• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pengamatan terhadap tanaman yang diinokulasikan jamur

F.moniliforme menunjukkan gejala di atas permukaan tanah. Gejala yang

ditimbulkan oleh jamur ini adalah adanya klorosis serta bintik kemerahan pada berbagai bagian tanaman seperti daun, batang dan pucuk muda. Pada beberapa varietas, tanaman tebu tumbuh kerdil serta bagian daun dapat terputar dan batang tanaman mulai melemah. Pada berbagai varietas yang diuji stadia tertinggi dari infeksi F. moniliforme mencapai pb 2 dan tingkat terendah sampai di pb 1. Pada pb 1 gejala hanya terdapat pada daun. Helaian daun yang baru saja membuka pangkalnya tampak klorotis. Pada bagian ini kelak timbul titik-titik atau garis merah. Kalau penyakit meluas ke dalam, maka daun-daun yang belum membuka akan terserang juga. Daun-daun ini akan rusak dan tidak dapat membuka dengan sempurna. Pada pb 2 jamur juga menyerang ujung batang yang masih muda, tetapi tidak menyebabkan pembusukan. Pada batang yang muda ini terjadi garis-garis merah kecoklatan yang dapat meluas menjadi rongga-rongga yang dalam. Rongga-rongga ini mempunyai sekat-sekat melintang hingga tampak seperti tangga. Jika ujung batang dapat tumbuh terus akan terjadi hambatan (stagnasi) pertumbuhan, dan pada bagian yang berongga tadi batang membengkok Hal diatas sesuai dengan penelitian Djaenuddin dan Muis (2013) yang mengatakan bahwa F.

moniliforme dapat memproduksi enzim pektin metal esterase, poligalakturonase

dan enzim penghancur lainnya dan dapat menyebabkan kerusakan pada dinding sel dan menyebabkan gangguan pada tanaman (Gambar 3).

Gambar 3. Tanaman tebu yang terserang jamur F. moniliforme

(a) bagian batang yang menunjukkan gejala (b) bagian daun yang menunjukkan gejala

Kejadian Penyakit (%)

Seluruh tanaman dari berbagai varietas yang diuji terinfeksi oleh jamur F.

moniliforme, hal ini dapat dilihat dari pengamatan pada minggu kejadian penyakit

dari 1 msi sampai dengan 12 msi.Persentase kejadian penyakit dapat dilihat di Gambar 4.

Gambar 4. Histogram persentase kejadian penyakit yang disebabkan oleh

F. moniliforme pada 1-12 msi

Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pada 1-2 msi belum ada kejadian penyakit pada seluruh varietas yang diuji. Hal ini dikarenakan patogen butuh

a b

0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rataan kejadian penyakit minggu

ke-P ers en ta se k ej a d ia n p en y a k it BZ 134 PS 85-1 PS 88-1 PS 86-2 PS 86-4 VMC 76-16 Kentung TLH 1 PS 88-2 PSDK 9234

waktu untuk dapat menginfeksi tanaman. Cara patogen menginfeksi tanaman adalah dengan menembus pertahanan tanaman. Patogen harus mampu membuat jalan masuk dan menembus tumbuhan, mendapatkan makanan dari tumbuhan, dan menetralisasi reaksi-reaksi pertahanan tumbuhan serta ketahanan berbagai varietas berbeda-beda. Tiap varietas memiliki daya tahan yang berbeda terhadap serangan jamur patogen dipengaruhi oleh perbedaan genetik tiap varietas (Agrios, 1996; Wandani et al., 2015). Pada 3 msi mulai muncul tanaman yang terinfeksi. Pada perlakuan PS 88-1 sebesar 66.67% yang memiliki keparahan tertinggi kemudian menyusul dengan perlakuan PS 86-4, Kentung, serta TLH 1 sebesar 33.33%. Dari 3-5 msi menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar varietasnya. Pada 5 msi kejadian penyakit tertinggi di perlakuan PS 85-1 dan PS 86-4 rata-rata masa inkubasi relatif cepat menginfeksi tanaman varietas PS 85-1 dan PS 86-4. Gejala awal yang ditimbulkan pada tanaman tebu yang terserang jamur F. moniliforme adalah adanya klorosis pada daun tanaman tebu. Terjadinya masa inkubasi karena patogen mermiliki sifat yang agresif, sehingga dengan cepat menginfeksi tanaman di berbagai varietas dan menimbulkan gejala pertama. Setiap pengambilan data kejadian penyakit, terus terjadi pertambahan persentase kejadian tanaman hingga 100% untuk semua perlakuan hingga 12 msi. Kejadian penyakit akan bertambah jika patogen yang menginfeksi tanaman mampu mempenetrasi jaringan tanaman tanpa ada mekanisme perlawanan yang diekspresikan oleh tanaman inang baik perlawanan dalam bentuk ketahanan morfologi maupun biokimia (Agrios, 1996; Chamzurni et al., 2010).

