• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik contoh dan keluarga

Penelitian ini memiliki contoh yaitu wanita hamil pada kehamilan trimester kedua (3-6 bulan kehamilan) sesuai dengan kriteria kuintil (kuintil-2, kuintil-3 dan kuintil-4). Karakteristik social ekonomi contoh meliputi umur, pendidikan, besar keluarga, dan pekerjaan. Menurut Deptan (2002) pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi rumah tangga yaitu jumlah anggota rumah tangga, struktur umur, jenis kelamin, pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Umur

Umur contoh adalah wanita hamil yang memiliki usia 20-40 tahun, dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori: usia muda (20-29 tahun), usia tua (30- 40 tahun). Berikut adalah Tabel sebaran contoh berdasarkan umur.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan umur dan tingkat sosial ekonomi

Umur Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n %

Muda (20-29 tahun) 30 44.1 38 56.7 48 70.6 116 57.1

Tua (30-40 tahun) 38 55.9 29 43.3 20 29.4 87 42.9

Total 68 100 67 100 68 100 203 100

Rata-rata ± SD 34.0 ± 6.9 32.6 ± 6.8 32.3 ± 6.2 33.0 ± 6.6

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 6, pada kuintil-2 lebih dari setengah contoh hamil pada usia tua (55.9%). Ini berarti pada tingkat sosial ekonomi rendah masih banyak kehamilan yang termasuk pada kehamilan yang berisiko yaitu di atas umur 35 tahun. Umur kehamilan contoh pada kuintil-3 sebagian besar terjadi pada umur muda (56.7%), demikian juga pada kuintil-4 umur kehamilan contoh sebagian besar adalah pada umur kehamilan muda (70.6%). Berarti kebanyakan contoh yang usia muda memiliki tingkat sosial ekonomi yang lebih baik dari contoh yang usianya tua. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada setiap kuintil berdasarkan umur dengan p=0.002.

Menurut Surasih (2006) ibu hamil dengan usia antara 20-35 tahun akan lebih siap baik secara jasmani maupun rohaninya untuk terjadinya kehamilan. Karena pada usia tersebut keadaan gizi seorang ibu lebih baik bila dibandingkan pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan

kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati 2004).

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh pengetahuan.Tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh pada kehidupan di dalam keluarga khususnya tingkat pendidikan ibu yang mempunyai pengaruh lebih besar.Hal ini dikarenakan ibu mempunyai peran dan tanggung jawab lebih besar pada pengasuhan dan perawatan anak serta keluarga. Tingkat pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang untuk dapat menerima informasi dan menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehat sehari-hari (Atmarita & Fallah 2004). Pendidikan contoh dikategorikan menjadi empat, yaitu SD, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi ( PT: Diploma dan S1). Sebaran contoh berdasarkan pendidikan disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi

Pendidikan Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n % SD 29 42.6 16 23.9 14 20.6 59 29.1 SMP/sederajat 26 38.2 17 25.4 22 32.4 65 32.0 SMA/sederajat 12 17.6 28 41.8 28 41.2 68 33.5 PT 1 1.5 6 9.0 4 5.9 11 5.4 Total 68 100 67 100 68 100 203 100

Tabel 7 menunjukkan tingkat pendidikan contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi keluarga. Kebanyakan contoh dengan tingkat sosial ekonomi rendah (kuintil-2) memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu SD (42.6%). Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi, jumlah contoh yang berpendidikan SD semakin berkurang, demikian sebaliknya. Pada kuintil-3 dan kuntuli-4 sebagian besar pendidikan contoh SMA/sederajat dan rata-rata pendidikan contoh SMA/sederajat. Hasil uji beda menunjukkan bahwa sebaran contoh pada setiap kuintil berdasarkan tingkat pendidikan berbeda sangat nyata dengan p=0.002.

