• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Rancangan Instrumen

Bentuk Fisik Instrumen

Instrumen pencatat lifeform dan genus karang ini dirancang untuk dibawa oleh penyelam pada saat melakukan survei terumbu karang. Instrumen ini dilengkapi dengan sensor suhu, kedalaman, dan visibilitas untuk membantu penyelam dalam mengukur parameter lingkungan. Instrumen ini memiliki beberapa bagian (Gambar 19) yaitu kotak bawah, kotak atas, penutup LCD, pembungkus sensor tekanan, pelindung sensor cahaya, kotak laser, tempat keypad, penutup powerbank, rubber pad, dan pelat pengunci. Kotak instrumen dibuat dengan menggunakan bahan plastik PLA (polylactic acid).

18

Desain instrumen ini dirancang kedap air sehingga mampu dibawa penyelam ke dalam air. Instrumen ini dirancang mampu dibawa hingga kedalaman 20 meter. Instrumen ini dilengkapi dengan O-Ring agar menahan instrumen dari kebocoran (Gambar 20).

Gambar 20. Penempatan O-Ring pada kotak instrumen

Instrumen pencatat lifeform dan genus karang memiliki dimensi total 168 mm x 111 mm x 71 mm (panjang x lebar x tinggi) dengan bobot total sebesar 812 gr. Ukuran instrumen ini mempertimbangkan penempatan komponen elektronik di dalamnya. Seluruh komponen elektronik ditempatkan pada bagian dalam kotak agar terhindar dari kontak langsung dengan air. Desain teknis dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Gambar teknis instrumen pencatat lifeform dan genus karang (a. tampak samping; b. tampak atas; c. tampak depan)

Bagian kotak bawah memiliki dimensi 150 mm x 111 mm x 36 mm (Gambar 22). Pada kotak bawah ini ditempatkan komponen-komponen elektronik yaitu Arduino Mega, powerbank, sensor MPX5700, sensor DS18B20, RTC DS1307, saklar on/off, ADS1115 dan LCD (Gambar 23).

Kotak atas memiliki dimensi 150 mm x 111 m x 15 mm. Pada kotak atas ini diletakkan keypad 4x3, penutup LCD, laser dan sensor cahaya (Gambar 24).

Keypad 4x3 yang digunakan merupakan keypad membran yang berbentuk pipih sehingga mudah untuk digunakan. Keypad ini dilapisi dengan silikon agar mampu digunakan di dalam air (Gambar 25).

19

Gambar 22. Dimensi kotak bawah

Gambar 23. Komponen elektronik pada kotak bawah

Gambar 24. Dimensi kotak atas

Gambar 25. Pemberian lem silikon pada permukaan keypad

Pemberian lem silikon Modul LCD Powerbank Modul Micro SD Card ADC ADS1115 Sensor Suhu DS18B20 RTC DS1307 Sensor Tekanan MPX5700 Saklar on/off Arduino Mega2560

20

Sensor cahaya TEMT6000 diletakkan di dalam kotak bening agar cahaya laser bisa mencapai sensor. Dimensi kotak ini ialah 23,9 mm x 18 mm x 28 mm (Gambar 26). Kotak bening ini diletakkan pada permukaan kotak atas dan diberi lem epoxy agar terekat dengan baik (Gambar 27).

Gambar 26. Dimensi kotak sensor cahaya TEMT6000

Gambar 27. Penempatan kotak sensor cahaya pada kotak atas

Laser yang digunakan untuk mengukur visibilitas memiliki panjang gelombang 532 nm (warna hijau). Laser yang digunakan pada instrumen ini berasal dari laser pointer. Metal pada laser pointer dikupas sehingga yang tersisa hanya modul laser dan lensa fokusnya. Modul laser ini ditempatkan di dalam kotak plastik dan berjarak 100 mm dari kotak sensor cahaya (Gambar 28). Kotak laser ini memiliki panjang 60 mm dan diameter 22 mm (Gambar 29).