Pengambilan data keparahan penyakit diambil pada saat 12 msi dengan cara mengamati gejala visual pada tanaman kemudian dicocokkan dengan scoring keparahan tanaman tebu. Keparahan penyakit yang disebabkan oleh jamur

Fusarium monilforme dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keparahan penyakit pada tanaman tebu 12 MSI (%)

Varietas Keparahan Penyakit (%)

BZ 134 60.00 PS 85-1 60.00 PS 88-1 80.00 PS 86-2 53.33 PS 86-4 73.33 VMC 76-16 66.67 Kentung 60.00 TLH 1 40.00 PS 88-2 53.33 PSDK 923 73.33

Tabel 1 menunjukkan bahwa bahwa setiap varietas persentase keparahan penyakit tertinggi pada varietas PS 88-1(80%) dan terendah pada varietas TLH 1 (40%). Hasil dari tanaman yang diuji menunjukkan gejala yang beragam keparahannya. Pada tanaman yang diuji memiliki gejala pokahbung di tingkat pb 1 dan pb 2 serta tidak ada tanaman yang menunjukkan gejala pb 3. Varietas PS 88-1 merupakan varietas yang belum memiliki kriteria ketahanan tanaman terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur F. moniliforme (Lampiran 9). Tetapi pada varietas PS 86-4 dengan keparahan sebesar 73,33%, berdasarkan deskripsi varietas tanaman tebu, varietas ini memiliki ketahanan tanaman yang tahan (Lampiran 7) ternyata menjadi sangat rentan pada penelitian ini. Perbedaan ketahanan tanaman banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. bahwa pengaruh setiap individu gen ketahanan bervariasi mulai dari yang sangat besar sampai yang sangat kecil, bergantung kepada fungsi-fungsi yang dikendalikannya. Dasar dari ketahanan tanaman adalah pengakuan spesifik antara dua komponen. Pengakuan

tersebut memicu reaksi pertahanan fisiologis lanjut mengakibatkan kematian sel hipersensitif dan akumulasi molekul yang beracun untuk patogen (Agrios, 1996; Keller et al., 2000)

Panjang Tajuk Tanaman Tebu Berbagai Varietas 12 MSI (cm)

Hasil pengamatan panjang tajuk tanaman tebu yang diuji pada 12 MSI dilakukan dengan cara mengukur panjang tajuk yang dimulai dari pangkal batang tanaman tebu sampai ke daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa panajng tajuk berpengaruh. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Panjang tajuk tanaman tebu berbagai varietas pada 12 MSI (cm)

Varietas Panjang Tajuk (cm)

BZ 134 297.00 a PS 85-1 247.00 bc PS 88-1 237.50 c PS 86-2 283.33 abc PS 86-4 309.33 a VMC 76-16 289.66 ab Kentung 279.33 abc TLH 1 291.33 ab PS 88-2 266.33 abc PSDK 923 269.33 abc

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5% Tabel 2 menunjukkan bahwa panjang tajuk pada berbagai tanaman tebu dengan panjang tajuk tertinggi pada varietas PS 86-4 (309,33 cm) dan BZ 134 (297 cm) berbeda nyata dengan varietas PS 88-1 (237,50 cm). Panjang tajuk tanaman tebu sangatlah dipengaruhi oleh bahan tanam dan kecepatan pertumbuhan setiap varietas. Pada varietas PS 86-4 dengan keparahan penyakit yang cukup tinggi yaitu sebesar 73,33%, panjang tajuknya tetap yang tertinggi diantara perlakuan lain. Pertumbuhan tanaman tebu pada varietas ini sangat cepat

pada periode sebelum inokulasi patogen. Di 5 msi, kejadian pada varietas ini sudah mencapai 100%. Meskipun memiliki persentase yang tinggi dalam keparahan penyakit, varietas PS 86-4 menunjukkan panjang tajuk terbaik. Hal ini diduga karena varietas ini cukup memiliki ketahanan pada pertumbuhan tajuknya. Menurut Yates et al. (1997) Pada tanaman distribusi F. moniliforme dan pertumbuhan menunjukkan perubahan pada diameter batang, tinggi tanaman, panjang daun, berat kering. Gejala yang timbul pada tanaman tebu varietas PS 86-4 berupa klorosis pada batang dan bercak merah di bagian daun dan batang tanaman. Bahkan pada beberapa tanaman, mulai membengkok dan nyaris rebah.

