• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Situasi Masalah Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Situasi Masalah Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil di Indonesia."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SITUASI MASALAH KURANG ENERGI

KRONIK PADA IBU HAMIL DI INDONESIA

LALU JUNTRA UTAMA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Situasi Masalah Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil di Indonesia adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Lalu Juntra Utama

(4)

RINGKASAN

LALU JUNTRA UTAMA Analisis Situasi Masalah Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil di Indonesia. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA dan M RIZAL M DAMANIK

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan pilar utama bagi pembangunan, karena kualitas sumber daya manusia sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia antara lain dicerminkan oleh derajat kesehatan, yang ditentukan oleh kualitas kehamilan wanita. Pada periode ini wanita hamil sangat membutuhkan asupan gizi seimbang, kesehatan yang baik dan benar agar dapat melewati fase kehamilan secara optimal.

Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi mikro. Saat seorang ibu hamil makan, maka sebenarnya ada dua tubuh yang harus tercukupi kebutuhan akan zat gizinya, yaitu tubuh ibu dan tubuh janin yang selalu tumbuh dan berkembang. Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu janin.

Beberapa gangguan gizi ibu hamil pada masa kehamilan diantaranya adalah Kurang Energi Kronik. Kurang energi kronik (KEK) adalah keadaan dimana ibu mengalami kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan – gangguan kesehatan ibu dengan tanda atau gejala antara lain badan lemah dan muka pucat (Depkes RI 2005). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, anemia gizi besi merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi pada wanita hamil berusia 15 – 49 tahun sebesar 24,2%. Beberapa propinsi menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dari nasional, seperti Sulawesi Tengah, Maluku, Papua dan NTT dengan prevalensi 45%. (Balitbangkes 2013). Proporsi penduduk Indonesia yang hamil umur 10-54 tahun di Indonesia adalah 2,68 persen, di perkotaan (2,8%) lebih tinggi dibanding perdesaan (2,55%). Pola kehamilan berbeda menurut kelompok umur dan tempat tinggal. Penduduk perempuan umur 10-54 tahun, terdapat kehamilan pada umur sangat muda (<15 tahun), meskipun dengan proporsi yang sangat kecil (0,02%), terutama terjadi di perdesaan (0,03%). Proporsi kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) adalah 1,97 persen, perdesaan (2,71%) lebih tinggi dibanding perkotaan (1,28%) (Balitbangkes 2013)

Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil berdasarkan perdesaan, perkotaan dan wilayah pulau (2) Menganalisis prevalensi KEK pada ibu hamil (3) Menganalisis hubungan karakteristik ibu hamil dengan KEK di perdesaan dan perkotaan (4) Menganalisis determinan KEK pada ibu hamil di perdesaan dan perkotaan (5) Menganalisis hubungan karakteristik ibu hamil dengan KEK berbagai pulau di Indonesia (6) Menganalisis determinan KEK pada ibu hamil berbagai pulau di Indonesia.

(5)

dengan desain crossectional untuk menggambarkan masalah kesehatan penduduk Indonesia secara keseluruhan. Populasi dalam analisis ini adalah seluruh ibu hamil di Indonesia yang telah terdata oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sampel yang digunakan adalah ibu hamil yang mempunyai data lengkap dalam electronic file. Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 5643 orang.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan software Microsoft Office Excell 2007 dan SPSS versi 19.0. Pengolahan data dilakukan terhadap karakteristik ibu hamil (status gizi, usia ibu, usia kehamilan, jarak kehamilan, jumlah kehamilan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, konsumsi tablet Fe, antenatal care dan tempat tinggal.

Analisis univariate dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi dan frekwensi dari berbagai variable yang diteliti. Pengujian hubungan antar variable digunakan uji Chi square. Pengujian untuk menentukan faktor determinan KEK dilakukan dengan analisis regresi biniar berganda dengan metode stepwise.

Ibu hamil yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan mempunyai prevalensi kurang energi kronik sebesar 20,7% dan tempat tinggal diwilayah pedesaan sebesar 26% , total untuk penduduk perkotaan dan perdesaan sebesar 23,4%. Sebagian besar sampel mempunyai tempat tinggal di perdesaan. Proporsi terbanyak tingkat pendidikan ibu hamil adalah pendidikan dasar. Sebagian besar ibu hamil adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Jumlah ibu hamil yang beresiko dengan jarak kehamilan baik pada daerah perkotaan dan perdesaan tidak jauh berbeda yaitu masing-masing 18,9% di perkotaan dan 18,1% di perdesaan.

Berdasarkan uji statistik, usia ibu, jumlah kehamilan dan antenatal care mempunyai hubungan dengan KEK di perkotaan (p<0,05). Sedangkan dengan variable lain tidak terdapat hubungan yang nyata. Daerah perdesaan, KEK berhubungan nyata dengan usia ibu, jarak kehamilan, dan tingkat pendidikan. Sementara dengan variabel lain tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Hubungan KEK dan variabel lain menurut pembagian pulau mempunyai perbedaan. Pulau Sumatera dan Jawa, KEK berhubungan dengan jumlah kehamilan. Pulau Bali dan Nusra, KEK berhubungan dengan jumlah kehamilan, jarak kehamilan, tingkat pendidikan dan antenatal care. Pulau Kalimantan, KEK berhubungan dengan antenatal care. Pulau Sulawesi, KEK berhubungan dengan jumlah kehamilan, jarak kehamilan, status kerja dan konsumsi Fe. Pulau Maluku dan Papua, KEK tidak berhubungan nyata dengan semua variabel.

(6)

SUMMARY

LALU JUNTRA UTAMA Analysis of Chronic Energy Deficiency on Pregnant

Women in Indonesia Supervised by IKEU TANZIHA and M RIZAL M DAMANIK

Improving the quality of human resources is the main pillar for development, because of the quality of human resources will determine the progress of a nation. The quality of human resources, among others, mirrored by health status, which is determined by the quality of the woman's pregnancy.In this period of pregnant women in dire need of balanced nutrition, good health and correctly in order to pass through a phase of pregnancy optimally.

Pregnancy is always associated with the physiological changes that result in an increase in the volume of fluid and red blood cells and a decrease in the concentration of nutrient-binding proteins in the blood circulation, as well as a decrease in micronutrients. When a pregnant woman eating, then in fact there are two bodies that must be fulfilled the need for nutrients, the body of the mother and fetus are always growing and developing. The gestation period is a period of growth and development of the fetus toward the birth so that the nutritional disorder that occurs during pregnancy will impact the health of the mother of the fetus.

Some maternal malnutrition during pregnancy include Chronic energy deficiency. Chronic energy deficiency (CED) is a condition in which women experience chronic food shortages lasting (chronic) resulting in impaired - maternal health disorders with signs or symptoms include weakness and pallor (Depkes RI 2003). Based on the results of Health Research (Riskesdas) in 2013, iron deficiency anemia is a public health problem with a prevalence among pregnant women aged 15-49 years at 24.2%. Some provinces showed higher prevalence of national, such as Central Sulawesi, Maluku, Papua and NTT with a prevalence of 45%. (Balitbangkes 2013). Indonesia proportion of the population aged 10-54 years who were pregnant in Indonesia was 2.68 percent, in urban areas (2.8%) higher than in rural areas (2.55%). Different patterns of pregnancy by age group and place of residence. Among the female population aged 10-54 years, there is a pregnancy at a very young age (<15 years), albeit with a very small proportion (0.02%), mainly in rural areas (0.03%). The proportion of pregnancies in teens (15-19 years) was 1.97 per cent, rural (2.71%) higher than in urban areas (1.28%). (Balitbangkes 2013).Specifically, this research aims as follows: (1) Identify the characteristics of pregnant women based in rural, urban and island regions (2) to analyze the prevalence of CED in pregnant women (3) analyze the relationship between the characteristics of pregnant women with CED in rural and urban areas (4) Analyze the determinant CED in pregnant women in rural and urban areas (5) analyze the relationship between the characteristics of pregnant women with CED various islands in Indonesia (6) to analyze the determinants of CED in pregnant women various islands in Indonesia.

