JENIS ROTAN, PRODUK ROTAN OLAHAN DAN ANALISIS EKONOMI PADA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN KOMERSIAL
DI KOTA MEDAN
HASIL PENELITIAN
Oleh :
OBBI PARDAMEAN PANE 071203024/ Teknologi Hasil Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Jenis Rotan, Produk Rotan Olahan dan Analisis Ekonomi Pada Industri Pengolahan Rotan Komersial di Kota Medan
Nama : Obbi Pardamean Pane
NIM : 071203024
Program Studi : Kehutanan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Irawati Azhar, S.Hut., M.Si
Ketua Anggota
Tito Sucipto, S.Hut., M.Si
Mengetahui,
Obbi Pardamean Pane. Type Rattan, Rattan Products Processed and Economic Analysis On Commercial Rattan Manufacturing in Medan. Suvervised by Irawati Azhar and Tito Sucipto.
ABSTRACT
Rattan processing as non-timber forest production creates a range of activities for a variety of rattan industry. This reasearch aim to describe the existence and development of rattan processing industry in the city of Medan, the type and price of raw materials processed rattan and rattan products are traded, and analyze the feasibility of rattan processing industry in the city of Medan. Data obtained through the census rattan processing industry in 21 districts in the city of Medan and guided interviews with selected rattan processing industry and analyze the feasibility in CV Haramas. The results of reasearch showed that the rattan processing industry is only found in five districts namely 15 industries in Medan Petisah, 3 industries in Medan Helvetia, 3 industries in Medan Sunggal, 2 industries in Johor and 1 industry in Medan Tuntungan. The type and price of the type genera of Calamus rattan and Daemonorops have Rp.2.000-Rp 20,000 per stem or per kg. Processed rattan products are tables, chairs, baskets, hoods serving, place parcel rattan, wicker mirror and semi-finished table with selling prices between 8,000-Rp.400.000 per unit. Based on the R/C ratio and the BEP of both products in the CV. Haramas viable and economically beneficial to the R/C ratio >1 and the lowest BEP 219 of the 300 units (chair products).
Obbi Pardamean Pane. Jenis Rotan, Produk Rotan Olahan dan Analisis Ekonomi Pada Industri Pengolahan Rotan Komersial di Kota Medan. Dibimbing oleh Irawati Azhar dan Tito Sucipto.
ABSTRAK
Pengolahan rotan sebagai hasil hutan non kayu menciptakan berbagai aktifitas produksi bagi berbagai industri rotan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keberadaan dan perkembangan industri pengolahan rotan di Kota Medan, jenis dan harga bahan baku rotan serta produk rotan olahan yang diperdagangkan, serta menganalisis kelayakan usaha industri pengolahan rotan di kota Medan. Data diperoleh melalui sensus industri pengolahan rotan di 21 kecamatan di Kota Medan dan melakukan wawancara terbimbing dengan industri pengolahan rotan yang terpilih serta menganalisis kelayakan usaha di CV Haramas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri pengolahan rotan hanya terdapat di 5 kecamatan yaitu 15 industri di Medan Petisah, 3 industri di Medan Helvetia, 3 industri di Medan Sunggal, 2 industri di Medan Johor dan 1 industri di Medan Tuntungan. Jenis dan harga rotan yaitu jenis marga rotan calamus dan daemonorops yang memiliki harga antara Rp.2.000-Rp.20.000 per batang atau per kg. Produk rotan olahan yaitu meja, kursi, keranjang, tudung saji, tempat parcel rotan, cermin rotan dan meja setengah jadi dengan harga jual antara Rp.8.000-Rp.400.000 per buah. Berdasarkan R/C ratio dan BEP dari kedua produk di CV. Haramas layak diusahakan dan menguntungkan secara ekonomi dengan R/C ratio >1 dan BEP terendah yaitu 219 dari 300 unit (produk kursi).
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 6 Nopember
1988 dari keluarga Bapak Jonner Pane dan Ibu Resta Tampubolon. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 050600 Kuala Langkat dan
lulus pada tahun 2000 kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Methodist
Kuala Langkat. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA
Negeri 1 Kuala Langkat dan pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama perkuliahan penulis tergabung dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Slyva USU. Pada tahun 2009, penulis mengikuti kegiatan Praktik
Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Aras Napal dan Pulau Sembilan,
Kabupaten Langkat. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
PERUM Perhutani Unit II, KPH Banyuwangi Utara, Kabupaten Banyuwangi,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian ini.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Jenis Rotan Komersial, Produk Rotan
Olahan dan Analisis Ekonomi pada Industri Pengolahan Rotan di Kota Medan”.
Terima kasih disampaikan kepada Ibu Irawati Azhar, S.Hut, M.Si, dan
Bapak Tito Sucipto S.Hut, M.Si. selaku komisi pembimbing yang telah banyak
mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan laporan
hasil penelitian ini. Penulisan skripsi hasil penelitian ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan di Program Studi Kehutanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pengolahan rotan menciptakan aktifitas produksi bagi masyarakat di Kota
Medan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan industri pengolahan
rotan, jenis rotan komersial, produk rotan olahan serta menganalisis kelayakan
usaha industri rotan di Kota Medan. Dari hasil penelitian terdapat 24 unit industri
pengolahan rotan yang mengolah 6 jenis rotan serta menghasilkan bermacam
produk rotan olahan yang tersebar di 5 kecamatan di Kota Medan.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang membantu penulis menyelesaikan skripsi hasil penelitian ini. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2012
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ………... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ………... iv
DAFTAR ISI ……….. v
DAFTAR GAMBAR ………... vii
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ………... 1
Tujuan Penelitian ……… 3
Manfaat Penelitian ……….. 3
TINJAUAN PUSTAKA Rotan ………... 4
Perusahaan dan Industri Pengolahan Rotan ……… 5
Konsumsi Rotan di Masyarakat ... 7
Harga sebagai Aspek yang Mempengaruhi Konsumsi Rotan ... 10
Mutu dan Kualitas Rotan ... 10
Jenis Rotan yang diperdagangkan ... 11
Keawetan dan Kekuatan Rotan ... 15
Tingkat Keawetan ... 15
Tingkat Kekuatan ... 16
Analisis Ekonomi ... 16
Penelitian-penelitian Terbaru Mengenai Industri Rotan di Kota Medan ... 18
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
Bahan dan Alat ... 20
Pengambilan Data ... 20
Bentuk Badan Usaha Pengolahan Rotan di Kota Medan... 28
Tenaga Kerja... 28
Prospek Industri Pengolahan Rotan... 31
Jenis Rotan Komersial yang Diperdagangkan di Kota Medan... 33
Jenis Produk Olahan Rotan yang Diperdagangkan... 38
Distribusi Rotan dan Pemasaran Produk Olahan Rotan di Kota Medan... 43
Analisis Ekonomi... 47
Produk... 47
Analisis Biaya dan Pendapatan... 48
Analisis R/C Ratio... 52
Analisis BEP... 53
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 56
Saran... 56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Pengambilan Data ... 22
2. Klasifikasi Industri Pengolahan Rotan di Kota Medan... 30
3. Rotan Sega yang Diperdagangkan di Kota Medan... 35
4. Rotan Getah yang Diperdagangkan di Kota Medan... 35
5. Rotan Manau yang Diperdagangkan di Kota Medan... 36
6. Rotan Cacing yang Diperdagangkan di Kota Medan... 37
7. Bentuk Meja yang Diperdagangkan di UD. Langgeng Rattan... 39
8. Bentuk Kursi yang Diperdagangkan di Kota Medan... 40
9. Bentuk Keranjang yang Diperdagangkan di UD. Arihta Rattan... 41
10. Bentuk Tudung Saji yang Diperdagangkan di UD. Zul Rotan... 41
11. Bentuk Tempat Parcel Rotan yang Diperdagangkan di UD. Kurnia Rotan... 42
12. Bentuk Cermin Rotan yang Diperdagangkan di UD. Kurnia Rotan... 42
13. Meja setengah jadi yang Diperdagangkan CV Haramas... 43
14. Distribusi Pasokan Rotan... 45
15. Pesanan Produk Rotan pada Bulan Mei 2012 di CV Haramas... 48
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Medan ... 9
2. Daftar Jenis Rotan Komersial dan Daerah Sebaran di Indonesia ……… 12
3. Jenis Rotan Komersial dan Penggunaannya di Dalam Negeri ………… 14
4. Kelas Awet (Ketahanan) 8 Jenis Rotan terhadap Serangan Bubuk Dinoderus minutus Farb ………. 15
5. Klasifikasi Keawetan (Ketahanan) Rotan terhadap Bubuk Dinoderus minutus Farb. ... 16
6. Harga Rotan Berdasarkan Jenisnya pada Tahun 2000 ………... 19
7. Harga Barang Kerajinan Berdasarkan Jenisnya pada Tahun 2000... 19
8. Tally Sheet untuk Jenis Rotan yang Diperdagangkan di Setiap Kecamatan... 21
9. Tally Sheet untuk Produk yang Diperdagangkan di Setiap Kecamatan... 21
10. Kriteria Pengambilan Jumlah Sampel ... 22
11. Industri Pengolahan Rotan di 21 Kecamatan di Kota Medan... 25
12. Industri Pengolahan Rotan yang Mewakili Tiap Kecamatan... 26
13. Keberadaan Industri Pengolahan Rotan di Kota Medan Berdasarkan Lama Beroperasi... 26
14. Kuantitas Tenaga Kerja yang Digunakan di Industri Rotan... 29
15. Jenis dan Harga Rotan yang di Perdagangkan di Kota Medan... 34
16. Tingkat Pemakaian Jenis Rotan Komersial di Industri Rotan Kota Medan... 38
17. Bentuk dan Harga Produk yang Diperdagangkan di Kota Medan... 39
18. Distribusi Pasokan Rotan di Kota Medan... 43
20. Harga Produk dan Volume Produksi di CV Haramas... 48
21. Penyusutan Peralatan Produksi di CV. Haramas... 49
22. Biaya Pengolahan Rotan pada Produk Kode 259 t……… 50
23. Biaya Pengolahan Rotan pada Produk Kode 259……….. 51
24. Biaya Produksi Produk di CV Haramas……… 52
25. Nilai R/C Produk di CV Haramas... 53
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Jenis Rotan yang Diperdagangkan di Kota Medan
2. Daftar Jenis Produk yang Diperdagangkan di Kota Medan
3. Perhitungan Biaya Produksi di CV Haramas
4. Lembar Kuisioner Penelitian
Obbi Pardamean Pane. Type Rattan, Rattan Products Processed and Economic Analysis On Commercial Rattan Manufacturing in Medan. Suvervised by Irawati Azhar and Tito Sucipto.