Besar keluarga

Besar keluarga menurut BKKBN (2009) dibagi menjadi keluarga kecil jika

jumlah keluarga ≤ 4 orang, sedang jika 5-6 orang dan besar jika ≥ 7 orang. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan tingkat sosial ekonomi

Besar keluarga Kuinti-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n % Kecil (≤ 4 orang) 34 50.0 42 62.7 50 73.5 126 62.1 Sedang (5-6 orang) 28 41.2 24 35.8 15 22.1 67 33.0 Besar (≥ 7 orang) 6 8.8 1 1.5 3 4.4 10 4.9 Total 68 100 67 100 68 100 203 100 Rata-rata ± SD 4.7 ± 2.0 4.1 ± 1.6 3.8 ± 1.9 4.2 ± 1.8

Hasil penelitian menunjukkan besar keluarga seluruh contoh berkisar antara 2 sampai 12 orang dengan rata-rata 4.2 ± 1.8 orang. Keluarga dengan ukuran kecil sebagian besar berada pada kuintil-4 (73.5%). Hampir dari setengahnya (41.2%) ukuran keluarga sedang berada pada kuintil-2. Hanya sedikit contoh yang berukuran keluarga besar. Secara keseluruhan dapat diartikan bahwa semakin besar tingkat sosial ekonomi dalam suatu keluarga ukuran besar keluarganya semakin kecil. Berdasarkan analisis One way ANOVA ada perbedaan nyata dari setiap kuintil (p>0.01).,

Pekerjaan

Jenis pekerjaan contoh dalam penelitian ini antara lain sebagai ibu rumah tangga (IRT), pedagang, pembantu rumah tangga (PRT), guru, karyawan swata, dan wiraswasta. Berikut adalah Tabel sebaran contoh berdasarkan pekerjaan.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan dan tingkat sosial ekonomi

Pekerjaan Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n % IRT 60 88.2 57 85.1 57 83.8 174 85.7 PRT 2 2.9 1 1.5 0 0 3 1.5 Pedagang 4 5.9 3 4.5 7 10.3 14 6.9 Guru 1 1.5 2 3.0 0 0 3 1.5 Karyawan swasta 1 1.5 3 4.5 3 4.4 7 3.4 Wiraswasta 0 0 1 1.5 1 1.5 2 1.0 Total 68 100 67 100 68 100 203 100

Dilihat dari pekerjaan contoh berdasarkan data di atas sebagian besar contoh pada setiap kuintil adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga (85.7%).

Hanya sedikit contoh yang berkerja sebagai wiraswasta. Pada kuintil-4 tidak ada contoh yang berkerja sebagai PRT. Sebagian kecil lainnya bekerja sebagai pedagang (6.9%), guru (1.5%), dan karyawan swasta (3.4%). Pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan ( Khomsan 2000).

Konsumsi Pangan

Konsumsi makanan contoh dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan metode recall 2x24 jam. Tabel 10 menunjukkan beberapa kelompok pangan yang dikonsumsi oleh contoh. Kelompok pangan di kelompokan ke dalam 11 kelompok yaitu padi-padian dan olahannya, telur dan olahannya, ikan dan olahannya, buah dan olahannya, kacang-kacangan dan olahannya, daging dan olahannya, susu dan olahannya, unggas dan olahannya, sayuran dan olahannya, camilan makanan, minuman, berikut adalah Tabel yang akan menejelasakan dari setiap kelompok pangan.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkant berat pangan dan tingkat sosial ekonomi

Kelompok pangan

Kuintil-2 (n=68) Kuintil-3 (n=67) Kuintil-4 (n=68)

