BAHAN DAN METODE Bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Persoalan
Penggunaan Energi Memasak
Dari komposisi penggunaan energi yang ditampilkan pada Gambar 1, terlihat energi yang paling banyak digunakan dalam rumah tangga untuk memasak adalah kayu bakar (80%). Kemudian diikuti 18% penggunaan minyak tanah. List 0,4% LPG 1,6% KyB 79,7% BBt 0,0% GsK 0,0% MT 18,2%
Gambar 1 Penggunaan Energi Final Untuk
Memasak Pada Rumah Tangga Tahun 2005
Sedangkan penggunaan LPG, listrik, briket batubara, dan gas kota masih sangat rendah. Bahkan jika dikumulatifkan keempat energi ini masih dibawah 5 % dari total pengunaan. Rincian Penggunaan Energi 2005
Berdasarkan asumsi yang telah dijelaskan pada asumsi dasar data maka berikut konsumsi atau penggunaan energi pada rumah tangga pada Tahun 2005. Dan berikut juga ditampilkan produksi energi yang dialoksikan untuk memasak pada rumah tangga :
Tabel 5 Konsumsi dan Produksi Energi pada
Rumah Tangga Tahun 2005
ENERGI KONSUMSI PRODUKSI 59.459.394 SBM 42.341.850 SBM 10.031.277,4 KL 51.016.160 SBM 33.898.616 SBM 8.606.836,1 KL 4.462.117 SBM 11.585.606 SBM 523.440,0 TON 25.246.557 SBM 37.678.352 SBM 41.185.247,9 MW h 1.035.108 SBM 13.466.904 SBM 1.688.595,2 MW h 90.440 SBM 100.556 SBM 25.377,4 TON 118.608 SBM 121.590 SBM 18.826.666,7 M3 223.060.198 SBM - 97.071.325,1 TON Gas Kota Kayu Bakar MT (Masak) LIST(Masak) Minyak Tanah LPG Listrik Briket Batubara
Perhitungan Biaya Penggunaan Energi Biaya penggunaan energi untuk memasak pada rumah tangga adalah total biaya
penggunaan dari minyak tanah, LPG, briket batubara, listrik dan kayu bakar, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
NBBt ILPG IMT KyB GsK List BBt LPG MT C . NBBt C . ILPG C . IMT C . KyB C . GsK C . List C . BBt C . LPG C . MT Z + + + + + + + + = dimana :
Z=ΣCi : Total Biaya Penggunaan Energi
Ci : Biaya Penggunaan Energi-i per Satuan
MT : Penggunaan Minyak Tanah LPG : Penggunaan LPG
BBt : Penggunaan Briket Batubara List : Penggunaan Listrik GsK : Penggunaan Gas Kota KyB : Penggunaan Kayu Bakar
IMT : Penggunaan Minyak Tanah Impor ILPG : Penggunaan LPG Impor
NBBt : Penggunaan Briket Batubara yang baru (New BBt)
Adapun rincian perhitungan biaya penggunaan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan berikut ringkasan hasil akhir perhitungan biaya penggunaan untuk masing-masing energi :
Tabel 6 Harga Jual Energi dan Biaya Penggunaannya
Satuan
PP_i/Satuan C_i/Satuan C_i/SBM MT RP/Ltr 6.480,0 7.817,7 1.318.903,2 MTSubs RP/Ltr 2.061,0 2.514,9 424.278 LPG Rp/Kg 4.250,0 5.290,5 620.613 LIST Rp/KWh 970,00 1.003,0 1.636.175 ListSubs Rp/KWh 563,05 596,0 972.309 BBt Rp/Kg 1.300,0 1.576,7 442.412 GsK Rp/M3 1.150,0 1.406,0 223.167 KyB Rp/Kg 300,0 302,2 131.500 IMT RP/Ltr 4.194,3 4.648,2 784.190 ILPG Rp/Kg 5.690,9 6.731,4 789.639 NBBt Rp/Kg 1.300,0 1.576,7 442411,658 Biaya Penggunaan Harga Jual Produsen i
Kebutuhan Energi Useful
Kebutuhan Energi Useful (EU) untuk memasak adalah energi yang benar-benar digunakan untuk memasak sehingga perhitungannya diperoleh dari perkalian energi yang digunakan dengan efisiensi alat memasaknya. Untuk mengetahui energi useful pada tahun tertentu maka energi yang digunakan adalah jumlah penggunaannya pada tahun tersebut. Berikut ilustrasi perhitungan kebutuhan energi useful untukTahun 2005 : Kebutuhan EU Tahun 2005 = 0,4 MT0 + 0,62
LPG0 + 0,65 List0 + 0,25 BBt0 + 0,60
GsK0 + 0,125 KyB0 = 51.822.100 SBM
Keterangan :
(i) Indeks “0” menunjukan penggunaan Tahun 2005
(ii) Impor Tahun 2005 sudah diperhitungkan pada penggunaan domestiknya
8
Adapun hasil perhitungan kebutuhan EU untuk Tahun 1993-2005 terlampir pada Lampiran 5.
