• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Prastiwi Dyah Maharyuni R.0009079 (Halaman 41-89)

INTERNAL AUDIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder yang didapat saat penelitian di PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant mengenai implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4 dan gambaran penerapan SMK3.

1. OHSAS 18001:2007 Klausul 4

a. Persyaratan Umum (Klausul 4.1)

Dalam klausul ini dijelaskan bahwa organisasi harus menetapkan, menerapkan, memelihara, dan melakukan peningkatan yang berkelanjutan terhadap sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan OHSAS dan menetapkan

cara-cara pemenuhan persyaratan umum tersebut. Untuk itu manajemen

di PT. Bridgestone Tire Indonesia sudah melaksanakan, menerapkan dan memelihara SMK3 yang dibuktikan dengan adanya kebijakan,

manual dan prosedur yang ditanda tangani topmanajemen.

Manajemen telah menetapkan sistem manajemen K3 dengan

pengendalian elektronik (E-storage).Selain itu adanya seksi kerja SHE

internal, eksternal dan tim P2K3 yang bertugas menerapkan, menjalankan, dan memantau kegiatan dari program-program K3.

commit to user

b. Kebijakan K3 (Klausul 4.2)

Klausul 4.2 menjelaskan tentang standar kebijakan keselamatan dan kesehatan. Oleh karena itu, PT. Bridgestone Tire Indonesia bertekad menjalankan kegiatannya dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja yang mencakup prinsip-prinsip cara mencegah dan menghilangkan kemungkinan terjadinya cidera, kecelakaan kerja, sakit penyakit akibat kerja dalam proses operasional perusahaan. Ada empat kebijakan perusahaan yang ditetapkan yaitu kebijakan K3, kebijakan mutu, kebijakan lingkungan, dan peraturan keselamatan (31 item larangan).

Kebijakan K3 ini disusun dan disahkan oleh manajemen puncak sesuai dengan persyaratan OHSAS 18001:2007 yang sudah dikomunikasikan dan dipublikasikan ke seluruh karyawan dan kontraktor yang bekerja atau beraktifitas di lingkungan perusahaan. Agar dapat dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap karyawan, kontraktor dan pihak lain yang berkepentingan maka dibuatkan display kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat dilihat pada lokasi strategis.

Selain itu, kebijakan K3 dibacakan setelah Taisho/senam saat

briefing. Kebijakan ini dapat direvisi 3 tahun sekali mengikuti tinjauan

manajemen formal keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan sehingga kebijakan akan ditinjau kembali selama setahun berjalan dan

commit to user

dikeluarkan catatan-catatan penting berdasarkan prosedur kontrol yang telah ditetapkan.

c. Perencanaan (Klausul 4.3)

1) Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko

(Klausul 4.3.1)

PT. Bridgestone Tire Indonesia secara periodik melakukan identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada setiap proses atau aktifitas perusahaan dengan menggunakan standar form yang telah ditentukan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam identifikasi bahaya dan penilaian resiko di PT. Bridgestone Tire Indonesia yaitu:

a) Aktivitas rutin dan tidak rutin

b) Aktivitas seluruh personil yang memiliki akses ke tempat kerja

(termasuk kontraktor dan tamu)

c) Perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya,

d) Bahaya-bahaya yang bisa timbul dari luar tempat kerja yang

berdampak pada keselamatan dan kesehatan karyawan di dalam kendali perusahaan di lingkungan tempat kerja,

e) Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktifitas

kerja yang terkait di dalam kendali perusahaan,

f) Prasarana, peralatan dan material yang disediakan baik oleh

commit to user

g) Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam

perusahaan, aktifitas-aktifitas atau material,

h) Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara

dan dampaknya kepada semua operasional, proses-proses maupun aktifitas-aktifitas yang ada,

i) Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan

penilaian resiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan,

j) Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi,

mesin/peralatan, prosedur operasional dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya kepada kemampuan manusia.