Gambar 28. Jarak antara laser dan sensor cahaya TEMT6000

Gambar 29. Dimensi kotak laser

Pemberian lem epoxy

21

Rangkaian Elektronik

Instrumen pencatat lifeform dan genus karang menggunakan mikrokontroler 8-bit buatan ATMEL. Jenis mikrokontroler yang digunakan ialah AVR ATmega 2560. Mikrokontroler dengan arsitektur RISC yang efisien ini memiliki 86 pin IO yang dapat diprogram (Atmel 2014). Datasheet Atmega 2560 dapat dilihat pada Lampiran 1. Mikrokontroler ini disematkan ke dalam papan Arduino yang dikenal dengan nama Arduino Mega2560. Fitur penting yang digunakan pada penelitian ini ialah Serial Peripheral Interface (SPI), Inter-Integrated Circuit I2C, One Wire Communication, dan beberapa gerbang digital. Skematik rangkaian yang dibuat ditunjukkan pada Gambar 30.

Serial Peripheral Interface (SPI) merupakan sistem komunikasi data tersinkronisasi berkecepatan tinggi antara mikrokontroler dengan perangkat yang lain. Kecepatan transfer mampu mencapai 3MHz. SPI sering digunakan karena protokolnya yang mudah dipelajari, tersedia dokumentasi, dan berlisensi gratis (Withamana 2013). Komuikasi SPI menggunakan empat kaki yaitu MOSI, MISO, SS, dan SCK. SPI digunakan untuk berkomukinasi dengan modul micro SD card. Mikrokontroler bertindak sebagai master. Modul micro SD card bertindak sebagai

slave.

Inter-Integrated Circuit I2C merupakan antarmuka dua kabel yang digunakan untuk berkomunikasi dengan RTC DS1307 dan ADS1115. RTC DS1307 digunakan untuk menyimpan tanggal dan waktu. Datasheet RTC DS1307 dapat dilihat pada Lampiran 2. ADS1115 digunakan untuk mengubah sinyal analog sensor cahaya TEMT6000 ke dalam sinyal digital dengan resolusi 16 bit. Spesifikasi ADS1115 dapat dilihat pada Lampiran 3. Komunikasi I2C menggunakan dua jalur yaitu SDA dan SCL. Mikrokontroler bertindak sebagai

master, ADS1115 dan DS1307 bertindak sebagai slave (Gambar 31). Komunikasi dengan dua perangkat ini tidak akan mengalami tabrakan atau crash karena tiap perangkat memiliki kode register yang unik. ADS1115 memiliki kode register 0x48 sedangkan DS1307 menggunakan kode 0x68 untuk berkomunikasi dengan mikrokontroler.

22

Gambar 31. Komunikasi I2C pada dua perangkat yang berbeda

Komunikasi One Wire digunakan untuk mendapatkan data dari sensor suhu digital DS18B20 versi tahan air (Lampiran 4). Di dalam komunikasi ini hanya satu pin untuk mengirimkan dan menerima data. Di dalam komunikasi ini diperlukan

pull up resistorsebesar 4,7 kΩ agar dapat mengirim data ke mikrokontroler. Gerbang digital digunakan untuk berkomunikasi dengan keypad dan modul LCD. Keypad yang digunakan memiliki 4 baris dan 3 kolom sesuai dengan numpad yang biasa ditemukan pada perangkat telepon genggam versi lama (Gambar 32). Modul LCD yang digunakan berukuran 16x2 karakter. Pin yang digunakan sebanyak 6 buah yaitu RS (reset), EN (enable), DB4, DB5, DB6, DB7 (Gambar 33). Tegangan yang dibutuhkan pada instrumen ini berkisar 5 volt. Sumber tegangan yang digunakan ialah powerbank berkapasitas 3.000 mAH. Pada RTC DS1307 digunakan baterai koin CR2032 dengan tegangan 3 volt.