Pendugaan Kebutuhan Energi Useful
Dari data penduduk dan pemakaian energi final pada rumah tangga dari Tahun 1993-2005 dilakukan analisis regresi linier sederhana. Sehingga kebutuhan energi useful di duga melalui persamaan berikut :
Penduduk
EUThn−x=α+β ... (1)
dimana:
EUThn-x : Kebutuhan Energi Useful untuk
Memasak pada Rumah Tangga Tahun-x (SBM)
α : Intersep
Penduduk : Jumlah Penduduk Tahun-x (Jiwa)
β : Koefisien Penduduk Berikut ini output analisis regresi tersebut :
Dari hasil analisis regresi model didapat model berikut:
EUTahun-x = - 43626983 + 0,437 PendudukTahun-x
Nilai-p pada uji kedua parameter regresi yang kurang dari 5%, menunjukkan intersep(α) dan Penduduk(β) memiliki pengaruh terhadap EU Memasak. Dengan koefisien determinasi(R2) sebesar 98,9% menunjukkan model ini dapat diandalkan.
Dengan asumsi penduduk meningkat 1,3% per tahun, maka dengan model regresi tersebut didapat dugaan besar kebutuhan EU Tahun 2008, 2010 dan 2015. Hasil pendugaan EU tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 7 Jumlah Penduduk dan Energi Useful Tahun Penduduk EU Masak
(jiwa) (SBM) 2005 219.893.000 51.822.097 2008 222.751.609 56.262.825 2010 225.647.380 58.876.841 2015 228.580.796 65.715.088
Dari Tabel 7 diketahui, kebutuhan Energi Useful(EU) untuk memasak pada rumah tangga dengan penduduk 222.751.609 jiwa adalah
56.262.825 SBM. Kemudian, kebutuhan EU untuk Tahun 2010 dan Tahun 2015 adalah 58.876.841 dan 65.715.088 SBM.
Skenario Produksi
Untuk memenuhi kebutuhan energi memasak pada rumah tangga tahun ke depan maka produksi masing-masing energi saat ini tidak akan mencukupi bila tidak ada tambahan kilang atau pembangkit baru. Oleh karena itu, dilakukan skenario produksi untuk setiap energi.
Sebagai energi alternatif yang cadangannya masih banyak maka LPG, List, BBt, GsK akan ditingkatkan produksinya seperti yang ditampilkan pada Tabel 8. Sedangkan produksi minyak tanah dan kayu bakar akan menurun. Hal ini disebabkan cadangan kedua energi tersebut semakin menipis. Kemudian untuk impor minyak tanah (IMT) dan impor LPG (ILPG) dibatasi 30% dari produksi domestiknya.
Tabel 8 Produksi Tahun 2008, 2010, 2015 dan Persentasenya dari Produksi Tahun 2005
ENERGI Tahun 2008 Tahun 2010 Tahun 2015 MT 33.898.617 30.508.755 23.729.032 100% 90% 70% LPG 11.585.606 16.219.849 23.171.212 100% 140% 200% LIST 13.466.849 18.853.588 26.933.698 100% 140% 200% BBt 100.556 140.779 201.112 100% 140% 200% GsK 121.590 170.226 243.180 100% 140% 200% KyB 223.060.200 200.754.200 178.448.158 100% 90% 80% IMT 10.169.585 9.152.627 7.118.710 30% MT 30% MT 30% MT ILPG 3.475.682 4.865.955 6.951.364 30% LPG 30% LPG 30% LPG NBBT 20.111 20% BBt
Tabel 8 menampilkan persentase produksi masing-masing energi di Tahun 2008, 2010, dan 2015 sedangkan untuk jumlah produksinya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Dari Tabel 8 diketahui pada Tahun 2008 seluruh energi tidak ada peningkatan dari produksi Tahun 2005. Sebab diasumsikan sampai Tahun 2008 belum ada tambahan atau peningkatan produksi. Tetapi tidak untuk briket, pada Tahun 2008 briket memungkinkan adanya produksi baru (new). Dengan produksi hanya terbatas 20% dari produksi yang sudah ada (existing).