Hasil dari identifikasi bahaya dan penilaian resiko yang telah dilakukan oleh penanggung jawab tiap-tiap departemen atau seksi dikategorikan menjadi ekstrim, tinggi, menengah, dan rendah. PT. Bridgestone Tire Indonesia mendokumentasikan dan memelihara

identifikasi bahaya, penilaian resiko dan menetapkan

pengendaliannya dengan kondisi terbaru untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar menentukan tujuan dan program keselamatan dan kesehatan kerja.

Dalam subklausul ini PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi

Plant telah menerapkan HIRAC (Hazard Identifications Risk

Assesment and Control). Hal ini dibuktikan adanya manual yang

jelas yang berhubungan dengan setiap aktifitas pekerjaan yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja, dengan pembuatan

commit to user

Job Safety Analysis sebelum pekerjaan dilakukan dan adanya

Looking Standart yang harus dilaksanakan saat melakukan kegiatan.

Hasil dari identifikasi kemudian akan dilakukan penilaian terhadap potensi bahaya. Sehingga dapat diketahui tingkat resikonya. Penilaian resiko dengan menggunakan matriks HIRAC yang memuat kriteria-kriteria potensi bahaya. Tindakan yang dilakukan oleh PT. BSINB dalam melakukan identifikasi bahaya dengan melibatkan tenaga kerja dalam program pendapat baru dan menemukan kesalahan.

2) Persyaratan Hukum dan Lainnya (Klausul 4.3.2)

Dalam subklausul 4.3.2 mengatur tentang persyaratan hukum dan lainnya. Untuk identifikasi, peraturan perundangan dan persyaratan lain berkaitan langsung dengan hasil identifikasi bahaya dan penilaian resiko serta aktifitas dan proses operasional perusahaan.

Manajemen representatif keselamatan dan kesehatan kerja melakukan up date peraturan perundangan dan persyaratan lain yang harus dipenuhi, menjamin kelayakannya, serta mensosialisasikan kepada karyawan dan pihak terkait. Untuk persyaratan hukum PT. Bridgestone Tire Indonesia menerapkan beberapa peraturan-peraturan terkait K3. Adapun peraturan-peraturan-peraturan-peraturan yang dijalankan oleh PT. BSINB diantaranya:

commit to user

b) UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

c) Permenaker No. Per.01/MEN/1982.

d) Undang-Undang uap tahun 1930.

e) UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 kesehatan

kerja.

f) UU RI No.28 tahun 2002 tentang bangunan gedung.

g) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/KPTS/2000 tanggal

1 Maret 2000 tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.

h) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum RI Nomor

10/KPTS/ 2000 tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.

i) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/MEN/1988 tentang

berlakunya standar nasional Indonesia No. SNI-225-1987 mengenai peraturan umum instalasi listrik Indonesia 1987 (PUIL 1987).

j) Kepmenaker No. 158 Tahun 1972 tentang program operasional,

serentak, singkat, padat untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

k) UU No. 3 tahun 1969 tentang hygene dalam perniagaan dan

kantor.

l) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187/1999 tentang

commit to user

m)Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01/1997 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Kimia.

n) Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.177/2005 tentang pemeriksaan menyeluruh pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di pusat pembelanjaan, gedung bertingkat dan tempat-tempat publik lainnya.

o) Keputusan Menaker No. Kep 186/MEN/1999 tentang unit

penanggulangan kebakaran di tempat kerja.

p) Permenakertrans No.1 Tahun 1982.

q) SE Menteri Tenaga Kerja No. 6 Tahun 1990.

r) OHSAS 18001:2007(Standar Internasional tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja).

s) ISO 14001( Standar Internasional tentang Lingkungan).

t) Peraturan Daerah Tingkat I dan Tingkat II.

u) Keputusan Gubernur atau Bupati.

v) Peraturan K3 Perusahaan.