n Berat n Berat n Berat

(%) g/kap/hr (%) g/kap/hr (%) g/kap/hr

Padi-padian dan olahannya 100 488.6 100 474.1 100 520.9

Telur dan olahannya 82.4 14.2 89.6 23.5 92.6 24.6

Ikan dan olahnya 95.6 22.0 94 25.3 94.1 20.8

Buah dan olahannya 97.1 50.5 97 52.7 100 72.4

Kacang-kacangan dan

olahannya 97.1 97.2 98.5 63.9 100 83.9

Daging dan olahannya 16.2 3.9 37.3 7.6 44.1 3.4

Susu dan olahannya 66.2 110.2 79.1 170.1 88.2 264.3

Unggas dan olahannya 57.4 19.3 79.1 31.2 88.2 39.9

Sayuran dan olahannya 100 153.4 82.1 158.7 100 167.1

Camilan makanan 100 92.1 92.5 102.2 97.1 108.3

Minuman 100 1191.8 98.5 1206.3 100 1192.5

Total 2.243.2 2.315.6 2.480.1

*n : jumlah contoh

Padi-padian dan olahannya, merupakan kelompok pangan yang dikonsumsi oleh semua contoh, pada setiap kuintil sebesar 100%. Jumlah padi- padian dan olahannya pada kuintil empat sebesar 520.9 g/kap/hari atau sekitar 21.8% dari total konsumsi pangan.

Telur dan olahannya, sebagian besar contoh pada setiap tingkat sosial ekonomi mengkonsumsi telur. Jumlah konsumsi telur dan olahannya paling

banyak pada kuintil-4 yaitu 24.6 g/kap/hari. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka jumlah konsumsi telur dan olahannya semakin tinggi. Konsumsi telur nasional saat ini sebesar 7,14 g/kap/hari atau setara dengan satu butir/kap/minggu.Telur merupakan salah satu bahan pangan hewani yang bernilai gizi tinggi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak maupun orang dewasa ataupun ibu hamil. Protein telur mempunyai mutu yang tinggi, karena memiliki susunan asam amino essensial yang lengkap, sehingga dijadikan patokan untuk menentukan mutu protein dari bahan pangan lain (Anjarsari 2010).

Ikan dan olahannya, contoh yang mengkonsumsi ikan tergolong banyak baik pada setiap kuintil, jumlah konsumsi ikan tertinggi adalah pada kuintil-3 yaitu sebesar 25,3 g/kap/hari. Berdasarkan konsumsi ikan standar nasional 33 kilogram perkapita pertahun konsumsi ikan contoh masih tergolong kurang. Ikan dan produk-produk perikanan merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang relatif murah harganya dibandingkan dengan sumber-sumber protein lainnya seperti daging sapi, daging ayam, susu dan telur (Anjarsari 2010).

Buah dan olahannya, jumlah contoh yang mengkonsumsi buah dan olahannya yaitu di atas 90% bahkan pada kuintil-4 mencapai 100%. Demikian juga total jumlah konsumsi buah dan olahannya contoh tertinggi pada kuintil-4 sebesar 55.3 g/kap/hari. Sehingga semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka konsumsi buah dan olahannya semakin tinggi juga.

Kacang-kacangan dan olahannya, jumlah contoh yang mengkonsumsi kacang-kacangan dan olahannya tergolong baik karena pada setiap kuintil mencapai lebih dari 90% dan kuintil-4 mencapai 100%. Demikian juga dari segi jumlah konsumsi kacang-kacangan dan olahannya contoh termasuk baik terutama pada kuintil-4 mencapai 83.9 g/kap/hari.

Daging dan olahannya, jumlah contoh yang mengkonsumsi daging tergolong masih sedikit terutama pada kuintil-2 yaitu hanya 16.2%, pada kuintil-3 (37.3%) dan kuintil-4 (44.1%). Jumlah daging yang paling banyak dikonsumsi adalah pada kuintil-3 sebesar 7.6 g/kap/hari. Artinya masih sedikit sekali jumlah daging yang dikonsumsi oleh contoh, sedangkan pada kuintil-4 sebesar 3.4 g/kap/hari. Biasanya pada keluarga yang tingkat ekonominya semakin tinggi maka pola konsumsi pangannya lebih diperhatikan terutama sumber lemak dan protein. Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi

kebutuhan gizi, karena daging mengandung protein yang cukup tinggi dengan kandungan asam amino esensial yang lengkap (Anjarsari 2010).