ABSTRACT
Rattan processing as non-timber forest production creates a range of activities for a variety of rattan industry. This reasearch aim to describe the existence and development of rattan processing industry in the city of Medan, the type and price of raw materials processed rattan and rattan products are traded, and analyze the feasibility of rattan processing industry in the city of Medan. Data obtained through the census rattan processing industry in 21 districts in the city of Medan and guided interviews with selected rattan processing industry and analyze the feasibility in CV Haramas. The results of reasearch showed that the rattan processing industry is only found in five districts namely 15 industries in Medan Petisah, 3 industries in Medan Helvetia, 3 industries in Medan Sunggal, 2 industries in Johor and 1 industry in Medan Tuntungan. The type and price of the type genera of Calamus rattan and Daemonorops have Rp.2.000-Rp 20,000 per stem or per kg. Processed rattan products are tables, chairs, baskets, hoods serving, place parcel rattan, wicker mirror and semi-finished table with selling prices between 8,000-Rp.400.000 per unit. Based on the R/C ratio and the BEP of both products in the CV. Haramas viable and economically beneficial to the R/C ratio >1 and the lowest BEP 219 of the 300 units (chair products).
Obbi Pardamean Pane. Jenis Rotan, Produk Rotan Olahan dan Analisis Ekonomi Pada Industri Pengolahan Rotan Komersial di Kota Medan. Dibimbing oleh Irawati Azhar dan Tito Sucipto.
ABSTRAK
Pengolahan rotan sebagai hasil hutan non kayu menciptakan berbagai aktifitas produksi bagi berbagai industri rotan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keberadaan dan perkembangan industri pengolahan rotan di Kota Medan, jenis dan harga bahan baku rotan serta produk rotan olahan yang diperdagangkan, serta menganalisis kelayakan usaha industri pengolahan rotan di kota Medan. Data diperoleh melalui sensus industri pengolahan rotan di 21 kecamatan di Kota Medan dan melakukan wawancara terbimbing dengan industri pengolahan rotan yang terpilih serta menganalisis kelayakan usaha di CV Haramas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri pengolahan rotan hanya terdapat di 5 kecamatan yaitu 15 industri di Medan Petisah, 3 industri di Medan Helvetia, 3 industri di Medan Sunggal, 2 industri di Medan Johor dan 1 industri di Medan Tuntungan. Jenis dan harga rotan yaitu jenis marga rotan calamus dan daemonorops yang memiliki harga antara Rp.2.000-Rp.20.000 per batang atau per kg. Produk rotan olahan yaitu meja, kursi, keranjang, tudung saji, tempat parcel rotan, cermin rotan dan meja setengah jadi dengan harga jual antara Rp.8.000-Rp.400.000 per buah. Berdasarkan R/C ratio dan BEP dari kedua produk di CV. Haramas layak diusahakan dan menguntungkan secara ekonomi dengan R/C ratio >1 dan BEP terendah yaitu 219 dari 300 unit (produk kursi).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rotan merupakan salah satu hasil hutan non kayu (HHNK) yang dikenal
luas oleh masyarakat, baik masyarakat yang berkecimpung langsung dengan
pemungutan rotan maupun masyarakat yang lebih luas yang memanfaatkan rotan
sebagai bahan baku industri, bahan perdagangan, dan pelengkap dalam kehidupan
sehari-hari. Indonesia merupakan negara produsen rotan yang mampu memenuhi
kebutuhan rotan dunia, dan selama ini mampu memasok kurang lebih 85% dari
kebutuhan rotan di dunia. Di Indonesia terdapat kurang lebih 306 spesies rotan
telah teridentifikasi dan menyebar di semua pulau di Indonesia. Dari keseluruhan
yang teridentifikasi, rotan yang sudah ditemukan dan digunakan untuk
keperluan lokal mencapai kurang lebih 128 jenis. Sementara itu rotan yang sudah
umum diusahakan/ diperdagangkan dengan harga tinggi untuk berbagai keperluan
baru mencapai 28 jenis saja (Baharuddin danTaskirawati, 2009).
Pengolahan rotan sebagai hasil hutan non kayu menciptakan berbagai
aktifitas produksi bagi berbagai industri rotan. Medan merupakan salah satu kota
besar di Indonesia yang memiliki luas wilayah 265,10 km2. Secara administratif
terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan dengan jumlah penduduk 1.899.327
jiwa, memiliki berbagai industri hasil hutan yang berperan penting dalam kegiatan
ekonomi daerah termasuk industri pengolahan rotan (Pemko Medan, 2011).
Dransfield dan Manokaran (1996) menyebutkan bahwa dalam
penggunaanya rotan banyak digunakan sebagai mebel dan anyaman rotan yang
permadani, tongkat, penangkap ikan, perangkap binatang, tirai, kurungan burung,
ikatan pada rumah, pagar, jembatan, perahu dan untuk hampir semua tujuan lain
apapun yang menuntut kekuatan dan kelenturan yang digabungkan dengan
keringanan.
Jenis rotan yang diperdagangkan masih belum banyak diketahui dan
dikenal oleh masyarakat awam. Penafsiran terhadap nilai atau harga dari berbagai
jenis rotan yang diperdagangkan masih sering keliru, hal ini disebabkan belum
tersedianya informasi yang akurat dan terkini tentang jenis, produk dan harga
rotan komersial yang ada di pasaran khususnya di kota Medan.
Bentuk-bentuk badan usaha yang legal seperti badan usaha perseorangan,
badan usaha persekutuan dan koperasi di bidang pengolahan rotan merupakan
industri yang menyediakan kebutuhan produk rotan olahan untuk masyarakat,
menjual berbagai jenis produk pada tingkat harga yang berbeda. Untuk itu
penelitian ini dilakukan guna memastikan jenis dan harga rotan yang banyak
diperdagangkan di Kota Medan.
Kegiatan suatu usaha pengolahan rotan dalam menghasilkan
produk-produk olahan ditujukan untuk mencapai suatu keuntungan agar usaha dapat
dilakukan secara kontinu. Dalam hal ini perlu dilakukan analisis ekonomi untuk
mengetahui kelayakan ekonomi yang didapat dalam industri pengolahan rotan di
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan keberadaan dan
perkembangan industri rotan di Kota Medan, jenis dan harga bahan baku rotan
serta produk rotan olahan yang diperdagangkan, serta menganalisis kelayakan
usaha industri pengolahan rotan di kota Medan.
Manfaat Penelitian
Menyajikan data sebagai sumber informasi tentang jenis rotan komersial
dan harga rotan yang diperdagangkan industri rotan di Kota Medan bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Rotan
Rotan sebagaimana asalnya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam
kelompok palem-paleman yang hidupnya merambat. Golongan ini termasuk
dalam sub-famili calamoideae yang mempunyai 13 marga dan sekitar 600 jenis yang hidup pada kawasan hutan hujan tropis di Asia Tenggara. Kelompok rotan
pada umumnya tumbuh dan dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Di
Indonesia, jenis ini dapat ditemui di Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa
kepulauan lainya. Beberapa laporan menyebutkan bahwa di Jawa dapat dijumpai
sekitar 25 jenis, Sumatera 75 jenis, Kalimantan 100 jenis, Sulawesi mencapai 25
jenis. Selain itu rotan juga dapat dijumpai di beberapa pulau lainnya di Indonesia
(Erwinsyah, 1999).