Manager SHE kemudian menyebarluaskan informasi tentang pemenuhan pada peraturan dan persyaratan lain melalui jalur komunikasi yang sesuai, kepada departemen atau seksi yang terkait. Manajemen representatif menyetujui pemenuhan peraturan dan persyaratan lain serta melakukan tinjauan secara berkala setiap satu tahun sekali dan melaporkannya kepada technical director.

commit to user

3) Sasaran dan Program (Klausul 4.3.3)

Dalam sistem manajemen perlu adanya sasaran yang akan dicapai. Dalam hal ini PT. BSINB berdasarkan sasaran dan program

yang telah ditetapkan oleh technical director dengan

mempertimbangkan persyaratan operasi, persyaratan keuangan, pilihan teknologi serta pandangan dari pihak-pihak terkait yang kemudian disusun oleh SHE dan seksi lainnya.

Program merupakan cara untuk mencapai sasaran, PT. BSINB mempunyai program-program sebagai upaya mencapai sasaran. Program tersebut diantaranya :

a) LKBK dan LKK

LKBK (Laporan Kemungkinan Bahaya Kebakaran) dan LKK (Laporan Kemungkinan Kebakaran) dalam pembuatannya telah melibatkan tenaga kerja. LKBK dan LKK terdapat pada lampiran. b) Report Management Review

Program Report Management Review berupa SHE Meeting dan SHE Joint Meeting.

c) Safety Day dan 3S Activity

Program safety day dan 3S dilaksanakan oleh seluruh tenaga kerja setiap hari kamis.

Sasaran dan program dapat direvisi berdasarkan kemajuan pencapaiannya ataupun perubahan dari hasil identifikasi bahaya dan penilaian resiko. Untuk evaluasi pencapaian program dilakukan

commit to user

secara berkala yaitu maksimum 4 bulan sekali yang dilakukan oleh manager seksi atau departemen dan dilaporkan oleh manager representatif.

d. Penerapan dan Pengoperasian (Klausul 4.4)

1. Sumber Daya, Peranan, Tangung Jawab, Pertangungjawaban dan

Kewenangan (Klausul 4.4.1)

Subklausul 4.4.1 membahas mengenai sumber daya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas, dan kewenangan dari top manajemen sampai dengan tenaga kerja serta adanya susunan organisasi yang jelas beserta job descriptionnya. PT. Bridgestone Tire Indonesia telah menetapkan deskripsi tugas, peran, tanggung jawab, akuntabilitas untuk setiap posisi yang didefinisikan melalui technical

director yang menunjuk salah satu anggota manajemen dengan

tanggung jawab khusus dalam bidang manajemen K3 di luar tanggung jawabnya. Technical director melakukan evaluasi terhadap uraian dan tugas atau tanggung jawab dan struktur organisasi minimal 1 tahun sekali.

Sumber daya yang dipekerjakan oleh PT. BSINB berdasarkan keahlian dan keterampilan sebagai wujud tercapainya Sistem Manajemen K3. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Ahli K3 dan setiap tenaga kerja menjalankan fungsinya sesuai dengan Job

commit to user

2. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian (Klausul 4.4.2)

Didalam subklausul ini membahas mengenai kompetensi, pelatihan dan kepedulian. Hal ini PT. Bridgestone Tire Indonesia sudah menerapkannya dengan menetapkan kompetensi setiap personil dan mengidentifikasikan kebutuhan perusahaan berdasarkan kompetensi yang sudah ditetapkan tersebut. Untuk itu perusahaan menyediakan beberapa macam training maupun pelatihan bagi semua tenaga kerjanya diantaranya yaitu:

a) Safety training

b) Basic training

c) Integrated training

d) Fire protection training

e) Seven tools training

f) Training OHSAS

g) Training ISO

Pencapaian program K3 ini didasari oleh kesadaran dan kepedulian oleh semua pihak yang terlibat. Selain itu perusahaan juga mengadakan program safety day setiap hari kamis yang bertujuan meningkatkan kesadaran tenaga kerja untuk bekerja dengan cara aman agar terhindar dari penyakit akibat kerja maupun kecelakaan.

