• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Dengan Fermentasi Aspergilus Niger Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Kelinci Jantan umur 8-18 minggu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Dengan Fermentasi Aspergilus Niger Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Kelinci Jantan umur 8-18 minggu"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) YANG DIFERMENTASI ASPERGILUS NIGER DALAM RANSUM

TERHADAP PERTUMBUHAN KELINCI JANTAN UMUR 8-18 MINGGU

SKRIPSI

Oleh

JACKI ESTRADA SINUKABAN 050306048/PETERNAKAN

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMANFAATAN SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) YANG DI FERMENTASI ASPERGILUS NIGER DALAM RANSUM TERHADAP

PERTUMBUHAN KELINCI JANTAN UMUR 8-18 MINGGU

SKRIPSI

Oleh

JACKI ESTRADA SINUKABAN 050306048/PETERNAKAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memproleh Gelar Sarjana pada Departemen Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Dengan Fermentasi Aspergilus Niger Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Kelinci Jantan umur 8-18 minggu

Nama : Jacki Estrada Sinukaban

Nim : 05030648

Departemen : Peternakan Program studi : Peternakan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ir. Tri Hesti Wahyuni,Msc

Ketua Anggota

Dr. Ir. Ristika Handarini, MP

Mengetahui,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas segala berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pemanfaatan Semak Bunga Putih

(Chromolaena odorata) dengan Fermentasi Aspergilus Niger dalam Ransum

terhadap Pertumbuhan Kelinci Jantan Umur 8-18 Minggu”, yang disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir.Trihesti Wahyuni,MSc

selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP selaku pembimbing II,

bapak Ir.Edhy Mirwandhono, MSi bapak Dr.Ir Phillipus Sembiring, MS sebagai

dosen undangan setera kepada Ibu Ir. Yunilas, MP yang telah banyak memberikan

bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini perlu penyempurnaan, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Atas perhatiannya,

penulis mengucapkan terima kasih.

Medan,Agustus 2010

(5)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Semak Bunga Putih sebagai Pakan Ternak ... 4

Peran Aspergillus niger dalam Fermentasi... 6

Aspergillius niger………...7

Ternak Kelinci………8

Sistem Pencernaan Kelinci ... 10

Kebutuhan Nutrisi Kelinci ... 10

Konsumsi Ransum ... 13

Pertambahan Bobot Badan ... 14

Konversi Ransum... 16

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Bahan ... 16

Alat ... 16

Metode Penelitian………...18

Parameter yang Diamati ... .19

Pelaksanaan Penelitian ... 20

(6)

DAFTAR TABEL

1. Kandungan nutrisi semak bunga putih ... 5

2. Kandungan asam amino semak bunga putih ... 6

3. Hasil analisa proksimat semak bunga putih ... 6

4. Kebutuhan zat gizi untuk kelinci ... 12

5. Pertambahan bobot badan kelinci ... 15

6. Rataan konsumsi ransum kelinci……… …..21

7.Rataan pertambahan bobot badan………22

8. Rataan konversi ransum ………23

9.Alisisis ragam konsumsi ransum……….24

10.Analisis ragam pertambahan bobot badan………26

11.Analisis ragam konversi ransum………27

(7)

Abstrak

JACKI ESTRADA SINUKABAN,2011."Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) fermentasi Aspergilus niger dalam Ransum terhadap Pertumbuhan Kelinci Jantan umur 8-18Minggu" dibawah bimbingan TRI HESTI WAHYUNI dan RISTIKA HANDARINI penelitian dilaksanakan di Peternakan kelinci JAMIN PURBA, Jl.Udara Gg Rukun Brastagi-Kabupaten Karo yang berlansung 22 Januari sampai 12 April 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat pemberian semak bunga putih (chromolaena odorata) yang di fermentasi dengan Apsergillus niger dalam ransum terhadap pertumbuhan kelinci jantan umur 8-18 minggu .Rancangan yang digunakan rancangan acak lengkap (RAL)yang terdiri dari 6 perlakuan 4 ulangan masing masing ulangan terdiri dari 2 ekor kelinci . Dengan perlakuan yaitu RO (ransum pabrik), R1 0% Chromolaena odorata fermentasi dan daun wortel, R2 10% Chromolaena odorata fermentasi dan daun wortel, R3 20% Chromolaena odrata fermentasi dan daun wortel, R4 30% Chromolaena odorata fermentasi dan daun wortel dan R5 40% Chromolaena odorata fermentasi dan daun wortel. Parameter yang diamati yaitu konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.

(8)

Abstrac

JACKI ESTRADA SINUKABAN, 2011. "Utilization of White Flower Shrubs (Chromolaena odorata ) fermented Aspergillus niger in the Ration on the Growth of Male Rabbit 8-18 week of ages " below guidance TRI HESTI WAHYUNI and RISTIKA HANDARINI . The research conducted at JAMIN PURBA’S rabbit farm, Jl.Udara Pillars Brastagi-Karo district .The research has been done on Januar 22 until 12 April 2010.

This study aimed to test the level of white flower shrubs (Chromolaena odorata) fermented with Apsergillus niger in ration on the growth of male rabbits 8-18 week of ages the design that used a completely randomized design (CRD) consisting of six treatments four replacations and each replacations consist of two rabbit. The treatment were RO (comersial feed), R1 0 % Chromolaena odorata fermented and carrot leaf , R2 10% Chromolaena odorata femented and carrot leaf , R3 20% Chromolaea odorata fermeted and carrot leaf , R4 30% Chromolaena odorata fermented and carrot leaf , R5 40% Chromolaena odorata fermented and carrot leaf . The three paramter of the researsch were: feed intake, avreage daily gain and feed convertion ratio.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Jacki Estarada Sinukaban,lahir pada tanggal 22 Agustus 1985 di Lingga

Tanah karo.Anak keempat dari empat bersaudara, putara dari Bapak Martín

Karo-Karo dan Ibu Tiurna br Bangun.Pengalaman yang telah ditempuh penulis.

1.,Tahun 1992 memasuki SD Impres Lingga lulus pada tahun 1998

2.Tahun 1998 memasuki SLTP SW RK XAVERIUS 1 Kabanjahe lulus tahun

2001

3. Tahun 2001 memasuki SMA Negeri 1 Kabanjahe lulus tahun 2004

4. Tahun 2005 masuk ke Departeman PeternakanUniversitas Sumatera Utara

melalui jalur SPMB.

5.Tahun 2005 Menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Karo Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

6.Tahun 2005 menjadi anggota UKM-KMK UP Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

7.Melaksanapakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Peternakan Domba Pak

Hasim di desa Hulu Kecamatan Brandan Kabupaten Langkat pada bulan

Juni-Juli2008.