(7)

women who had complete data in the electronic file. The total number of samples in this study were 5643 people.

Processing and analysis of data in this study using the software Microsoft Office Excel 2007 and SPSS version 19.0. Data processing is done on the characteristics of pregnant women (nutritional status, maternal age, gestational age, spacing of pregnancy, number of pregnancies, employment status, education level, consumption of iron tablet, antenatal care and shelter.

Univariate analysis conducted to obtain a picture of the distribution and frequency of different variables studied. Testing the relationship between variables used Chi square test. Tests to determine the determinant factors KEK done biniar multiple regression analysis with stepwise method.

The prevalence of pregnant women with chronic energy malnutrition status that is 20.7% urban, 26% rural, urban and rural total of 23.4%. Most of the samples have a place to stay in rural areas. CED pregnant women mostly in rural areas. The highest proportion of maternal education level is primary education. Most pregnant women are housewives who are not working. The number of pregnant women who are at risk of pregnancy distances well in urban and rural areas are not much different that each of 18.9 in urban areas and 18.1 in rural areas.

Based on statistical test, maternal age, number of pregnancies, and antenatal care have a relationship with KEK in urban areas (p <0.05). Whereas the other variables there are no real relationship. Rural areas, CED associated significantly with maternal age, pregnancy spacing, and level of education. While the other variable is not significant relationship.

CED relations and other variables according to the division of the island has a difference. Sumatra Island, KEK associated with the number of pregnancies. Java Island CED associated with the number of pregnancies. The island of Bali and Nusra, CED berhubungn the number of pregnancies, spacing pregnancies, educational level and antenatal care. Borneo island, CED associated with antenatal care. Sulawesi Island, CED associated with the number of pregnancies, spacing pregnancies, employment status and consumption of iron tablets. Island of Maluku and Papua, CED is not related real with all the variables

(8)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi Undang – Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

(9)

ANALISIS SITUASI MASALAH KURANG ENERGI

KRONIK PADA IBU HAMIL DI INDONESIA

LALU JUNTRA UTAMA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala kasih, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Situasi Masalah Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil di Indonesia”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar master (S2) pada program study ilmu Gizi Masyarakat, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, dari lubuk hati yang paling dalam, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Prof. Drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc,PhD, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS sebagai dosen penguji luar komisi dan kepada Dr. Katrin Roosita, SP, MSi selaku moderator yang telah memandu jalannya sidang tesis.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Badan Litbangkes, Badan PPSDM Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI dan Poltekkes Kemenkes Kupang yang telah mengizinkan penulis untuk melanjutkan pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor Ilmu Gizi Masyarakat dan memberikan bantuan beasiswa pendidikan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh staf pengajar Sekolah Pasca Sarjana IPB Gizi Masyarakat yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan, serta seluruh staf administrasi atas pelayanan yang telah diberikan.

Kepada teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 2013, terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan dukungannya selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Kita telah melewati masa-masa indah di bangku kuliah.

Kepada istri tercinta, Lina Yunita, S.Si, terima kasih atas semua do’a, dukungan, pengertian dan kasih sayang selama penulis menempuh pendidikan. Terima kasih tak terhingga kepada Ayahanda Lalu Mas’ud dan Ibunda BaiqAmenahyang tak putus-putusnya selalu memberikan dukungan dan mendoakan untuk kelancaran dan keberhasilan penulis. Kepada mertua Bapak Abdullah Daeng Tolla (Alm), Bunda Nunung, Lani Laranita,ST, Lalu Januarsa Atmaja,SH, Abdian Saputra, Diah Sapitri,ST, Baiq Marisa Atmayanti, Amd.Kep, Lia, Rahman terima kasih untuk semuanya.

Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan studi ini, penulis ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua kebaikannya. Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kesehatan, khususnya pada ibu hamil.

Semoga karya penelitian ini bermanfaat

Bogor, Juli 2015

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Kehamilan 4

Kurang Energi Kronik (KEK) 4

Karakteristik yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil 5

Usia ibu dan usia kehamilan 5

Paritas dan jarak kehamilan 6

Antenatal care 6

Pekerjaan dan pendidikan 7

Penyakit infeksi 8

Kesehatan lingkungan 9

Pelayanan kesehatan 10

Anemia 10

KERANGKA PEMIKIRAN 12

METODE 14

Desain, lokasi dan waktu penelitian 14

Jumlah dan cara pengambilan contoh 14

Jenis dan cara pengumpulan data 14

Pengolahan dan analisis data 15

Definisi operasional 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 18

Gambaran umum wilayah penelitian 18

Karakteristik ibu hamil 18

Karakteristik ibu hamil di perdesaan dan perkotaan 18 Karakteristik ibu hamil diberbagai pulau di Indonesia 21

(15)

Hubungan karakteristik ibu hamil dengan status KEK 26 Hubungan karakteristik ibu hamil dengan status KEK di perdesaan 26 Hubungan karakteristik ibu hamil dengan status KEK di perkotaan 29 Hubungan karakteristik ibu hamil dengan status KEK di perdesaan dan

perkotaan 32 Determinan kurang energi kronik pada ibu hamil 35

Determinan KEK pada ibu hamil di perdesaan 35

Determinan KEK pada ibu hamil di perkotaan 36

Determinan KEK pada ibu hamil di perdesaan dan perkotaan 37 Hubungan karakteristik ibu hamil dengan KEK berbagai wilayah

di Indonesia 39

Usia ibu hamil 39

Jumlah kehamilan 40

Jarak Kehamilan 42

Status pekerjaan 44

Pendidikan 45

Status Antenatal Care 46

Usia kehamilan 48

Determinan KEK pada ibu hamil di berbagai wilayah Indonesia 49 Determinan KEK pada ibu hamil di Pulau Sumatera 49 Determinan KEK pada ibu hamil di Pulau Jawa 50 Determinan KEK pada ibu hamil di Pulau Bali dan Nusa Tenggara 51 Determinan KEK pada ibu hamil di Pulau Kalimantan 52 Determinan KEK pada ibu hamil di Pulau Sulawesi 52 Determinan KEK pada ibu hamil di Pulau Maluku dan Papua 54

Keterbatasan penelitian 54

SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55 Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 60

(16)

DAFTAR TABEL

1 Kategori variable karakteristik ibu hamil 16 2 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dan sosial

ekonomi di perdesaan dan perkotaan 19

3 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dan sosial

ekonomi di berbagai pulau di Indonesia 23

4 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dengan status

KEK di perdesaan 27

5 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dengan status

KEK di perkotaan 31

6 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dengan status

KEK di perdesaan dan perkotaan 34

7 Determinan KEK pada ibu hamil di perdesaan 36 8 Determinan KEK pada ibu hamil di perkotaan 37 9 Determinan KEK pada ibu hamil di perdesaan dan perkotaan 38 10 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik usia ibu dengan status

KEK di berbagai wilayah 40

11 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik jumlah kehamilan dengan

status KEK di berbagai wilayah 41

12 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik jarak kehamilan dengan

status KEK di berbagai wilayah 43

13 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik status kerja dengan

status KEK di berbagai wilayah 44

14 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik pendidikan dengan

status KEK di berbagai wilayah 46

15 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik ANC dengan status

KEK di berbagai wilayah 47

16 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik usia kehamilan dengan status KEK di berbagai wilayah49

17 Determinan kurang energi kronik pada ibu hamil

di Pulau Sumatera 50

18 Determinan kurang energi kronik pada ibu hamil

di Pulau Bali dan Nusa Tenggara 51

19 Determinan kurang energi kronik pada ibu hamil

di Pulau Kalimantan 52

20 Determinan kurang energi kronik pada ibu hamil

(17)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 13 2 Sebaran ibu hamil berdasarkan status gizi menurut lingkar lengan atas

(LILA) 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis berdasarkan pulau di Indonesia 60 2 Hasil analisis berdasarkan sebaran ibu hamil di Indonesia 60

(18)
(19)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan pilar utama bagi pembangunan, karena kualitas sumber daya manusia sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia antara lain dicerminkan oleh derajat kesehatan, yang ditentukan oleh kualitas kehamilan wanita. Pada periode ini wanita hamil sangat membutuhkan asupan gizi seimbang, kesehatan yang baik dan benar agar dapat melewati fase kehamilan secara optimal.

Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi mikro. Saat seorang ibu hamil makan, maka sebenarnya ada dua tubuh yang harus tercukupi kebutuhan akan zat gizinya, yaitu tubuh ibu dan tubuh janin yang selalu tumbuh dan berkembang. Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu janin. Status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai faktor, karena pada masa kehamilan banyak terjadi perubahan pada tubuhnya yaitu adanya peningkatan metabolisme energi dan juga berbagai zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada dalam kandungannya. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah jumlah makanan, beban kerja, pelayan kesehatan, status kesehatan, pendidikan, absorbsi makanan, paritas dan jarak kelahiran, konsumsi kafein, dan konsumsi tablet besi. Apabila dalam masa kehamilan tingkat status gizinya rendah, maka akan mengakibatkan kehamilan yang berisiko dan untuk mengurangi risiko tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan faktor penyebab terjadinya status gizi buruk terutama Kurang Energi Kronik (KEK).

Beberapa gangguan gizi ibu hamil pada masa kehamilan diantaranya adalah Kurang Energi Kronik. Kurang energi kronik (KEK) adalah keadaan dimana ibu mengalami kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan – gangguan kesehatan ibu dengan tanda atau gejala antara lain badan lemah dan muka pucat (Depkes RI 2006). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, anemia gizi besi merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi pada wanita hamil berusia 15 – 49 tahun sebesar 24,2%. Beberapa propinsi menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dari nasional, seperti Sulawesi Tengah, Maluku, Papua dan NTT dengan prevalensi 45%. Proporsi penduduk Indonesia yang hamil umur 10-54 tahun di Indonesia adalah 2,68 persen, di perkotaan (2,8%) lebih tinggi dibanding perdesaan (2,55%). Pola kehamilan berbeda menurut kelompok umur dan tempat tinggal. Penduduk perempuan umur 10-54 tahun terdapat kehamilan pada umur sangat muda (<15 tahun), meskipun dengan proporsi yang sangat kecil (0,02%), terutama terjadi di perdesaan (0,03%). Proporsi kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) adalah 1,97 persen, perdesaan (2,71%) lebih tinggi dibanding perkotaan (1,28%) (Balitbangkes 2013).

(20)

menyebabkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. KEK ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran dan bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bila BBLR bayi mempunyai Risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23.5 cm. apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda, sehingga tidak berisiko melahirkan BBLR. Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas LILA ibu hamil dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai Risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai Risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. KEK pada ibu hamil juga dapat meningkatkan Risiko untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya (Almatsier 2011).

Di Indonesia kajian faktor risiko Kurang Energi Kronik pada ibu hamil sejauh ini banyak dilakukan pada skala kecil. Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) telah melakukan penelitian data dasar kesehatan skala nasional (Riskesdas) tahun 2013 yang berpotensi diolah dan dianalisis. Penulis tertarik untuk meneliti dan mempelajari faktor risiko KEK pada ibu hamil di Indonesia.

Perumusan Masalah

Kurang Energi Kronis merupakan salah satu masalah pada ibu hamil. Beberapa hal yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil adalah karakteristik ibu hamil, sosial ekonomi, pendidikan, konsumsi makanan, antenatal care. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyajikan data tentang informasi kesehatan dasar penduduk di Indonesia yang belum di analisis lebih lanjut.

(21)

1. Bagaimana hubungan karakteristik ibu hamil, perilaku pemeriksaan selama kehamilan, sosial ekonomi, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dengan prevalensi kurang energi kronis ibu hamil di Indonesia

2. Bagaimana hubungan karakteristik ibu hamil, perilaku pemeriksaan selama kehamilan, sosial ekonomi, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan yang KEK dan normal di perdesaan dan perkotaan dengan prevalensi kurang energi kronis ibu hamil berbeda

3. Bagaimana hubungan karakteristik ibu hamil, perilaku pemeriksaan selama kehamilan, sosial ekonomi, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan yang KEK dan normal di wilayah berbeda

4. Faktor Risiko apa saja yang mempengaruhi status kurang energi kronis berdasarkan analisis uji pada ibu hamil di Indonesia

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi masalah status KEK pada ibu hamil di Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil berdasarkan perdesaan, perkotaan dan wilayah pulau

2. Menganalisis prevalensi KEK pada ibu hamil

3. Menganalisis hubungan karakteristik ibu hamil dengan KEK di perdesaan dan perkotaan

4. Menganalisis determinan KEK pada ibu hamil di perdesaan dan perkotaan 5. Menganalisis hubungan karakteristik ibu hamil dengan KEK wilayah pulau

di Indonesia

6. Menganalisis determinan KEK pada ibu hamil wilayah pulau di Indonesia Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang situasi status Kurang Energi Kronis pada ibu hamil di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil dari penelitian ini mampu memberikan informasi dan bermanfaat sebagai bahan untuk penyusunan strategi dan kebijakan gizi oleh para penentu kebijakan dalam menanggulangi masalah Kurang Energi Kronis pada ibu hamil di Indonesia.

(22)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan

Kehamilan merupakan periode dalam siklus kehidupan manusia yang sangat penting karena akan menentukan kualitas seorang anak. Selama periode kehamilan dalam siklus kehidupan manusia ini terjadi perubahan pada tubuh ibu secara anatomis, fisiologis maupun biokimia. Perubahan tersebut terjadi karena terjadinya pembentukan jaringan-jaringan baru yang berfungsi sebagai pendukung untuk menjaga kelangsungan janin. (Hardinsyah dan Martianto, 1992).

Masa kehamilan berlangsung normal terjadi selama 38-40 minggu. Kehamilan akan terjadi setelah ovulasi atau kurang lebih 40 minggu setelah hari haid terakhir (Arisman,2004). Selama periode kehamilan akan terjadi proses anabolik yang meliputi proses pertumbuhan dan pematangan plasenta dan janin. Pada proses anabolik ini juga terjadi proses penyesuaian fisiologik dan metabolik dari ibu hamil, sehingga akan terjadi pembesaran ukuran uterus, payudara, volume darah ibu, cairan ketuban dan massa jaringan lemak (Hardinsyah dan Martianto, 1992). Perubahan yang paling penting bagi ibu hamil adalah peningkatan berat badan selama kehamilan. Pada saat hamil seorang wanita memerlukan zat gizi untuk pertumbuhan organ reproduksi dan pertumbuhan janin. Jika terpenuhi, maka akan terjadi peningkatan berat badan.

Pertambahan berat badan ibu hamil sebesar 8.8 Kg – 13.6 Kg. Pertambahan komponen dalam tubuh ibu terjadi sepanjang trimester kedua dan pertumbuhan janin dan plasenta serta pertambahan cairan berlangsun cepat selama trimester ketiga (Arisman,2009). Pertambahan berat badan ini digunakan sebagai indikator untuk memprediksi berat badan lahir bayi. Berat baadan ibu harus bertambah sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan. Jika pertambahan usia kehamilan tidak sesuai dengan peningkatan berat badan ibu, maka kemungkinan Risiko dengan kelahiran berat bayi lahir rendah, keguguran, perdarahan setelah persalinan.