Rotan merupakan tumbuhan khas tropika yang tumbuh di kawasan hutan
tropika basah yang heterogen. Tempat tumbuh rotan pada umumnya di daerah
yang berawa, tanah kering, hingga tanah pegunungan. Tingkat ketinggian tempat
untuk tanaman rotan dapat mencapai 2.900 m di atas permukaan laut. Semakin
tinggi tempat tumbuh, maka rotan semakin jarang dijumpai. Rotan juga akan
semakin sedikit di daerah yang berbatu kapur (Januminro 2000).
Tellu (2005) menyatakan bahwa pengelompokan jenis-jenis rotan
umumnya didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ
tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan. Dalam
ilmu taksonomi tumbuhan, rotan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Famili : Palmae (Arecaceae)
Sub Famili : Calamoideae
Genus : Calamus
Spesies : Calamus spp.
Perusahaan dan Industri Pengolahan Rotan
Manusia melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berbagai hal atau usaha yang dilakukan, baik itu bekerja pada orang
lain, instansi maupun berwiraswasta. Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang
melakukan aktifitas pengolahan faktor produksi, untuk menyediakan
barang-barang dan jasa bagi masyarakat, mendistribusikannya seta melakukan
upaya-upaya lain dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan
masyarakat (Fuad et al., 2005).
Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan
pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua
usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan
pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan
yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy, 1996).
menjadi barang yang lebih nilainya. Menurut BPS klasifikasi industri menurut
banyaknya tenaga kerja adalah:
1. Industri besar, apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.
2. Industri sedang, apabila mempunyai tenaga kerja 20–99 orang.
3. Industri kecil, apabila mempunyai tenaga kerja 5–19 orang.
4. Industri rumah tangga, apabila memiliki tenaga kerja 1–4 orang.
Departemen Perindustrian (2009) menyatakan bahwa industri pengolahan
rotan terdiri atas:
1. Industri pengolahan rotan hilir dapat dikatakan sebagi industri antara, yaitu
industri pengolahan rotan yang menghasilkan rotan yang sudah dicuci dan
dibelerang (wash and sulfurized), anyaman rotan (webbing), rotan yang sudah ditipiskan (split) dan sejenisnya, sedang pengerjaan produk rotan olahan ini biasanya melalui proses semi mekanis.
2. Industri furniture rotan, yaitu industri yang menghasilkan perabotan rumah-tangga dari rotan antara lain sofa, meja, kursi, lemari, buffet, dan sejenisnya. Pengerjaan produk pada industri furniture rotan sebagian besar semi mekanis, sedangkan desain banyak terinspirasi muatan lokal namun juga ada yang
masih ditentukan konsumen.
3. Industri barang-barang kerajinan dari rotan, yaitu industri yang menghasilkan
produk barang kerajinan rotan berdasarkan atas desain kearifan lokal.
Pengerjaan produk pada industri ini umumnya tradisional buatan tangan
(hand-made products).
Bisnis rotan yang terus berkembang menciptakan badan usaha yang
pendapatan daerah maupun pendapatan nasional. Menurut Kismono (2001) ada
beberapa bentuk badan usaha/organisasi bisnis legal di Indonesia diantaranya:
1. Badan usaha perseorangan yaitu badan usaha yang memiliki karakteristik
seperti modal yang kecil, jumlah tenaga kerja sedikit, terbatasnya
keanekaragaman produk dan jasa yang dihasilkan, dan penggunaan
teknologi yang masih sederhana.
2. Persekutuan (partnership) yaitu bentuk legal suatu bisnis yang dimiliki dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bisnis. Bentuk persekutuan
antara lain:
a. Firma
b. Persekutuan komanditer/ commanditaire vennotschaap (CV) c. Perseroan terbatas (PT)
3. Bentuk-bentuk perseroan yang lain seperti :
a. Badan usaha milik negara (BUMN) yaitu organisasi bisnis yang
dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan untuk mensejahaterakan
dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
b. Koperasi yaitu organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan hukum, sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan.
c. Organisasi nonprofit (yayasan) yaitu organisasi yang berbentuk
korporasi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Konsumsi Rotan di Masyarakat
masih belum jauh berkembang dari perdagangan bahan mentah dan setengah jadi
yang kemudian berkembang menjadi perdagangan hasil rotan. Sampai saat ini
rotan telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mebel, kerajinan,
peralatan rumah tangga dan lain-lain. Kekuatan, kelenturan dan keseragaman
rotan serta kemudahan dalam pengolahannya menjadikan rotan sebagai salah satu
bahan non kayu yang sangat penting dalam industri mebel
(Krisdianto dan Jasni, 2005).
Dransfield dan Manokaran (1996) menyatakan bahwa batang polos rotan
dimanfaatkan secara komersial untuk mebel dan anyaman rotan karena kekuatan,
kelenturan dan keseragamannya. Diperkirakan 20% spesies rotan digunakan
secara komersial baik dalam bentuk utuh maupun dalam belahan. Kulit dan teras
rotan dimanfaatkan untuk tikar dan keranjang. Di daerah pedesaan banyak spesies
rotan telah digunakan untuk berbagai tujuan seperti tali-temali, konstruksi,
keranjang, atap dan tikar.
Batang rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga
atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan,
keranjang, tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya.
Selain itu, batang rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang-barang
anyaman untuk dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya
(Januminro, 2000).
Di bidang konstruksi, batang rotan banyak dipakai untuk mengisi batang
sepeda, alat sandaran kapal, penahan pasir di daerah gurun pasir, bahkan dapat
digunakan untuk pengganti konstruksi tulangan beton. Batang rotan yang muda
mengkonsumsi umbut rotan adalah Aceh, Jambi, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa
Barat. Getah rotan yang didapat dari pengolahan buah jernang merupakan bahan
baku industri pewarna, industri farmasi, serbuk pembuatan pasta gigi, ekstrak
tannin, dan sebagainya (Januminro, 2000).
Kota Medan secara geografis terletak di antara 20 27'-20 47' Lintang Utara
dan 980 35'-980 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi
Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian
tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah
265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan (Tabel 1) dan 151
Kelurahan dengan jumlah penduduk 1.899.327 jiwa (Pemko Medan, 2011)
Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Medan
No. Nama Kecamatan Luas (Km2)
Harga sebagai Aspek yang Mempengaruhi Konsumsi Rotan
Menurut Fuad et al. (2005) harga adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang
dan jasa. Pada saat ini bagi sebagian besar anggota masyarakat, harga masih
menduduki tempat teratas dalam keputusan untuk membeli suatu barang dan jasa.
Pemakaian dan penggunaan rotan oleh masyarakat sangat dipengaruhi
tingkat harga yang ada. Pada dasarnya harga ditentukan oleh keseimbangan antara
penawaran dan permintaan. Apabila harga yang berlaku itu rendah maka tentu
saja jumlah yang diminta masyarakat akan lebih banyak, karena dengan harga
yang lebih rendah tentulah akan lebih banyak orang yang dapat menjangkau harga
tersebut (Indriyo, 2001).
Mutu dan Kualitas Rotan
Penentuan jenis dan kualitas rotan yang diperdagangkan hanya didasarkan
pada penampakan dan kekerasan batangnya. Syarat kualitas yang ditetapkan
dalam perdagangan rotan lebih menekankan pada penampakan morfologi batang,
tanpa memperhatikan aspek lainnya seperti sifat fisik, mekanik, dan sifat kimia
batangnya (Tellu, 2008).
Menurut SNI 01-7254-2006 menyatakan bahwa mutu dari suatu jenis
rotan ditentukan oleh kemampuan kegunaan rotan untuk tujuan tertentu
berdasarkan karakateristik yang dimilikinya berdasarkan secara visual (jenis,
cacat, dimensi, kuantitas) dan secara laboratoris (kadar air dan kekuatan tarik)
pada jenis-jenis sortimen rotan
Kualitas rotan ditentukan oleh bagaimana berat jenis, kelenturan, warna
berat jenis bahan lebih tinggi, kelenturannya tinggi sehingga apabila
dibengkokkan akan segera lurus kembali. Warna putih dari kulit rotan adalah yang
terbaik. Kualitas yang lebih rendah berwarna kuning. Lebih rendah lagi apabila
berwarna hitam. Rotan yang kualitasnya tinggi buku-bukunya halus tanpa adanya
benjolan-benjolan (Yayasan Prosea, 1994).
Jenis Rotan Yang Diperdagangkan
Di Indonesia terdapat delapan jenis rotan, yakni calamus, daemonorops, khortalsia, plectocomia, ceratolobus, plectocomiopsis, myrialepis dan calospatha.