commit to user

3. Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi (Klausul 4.4.3)

Menurut OHSAS klausul 4.4.3 membahas mengenai

komunikasi, partisipasi dan konsultasi. Klausul ini terdiri dari beberapa subklausul diantaranya :

a) Komunikasi (Klausul 4.4.3.1)

PT. BSINB melakukan identifikasi kebutuhan komunikasi terkait K3 kedalam pertemuan K3 yang sudah di agendakan. Salah satu sarana komunikasi untuk membahas kegiatan safety maka tiap seksi atau departemen mengadakan safety leader meeting tiap bulannya. Komunikasi juga dilakukan manajemen masing-masing

plant dengan mengadakan SHE Meeting selain itu, agar terjadi

sinkronisasi antar kedua plant maka diadakan SHE Joint Meeting. Perusahaan juga menyediakan sarana komunikasi dengan para kontraktornya yang dilakukan dengan sebutan Contraktor

Meeting.

b) Partisipasi dan konsultasi (Klausul 4.4.3.2)

Dalam hal partisipasi perusahaan mewajibkan partisipasi semua karyawannya dalam mengidentifikasi bahaya kecelakaan dan kebakaran di area kerjanya atau tempat lain dan mengusulkan bagaimana pengendaliannya terhadap bahaya dan resikonya, selain itu melalui seksi untuk terlibat dalam:

1) Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan

commit to user

2) Proses investigasi insiden

3) Pengembangan dan peninjauan kebijakan serta tujuan K3

4) Konsultasi bila ada perubahan yang berdampak pada K3.

Identifikasi bahaya dilakukan dengan form LKBK dan LKK, untuk dikirim ke seksi SHE untuk ditindak lanjuti risk

assessmentnya dan dilakukan usulan perbaikan atau konsultasi ke

seksi engineering untuk CFT meeting (konsultasi ke seksi terkait). 4. Dokumentasi (Klausul 4.4.4)

OHSAS 18001 mensyaratkan untuk mendokumentasikan semua elemen-elemen penting dalam SMK3 dan yang berkaitan dengan elemen-elemen tersebut. PT. BSINB telah memiliki sistem dokumentasi K3 baik manual maupun elektronik yang disebut dengan e-storage. Adapun sistem dokumentasi dari SMK3 di PT. BSINB sudah sesuai dengan hirarki dokumentasi OHSAS 18001 yang terbagi menjadi 4 level, diantaranya :

a) Level I : Manual SMK3 yang berisi tentang SMK3,

kebijakan K3, matrix dokumentasi SMK3, struktur organisasi dan deskripsi kerja.

b) Level II : Prosedur K3 yang menetapkan prosedur untuk

mencapai tujuan K3

c) Level III : Standar yang berisi tentang metode, kriteria, dan

panduan untuk performa tugas tertentu sesuai tanggung jawab area yang diberikan

commit to user

d) Level IV : Rekaman sebagai bukti bahwa penerapan SMK3

dilaksanakan. 5. Pengendalian Dokumen (Klausul 4.4.5)

Setiap seksi atau departement pada PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant mengenai pengendalian dokumen dilakukan melalui prosedur sebagai berikut :

a) Manajemen menunjuk seseorang pengendali dokumen sesuai

dengan kebutuhan organisasi.

b) Technical director menetapkan pedoman dari sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja (dokumen level I)

c) Manajemen representatif menetapkan dokumen level II (prosedur)

sedangkan manajer terkait dapat menetapkan instruksi kerja dan standar.

d) Manajer terkait lainnya bersama SHE manajer menetapkan

standar K3 yang diperlukan (dokumen level III).

Ruang lingkup sistem pengendalian dokumen ini berlaku diseluruh area kerja PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant.