Selanjutnya pada Tahun 2010, produksi LPG, listrik, briket batubara, dan gas kota menjadi 140% dari produksi 2005. Sedangkan minyak tanah dan kayu bakar menurun 10% dari produksi 2005. Diasumsikan produksi minyak tanah menurun setiap tahunnya, sebab cadangan minyak tanah sudah menipis. Begitu
9
pula produksi kayu bakar mengalami penurunan. Ini dikarenakan potensi kertersediaan kayu bakar juga menurun, misalnya akibat semakin meningkatnya lahan yang di ubah untuk tempat pemukiman.
Kemudian pada Tahun 2015, karena seiring meningkatnya penduduk dan perekonomian Indonesia, mengakibatkan kebutuhan energi Tahun 2015 semakin besar. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan maka produksi energi alternatif dari minyak tanah perlu jauh lebih ditingkatkan lagi dibanding Tahun 2010. Maka, LPG, listrik, briket batubara dan gas kota untuk Tahun 2015 ditingkatkan dalam skala yang lebih besar lagi yaitu 200% dari produksi Tahun 2005. Pada Tahun 2015, produksi LPG menjadi 23.171.212 SBM dan begitu pula untuk ketiga energi alternatif lainnya yang dapat dilihat pada Tabel 8. Sedangkan minyak tanah akan menurun 20% dari Tahun 2010 atau menjadi 23.729.032 SBM. Dan kayu bakar juga akan menurun sehingga ketersediaannya hanya tinggal 80% dari Tahun 2005.
Skenario Harga
Dengan asumsi terjadi inflasi harga maka biaya penggunaan masing-masing energi pada Tahun 2008, 2010 dan 2015 meningkat. Berikut skenario kenaikan biaya penggunaan tersebut:
Tabel 9 Biaya Penggunaan Energi dan Persentase Kenaikannya dari Biaya Tahun 2005 (Rp/SBM) (Rp/satuan) Rp/ SBM MT SUBS Rp2.514,87 424.278,21 551.561,67 30% MT RIIL Rp6.480,00 1.318.903,17 1.714.574,12 1.978.354,76 2.637.806,35 30% 50% 100% LPG Rp5.290,48 620.612,84 806.796,69 930.919,26 1.241.225,67 30% 50% 100% LIST SUBS Rp596,03 972.309,08 1.264.001,81 30% LIST RIIL Rp1.002,98 1.636.175,32 2.127.027,91 2.454.262,97 3.272.350,63 30% 50% 100% BBt Rp1.576,67 442.411,66 575.135,16 663.617,49 884.823,32 30% 50% 100% GsK Rp1.405,95 223.167,04 290.117,16 334.750,57 446.334,09 30% 50% 100% KyB Rp302,17 131.500,03 170.950,04 197.250,04 263.000,05 30% 50% 100% IMT Rp4.648,21 784.189,74 1.019.446,67 1.176.284,62 1.568.379,49 30% 50% 100% ILPG Rp6.731,36 789.638,95 1.026.530,63 1.184.458,42 1.579.277,90 30% 50% 100% NBBT Rp1.576,67 442.411,66 575.135,16 30% Tahun 2015 ENERGI Biaya 2005 Tahun
2008 Tahun 2010
Dari Tabel 9, terlihat pada Tahun 2010 dan 2015 biaya penggunaan riil untuk minyak tanah
dari Rp.1.978.354/SBM meningkat menjadi Rp.2.637.806/SBM.
Penentuan Kendala-Kendala Permasalahan Tujuan penerapan metode LP dalam penelitian ini adalah mendapatkan biaya penggunaan energi paling minimum pada periode untuk satu tahun, maka kendala- kendala untuk optimasi ini antara lain sebagai berikut :
1) Total kebutuhan energi useful (EU) minimal sama dengan total kebutuhan EU tahun yang bersangkutan. Kebutuhan energi useful dimaksudkan agar teknologi pengguna energi per jenis energi dapat dikompetisikan secara seimbang karena akan diperoleh kondisi energi yang benar- benar digunakan dari setiap pemanfaatan energi tersebut.
