tertinggi berada di daerah Bali dan Nusa Tenggara dengan 28,6%. Hal ini sering dikaitkan dengan sumber daya alam dan kemiskinan di daerah NTB dan NTT, sumber protein yang sebagian besar berasal dari sayuran dan biji-bijian mempengaruhi tingkat pembentukan otot dan cadangan lemak. Tingkat pendidikan dan askes pelayanan kesehatan yang masih rendah juga menambah risiko terjadinya masalah KEK.

Prevalensi KEK Pada Ibu Hamil

Masalah KEK perlu medapatkan perhatian serius. Prevalensi Nasional KEK adalah 23%. Namun dalam penelitian ini berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa ibu hamil dengan status kurang energi kronik berjumlah 23,4% atau berjumlah 1320 ibu hamil. Sementara ibu hamil dengan status lingkar lengan atas Normal berjumlah 76,6% atau berjumlah 4314 ibu hamil. Hal ini disebabkan oleh kelengkapan data dan jumlah setiap propinsi berbeda dalam hal contoh. Sebaran status gizi ibu hamil dapat dilihat pada Gambar 2.

Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan yang normal. Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia. Kejadian KEK dan anemia pada ibu hamil umumnya disebabkan karena rendahnya asupan zat gizi ibu selama kehamilan bukan hanya berakibat pada ibu bayi yang dilahirkannya, tetapi juga faktor resiko kematian ibu (Almatsier, 2004).

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Penapisan KEK dengan ukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari-hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Arisman 2009)

Kurang Energi Kronik Normal

Gambar 2 Sebaran ibu hamil berdasarkan status gizi menurut lingkar lengan atas (LILA)

Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Kurang energi kronik juga akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa 2002). Hardinsyah (2007) menyebutkan bahwa 41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan biososial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsi pangan, umur, paritas, dan sebagainya. KEK merupakan gambaran status gizi ibu di masa lalu, kekurangan gizi kronis pada masa anak-anak baik disertai sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh yang kuntet (stunting) atau kurus (wasting) pada saat dewasa

Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Status KEK Hubungan karakteristik ibu hamil dengan status KEK di perdesaan

Karakteristik ibu hamil di perdesaan beberapa diantaranya mempunyai hubungan dan menjadi faktor resiko terjadinya kurang energi kronik. Tempat tinggal mempengaruhi terjadinya kurang energi kronis. Keluarga dengan ibu hamil yang tinggal di perdesaan cenderung lebih banyak mengalami kekurangan gizi dibanding perkotaan.

Usia ibu hamil yang bertempat tinggal diperdesaan mempunyai hubungan dengan kurang energi kronik pada ibu hamil. Usia ibu hamil yang terlalu dini yang mungkin diakibatkan pendidikan orang tua yang kurang. Shaheen (2006) kualitas hidup ibu hamil dipedesaan menjadi menurun akibat kekurangan zat gizi

23,4%

dan hal tersebut disebabkan karena pernikahan dini dan anemia. Usia reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun.

Berdasarkan analisis pada Tabel 4, KEK berhubungan dengan usia ibu OR

1,252 (CI 95%, 1,033-1,517), jarak kehamilan OR 1,321 (CI 95%, 1,072-1,627) dan pendidikan OR 1,289 (CI 95%: 1,070-1,552).