Gambar 32. Keypad 4x3

Gambar 33. Pin pada modul LCD yang dihubungkan ke mikrokontroler

Perangkat Tegar

Mikrokontroler tidak dapat bekerja tanpa adanya perangkat tegar (firmware). Perangkat tegar merupakan sebuah instruksi tetap yang disimpan di dalam FLASH memory program. Bahasa pemrograman yang digunakan ialah bahasa tingkat tinggi C dan kompiler berlisensi gratis Arduino IDE. Perangkat tegar ini dirancang untuk menampilkan dan menyimpan data sensor serta memasukkan input dari keypad.

Perangkat tegar ini dibangun berdasarkan sensor yang digunakan. Perangkat tegar ini diambil dari library Arduino dan library yang tersedia di internet. Library tambahan yang dimasukkan ke dalam perangkat tegar ialah RTC DS1307 (Margolis 2012), ADS1115 (Earl 2014), dan keypad (Margolis 2012). Perangkat tegar yang dirancang memiliki diagram alir seperti pada Gambar 34.

23

24

25 Berdasarkan diagram alir yang ditampilkan sebelumnya, mikrokontroler akan memberikan perintah untuk menampilkan tulisan “ Coral ID Instrument” pada LCD. Kemudian inisialisasi micro SD Card dilakukan. Jika pin Select mendeteksi ketiadaan micro SD Card maka perintah berikutnya tidak akan dilanjutkan dan LCD akan menampilkan tulisan “Init failed!”. Jika inisialisasi berhasil maka perintah akan dilanjutkan ke inisialisasi DS18B20. Mikrokontroler akan mengirimkan sinyal elektronik yang berisi alamat register DS18B20. Jika tidak ditemukan DS18B20 maka LCD akan menampilkan tulisan “DS18B20 ERROR”. Pada saat inisialisasi berhasil, LCD akan menampilkan tulisan “DS18B20 OK” dan dilanjutkan ke perintah berikutnya.

Inisialisasi RTC DS1307 dilakukan untuk mengambil data waktu dan tanggal. Jika DS1307 tidak ditemukan atau belum diprogram maka akan muncul tulisan “Error.Please run the SetTime” yang berarti pengguna harus menjalankan perangkat tegar SetTime atau “Check the circuitry” jika terjadi kesalahan pada pemasangan RTC. Perangkat tegar SetTime ini perlu diunggah ke dalam mikrokontroler untuk memberikan definisi tanggal dan waktu ke dalam DS1307. Kode program SetTime diperoleh dari library RTCDS1307 di dalam Program Arduino IDE.

Selanjutnya pengguna diharuskan memilih salah satu metode yang ingin dilakukan yaitu 1. PIT (Point Intercept Transect) dan 2. LIT (Line Intercept Transect). Pilihan ini akan digunakan untuk dalam penamaan file yang akan disimpan di dalam micro SD Card. Berikutnya nomor stasiun dimasukkan oleh pengguna. Jika nomor stasiun sudah ada di dalam micro SD Card maka akan muncul tulisan pada LCD “ALREADY AVAILABLE” dan pengguna harus memasukkan nomor stasiun yang baru. Metode yang digunakan dan nomor stasiun akan menjadi nama file dalam bentuk teks (*.txt) dengan format METODE_NO STASIUN.TXT.

Mikrokontroler akan mengambil data transmisi sinar laser dari sensor cahaya TEMT6000 yang terlebih dahulu diubah menjadi nilai digital dengan menggunakan ADS1115. ADS1115 yang berfungsi meningkatkan resolusi ADC menjadi 16 bit. Nilai transmisi ini kemudian diubah menjadi nilai visibilitas, ditampilkan pada LCD, dan disimpan di dalam file yang telah dibuat tadi. Mikrokontroler mengambil data suhu dari DS18B20 yang akan ditampilkan pada LCD, dan disimpan dalam file yang telah dibuat. Mikrokontroler mengambil data kedalaman dari sensor MPX5700. Nilai kedalaman ini didapatkan dari hasil konversi tekanan. Nilai kedalaman ditampilkan pada LCD dan disimpan juga pada micro SD Card.

