• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil sensus industri pengolahan rotan di 21 kecamatan di Kota Medan terdapat industri rotan di 5 kecamatan, yaitu di kecamatan Medan Petisah terdapat 15 industri, Medan Helvetia terdapat 3 industri, Medan Sunggal terdapat 3 industri, Medan Johor terdapat 2 industri dan Medan Tuntungan terdapat 1 industri. Jumlah total industri pengolahan rotan adalah 24 unit yang semuanya memperdagangkan produk-produk rotan olahan. Keberadaan industri pengolahan rotan di 21 kecamatan di kota Medan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Industri Pengolahan Rotan di 21 Kecamatan di Kota Medan

No. Nama Kecamatan Jumlah Industri

1. Medan Amplas 0 2. Medan Area 0 3. Medan Barat 0 4. Medan Baru 0 5. Medan Belawan 0 6. Medan Deli 0 7. Medan Denai 0 8. Medan Helvetia 3 9. Medan Johor 2 10. Medan Kota 0 11. Medan Labuhan 0 12. Medan Maimun 0 13. Medan Marelan 0 14. Medan Petisah 15 15. Medan Perjuangan 0 16. Medan Polonia 0 17. Medan Selayang 0 18. Medan Sunggal 3 19. Medan Tembung 0 20. Medan Timur 0 21. Medan Tuntungan 1 Total 24

Sitorus (2009) maka terdapat 8 industri yang mewakili semua industri. Pada Tabel 12 disajikan industri pengolahan rotan yang mewakili tiap kecamatan.

Tabel 12. Industri Pengolahan Rotan yang Mewakili Tiap Kecamatan

No. Nama Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Industri

Nama Industri yang Mewakili Jumlah Industri yang Mewakili 1. Medan Helvetia

15,44 3 UD. Arihta Rattan

UD. Citra Rotan

2

2. Medan

Johor

12,81 2 UD. Kurnia Rotan

UD. Langgeng Rattan

2

3. Medan

Petisah

13,16 15 UD. Kasdani

UD. Zul Rotan

2 4. Medan Sunggal 2,98 3 UD. Sukarni 1 5. Medan Tuntungan 20,68 1 CV. Haramas 1 Jumlah 24 8

Berdasarkan hasil sensus yang didapatkan bahwa keberadaan jenis usaha pengolahan rotan ini telah ada sejak 20 tahun yang lalu, hal ini dapat dilihat dari waktu lamanya beroperasi usaha pengolahan rotan tersebut. Pada Tabel 13 disajikan keberadaan industri pengolahan rotan di kota Medan berdasarkan lama beroperasinya.

Tabel 13. Keberadaan Industri Pengolahan Rotan di Kota Medan Berdasarkan Lama Beroperasi

No Lama Beroperasi (Tahun) Jumlah Industri Kuantitas (%)

1. < 5 3 37,5

2. 6 – 10 2 25,0

3. 11 - 15 1 12,5

4. > 16 2 25,0

Dari hasil sensus yang diperoleh bahwa industri pengolahan rotan yang kuantitasnya paling sedikit dengan lama beroperasi 11–15 tahun sebanyak 12,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industri pengolahan rotan pada 2007

mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 1990-an. Menurut Diskopumkm kota Medan (2012) pada tahun 90-an ada banyak pengrajin rotan di Kota Medan. Namun ketika pada tahun 1992, Menteri Perdagangan mengeluarkan SK No.179/Kp/VI/92 yang berisi pencabutan terhadap SK Menteri Perdagangan sebelumnya, yaitu No.274/Kp/XI/86 tentang larangan ekspor kelompok rotan bahan mentah dan kelompok rotan setengah jadi. Dalam SK No.179/Kp/VI/92 tersebut dinyatakan bahwa rotan yang tergolong dalam kelompok rotan bahan mentah, kelompok rotan barang setengah jadi dan kelompok rotan barang adalah bebas untuk diekspor. Ketika ekspor bahan baku terjadi, pengrajin hanya tinggal sedikit karena banyak yang gulung tikar akibat kelangkaan bahan baku.