2) Penggunaan masing-masing energi tidak lebih dengan jumlah produksi yang telah diskenariokan dalam satu tahun tersebut. 3) Dikarenakan LPG, listrik, briket batubara,
dan gas kota diharapkan penggunaannya meningkat dari sebelumnya maka penggunaannya minimal sama dengan penggunaan tahun dasar atau tahun sebelumnya.
4) Penggunaan minyak tanah dan kayu bakar tidak melebihi dari penggunaannya Tahun 2005 atau tahun sebelumnya karena produksi keduanya menurun.
Penyusunan Model
Perumusan Fungsi Tujuan dan Kendala Adapun fungsi tujuan dan kendala dari masing-masing optimasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Optimasi Tahun 2008
Dengan fungsi tujuan minimisasi biaya penggunaan energi, maka fungsi tujuannya sebagai berikut :
(1) Optimasi dengan Harga Riil (Tanpa Subsidi) CTOTAL = 1.714.574,1 MT + 806.796,7 LPG + 2.127.027,9 List + 575.135,2 BBt + 290.117,2 GsK + 170.950 KyB+ 1.019.446,7 IMT+ 1.026.530,6 ILPG+ 575.135,2 NBBT (2) Optimasi dengan kondisi saat ini (Harga
Subsidi untuk MT (Rp. 2.061/liter) dan List (Rp. 563,05/kwh)) CTOTAL = 551.561,7 MT + 806.796,7 LPG + 1.264.001,8 List + 575.135,2 BBt + 290.117,2 GsK + 170.950 KyB+ 1.019.446,7 IMT+ 1.026.530,6 ILPG+ 575.135,2 NBBT
10
Sedangkan untuk fungsi kendala dari optimasi energi Tahun 2008 adalah :
(1) Keb EU Optimum 2008 ≥ 56.262.825 SBM (2) Minimum Penggunaan ≤Energi≤Produksi
(a) MT ≤ 33.898.620 SBM (b) 4.462.117 ≤ LPG ≤ 11.585.610 SBM (c) 1.035.109 ≤ List ≤ 13.446.900 SBM (d) 90.440 ≤ BBt ≤ 100.556 SBM (e) 118.608 ≤ GsK ≤ 121.590 SBM (f) KyB ≤ 223.06.200 SBM (g) IMT ≤ 10.169.585 SBM (h) ILPG ≤ 3.475.682 SBM (i) NBBt ≤ 20.111 SBM Optimasi Tahun 2010
Dengan adanya peningkatan biaya penggunaan, produksi energi dan kebutuhan energi useful rumah tangga untuk memasak maka fungsi tujuan dan fungsi kendala untuk Tahun 2010 berbeda dari Tahun 2008. Optimasi yang dilakukan adalah optimasi dengan harga riil pada setiap energi. Berikut fungsi tujuan optimasi energi Tahun 2010 : CTOTAL = 1.978.354,8 MT + 930.919,3 LPG
+ 2.454.263 List + 663.617,49 BBt + 334.750,6 GsK + 197.250 KyB+ 1.176.284,6 IMT+ 1.184.458,4 ILPG
dengan fungsi kendala sebagai berikut : (1) Keb EU Optimum 2010 ≥ 58.876.841 SBM (2) Minimum Penggunaan ≤Energi≤Produksi
(a) 0 ≤ MT ≤ 30.508.755,2 SBM (b) 4.462.117 ≤ LPG ≤ 16.219.849 SBM (c) 1.035.109 ≤ List ≤ 18.853.588 SBM (d) 90.440 ≤ BBt ≤ 140.778,65 SBM (e) 118.608 ≤ GsK ≤ 170.226 SBM (f) 0 ≤ KyB ≤ 200.754.178 SBM (g) IMT ≤ 9.152.627 SBM (j) ILPG ≤ 4.865.954,6 SBM Untuk Optimasi Tahun 2015
Optimasi Tahun 2015 adalah optimasi dengan harga riil pada setiap energi. Fungsi tujuan optimasi energi Tahun 2015 :
CTOTAL = 2.637.806,4 MT + 1.241.225,7
LPG + 3.272.350,6 List + 884.823,3 BBt + 446.334,1 GsK + 263.000 KyB+ 1.568.379,5 IMT+ 1.579.277,9 ILPG
dengan fungsi kendala sebagai berikut : (1) Keb EU Optimum 2015 ≥ 65.715.088 SBM (2) Minimum Penggunaan ≤Energi≤Produksi
(a) 0 ≤ MT ≤ 23.729.032 SBM (b) 4.462.117 ≤ LPG ≤ 23.171.212 SBM (c) 1.035.109 ≤ List ≤ 26.933.698 SBM (d) 90.440 ≤ BBt ≤ 201.112 SBM (e) 118.608 ≤ GsK ≤ 243.180 SBM (f) 0 ≤ KyB ≤ 178.448.158 SBM (g) IMT ≤ 7.118.710 SBM (h) ILPG ≤ 6.951.364 SBM Pemeriksaan Asumsi
Untuk mengesahkan model yang dibuat maka dilakukan pemeriksaan asumsi-asumsi yang membentuk model tersebut yaitu sebagai berikut :