Apabila metode yang dipilih ialah PIT maka pengguna hanya perlu memasukkan kode bentuk seperti pada Tabel 4. Pada saat pengguna menekan ‘#’ maka mikrokontroler akan mengambil data kedalaman dan menyimpannya beserta kode bentuk tadi ke dalam micro SD Card. Apabila metode yang dipilih ialah LIT maka pengguna harus memasukkan kode jarak/transisi, bentuk/lifeform, dan genus sesuai dengan Tabel 2 dan Tabel 3. Pada saat pengguna menekan ‘#’ maka mikrokontroler akan mengambil data kedalaman dan menyimpannya beserta jarak transisi, kode bentuk, dan kode genus tadi ke dalam micro SD Card.

Tahapan pengoperasian instrumen pencatat lifeform dan genus karang ini disimulasikan dengan menggunakan program Proteus Design Suite 8.2. perangkat tegar yang telah dikompilasi dalam bentuk file heksadesimal (*.hex) dimasukkan

26

ke dalam simulator dengan skematik rangkaian seperti pada Gambar 30. Simulasi dijalankan untuk mengetahui adanya error atau kesalahan penempatan pin.

Simulasi merupakan fase penting dalam desain dan implementasi instrumen. Simulasi digunakan untuk mengurangi waktu dan biaya sebelum pembuatan instrumen (Su dan Wang 2010; Xinhuan et al. 2010.). Simulasi yang dilakukan sebelum membuat instrumen akan menghemat banyak waktu pengembangan prototipe karena perubahan komponen dalam sirkuit hardware bukanlah tugas yang mudah setelah membangun seluruh rangkaian (Cika dan Grundler 2010; Mohammed dan Devaraj 2013). Simulasi dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan dalam pembuatan instrumen dan membawa kenyamanan untuk merancang instrumen (Yanchuang dan Jinying 2010). Berdasarkan hasil simulasi, sirkuit dapat dimodifikasi pada tahap apapun sampai kinerja dan hasil yang diharapkan. Hasil simulasi dan hardware dapat dibandingkan untuk analisis lebih lanjut.

Proteus Design Suite sering digunakan oleh insinyur untuk mensimulasikan skema elektronik dan instrumen berbasis mikrokontroler (Su dan Wang, 2010; Xinhuan et al, 2010; Xiumei dan Jinfeng, 2011; Mohammed dan Devaraj, 2013). Perangkat lunak ini populer karena ada banyak komponen yang dapat digunakan, bersifat interaktif, dan mampu melakukan simulasi sirkuit secara real time.

Simulasi yang dilakukan dalam pengembangan instrumen pencatat lifeform

dan genus karang ini sangat membantu untuk mengevaluasi kode firmware yang akan digunakan dalam instrumen ini. Berdasarkan hasil simulasi, kesalahan dalam kode perangkat tegar dapat diperiksa dan diperbaiki. Simulasi elektronik menggunakan Proteus Design Suite membantu untuk memeriksa koneksi dari setiap komponen elektronik yang digunakan. Koneksi dari masing-masing komponen elektronik harus dipastikan berada pada pin yang tepat. Jika pin yang digunakan salah, maka akan terjadi kemungkinan kerusakan komponen elektronik.