Menurut Jasni dan Supriana (2000) pada tahun 1994-1997 margin keuntungan dan harga rotan tidak dirasakan lagi dapat memberikan dorongan yang berarti lagi bagi petani dan pemungut rotan di pedesaan di dalam/ sekitar hutan. Harga rotan turun sampai Rp.250-Rp.400 per kg pada tahun 1996, dibandingkan dengan harga pada tahun 1986 Rp.2.750 per kg. Sebagai pembanding harga tersebut tidak cukup untuk membeli beras Rp.800 per kg. Rotan sudah tidak lagi menjadi komoditi dan aktivitas produksi andalan bagi petani/ pemungut rotan di pedesaan sekitar hutan. Hal ini yang menyebabkan kelangkaan bahan baku rotan terjadi.

Berdasarkan Tabel 13 hasil sensus yang diperoleh keberadaan industri pengolahan rotan yang ada saat ini didominasi oleh industri-industri yang masih beroperasi <5 tahun yang keberadaanya sebanyak 37,5%. Menurut Kemenperin (2011) melalui peraturan terbaru tentang ketentuan ekspor rotan dan produk rotan

larangan ekspor bahan baku rotan ditujukan untuk membangun kembali industri rotan yang sempat mengalami penurunan. Sehingga hal ini memacu keberadaan industri pengolahan rotan dan diperkirakan kedepannya akan mengalami pertumbuhan lagi.

Bentuk Badan Usaha Pengolahan Rotan di Kota Medan

Secara umum bentuk badan usaha pengolahan rotan yang ada di kota Medan adalah usaha dagang (UD) dan commanditer vennotschap (CV). Jenis badan usaha perusahaan dagang/ usaha dagang (UD) mendominasi bentuk usaha rotan di kota Medan yaitu sebesar 87,5%. Kismono (2001) menyatakan bahawa usaha dagang (UD) merupakan badan usaha perseorangan yang kepemilikan dan pengelolaannya ditangani oleh satu orang. Akan tetapi dalam praktiknya badan usaha ini sering merupakan perusahaan keluarga yaitu perusahaan yang menggunakan seluruh atau sebagian anggota keluarga menjalankannya.

Badan usaha dagang lainnya adalah commanditer vennotschap (CV) yaitu tingkat keberadaannya hanya 12,5%. CV ini merupakan badan usaha persekutuan yang dimiliki 2 orang atau lebih. Usaha pengolahan rotan di kota Medan yang berbentuk CV memiliki skala yang lebih besar dalam aktifitas produksinya. Menurut Kismono (2001) perusahaan persekutuan lebih baik dari perusahaan perseorangan karena modal, keahlian yang diperoleh lebih banyak, dan umur usaha lebih panjang.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan satu komponen penting dalam kegiatan produksi dalam suatu perusahaan/ industri rotan. Usaha rotan juga menyerap tenaga kerja

sehingga memberikan kontribusi bagi pendapatan masyarakat. Saat ini jumlah tenaga kerja di setiap industri sekitar 4-10 orang atau lebih. Keberadaan kapasitas tenang kerja yang dipakai oleh suatu industri rotan menunjukkan tingkat kapasitas produksi dan skala modal yang dimiliki usaha tersebut. Jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh masing-masing industri yang ada di kota Medan berbeda. Jumlah tenaga kerja pada industri rotan di kota Medan disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Kuantitas Tenaga Kerja pada Industri Rotan di Kota Medan No Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Industri Persentase (%)

1. 1-4 1 12,5

2. 5-19 5 62,5

3. 20-99 2 25,0

4. >100 0 0

Berdasarkan Tabel 14 jumlah tenaga kerja yang digunakan didominasi oleh 5-19 tenaga kerja yaitu sebesar 62,5% sedangkan 20-99 tenaga kerja sebanyak 25,0% dan 1-4 tenaga kerja sebanyak 12,5%. Dari seluruh industri pengolahan rotan di Kota Medan tenaga kerja yang dipekerjakan pada umumnya adalah laki-laki yang pekerjaannya seperti membuat rangka, menganyam, mengecat sedangkan pekerja perempuan melakukan pekerjaan seperti proses penjahitan atau penganyaman. Menurut Tetuko (2007) tenaga kerja industri rotan di CV. Gundaling Medan mempekerjakan 20 orang tenaga kerja yang digunakan lebih banyak laki-laki, sedangkan tenaga kerja perempuan dipekerjakan hanya menangani proses produksi pembentukan dan proses penjahitan. Sedangkan menurut Elinur (2004) di industri rotan di Kota Pekanbaru tenaga kerja perempuan umumnya melakukan kegiatan finishing atau menjahit sarung jok kursi, sedangkan pekerja laki-laki melakukan pekerjaan menganyam dan membuat