(1) Linearitas
Asumsi linearitas terpenuhi karena fungsi biaya total penggunaan energi merupakan fungsi linear dari biaya yang dikeluarkan untuk setiap penggunaan energi. Serta fungsi total kebutuhan energi useful merupakan fungsi linear dari kebutuhan energi useful dari setiap energi final. (2) Proporsionalitas
Asumsi proporsionalitas terpenuhi karena biaya penggunaan energi akan berubah secara proporsional pada setiap penambahan atau pengurangan penggunaan energi.
(3) Aditivitas
Asumsi adtivitas terpenuhi karena total biaya penggunaan energi diperoleh dari penjumlahan masing-masing biaya penggunaan energi.
(4) Divisibilitas
Asumsi divisibiliitas terpenuhi karena hasil yang diperoleh dapat berupa bilangan pecahan.
(5) Deterministik
Asumsi deterministik terpenuhi karena parameter model yang digunakan bersifat deterministik.
Analisis Model Optimasi Tahun 2008 Untuk Optimasi Dengan Harga Riil (Non Subsidi)
Optimasi dengan harga riil adalah optimasi dimana biaya penggunaan setiap energinya berasal dari harga yang sebenarnya (tanpa disubsidi).
Hasil optimasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8b. Sedangkan ringkasan hasil Optimasi dengan Harga Riil Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 10.
Dari Tabel 10, diketahui bahwa penggunaan gas kota (GsK) akan optimal jika seluruh potensi yang ada digunakan. Pada Tahun 2008 penggunaan optimal GsK adalah sebesar 121.590 SBM atau setara 20.513 M3. Atau sama saja dengan menggunakan seluruh produksi GsK pada tahun tersebut.
Namun jika saja jumlah produksi GsK tidak terbatas sehingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan energi Tahun 2008, maka menggunakan GsK adalah satu-satunya energi yang akan digunakan. Hal ini karena, selain
11
GsK memiliki biaya penggunaan (Rp.290.117/SBM) yang sangat murah dan juga memiliki efisiensi kompor yang cukup tinggi (60%). Oleh karena itu, apabila seluruh rumah tangga menggunakan GsK maka akan diperoleh total biaya yang paling minimum.
Tabel 10 Penggunaan Energi 2005 dan Penggunaan, Optimal Tahun 2008 beserta Persentasenya dari Penggunaan Tahun 2005 (SBM)
MT&List Subs Harga Riil PP_MT Rp.2.061 /ltr Rp.2.679,3/ltr Rp.8.424/ltr % Subsidi 68,20% 68,20% 0% PP_List Rp.563,05 /kwh Rp.731,96/kwh Rp.1.261/kwh % Subsidi 42% 42% 0% MT 51.016.160 33.898.620,00 15.294.740,00 66,45% 29,98% LPG 4.462.117 11.585.610,00 11.585.610,00 259,64% 259,64% List 1.035.109 8.288.140,00 13.466.850,00 800,70% 1301,01% BBt 90.440 90.440,00 100.556,00 100,00% 111,19% GsK 118.608 121.590,00 121.590,00 102,51% 102,51% KyB 223.060.198 223.060.200,00 223.060.198,00 100,00% 100,00% IMT - 0,00 10.169.590,00 0,00% 19,93% ILPG - 3.475.682,00 3.475.682,00 77,89% 77,89% NBBt - 0,00 20.111,00 0,00% 20% Tahun 2005
Penggunaan Optimal Tahun 2008
Catatan:
Persentase impor adalah persentase penggunaan impor optimum dari penggunaan Tahun 2005
Dengan adanya keterbatasan jumlah produksi GsK tersebut, maka tidak semua kebutuhan energi memasak Tahun 2008 dapat dipenuhi. Akibatnya kekurangan energi tersebut perlu ditutupi dengan penambahan penggunaan energi lainnya yaitu penggunaan LPG. Seperti halnya GsK, penggunaan LPG yang optimal adalah menggunakan seluruh potensi LPG yang ada. Penggunaan LPG optimal ini adalah sebesar 11.585.610 SBM atau setara dengan 1.954.585 Ton.