Dari 8 jenis tersebut total jenis yang terdiri atas kurang lebih 306 spesies telah
terindentifikasi dan menyebar di semua pulau di Indonesia. Dari keseluruhan yang
telah terindentifikasi tersebut, sebanyak kurang lebih 50 jenis diantaranya telah
dipungut, dipakai, diolah, dan diperdagangkan sejak lama oleh penduduk
Indonesia yang tinggal disekitar hutan untuk memenuhi permintaan lokal dan
internasional. Dari delapan genera terdapat dua genera rotan yang bernilai
ekonomi tinggi adalah calamus dan daemonorops. Jumlah total rotan yang sudah ditemukan dan digunakan untuk keperluan lokal mencapai kurang dari 128 jenis
(Baharuddin dan Taskirawati, 2009).
Baharuddin dan Taskirawati (2009) menyatakan bahwa rotan yang
benar-benar memiliki sifat dan memenuhi syarat serta kualitas baik untuk berbagai
keperluan berjumlah 128. Dari jumlah tersebut, rotan yang memiliki nilai
komersial tinggi dan banyak dipungut serta diperdagangkan sekitar 28 jenis
Tabel 2. Daftar Jenis Rotan Komersial dan Daerah Sebaran di Indonesia.
No Nama Lokal Nama Botanis Daerah Sebaran Produksi
1 Manau Calamus manna Miq. Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalimantan
2 Semambu Calamus scipionum Loure Sumbar, Bengkulu, Lampung
3 Sega/taman Calamus caesius Bl. Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Bengkulu 4 Irit Calamus trachyoleus Becc Kalimantan
5 Tohiti Calamu inops Becc Sulawesi, Maluku 6 Batang/air Calamus zoligeri Becc Sulawesi, Maluku 7 Pulut/bole Calamus ipar Bl Kaltim, Kalsel 8 Pulut putih Calamus sp Kaltim, Kalsel
9 Seuti Calamus ornatus Bl Bengkulu, Lampung, Sumbar, Jawa 10 Taman, Sego Calamus optimus Becc Kaltim, Kalsel, Kalteng
11 Sega air Calamus exilis Griff Jambi, Sumsel, Lampung 12 Sega batu Calamus heroideus Bl. Jambi, Sumsel, Lampung 13 Jermasin Calamus leijocaulis Becc. Sulawesi, Maluku
14 Tabu-tabu Daemonoropssabut Becc Sumbar, Bengkulu, Kalimantan 15 Jernang Daermonorops draco Bl Jambi, Sumbar, Riau
16 Getah Khorthalsia angustifolia Bl. NTB, Aceh, Sumbar, Jambi, Lampung 17 Datu Calamus minahasa Warb Maluku, Irja
18 Lilin Calamus javanensis Bl Sumatera, Jawa, Kalimantan 19 Batu Calamus filiformis Becc. Bengkulu, Lampung, Kalteng 20 Lita Daemonorops lamprolepis Becc Kalbar, Kaltim, Sulawesi 21 Dandan Calamus schistacanthus Bl. Sumsel, Jambi, Lampung 22 Umbul Calamus symhysipus Mart NTB, Sulawesi
23 Duduk Daemonorops longopes Mart Bengkulu, Sumbar, Sumsel, Lampung, Aceh
24 Suwai Calamus warbugii K. Schum Maluku, Irja
25 Seel Daemonorops melanochaetes Becc Sumatera, Jawa, Kalimantan 26 Wilatung Daemonorops fissus Kalimantan
27 Balubuk Calamus burchianus Becc Sumatera, Jawa
28 Telang Calamus polystachys Becc Sumut, Aceh, Jambi, Riau, Kalimantan 29 Dahan Khorthalsia flagellaris Miq. Jambi, Riau, Bengkulu, Jawa,
Kalimantan 30 Inun Calamus scabidulus Lampung, Jawa 31 Bulu Khorthalsia celebica Bl Sulawesi, Maluku, Irja 32 Semut Khorthalsia scaphigera Mart Lampung, Jawa
33 Cacing Calamus ciliaris Bl. Sumatera, Jawa, Kalimantan 34 Udang Khorthalsia echinomerta Becc. Sumbar, Bengkulu
35 Manau tikus Calamus oleyanus Becc Jambi, Sumbar, Bengkulu, Kalimantan 36 Manau gajah Calamus marginatus Mart Sumbar, Bengkulu, Kalimantan 37 Pelah Daemonorops rubra Bl. Sumatera, Jawa, Kalimantan 38 Lacak Calamus crinatus Bl. Riau, Jawa, Kalimantan 39 Tunggal Calamus mucronatus Becc Sumatera, Kalimantan 40 Leules Calamus melanoloma Mart Lampung, Jabar 41 Epek Calamus tolitoliensis Becc NTB, Sulawesi, Maluku 42 Rawa Calamus tenuis Jambi, Sumsel, Lampung 43 Samuli Calamus picicapus Bl Sulawesi, Maluku 44 Arasulu Calamus rumpii Bl. Maluku, Irja
45 Buluk Calamus hispidulus Becc Sumbar, Riau, Bengkulu, Sumbar, Lampung, Kalimantan
46 Terumpu Calamus muricatus Sulawesi
47 Hoa Calamus didymmocarpus Warb Sulawesi, Maluku, Irja
48 Lambang Calamus sp. Sulawesi, Maluku
49 Selutup Calamus optimus Becc. Sumatera, Jawa, Kalimantan 50 Kidang Calamus sp. Lampung, Jabar
KPPURI (2010) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat pengolahannya,
rotan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
a. Rotan mentah: rotan yang diambil/ ditebang dari hutan, masih basah dan
mengandung air getah rotan, warna hijau atau kekuning-kuningan (lapisan
berklorofil), belum digoreng dan belum dikeringkan.
b. Rotan asalan: rotan yang telah mengalami proses penggorengan, penjemuran,
dan pengeringan. Permukaan kulit berwarna coklat kekuning-kuningan, masih
kotor belum dicuci, bergetah-kering, permukaan kulit berlapisan silikat.
c. Rotan natural washed & sulphured (W/S): rotan bulat natural yang masih berkulit, sudah mengalami proses pencucian dengan belerang (sulphure), ruas/
tulang sudah dipangkas maupun tidak dipangkas (trimmed atau untrimmed), biasanya kedua ujungnya sudah diratakan, sudah melalui sortasi ukuran
diameter maupun kualitas.
d. Rotan poles: rotan bulat yang telah dihilangkan permukaan kulit bersilikatnya
dengan menggunakan mesin poles rotan
e. Hati rotan: merupakan isi/ hati rotan tanpa kulit dengan berbagai bentuk.
f. Kulit rotan: merupakan lembaran rotan yang diperoleh dari hasil pembelahan
rotan bulat natural dan/ atau rotan bulat poles.
g. Serbuk rotan: merupakan sisa (waste) dari proses poles rotan. Dipergunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat nyamuk bakar maupun briket.
Meskipun Indonesia kaya akan berbagai jenis rotan, namun tidak seluruh
rotan tersebut dapat dimanfaatkan. Menurut Yayasan Rotan Indonesia (YRI)
spesies yang memiliki nilai komersial. Pada Tabel 3 ditampilkan data berbagai
jenis rotan komersial Indonesia serta penggunaannya di dalam negeri.