Panjang tajuk terendah didapatkan pada varietas PS 88-1 (237,50 cm). Pada perlakuan ini persentase keparahan penyakit hanya sebesar 60%. Keparahan penyakit pada varietas PS 88-1 lebih rendah daripada perlakuan PS 86-4, tetapi panjang tajuk tanaman pada varietas PS 88-1 lebih rendah. Kemungkinan hal ini dikarenakan sifat genetis dari ketahanan varietas pada tanaman tersebut. Menurut Agrios (1996) variasi dalam kerentanan terhadap patogen di antara tumbuhan adalah karena perbedaan jenis dan mungkin juga perbedaan jumlah gen untuk ketahanan yang mungkin terdapat dalam masing-masing varietas.

Berat Basah Tajuk Tanaman Tebu Berbagai Varietas (g)

Cara pengambilan tajuk tanaman adalah dengan memotong pangkal batang tanaman tebu agar terpisah dari akar dengan menggunakan alat pemotong berupa pisau agar tajuk dapat terpisah dari akar. Berat basah akar tiap varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa berat basah tajuk pada berbagai varietas tanaman tebu tertinggi pada varietas VMC 76-16 (700 g) dan berbeda nyata

dengan varietas PSDK 923 (266,66 g). Pada varietas VMC 76-16 memiliki rata-rata berat basah tajuk yang lebih berat dikarenakan pada varietas VMC 76-16, hampir setiap tanamannya sudah memiliki ruas batang yang besar. Sedangkan pada varietas PSDK 923, ruas batang pada tanaman tebu belum sempurna terbentuk. Berat basah tajuk sangatlah dipengaruhi oleh ruas batang tebu yang terbentuk serta banyaknya anakan dalam rumpun. Tanaman tebu memiliki kemampuan pertumbuhan untuk menghasilkan anakan dalam satu rumpun, pertunasan anakan dianggap penting tentunya dalam pertumbuhan serta perkembangan tanaman, karena pada fase ini akan menghasilkan bobot tebu yang baik. Batang tebu terdiri dari ruas-ruas yang dibatasi oleh buku-buku. Padasetiap buku terdapat mata tunas dan bakal akar. pada bagian ini hampir 80% karbohidrat dalam bentuk cairan nira hasil dari asimilasi fotosintesis ditimbun (Yulianingtyas et al., 2015; Dewi, 2012). Perbedaan tersebut dapat dilihat di Gambar 3.

Tabel 3. Berat basah tajuk tanaman tebu berbagai varietas (g)

Varietas Berat Basah Tajuk (g)

BZ 134 333.33 bcd PS 85-1 433.33 abcd PS 88-1 300.00 cd PS 86-2 500.00 abcd PS 86-4 600.00 ab VMC 76-16 700.00 a Kentung 500.00 abcd TLH 1 566.66 abc PS 88-2 300.00 cd PSDK 923 266.66 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5%.

Gambar 5. Perbedaan pembentukan ruas batang tebu pada varietas (a)VMC 76-16;(b) PSDK 923

Berat Kering Tajuk Tanaman Tebu Berbagai Varietas (g)

Pengambilan data berat kering tajuk tanaman dengan cara tanaman yang sudah diambil di ovenkan selama 2 hari dalam suhu 100oc. setelah di oven, ditimbang dengan timbangana analitik. Berat kering tajuk tanaman terbu berbagai varietas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Berat kering tajuk tanaman tebu berbagai varietas (g) Varietas Berat Kering Tajuk (g)

BZ 134 196.17 b PS 85-1 269.79 bc PS 88-1 180.84 c PS 86-2 306.12 abc PS 86-4 384.81 ab VMC 76-16 444.71 a Kentung 300.84 abc TLH 1 321.09 abc PS 88-2 240.31 bc PSDk 923 196.89 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa berat kering tajuk berbagai varietas tanaman tebu dengan berat kering tajuk tanaman tebu tertinggi pada varietas VMC 76-16 (444,71 g) yang berbeda sangat nyata dengan varietas PS 88-1 (180,84 g). Pada peubah amatan berat basah tajuk, varietas VMC 76-16 menunjukkan data tertinggi. Pada parameter berat basah tajuk varietas VMC 76-16 menunjukkan hasil yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulianingtyas et al. (2015) dan Siregar (2010) bobot kering total tanaman dan bobot segar total tanaman saling mempengaruhi. Semakin besar bobot segar total tanaman, maka nilai bobot kering total tanaman juga semakin besar serta ukuran benih memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering tanaman.