Karena produksi LPG pun terbatas. Maka untuk memenuhi kekurangan akan kebutuhan energi ini, digunakanlah seluruh potensi kayu bakar(KyB) yang ada. Penggunaan KyB optimal tersebut ialah sebesar 223.060.200 SBM. Pemilihan penggunaan KyB ini lebih disebabkan oleh harga KyB yang sangat murah, bahkan lebih murah dari GsK.
Energi selanjutnya yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi ini adalah LPG dari Impor (ILPG). Penggunaan ILPG sebesar 3.475.682 SBM, berarti menggunakan
seluruh potensi impor LPG. Maka dapat disimpulkan, untuk memenuhi kebutuhan energi, LPG yang digunakan tidak hanya berasal dari produksi domestik tetapi juga dari impor. Sehingga total penggunaan LPG untuk memasak pada rumah tangga Tahun 2008 seharusnya sudah menjadi 15.061.292 SBM atau 337,53% dari Tahun 2005.
Akan tetapi karena produksi energi-energi tersebut terbatas maka seluruh kebutuhan energi masih belum juga terpenuhi. Dan solusinya adalah menggunakan briket batubara, baik produk briket batubara existing (BBt) atau BBt yang baru (NBBt). Supaya menghasilkan penggunaan yang optimal maka seluruh potensi BBt yang sebesar 100.556 SBM dan NBBt yang sebesar 20.110 SBM digunakan sepenuhnya.
Tetapi karena produksi briket yang sangat rendah maka diperlukan energi lainnya lagi untuk memenuhi kebutuhan energi Tahun 2008 tersebut. Maka selanjutnya adalah menggunakan minyak tanah dari impor(IMT) yang sebesar 10.169.590 SBM. Hal ini berarti potensi IMT yang ada digunakan seluruhnya. Ini dikarenakan harga IMT lebih murah dibanding harga minyak tanah domestik. (Dapat dilihat pada Tabel 9 untuk biaya penggunaan Tahun 2008 ataupun Tabel 6 dan Lampiran 1 untuk Tahun 2005).
Seperti halnya dengan energi sebelumnya, jumlah untuk IMT terbatas, akibatnya IMT masih belum dapat memenuhi kebutuhan energi Tahun 2008. Oleh karena itu seluruh potensi Listrik yang sebesar 13.466.849 SBM itu digunakan sepenuhnya. Ini berarti pada Tahun 2008 rumah tangga sudah harus meningkatkan penggunaan listriknya menjadi 13 kali lipat dari Tahun 2005.
Walaupun sudah banyak energi yang digunakan, kebutuhan energi memasak rumah tangga pada Tahun 2008 masih belum dapat terpenuhi. Oleh karena itu digunakan minyak tanah domestik (MT) sebagai pilihan terakhir. Namun MT yang digunakan tidak seluruhnya, hanya sebesar 15.201.740 SBM atau 2.580.345,51 KL. Sehingga total penggunaan minyak tanah pada Tahun 2008 seharusnya sudah menjadi 25.464.330 SBM atau 4.296.037 KL. Dengan 60% penggunaannya berasal dari produk MT domestik dan 40% dari impor. Ini juga berarti penggunaan MT Tahun 2008 sudah menurun 50,1% dari penggunaan MT Tahun 2005.
Dari optimasi ini dapat disimpulkan bahwa minyak tanah merupakan pilihan terakhir untuk memasak. Tetapi pada kenyataannya hal ini justru terbalik, minyak tanah menjadi pilihan
12
pertama rumah tangga di Indonesia untuk memasak. Ini dikarenakan harga MT yang diterima konsumen saat ini sudah disubsidi sebesar 68,19% oleh pemerintah. Sehingga harga MT menjadi jauh lebih murah dibanding energi lainnya. Oleh karena itu, berikutnya dilakukan juga optimasi dimana biaya penggunaan MT dengan harga subsidi.