6. Pengendalian Operasional (Klausul 4.4.6)

Pada subklausul ini menjelaskan bahwa organisasi harus menetukan operasi dan kegiatan yang berhubungan dengan bahaya dimana penerapan pengendalian dibutuhkan untuk mengelola resiko K3. PT. BSINB mengidentifikasi kegiatan-kegiatan dan operasional yang berkaitan dengan hasil HIRA dan manajemen menerapkan

commit to user

pengendalian yang tepat untuk kegiatan perusahaan yang sesuai dengan 5 hirarki kontrol diantaranya eliminasi, substitusi, rekayasa

engineering, pengendalian administratif, dan penggunaan APD.

Perusahaan menerapkan pengendalian operasi melalui : a) Cara Kerja Aman

Pedoman kerja aman ini dilakukan saat menjalankan suatu aktivitas seperti:

1) Menjalankan mesin

2) Mengemudikan alat berat

3) Masuk kedalam ruang tertutup

4) Bekerja diketinggian

b) Prosedur Operasi Aman

Mengoperasikan sesuatu bisa menimbulkan bahaya oleh karena itu, perlunya petunjuk operasi aman dalam menjalankan suatu sistem peralatan.

c) Pengadaan dan Pembelian

Pengadaan barang dan jasa ikut andil dalam mendukung K3. berbagai kelemahan dalam proses pengadaan dapat berakibat fatal sehingga mempengaruhi kinerja K3.

d) Keselamatan Kontraktor

OHSAS 18001 mensyaratkan organisasi agar mengelola kontraktor dengan baik, mulai dari pemilihan, pelaksanaan, sampai pemantauan di akhir pekerjaannya. PT. Bridgestone Tire

commit to user

Indonesia Bekasi Plant prosedur pemeriksaan kontraktor sebelum bekerja telah tersedia di bagian purchasing, namun dalam hal ini belum ada sistem untuk mengelola keselamatan kontraktor serta belum ada persyaratan memilih dan menerima kontraktor.

7. Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat (Klausul 4.4.7)

Mengenai keadaan darurat yang mungkin timbul, yang berasal dari kondisi sekeliling area kerja perusahaan maka PT. BSINB menetapkan prosedur kerja untuk menangani kondisi darurat yang mungkin timbul yaitu dengan cara :

a) Menetapkan tim-tim penanggulangan keadaan darurat

b) Memastikan kompetensi dari tim-tim penanggulangan darurat

dengan cara pelatihan atau sarana lain

c) Simulasi keadaan darurat yang mungkin muncul

d) Evaluasi dari simulasi keadaan darurat

e) Evaluasi dari penanganan kondisi darurat yang aktual terjadi

f) Menyiapkan hal-hal pendukung penanggulangan keadaan darurat

g) Mengkomunikasikan atau melaporkan kepada tim tanggap darurat

atau pimpinan tertinggi saat mengalami keadaan darurat. e. Pemeriksaan (Klausul 4.5)

1. Pengukuran dan Pemantauan Kinerja (Klausul 4.5.1)

Klausul ini membahas mengenai pengukuran dan pemantauan kinerja K3 yang menjelaskan bahwa organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3

commit to user

secara berkesinambungan. PT. BSINB telah melakukan pengukuran dan pemantauan terhadap proses pelaksanaan Sistem Manajemen K3 dengan cara :

a) Meeting keselamatan dan kesehatan kerja secara periodik

b) Inspeksi harian K3, Safety Patrol

c) Pengujian peralatan proses dan pendukung oleh internal dan

eksternal

d) Perhitungan jumlah kecelakaan kerja, sakit penyakit dan insiden

termasuk near miss (Safety Performance Report).