Susu dan olahannya, jumlah contoh yang mengkonsumsi susu dan olahannya pada kuintil-2 sebesar 66.2% pada kuintil-3 sebesar 79.1%, dan sebaran contoh yang mengkonsumsi susu terbanyak pada kuintil-4 sebesar 88.2%. Jumlah konsumsi contoh tergolong tinggi terutama pada kuintil-4 yaitu sebesar 264.3 g/kap/hari. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat sosial ekonomi keluarga maka tingkat konsumsi susu dan olahannya juga semakin meningkat. Susu merupakan salah satu makanan yang bernilai gizi tinggi, mempunyai sifat-sifat baik untuk menunjang kesehatan manusia.

Unggas dan olahannya, jumlah contoh yang mengkonsumsi unggas dan produk unggas pada kuintil-2 sebesar 57.4%, dan jumlah contoh mengkonsumsi unggas terbanyak pada kuintil-4 sebesar 88.2%. Demikian juga dengan jumlah unggas dan olahannya terbesar dikonsumsi adalah pada kuintil-4 yaitu sebesar 39.9 g/kap/hari. Bahwa semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka konsumsi pangan unggas dan produk unggas semakin tinggi. Daging unggas merupakan sumber protein yang baik.

Sayur-sayuran, jumlah contoh yang mengkonsumsi sayur-sayuran tergolong tinggi terutama pada kuintil-2 dan kuintil-4 mencapai 100%, sedangkan kuintil-3 82.1%. Jumlah konsumsi sayuran contoh tergolong tinggi pada setiap kuintil rata-rata di atas 150 g/kap/hari. Sayuran-sayuran merupakan kelompok pangan yang kaya akan serat dan vitamin, serat memiliki pengaruh yang penting dalam sistem pencernaan.

Camilan makanan dan minuman , jumlah contoh yang mengkonsumsi camilan makanan tergolong tinggi yaitu mencapai mencapai 100% pada kuintil-2, kemudian diikuti kuintil-4 mencapai 97.1%. pada kuintil-2 dan kuintil-4, pada kuintil-3 mencapai 98.5%. Namun dari segi jumlah konsumsi contoh masih tergolong kurang karena pada kuintil-2 hanya 1.191.8 g/kap/hari, kuintil-3 sebesar 1.206.3 g/kap/hari dan kuintil-4 hanya 1.192.5 g/kap/ hari.

Konsumsi Susu

Konsumsi susu contoh meliputi: jenis susu yang dikonsumsi, frekuensi konsumsi susu, dan asupan zat gizi dari susu. Jenis susu dan olahannya terdiri dari susu bubuk, susu kental manis, susu cair, es krim, yoghurt dan probiotik. Jenis susu yang paling banyak dikonsumsi adalah susu bubuk dan yang paling

sedikit probiotik. Berikut sebaran contoh menurut jenis konsumsi susu berdasarkan kuintil.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan berat konsumsi susu dan tingkat sosial ekonomi

Jenis Susu Kuintil-2 (n=68) Kuintil-3 (n=67) Kuintil-4 (n=68)

n % g n % g n % g

Susu bubuk 13 19.1 65.3 22 32.8 119.3 46 67.6 248.8

Susu kental manis 12 17.6 40.0 12 17.9 45.3 6 8.8 12.4

Susu cair 3 4.4 4.3 1 1.5 1.5 1 1.5 1.4

Es krim 1 1.5 0.7 1 1.5 0.5 1 1.5 0.1

Yoghurt 0 0 0 1 1.5 3.0 1 7.4 1.3

Probiotik 0 0 0 1 1.5 0.5 0 0 0

Jumlah 110.3 170.1 264

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi jumlah konsumsi susu semakin meningkat berturut-turut menurut kuintil (110.3g, 170.1g, 254g).