Kemudian disimpulkan pula, bahwa MT (baik dari domestik ataupun impor) tidak akan digunakan apabila produksi GsK atau LPG atau KyB atau BBt atau keempatnya sudah dapat memenuhi seluruh permintaan rumah tangga akan energi untuk memasak.
Untuk Optimasi dengan MT& Listrik Subsidi Idealnya penggunaan rumah tangga optimal adalah seperti yang telah dijelaskan pada optimasi sebelumnya yaitu dengan menggunakan harga riil. Namun pada penelitian ini juga dicobakan optimasi dengan biaya penggunaan MT dan listrik dari harga subsidi. Persentase subsidinya sesuai dengan persentase Tahun 2005 yaitu 68,19% untuk subsidi MT dan 42% untuk subsidi Listrik.
Hasil optimasi ini dapat dilihat pada kolom ketiga dari Tabel 10 dan Lampiran 7c atau 7d untuk hasil LP yang selengkapnya.
Seperti halnya optimasi sebelumnya, energi pertama yang menjadi pilihan adalah GsK. Selanjutnya LPG dan KyB. Dari ketiga energi ini, penggunaannya akan optimal ketika seluruh produksinya digunakan semua. Penggunaan GsK optimum yaitu 121.590 SBM, sedangkan LPG sebesar 11.585.610 SBM, dan KyB sebesar 223.060.200 SBM. Ini menjukkan penggunaan LPG Tahun 2008 sudah mencapai 259,64% dari penggunaan Tahun 2005, sedangkan penggunaan GsK menjadi 102,51% dan penggunaan KyB menjadi 100%.
Namun karena keterbatasan produksi ketiga energi tersebut maka kebutuhan energi Tahun 2008 belum terpenuhi. Berbeda dari hasil optimasi sebelumnya, energi yang digunakan selanjutnya adalah minyak tanah domestik(MT). Dan untuk mendapatkan total biaya yang minimum, seluruh produksi MT yang sebesar 33.898.620 SBM akan digunakan sepenuhnya.
Sehingga tidak heran dengan persentase subsidi yang sama pada saat ini, masyarakat lebih memilih menggunakan minyak tanah dibanding energi lainnya. Jika dilihat penggunaan Tahun 2005, penggunaan MT adalah sebesar 51.016.160 SBM. Ini berarti penggunaanya melebihi dari produksi minyak tanah dalam negeri sendiri. Akibatnya
pemerintah harus mengimpor minyak tanah. Padahal dari hasil optimasi dengan harga MT dan listrik disubsidi ini, seharusnya tidak ada impor minyak tanah (IMT=0).
Tetapi berhubung kebutuhan energi memasak belum terpenuhi seluruhnya maka dilakukan impor LPG. Penggunaan impor LPG juga menggunakan seluruh potensi ILPG yang ada, yaitu 3.475.682 SBM atau 77,89% dari penggunaan LPG Tahun 2005.
Terakhir, penggunaan Listrik(List) sebesar 8.288.140 SBM akan memenuhi kekurangan kebutuhan energi memasak rumah tangga Tahun 2008.
Sedangkan BBt digunakan hanya semata dikarenakan untuk memenuhi batas minimal penggunaannya yang sebesar 90.440 SBM. Untuk NBBt dan IMT tidak digunakan sama sekali karena tidak ada pembatas minimal penggunaan. Tidak digunakannya BBt ini adalah akibat dari adanya subsidi MT yang membuat harga MT menjadi dapat dikompetitifkan dengan BBt. Dan karena efisiensi BBt ataupun NBBt lebih rendah dibanding MT maka MT lebih menghasilkan biaya yang minimum.
Analisis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan Optimasi Tahun 2008 Salah satu analisis pasca optimasi dari LP adalah analisis sensitivitas koefisien fungsi tujuan. Analisis ini menunjukkan bahwa nilai solusi optimal yang diperoleh tidak akan berubah selama biaya penggunaan energinya masih pada selang batas bawah dan batas atas dari analisis sensitivitas koefisien fungsi tujuan. Berikut interpretasi hasil analisis sensitivitas koefisien fungsi tujuan untuk optimasi energi memasak pada rumah tangga Tahun 2008 dengan harga riil dan dengan MT&List subsidi.