8.Tahun 2008 Menjadi Panitia Natal Sebagai Koordinator Seksi Dana Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

9. Melaksanakan penelitian di Peternakan Jamin Purba, SPt di Jl.Udara Gg.Rukun

(10)

Abstrak

JACKI ESTRADA SINUKABAN,2011."Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) fermentasi Aspergilus niger dalam Ransum terhadap Pertumbuhan Kelinci Jantan umur 8-18Minggu" dibawah bimbingan TRI HESTI WAHYUNI dan RISTIKA HANDARINI penelitian dilaksanakan di Peternakan kelinci JAMIN PURBA, Jl.Udara Gg Rukun Brastagi-Kabupaten Karo yang berlansung 22 Januari sampai 12 April 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat pemberian semak bunga putih (chromolaena odorata) yang di fermentasi dengan Apsergillus niger dalam ransum terhadap pertumbuhan kelinci jantan umur 8-18 minggu .Rancangan yang digunakan rancangan acak lengkap (RAL)yang terdiri dari 6 perlakuan 4 ulangan masing masing ulangan terdiri dari 2 ekor kelinci . Dengan perlakuan yaitu RO (ransum pabrik), R1 0% Chromolaena odorata fermentasi dan daun wortel, R2 10% Chromolaena odorata fermentasi dan daun wortel, R3 20% Chromolaena odrata fermentasi dan daun wortel, R4 30% Chromolaena odorata fermentasi dan daun wortel dan R5 40% Chromolaena odorata fermentasi dan daun wortel. Parameter yang diamati yaitu konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.

(11)

Abstrac

JACKI ESTRADA SINUKABAN, 2011. "Utilization of White Flower Shrubs (Chromolaena odorata ) fermented Aspergillus niger in the Ration on the Growth of Male Rabbit 8-18 week of ages " below guidance TRI HESTI WAHYUNI and RISTIKA HANDARINI . The research conducted at JAMIN PURBA’S rabbit farm, Jl.Udara Pillars Brastagi-Karo district .The research has been done on Januar 22 until 12 April 2010.

This study aimed to test the level of white flower shrubs (Chromolaena odorata) fermented with Apsergillus niger in ration on the growth of male rabbits 8-18 week of ages the design that used a completely randomized design (CRD) consisting of six treatments four replacations and each replacations consist of two rabbit. The treatment were RO (comersial feed), R1 0 % Chromolaena odorata fermented and carrot leaf , R2 10% Chromolaena odorata femented and carrot leaf , R3 20% Chromolaea odorata fermeted and carrot leaf , R4 30% Chromolaena odorata fermented and carrot leaf , R5 40% Chromolaena odorata fermented and carrot leaf . The three paramter of the researsch were: feed intake, avreage daily gain and feed convertion ratio.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertambahan penduduk mengakibatkan kebutuhan protein yang

dikomsumsi oleh manusia semakin bertambah. Banyaknya penduduk

mengakibatkan lahan untuk pertanian makin sempit sehingga sulit untuk

mendapatkan protein nabati. Oleh karena itu prioritas pemenuhan kebutuhan

protein, diutamakan berasal dari protein hewani.

Kelinci merupakan salah satu komoditas ternak yang menghasilkan protein

hewani yang berkualitas tinggi. Ada beberapa keuntungan bila kelinci digunakan

sebagai penghasil daging. Kelinci mempunyai kemampuan mengubah pakan

menjadi daging yang lebih baik dibandingkan dengan jenis hewan lainnya. Kedua,

kelinci mudah dipelihara tanpa modal atau peralatan yang besar nilainya. Sebagai

usaha sampingan kelinci mudah dipelihara, dan tidak membutuhkan areal yang

luas.

Dalam usaha budidaya ternak kelinci ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan yaitu persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan

bibit dan penyediaan pakan. Seperti hewan percobaan lainnya, kualitas makanan

kelinci merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan kelinci untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakannya.

Pakan utama kelinci adalah hijauan dan kosentrat. Untuk Indonesia yang

mempunyai iklim tropis, umumnya kualitas pakan rendah karena hijauannya

kurang mengandung air, protein dan mineralnya rendah dan serat kasarnya tinggi.

Untuk itu diupayakan pemanfaatan sumber hijauan lain yang sifatnya musiman

(13)

gulma semak bunga putih (Chromolaena odorata) yang keberadannya tidak

dikehendaki oleh petani karena mengganggu tanaman pertanian dan rumput yang

sengaja ditanam untuk tujuan pakan ternak.

Penelitian terhadap semak bunga putih sebagai pakan ternak telah

dilakukan di Pakistan. Perlakuan yang diberikan sampai level 30% menunjukkan

bahwa sampai batas maksimum masih memebrikan pertumbuhan pakan yang

signifikan (Bamikole dan Osemwenkhoe, 2004).

Penelitian terhadap semak bunga putih di Indonesia dilakukan oleh

Esterlina (2009) dengan level maksimum 35% menunjukan bahwa tepung daun

masih memberikan hasil yang baik. Untuk meningkatkan pemanfaatan semak

bunga putih, akan dicobakan difermentasi sehingga secara kuantitas lebih banyak

yang dapat diberikan pada ternak. Fermentasi dilakukan mengunakan jamur

Aspergillus niger dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan protein,

menurunkan kandungan serat kasar sehingga daya cerna semak bunga putih

meningkat.

Dengan dasar tersebut penting dilakukan penelitian terhadap semak bunga

putih, agar manfaatnya dapat dirasakan oleh peternak dan meringankan kerugian

petani akibat kerugian yang ditimbulkan. Peneliti ingin mengetahui seberapa

besar pengaruh pemanfaatan daun semak bunga putih yang difermentasi

Aspergilus niger dalam ransum terhadap pertumbuhan ternak kelinci umur 8-18

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemberian tepung daun semak

bunga putih (Chromolaena odorata) yang di fermentasi Aspergillus niger dalam

ransum terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum

kelinci jantan pasca lepas sapih umur 8-18 minggu

Hipotesis Penelitian

Pemberian tepung daun semak bunga putih (Chromolaena odorata)

fermentasi Aspergillus niger berpengaruh positif terhadap konsumsi ransum,

pertambahan bobot badan dan konvensi ransum kelinci jantan umur 8-18 minggu.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi kalangan

akademis dan peternak tentang pemanfaatan tepung daun semak bunga putih

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Semak Bunga Putih Sebagai Pakan Ternak

Semak bunga putih (Chromolaena odorata) bersinonim dengan

Eupatorium odoratum L. dan E. Conyzoides Vahl. Chromolaena. Beberapa daerah

di Indonesia menyebut tanaman ini dengan nama tekelan atau kirinyuh.

Klasifikasi sem, familia Asteraceae, genus Chromolaena, spesies Chromolaena

odorata (L.) King & H.E. Robins (Anonimous, 2008).