Uji Coba Instrumen Skala Laboratorium Uji Coba Kekedapan Instrumen

Kotak instrumen dibuat kedap air sebelum dilaksanakan uji coba kekedapan. Kotak instrumen ini dilapisi dengan cat pelapis anti bocor (Gambar 35). Cat ini berfungsi memberikan lapisan elastis pada sisi luar kotak instrumen untuk mengurangi resiko terjadi kebocoran dari kotak instrumen. Pada sisi dalam, O-Ring ditempatkan pada bagian atas dan bagian bawah instrumen untuk memastikan instrumen ini kedap air (Gambar 36). Keypad ditempelkan pada bagian atas kotak dan direkatkan dengan menggunakan lem epoxy. Penyangga laser dan kotak sensor cahaya direkatkan dengan bagian atas kotak menggunakan lem epoxy. 12 pengait diletakkan di sisi luar kotak instrumen untuk menekan kedua bagian kotak agar terkatup dengan rapat (Gambar 37). Matras yang dilapisi cat pelapis anti bocor diletakkan di antara kedua bagian kotak instrumen sebagai bantalan bagi O-Ring yang berada pada kedua bagian kotak. Matras ini juga digunakan untuk mengurangi resiko kebocoran yang dapat terjadi akibat adanya lubang kecil antara kedua bagian kotak instrumen.

27

Gambar 35. Pelapisan bagian luar instrumen dengan cat pelapis anti bocor

(a) (b)

Gambar 36. Peletakan O-Ring pada kotak bagian atas (a) dan bagian bawah (b)

Gambar 37. 12 Pengait yang digunakan untuk menutup kotak instrumen Hasil pengujian kekedapan kotak instrumen di dalam air pada kedalaman 5 meter menunjukkan kotak instrumen tidak mengalami kebocoran (Gambar 38). O-Ring dan matras berfungsi secara baik untuk menjaga kotak instrumen dari kebocoran. Penggunaan O-Ring pada instrumen yang digunakan di dalam air telah banyak digunakan untuk mengurangi resiko terjadinya kebocoran alat (Bertrand

et.al. 2012; Anwar et.al. 2016). Pemberian cat pelapis anti bocor Pengait Peletakan O-Ring

28

Gambar 38. Pengujian kekedapan instrumen di dasar kolam pada kedalaman 5 meter

Uji Coba Sensor Suhu DS18B20

Pengujian sensor suhu DS18B20 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai antara suhu pada termometer raksa dengan suhu yang dikeluarkan oleh sensor DS18B20 (Gambar 39). Rata-rata perbedaan suhu sebesar 0,48ºCelcius dengan standar error sebesar 0,07ºCelcius. Jika ditinjau dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,99, maka nilai suhu yang terukur dari DS18B20 tidak terlalu jauh berbeda dengan termometer raksa. Perbedaan nilai dimungkinkan karena DS18B20 dilapisi oleh aluminium sehingga bahang yang diterima oleh sensor lebih panas jika dibandingkan dengan bahang yang ada di dalam air. Suhu yang terukur ini masih cukup memadai untuk mengambil data suhu pada saat penyelaman. Data pengukuran suhu dapat dilihat pada Lampiran 5.

Gambar 39. Fit data pengukuran suhu dengan DS18B20 dan termometer

Uji Coba Sensor Tekanan MPX5700

Sensor tekanan MPX5700 digunakan untuk mendapatkan nilai kedalaman. Nilai kedalaman ini diperoleh dari konversi nilai tekanan yang dikeluarkan MPX5700. Pada awalnya, sensor MPX5700 menunjukkan nilai digital sebesar 168 pada permukaan. Nilai ini menjadi offset/pengurang untuk memperbaiki nilai keluaran dari MPX5700. Pengujian pertama dilakukan dengan memberikan tekanan pada instrumen dengan menggunakan regulator tabung selam. Pengujiannya diperlihatkan pada Gambar 40. Pengujian ini dilakukan untuk melihat perubahan nilai analog MPX5700. Hasil pengujian ini menunjukkan nilai MPX5700 meningkat seiring penambahan tekanan yang diterima. Hal ini menandakan bahwa MPX5700 dapat berfungsi secara baik.

29 Setelah itu, MPX5700 diuji di dalam kolam renang. Hasil pengujian MPX5700 di kolam renang ditunjukkan pada Gambar 41. Data pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari pengujian ini terlihat bahwa nilai MPX5700 meningkat seiring penambahan tekanan yang diterimanya. Nilai konversi kedalaman juga menunjukkan nilai yang mirip dengan nilai yang dikeluarkan oleh

dive computer. Dari pengukuran diketahui nilai standar error kedalaman sebesar 0,22 meter. Jika ditinjau dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,99, maka nilai kedalaman yang terukur dari MPX5700 tidak terlalu jauh berbeda dengan dive computer. Nilai kedalaman yang terukur oleh sensor MPX5700 cukup memadai untuk pengukuran kedalaman.