Tabel 4 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dengan status KEK di perdesaan Variabel Status Gizi Total p OR KEK Normal n % n % n % Usia ibu 0.022 1.252 (1.033- 1.517) <20 tahun dan >35 tahun 198 29.4 475 70.6 673 100 20-35 tahun 548 25.0 1646 75.0 2194 100 Total 746 26.0 2121 74.0 2867 100 Jumlah kehamilan 0.087 0.832 (0.674- 1.027) >3 kali 140 23.3 461 76.7 601 100 ≤3 kali 606 26.7 1660 73.3 2266 100 Total 746 26.0 2121 74.0 2867 100 Jarak kehamilan 0.009 1.321 (1.072- 1.627) <2 tahun 159 30.6 361 69.4 520 100 ≥2 tahun 587 25.0 1760 75.0 2347 100 Total 746 26.0 2121 74.0 2867 100 Pekerjaan 0.576 1.051 (0.883- 1.251) Tidak bekerja 483 26.4 1349 73.6 1832 100 Bekerja 263 25.4 772 74.6 1035 100 Total 746 26.0 2121 74.0 2867 100 Pendidikan 0.007 1.289 (1.070- 1.552) ≤SMP 547 27.5 1444 72.5 1991 100 >SMP 199 22.7 677 77.3 876 100 Total 746 26.0 2121 74.0 2867 100 Konsumsi tablet Fe 0,556 0,934 (0,743- 1,173) Kurang 626 25,8 1799 74,2 2425 100 Cukup 120 27,1 322 72,9 442 100 Total 746 26.0 2121 74.0 2867 100 Antenatal care 0.08 1,163 (0,920- 1,380) Tidak lengkap 297 27,9 769 72,1 1066 100 Lengkap 449 24,9 1352 75,1 1801 100 Total 746 26.0 2121 74.0 2867 100

Ibu hamil yang bertempat tinggal di perdesaan, jika dianalisis secara

bivariate, maka usia ibu hamil mempunyai hubungan yang signifikan dengan p < 0,05 dengan nilai odds ratio 1,252 yang artinya usia ibu hamil kurang dari 20

tahun dan lebih dari usia 35 tahun menjadi faktor resiko 1,25 kali lebih tinggi menderita KEK jika dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia dalam rentang 20 sampai dengan 35 tahun. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosi cenderung masih labil, mental yang belum matang sehingga mudah mengalami guncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi selama hamil. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terkait dengan kemunduran dan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun cenderung melahirkan bayi dengan berat yang lebih rendah di bandingkan ibu yang berusia 20-35 tahun. Ibu yang hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai Risiko 1.4 dan 1.8 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah dibandingkan dengan ibu hamil pada usia 20-35 tahun (Nurhadi 2006)

Jarak kehamilan berhubungan dengan kurang energi kronik pada ibu hamil. Ibu hamil yang bertempat tinggal di perdesaan, jika dianalisis secara bivariate,

maka jarak kehamilan mempunyai hubungan yang signifikan dengan p < 0,05 dengan nilai odds ratio 1,321 yang artinya jarak kehamilan kurang dari 2 tahun menjadi faktor resiko 1,32 kali lebih tinggi menderita KEK jika dibandingkan dengan ibu hamil yang jarak kehamilannya lebih atau sama dengan 2 tahun. Jarak kelahiran merupakan waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran berikutnya. Jarak lahir yang terlalu dekat dapat meningkatkan potensi untuk bisa terjadinya anemia. Hal ini disebabkan karena kondisi ibu hamil setelah melahirkan belum optimal untuk masa recovery namun sudah harus memenuhi zat gizi janin yang baru, sehingga risiko anemia semakin besar dengan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun (Nurhadi 2006). Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau dibawah dua tahun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi cadangan besi dalam tubuh ibu hamil selain dari konsumsi dan absorbsi zat gizi yang rendah.

Pengetahuan dan pendidikan sangat penting dalam menentukan asupan zat gizi bagi ibu hamil dan keluarga karena pendidikan dapat membantu penyampaian informasi tentang makanan bergizi yang mendukung kesehatan keluarga (Suhardjo 1996). Sementara itu menurut Adeladza (2009), ibu dengan pendidikan yang baik atau tinggi mempunyai status gizi yang lebih baik dibandingkan yang tidak atau kurang berpendidikan. Ibu hamil yang bertempat tinggal di perdesaan, jika dianalisis secara bivariate, maka pendidikan ibu hamil mempunyai hubungan yang signifikan dengan p < 0,05 dengan nilai odds ratio 1,289 yang artinya pendidikan ibu hamil kurang atau sama dengan SMP/Sederajat menjadi faktor resiko 1,28 kali lebih tinggi menderita KEK jika dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai pendidikan SMA/Perguruan Tinggi.

Jumlah kehamilan, pekerjaan, konsumsi tablet Fe dan antenatal care tidak berhubungan dengan kurang energi kronis pada ibu hamil di pedesaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nurhadi (2006) yang

Dokumen terkait