Peningkatan berat badan ibu harus di tunjang dengan peningkatan kebutuhan gizi ibu hamil, tidak hanya pada energi dan protein, namun zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Masalah kekurangan vitamin dan mineral yang paling banyak ditemukan pada ibu hamil adalah kekurangan vitamin A dan zat besi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kebutuhan pada saat kehamilan, sehingga wanita hamil menjadi salah satu kelompok yang di prioritaskan untuk mendapat suplementasi. Suplementasi tablet tambah darah pada ibu hamil diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat besi. Selama kehamilan ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah 90 butir (Arisman,2009).

Kurang Energi Kronis (KEK)

(23)

kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio-sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsi pangan, umur, paritas, dan sebagainya. KEK merupakan gambaran status gizi ibu di masa lalu, kekurangan gizi kronis pada masa anak-anak baik disertai sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh yang kuntet (stunting) atau kurus (wasting) pada saat dewasa.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm (SKRT 2001). Penapisan KEK dengan ukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari-hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia.

Ibu hamil dan WUS dengan status gizi yang baik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi yang sehat. Seperti pada pengertian status gizi secara umum, maka status gizi ibu hamilpun adalah suatu keadaan fisik yang merupakan hasil dari konsumsi, absorpsi dan utilisasi berbagai macam zat gizi baik makro maupun mikro. Oleh karena proses kehamilan menyebabkan perubahan fisiologi termasuk perubahan hormon dan bertambahnya volume darah untuk perkembangan janin, maka intake zat gizi ibu hamil juga harus ditambah guna mencukupi kebutuhan tersebut. Implikasi ukuran LILA terhadap berat bayi lahir adalah bahwa LILA menggambarkan keadaan konsumsi makan terutama konsumsi energi dan protein dalam jangka panjang. Kekurangan energi secara kronis ini menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan fisiologi kehamilan yakni perubahan hormon dan meningkatnya volume darah untuk pertumbuhan janin, sehingga suplai zat gizi pada janin pun berkurang akibatnya pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan lahir dengan berat yang rendah (Depkes RI, 2006).

Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.

Karakteristik yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil Usia ibu dan usia kehamilan

(24)

yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi selama hamil. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terkait dengan kemunduran dan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit (Manuaba 2010)

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun cenderung melahirkan bayi dengan berat yang lebih rendah di bandingkan ibu yang berusia 20-35 tahun. Ibu yang hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai Risiko 1.4 dan 1.8 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah dibandingkan dengan ibu hamil pada usia 20-35 tahun (Setiawan 1995)

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil terus meningkat sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan zat besi tanpa disertai oleh pemasukan yang cukup, maka cadangan zat besi akan menurun dan dapat mengakibatkan anemia. Meningkatnya kejadian anemia dengan bertambahnya umur kehamilan disebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada kehamilan yang dimulai pada minggu ke-6, yaitu bertambahnya volume plasma dan mencapai puncaknya pada minggu ke-26 sehingga terjadi penurunan kadar Hb (Maryanti 2011)

Paritas dan jarak kehamilan

Salah satu faktor yang mempengaruhi cadangan besi dalam tubuh ibu hamil selain dari konsumsi dan absorbsi zat gizi yang rendah adalah jarak kelahiran dan paritas. Jika kehamilan berdekatan dengan kehamilan sebelumnya, maka ibu tidak mempunyai cukup waktu untuk mengembalikan cadangannya dan akan berpotensi menyebabkan anemia. Paritas atau jumlah persalinan juga berhubungan dengan anemia. Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar resiko kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar Hb. Setiap kali wanita melahirkan, jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar 250 mg. Hal tersebut akan lebih berat lagi apabila jarak melahirkan relatif pendek (Manuaba 2010)

Paritas merupakan istilah untuk jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu, baik lahir hidup ataupun lahir mati. Risiko anemia pada ibu berpotensi terjadi pada ibu yang melahirkan dengan paritas yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena selama hamil zat gizi akan terbagi untuk ibu dan janin yang dikandungnya.

Jarak kelahiran merupakan waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran berikutnya. Jarak lahir yang terlalu dekat dapat meningkatkan potensi untuk bisa terjadinya anemia. Hal ini disebabkan karena kondisi ibu hamil setelah melahirkan belum optimal untuk masa recovery namun sudah harus memenuhi zat gizi janin yang baru. Sehingga Risiko anemia semakin besar dengan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun. Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran yang pendek. Hal ini disebabkan karena adanya kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dari pemulihan faktor hormonal. Jarak persalinan yang baik adalah minimal 24 bulan (Manuaba 2010)

Antenatal Care

(25)

persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin (Wibowo 1992). Pemanfaatan perawatan prenatal diketahui bervariasi lintas-sectional dengan karakteristik sosiodemografi, terutama ras/etnis, pendidikan, usia, dan status perkawinan (Charles 2008).

Setiap ibu hamil yang diperiksa kehamilan (ANC) oleh petugas kesehatan, minimal harus menerima 5T. Maksud dari 5T adalah ibu hamil yang yang melakukan ANC pernah ditimbang badan, diukur tensi/ tekanan darah, menerima tablet Fe, menerima imunisasi TT dan diperiksa tinggi fundus uteri (SKRT 2001).

Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk meningkatkan derajat kehamilan, tetapi efektivitas spesifik program perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi kematian bayi dalam kelompok sosioekonomi kurang beruntung dan perempuan belum dievaluasi secara mendalam (Hollowell 2011). Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu program pokok di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil, menyusui, bayi, dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian (Sani 2009).

Angka kematian bayi dan ibu serta bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan yang normal (Maryanti 2011)

Pekerjaan dan Pendidikan

Supariasa menjelaskan pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari penyebab gizi kurang. Pendidikan rendah akan menyebabkan seseorang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini akan menyebabkan rendahnya penghasilan seseorang yang akan berakibat pula terhadap rendahnya sesorang menyiapkan makanan baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Supariasa et al 2002). Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan gizi seseorang, hal ini akan mempengaruhi orang tersebut dalam pemilihan, cara pengolahan dan cara pengaturan menu makan, pada masyarakat yang berpendidikan rendah biasanya lebih banyak kepercayaan dan tahayul dalam makanan, dan biasanya lebih sulit untuk dirubah. Pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam mencari fasilitas pelayanan kesehatan.

(26)

Menurut Suhardjo (2003) pendidikan mempunyai pengaruh nyata terhadap kesehatan ibu hamil. Kehamilan melalui usia perkawinan dini dan pengetahuan yang rendah akan meningkatkan resiko kurang energi kronik. Hardinsyah (2000) menyatakan semakin tinggi pendidikan ibu hamil atau suami akan semakin rendah kejadian kurang energi kronik pada ibu hamil, dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan biasanya diikuti dengan meningkatnya pendapatan keluarga termasuk kesehatan atau gizi ibu hamil dan perhatian terhadap kehamilan meningkat.

Pekerjaan dapat mempengaruhi status ekonomi keluarga, meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli (Madanijah 2003)

Penyakit Infeksi

Infeksi dapat berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare/muntah atau pengaruh metabolisme makanan dan banyak cara lain lagi. Secara umum defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan defisiensi sistem kekebalan. Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pasca bedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Notoatmodjo 2007)

Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang diidap ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya. Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar 2006).