Gulma merupakan tumbuhan perdu berkayu (woody weeds) tahunan

dimana batangnya membentuk cabang-cabang sekunder. Gulma mempunyai ciri

khas: daun berbentuk segitiga, mempunyai tiga tulang daun yang nyata terlihat

dan bila diremas akan terasa bau yang menyengat, percabangan berhadapan,

bunga majemuk berwarna putih kotor. Penyebaran gulma berada pada daerah ak

bunga putih sebagai berikut: kingdom Plantae (tumbuhan), super divisio

Spermatophyta (menghasilkan biji), divisio Magnoliophyta (berbunga), kelas

Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil), sub kelas Asteridae, ordo Asteralesdengan

ketinggian antara 50-1000 m di atas permukaan laut (Nasution, 1986).

Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif

maupun vegetatif. Secara generatif, biji gulma yang halus, ringan dan berjumlah

banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan maupun manusia.

Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang ada di

dalam tanah akan membentuk tunas-tunas baru dan muncul kepermukaan tanah

(16)

Gulma ini masih menjadi masalah penting di perkebunan, kehutanan,

saluran pengairan dan padang penggembalaan (Sukman dan Yakup, 1995). Gulma

semak bunga putih tidak dikehendaki kehadiranya dalam suatu area tertentu

karena dianggap mengganggu tanaman pertanian maupun rumput yang

merupakan pakan ternak. Sistem perakaran semak bunga putih bercabang banyak

dan adventif sehingga mampu menyerap unsur N yang terikat kuat dalam tanah.

Permukaan bagian bawah daun yang halus dan bagian atas yang kasar

memungkinkan air tanah diserap dan disimpan di daun serta bagian hijau lainnya

(Rovihandono, 2008).

Menurut Mulik (2007) semak bunga putih sangat berpotensi sebagai pakan

ternak karena kandungan proteinya sangat tinggi (21 – 36%) setara dengan turi

gamal dan lamtoro. Sementara itu hasil penelitian Esterlina (2009) dan Winanto

(2009) kandungan protein kasar daun semak bunga putih 25.51% (Tabel 1).

Tabel 1. Kandungan nutrisi semak bunga putih

Nutrisi Kandungan Sumber: Esterlina (2009) dan Winanto (2009).

Kelebihan daun semak bunga putih mempunyai beberapa kandungan asam amino

yang tinggi antara lain: alanin, arginin, glisin, leusin dan valin yaitu lebih dari 4 %

(17)

Tabel 2. Kandungan beberapa asam amino semak bunga putih

Asam amino Kandungan(%)

Alanin Sumber : Mullik (2007)

Hasil analisis proksimat terhadap semak bunga putih yang telah

fermentasi dengan Aspergillus niger menunjukan protein yang cukup tinggi yaitu

28.08 % (Tabel 3).

Tabel 3. Kandungan semak bunga putih hasil analisa proksimat.

Nutrisi Kandungan

Sumber : Labaoratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Sumatera Utara(2009). *Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makan Ternak IPB(2009).

Penelitian di Pakistan oleh Bamikole dan Osemwenkhoe (2004)

menunjukkan bahwa tepung daun semak bunga putih dapat ditambahkan dalam

pakan kelinci sampai level 35%.

Peran Aspergillus niger dalam Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses metabolisme dimana enzim dari

mikroorganisme melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainya

(18)

Proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan

perubahan-perubahan yang dapat memperbaiki mutu bahan pangan baik nilai gizi

maupun daya cerna serta meninggkatkan daya simpan. Produk fermentasi

biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya. Hal

ini disebabkan mikroba bersifat katabolik yang mempunyai kemampuan merubah

komponen-komponen kompleks yang terkandung dalam bahan pakan asal

menjadi zat yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna (Winarno dan Fradiaz,

1980). Pemecahan bahan pakan dibantu oleh beberapa enzim, antara lain:

cellulase, hemisellulase dan polimer-polimernya menjadi gula sederhana (Bukle et

al., 1985).

Penambahan bahan-bahan nutrien ke dalam media fermentasi dapat

merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu bahan yang digunakan

sebagai sumber nitrogen pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang

ditambahkan ke dalam medium fermentasi akan diuraikan oleh enzim urease

menjadi amonia dan karbondioksida selanjutnya digunakan untuk pembentukan

asam amino (Fardiaz, 1989).

Aspergillus niger

Hardjo et al. (1989) mengemukan bahwa klasifikasi Aspergillus niger

sebagai berikut: genus Aspergillus, famili Euritaceae, ordo Eutiales, klass

Asomycotina, divisi Asmatgmycota.

Aspergillus niger bersifat aerob, sehingga membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhanya. Temperatur optimum bagi pertumbuhanya antara 35 - 37ºC.

(19)

65 – 70%. Aspergillus niger mempunyai ciri yaitu benang tunggal yang disebut

hifa (berupa kumpulan benang-benang padat menjadi satu bahan miselium), tidak

mempunyai klorofil dan hidupnya heterotof serta berkembang biak secara

vegetatif dan generatif (Fardiaz, 1989).

Aspergillus niger di dalam pertumbuhanya berhubungan lansung dengan

zat makanan yang terdapat dalam medium. Aspergillus niger menghasilkan

beberapa enzim ektraseluler seperti amilase, amiglukosidase, pektinase, selulase,

glukosidase (Hardjo et al., 1989). Enzim urease akan memecah urea menjadi asam

amino dan CO2 yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino

(Lenhniger, 1991).

Ternak Kelinci

Menurut Susilorini et al., (2007) kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun yang

silam dengan tujuan keindahan, penghasil bulu, kulit (fur), wol dan hewan

percobaan. Kelinci diklasifikasikan ke dalam: kingdom Animalia, filum

Chordata dan subfilum Vertebrata, sementara untuk kelasnya kelinci termasuk

kedalam kelas mamalia; ordo Lagomorpha; famili Leporidae; sub famili Leporine;

genus Lepus, Orictolagus dan Species Lepus spp., Orictolagus spp. Cuniculus.

Menurut Whendrato dan Madyana (1986), pada saat ini di Indonesia ada

tiga macam kelinci yaitu kelinci lokal, kelinci unggul dan kelinci persilangan

(crossing). Kelinci lokal adalah keturunan kelinci yang masuk ke Indonesia sejak

lama, dibawa oleh orang Eropa dan Belanda sebagai ternak hias atau kesayangan.

Ciri-ciri kelinci lokal adalah: bentuk dan bobotnya kecil, sekitar 1.5 kg, bulu

(20)

mempunyai ciri-ciri keturunan kelinci Belanda (Dutch) dan atau kelinci New

Zealand. Kelinci lokal walaupun bukan berasal dari Indonesia asli, terjadi akibat

perkawinan silang yang tidak terkontrol dari generasi ke generasi , faktor

makanan, faktor cuaca, faktor pemeliharaan dan lain-lain sehingga terjadilah

kelinci yang biasa disebut kelinci local. Kelinci crossing merupakan kelinci hasil

silang antara kelinci lokal dengan kelinci unggul atau hasil silang dua jenis strain

unggul.