Perbedaan nilai kedalaman terjadi karena rentang nilai digital yang dikeluarkan oleh mikrokontroler sebesar 10 bit atau setara dengan 1024 nilai digital. 1 nilai digital setara dengan tekanan sebesar 0,68 kPa atau setara dengan kedalaman 0,07 meter. Nilai tekanan maksimum yang mampu diukur oleh MP5700 sebesar 700 kPa yang setara dengan nilai digital sebesar 1024. Oleh karena itu, satu nilai digital mengalami penambahan sebesar 0,68 kPa. Nilai digital maksimum yang mampu diukur oleh sensor MPX5700 setara dengan kedalaman sebesar 71,40 meter.

Ujung Sensor MPX5700 diletakkan di luar kotak instrumen dan dibiarkan terpapar dengan air. Hal ini dilakukan agar sensor dapat berkontak langsung dengan medium air. Walaupun MP5700 merupakan sensor yang digunakan pada medium udara namun pihak Freescale menyatakan bahwa sensor ini mampu bekerja pada saat dicelupkan di dalam air (Vaverka 2013). Hal yang mungkin terjadi ialah terjadinya bias dan berkurangnya umur komponen yang lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan yang biasa.

Gambar 40. Pengujian MPX5700 dengan regulator tabung selam

30

Uji Coba Sensor Cahaya TEMT6000

Berdasarkan hasil pengujian sensor cahaya TEMT6000 pada jarak 0 cm didapatkan nilai digital rata-rata sebesar 26.000. Nilai digital ini menjadi nilai pembagi untuk mendapatkan koefisien transmisi sinar laser pada Persamaan 5. Pengukuran nilai digital sinar yang diterima oleh sensor cahaya TEMT6000 di kolam renang menunjukkan nilai sebesar 23172 yang setara dengan visibilitas 4,07 meter (Gambar 42). Pengukuran TEMT6000 di Situ Gede menunjukkan nilai sebesar 5052 yang setara dengan visibilitas 0,31 m (Gambar 43). Dari kedua nilai ini dapat disimpulkan bahwa sensor TEMT6000 bekerja dengan baik dalam mengukur jarak visibilitas.

Gambar 42. Pengukuran TEMT6000 di dasar kolam renang

Gambar 43. Pengukuran TEMT6000 di Situ Gede

Uji Coba Kinerja Instrumen

Pengujian kinerja instrumen pencatat lifeform dan genus karang ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja seluruh komponen secara menyeluruh. Tingkat ketahanan baterai diuji pada saat digunakan secara terus menerus. Pada saat pengujian ini seluruh sensor diaktifkan untuk diperoleh nilai terukur dan disimpan pada micro SD Card setiap 1 detik. Beberapa kali pengujian telah dilakukan dan memperoleh hasil dimana instrumen mampu bertahan dalam waktu 12 jam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa daya tahan baterai cukup memadai untuk digunakan di dalam survei pengambilan data karang.

Pengujian kinerja instrumen dilakukan di dasar kolam. Pada saat pengambilan data, instrumen ditambahkan beban seberat 1,5 kg agar instrumen ini tetap nyaman digenggam di dalam air (Gambar 44). Kedua metode (PIT dan LIT) dicoba perekaman datanya. Instrumen ini didukung dengan kode LIT dan PIT sesuai Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Kertas ini dibawa untuk membantu penyelam pada saat mencatat lifeform dan genus karang.

Data karang dan kualitas air yang diambil tersimpan secara otomatis di dalam micro SD Card. Data ini dibuka dengan program notepad (Gambar 45). Semua sensor dapat diperoleh datanya dan disimpan di dalam micro SD Card. Data karang juga dapat dimasukkan melalui keypad.