Frekuensi minum susu

Jumlah contoh dalam penelitian ini, pada kuintil-2 sejumlah 68 contoh, pada kuintil-3 sejumlah 67 contoh dan pada kuintil-4 sejumlah 68 contoh. Sebaran contoh menurut frekuensi minum susu berdasarkan kuintil dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat ada 7 jenis susu dan olahannya yang dikonsumsi contoh. Susu bubuk merupakan jenis susu yang paling sering dikonsumsi ibu hamil sebesar (43.3%). Hal ini diduga karena pada umumnya susu khusus ibu hamil yang banyak beredar dimasyakarakat berupa susu bubuk dan mengingat semakin banyaknya produsen susu khusus ibu hamil yang mengiklankan produknya di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Data tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat sosial ekonomi contoh maka frekuensi konsumsi susunya semakin tinggi juga.

Adapun jenis susu kental manis merupakan jenis susu yang berasal dari susu sapi yang airnya dihilangkan dan ditambahkan gula, sehingga menghasilkan susu yang sangat manis rasanya dan dapat bertahan selama satu tahun bila tidak dibuka. Frekuensi konsumsi susu kental manis pada ibu hamil tergolong masih sangat jarang sebesar (73.3%) dan hanya (6.7%) yang mengkonsumsi sering. Seiring dengan semakin tinggi tingkat sosial ekonomi frekuensi konsusmi susu kental manis semakin sangat jarang. Hal ini diduga

bahwa jenis susu kental manis hanya dikonsumsi sebagai ditambahkan pada hidangan penutup, seperti kue atau minuman es tidak dikonsumsi secara khusus, sehingga frekuensinya sangat jarang.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi berbagai jenis susu dan tingkat sosial ekonomi

Frekuensi Konsumsi Susu Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n %

Susu Bubuk n= 17 n= 29 n=48 n=94

Sangat jarang (< 7 kali/minggu) 7 41.2 7 24.1 7 14.6 21 26.6

Jarang (7-14 kali/minggu) 5 29.4 8 27.6 16 33.3 29 30.1

Sering (≥14 kali/minggu) 5 29.4 14 48.3 25 52.1 44 43.3

Total 17 100 29 100 48 100 94 100

Susu Kental Manis n=20 n= 20 n=10 n=50

Sangat jarang (< 7 kali/minggu) 12 60 12 60 10 100 34 73.3

Jarang (7-14 kali/minggu) 5 25 7 35 0 0 4 20

Sering (≥14 kali/minggu) 3 15 1 5 0 0 4 6.7

Total 20 100 20 100 10 100 50 100

Susu Cair n= 5 n=3 n= 4 n=12

Sangat jarang (< 7 kali/minggu) 5 100 3 100 4 100 4 100

Jarang (7-14 kali/minggu) 0 0 0 0 0 0 0 0

Sering (≥14 kali/minggu) 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 5 100 3 100 4 100 4 100

Es Krim n=13 n=25 n=22 n=60

Sangat jarang (< 7 kali/minggu) 13 100 25 100 21 95.5 59 98.5

Jarang (7-14 kali/minggu) 0 0 0 0 1 4.5 1 1.5

Sering (≥14 kali/minggu) 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 13 100 25 100 22 100 60 100

Yoghurt n=1 n=4 n=5 n=10

Sangat jarang (< 7 kali/minggu) 1 100 4 100 3 60 8 86.7

Jarang (7-14 kali/minggu) 0 0 0 0 2 40 2 13.3

Sering (≥14 kali/minggu) 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 1 100 4 100 5 100 10 100

Keju n=2 n=3 n=4 n=9

Sangat jarang (< 7 kali/minggu) 2 100 3 100 4 100 9 100

Jarang (7-14 kali/minggu) 0 0 0 0 0 0 0 0

Sering (≥14 kali/minggu) 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 2 100 3 100 4 100 9 100