Tabel 3. Jenis Rotan Komersial dan Penggunaannya di Dalam Negeri No Jenis Rotan Diameter Penggunaan Dalam Negeri Pulau Sumatera
1 Manau 18/44 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri 2 Sega loonti Pemakaian terbatas di dalam negeri 3 Jerimasin Pemakaian terbatas di dalam negeri 4 Tabu-tabu 18/36 mm Tidak dipakai di dalam negeri 5 Mawi 16/28 mm Tidak dipakai di dalam negeri 6 Giok-giok 16/28 mm Tidak dipakai di dalam negeri 7 Lacak Tidak dipakai di dalam negeri Pulau Sulawesi
1 Batang 16/48 mm Hanya diameter 18/30mm dalam bentuk poles 2 Manuk putih
(noko)
16/38 mm Hanya diameter 18/30mm dalam bentuk poles
3 Lambang 10/24 mm Hanya diameter 2,5/15mm dalam bentuk hati rotan
4 Tohiti 10/34 mm Pemakaian di dalam negeri terbatas 5 Manuk merah 14/36 mm Pemakaian di dalam negeri terbatas 6 Umbulu 10/24 mm Pemakaian di dalam negeri terbatas 7 Pato 28/50 mm Tidak terpakai di dalam negeri 8 Paik 10/20 mm Tidak terpakai di dalam negeri 9 Tarumpu 16/32 mm Tidak terpakai di dalam negeri 10 Botol 14/38 mm Tidak terpakai di dalam negeri 11 Ubang 14/38 mm Tidak terpakai di dalam negeri 12 Barakcung 14/24 mm Tidak terpakai di dalam negeri 13 Lebanga Tidak terpakai di dalam negeri 14 Moli 14/24 mm Tidak terpakai di dalam negeri 15 Tanah (ape) 10/20 mm Tidak terpakai di dalam negeri
16 Jemasin (ronti) 6/16 mm hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S 17 Sabutang 8/16 mm Tidak terpakai (hanya bisa diproses menjadi
rotan W/ S)
18 Anduru 6/16 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S 19 Putih (paloe) 6/18 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S 20 Taimanuk 10/18 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S 21 Datu merah 2/5 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S 22 Datu putih 3/7 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S 23 Katak merah 12/20 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S 24 Katak putih 12/20 mm Hanya bisa diproses menjadi rotan W/ S Pulau Kalimantan
1 Sega (Kooboo) 6/16 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri
2 Pulut merah 2/5 mm Pemakaian terbatas (hanya dalam bentuk W/ S 3 Sarang buaya Pemakaian terbatas (hanya dalam bentuk W/ S 4 Tunggal 18/42 mm Pemakaian terbatas di dalam negeri
5 Pulut putih 3/6 mm Tidak dipakai (hanya dalam bentuk W/ S) 6 Semambu 18/34 mm Tidak dipakai (hanya dalam bentuk W/ S) 7 Jalayan 20/42 mm Tidak dipakai di dalam negeri
8 Batu 10/24 mm Tidak dipakai (hanya dalam bentuk W/ S) Pulau Jawa
Keawetan dan Kekuatan Rotan Tingkat Keawetan
Nilai suatu jenis rotan untuk keperluan mebel, barang kerajinan dan
peralatan rumah tangga sangat ditentukan oleh keawetannya, Keawetan rotan
adalah daya tahan suatu jenis rotan terhadap berbagai faktor perusak rotan, tetapi
biasanya yang dimaksud ialah daya tahan terhadap faktor perusak biologis yang
disebabkan oleh organisme perusak rotan yaitu jamur dan serangga. Dalam hal ini
perlu diperhatikan terhadap organisme mana keawetan itu dimaksudkan, karena
sesuatu jenis rotan yang tahan terhadap serangan jamur misalnya belum tentu akan
tahan juga terhadap serangga atau organisme perusak lainnya. Keawetan rotan
juga dipengaruhi pula faktor lain seperti kandungan selulosa, lignin, pati dan
kimia lainnya (Jasni dan Supriana, 2000).
Jasni dan Supriana (2000) menyatakan bahwa hasil penelitian secara
laboratoris mengenai ketahanan 8 jenis rotan terhadap organisme perusak dari
jenis bubuk rotan kering Dinoderus minutus Farb, dibuat 5 kelas awet (ketahanan) berdasar penilaian penurunan berat rotan (Tabel 5) akibat diserang bubuk tersebut.
Adapun klasifikasi tersebut tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Kelas awet (ketahanan) 8 jenis rotan terhadap serangan bubuk Dinoderus minutus Farb.
No Nama Jenis Rotan Kelas Awet
(Ketahanan)
Nama Daerah Nama Botanis
1 Bubuay Plectocomia elongata Becc. V
2 Semambu Calamus scipionum Burr. III
3 Tretes Daemonorop heteroides Bl. III
4 Balubuk Calamus burchianus Becc. II
5 Batang Calamus zolingerii Becc. II
6 Galaka Calamus sp. I
Tabel 5. Klasifikasi keawetan (ketahanan) rotan terhadap bubuk Dinoderus minutus Farb.
Kelas awet (ketahan) Penurunan berat (mg)
I < 42
II 43 - 62
III 63 - 82
IV 83 - 102
V > 102
Tingkat Kekuatan
Menurut Bhat dan Thulasidas (1993) dalam Krisdianto dan Jasni (2005) dimensi serat merupakan parameter yang penting untuk menentukan kekuatan
rotan. Panjang serat dan tebal dinding serat dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk menentukan kekuatan rotan. Semakin tebal dinding dan semakin panjang
serat, maka semakin tinggi kekuatan batang rotan. Dinding serat yang tebal
menjadikan rotan lebih keras dan meningkatkan kemampuan menyangga beban
yang berat.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi adalah proses analisis kekuatan dan kelemahan suatu
ekonomi dianalisis. Analisis ekonomi penting untuk memahami kondisi ekonomi
yang tepat. Di dalam analisis ekonomi, suatu proyek dilihat dari sudut pandang
perekonomian sebagai keseluruhan (Alam et al, 2009).
Menurut Aziz (2003) untuk mengetahui tingkat kelayakan dari berbagai
produk hal yang dilakukan adalah menganalisis biaya dan pendapatan. Setelah
mengetahui biaya dan pendapatan dilanjutkan dengan pemakaian metode R/C
a. Analisis biaya dan pendapatan
Dalam analisis biaya dan pendapatan dilakukan perhitungan biaya
produksi total (biaya tetap total dan biaya variabel total). Setelah mengetahui
biaya produksi dihitung penerimaan dan keuntungan.
Menurut Aziz (2003) rumus perhitungan biaya produksi, penerimaan dan
keuntungan adalah sebagai berikut:
Biaya produksi: TC = TFC + TVC
Penerimaan: TR = P.Q
Keuntungan = TR – TC
Keterangan: TC = total cost (biaya total)
TFC = total fixed cost (biaya tetap total )
TVC = total variabel cost (biaya tidak tetap total) TR = total revenue (penerimaan total)
P = price per unit (harga jual per unit) Q = quantity (jumlah produksi) b. Revenue Cost Ratio (R/C)
Metode R/C merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan. Menurut Kuswadi (2006) untuk menghitung R/C dapat dirumuskan
sebagai berikut.
RC =
TC TR
Keterangan: TR = total revenue (penerimaan total) TC = total cost (biaya total)
R/C > 1 = produk layak secara ekonomi
c. Pendekatan Break Event Point (BEP)
Analisis break event point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama
dengan pendapatan. Menurut Aziz (2003) perhitungan BEP (konsep titik impas)
dapat dilakukan dengan dua rumus yaitu:
BEP Biaya Produksi =
roduk P rga Ha
Total Biaya
BEP Harga Produksi =
roduksi P
Total
Total Biaya
Penelitian-penelitian Terbaru Mengenai Industri Rotan di Kota Medan
Menurut Sigalingging (2011) hasil penelitian di Perusahaan CV. Haramas
Medan menggunakan jenis rotan yang antara lain rotan manau (Calamus manan), rotan sega (Calamus caesius), rotan cacing batu (Calamus melanoloma) dan rotan batu lantai (Calamus sp). Produksi di CV. Haramas tergantung pada pesanan (orderan). Bentuk produk yang diproduksi disesuaikan dengan permintaan
pembeli (buyer). Pada bulan April 2011 pesanan produk di CV. Haramas ada tiga yaitu Kode 259 t (meja setengah jadi), Kode 259 (kursi) dan Kode 262 (kursi).
Pemberian kode pada produk ini adalah untuk mempermudah perusahaan dalam
proses produksi. Masing-masing jumlah produksi dari produk adalah 200 unit,
jadi jumlah seluruh produksi pada bulan April 2011 adalah 600 unit.
Menurut Suratmi (2010) hasil produk-produk dari rotan yang ditawarkan
usaha toko pengrajin rotan di kota Medan adalah kursi tamu (kursi teras), sekat
bertingkat, bentuk keranjang biasa), sofa, perangkat meja makan, kursi goyang ati,
kursi goyang anyaman, hulahop, tudung saji, bakul pakaian, kursi malas, rak
buku, rak dispenser, dan keranjang buah.
Menurut Syahraini (2010) harga rotan berdasarkan jenisnya pada tahun
2000 disajikan pada Tabel 6. Kemudian harga barang kerajinan berdasarkan
jenisnya disajikan pada Tabel 7 berikut:
Tabel 6. Harga Rotan di Kota Medan Berdasarkan Jenisnya pada Tahun 2000
No Jenis Rotan Harga (Rp)
1. Rotan manau 13.000/batang
2. Rotan manau poles kecil 12.000/batang
3. Rotan manau sedang 17.000/batang
4. Rotan manau ukuran 40 mm 20.000/batang
5. Rotan manau ukuran 35-40 mm 18.000/batang 6. Rotan manau ukuran 30-35 mm 16.000/batang
7. Rotan getah 3.000- Rp. 4.000/kg
8. Rotan pitrit 25.000- Rp. 27.000/batang
9. Rotan semambu 5000-Rp 7.000/batang
10. Rotan sega 12.500/batang
11. Rotan cacing 3.000/kg
12. Rotan tabu-tabu berdasarkan ukurannya 7.000-10.000/batang Sumber: Kamaludin (2000) dalam Syahraini (2010)
Tabel 7. Harga barang kerajinan di Medan berdasarkan jenisnya pada Tahun 2000
No Barang-Barang Kerajinan Harga (Rp)
1. Kursi teras harga persetnya 1 juta – 3 juta
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di industri pengolahan rotan yang tersebar pada 21
kecamatan di kota Medan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
2012 sampai Mei 2012.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah seluruh jenis rotan yang ada di
industri pengolahan rotan terpilih kota Medan. Alat yang digunakan dalam
melaksanakan penelitian ini adalah alat tulis, tally sheet, kamera, kalkulator.