(27)

malaria sebagaimana defenisi WHO mengenai anemia malaria berat (kadar haemoglobin [Hb] < 50 g/L [5 g/dL] atau Hematokrit [Hct] < 0,15, dalam keadaan adanya parasitemia > 10.000 per mikroliter [µL), dan sebuah lapisan darah yang normocytic) dapat mengeluarkan proporsi pertimbangan dari anak anemia berat yang memiliki apusan darah negative untuk parasit malaria tetapi merespon terhadap pengobatan antimalaria. Kemungkinan akan sulit untuk menghubungkan anemia dengan sebuah penyebab tunggal karena penyebab anemia malaria di daerah endemic biasanya kompleks dan defisiensi hematinin, sifat genetic, dan infeksi berulang kesemuanya itu berkontribusi terhadap anemia (Roberts 2005).

Namun demikian, sebuah randomized placebo-controlled trial profilaksis malaria dan suplementasi besi pada bayi, pada sebuah daerah endemic, telah memperihatkan bahwa infeksi malaria merupakan faktor etiologi utama yang mendasari terjadinya anemia (Schellenberg 2001).

Menurut Suharjo (1996), penyakit infeksi dan demam dapat menyebabkan penurunan nafsu makan atau kesulitan menelan dan mencerna makanan. Parasit dalam usus seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dengan tubuh dalam memperoleh makanan dan dengan demikian menghalangi zat gizi kedalam peredaran darah. Keadaan demikian membantu terjadinya KEK. Hubungan yang erat antara interaksi bakteri, virus dan parasit dengan malnutrisi. Penyakit infeksi akan mempercepat malnutrisi. Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan sebelum melahirkan terutama untuk masyarakat miskin akan mengurangi resiko terjadinya KEK dan kematian ibu dan anak (Supariasa et al 2002).

Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum. Ruang lingkup sanitasi lingkungan antara lain meliputi perumahan, pembuangan feses, penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan sebagainya (Notoatmodjo 2007). Air bersih merupakan faktor utama yang menentukan bagi proses kehidupan dan kesehatan. Air yang bersih berperan penting dalam menjaga kesehatan karena beberapa bibit penyakit tertentu dapat ditularkan oleh air yang terkontaminasi. Air bersih dapat diperoleh melalui : (1) sumur pompa tangan, (2) penampungan air hujan jika sumber mata air yang lain tidak ada, (3) mata air yang dirawat, dan (4) sumur gali tertutup. Agar memenuhi syarat kesehatan sebagai sumber air utama rumah tangga, maka sumber air harus dilindung dari bahaya-bahaya pengotoran.

(28)

Lingkungan sekitar adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan. Penyakit terjadi akibat adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Bahwa lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit sudah sejak lama diperkirakan (Slamet 1996). Sanitasi dasar yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air (sumber air), jamban dan pembuangan sampah.

Kesehatan lingkungan erat kaitannya dengan kondisi pemukiman. Syarif (1992) menyatakan bahwa sanitasi lingkungan mempengaruhi status gizi seseorang. Status gizi bukan hanya ditentukan oleh jumlah dan mutu makanan yang dikonsumsi oleh seseorang tetapi juga dipengaruhi oleh sanitasi dan lingkungan tempat tinggal atau pemukiman. Pemukiman yang tidak baik misalnya tidak tersedianya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban dan lain lain, memungkinkan seseorang terkena penyakit infeksi dan menyebabkan KEK.

Pelayanan Kesehatan

Menurut Juanita (2002), pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yakni: Pelayanan kesehatan primer atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan tersebut antara lain berupa Posyandu, dana sehat, Polindes, pos obat desa (POD), pengembangan masyarakat, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya peningkatan pendapatan dan sebagainya (Juanita 2002).

Kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Pelayanan kesehatan merupakan faktor langsung yang berhubungan dengan kejadian penyakit infeksi (morbiditas). Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yaitu hak untuk memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan (Hidayat & Jahari 2012).

Anemia

(29)

dari defisiensi salah satu atau beberapa makanan essensial (protein, besi, asam folat dan vitamin B12), yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin (Supariasa et al 2002). Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan besi (Fe) sehingga disebut anemia gizi besi (Depkes RI 2006).

Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang (Depkes RI 2006). Dalam kehamilan terjadi penambahan volume darah yang dikenal dengan istilah hidremia atau hemodolusi, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama, pengenceran tersebut akan meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah, resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, jumlah unsur besi yang hilang akan lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. Pengambilan nilai 11 g/dl sebagai batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan. Seorang wanita hamil yang memiliki Hb kurang dari 11g/100 ml barulah disebut menderita anemia dalam kehamilan. Karena itu, para wanita hamil dengan Hb antara 11 dan 12 g/dl tidak dianggap anemia patologik, akan tetapi anemia fisiologik atau psedoanemia (Supariasa et al

2002).

Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi besi, yaitu: (1) kehilangan darah secara kronis, sebagai dampak perdarahan kronis seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, keganasan, (2) asupan zat gizi yang tidak cukup dan absorpsi yang tidak adekuat, dan (3) peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa kehamilan dan menyusui (Arisman, 2004).

(30)

KERANGKA PEMIKIRAN

Status kurang energi kronik pada wanita hamil dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum ada dua faktor penyebab anemia pada ibu hamil yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Secara langsung, status kek pada ibu hamil disebabkan oleh status kesehatan, asupan gizi, konsumsi zat inhibitor penyerapan Fe dan suplement Fe, serta infeksi dan penyakit. Secara tidak langsung, status Kurang energi kronik pada ibu hamil disebabkan oleh karakteristik sosial ekonomi, lingkungan tempat tinggal. Kesehatan ibu hamil meliputi usia ibu, usia kehamilan, paritas, jarak kelahiran, dan pemeriksaan kehamilan (ANC). Karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan pendapatan.

Status usia kehamilan meningkatan volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%, sehingga dengan penambahan volume plasma akan mengakibatkan pengenceran darah pada ibu hamil. Pengenceran terjadi sejak trimester II kehamilan dan mencapai puncaknya pada trimester III akhir. Pengenceran darah ini akan menyebabkan perubahan kadar hemoglobin ibu hamil sekitar 1 - 1,5 gr% lebih rendah dari kadar hemoglobin sebelum hamil.

Usia saat hamil, paritas dan jarak kehamilan merupakan faktor Risiko KEK pada ibu hamil. Usia reproduksi yang sehat adalah 20 sampai 35 tahun, sedangkan kehamilan akan berisiko tinggi terjadi pada umur kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun. Paritas merupakan jumlah kelahiran dan Indeks kehamilan Risiko tinggi menurut Fortney dan E.W. Whitenhorne adalah paritas lebih dari 3 kali. Jarak kehamilan merupakan salah satu penyebab anemia dengan jarak kehamilan yang pendek yaitu kurang dari 2 tahun.

Penyakit infeksi, misalnya malaria dan hepatitis juga merupakan faktor risiko untuk anemia. Prevalensi anemia yang cukup tinggi biasanya ditemukan pada lingkungan dengan kejadian penyakit infeksi yang tinggi. Kejadian penyakit infeksi dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan, pengetahuan, sikap dan prilaku dan akses dan fasilitas pelayanan kesehatan. Ibu hamil yang tinggal pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk akan rentan terjangkit penyakit infeksi. Selain itu, kurangnya jumlah atau jauhnya akses fasilitas pelayanan kesehatan juga meningkatkan risiko kejadian penyakit infeksi. Dengan demikian, sanitasi lingkungan dan fasilitas pelayanan kesehatan dapat menjadi faktor tidak langsung yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil.

Tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, besar keluarga dan pengeluaran rumah tangga akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap anemia pada ibu hamil. Karakteristik keluarga tersebut dapat mempengaruhi ketersediaan pangan rumah tangga, pola asuh orangtua, sanitasi lingkungan, dan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan.