Probiotik n=0 n=3 n=1 n=4

Sangat jarang (< 7 kali/minggu) 0 0 2 667 0 0 2 50

Jarang (7-14 kali/minggu) 0 0 1 33.3 1 100 2 50

Sering (≥14 kali/minggu) 0 0 0 0 0 0 0 0

Jenis susu cair juga tergolong masih sangat jarang sebesar (100%) artinya semua contoh pada setiap tingkat sosial ekonomi sangat jarang mengkonsumsi susu cair pada saat hamil. Hal ini diduga karena aksesnya yang sulit dan dikhawatirkan intoleran terhadap susu cair. Sedangkan jenis susu dan olahannya berupa es krim, yoghurt, keju dan probiotik dikonsumsi sangat jarang oleh contoh. Hal ini karena jenis susu tersebut hanya dikonsumsi pada saat tertentu saja dan merupakan sebagai camilan atau bahan tambahan untuk kue misalnya keju. Dan untuk jenis susu yoghurt dan probiotik saat ini sebagian besar masih dikenal ada kalangan ekonomi menengah ke atas yang dijadikan sebagai solusi untuk kesehatan pencernaan.

Asupan Energi dan Zat Gizi

Asupan energi dan zat gizi yaitu dapat dilihat dari jumlah konsumsi pangan dan konsumsi susu. Rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan kuintil dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 13 Rata-rata asupan energi dan protein contoh berdasarkan kelompok pangan dan tingkat sosial ekonomi

Kelompok Pangan

Asupan energi (kkal/kap/hari) Asupan protein (g/kap/hari) Kuintil -2 (n=68) Kuintil -3 (n=67) Kuintil -4 (n=68) Total (n=203) Kuintil -2 (n=68) Kuintil -3 (n=67) Kuintil -4 (n=68) Total (n=203) Padi-padian dan olahannya 745 719 779 747.7 12.7 12.7 14.8 13.4 Telur dan olahannya 44 69 79 64 0.5 1.0 0.6 0.7

Ikan dan olahannya 44 46 37 42.3 3.0 4.8 5.6 4.5 Buah dan olahannya 31 35 55 40.3 5.5 6.0 4.5 5.3 Kacang-kacangan dan olahannya 222 159 181 187.3 2.2 3.7 3.8 3.2 Daging dan olahannya 5 11 8 8 3.5 6.3 10.3 6.7 Susu dan olahannya 85 145 219 449 3.5 6.3 10.0 6.6 Unggas dan olahannya 27 51 62 46.7 4.1 4.1 4.8 4.3 Sayuran dan olahannya 66 63 69 66 0.5 0.4 0.9 0.6 Camilan makanan 232 263 300 265 0.9 0.8 0.4 0.7 Minuman 20 33 14 22.3 3.5 3.6 4.0 3.7 Total 1.521 1.595 1.803 1.639.7 48.9 52.0 59.9 53.6

Rata-rata konsumsi energi dan protein contoh dengan seiring meningkatnya tingkat sosial ekonomi jumlah asupan energi contoh juga semakin meningkat. Kelompok pangan yang memberikan kontribusi energi tertinggi

adalah padi-padian diikuti camilan, kacang-kacangan dan olahannya. Kontribusi susu terhadap energi sebesar 5,6% kuintil-2, 11 % kuintil-3, dan 8.2% kuintil-4.

Kelompok pangan yang memberikan kontribusi protein tertinggi adalah kelompok padi-padian (beras, mi dan gandum), diikuti buah dan olahannya (buah segar, buah campur), kemudian unggas dan olahannya (ayam goreng, sup ayam, dan bebek goreng). Kontribusi susu terhadap protein sebesar 7,2% kuintil- 2, 12,1% kuintil-3, 16,7% kuintil-4. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi jumlah konsumsi setiap kelompok pangan semakin meningkat.

Menurut AKG 2004 menetapkan bahwa angka kecukupan energi (AKE) dan angka kecukupan protein (AKP) wanita hamil usia 19-29 adalah 2.200 kkal/kap/hari dan usia 30-49 adalah 2.100 kkal/kap/hari, dan angka kecukupan protein (AKP) 67 g/kap/hari. Secara umum asupan energi contoh masih kurang dan konsumsi protein hanya kuintil-2 yang belum mencukupi.