Berdasarkan bobot tubuh kelinci, Putra dan Budiana (2007)

menggolongkan kelinci menjadi tiga tipe yaitu:

1. Golongan kecil: dengan bobot 0.9-2 kg seperti Polish, Ducth dan Nederland

dwarf.

2. Golongan sedang: dengan bobot 2-4 kg seperti New Zealand, California,

Carolina, Simonoire dan Lop.

3. Golongan berat: dengan bobot 5-8 kg seperti Giant, Chinchila, Flemish giant

dan Chekered giant.

Dalam pemeliharaan kelinci, Rismunandar (1990) menyatakan bahwa

kelinci mempunyai tiga tujuan yaitu untuk memperoleh daging, kulit dan

bulunya. Bila tujuan pemeliharaan kelinci untuk dijual guna dimakan dagingnya

maka lamanya mengasuh anak harus diatur. Lamanya mengasuh anak dapat

ditetapkan hingga 8 minggu setelah lahir dan setelah itu induk kelinci dapat

dikawinkan lagi dengan pejantannya. Adakalanya sesudah anak berumur 6

minggu induk kelinci disatukan lagi dengan jantannya kemudian induk tersebut

(21)

Sistem Pencernaan Kelinci

Kelinci merupakan ternak pseudo-ruminant yaitu herbivora yang tidak

dapat mencerna serat kasar secara baik. Sistem pencernaan kelinci yang

sederhana dengan caecum dan usus yang besar memungkinkan kelinci untuk

memakan dan memanfaatkan bahan-bahan hijauan, rumput dan sejenisnya.

Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah seperti yang

terjadi pada saluran cerna kuda. Kelinci memfermentasikan pakan di usus

belakangnya. Fermentasi hanya terjadi di caecum (bagian pertama usus besar),

kurang lebih merupakan 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya

(Sarwono, 2001). Kemampuan kelinci mencerna serat kasar dan lemak bertambah

setelah kelinci berumur 5-12 minggu.

Kelinci mempunyai kebiasaan cropophagy yaitu memakan kotoran lunak

yang berbentuk pellet langsung dari anusnya. Feses ini berwarna hijau muda dan

lembek (Blakely et al., 1998). Kegiatan ini selalu dilakukan oleh kelinci muda

umur 3 minggu pada waktu malam menjelang pagi. Hal ini merupakan akibat dari

fermentasi caecum yang menghasilkan banyak vitamin B, asam amino esensial

dan mengeluarkan serat kasar yang telah dicerna lebih lanjut, serta nutrisi yang

lainnya (Ranjhnan, 2001).

Kebutuhan Nutrisi Kelinci

Pakan adalah semua bahan makanan yang diberikan dan bermanfaat bagi

ternak. Sedangkan ransum adalah pakan yang terdiri dari satu atau lebih jenis

(22)

ternak, bebas dari penyakit, mudah didapat dan murah harganya (Widayati dan

Widalestari, 1996). Komposisi pakan berbeda untuk jenis hewan yang satu dengan

yang lain.

Konsentrat juga diperlukan dalam tambahan makanan kelinci. Konsentrat

berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi yang diberikan dan mempermudah

penyediaan makanan. Konsentrat sebagai ransum diberikan sebagai makanan

tambahan penguat. Konsentrat untuk pakan kelinci dapat berupa pellet (pakan

buatan pabrik), bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu atau

gaplek (Prasetyo, 2002).

Menurut Tillman et al., (1989) hewan dalam masa pertumbuhan

membutuhkan energi untuk pemeliharaan tubuh (hidup pokok), untuk gerak otot

dan sintesa jaringan-jaringan baru. Bila hewan diberi pakan yang mengandung

protein dan energi melebihi kebutuhan hidup pokoknya, maka hewan tersebut

akan menggunakan kelebihan zat makanan untuk pertumbuhan dan produksi

sedangkan pada hewan dewasa kelebihan zat makanan disimpan dalam bentuk

lemak.

Kelinci hanya memerlukan ransum dengan kadar lemak rendah. Bahan

pakan seperti: jagung, sorghum, bekatul, dedak dan menir sangat cocok untuk

kelinci. Protein sangat penting untuk pertumbuhan anak, pembentukan daging dan

perrumbuhan bulu. Banyaknya ransum untuk induk bunting dan induk menyusui

per ekor dewasa per hari adalah: hijauan sekitar 1 – 2 kg dan konsentrat 6.7%

dari bobot hidupnya. Sedangkan untuk induk kering, induk muda dan anak

kelinci yang telah disapih banyaknya: rumput/hijauan sekitar 1 – 2 kg dan

(23)

Kelinci adalah termasuk binatang malam, maka dalam kehidupan

alamiahnya kelinci mencari makan dan berkeliaran diwaktu malam. Oleh karena

itu, diwaktu sore hari menjelang malam harus disediakan makanan yang cukup.

Waktu pemberian pakan harus teratur dan tidak diubah-ubah. Pakan sebagian

diberikan pada pagi hari dan sebagian lagi pada sore hari (Subroto, 1994).

Jenis-jenis hijauan yang dapat diberikan untuk pakan kelinci antara lain:

rumput lapangan, daun ubi jalar, daun singkong, daun wortel, daun kangkung,

kubis, daun turi dan daun lamtoro. Limbah pertanian yang dapat diberikan pada

kelinci antara lain: dedak, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas tapioka, ubi jalar,

dan ubi kayu. Pelayuan dan pencacahan pada hijauan merupakan perlakuan

terbaik sebelum diberikan pada ternak. Perebusan atau pencampuran dengan air

panas pada konsentrat dapat meningkatkan kualitas pakan dan mempercepat

pertumbuhan kelinci (Muslih, 2005).

Seperti hewan lainnya kelinci membutuhkan karbohidrat, protein, lemak,

mineral, vitamin dan air (Tabel 4). Dimana jumlahnya tergantung dari umur,

tujuan produksi serta kecepatan pertumbuhannya.

Tabel 4. Kebutuhan zat gizi untuk kelinci

Zat gizi Masa Sumber : NRC (1977) disitasi oleh Tillman et al. (1989).

(24)

cadangan dalam bentuk lemak. Energi berkaitan erat dengan konsumsi protein.

Dimana kebutuhan protein berbeda sesuai dengan umur, tipe dan macam ternak

serta produksi ternak tersebut. Singh (1997) mengemukan bahwa, pakan kelinci

terdiri dari 3% lemak. Penambahan lemak sekitar 6% dalam pakan dapat

meningkatkan pertumbuhan kelinci. Penambahan lemak akan meningkatkan

energi pakan, tetapi tidak ekonomis.

Menurut Sumoprastowo (1985), selain jenis-jenis pakan tersebut diatas,

perlu diperhatikan pula bahwa kelinci pun suka pada garam dapur. Untuk

keperluan tersebut maka sebaiknya di dalam kandang disediakan garam blok.

Pencampuran garam dalam konsentrat cukup 0.5% saja.