Pengambilan Data
1. Pengambilan data industri pengolahan rotan yang ada di kota Medan
dilaksanakan melalui sensus di 21 kecamatan yang ada di kota Medan.
Data meliputi:
a. Nama Perusahaan
b. Status badan hukum
c. Alamat dan nomor telepon
d. Jenis rotan yang diperdagangkan
Tabel 8. Tally Sheet untuk Jenis Rotan yang Diperdagangkan di Setiap
e. Jenis produk yang diperdagangkan
Adapun tally sheet untuk jenis produk yang diperdagangkan di setiap kecamatan seperti Tabel 9
Tabel 9. Tally Sheet untuk Produk yang Diperdagangkan di Setiap Kecamatan
Harga Kebutuhan Bahan Baku
2. Dari hasil sensus, dipilih industri pengolahan rotan yang mewakili tiap
kecamatan berdasarkan luasan tiap kecamatan dan diutamakan industri
Tabel 10. Kriteria Pengambilan Jumlah Sampel menurut Sitorus (2009) Luas Kecamatan (Km2) Jumlah Sampel
a. 1,01 – 10 1
b. 10,01 – 20 2
c. 20,01 – 30 3
d. 30,01 – 40 4
3. Selanjutnya industri pengolahan rotan yang telah terpilih, dikunjungi untuk
diminta kesediaanya untuk wawancara secara terbimbing.
4. Mengisi bahan kuisioner oleh peneliti dengan metode wawancara secara
terbimbing (Lampiran 4)
5. Hasilnya ditabulasikan dan dideskripsikan.
Proses pengambilan data dan penulisan skripsi penelitian ini dilakukan dengan
prosedur seperti skema pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Pengambilan Data Sensus di
21 kecamatan
Penentuan sampel (industri pengolahan rotan) yang mewakili tiap kecamatan
Industri pengolahan rotan
Mengisi kuisioner dengan medote terbimbing
Data
Metode Analisis Ekonomi
1. Pengambilan data untuk analisis ekonomi diperoleh dari satu industri
pengolahan rotan yang paling besar yaitu CV. Haramas. Kemudian data
diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan
menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu.
Data meliputi : data umum tenaga kerja, teknis pengolahan kerajinan,
biaya produksi, upah tenaga kerja, modal dan produk yang dihasilkan serta
data pendukung lainnya
2. Selanjutnya data dianalisis dengan 3 kriteria sebagai berikut :
a. Analisis biaya dan pendapatan
Menurut Aziz (2003) rumus perhitungan biaya produksi, penerimaan
dan keuntungan adalah sebagai berikut:
Biaya produksi: TC = TFC + TVC
Penerimaan: TR = P.Q
Keuntungan = TR – TC
Keterangan: TC = total cost (biaya total)
TFC = total fixed cost (biaya tetap total )
TVC = total variabel cost (biaya tidak tetap total) TR = total revenue (penerimaan total)
P = price per unit (harga jual per unit) Q = quantity (jumlah produksi) b. Revenue Cost Ratio (R/C)
R/C =
Keterangan: TR = total revenue (penerimaan total) TC = total cost (biaya total)
Kriteria penilaian R/C ratio: R/C < 1 = produk tidak layak secara
ekonomi. Bila R/C > 1 = produk layak secara ekonomi
(Kuswadi, 2006).
c. Pendekatan Break Event Point (BEP)
Menurut Aziz (2003) perhitungan BEP (konsep titik impas) dapat
dilakukan dengan dua rumus yaitu:
BEP Biaya Produksi =
roduk P rga Ha
Total Biaya
BEP Harga Produksi =
roduksi P
Total
HASIL DAN PEMBAHASAN
Industri Pengolahan Rotan di Kota Medan
Hasil sensus industri pengolahan rotan di 21 kecamatan di Kota Medan
terdapat industri rotan di 5 kecamatan, yaitu di kecamatan Medan Petisah terdapat
15 industri, Medan Helvetia terdapat 3 industri, Medan Sunggal terdapat 3
industri, Medan Johor terdapat 2 industri dan Medan Tuntungan terdapat 1
industri. Jumlah total industri pengolahan rotan adalah 24 unit yang semuanya
memperdagangkan produk-produk rotan olahan. Keberadaan industri pengolahan
rotan di 21 kecamatan di kota Medan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Industri Pengolahan Rotan di 21 Kecamatan di Kota Medan
No. Nama Kecamatan Jumlah Industri
1. Medan Amplas 0
Sitorus (2009) maka terdapat 8 industri yang mewakili semua industri. Pada Tabel
12 disajikan industri pengolahan rotan yang mewakili tiap kecamatan.
Tabel 12. Industri Pengolahan Rotan yang Mewakili Tiap Kecamatan
No. Nama
Nama Industri yang Mewakili
UD. Citra Rotan
2
2. Medan
Johor
12,81 2 UD. Kurnia Rotan
UD. Langgeng Rattan
2
Berdasarkan hasil sensus yang didapatkan bahwa keberadaan jenis usaha
pengolahan rotan ini telah ada sejak 20 tahun yang lalu, hal ini dapat dilihat dari
waktu lamanya beroperasi usaha pengolahan rotan tersebut. Pada Tabel 13
disajikan keberadaan industri pengolahan rotan di kota Medan berdasarkan lama
beroperasinya.
Tabel 13. Keberadaan Industri Pengolahan Rotan di Kota Medan Berdasarkan Lama Beroperasi
No Lama Beroperasi (Tahun) Jumlah Industri Kuantitas (%)
1. < 5 3 37,5
2. 6 – 10 2 25,0
3. 11 - 15 1 12,5
4. > 16 2 25,0
Dari hasil sensus yang diperoleh bahwa industri pengolahan rotan yang
kuantitasnya paling sedikit dengan lama beroperasi 11–15 tahun sebanyak 12,5%.
mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 1990-an. Menurut
Diskopumkm kota Medan (2012) pada tahun 90-an ada banyak pengrajin rotan di
Kota Medan. Namun ketika pada tahun 1992, Menteri Perdagangan mengeluarkan
SK No.179/Kp/VI/92 yang berisi pencabutan terhadap SK Menteri Perdagangan
sebelumnya, yaitu No.274/Kp/XI/86 tentang larangan ekspor kelompok rotan
bahan mentah dan kelompok rotan setengah jadi. Dalam SK No.179/Kp/VI/92
tersebut dinyatakan bahwa rotan yang tergolong dalam kelompok rotan bahan
mentah, kelompok rotan barang setengah jadi dan kelompok rotan barang adalah
bebas untuk diekspor. Ketika ekspor bahan baku terjadi, pengrajin hanya tinggal
sedikit karena banyak yang gulung tikar akibat kelangkaan bahan baku.
Menurut Jasni dan Supriana (2000) pada tahun 1994-1997 margin
keuntungan dan harga rotan tidak dirasakan lagi dapat memberikan dorongan
yang berarti lagi bagi petani dan pemungut rotan di pedesaan di dalam/ sekitar
hutan. Harga rotan turun sampai Rp.250-Rp.400 per kg pada tahun 1996,
dibandingkan dengan harga pada tahun 1986 Rp.2.750 per kg. Sebagai
pembanding harga tersebut tidak cukup untuk membeli beras Rp.800 per kg.
Rotan sudah tidak lagi menjadi komoditi dan aktivitas produksi andalan bagi
petani/ pemungut rotan di pedesaan sekitar hutan. Hal ini yang menyebabkan
kelangkaan bahan baku rotan terjadi.
Berdasarkan Tabel 13 hasil sensus yang diperoleh keberadaan industri
pengolahan rotan yang ada saat ini didominasi oleh industri-industri yang masih
beroperasi <5 tahun yang keberadaanya sebanyak 37,5%. Menurut Kemenperin
larangan ekspor bahan baku rotan ditujukan untuk membangun kembali industri
rotan yang sempat mengalami penurunan. Sehingga hal ini memacu keberadaan
industri pengolahan rotan dan diperkirakan kedepannya akan mengalami
pertumbuhan lagi.
Bentuk Badan Usaha Pengolahan Rotan di Kota Medan
Secara umum bentuk badan usaha pengolahan rotan yang ada di kota
Medan adalah usaha dagang (UD) dan commanditer vennotschap (CV). Jenis badan usaha perusahaan dagang/ usaha dagang (UD) mendominasi bentuk usaha
rotan di kota Medan yaitu sebesar 87,5%. Kismono (2001) menyatakan bahawa
usaha dagang (UD) merupakan badan usaha perseorangan yang kepemilikan dan
pengelolaannya ditangani oleh satu orang. Akan tetapi dalam praktiknya badan
usaha ini sering merupakan perusahaan keluarga yaitu perusahaan yang
menggunakan seluruh atau sebagian anggota keluarga menjalankannya.
Badan usaha dagang lainnya adalah commanditer vennotschap (CV) yaitu tingkat keberadaannya hanya 12,5%. CV ini merupakan badan usaha persekutuan
yang dimiliki 2 orang atau lebih. Usaha pengolahan rotan di kota Medan yang
berbentuk CV memiliki skala yang lebih besar dalam aktifitas produksinya.