(31)

Keterangan :

= Variabel yang dianalisis = Hubungan yang dianalisis = Variabel yang tidak dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Status Kurang Energi Kronik

Pemeriksaan kehamilan Konsumsi (Tablet Fe)

Daya Beli

Ketahanan Pangan

kesehatan Lingkungan

Pengetahuan dan Sikap

Karakteristik Keluarga : Tingkat pendidikan Jenis pekerjaan Besar keluarga

Pengeluaran rumah tangga

Fasilitas Kesehatan Infeksi

Karakteristik Ibu hamil : Usia Ibu hamil Usia Kehamilan Paritas

Jarak Kehamilan

(32)

3 METODE

Desain, Lokasi dan Waktu

Desain penelitian ini secara keseluruhan mengacu pada desain penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar dalam bentuk electronic files. Wilayah penelitian ini terdiri dari 33 provinsi, 497 Kabupaten/Kota.

Pengumpulan data di berbagai provinsi oleh tim pengumpul data Riskesdas dimulai sejak bulan Mei-Juni 2013. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data oleh peneliti dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2014 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Populasi ibu hamil dalam penelitian ini adalah 7.664 orang, sedangkan contoh yang dianalisis sebanyak 5.634 orang.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Populasi dalam Riskesdas 2013 adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2013 dipilih berdasarkan

listing Sensus Penduduk (SP) 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan BPS dengan memilih BS untuk Riskesdas 2013 berdasarkan sampling frame SP 2010, sama dengan metode pengambilan sampel Riskesdas 2010, yaitu sebagai berikut (Balitbangkes 2013):

Dari 12.000 BS terpilih untuk sampel Riskesdas 2013, berhasil ditemukan dan dikunjungi 11.986 BS (99,9%) yang tersebar di 33 Provinsi, 497 kabupaten/kota. 14 BS dengan rincian 12 BS di Papua, 1 BS di Papua Barat, dan 1 BS di DKI Jakarta tidak berhasil dikunjungi dengan alasan sulit dijangkau, dan penolakan warga setempat.

Adapun jumlah rumah tangganya adalah 294.959 dari 300.000 RT yang ditargetkan (98,3%) dengan jumlah anggota rumah tangga (ART) 1.027.763 orang. Berdasarkan SP 2010, dengan rata-rata jumlah ART per RT adalah 3.8 orang, maka response rate untuk ART adalah 93 persen. Dari 294.959 RT, ada sejumlah 77.830 ART yang tidak bisa dikumpulkan informasinya, karena tidak ada di tempat pada kurun waktu pengumpulan data Riskesdas 2013. Jumlah sampel tersebut, termasuk untuk estimasi kabupaten/kota, provinsi, dan nasional (biomedis) tergantung BS masing-masing. Contoh penelitian ini adalah perempuan yang mengalami kehamilan yang terdapat dalam electronic files data Riskesdas 2013 dengan data lengkap.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(33)

Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Riskesdas dari Balitbangkes, Kementerian Kesehatan yang dilakukan pada bulan Mei-Juni 2013. Cara pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut (Balitbangkes 2013) :

1. Pengumpulan data rumah tangga dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan Kuesioner RKD13.RT dan Pedoman Pengisian Kuesioner dengan responden adalah Kepala Keluarga atau Ibu rumah Tangga atau Anggota Rumah Tangga yang dapat memberikan informasi.

2. Pengumpulan data individu pada berbagai kelompok usia dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan Kuesioner RKD13.IND dan Pedoman Pengisian Kuesioner dengan responden adalah setiap anggota rumah tangga. Khusus untuk anggota rumah tangga yang berusia kurang dari 15 tahun atau dalam kondisi sakit maka wawancara dilakukan terhadap anggota rumah tangga yang menjadi pendampingnya.

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data

Pengolahan data yang akan dilakukan meliputi coding, cleaning, dan analisis. Coding merupakan pemberian angka atau kode tertentu yang telah disepakati terhadap jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner. Cleaning

merupakan melakukan pengecekan terhadap isian data yang di luar pilihan jawaban yang disediakan kuesioner atau isian data yang di luar kewajaran. Data yang telah diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel, diagram, atau kurva dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 19.0.

Karakteristik Ibu Hamil

(34)

Tabel 1. Kategori variabel karakteristik ibu hamil

No. Variabel Kategori

Karakteristik Ibu Hamil

1. Usia ibu hamil < 20 tahun dan >35 tahun 20-35 Tahun

2. Usia Kehamilan Trimester I Trimester II Trimester III 3. Lingkar Lengan Atas Normal

KEK

4. Paritas > 3 orang

≤ 3 orang 5. Jarak kehamilan ≤ 2 tahun >2 tahun 6. Konsumsi tablet Fe Cukup

Kurang

7. Tingkat pendidikan ≤ SMP/Sederajat > SMP/ Sederajat

8. Pekerjaan Bekerja

Tidak bekerja 9. Tempat Tinggal Perkotaan

Pedesaan 10 Pemeriksaan ANC Lengkap

Tidak Lengkap Analisis data

Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariate. Analisis univariat berfungsi untuk menjelaskan secara deskriptif dari setiap variabel yang digunakan, baik variabel independen maupun variabel dependent dengan distribusi frekuensinya dan bentuk statistik deskriptif dalam jumlah dan persentase. Analisis bivariat berfungsi untuk menghubungkan atau menjelaskan hubungan antara dua variabel, yaitu variabel dependen dengan salah satu independen dengan uji Chi-square (χ2) untuk jenis data kategorik. Analisis selanjutnya adalah multivariate yang berfungsi untuk mengetahui nilai faktor risiko variabel-variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan model multiple logistic regression. Model yang digunakan adalah sebagai berikut:

F

Y = Log = 0 + 1 X1 + 2X2 + 3X3 + 4X 4+ 5X5 ++ 6X6 + 1- F 7X7 + 8X8 + 9X9 +

Keterangan :

(35)

x1 = usia ibu hamil x2 = usia kehamilan x3 = Paritas

x4 = Jarak kehamilan x5 = Tingkat pendidikan x6 = tempat tinggal x7 = pekerjaan

x8 = konsumsi tablet Fe x9 = pemeriksaan ANC

Definisi Operasional Ibu hamil adalah wanita yang sedang mengandung janin.

Umur ibu adalah bilangan yang dihitung dari tahun kelahiran hingga tahun penelitian, dinyatakan dalam satuan tahun.

Tingkat pendidikan adalah tingkatan sekolah formal yang telah ditempuh oleh ibu hamil.

Status pekerjaan adalah keterangan tentang bekerja atau tidaknya ibu hamil. Status anemia adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang didasarkan pada kadar

Hb dalam darah.

Usia kehamilan adalah bilangan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir hingga saat dilakukan penelitian, dinyatakan dalam satuan bulan.

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu. Paritas tinggi jika memiliki lebih dari 3 anak dan normal jika memiliki ≤ 3

Jarak kelahiran adalah lama waktu awal kehamilan saat ini dengan kelahiran sebelumnya, dinyatakan dalam satuan bulan.

Kurang Energi Kronis (KEK) adalah suatu keadaan kekurangan energi dalam waktu yang lama yang dideteksi dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA); LILA < 23.5 cm termasuk kategori KEK dan LILA 23,5 termasuk normal .

LILA adalah ukuran lingkar lengan bagian atas dari ibu hamil, dinyatakan dalam satuan centimeter.

Konsumsi tablet besi adalah suplementasi tablet besi yang dikonsumsi ibu hamil selama kehamilan.