Diameter Batang Tanaman Tebu Berbagai Varietas (mm)

Data pengamatan diameter batang diambil dengan menggunakan jangka sorong digital pada batang tanaman tebu. Diameter batang tanaman tebu berbagai tebu varietas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Diameter batang tanaman tebu berbagai varietas (mm) Varietas Diameter batang (mm)

BZ 134 17.70 PS 85-1 17.20 PS 88-1 19.97 PS 86-2 20.043 PS 86-4 17.76 VMC 76-16 19.17 Kentung 20.97 TLH 1 19.97 PS 88-2 14.77 PSDK 923 17.11

Tabel 5 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman dengan hasil tertinggi pada varietas Kentung (20,97 mm) dan diameter batang tanaman terendah pada varietas PS 88-2 (14,77 mm). Perbedaan pada besarnya diameter

batang dipengaruhi oleh bahan tanam serta morfologi dari varietas tebu tersebut. Pada varietas Kentung, dalam deskripsi varietas berdasarkan P3GI (2016) menyatakan bahwa diameter batang pada varietas ini tergolong sedang (2,5-3,0 cm) (Lampiran 10). Besarnya diameter batang tentu berpengaruh dari pembentukan ruas batang dan besar buku pada ruas batang tebu. Hal ini dikarenakan pada buku batang tanaman tebu merupakan bagian penting yang terdiri dari mata tunas dan bakal akar (Cahyono, 2011; Dewi, 2012). Varietas Kentung memiliki buku ruas yang cukup besar meskipun pada batangnya belum terjadi pembentukan ruas batang yang sempurna.

Berat Basah Akar Tanaman Tebu Berbagai Varietas (g)

Berat basah akar diambil dengan cara membersihkan akar tanaman tebu kemudian dicuci dan dikeringanginkan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan. Berat basah akar tanaman dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Berat basah akar tanaman tebu berbagai varietas (g)

Varietas Berat Basah Akar (g)

BZ 134 566.66 ab PS 85-1 383.33 b PS 88-1 800.00 a PS 86-2 400.00 b PS 86-4 833.33 a VMC 76-16 766.66 a Kentung 533.33 ab TLH 1 566.66 ab PS 88-2 733.33 a PSDK 923 333.33 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5%. Tabel 6 menunjukkan bahwa berat basah akar tanaman tebu berbagai varietas dengan hasil tertinggi pada varietas PS 86-4(833,33 g) dan berbeda sangat nyata dengan varietas PSDK 923 (333,33 g). Perbedaan berat basah akar pada

berbagai tanaman tebu dipengaruhi banyak hal. Diantaranya perbedaan bahan tanam, serta pengaruh dari jamur F. moniliforme yang ada di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Yates et al. (1997) yang menyatakan bahwa pada penelitian Yabuta et al. (1934) dalam studi klasik yang dilakukannya, mikotoksin dari F. moniliforme mengandung fumonisin B1 yang dapat mempercepat pembentukan akar adventif pada tanaman tomat.

Berat Kering Akar Tanaman Tebu Berbagai Varietas (g)

Berat kering akar diambil dari akar yang sudah ditimbang dengan timbangan dikeringkan dengan menggunakan oven selama 2 hari dengan suhu sebesar 100oc. Berat kering akar tanaman tebu berbagai varietas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Berat kering akar tanaman tebu berbagai varietas (g)

Varietas Berat Kering Akar (g)

BZ 134 340.14 bc PS 85-1 258.78 c PS 88-1 568.06 a PS 86-2 237.06 c PS 86-4 603.66 a VMC 76-16 587.85 a Kentung 354.01 bc TLH 1 400.62 abc PS 88-2 507.61 ab PSDK 923 229.34 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5%. Tabel 7 menunjukkan bahwa berat kering akar berbagai varietas pada tanaman tebu tertinggi pada varietas PS 86-4 (603,66 g) dan berbeda sangat nyata dengan varietas PS 85-1 (229,34 g). Dari data yang didapatkan dalam hasil penelitian ini, varietas PS 86-4 memiliki berat basah akar dan berat kering akar yang tertinggi. Adanya perbedaan bahan tanam, serta pengaruh dari jamur F.

akar pada tanaman tersebut. Varietas PS 86-4 menurut deskripsi varietas yang ada merupakan varietas yang tahan (Lampiran 7). Diduga kemampuan varietas ini dapat menekan berat basah akar dan keringnya dengan baik. Karena bobot kering tanaman dan bobot segar saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Menurut penelitian yang dilakukan Cahyono (2011) dan Yulianingtyas et al. (2015) yang mengemukakan semakin besar nilai bobot segar tanamna, maka nilai bobot kering total tanaman juga semakin besar.