2. Evaluasi dan Kepatuhan (Klausul 4.5.2)

OHSAS 18001:2007 pada subklausul 4.5.2 tentang Evaluasi dan

kepatuhan, mengharuskan organisasi untuk menetapkan,

menerapkan, dan memelihara prosedur secara periodik dievaluasi

pemenuhan persyaratan peraturan perundang-undangan dan

memelihara hasil rekaman evaluasi kepatuhan. PT. BSINB

menetapkan prosedur pemenuhan perundang-undangan dan

persyaratan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan:

a) Adanya prosedur identifikasi pemenuhan peraturan dan

persyaratan lain dengan menggunakan form identifikasi pemenuhan peraturan dan persyaratan lain.

b) Memelihara daftar rekaman dengan menggunakan master list

commit to user

3. Investigasi Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (Klausul 4.5.3)

a) Investigasi Insiden (Klausul 4.5.3.1)

Dalam klausul ini membahas mengenai menetapkan, menerapkan, dan memelihara suatu prosedur untuk mencatat, menyelidiki, dan menganalisa insiden. PT. BSINB telah membuktikan dengan :

1) Adanya formulir laporan pendahuluan insiden yaitu berupa

form laporan sementara untuk kecelakaaan kerja, lalu lintas,

dan kebakaran.

2) Safety Report yaitu data kebakaran, data kecelakaan kerja, dan

data kecelakaan lalu lintas.

3) Membentuk tim investigasi.

b) Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (Klausul 4.5.3.2)

PT. BSINB menerapkan beberapa metode untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian diantaranya :

1) Safety Patrol

2) Laporan Investigasi Insiden

3) Audit dan Inspeksi

4) Metode lain yang disetujui manajemen.

Untuk pelaporan ketidaksesuaiann dilakukan secara jelas dengan menggunakan form laporan ketidaksesuaian yang diserahkan pada

commit to user

ketidaksesuaian yang diterima valid atau tidak. Setelah dinyatakan valid maka perlu dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Hasil perbaikan dan pencegahan dilaporkan kepada manajemen representative untuk di evaluasi keefektifannya. 4. Pengendalian Catatan (Klausul 4.5.4)

Rekaman atau catatan mengenai SMK3 di PT. BSINB meliputi :

a) Peraturan perundang-undangan, termasuk sertifikasi alat,

sertifikasi operator, ijin dan lisensi.

b) Hasil identifikasi bahaya dan pengendalian resiko.

c) Rekaman atau catatan hasil pelatihan.

d) Laporan pemeriksaan.

e) Catatan kalibrasi.

f) Hasil pemantauan.

g) Laporan penyimpangan, tindakan perbaikan dan pencegahan

h) Informasi dari pihak luar.

i) Hasil internal audit.

j) Dokumentasi tinjauan manajemen.

Setiap seksi atau departemen memelihara daftar dari rekaman untuk berbagai aktifitas dengan menggunakan master list rekaman berupa

form daftar induk rekaman. Mengenai pemusnahan rekaman

perusahaan melakukan pemusnahan setelah masa penyimpanan pada daftar induk rekaman telah tercapai melalui:

commit to user

1) Pengajuan permintaan pemusnahan rekaman melalui form

pemusnahan dokumen dan rekaman.

2) Penghancuran dilakukan melalui proses pembakaran,

penghancuran dengan paper shredder. 5. Internal Audit (klausul 4.5.5)

Internal audit di PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant telah dilaksanakan secara berkala yaitu setahun sekali. Tim audit internal dari perusahaan telah diberikan pelatihan internal audit dan lulus dari pelatihan internal audit sesuai standart ISO 19011:2002. Adapun metode yang digunakan saat melakukan internal audit yaitu :

a) wawancara langsung dengan auditee

b) verifikasi dokumen

c) observasi lapangan.

f. Management Review (Klausul 4.6)

Management Review di PT. BSINB dilakukan setelah pelaksanaan audit

internal K3 yang ditetapkan oleh manajemen representative yaitu minimal setahun sekali. Adapun hal-hal yang menjelaskan hasil dari

Management Review diantaranya :

1. Kinerja K3

2. Status penyelidikan insiden dan ketidaksesuaian

3. Perubahan yang terjadi berkaitan SMK3

commit to user B. Pembahasan

1. OHSAS 18001:2007 Klausul 4

a. Persyaratan Umum (Klausul 4.1)

OHSAS 18001:2007 klausul 4.1 tentang persyaratan umum menjelaskan bahwa organisasi harus membuat, mendokumentasikan, memelihara dan meningkatkan secara berkelanjutan sistem manajemen K3 sesuai dengan persyaratan standar OHSAS dan menetapkan bagaimana persyaratan tersebut dapat dipenuhi.