Berdasarkan jumlah tenaga kerja pada Tabel 14 dan dibandingkan dengan klasifikasi industri menurut BPS (2011), industri pengolahan rotan di Kota Medan yang mendominasi yaitu industri kecil sebanyak 62,5% sedangkan industri rumah tangga 12,5%, dan industri sedang 25% (Gambar 2). Industri besar pengolahan rotan tidak terdapat di Kota Medan. Menurut BPS (2011) klasifikasi industri menurut banyaknya tenaga kerja adalah:

1. Industri rumah tangga, apabila memiliki tenaga kerja 1–4 orang. 2. Industri kecil, apabila mempunyai tenaga kerja 5–19 orang. 3. Industri sedang, apabila mempunyai tenaga kerja 20–99 orang. 4. Industri besar, apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.

25%

62.5% 12.5%

Industri Rumah Tangga Industri Kecil

Industri Sedang

Berdasarkan Gambar 2 dapat dinyatakan bahwa industri pengolahan rotan di Kota Medan tergolong industri rumah tangga, industri kecil dan industri sedang. Dari ketiga golongan industri tersebut memiliki karakateristik yang sama yaitu modal usaha yang digunakan adalah modal milik sendiri dan menggunakan teknologi dan peralatan yang sederhana (Lampiran 5). Menurut Tetuko (2007) industri rotan di CV. Gundaling Medan memiliki karakteristik seperti ketersediaan

modal yang terbatas, yaitu modal usaha yang digunakan merupakan modal milik sendiri serta teknologi dan peralatan yang digunakan sederhana seperti gunting, gergaji, kompor, dan alat pembengkok rotan yang terbuat dari kayu.

Industri rumah tangga yang ada di Kota Medan adalah usaha keluarga yang yang dikelola dan dikerjakan oleh ayah, ibu, dan anak yang merupakan satu keluarga. Sedangkan industri kecil dan industri sedang dikerjakan oleh keluarga dan tambahan tenaga kerja lain di luar keluarga. Menurut Syahraini (2010) usaha kerajinan rotan di Kota Medan merupakan usaha keluarga (home industry) yang penanganannya disamping melibatkan keseluruhan anggota keluarga juga dibantu oleh beberapa orang tenaga kerja yang sudah dididik dan dilatih secara intensif dan nonformal melalui penunjukkan contoh-contoh pembuatan kerajinan yang baik. Sedangkan menurut Djamilgo (2006) industri kerajinan rotan di Kabupaten Nabire tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan adalah istri pengusaha, anak, dan anggota rumah tangga lainnya seperti adik kandung dan anggota lainnya.

Prospek Industri Pengolahan Rotan

Kehadiran industri pengolahan rotan di kota Medan banyak di latarbelakangi oleh kegiatan pembangunan di Kota Medan yang terus berkembang. Bedasarkan hasil sensus kebanyakan di antara jenis usaha indutri rotan ini tumbuh dalam 5 tahun terakhir. Sebagian lagi telah ada 20-an tahun yang lalu yang merupakan warisan atau peninggalan keluarga.

Semua pemilik atau pengusaha industri pengolahan rotan yang ada di Kota Medan menyatakan prospek usaha menjual produk rotan untuk saat ini masih baik. Hal ini karena kebutuhan rotan dalam pembuatan meubel dan kerajinan

dalam Muhdi (2008) potensi produksi rotan Indonesia sangat besar. Sebagai komoditi yang mulai dapat diandalkan untuk penerimaan negara, rotan dipandang sebagai komoditi perdagangan hasil hutan bukan kayu yang cukup penting bagi Indonesia. Produk rotan ini juga telah menambah penerimaan ekspor unggulan selain minyak dan gas bumi. Disamping itu, industri rotan juga memenuhi persyaratan pengembangan ekspor bukan migas, karena memanfaatkan sumberdaya dalam negeri, dapat bersaing di pasar dunia dan dapat menyerap tenaga kerja.