Menurut Kismono (2001) perusahaan persekutuan lebih baik dari perusahaan
perseorangan karena modal, keahlian yang diperoleh lebih banyak, dan umur
usaha lebih panjang.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan satu komponen penting dalam kegiatan produksi
sehingga memberikan kontribusi bagi pendapatan masyarakat. Saat ini jumlah
tenaga kerja di setiap industri sekitar 4-10 orang atau lebih. Keberadaan kapasitas
tenang kerja yang dipakai oleh suatu industri rotan menunjukkan tingkat kapasitas
produksi dan skala modal yang dimiliki usaha tersebut. Jumlah tenaga kerja yang
digunakan oleh masing-masing industri yang ada di kota Medan berbeda. Jumlah
tenaga kerja pada industri rotan di kota Medan disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Kuantitas Tenaga Kerja pada Industri Rotan di Kota Medan
No Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Industri Persentase (%)
1. 1-4 1 12,5
2. 5-19 5 62,5
3. 20-99 2 25,0
4. >100 0 0
Berdasarkan Tabel 14 jumlah tenaga kerja yang digunakan didominasi
oleh 5-19 tenaga kerja yaitu sebesar 62,5% sedangkan 20-99 tenaga kerja
sebanyak 25,0% dan 1-4 tenaga kerja sebanyak 12,5%. Dari seluruh industri
pengolahan rotan di Kota Medan tenaga kerja yang dipekerjakan pada umumnya
adalah laki-laki yang pekerjaannya seperti membuat rangka, menganyam,
mengecat sedangkan pekerja perempuan melakukan pekerjaan seperti proses
penjahitan atau penganyaman. Menurut Tetuko (2007) tenaga kerja industri rotan
di CV. Gundaling Medan mempekerjakan 20 orang tenaga kerja yang digunakan
lebih banyak laki-laki, sedangkan tenaga kerja perempuan dipekerjakan hanya
menangani proses produksi pembentukan dan proses penjahitan. Sedangkan
menurut Elinur (2004) di industri rotan di Kota Pekanbaru tenaga kerja
perempuan umumnya melakukan kegiatan finishing atau menjahit sarung jok
Berdasarkan jumlah tenaga kerja pada Tabel 14 dan dibandingkan dengan
klasifikasi industri menurut BPS (2011), industri pengolahan rotan di Kota Medan
yang mendominasi yaitu industri kecil sebanyak 62,5% sedangkan industri rumah
tangga 12,5%, dan industri sedang 25% (Gambar 2). Industri besar pengolahan
rotan tidak terdapat di Kota Medan. Menurut BPS (2011) klasifikasi industri
menurut banyaknya tenaga kerja adalah:
1. Industri rumah tangga, apabila memiliki tenaga kerja 1–4 orang.
2. Industri kecil, apabila mempunyai tenaga kerja 5–19 orang.
3. Industri sedang, apabila mempunyai tenaga kerja 20–99 orang.
4. Industri besar, apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.
25%
62.5% 12.5%
Industri Rumah Tangga Industri Kecil
Industri Sedang
Berdasarkan Gambar 2 dapat dinyatakan bahwa industri pengolahan rotan
di Kota Medan tergolong industri rumah tangga, industri kecil dan industri
sedang. Dari ketiga golongan industri tersebut memiliki karakateristik yang sama
yaitu modal usaha yang digunakan adalah modal milik sendiri dan menggunakan
teknologi dan peralatan yang sederhana (Lampiran 5). Menurut Tetuko (2007)
industri rotan di CV. Gundaling Medan memiliki karakteristik seperti ketersediaan
modal yang terbatas, yaitu modal usaha yang digunakan merupakan modal milik
sendiri serta teknologi dan peralatan yang digunakan sederhana seperti gunting,
gergaji, kompor, dan alat pembengkok rotan yang terbuat dari kayu.
Industri rumah tangga yang ada di Kota Medan adalah usaha keluarga
yang yang dikelola dan dikerjakan oleh ayah, ibu, dan anak yang merupakan satu
keluarga. Sedangkan industri kecil dan industri sedang dikerjakan oleh keluarga
dan tambahan tenaga kerja lain di luar keluarga. Menurut Syahraini (2010) usaha
kerajinan rotan di Kota Medan merupakan usaha keluarga (home industry) yang penanganannya disamping melibatkan keseluruhan anggota keluarga juga dibantu
oleh beberapa orang tenaga kerja yang sudah dididik dan dilatih secara intensif
dan nonformal melalui penunjukkan contoh-contoh pembuatan kerajinan yang
baik. Sedangkan menurut Djamilgo (2006) industri kerajinan rotan di Kabupaten
Nabire tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan adalah istri pengusaha, anak,
dan anggota rumah tangga lainnya seperti adik kandung dan anggota lainnya.
Prospek Industri Pengolahan Rotan
Kehadiran industri pengolahan rotan di kota Medan banyak di
latarbelakangi oleh kegiatan pembangunan di Kota Medan yang terus
berkembang. Bedasarkan hasil sensus kebanyakan di antara jenis usaha indutri
rotan ini tumbuh dalam 5 tahun terakhir. Sebagian lagi telah ada 20-an tahun yang
lalu yang merupakan warisan atau peninggalan keluarga.
Semua pemilik atau pengusaha industri pengolahan rotan yang ada di Kota
Medan menyatakan prospek usaha menjual produk rotan untuk saat ini masih
dalam Muhdi (2008) potensi produksi rotan Indonesia sangat besar. Sebagai komoditi yang mulai dapat diandalkan untuk penerimaan negara, rotan dipandang
sebagai komoditi perdagangan hasil hutan bukan kayu yang cukup penting bagi
Indonesia. Produk rotan ini juga telah menambah penerimaan ekspor unggulan
selain minyak dan gas bumi. Disamping itu, industri rotan juga memenuhi
persyaratan pengembangan ekspor bukan migas, karena memanfaatkan
sumberdaya dalam negeri, dapat bersaing di pasar dunia dan dapat menyerap
tenaga kerja.
Prospek industri pengolahan rotan ini baik karena industri pengolahn rotan
merupakan salah satu industri yang menjadi prioritas dalam percepatan dan
perluasan industri nasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian
Republik Indonesia Nomor 90/M-IND/PER/11/2011 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110/M-IND/PER/2009 tentang Panduan
(Road Map) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kayu dan Industri Rotan analisis SWOT-nya adalah:
1. Kekuatan (Strenght)
a. Keunikan dalam produk furniture rotan nasional, khususnya hand-madefurniture rotan (telah dikuasai secara turun-temurun)
b. Tersedianya jumlah tenaga kerja yang memadai di bidang industri
furniture rotan
c. Ditetapkannya industri furniture rotan sebagai salah satu industri prioritas dalam pengembangan industri Nasional
2. Kelemahan (Weakness)
a. Masih rendahnya tingkat efisiensi dan produktivitas industri furniture
rotan nasional
b. Lemahnya kemampuan desain dan finishing produk
c. Masih adanya kesenjangan antara kebutuhan dan pasokan bahan baku
3. Peluang (Oppurtunity)
a. Adanya peluang pasar yang cukup besar, baik dalam negeri maupun
dunia internasional
b. Tersedianya tenaga terampil yang belum dimanfaatkan secara optimal
c. Adanya potensi bahan baku rotan yang belum termanfaatkan secara
optimal
4. Ancaman (Thread)
a. Munculnya pesaing baru yang potensial, seperti: China, Malaysia,
Vietnam dan lain sebagainya
b. Maraknya penyelundupan bahan baku
c. Masih adanya regulasi yang kontra produktif terhadap pengembangan
industri furniture rotan.
Jenis Rotan Komersial yang di Perdagangkan di Kota Medan
Di Indonesia terdapat delapan marga rotan yang terdiri atas kurang lebih
306 spesies telah teridentifikasi. Menurut Baharuddin dan Taskirawati (2009)
sebanyak kurang lebih 50 jenis rotan diantaranya telah dipungut, dipakai, diolah,
dan diperdagangkan sejak lama oleh penduduk Indonesia. Dari delapan marga
pada jenis-jenis yang sudah diketahui dan laku di pasaran. Adapun jenis rotan
komersial yang diperdagangkan di Kota Medan disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Jenis dan Harga Rotan yang di Perdagangkan di Kota Medan
No Jenis Rotan
Nama Ilmiah Diameter (mm)
Kelas Diameter
Harga (Rp)
1. Sega Calamus
caesius Blume
7-8
3. Manau Calamus manan
Miq.
filiformis Becc.