PT. BSINB telah memenuhi persyaratan umum OHSAS 18001:2007 klausul 4.1 tentang persyaratan umum. Adanya kebijakan K3 yang ditanda tangani oleh technical director dan terintegrasi dalam sistem manajemen perusahaan, adanya manual dan prosedur, serta terbentuknya tim SHE adalah bukti bahwa PT. BSINB telah memenuhi persyaratan tersebut.

b. Kebijakan K3 (Klausul 4.2)

Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan organisasi perusahaan. Setiap kebijakan mengandung sasaran jangka panjang dan ketentuan yang harus dipatuhi setiap kategori fungsionaris perusahaan. (Bennet dan Rumondang, 1995). OHSAS 18001:2007 klausul 4.2 tentang kebijakan K3 mensyaratkan bahwa manajemen puncak harus menetapkan kebijakan K3 dan memastikan dalam ruang lingkup Sistem Manajemen K3 yang meliputi:

commit to user

2. Mencakup suatu komitmen untuk pencegahan cidera dan sakit

penyakit dan peningkatan berkelanjutan manajemen dan kinerja K3.

3. Mencakup suatu komitmen untuk paling tidak mematuhi peraturan

K3 dan persyaratan lain yang relevan yang biasa dilakukan oleh organisasi yang terkait dengan risiko-risiko K3.

4. Memberikan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau

tujuan-tujuan K3.

5. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara.

6. Dikomunikasikan ke seluruh personel dalam kendali organisasi

dengan tujuan bahwa personel menyadari kewajiban K3 masing-masing.

7. Tersedia untuk pihak-pihak terkait

8. Dikaji secara periodik untuk memastikan kebiijakan tetap relevan

dan sesuai untuk organisasi.

PT. BSINB telah memenuhi persyaratan klausul 4.2 dibuktikan dengan adanya kebijakan-kebijakan perusahaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang dinyatakan secara tertulis, disahkan oleh manajemen puncak, dibuatkan display di lokasi strategis dan terpasang setiap seksi kerja, dan dibacakan saat briefing. Kebijakan direvisi 3 tahun sekali mengikuti tinjauan manajemen formal keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan sehingga kebijakan akan ditinjau kembali selama setahun berjalan.

commit to user

c. Perencanaan (Klausul 4.3)

1) Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko

(Klausul 4.3.1)

Tujuan identifikasi bahaya adalah mengetahui sedini mungkin

adanya penyimpangan K3 dan perlu dilakukan tindakan

pengendalian agar risiko-risiko bahaya tersebut dapat diterima (acceptable risk). Menurut klausul 4.3.1 organisasi harus membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Adapun prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko harus memperhatikan seperti :

a. Aktivitas rutin dan tidak rutin

b. Aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat kerja (termasuk kontraktor dan tamu)

c. Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktifitas kerja yang terkait di dalam organnisasi

d. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan.

PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant telah memenuhi persyaratan OHSAS klausul 4.3.1 dibuktikan dengan adanya pembuatan HIRA ditiap-tiap seksi kerja, melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko dengan menggunakan form identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta penggunaan pendekatan proses

commit to user

guna tindakan proaktif. Namun, dalam klausul ini PT. BSINB masih

Dalam dokumen Prastiwi Dyah Maharyuni R.0009079 (Halaman 41-89)

Dokumen terkait