Prospek industri pengolahan rotan ini baik karena industri pengolahn rotan merupakan salah satu industri yang menjadi prioritas dalam percepatan dan perluasan industri nasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 90/M-IND/PER/11/2011 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110/M-IND/PER/2009 tentang Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kayu dan Industri Rotan analisis SWOT-nya adalah:

1. Kekuatan (Strenght)

a. Keunikan dalam produk furniture rotan nasional, khususnya hand-madefurniture rotan (telah dikuasai secara turun-temurun)

b. Tersedianya jumlah tenaga kerja yang memadai di bidang industri

furniture rotan

c. Ditetapkannya industri furniture rotan sebagai salah satu industri prioritas dalam pengembangan industri Nasional

d. Tingginya kemampuan industri furniture rotan dalam penyerapan tenaga kerja

2. Kelemahan (Weakness)

a. Masih rendahnya tingkat efisiensi dan produktivitas industri furniture

rotan nasional

b. Lemahnya kemampuan desain dan finishing produk

c. Masih adanya kesenjangan antara kebutuhan dan pasokan bahan baku 3. Peluang (Oppurtunity)

a. Adanya peluang pasar yang cukup besar, baik dalam negeri maupun dunia internasional

b. Tersedianya tenaga terampil yang belum dimanfaatkan secara optimal c. Adanya potensi bahan baku rotan yang belum termanfaatkan secara

optimal

4. Ancaman (Thread)

a. Munculnya pesaing baru yang potensial, seperti: China, Malaysia, Vietnam dan lain sebagainya

b. Maraknya penyelundupan bahan baku

c. Masih adanya regulasi yang kontra produktif terhadap pengembangan industri furniture rotan.

Jenis Rotan Komersial yang di Perdagangkan di Kota Medan

Di Indonesia terdapat delapan marga rotan yang terdiri atas kurang lebih 306 spesies telah teridentifikasi. Menurut Baharuddin dan Taskirawati (2009) sebanyak kurang lebih 50 jenis rotan diantaranya telah dipungut, dipakai, diolah, dan diperdagangkan sejak lama oleh penduduk Indonesia. Dari delapan marga rotan terdapat dua marga rotan yang bernilai ekonomi tinggi yaitu calamus dan

pada jenis-jenis yang sudah diketahui dan laku di pasaran. Adapun jenis rotan komersial yang diperdagangkan di Kota Medan disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Jenis dan Harga Rotan yang di Perdagangkan di Kota Medan No Jenis

Rotan

Nama Ilmiah Diameter (mm) Kelas Diameter Harga (Rp) 1. Sega Calamus caesius Blume 7-8 10-12 16-18 Sedang Sedang Sedang 12.000/kg 12.000/kg 12.000/kg 2. Getah Daemonorops angustifolia Mart 16-18 Sedang 2.000-3000/batang

3. Manau Calamus manan

Miq. 18-20 28-30 30-32 Besar Besar Besar 9.000/batang 15.000/batang 20.000/batang 4. Semambu Calamus scipionum Louer 22-24 Besar 3.000-4000/batang 5. Batu Calamus filiformis Becc. 12-10 Sedang 12.000/kg 6. Cacing Calamus ciliaris Bl, 14-16 Sedang 11.000-14.000/kg

Menurut Baharuddin dan Taskirawati (2009), rotan sega (Calamus caesius

Blume) merupakan rotan yang tumbuh secara berumpun yang memiliki batang berwarna hijau kekuning-kuningan dan berubah menjadi kuning telur dan mengkilat setelah dirunti dan kering. Diameter batang antara 4 mm-18 mm dan panjang ruas 15 cm–30 cm. Maryana (2007) meyatakan bahwa rotan sega merupakan rotan yang tergolong dalam rotan diameter kecil, yaitu rotan yang diameternya <18 mm. Dari hasil penelitian rotan sega yang diperdagangkan di industri rotan di kota Medan masing-masing memiliki 3 diameter kelas sedang yaitu 7-8 mm, 10-12 mm, 16-18 mm dengan harga Rp.12.000/kg. Menurut Dephut (2011) klasifikasi rotan berdasarkan kelas diameter adalah:

2. Rotan berukuran sedang adalah rotan dengan diameter antara 5 mm-19 mm.

3. Rotan berukuran besar adalah rotan dengan diameter >20 mm.

Gambar 3. Rotan Sega yang Diperdagangkan di Kota Medan

Rotan getah (Daemonorops angustifolia Mart) merupakan rotan yang tumbuh secara berumpun yang memiliki tinggi batang mencapai 40 m, diameter batang bersama pelepahnya 4 cm, dan bila telah dibersihkan dan dirunti diameter batangnya hanya 2,5 cm (Baharuddin dan Taskirawati, 2009). Maryana (2007) meyatakan bahwa rotan getah merupakan rotan yang tergolong dalam rotan diameter kecil, yaitu rotan yang diameternya <18 mm. Rotan getah yang diperdagangkan di kota Medan memiliki kelas diameter sedang yaitu 16-18 mm dengan harga Rp.2.000-3000/batang.

Rotan manau merupakan rotan yang tergolong dalam rotan diameter besar, yaitu rotan yang diameternya >18 mm (Maryana, 2007). Rotan manau (Calamus manan Miq.) yang diperdagangkan di kota Medan memiliki 3 diameter kelas besar yang berbeda yaitu 18-20 mm dengan harga Rp.9.000/batang, diameter 28-30 mm dengan harga Rp.15.000/batang dan 28-30-32 mm dengan harga Rp.20.000/batang. Menurut Damayanti dan Kalima (2007), rotan manau adalah jenis rotan yang memiliki warna kekuningan, tumbuh tunggal (soliter), memanjat, panjang mencapai 100 m, diameter tanpa pelepah 30-80 mm. Rotan manau memiliki kelas awet I dan memiliki diameter besar dan berkualitas sangat baik, sehingga banyak dicari. Jenis rotan ini merupakan bahan baku yang baik untuk membuat kerangka mebel.

Gambar 5. Rotan Manau yang Diperdagangkan di Kota Medan

Menuut Damayanti dan Kalima (2007) rotan semambu merupakan jenis rotan yang tumbuh berumpun, memiliki warna coklat muda atau coklat muda sampai coklat tua kehitaman, memanjat, panjang mencapai 100 m bahkan lebih, diameter tanpa pelepah 25-35 mm. Batang rotan semambu umumnya dalam bentuk poles digunakan untuk perabot dengan kualitas sedang. Rotan semambu memiliki kelas awet III. Rotan semambu yang diperdagangkan di kota Medan

memiliki harga sekitar Rp.3.000-4.000/batangnya dengan diameter kelas besar yaitu 22-24 mm. Rotan semambu merupakan rotan yang tergolong dalam rotan diameter besar, yaitu rotan yang diameternya >18 mm (Maryana, 2007).

Yayasan Prosea (2004) menyatakan bahwa rotan batu (Calamus filiformis

Becc.) merupakan rotan yang panjangnya dapat mencapai 40 m atau lebih, diameternya lebih dari 18 mm serta panjang ruas mencapai 20 cm dan permukaan halus berwarna kekuningan. Menurut Maryana (2007), rotan semambu merupakan rotan yang tergolong dalam rotan diameter besar, yaitu rotan yang diameternya >18 mm. Diameter rotan batu yang diperdagangkan di kota Medan adalah kelas sedang yaitu 12-10 mm dengan harga Rp.12.000/kg. Sedangkan rotan cacing (Calamus ciliaris Bl.) diameter kelas sedang yaitu 14-16 mm dengan harga Rp.11.000-14.000/batangnya. Rotan cacing merupakan rotan getah rotan yang tergolong dalam rotan diameter kecil, yaitu rotan yang diameternya <18 mm (Maryana, 2007).