Faktor risiko adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi baik itu meningkatkan maupun menurunkan risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Antenatal Care adalah pengawasan pada ibu hamil sebelum melahirkan

dinyatakan dalam ANC lengkap dan tidak

(36)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua. Indonesia berada di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, yang terletak di Benua Asia bagian tenggara dengan koordinat Geografis 6OLU – 11OLS dan 95OBT – 141O BT. Di Indonesia terdapat 34 Propinsi yang meliputi 508 Kabupaten/Kota. Penelitian Riskesdas 2013 Jumlah Propinsi, Kabupaten/Kota yang diikutkan sebanyak 33 Propinsi dan 497 Kabupaten/Kota.

Karakteristik Ibu Hamil Karakteristik ibu hamil di perdesaan dan perkotaan

Karakteristik ibu hamil terdiri dari usia ibu hamil, usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan, antenatal care, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan konsumsi tablet Fe. Adapun sebaran karakteristik ibu hamil dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada Tabel 2, sebagian besar ibu hamil, baik yang bertempat tinggal di perkotaan maupun di perdesaan berada dalam rentang usia 20 – 35 tahun, yaitu masing-masing 50,2% dan 49,8%. Ibu hamil di perdesaan dengan usia berada pada usia muda dan usia lanjut memungkinkan untuk rmengalami resiko KEK. Usia ibu hamil akan menjadi risiko kejadian KEK pada masa kehamilan yang disebabkan oleh adanya kompetisi dalam penyerapan zat gizi antara ibu hamil dengan janin yang dikandungnya (Gigante 2005).

Usia kehamilan merupakan jumlah bulan kehamilan yang dibagi menjadi trimester kehamilan. Usia kehamilan yang diteliti meliputi trimester I, II, dan trimester III, dimana masing-masing trimester I sebesar 50,4% di perkotaan dan 49,6% di perdesaan, trimester II, 49,7% di perkotaan dan 50,3% di perdesaan, trimester III 47,8% di perkotaan dan 52,2% di perdesaan. Meningkatnya jumlah usia kehamilan akan menyebabkan kebutuhan akan zat gizi akan bertambah, namun pada masa awal kehamilan jumlah zat gizi yang dapat terserap oleh tubuh lebih sedikit yang dikarenakan perubahan hormonal tubuh, hal ini ditandai dengan mual dan muntah yang terjadi pada masa awal kehamilan (Moore 2004).

Pada Tabel 2, jumlah kelahiran atau paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Jumlah paritas tinggi jika > 3 kali dan normal jika ≤ 3 kali. Sebanyak 44,0% di perkotaan dan 56,0% di perdesaan ibu hamil mengalami paritas tinggi. Ibu hamil yang mempunyai paritas normal masing-masing 50,3% di perkotaan dan 49,7% di perdesaan. Menurut Moore 2004, paritas tinggi pada ibu hamil dapat menyebabkan KEK, hal ini diakibatkan karena kemampuan tubuh ibu dalam memberikan asupan gizi bagi janin.

(37)

Tabel 2 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dan sosial ekonomi di perdesaan dan perkotaan

Karakteristik Ibu Hamil

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

(38)

Jarak kehamilan dengan rentang kurang dari dua tahun tidak berbeda nyata, di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan perdesaan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kemudahan akses kesehatan dan faktor sosial seperti gaya hidup dan pergaulan bebas.

Sebagian besar status pekerjaan ibu hamil di perkotaan adalah ibu rumah tangga atau tidak bekerja dengan prosentase 50,3% dan ibu hamil di perdesaan yang tidak bekerja sebesar 49,7%. Ibu hamil dengan status pekerjaan, pada ibu hamil bekerja yang bertempat tinggal di perdesaan sebesar 53,2% dan daerah perkotaan sebesar 46,8%. Karakteristik pada ibu hamil berhubungan pula dengan tempat tinggal, dimana sebagian besar karakteristik ibu hamil dengan predikat kurang baik bertempat tinggal di perdesaan. Salah satu faktor yang menyebabkan wanita di desa ikut bekerja adalah keadaan ekonomi dengan banyaknya tanggungan keluarga (Aritonang 2005). Menurut Suhanda 2009, sebagian besar penduduk yang tinggal di perdesaan mempunyai pekerjaan sebagai petani yang merupakan pekerjaan utama sehingga akan mempengaruhi tingkat ekonomi keluarga.

Sebagian besar ibu hamil pada Tabel 2 merupakan ibu hamil dengan pendidikan paling tinggi Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau setara sebesar 63,0% berada didaerah pedesaan dan Pendidikan SMA/Diploma/PT sebesar sebagian besar berada di daerah perkotaan dengan 64,4%. Berbagai faktor penyebab masalah gizi, kemiskinan merupakan penyebab yang bersifat timbal balik, dimana kemiskinan menyebabkan kurang gizi dan individu yang kurang gizi menyebabkan berkurangnya kesempatan dalam hal produktifitas, menurunkan kemampuan kognitif dan berakibat rendahnya pendidikan dan dapat menurunkan tingkat ekonomi keluarga yang pada akhirnya akan menyebabkan kemiskinan (Bapennas 2007).

Konsumsi Fe merupakan jumlah konsumsi suplementasi tablet besi ibu hamil selama kehamilan. Dikatakan baik jika mengkonsumsi tablet besi ≥90 hari dan kurang jika < 90 hari. Dalam penelitian ini konsumsi tablet besi kurang dari 90 hari sebesar 48,6% didaerah perkotaan dan 51,4% didaerah perdesaan. Konsumsi tablet besi yang kurang merupakan penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil dengan berkurangnya kadar Hemoglobin di dalam darah. Anemia yang terjadi pada ibu hamil dapat mengakibatkan berkuranganya asupan zat-zat gizi kedalam target sel, sehingga dapat menyebabkan kurang energi protein pada ibu hamil (Kordas 2013).

AntenatalCare merupakan pengawasan pada ibu hamil sebelum melahirkan yang dinyatakan dengan ANC lengkap dan tidak lengkap. Antenatalcare pada ibu hamil yang dinyatakan lengkap sebesar 51,7% di perkotaan dan sebesar 48,3% di pedesaan. Antenatalcare yang tidak lengkap sebesar 44% didaerah perkotaan dan 56% di daerah pedesaan. Antenatal care pada ibu hamil di anggap kurang berhasil walaupun tingkat kelengkapannya cukup tinggi, hal ini dikarenakan kepatuhan mengkonsumsi suplemen yang diberikan sangat rendah (WHO 2010)

(39)

Karakteristik ibu hamil berbagai pulau di Indonesia

Pada penelitian ini menggunakan contoh di pulau-pulau besar di Indonesia. Pulau yang digunakan dalam analisis yaitu Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Pada Tabel 3 dapat dilihat perbandingan karakteristik ibu hamil antara pulau-pulau besar di Indonesia. Hasil uji Man-Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar pulau untuk usia ibu, jumlah kehamilan, jarak kehamilan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, konsumsi tablet Fe, antenatal care dan status kurang energi kronik dengan nilai p < 0,05.