Menurut Putra dan Budiana (2007) air mutlak dibutuhkan oleh makhluk

hidup untuk keperluan hidupnya, termasuk kelinci. Kebutuhan air minum seekor

kelinci minimal 0.4 – 0.6 l/hari. Jumlah ini bertambah 2 – 3 kali lipat jika induk

sedang bunting atau menyusui anaknya. Pemberian air minum harus memenuhi

kebutuhan kelinci dan bersih.

Konsumsi Ransum

Faktor makanan merupakan salah satu faktor utama didalam

pengembangan ternak kelinci. Oleh karena itu, berhasilnya ternak kelinci juga

bergantung kepada perhatian peternak didalam menyajikan mutu makanan beserta

volumenya. Selain itu, zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya harus

terpenuhi pula (AAK, 2000).

Semua hewan berdarah dingin dan sejumlah besar hewan berdarah panas

menghabiskan sejumlah besar waktunya tanpa melakukan sesuatu apapun dan

(25)

baik dalam jumlah yang cukup adalah faktor umum yang paling penting dalam

menentukan perkembangan, dominasi dan kehidupan untuk semua organisme

hidup (Lawrie, 1995). Rataan konsumsi hasil penelitian Bamikole dan

Osemwenkhoe (2004) 289.94 g/ekor/minggu. Sedangkan rataan konsumsi ransum

hasil penelitian Esterlina (2009) dengan menggunakan tepung semak bunga putih

tanpa fermentasi yang terbaik pada level 21% yaitu 383.66 g/ekor/minggu.

Konsumsi ransum adalah sejumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan

jumlah sisa pakan. Pada umumnya konsumsi ransum kelinci betina akan lebih

besar dari pada kelinci jantan. Hal ini disebabkan kelinci betina akan

membutuhkan nutrisi yang lebih banyak untuk siklus estrus dan kebuntingan

(Poespo, 1986).

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot

badan yang dilakukan dengan cara penimbangan secara berkala dan dinyatakan

sebagai pertumbuhan berat badan dalam satuan waktu tertentu: tiap hari, tiap

minggu atau tiap waktu lainnya. Pertumbuhan mempunyai tahap yang cepat dan

tahap yang lambat. Tahap yang cepat terjadi pada saat sampai pubertas dan tahap

lambat terjadi pada saat dewasa tubuh telah tercapai (Tillman et al., 1989).

Selama pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu peningkatan bobot

badan sampai mencapai dewasa yang disebut pertumbuhan dan pertumbuhan

konformasi (bentuk tubuh) serta berbagai fungsi dan kesanggupanya untuk

melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan. Hampir

(26)

lebih besar dan lebih berat dari pada betina dalam kehidupan dewasa (Lawrie,

1995).

ADG (Average Daily Gain) adalah rata-rata kecepatan pertambahan bobot

badan harian yang diperoleh dengan berat akhir dikurangi berat awal kemudian

dibagi lama pemeliharaan. Pertambahan bobot badan kelinci pada umumnya dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pertambahan bobot badan kelinci.

Umur Berat badan (g) Pertambahan berat

badan (g/hari)

Sumber : Reksohadiprodjo (1984).

Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran

yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh,

termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan

organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu

pada karkas. Faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta genotif juga

mempengaruhi pertumbuhan. Dimana konsumsi protein dan energi yang lebih

tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Soeparno, 1992).

Rataan pertambahan bobot badan hasil penelitian Esterlina (2009) dengan

(27)

Konversi Ransum

Konversi ransum adalah perbandingan antara berat pakan yang diberikan

dengan berat daging hidup yang dihasilkan. Pada ternak kelinci jenis New Zealand

White yang dipelihara untuk tujuan produksi daging, imbangan yang dapat dicapai

adalah 3:1. Hal ini tergantung mulai dari saat ternak disapih hingga dipotong pada

umur 4 bulan. Konversi pakan yang terbaik diperoleh ketika ternak mempunyai

bobot badan 1.8 – 2 kg yaitu kira-kira berumur 2 – 3 bulan (Kartadisastra, 1994).

Rataan konversi ransum yang diperoleh Esterlina yaitu 3.78 gram.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan perlakuan fermentasi untuk

meningkatkan jumlah pemberian dan meningkatkan daya cerna semak bunga

putih. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan Aspergillus niger yang

berperan untuk memecah serat kasar, meningkatkan protein, serta mengurangi

kadar tanin pada semak bunga putih.

(28)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di peternakan kelinci Bapak Jamin Purba, S.Pt

Jln. Udara Gg. Rukun Berastagi Kab. Karo Sumatera Utara. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April 2010

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kelinci lokal umur 8

minggu sebanyak 48 ekor (560.97 ± 223.55g), konsentrat (jagung, dedak halus,

tepung ikan, bungkil kedelai, tepung daun semak bunga putih(Cromolaena

odorata) yang difermentasi (COF), garam, kapur dan top mix), daun wortel,

obat-obatan dan vitamin, desinfektan, air minum, Aspergillus niger, urea dan gula

merah.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kandang individu,

tempat makan dan minum, timbangan shalter kapasitas 5 kg, alat penerang, alat

(29)

Metode Penelitian

Menurut Hanafiah (2002) metode penelitian yang digunakan adalah

rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan dengan model

rancangan :

Yij = μ + τi + Σij

Dimana :

Yij = nilai pengamatan satuan percobaan ke-j yang mendapatkan perlakuan ke-i

µ = nilai tengah.

τi = pengaruh dari perlakuan ke-i.

Σij = galat percobaan pada satuan percobaan ke-j dalam perlakuan ke-i.

Banyaknya ulangan dihitung dengan rumus sebagai berikut :

t(n-1) ≥ 15

6(n-1) ≥ 15

6n-6 ≥ 15

6n ≥ 21

n ≥ 3.5

n ≈ 4

Ransum perlakua n terdiri atas:

(30)

R1 = daun wortel + konsentrat mengandung 0% COF.

R2 = daun wortel + konsentrat mengandung 10% COF.

R3 = daun wortel + konsentrat mengandung 20% COF.

R4 = daun wortel + kosentrat mengandung 30% COF.

R5 = daun wortel+kosentrat mengandung 40% COF.

Keterangan: COF = tepung daun Chromolaena odorata fermentasi

Susunan pengacakan unit perlakuan sebagai berikut :

R22 R13 R03 R34 R51 R52

R44 R41 R43 R54 R54 R53

R12 R33 R11 R32 R42 R23

R14 R04 R22 R31 R03 R21

Parameter yang Diamati

1 . Konsumsi pakan (daun wortel dan konsentrat) (gram/ekor/minggu).

Konsumsi daun wortel = pemberian daun wortel pagi hari - sisa daun wortel

esok paginya. Konsumsi daun wortel dihitung setiap hari.

Konsumsi konsentrat = pemberian kosentrat pada awal minggu - konsentrat

sisa. Konsumsi konsentrat dihitung setiap minggu.