12-10 Sedang 12.000/kg
6. Cacing Calamus
ciliaris Bl,
14-16 Sedang
11.000-14.000/kg
Menurut Baharuddin dan Taskirawati (2009), rotan sega (Calamus caesius
Blume) merupakan rotan yang tumbuh secara berumpun yang memiliki batang
berwarna hijau kekuning-kuningan dan berubah menjadi kuning telur dan
mengkilat setelah dirunti dan kering. Diameter batang antara 4 mm-18 mm dan
panjang ruas 15 cm–30 cm. Maryana (2007) meyatakan bahwa rotan sega
merupakan rotan yang tergolong dalam rotan diameter kecil, yaitu rotan yang
diameternya <18 mm. Dari hasil penelitian rotan sega yang diperdagangkan di
industri rotan di kota Medan masing-masing memiliki 3 diameter kelas sedang
yaitu 7-8 mm, 10-12 mm, 16-18 mm dengan harga Rp.12.000/kg. Menurut
Dephut (2011) klasifikasi rotan berdasarkan kelas diameter adalah:
2. Rotan berukuran sedang adalah rotan dengan diameter antara 5 mm-19
mm.
3. Rotan berukuran besar adalah rotan dengan diameter >20 mm.
Gambar 3. Rotan Sega yang Diperdagangkan di Kota Medan
Rotan getah (Daemonorops angustifolia Mart) merupakan rotan yang tumbuh secara berumpun yang memiliki tinggi batang mencapai 40 m, diameter
batang bersama pelepahnya 4 cm, dan bila telah dibersihkan dan dirunti diameter
batangnya hanya 2,5 cm (Baharuddin dan Taskirawati, 2009). Maryana (2007)
meyatakan bahwa rotan getah merupakan rotan yang tergolong dalam rotan
diameter kecil, yaitu rotan yang diameternya <18 mm. Rotan getah yang
diperdagangkan di kota Medan memiliki kelas diameter sedang yaitu 16-18 mm
Rotan manau merupakan rotan yang tergolong dalam rotan diameter besar,
yaitu rotan yang diameternya >18 mm (Maryana, 2007). Rotan manau (Calamus manan Miq.) yang diperdagangkan di kota Medan memiliki 3 diameter kelas besar yang berbeda yaitu 18-20 mm dengan harga Rp.9.000/batang, diameter
28-30 mm dengan harga Rp.15.000/batang dan 28-30-32 mm dengan harga
Rp.20.000/batang. Menurut Damayanti dan Kalima (2007), rotan manau adalah
jenis rotan yang memiliki warna kekuningan, tumbuh tunggal (soliter), memanjat,
panjang mencapai 100 m, diameter tanpa pelepah 30-80 mm. Rotan manau
memiliki kelas awet I dan memiliki diameter besar dan berkualitas sangat baik,
sehingga banyak dicari. Jenis rotan ini merupakan bahan baku yang baik untuk
membuat kerangka mebel.
Gambar 5. Rotan Manau yang Diperdagangkan di Kota Medan
Menuut Damayanti dan Kalima (2007) rotan semambu merupakan jenis
rotan yang tumbuh berumpun, memiliki warna coklat muda atau coklat muda
sampai coklat tua kehitaman, memanjat, panjang mencapai 100 m bahkan lebih,
diameter tanpa pelepah 25-35 mm. Batang rotan semambu umumnya dalam
bentuk poles digunakan untuk perabot dengan kualitas sedang. Rotan semambu
memiliki harga sekitar Rp.3.000-4.000/batangnya dengan diameter kelas besar
yaitu 22-24 mm. Rotan semambu merupakan rotan yang tergolong dalam rotan
diameter besar, yaitu rotan yang diameternya >18 mm (Maryana, 2007).
Yayasan Prosea (2004) menyatakan bahwa rotan batu (Calamus filiformis
Becc.) merupakan rotan yang panjangnya dapat mencapai 40 m atau lebih,
diameternya lebih dari 18 mm serta panjang ruas mencapai 20 cm dan permukaan
halus berwarna kekuningan. Menurut Maryana (2007), rotan semambu merupakan
rotan yang tergolong dalam rotan diameter besar, yaitu rotan yang diameternya
>18 mm. Diameter rotan batu yang diperdagangkan di kota Medan adalah kelas
sedang yaitu 12-10 mm dengan harga Rp.12.000/kg. Sedangkan rotan cacing
(Calamus ciliaris Bl.) diameter kelas sedang yaitu 14-16 mm dengan harga Rp.11.000-14.000/batangnya. Rotan cacing merupakan rotan getah rotan yang
tergolong dalam rotan diameter kecil, yaitu rotan yang diameternya <18 mm
(Maryana, 2007).
Gambar 6. Rotan Cacing yang Diperdagangkan di Kota Medan
Pemakaian jenis rotan pada industri rotan di kota Medan hanya digunakan
memperhatikan aspek lainnya seperti sifat fisik, mekanik, dan sifat kimia
batangnya. Tingkat pemakaian jenis rotan komersial di industri rotan di kota
Medan saat ini disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Tingkat Pemakaian Jenis Rotan Komersial di Industri Rotan Kota Medan
Jenis Rotan Jumlah Industri Persentase (%)
Sega (Calamus caesius Blume) 8 100
Getah (Daemonorops angustifolia Mart) 6 75
Manau (Calamus manan Miq.) 5 62,5
Semambu (Calamus scipionum Louer) 3 37,5
Batu (Calamus filiformis Becc.) 1 12,5
Cacing Putih (Calamus ciliaris Bl.) 1 12,5
Cacing Merah (Calamus ciliaris Bl.) 1 12,5
Dari industri pengolahan rotan di kota Medan hanya ada beberapa industri
yang memakai jenis rotan tertentu, karena setiap industri berbeda didalam
menghasilkan produk. Pemakaian jenis rotan yang diperdagangkan didominasi
oleh rotan sega (Calamus caesius Blume) sebesar 100% karena bentuknya silindris dan diameter yang sama sepanjang batang sehingga menghasilkan kulit
yang seragam untuk pembuatan anyaman. Sedangkan jenis rotan yang memiliki
kelas awet I seperti rotan manau (Calamus manan Miq.) dipakai 62,5% yang kegunaanya dalam bentuk utuh. Jenis rotan getah (Daemonorops angustifolia
Mart) sebesar 75%, semambu (Calamus scipionum Louer) 37,5%, batu (Calamus filiformis Becc.), cacing putih (Calamus ciliaris Bl.), dan cacing merah (Calamus ciliaris Bl.) 12,5%.
Jenis Produk Olahan Rotan yang Diperdagangkan
Proses pembuatan rotan menjadi barang jadi sangat tergantung pada
kreasi, imajinasi dan keterampilan pembuatnya (Januminro, 2000). Desain atau
juga harus disesuaikan dengan bentuk produknya. Setiap industri rotan yang ada
di kota Medan membuat produk rotan seperti meja, kursi, keranjang dan lainnya.
Tidak semua jenis produk rotan olahan terdapat di satu industri, namun
untuk keperluan konsumen dapat melakukan pemesanan terlebih dahulu. Suatu
produk rotan olahan dapat terbuat dari berbagai jenis rotan yang berbeda.
Beberapa produk berbahan rotan yang diperdagangkan di industri rotan disajikan
pada Tabel 17.
Tabel 17. Bentuk dan Harga Produk yang Diperdagangkan di Kota Medan
No Bentuk Produk Jenis Bahan Baku Rotan Harga (Rp)
1. Meja Manau, semambu, getah, sega 250.000-300.000
2. Kursi Manau, sega, getah, semambu 200.000-400.000
3. Keranjang Cacing, getah, sega 13.000-180.000
4. Tudung saji Sega, getah, manau 100.000
5. Tempat parcel Getah, sega. 12.000-18.000
6. Cermin rotan Sega, getah, semambu 8.000-24.000
7. Meja setengah jadi Manau, sega 145.000
Bentuk produk meja yang diperdagangkan di industri rotan di kota Medan
memiliki daya tarik dan keunikan (Gambar 7). Dari hasil penelitian kebutuhan
bahan baku rotan untuk pembuatan meja rotan ini digunakan jenis-jenis rotan
seperti manau, semambu, getah, dan sega. Sedangkan harga meja rotan dijual
Kursi rotan yang diperdagangkan industri rotan di Kota Medan merupakan
produk yang terbentuk dari bahan rotan menjadi berbagai macam kursi seperti
kursi biasa, kursi malas, kursi tidur, dan kursi anak (Gambar 8). Untuk pembuatan
kursi rotan ini digunakan jenis rotan seperti manau, sega, getah, dan semambu.
Kursi biasa yang diperdagangkan memiliki harga Rp.200.000-Rp.400.000, kursi
malas sekitar Rp.100.000, kursi tidur sekitar Rp.60.000 dan kursi anak sekitar
Rp.50.000.
Gambar 8. Bentuk Kursi yang Diperdagangkan di Kota Medan: a. Kursi biasa, b. Kursi malas, c. Kursi Tidur, d. Kursi anak
Keranjang rotan merupakan jenis kerajinan rotan yang bahan baku rotan
yang digunakan adalah jenis rotan seperti rotan cacing, getah, dan sega (Gambar
9). Harga keranjang rotan yang dijual di kota Medan bervariasi dari Rp.13.000
a b