• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

Hasil

Konsumsi Ransum

Komsumsi ransum adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan sejumlah ransum yang diberikan. Dimana konsumsi ransum dihitung berdasarkan sejumlah pakan yang biberikan dikurangi dengan jumlah sisa pakan. Konsumsi ransum kelinci dengan pemberian tepung daun semak bunga putih yang difermentasi dengan Aspergillus niger selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan konsumsi ransum kelinci selama penelitian (g/ekor/minggu)

Pelakuan Ulangan Total Rataan ±sd

1 2 3 4 R0 365.11 392.08 400.67 432.84 1590.70 397.67 ±27.91 R1 356.28 369.01 387.92 406.80 1520.01 380.00 ±22.69 R2 384.50 384.37 365.78 401.50 1536.15 384.04 ±14.58 R3 380.00 387.38 377.71 390.50 1535.59 383.90 ±6.03 R4 365.63 377.00 359.05 373.68 1475.35 368.84 ±8.08 R5 374.08 398.00 425.00 426.08 1623.15 405.79 ±24.81

Dari Tabel 6. diperoleh rataan konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan R5 (dengan pemberian 40% semak bunga putih yang fermentasi dengan Aspergillus niger) sebesar 405.79± 24.81 g/ekor/minggudan yang terendah pada perlakuan R4 (dengan pemberian 30% semak bunga putih yang difermentasi dengan Aspergillus niger) sebesar 368.84 ±8.08, g/ekor/minggu sementara pada perlakuan dengan pemberian ransum pabrik sebesar 397.67 ± 27.91 g/ekor/minggu.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan tiap perlakuan dapat diketahui dengan cara penimbangan bobot badan kelinci pada akhir minggu dikurangi dengan bobot badan awal minggu. Pertambahan bobot awal kelinci dengan pemberian semak bunga putih yang difermentasi dengan Aspergillus niger dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan kelinci pada selama penelitian g/ekor/minggu

Perlakuan Ulangan Total Rataan ±sd

1 2 3 4 R0 132.20 127.80 133.75 128.00 519.74 129.94 ±2.76 R1 124.75 125.25 130.95 115.30 496.25 124.06 ±6.48 R2 128.50 132.75 124.75 126.95 512.95 128.24 ±3.37 R3 123.21 128.00 121.09 134.80 507.10 126.77 ±6.08 R4 126.85 132.25 124.76 115.82 498.89 124.72 ±6.77 R5 128.85 125.55 131.80 135.40 521.60 130.40 ±4.19

Dari Tabel 7 diperoleh rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan R5 (dengan pemberian semak bunga putih yang difermentasi dengan Aspergillus niger) sebesar 130.40 ±4.19 g/ekor/minggu sementara terendah pada perlakuan R1 (ransum tanpa semak bunga putih) sebesar 124.06 ± 6.48 g/ekor/minggu . Pemberian ransum pabrik menunjukan pertamhan obot badan seberas 129.94 ±2.76 g/ekor/minggu.

Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung dengan cara membandingkan berat ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan kelinci yang dihasilkan selama penelitian .Konversi ransum kelinci selama penelitian dengan pemberian semak bunga putih yang difermentasi dengan Aspergillus niger dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8 Rataan konversi ransum selama penelitia.

Perlakuan Ulangan Total Rataan ±sd

1 2 3 4 R0 2.90 3.46 3.31 3.69 13.35 3.34 ±0.33 R1 3.11 3.28 3.29 3.66 13.34 3.33 ±0.23 R2 3.09 3.21 3.12 3.28 12.70 3.17 ±0.08 R3 3.24 3.39 3.20 3.08 12.92 3.23 ±0.12 R4 3.01 3.10 3.13 3.63 12.86 3.22 ±0.27 R5 3.04 3.40 3.59 3.49 13.52 3.38 ±0.23

Dari Tabel 10 diperoleh hasil rataan konversi ransum tertinggi pada perlakuan R5 (dengan pemberian semak bunga putih yang difermentasi dengan Apergillus niger) sebesar 3.38±sd 0.23 dan terendah pada perlakuan R2 (dengan pemberian semak bunga putih ) sebesar3.17±0.08 dan pada pemberian ransum pabrik sebesar 3.34±0.33