Kriteria Ketahanan Berbagai Varietas pada Tanaman Tebu

Penetapan dari ketahanan tanaman tebu terhadap penyakit pokahbung yang disebabkan oleh jamur F. moniliforme dilakukan dengan menggunakan metode dari Mandal (1988) yaitu dengan persentase keparahan penyakit yang disebabkan

F. moniliforme. Kriteria ketahanan 10 varietas ydiuji dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Ketahanan 10 varietas tebu terhadap Jamur F. moniliforme

Varietas Ketahanan BZ 134 Sangat Rentan PS 85-1 Sangat Rentan PS 88-1 Sangat Rentan PS 86-2 Sangat Rentan PS 86-4 Sangat Rentan VMC 76-16 Sangat Rentan

Kentung Sangat Rentan

TLH 1 Rentan

PS 88-2 Sangat Rentan

PSDK 923 Sangat Rentan

Dari hasil penelitian didapatkan ketahanan varietas PS 88-1, PS 88-2, BZ 134, PS 85-1, PS 86-2, PS 86-4, VMC 76-16, Kentung, dan PSDK923 adalah sangat rentan dan rentan di varietas TLH1. Seluruh varietas dapat terserang oleh patogen F. moniliforme diduga karena patogen mampu menghasilkan toksin yang mampu menyebabkan kerusakan pada bagian tanaman.

Varietas PS 86-2 dan PS 85-1 merupakan varietas yang peka pada penyakit pokahbung (Lampiran 3 dan 2), sehingga sesuai dengan penelitian ini yang menunjukkan hasil sangat rentan. Varietas PSDK 923 dan TLH 1 memiliki ketahan pada deskripsi varietas menunjukkan ketahanan yang toleran (Lampiran 8 dan 4), tetapi dalam penelitian ini mengalami pergeseran ketahanan menjadi sangat rentan pada PSDK 923 dan rentan di TLH 1. Varietas yang belum memiliki deskripsi ketahanan pada varietasnya seperti varietas BZ 134, PS 2, dan PS 88-1(Lampiran 11, 6, dan 9) di penelitian ini menunjukkan hasil bahwa varietas-varietas tersebut termasuk sangat rentan.

Berdasarkan penelitian ini terlihat juga bahwa varietas Kentung, PS 86-4, dan VMC 76-16 yang semula tahan terhadap infeksi F. moniliforme (Lampiran 10, 7, dan 5) ternyata mengalami pergeseran menjadi sangat rentan. Terjadinya pergeseran ketahanan ini diduga karena adanya perbedaan ketahanan hanya bersifat semu, yang akhirnya pada suatu saat akan muncul kembali sifat rentan terhadap patogen. Disamping itu F. moniliforme juga mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sehingga dapat mematahkan ketahanan varietas yang semula tahan (Keller et al., 2000; Nurhayati, et al., 2010; Soepena, 1983).

Berdasarkan hasil pengamatan dengan berbagai peubah amatan seperti panjang tajuk, diameter batang, berat basah tajuk, berat kering tajuk berat basah akar, maupun berat kering akar menunjukkan hasil yang hampir sama. Varietas yang berdasarkan deskripsi varietas tahan (PS 86-4, VMC 76-16, dan Kentung) menjadi varietas dengan hasil tertinggi pada berbagai peubah amatan tersebut. Keparah penyakit pada varietas-varietas tersebut menunjukkan persentase yang

cukup tinggi secara berturut-turut (73,33%, 66,67%, dan 60%). Hal ini diduga karena tanaman memiliki ketahanan yang baik dari segi morfologinya. Hal ini sesuai dengan mekanisme perlawanan yang diekspresikan oleh tanaman inang baik perlawanan dalam bentuk ketahanan morfologi maupun biokimia (Agrios, 1996; Chamzurni et al., 2010).

Dokumen terkait