Gambar 6. Rotan Cacing yang Diperdagangkan di Kota Medan

Pemakaian jenis rotan pada industri rotan di kota Medan hanya digunakan pada marga calamus dan daemonorops saja. Hal ini didasarkan pada penampilan rotan tersebut. Menurut Tellu (2005) syarat kualitas yang ditetapkan dalam

memperhatikan aspek lainnya seperti sifat fisik, mekanik, dan sifat kimia batangnya. Tingkat pemakaian jenis rotan komersial di industri rotan di kota Medan saat ini disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Tingkat Pemakaian Jenis Rotan Komersial di Industri Rotan Kota Medan

Jenis Rotan Jumlah Industri Persentase (%)

Sega (Calamus caesius Blume) 8 100

Getah (Daemonorops angustifolia Mart) 6 75

Manau (Calamus manan Miq.) 5 62,5

Semambu (Calamus scipionum Louer) 3 37,5

Batu (Calamus filiformis Becc.) 1 12,5

Cacing Putih (Calamus ciliaris Bl.) 1 12,5

Cacing Merah (Calamus ciliaris Bl.) 1 12,5

Dari industri pengolahan rotan di kota Medan hanya ada beberapa industri yang memakai jenis rotan tertentu, karena setiap industri berbeda didalam menghasilkan produk. Pemakaian jenis rotan yang diperdagangkan didominasi oleh rotan sega (Calamus caesius Blume) sebesar 100% karena bentuknya silindris dan diameter yang sama sepanjang batang sehingga menghasilkan kulit yang seragam untuk pembuatan anyaman. Sedangkan jenis rotan yang memiliki kelas awet I seperti rotan manau (Calamus manan Miq.) dipakai 62,5% yang kegunaanya dalam bentuk utuh. Jenis rotan getah (Daemonorops angustifolia

Mart) sebesar 75%, semambu (Calamus scipionum Louer) 37,5%, batu (Calamus filiformis Becc.), cacing putih (Calamus ciliaris Bl.), dan cacing merah (Calamus ciliaris Bl.) 12,5%.

Jenis Produk Olahan Rotan yang Diperdagangkan

Proses pembuatan rotan menjadi barang jadi sangat tergantung pada kreasi, imajinasi dan keterampilan pembuatnya (Januminro, 2000). Desain atau bentuk yang lebih kreatif akan diminati banyak orang. Bahan baku yag digunakan

juga harus disesuaikan dengan bentuk produknya. Setiap industri rotan yang ada di kota Medan membuat produk rotan seperti meja, kursi, keranjang dan lainnya.

Tidak semua jenis produk rotan olahan terdapat di satu industri, namun untuk keperluan konsumen dapat melakukan pemesanan terlebih dahulu. Suatu produk rotan olahan dapat terbuat dari berbagai jenis rotan yang berbeda. Beberapa produk berbahan rotan yang diperdagangkan di industri rotan disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Bentuk dan Harga Produk yang Diperdagangkan di Kota Medan No Bentuk Produk Jenis Bahan Baku Rotan Harga (Rp)

1. Meja Manau, semambu, getah, sega 250.000-300.000

2. Kursi Manau, sega, getah, semambu 200.000-400.000

3. Keranjang Cacing, getah, sega 13.000-180.000

4. Tudung saji Sega, getah, manau 100.000

5. Tempat parcel Getah, sega. 12.000-18.000

6. Cermin rotan Sega, getah, semambu 8.000-24.000

7. Meja setengah jadi Manau, sega 145.000

Bentuk produk meja yang diperdagangkan di industri rotan di kota Medan memiliki daya tarik dan keunikan (Gambar 7). Dari hasil penelitian kebutuhan bahan baku rotan untuk pembuatan meja rotan ini digunakan jenis-jenis rotan seperti manau, semambu, getah, dan sega. Sedangkan harga meja rotan dijual dengan harga dari Rp.250.000-Rp.300.000.