Pembahasan Konsumsi Ransum

Pengaruh pemberian semak bunga putih (Cromolaena odorata) fermentasi Aspergillus niger terhadap konsumsi ransum kelinci jantan lokal selama penelitian dapat diketahui dengan melakukan analisis ragaman seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis ragam konsumsi ransum kelinci jantan (g/ekor/minggu)

Keterngan tn = tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis ragam konsumsi ransum diperoleh bahwa pemberian semak bunga putih fermentasi Apergillus niger berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap konsumsi ransum, namun pengunaan sampai level 40% meningkatkan konsumsi ransum. Hal ini dipengaruhi oleh palatabilitas ransum, dimanana semakin tinggi level pemberianya maka warna ransum semakin hijau. Hal ini sesuai dengan pernyatan Parakkasi (1995) beberapa faktor yang mepengaruhi tingkat konsumsi adalah faktor hewan atau status fisiologis hewan tersebut seperti umur, faktor makanan seperti palatabilitas ransum dan faktor lainya adalah faktor lingkungan seperti suhu lingkungan. Hal ini menunjukan tepung semak bunga putih masih dapat digunakan dalam ransum hingga level 40%. Meskipun berdasarkan hasil rataan ransum terdapat peningkatan jumlah konsumsi ransum namun berpengaruh tidak nyata terhadap tingkat konsumsi

Sk Db Jk KT Fhit Ftabel

0.05 0.01

Perlakuan 5 3454.82 690.96 1.89tn 2.77 4.25

Galat 18 6593.11 366.28

produksi dari ternak. Pada penelitian ini mengunakan kelinci jantan yang umur tingkatan produksinya sama yaitu pada umur 8-18 minggu. Selain itu kondisi lingkungan dan bobot badan yang digunakan selama penelitian juga homogen jadi tidak terdapat berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum kelinci. Hal ini didukung oleh Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa jumlah pakan kelinci tiap harinya bervariasi berdasarkan ukuran (besarnya) kelinci serta tahapan (tingkatan produksinya).

Konsumsi ransum yang diperoleh selama penelitian meskipun tidak berbeda nyata (P>0.05) namun jumlahnya terihat meningkat yaitu sebesar 405.79 (g/ekor/minggu). Konsumsi yang dihasilkan dari penelitian Esterlina (2009) adalah sebesar 390.85 (g/ekor/minggu). Sementara dari hasil Bamikole dan Osemwenkhoe (2004) yang mengunakan obyek penelitian kelinci jenis dwarf walled dan tanpa pemilihan jenis kelamin dengan pemberian beberapa level semak bunga putih (Cromolaena odorata) menghasilkan tingkat konsumsi yang semakin menurun yaitu sebesar 41.42 sampai 26.72g/hari. Perbedaan ini diakibatkan karena jenis kelinci yang digunakan berbeda dan jenis kelamin.

Pertambahan Bobot Badan

Pengaruh pemberian semak bunga putih (Cromolaena odorata) yang difermentasi Aspergillus niger terhadap pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal selama penelitian dapat diketahui dengan melakukan analisis.

ragaman yang tertera pada Tabel 10

Tabel 10. Analisis ragam pertambahan bobot badan selama

penelitian(g/ekor/minggu). Sk Db JK KT Fhit F tabel 0.05 0.01 Perlakuan 5 139.25 27.85 1.03tn 2.77 4.25 Galat 18 485.02 26.95 Total 23 624.28