2. Pertambahan Bobot Badan (gram/ekor/minggu).

Diukur berdasarkan selisih bobot badan pada akhir minggu dengan bobot

badan pada awal minggu.

3. Konversi Ransum

Diukur berdasarkan, perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi

(31)

Pelaksanan Penelitian

1. Pengolahan daun semak bunga putih menjadi tepung daun semak bunga putih

yang difermentasi dengan Aspergillus niger (Lampiran1).

2. Pemilihan ternak.

Ternak kelinci yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 48 ekor jantan.

Pemilihan ternak didasarkan pada: jantan lepas sapih, sehat, lincah, gerakan

aktif, pertumbuhan bulu merata dan mata jernih. Penelitian ini terdiri atas 6

perlakuan dan tiap perlakuan diulang 4 kali. Dalam setiap unit penelitian

terdiri atas 2 ekor ternak.

3. Persiapan kandang.

Kandang terlebih dahulu di desinfektan dengan menggunakan rodalon dan

dibiarkan selama satu minggu. Peralatan kandang dibersihkan dan di

desinfektan sebelum digunakan.

4. Pemberian pakan.

Kelinci diberi ransum (konsentrat dan daun wortel) secara bergantian.Dimana

Pemberian daun wortel terlebih dahulu dan kosentrat, agar kelinci tidak

memilih makanan. Penyusunan ransum dilakukan satu kali dalam seminggu.

5. Pemberian air minum.

Air minum diberikan secara ad-libitum.

6. Pemberian obat-obatan.

Pemberian obat-obatan disesuaikan dengan kondisi ternak. Obat-obatan

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN.

Hasil

Konsumsi Ransum

Komsumsi ransum adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan

sejumlah ransum yang diberikan. Dimana konsumsi ransum dihitung berdasarkan

sejumlah pakan yang biberikan dikurangi dengan jumlah sisa pakan. Konsumsi

ransum kelinci dengan pemberian tepung daun semak bunga putih yang

difermentasi dengan Aspergillus niger selama penelitian dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Rataan konsumsi ransum kelinci selama penelitian (g/ekor/minggu)

Pelakuan Ulangan Total Rataan ±sd

1 2 3 4

R0 365.11 392.08 400.67 432.84 1590.70 397.67 ±27.91 R1 356.28 369.01 387.92 406.80 1520.01 380.00 ±22.69 R2 384.50 384.37 365.78 401.50 1536.15 384.04 ±14.58 R3 380.00 387.38 377.71 390.50 1535.59 383.90 ±6.03 R4 365.63 377.00 359.05 373.68 1475.35 368.84 ±8.08 R5 374.08 398.00 425.00 426.08 1623.15 405.79 ±24.81

Dari Tabel 6. diperoleh rataan konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan R5

(dengan pemberian 40% semak bunga putih yang fermentasi dengan Aspergillus

niger) sebesar 405.79± 24.81 g/ekor/minggudan yang terendah pada perlakuan R4

(dengan pemberian 30% semak bunga putih yang difermentasi dengan

Aspergillus niger) sebesar 368.84 ±8.08, g/ekor/minggu sementara pada perlakuan

(33)

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan tiap perlakuan dapat diketahui dengan cara

penimbangan bobot badan kelinci pada akhir minggu dikurangi dengan bobot

badan awal minggu. Pertambahan bobot awal kelinci dengan pemberian semak

bunga putih yang difermentasi dengan Aspergillus niger dapat dilihat pada Tabel

7.

Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan kelinci pada selama penelitian g/ekor/minggu

Perlakuan Ulangan Total Rataan ±sd

1 2 3 4

R0 132.20 127.80 133.75 128.00 519.74 129.94 ±2.76 R1 124.75 125.25 130.95 115.30 496.25 124.06 ±6.48 R2 128.50 132.75 124.75 126.95 512.95 128.24 ±3.37 R3 123.21 128.00 121.09 134.80 507.10 126.77 ±6.08 R4 126.85 132.25 124.76 115.82 498.89 124.72 ±6.77 R5 128.85 125.55 131.80 135.40 521.60 130.40 ±4.19

Dari Tabel 7 diperoleh rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat

pada perlakuan R5 (dengan pemberian semak bunga putih yang difermentasi

dengan Aspergillus niger) sebesar 130.40 ±4.19 g/ekor/minggu sementara

terendah pada perlakuan R1 (ransum tanpa semak bunga putih) sebesar 124.06 ±

6.48 g/ekor/minggu . Pemberian ransum pabrik menunjukan pertamhan obot

(34)

Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung dengan cara membandingkan berat ransum yang

dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan kelinci yang dihasilkan selama

penelitian .Konversi ransum kelinci selama penelitian dengan pemberian semak

bunga putih yang difermentasi dengan Aspergillus niger dapat dilihat pada Tabel

8

Tabel 8 Rataan konversi ransum selama penelitia.

Perlakuan Ulangan Total Rataan ±sd

1 2 3 4

R0 2.90 3.46 3.31 3.69 13.35 3.34 ±0.33 R1 3.11 3.28 3.29 3.66 13.34 3.33 ±0.23 R2 3.09 3.21 3.12 3.28 12.70 3.17 ±0.08 R3 3.24 3.39 3.20 3.08 12.92 3.23 ±0.12 R4 3.01 3.10 3.13 3.63 12.86 3.22 ±0.27 R5 3.04 3.40 3.59 3.49 13.52 3.38 ±0.23

Dari Tabel 10 diperoleh hasil rataan konversi ransum tertinggi pada

perlakuan R5 (dengan pemberian semak bunga putih yang difermentasi dengan

Apergillus niger) sebesar 3.38±sd 0.23 dan terendah pada perlakuan R2 (dengan

pemberian semak bunga putih ) sebesar3.17±0.08 dan pada pemberian ransum

(35)

Pembahasan

Konsumsi Ransum

Pengaruh pemberian semak bunga putih (Cromolaena odorata)

fermentasi Aspergillus niger terhadap konsumsi ransum kelinci jantan lokal

selama penelitian dapat diketahui dengan melakukan analisis ragaman seperti

tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis ragam konsumsi ransum kelinci jantan (g/ekor/minggu)

Keterngan tn = tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis ragam konsumsi ransum diperoleh bahwa

pemberian semak bunga putih fermentasi Apergillus niger berpengaruh tidak

nyata (P>0.05) terhadap konsumsi ransum, namun pengunaan sampai level 40%

meningkatkan konsumsi ransum. Hal ini dipengaruhi oleh palatabilitas ransum,

dimanana semakin tinggi level pemberianya maka warna ransum semakin hijau.