Tabel 14 Rata-rata asupan energi dan protein berdasarkan berbagai jenis susu dan tingkat sosial ekonomi

Jenis Susu

Asupan energi (kkal/kap/hari) Asupan protein (g/kap/hari) Kuintil -2 (n=68) Kuintil -3 (n=67) Kuintil -4 (n=68) Total (n=203) Kuintil -2 (n=68) Kuintil -3 (n=67) Kuintil -4 (n=68) Total (n=203) Susu bubuk 55.6 113.2 206.7 125.2 2.7 5.5 10 6.1 Susu kental manis 23.2 26.9 7.1 19.2 0.7 0.7 0.2 0.5

Susu cair 4.7 2.2 2.2 3.0 0.2 0.1 0.1 0.1

Es krim 1.4 1.0 2.7 1.7 0.03 0.02 0.05 0.03

Yoghurt 0 1.6 0.1 0.6 0 0.1 0.01 0.04

Probiotik 0 0.4 0 0.1 0 0.01 0 0.003

Jumlah 85.3 145.3 218.9 149.8 3.63 6.43 10.3 6.8

Jenis susu yang memiliki energi terbesar adalah susu bubuk, kemudian susu kental manis dan susu cair. Sedangkan yang terendah adalah probiotik (0- 0.4 kkal/kap/hari). Asupan energi susu bubuk semakin tinggi tingkat sosial ekonomi asupannya semakin tinggi, sebaliknya untuk susu kental manis pada tingkat sosial ekonomi tinggi asupannya semakin rendah. Menurut Achmadi EE (2012) urutan konsumsi jenis susu yang baik adalah susu pasteurisasi, susu Ultra High Temperature (UHT), susu bubuk, dan susu kental manis.

Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu. Nilai asupan zat gizi harian

yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Muchtadi 1989). Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada masing-masing orang per hari bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4

n % n % n %

Energi

Defisit Tingkat Berat 37 54.4 36 53.7 26 38.2

Defisit Tingkat Sedang 7 10.3 7 10.4 9 13.2

Defisit Tingkat Ringan 10 14.7 7 10.4 11 16.2

Normal 9 13.2 12 17.9 13 19.1

Berlebih 5 7.4 5 7.5 9 13.2

Total 68 100 67 100 68 100

Protein

Defisit Tingkat Berat 37 54.4 33 49.3 25 36.8

Defisit Tingkat Sedang 9 13.2 9 13.4 8 11.8

Defisit Tingkat Ringan 9 13.2 8 11.9 7 10.3

Normal 5 7.4 7 10.4 13 19.1 Berlebih 8 11.8 10 14.9 15 22.1 Total 68 100 67 100 68 100 Kalsium Kurang 19 27.9 29 43.3 41 60.3 Cukup 49 72.1 38 56.7 27 39.7 Total 68 100 67 100 68 100 Zat Besi Kurang 45 66.2 44 65.7 41 60.3 Cukup 23 33.8 23 34.3 27 41 Total 68 100 67 100 68 100 Asam Folat Kurang 65 95.6 64 95.5 67 98.5 Cukup 3 4.4 3 4.5 1 1.5 Total 68 100 67 100 68 100

Sebagian besar contoh untuk konsumsi energi mengalami defisit tingkat berat terutama pada contoh yang memiliki tingkat sosial ekonomi rendah. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan 40.6% penduduk mengkonsumsi makanan di bawah kebutuhan minimal kurang dari 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)

yang dianjurkan tahun 2004 yaitu sekitar 44.2% ibu hamil mengkonsumsi makanan di bawah kebutuhan minimal. Pada penelitian ini sekitar (54.4%) contoh dengan tingkat sosial ekonomi rendah mengalami defisit tingkat berat dan normal hanya 13.2%. Sedangkan untuk contoh dengan tingkat sosial ekonomi lebih tinggi (kuintil-4) hanya 38.2% yang mengalami defisit tingkat berat dan normal sebesar 19,1%.