31

Gambar 44. Penambahan pemberat untuk menstabilkan instrumen di dalam air

Gambar 45. Data LIT dan PIT yang tersimpan di dalam micro SD Card

Uji Coba Instrumen di Lapangan

Uji coba instrumen di Pulau Pramuka dilaksanakan untuk melihat performa instrumen pencatat lifeform dan genus karang. Instrumen dibawa pada kedalaman 6 meter dimana ditemukannya karang. Roll meter dibentang dan dilakukan pencatatan data karang dengan menggunakan metode LIT dan PIT. Hasil uji coba lapang ini ditunjukkan pada beberapa kondisi yaitu kenyamanan pemakaian, kemudahan pemakaian, kecepatan pemakaian, dan kecepatan mengekspor data ke dalam komputer.

Gambar 46 menunjukkan perekaman data karang dengan menggunakan instrumen. Sebagai pembanding, pengambilan data karang secara konvensional juga dilakukan (Gambar 47). Berdasarkan hasil pengujian instrumen, penyelam merasakan kurang nyaman dalam pemakaian karena daya apung yang masih cukup besar. Hal ini disebabkan masih adanya ruang kosong di dalam instrumen sehingga menciptakan daya apung yang cukup besar. Pemakaian instrumen cukup mudah karena instrumen dilengkapi dengan kertas yang berisikan daftar kode lifeform dan genus karang (bentuknya seperti coral finder) sehingga membantu penyelam dalam melihat kode angka lifeform dan genus karang.

Pemberat yang dipasang di instrumen

32

Gambar 46. Perekaman data karang dengan menggunakan instrumen

Gambar 47. Pengambilan data karang secara konvensional

Kecepatan pemakaian instrumen dilihat dari waktu yang dibutuhkan oleh penyelam untuk mengambil data karang sesuai dengan metode pengambilan data karang yang digunakan. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa penggunaan instrumen ini mampu menghemat waktu penyelaman hingga 50% pada metode

Point Intercept Transect. Perbedaan waktu ini dikarenakan pada instrumn penyelam cukup memasukkan nomor kategori. Hal ini mempercepat pencatatan data karang. Pada metode Line Intercept Transect waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan data karang dengan menggunakan instrumen lebih lama dibandingkan cara konvensional. Hal ini dikarenakan penyelam masih membutuhkan waktu untuk melihat tabel lifeform dan genus yang dibawa beserta instrumen. Perbedaan waktu sekitar 3 menit tidak terlalu berpengaruh pada penyelaman. Hal ini mengartikan bahwa pengambilan data karang dengan menggunakan instrumen cukup efektif. Tabel 5. Perbandingan waktu pengambilan data lifeform dan genus karang antara

pencatatan konvensional menggunakan kertas tahan air dengan instrumen

METODE ULANGAN KONVENSIONAL INSTRUMEN

Point Intercept

Transect 1 2 6 menit 15 detik 6 menit 25 detik 3 menit 41 detik 3 menit 21 detik

Line Intercept Transect

1 14 menit 53 detik 18 menit 43 detik 2 15 menit 17 detik 18 menit 21 detik 3 14 menit 10 detik 14 menit 57 detik

33 Pemasukan data karang ke dalam komputer dilakukan setelah penyelaman dilaksanakan (Gambar 48). Pemasukan ini dilakukan untuk memindahkan data yang ditulis pada kertas tahan air ke dalam komputer (Gambar 49). Pemasukan ini dicatat waktunya untuk mengetahui seberapa lama penyelam biasa menginput data karang ke dalam komputer. Tabel 5 memperlihatkan waktu yang dibutuhkan oleh penyelam untuk menginput data karang ke dalam komputer yang dibandingkan dengan waktu ekstraksi data karang dari instrumen via program GUI yang telah dibuat (Gambar 7). Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan data karang Point Intercept Transect berkisar antara 3 menit hingga 4 menit. Waktu yang dibutuhkan

Dokumen terkait