Berdasarkan usia ibu hamil, dalam penelitian ini usia ibu dengan rentang usia dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun proporsi terbanyak ada di pulau Jawa dengan prosentase 24,2%. Usia ibu dengan rentang 20 – 35 tahun proporsi terbanyak ada di pulau Sumatera dengan prosentase 80,9%. Usia kehamilan pada trimester I proporsi tertinggi berada di wilayah Sumatera dengan 24,7%, terendah berada di wilayah Sulawesi dengan 19,5%. Usia kehamilan pada trimester II proporsi tertinggi berada di wilayah Sulawesi dengan 40,7%, terendah berada di wilayah Jawa dengan 37,4%. Usia kehamilan pada trimester III proporsi tertinggi berada di wilayah Maluku & Papua dengan prosentase 40,2%, terendah berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 36,3%. Ibu hamil dengan jumlah kehamilan lebih dari 3 kali proporsi terbanyak berada di wilayah Maluku dan Papua dengan prosentase 29,3%, terendah berada di wilayah Jawa dengan 12,1%. Ibu hamil dengan jumlah kehamilan kurang atau sama dengan 3 kali proporsi terbanyak berada di wilayah Jawa dengan prosentase 87,9%, sedangkan proporsi terendah adalah wilayah Maluku & Papua dengan prosentase 70,7%. Ibu hamil dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun pada penelitian ini dengan proporsi tertinggi berada di wilayah Maluku & Papua dengan prosentase 28%, sedangkan proporsi terendah berada di wilayah Jawa dengan prosentase 13,8%. Usia reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosi cenderung masih labil, mental yang belum matang sehingga mudah mengalami guncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi selama hamil. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terkait dengan kemunduran dan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun cenderung melahirkan bayi dengan berat yang lebih rendah di bandingkan ibu yang berusia 20-35 tahun. Ibu yang hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai Risiko 1.4 dan 1.8 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah dibandingkan dengan ibu hamil pada usia 20-35 tahun (Nurhadi 2006)

(40)

hamil selain dari konsumsi dan absorbsi zat gizi yang rendah adalah jarak kelahiran dan paritas. Jika kehamilan berdekatan dengan kehamilan sebelumnya, maka ibu tidak mempunyai cukup waktu untuk mengembalikan cadangannya dan akan berpotensi menyebabkan anemia

Perbedaan karakter demografi masing-masing pulau akan menyebabkan perbedaan beberapa faktor yang secara langsung mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan Antenatal Care antara lain ; pendidikan ibu, pekerjaan, umur, paritas serta jarak kehamilan. Pendidikan yang rendah merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap kunjungan Antenatal Care pada ibu hamil. Berdasarkan penelitian ini ditemukan kelompok ibu yang paling banyak tidak melakukan Antental Care adalah sebanyak 14 ibu (78,8%) dengan pendidikan tamat Sekolah dasar (Notoatmodjo 2007)

Hubungan yang saling mempengaruhi antara pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan yang semakin tinggi dengan jenjang pendidikan makin tinggi pula, hal ini dapt dilihat melalui data sebagai berikut: tidak sekolah yang memeriksakan kehamilannya (75,8%) dengan presentase terendah, dan kelompok tingkat pendidikan dengan tamat perguruan tinggi memilik presentase tertinggi dari kelompok pendidikan yang lain untuk memeriksakan kehamilannya yaitu (94,4%) (Balitbangkes 2007)

Tingkat pendidikan pada ibu hamil dan wilayah yang mempunyai proporsi dengan pendidikan ibu hamil kurang atau sama dengan SMP adalah pulau Kalimantan dengan prosentase 64,2%, sedangkan yang terendah berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 47,3%. Ibu hamil dengan pendidikan diatas SMP dengan proporsi terbanyak berada di pulau Sumatera dengan prosentase 52,7%, sedangkan yang terendah berada di wilayah Kalimantan dengan prosentase 35,8%. Ibu hamil dengan frekuensi konsumsi tablet Fe kurang dari 90 hari dengan proporsi terbanyak berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 93,8%, sedangkan proporsi terendah berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 87,7%. Ibu hamil dengan prekuensi konsumsi tablet lebih atau sama dengan 90 hari proporsi tertinggi berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 12,3%, sedangkan yang terendah berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 6,2%. Ibu hamil dengan antenatal care tidak lengkap dengan proporsi tertinggi berada di wilayah Maluku & Papua dengan prosentase 43,2%, sedangkan proporsi terendah berada di wilayah Jawa dengan prosentase 30%. Ibu hamil dengan antenatal care lengkap dengan proporsi tertinggi berada di wilayah Jawa dengan prosentase 70%, sedangkan yang terendah berada di pulau Maluku & Papua dengan prosentase 56,8%. Status gizi ibu hamil dengan status KEK tertinggi berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 28,6%, sedangkan yang paling rendah adalah pulau Sumatera dengan prosentase 19,8%. Ibu hamil dengan status gizi normal atau tidak mengalami KEK proporsi tertinggi berada di wilayah Sumatera dengan prosentase 80,2%, sedangkan yang paling rendah berada di wilayah Bali & Nusa Tenggara dengan prosentase 71,4%.

(41)

23

Karakteristik Ibu Hamil

Sumatera Jawa Bali & Nusa

Tenggara Kalimantan Sulawesi

Maluku &

Papua Total

n % n % n % n % n % n % n %

Usia Ibu

<20 tahun dan >35 tahun

306 19.1 436 24.2 90 19.8 123 21.1 184 23.7 93 22.7 1232 21.9

20-35 tahun 1300 80.9 1368 75.8 365 80.2 460 78.9 592 76.3 317 77.3 4402 78.1

Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100

Usia Kehamilan

Trimester 1 397 24.7 413 22.9 103 22.6 128 22.0 151 19.5 91 22.2 1283 22.8

Trimester 2 626 39.0 674 37.4 181 39.8 233 40.0 316 40.7 154 37.6 2184 38.8

Trimester 3 583 36.3 717 39.7 171 37.6 222 38.1 309 39.8 165 40.2 2167 38.5

Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100

Jumlah Kehamilan

> 3 kali 332 20.7 219 12.1 108 23.7 122 20.9 173 22.3 120 29.3 1074 19.1

≤ 3 kali 1274 79.3 1585 87.9 347 76.3 461 79.1 603 77.7 290 70.7 4560 80.9

Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100

Jarak Kehamilan

<2 tahun 332 20.7 249 13.8 105 23.1 86 14.8 156 20.1 115 28.0 1043 18.5

≥2 tahun 1274 79.3 1555 86.2 350 76.9 497 85.2 620 79.9 295 72.0 4591 81.5

Total 1606 100 1804 100 455 100 583 100 776 100 410 100 5634 100

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran
Tabel 1. Kategori variabel karakteristik ibu hamil
Tabel 2 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dan sosial ekonomi di perdesaan dan perkotaan
Tabel 3 Sebaran ibu hamil berdasarkan karakteristik kehamilan dan sosial ekonomi di berbagai pulau Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Odds Rasio (OR) pada variabel KEK sebesar 6,9 yang artinya ibu hamil yang status gizi KEK berisiko 6,9 kali lebih besar terjadi anemia selama kehamilan

Kadar hemoglobin yang kurang atau di bawah batas normal pada ibu hamil dengan kek hal ini di sebabkan oleh pola konsumsi yang tidak seimbang selama kehamilan hal ini

Kehamilan adalah periode yang sangat penting untuk mementuk bayi yang sehat permasalahan Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan masalah gizi yang sering terjadi pada Ibu

Tingkat konsumsi energi dan protein pada ibu hamil yang dibandingkan dengan kebutuhan individu dapat diketahui bahwa pada ibu hamil yang mengalami kondisi KEK

Status gizi ibu hamil KEK adalah kehamilan pada ibu berusia muda (kurang dari 20 tahun), kehamilan yang terlalu sering serta kehamilan pada usia terlalu tua (&gt; 35

Ada beberapa faktor KEK pada ibu hamil antara lain: keadaan sosial ekonomi yang mengakibatkan rendahnya pendidikan, jarak kelahiran yang terlalu dekat menyebabkan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa masalah KEK yang terjadi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru dipengaruhi oleh faktor, pengetahuan, pola konsumsi, paritas,

Pada tahap ini meliputi: Wawancara mengenai kurang energi kronik KEK dan asupan zat gizi pada Ibu Hamil di masa pandemi covid-19, setalah dilakukan penyuluhan atau ceramah mengenai