Tingkat kecukupan protein pada tingkat sosial ekonomi rendah sebagian besar mengalami defisit tingkat berat sebesar 54.4%, dan sekitar 49.3% pada kuintil-3. Sedangkan untuk tingkat sosial ekonomi lebih tinggi mengalami defisit tingkat berat sebesar 36.8% untuk normal hanya 19.1%. Secara keseluruhan, sumber protein dan kalori yang didapatkan responden dari menu makanan pagi, siang, dan malam meliputi golongan nasi, buah, sayur, daging, ikan, telur, tahu,tempe dan susu.

Tingkat kecukupan kalsium pada kuintil-2 sebagian besar termasuk dalam kategori cukup (72.1%), demikian juga pada kuintil-3 sebesar (56.7%) termasuk dalam kategori cukup. Sedangkan, pada kuintil-4 sebagian besar dalam kategori kurang (60.3%). Penyerapan kalsium dalam tubuh dipengaruhi banyak faktor, terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Menurut Wardlaw (1992), faktor pendukung penyerapan kalsium adalah kondisi keasaman permukaan, aktivitas dan motilitas saluran pencernaan normal, asupan kalsium dan fosfor seimbang, cukup vitamin D, tubuh memerlukan kalsium dalam jumlah lebih tinggi, asupan kalsium rendah, adanya hormon paratiroid (meningkatkan aktivitas sintesis vitamin D) dan adanya laktosa.

Tingkat kecukupan zat besi contoh sebagian besar pada setiap kuintil dalam kategori kurang. Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Tingkat kecukupan asam folat contoh sebagian besar dalam kondisi kurang dari anjuran yaitu 600µg. Hal ini karena asupan contoh terhadap sumber pangan asam folat rendah misal sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan tahu dan tempe.

Tingkat konsumsi zat gizi seseorang dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan makanan dan sikap terhadap makanan. Tingkat ketersediaan makanan dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan makanan yang tersedia, kemampuan atau daya beli serta jumlah anggota keluarga. Sedangkan sikap terhadap makanan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan gizi dan faktor sosial budaya. Kemampuan mengolah menu makanan dan pengetahuan gizi makanan akan mempengaruhi status gizi seseorang. Semakin tinggi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang, dan semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, maka semakin tinggi pula variasi makanan yang dikonsumsi (Suhardjo 2003).

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara; secara klinis, secara biokimia, secara biofisik dan secara antropometri (BB, TB, LILA). Penilaian antropometri adalah sesuatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk 2002). Berikut adalah data status berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA).

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan tingkat sosial ekonomi

Status gizi Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n %

Risiko KEK (<23,5

cm) 13 19.1 14 20.9 11 16.2 38 18.7

Tidak risiko KEK

(>23,5 cm) 55 80.9 53 79.1 57 83.8 165 81.3

Total 68 100 67 100 68 100 203 100

Penilaian yang lebih baik untuk menilai status gizi ibu hamil yaitu dengan pengukuran LILA, karena pada wanita hamil dengan malnutrisi (gizi kurang atau lebih) kadang-kadang menunjukkan udem tetapi ini jarang mengenai lengan atas. Standar LILA yang dipakai di Indonesia seperti yang tertera pada pita LILA yaitu bila LILA < 23.5 cm berarti ibu dengan status gizi kurang atau mengalami kurang energi kronis (KEK) dan berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, pada ibu dengan dengan LLA > 23.5 cm adalah ibu yang berstatus gizi normal. Status gizi jika pada tingkat sosial ekonomi rendah (kuintil-2) berisiko KEK sebesar 19.1 % yang tidak berisiko sebesar 80.9%. Pada tingkat sosial

ekonomi sedang (kuintil-3) contoh yang berisiko KEK sebesar 20.9% sedikit lebih tinggi dari kuintil-2 dan yang normal atau tidak berisiko KEK sebesar 79.1%. Pada tingkat sosial ekonomi tinggi (kuintil-4) contoh yang berisiko KEK semakin berkurang yaitu sebesar 16.2% dan yang tidak berisiko sebesar 83.8%. Risiko

Dokumen terkait