Kursi rotan yang diperdagangkan industri rotan di Kota Medan merupakan produk yang terbentuk dari bahan rotan menjadi berbagai macam kursi seperti kursi biasa, kursi malas, kursi tidur, dan kursi anak (Gambar 8). Untuk pembuatan kursi rotan ini digunakan jenis rotan seperti manau, sega, getah, dan semambu. Kursi biasa yang diperdagangkan memiliki harga Rp.200.000-Rp.400.000, kursi malas sekitar Rp.100.000, kursi tidur sekitar Rp.60.000 dan kursi anak sekitar Rp.50.000.

Gambar 8. Bentuk Kursi yang Diperdagangkan di Kota Medan: a. Kursi biasa, b. Kursi malas, c. Kursi Tidur, d. Kursi anak

Keranjang rotan merupakan jenis kerajinan rotan yang bahan baku rotan yang digunakan adalah jenis rotan seperti rotan cacing, getah, dan sega (Gambar 9). Harga keranjang rotan yang dijual di kota Medan bervariasi dari Rp.13.000

a b

d c

sampai Rp. 180.000, hal ini disebakan karena bentuk keranjang rotan yang ada banyak jenisnya.

Gambar 9. Bentuk Keranjang yang Diperdagangkan di UD. Arihta Rattan

Tudung saji rotan merupakan produk yang terbentuk dari bahan rotan yang digunakan sebagai tempat melindungi makanan (Gambar 10). Harga 1 buah tudung saji rotan yang dijual oleh industri rotan di kota Medan sekitar Rp.100.000.

Gambar 10. Bentuk Tudung Saji yang Diperdagangkan di UD. Zul Rotan

Tempat parcel rotan merupakan tempat yang biasa digunakan untuk bingkisan dalam acara-acara tertentu (Gambar 11). Tempat parcel ini memiliki berbagai macam ukuran seperti 26 cm x 26 cm dengan harga jual Rp.12.000, ukuran 25 cm x 30 cm dengan harga Rp.16.000, ukuran 32 cm x 34 cm dengan

Gambar 11. Bentuk Tempat Parcel Rotan yang Diperdagangkan di UD. Kurnia Rotan

Cermin rotan merupakan cermin yang bingkainya terbuat dari rotan. Jenis rotan yang sering dipakai dalam pembuatan bingkai rotan adalah jenis rotan sega, getah, dan semambu. Bentuk cermin rotan terdapat berbagai macam ukuran seperti 18 cm x 25 cm dengan harga Rp.8.000, ukuran 25 cm x 38 cm dengan harga Rp.12.000, ukuran 28 cm x 45 cm dengan harga Rp.14.000, ukuran 30 cm x 56 cm dengan harga Rp.18.000, dan ukuran 31,5 cm x 75 cm dengan harga Rp.24.000

Gambar 12. Bentuk Cermin Rotan yang Diperdagangkan di UD. Kurnia Rotan

Meja setengah jadi merupakan produk meja rotan yang diolah hanya setengah jadi, hal ini karena sesuai dengan permintaaan konsumen. Pembuatan meja ini memerlukan bahan baku rotan manau dan sega. Sedangkan harga meja setengah jadi ini adalah Rp.145.000.

Gambar 13. Meja setengah jadi yang Diperdagangkan CV Haramas

Distribusi Rotan dan Pemasaran Produk Olahan Rotan di Kota Medan

Persediaan dan pasokan rotan yang diperdagangkan di kota Medan berasal dari dalam dan luar Provinsi Sumatera Utara. Distribusi pasokan rotan di kota Medan disajikan pada tabel 18.

Tabel 18. Distribusi Pasokan Rotan di Kota Medan

No. Nama Industri Dalam Propinsi Luar Propinsi

1. UD. Zul Rotan - Padang, Aceh,

Kalimantan, Jawa

2. UD. Kasdani - Padang, Aceh,

Kalimantan

3. UD. Arihta Rattan - Aceh, Kalimantan

4. UD. Citra Rotan Tapanuli Utara Sumatera Barat,

Kalimantan, Aceh

5. UD. Sukarni - Aceh, Sumatera Barat

6. UD. Langgeng Rattan - Aceh

7. UD. Kurnia Rotan - Aceh

8. CV. Haramas Samosir Padang, Kalimantan

Sumber: Hasil Penelitian (2012)

Distribusi pasokan rotan di kota Medan didominasi dari luar propinsi

Dokumen terkait