Hal ini sesuai dengan pernyatan Parakkasi (1995) beberapa faktor yang

mepengaruhi tingkat konsumsi adalah faktor hewan atau status fisiologis hewan

tersebut seperti umur, faktor makanan seperti palatabilitas ransum dan faktor

lainya adalah faktor lingkungan seperti suhu lingkungan. Hal ini menunjukan

tepung semak bunga putih masih dapat digunakan dalam ransum hingga level

40%. Meskipun berdasarkan hasil rataan ransum terdapat peningkatan jumlah

konsumsi ransum namun berpengaruh tidak nyata terhadap tingkat konsumsi

Sk Db Jk KT Fhit Ftabel

0.05 0.01

Perlakuan 5 3454.82 690.96 1.89tn 2.77 4.25

Galat 18 6593.11 366.28

(36)

produksi dari ternak. Pada penelitian ini mengunakan kelinci jantan yang umur

tingkatan produksinya sama yaitu pada umur 8-18 minggu. Selain itu kondisi

lingkungan dan bobot badan yang digunakan selama penelitian juga homogen

jadi tidak terdapat berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum kelinci. Hal ini

didukung oleh Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa jumlah pakan

kelinci tiap harinya bervariasi berdasarkan ukuran (besarnya) kelinci serta

tahapan (tingkatan produksinya).

Konsumsi ransum yang diperoleh selama penelitian meskipun tidak

berbeda nyata (P>0.05) namun jumlahnya terihat meningkat yaitu sebesar 405.79

(g/ekor/minggu). Konsumsi yang dihasilkan dari penelitian Esterlina (2009)

adalah sebesar 390.85 (g/ekor/minggu). Sementara dari hasil Bamikole dan

Osemwenkhoe (2004) yang mengunakan obyek penelitian kelinci jenis dwarf

walled dan tanpa pemilihan jenis kelamin dengan pemberian beberapa level

semak bunga putih (Cromolaena odorata) menghasilkan tingkat konsumsi yang

semakin menurun yaitu sebesar 41.42 sampai 26.72g/hari. Perbedaan ini

(37)

Pertambahan Bobot Badan

Pengaruh pemberian semak bunga putih (Cromolaena odorata) yang

difermentasi Aspergillus niger terhadap pertambahan bobot badan kelinci jantan

lokal selama penelitian dapat diketahui dengan melakukan analisis.

ragaman yang tertera pada Tabel 10

Tabel 10. Analisis ragam pertambahan bobot badan selama

penelitian(g/ekor/minggu).

Keterangan: tn = tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis ragam pertambahan bobot badan diketahui

bahwa pemberian semak bunga putih yang difermentasi dengan Aspergillus niger

tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap pertambahan bobot badan kelinci

jantan lokal selama penelitian. Hasil penelitian terdapat bahwa pada level 40%

tingkat pertambahan bobot badan lebih tinggi dibandingkan level lainya menurun

(Tabel 6) hal ini disebabkan pengaruh ternak terhadap kondisi lingkungannya

seperti perbedaan dalam merespon pakan yang dikonsumsinya. Hasil ini sesuai

dengan menurut Soeparnon (1992) yang menyatakan bahwa antar individu di

dalam suatu bangsa terdapat perbedaan respon terhadap pengaruh lingkungan

seperti nutrisi, fisiologis, dan mikrobilogi. Perbedaan respon ini menyebabkan

adanya perbedaan laju pertumbuhan.

(38)

mengunakan kelinci lokal. Hal ini sesuai dengan peryataan Tillman et al.,(1991)

yang menyatakan bahwa makanan bukanlah satu-satunya faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan. Faktor breeding dan jenis kelamin juga memberikan

pengaruh yang kuat sehingga apabila didukung dengan makanan yang cukup laju

pertumbuhan akan meningkat dengan cepat. Hal ini juga didukung oleh Soeparno

(1992) yang menyatakan bahwa faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta

genotip juga mempengaruhi pertumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian pertambahan bobot badan rata-rata kelinci

sebesar 130.40±4.19 g/ekor/minggu. Ini menunjukan bahwa pertumbuhan kelinci

yang dihaliskan sangat baik. Hasil penelitian Esterlina (2009) dengan pemberian

semak bunga putih tanpa fermentasi adalah sebesar 122.19 g/erkor/minggu. Hasil

penelitian Bamikole dan Osemwenkhoe adalah 5.55 g/hari. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Smith dan Soesanto (1998) berdasarkan data biologis kelinci

kecepatan pertumbuhan kelinci umur 8 minggu sebesar 15-20 g/hari dan 100-150

g/minggu mulai umur 8 minggu hingga umur 26 minggu.

Konversi Ransum

Pengaruh pemberian semak bunga putih (Chromolaena odorata) yang

difermentasi Aspergillus niger tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap

konversi ransum kelinci jantan lokal selama penelitian dapat diketahui dengan

melakukan analisis keragaman seperti tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis ragam konversi ransum kelinci jantan selama penelitian.

Keterangan : tn = tidak nyata KK= 9,89%

Sk Db JK KT Fhit F tabel

0.05 0.01

Perlakuan 5 0.14 0.03 0.51tn 2.77 4.25

Galat 18 0.97 0.05

(39)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh analisis ragam konversi ransum

dengan pemberian tepung daun semak bunga putih (Chromolaena odorata) yang

difermentasi dengan Aspergillus niger tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap

konversi ransum kelinci jantan tiap perlakuan selama penelitian terlihat

meningkat. Rataan konversi ransum kelinci jantan tiap perlakuan adalah sebesar

3.56 ±0.58. Sedangkan hasil penelitian Esterlina memperoleh hasil konversi

ransum adalah 3. Hasil penelitian ini menunjukan angka yang cukup besar bila

dibandingkan dengan Kartadisastra (1994) pada ternak kelinci jenis NZW ( New

Zealand White) yang dipelihara untuk tujuan produksi daging, perbandingan yang

didapat adalah 3:1 Hal ini tergantung mulai dari saat ternak disapih hingga

dipotong pada umur 4 bulan. Konversi ransum yang terbaik diperoleh ketika

ternak mempunyai bobot badan 1,8-2 kg yaitu berumur 2- 3 bulan dengan besar

(40)

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Untuk melihat hasil penelitian terhadap konsumsi ransum,pertambahan

bobot badan dan konversi ransum kelinci jantan lepas sapih maka dapat dilakukan

rekapitulasi yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rekapitulasi hasil penelitian Pemanfaatan semak bunga putih fermentasi Aspergillus niger dalam ransum terhadap pertumbuhan kelinci jantan umur 8-18minggu.

Keterangan tn: tidak nyata. Perlakuan Konsumsi Ransum

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tepung semak bunga putih (Chromolarena odorata) yang difermentasi

dengan Aspergillus niger dapat digunakan sebagai kosentrat sampai level 40%

dalam ransum kelinci jantan lokal umur 8- 18 minggu.