Untuk Optimasi Dengan Harga Riil (Non Subsidi) Adapun hasil analisis sensitivitas koefisien fungsi tujuan untuk optimasi Tahun 2008 dengan harga riil dapat dilihat pada Lampiran 8b dan ringkasan selang sensitivitasnya ditampilkan pada Tabel 11.
Dari Tabel 11 tersebut, diketahui bahwa nilai solusi dari optimasi yang didapat tidak berubah walaupun jika biaya penggunaan MT mengalami kenaikan sampai tak terhingga (infinity) dan juga biaya penggunaan LPG, List, BBt, GsK, KyB, IMT, ILPG, NBBt mengalami penurunan.
13 Tabel 11 Selang Sensitivitas Koefisien Fungsi
Tujuan (Optimasi Tahun 2008 Dengan Harga Riil) (Rp/SBM) MT 1.714.574,00 1.308.940,10 INFINITY LPG 806.796,70 INFINITY 2.657.589,70 List 2.127.028,00 INFINITY 2.786.183,00 BBt 575.135,20 INFINITY 1.071.608,80 GsK 290.117,20 INFINITY 2.571.861,20 KyB 170.950,00 INFINITY 535.804,40 IMT 1.019.447,00 INFINITY 1.714.574,40 ILPG 1.026.531,00 INFINITY 2.657.590,00 NBBt 575.135,20 INFINITY 1.071.608,80 Energi Biaya Penggunaan Batas Bawah Batas Atas
Hal ini dikarenakan, dengan besar biaya penggunaan MT yang saat ini, MT merupakan energi pilihan terakhir dalam memenuhi kebutuhan energi. Maka bila biaya MT dinaikkan, tidak akan mengubah pola penggunaan energinya. MT akan tetap menjadi pilihan terakhir, dan akibatnya besar nilai solusi optimal untuk MT tidak akan berubah. Sedangkan penurunan biaya penggunaan energi selain MT tidak akan mengubah nilai solusi optimum dikarenakan tidak adanya sisa dari energi-energi tersebut yang dapat digunakan lagi untuk kebutuhan memasak ini. Dengan biaya penggunaan yang saat ini, nilai solusi optimal LPG, List, BBt, GsK, KyB, IMT, ILPG, dan NBBt telah menggunakan seluruh dari potensi atau produksi dari energi- energi tersebut. Sehingga tidak memungkinkan untuk penambahan penggunaan dari energi- energi tersebut walaupun biayanya diturunkan. Kemudian hasil optimasi akan berubah ketika biaya penggunaan MT menurun menjadi Rp.1.308.940,09/SBM. Ini karena, akan terjadi pengalihan penggunaan Listrik ke MT ketika harga MT kurang atau sama dengan Rp.1.308.940,09/SBM. Sedangkan kenaikan biaya LPG menjadi lebih besar atau sama dengan Rp.2.657.589,8/SBM. Atau biaya List menjadi lebih besar atau sama dengan Rp.2.786.183,1/SBM. Atau biaya BBt menjadi lebih besar atau sama dengan Rp.1.071.608,9/SBM atau sama halnya juga untuk GsK, KyB, IMT, ILPG dan NBBt maka penggunaan energi tersebut akan beralih pada penggunaan MT dari domestik. Sebab masih ada produksi MT yang belum digunakan. Sedangkan pengalihan ke energi selain MT tidaklah memungkinkan, ini karena produksi yang tersedia dari energi-energi tersebut telah digunakan seluruhnya.
Dari Lampiran 8b tersebut, terlihat seluruh nilai reduced cost setiap energi bernilai nol. Hal ini dikarenakan, tidak ada satupun energi yang tidak digunakan.
Untuk Optimasi Dengan MT& Listrik Subsidi Analisis sensitivitas untuk Optimasi Tahun 2008 dengan MT& Listrik Subsidi
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7c ataupun 7d dan berikut adalah ringkasan selang sensitivitas koefisien fungsi tujuannya :
Tabel 12 Selang Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan (Optimasi Tahun 2008 Ketika MT&Listrik Subsidi) (Rp/SBM) MT 551.561,70 INFINITY 777.847,30 LPG 806.796,70 INFINITY 1.205.663,30 List 1.264.002,00 1.076.201,70 1.495.351,60 BBt 575.135,20 486.154,58 INFINITY GsK 290.117,20 INFINITY 1.166.770,90