Keterangan: tn = tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis ragam pertambahan bobot badan diketahui bahwa pemberian semak bunga putih yang difermentasi dengan Aspergillus niger tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal selama penelitian. Hasil penelitian terdapat bahwa pada level 40% tingkat pertambahan bobot badan lebih tinggi dibandingkan level lainya menurun (Tabel 6) hal ini disebabkan pengaruh ternak terhadap kondisi lingkungannya seperti perbedaan dalam merespon pakan yang dikonsumsinya. Hasil ini sesuai dengan menurut Soeparnon (1992) yang menyatakan bahwa antar individu di dalam suatu bangsa terdapat perbedaan respon terhadap pengaruh lingkungan seperti nutrisi, fisiologis, dan mikrobilogi. Perbedaan respon ini menyebabkan adanya perbedaan laju pertumbuhan.

mengunakan kelinci lokal. Hal ini sesuai dengan peryataan Tillman et al.,(1991) yang menyatakan bahwa makanan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Faktor breeding dan jenis kelamin juga memberikan pengaruh yang kuat sehingga apabila didukung dengan makanan yang cukup laju pertumbuhan akan meningkat dengan cepat. Hal ini juga didukung oleh Soeparno (1992) yang menyatakan bahwa faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta genotip juga mempengaruhi pertumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian pertambahan bobot badan rata-rata kelinci sebesar 130.40±4.19 g/ekor/minggu. Ini menunjukan bahwa pertumbuhan kelinci yang dihaliskan sangat baik. Hasil penelitian Esterlina (2009) dengan pemberian semak bunga putih tanpa fermentasi adalah sebesar 122.19 g/erkor/minggu. Hasil penelitian Bamikole dan Osemwenkhoe adalah 5.55 g/hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Soesanto (1998) berdasarkan data biologis kelinci kecepatan pertumbuhan kelinci umur 8 minggu sebesar 15-20 g/hari dan 100-150 g/minggu mulai umur 8 minggu hingga umur 26 minggu.

Konversi Ransum

Pengaruh pemberian semak bunga putih (Chromolaena odorata) yang difermentasi Aspergillus niger tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konversi ransum kelinci jantan lokal selama penelitian dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman seperti tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis ragam konversi ransum kelinci jantan selama penelitian.

Keterangan : tn = tidak nyata KK= 9,89%

Sk Db JK KT Fhit F tabel

0.05 0.01

Perlakuan 5 0.14 0.03 0.51tn 2.77 4.25

Galat 18 0.97 0.05

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh analisis ragam konversi ransum dengan pemberian tepung daun semak bunga putih (Chromolaena odorata) yang difermentasi dengan Aspergillus niger tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konversi ransum kelinci jantan tiap perlakuan selama penelitian terlihat meningkat. Rataan konversi ransum kelinci jantan tiap perlakuan adalah sebesar 3.56 ±0.58. Sedangkan hasil penelitian Esterlina memperoleh hasil konversi ransum adalah 3. Hasil penelitian ini menunjukan angka yang cukup besar bila dibandingkan dengan Kartadisastra (1994) pada ternak kelinci jenis NZW ( New Zealand White) yang dipelihara untuk tujuan produksi daging, perbandingan yang didapat adalah 3:1 Hal ini tergantung mulai dari saat ternak disapih hingga dipotong pada umur 4 bulan. Konversi ransum yang terbaik diperoleh ketika ternak mempunyai bobot badan 1,8-2 kg yaitu berumur 2- 3 bulan dengan besar konversi adalah 3.5.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Untuk melihat hasil penelitian terhadap konsumsi ransum,pertambahan bobot badan dan konversi ransum kelinci jantan lepas sapih maka dapat dilakukan rekapitulasi yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rekapitulasi hasil penelitian Pemanfaatan semak bunga putih fermentasi Aspergillus niger dalam ransum terhadap pertumbuhan kelinci jantan umur 8-18minggu.

Keterangan tn: tidak nyata. Perlakuan Konsumsi Ransum

(g/ekor/minggu) Pertambahan Bobot Badan(g/ekor/minggu) Konversi Ransum R0 R1 R2 R3 R4 R5 397.67 tn 380.00 tn 384.04 tn 383.90 tn 368.84 tn 405.79 tn 129.94tn 124.06tn 128.24tn 126.77tn 124.72tn 130.40tn 3.34tn 3.33tn 3.17tn 3.23tn 3.22tn 3.38tn

Dokumen terkait