Saran

Tepung daun semak bunga putih (Chromolaena odorata) yang difementasi

dengan Aspergillus niger dapat dimanfaatkan sampai level 40%dalam ransum

(42)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2000. Pemeliharaan Kelinci. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Anonimus, 2008. Klasifikasi Chromolaena odorata

Bamikole M.A and Osemwenkhoe, A.E., 2004. Converting Bush to Meat : Acase of Chromolaena odorata Feeding to Rabbits. Pakistan Journal of Nutrition

Vol 3(4):258-261. http:

Barus, E., 2007. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Pnerbit Kanisius, Yogyakarta.

Blakely, J dan Bade D.H., 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Buckle, K.A., Edward, R.A, Fleet C.H.., Watsoon, M., 1985. Ilmu Pangan.Diterjamakan oleh H. Purnomo dan Adinio. Universitas Indonesia, Jakarta.

Esterlina, G., 2009. Pemanfatan Semak Bunga Putih dalam Ransum Kelinci terhadap Pertumbuhan Kelinci Jantan Umur 8-18 Minggu. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Fardiaz, S., 1989. Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Hanafiah, K.A., 1991. Rancangan Percobaan Aplikasi dan Teori. PT. Grafindo Persada, Jakarta.

Hardjo, S., Indrasti N. S. dan Tajudin B., 1989. Biokonveksi Pemanfatan Limbah Limbah Industri Pertanian. Pusat antar Universtias Pangan dan Gizi. IPB.

Kartadisastra, H.R., 1994. Beternak Kelinci Unggul. Kanisius, Yogyakarta.

Lawrie, R.A., 1995. Ilmu Daging. Edisi lima. Penerjemah Aminuddin Parakkasi. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Lehninger, W. W., 1991. Dasar-dasar Biokimia. Vol. 1. Erlangga. Jakarta.

(43)

Pemberian Pakan Untuk Menunjang Agribisnis Ternak Kelinci. Dalam: Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci. Bandung: 30 September 2005. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan hal. 61-65.

Mullik, M.L. 2007. Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) untuk Peningkatan Produksi Tanaman dan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang .

http://balitnak.litbang.deptan.go.id.

Nasution, U., 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Medan.

Poespo, S., 1986. Penerangan Umum Kelinci dan Marmut. FKH&PUGM.

Yogyakarta.

Prasetyo, S., 2002. Antara Hobi dan Bisnis Ternak Kelinci Bisa Menghasilkan Devisa. http://www.sinarharapan.co.id.

Putra, G.M dan Budiana, N.S., 2007. Kelinci Hias Cet-3. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahmawati, A., 2004. Respon pemberian Chromolaena Odorata (L.) King dan Robinson dengan pemulsaan dan pembenaman terhadap produksi dan

pertumbuhan legume

Ranjhnan, S.K. 2001. Animal Nutrition in the Tropics. Fifth revised edition. Vikas publishing house PVT LTD, India.

Rasyaf, M., 1990. Metode Kuantitatip Industri Ransum Ternak Program Linear. Kanisius, Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S., 1984. PengantarIilmu Peternakan Tropik. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Rismunandar, 1990. Meningkatkan Konsumsi Protein dengan Beternak Kelinci Cet-9. Sinar Baru, Bandung.

Rovihandono, R., 2008. Memulihkan Rumput Sabana di Sumba Timur Melalui Pemanfaatan Gulma. http:/www.bakti.org/index.php.

Saono , A.H., 1988. Pemaanfatan Jasad dalam Pengolahan Hasil Sampingan / Sisa-sisa Produksi Pertanian. LIPI, Jakarata.

(44)

Smith, J.B dan Soesanto M., 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit universitas Indonesia, Jakarta.

Soeparno., 1992. Ilmu dan Teknologi Daging Cet-1. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Subroto, S., 1994 Ayo Beternak Kelinci. Aneka ilmu, Semarang

Silorini, T.E, Manik, E.S, dan Muharlien, 2007. Budidaya 22 Ternak Potensial Cet-1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumoprastowo, R.M., 1985. Beternak Kelinci Idaman. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

.

Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suryadi, 2007. Pemanfaatan Umbut Sawit Fermentasi Terhadap Performans Burung Puyuh. Departemen Peternakan, Univesritas Sumatera Utara, Medan.

Silorini, T.E, Manik, E.S, dan Muharlien, 2007. Budidaya 22 Ternak Potensial Cet-1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tillman, A.D., Hartadi H., Reksohadiprojo S., Prawirokusumo S., dan Lebdosoekojo S., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM press, Yogyakarta .

Whendrato, I dan Madyana, I. M., 1986. Beternak Kelinci Secara Popular. Eka Offset. Semarang.

Widayati, E dan Widalestari, Y., 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisarana, Surabaya.

(45)

Lampiran 1. Pengolahan Tepung Semak Bunga Putih Fermentasi Aspergillus niger ( Suryadi 2007)

Dipisahkan daun dan batang semak bunga putih

Daun dijemur ± 2 hari atau dioven selama 60ºC selama 24 jam

Digiling dengan grinder

Tepung semak bunga putih

Dicampur dengan air dengan perbandingan 1:2

Dicampur dengan gula merah sebanyak 2%

Dicampur dengan Aspergillus niger

(46)

LAMPIRAN

Lapiran 2. Komposisi zat-zat pakan penyusun ransom

* Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Keterangan : T.C.O = Tepung Chromolaena odorata

Tabel 2. Susunan ransum kelinci lokal jantan umur 8-18 minggu

Bahan Perlakuan

(47)

Gambar

Tabel 1. Kandungan nutrisi semak bunga putih
Tabel 2. Kandungan beberapa asam amino semak bunga putih
Tabel 4. Kebutuhan zat gizi untuk kelinci
Tabel 6. Tabel 6. Rataan konsumsi ransum kelinci selama penelitian (g/ekor/minggu)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan tepung kulit umbi ubi kayu ( Manihot utillisima ) fermentasi Aspergillus niger pada ransum terhadap perlakuan populasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur nilai keefektifan bentuk fisik ransum yan mengandung pod kakao (Theobroma cacao L,.) fermentasi ( Aspergillus niger)

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kulit daging buah kopi fermentasi MOL sebagai ransum dalam bentuk pelet terhadap kelinci peranakan rex jantan lepas

Secara umum, pembentukan ikatan hidrogen antara senyawa dalam ekstrak daun tumbuhan semak bunga putih seperti senyawa alkaloid dengan pelarut seperti propanol, n-butanol, dan

Penggantian Bungkil Kelapa dengan Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Kecernaan Kelinci Lokal Jantan.. Duta Setiawan 1 , Marjoko

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas sifat fisik ransum yang mengandung pod kakao fermentasi Aspergillus niger berpengaruh sangat nyata terhadap bobot potong

Judul : Analisis Finansial Pemanfaatan Tongkol Jagung dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergilus niger dan Trichoderma viride Dalam Ransum Domba Jantan Lokal

Analisis varians menunjukkan bahwa penambahan aditif dan waktu fermentasi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap penurunan kandungan tanin silase C.. odorata, namun