• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Konsumsi Pangan dan Konsumsi Susu serta Status Gizi Ibu Hamil di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Konsumsi Pangan dan Konsumsi Susu serta Status Gizi Ibu Hamil di Kota Bogor"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KONSUMSI PANGAN DAN KONSUMSI SUSU SERTA

STATUS GIZI IBU HAMIL DI KOTA BOGOR

SRI HANDAYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

ABSTRACT

SRI HANDAYANI. Food Consumption Patterns, Milk Consumption and Nutrition Status of Pregnant Women in The City of Bogor. Advisory by SITI MADANIJAH. Milk is very important for pregnant women, it is a liquid diet rich of nutrients needed by pregnant women. The aim of this study to analyze food intake, dairy consumption, and nutritional status of pregnant women in the Bogor city. The research design was a cross sectional study. The research was conducted by using secondary data from a study conducted by the Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technologi (SEAFAST) Center, Bogor Agricultural University. The data are from pregnant women taken from six districts in the Bogor city, include West, South Bogor, Bogor City, East Bogor and Tanah Sareal Bogor in November 2010 to Februari 2011. The number of samples are 203 people selected from the Integrated Public Service Post

(Posyandu). The results showed that the majority of pregnant women’s food

consumptions are drinks, the grain, vegetables and milk. The frequency of milk powder consumption among the sample who have low socioeconomic level was still relatively rare (<7 kali/minggu) while the samples who have medium and high socioeconomic level have high frequency (≥14 kali/minggu). The frequency of sweetened condensed milk, fresh milk, ice cream, cheese, yogurt and probiotics consumptions are included in the category of very rare. The most kind of milk consumed is milk powder. The energy sufficient level of most samples is in category of heavy deficit levels as well as adequacy of protein levels. Sufficient level of calcium is included in the adequate category, but the sufficient level of iron and folic acid are included in the less category. Based on measurements of nutritional status by using the LILA, more than 80% samples were not in risk of chronic energy (KEK).

(3)

RINGKASAN

SRI HANDAYANI. Pola Konsumsi Pangan dan Konsumsi Susu serta Status Gizi Ibu Hamil di Kota Bogor. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi pangan dan konsumsi susu serta status gizi ibu hamil di kota Bogor. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu: (1) Mengetahui karakteristik contoh dan keluarga (besar keluarga, pendidikan, umur, dan pekerjaan), (2) Mempelajari kebiasaan makan contoh, (3) Mengkaji asupan energi dan zat gizi contoh, (4) Mengkaji tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh, (5) Mengkaji status gizi contoh, (6) Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, pola konsumsi pangan dan pola konsumsi susu dengan status gizi contoh, (7) Menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi contoh.

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder dari penelitian tentang Study on Nutritional Status and Food Pattern of Pre Pregnant (at Child-Bearing Age), Pregnant and Lactating Mothers yang dilakukan oleh SEAFAST Center, Institut Pertanian Bogor. Subjek yang diambil adalah data wanita hamil dari enam kecamatan di Kota Bogor, meliputi Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Kota, Bogor Timur, dan Tanah Sareal pada bulan November 2010 sampai Februari 2011. Jumlah sampel sebanyak 203 orang ibu hamil pada usia 20-40 tahun. Contoh dikelompokkan berdasarkan kriteria kuintil terdapat 68 orang di kuintil-2, 67 orang di kuintil-3, dan 68 orang di kuintil-4. Data yang diperoleh dalam bentuk Recall 2 x 24 jam dan FFQ selama 1 minggu. Pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft office Excel dan SPSS 16.0 for Windows.

Proporsi umur contoh yang hamil usia muda (57.1%) dan usia tua (42.9%). Pendidikan contoh tersebar merata dari SD, SMP/sederajat, SMA/sederajat (29.1%, 32.0%, 33.5%) dan PT lebih sedikit hanya 5,4%. Pada tingkat sosial ekonomi tinggi, besar keluarga contoh sebagian besar termasuk kategori

keluarga kecil (≤4 orang) sebesar 62.1%. Pekerjaan contoh sebagian besar IRT

(85.7%). Semakin tinggi sosial ekonomi (kuintil), semakin banyak jumlah pangan yang dikonsumsi contoh. Berturut-turut (kuintil-2, kuintil-3,dan kuintil-4), 2.243.2 g/kap/hari, 2.315.6 g/kap/hari, 2.480.1 g/kap/hari. Kelompok pangan yang paling banyak dikonsumsi contoh adalah minuman, kemudian padi-padian, sayur-sayuran dan susu. Jumlah konsumsi susu contoh 181.5 g/kap/hari. Jenis susu yang paling banyak dikonsumsi adalah jenis susu bubuk dan jumlahnya meningkat seiring meningkatnya tingkat sosial ekonomi. Sebaliknya susu kental manis jumlahnya semakin menurun ketika tingkat sosial ekonomi meningkat. Jenis susu lainnya; susu cair, es krim, yoghurt, dan probiotik dikonsumsi dalam jumlah sedikit.

(4)

Menurut frekuensi minum susu contoh memiliki hubungan signifikan dengan tingkat pendidikan contoh dan jumlah pendapatan keluarga contoh dengan masing-masing (p=0.000; r=0.240). Berdasarkan analisis hubungan karakteristik contoh dan keluarga dengan status gizi bahwa status gizi memiliki hubungan signifikan dengan besar keluarga dengan (p=0.001; r=0.238). Demikian status gizi memiliki hubungan signifikan dengan umur dan pendapatan dengan masing-masing nilai (p= 0.002; r=0.212), (p=0.031; r=0.152).

Berdasarkan analisis hubungan terdapat hubungan signifikan antara besar keluarga dengan umur contoh (p=0.006; r= 0.191) contoh yang memiliki keluarga berukuran besar ( ≥ 7 orang) sebagian besar hamil pada usia tua. Besar keluarga juga berhubungan signifikan dengan pendapatan keluarga (p=0.000; r=0.489) contoh dengan ukuran keluarga besar memiliki pendapatan lebih tinggi dan pendapatan keluarga berhubungan signifikan dengan tingkat pendidikan contoh (p=0.001; r=0.240) artinya pendapatan keluarga contoh yang tinggi memiliki pendidikan yang tinggi juga.

(5)

POLA KONSUMSI PANGAN DAN KONSUMSI SUSU SERTA

STATUS GIZI IBU HAMIL DI KOTA BOGOR

SRI HANDAYANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)

Judul Skripsi : Pola Konsumsi Pangan dan Konsumsi Susu serta Status Gizi Ibu Hamil di Kota Bogor

Nama : Sri Handayani

NIM : I14070134

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Pola Konsumsi Pangan dan Konsumsi Susu serta Status Gizi Ibu Hamil di Kota Bogor” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada pemimpin umat, Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua (Ayah dan Ibu tersayang), adikku Panji Syaputra dan Alya

Nabila serta seluruh keluarga besar yang selalu mendo’akan, memberi

semangat, motivasi, nasehat, dan kasih sayang kepada penulis serta dukungan yang nyaris sempurna selama penyusunan skripsi.

2. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, semangat, dan nasehat serta pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.

4. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Teman-teman pembahas: Yusti, Suci, dan Aldi pada seminar hasil penelitian atas kritik dan sarannya.

6. Sahabat-sahabat penulis yang banyak membantu dan menguatkan penulis: Linda, Eva, Desti, Kokom, Ifit, Sisi, Destia, Dee, Endang, Fiza, Yusni, Rysda, Erida, Nuvi, dan Sumi.

7. Teman dan adik kelas: Hadi, Anom, dan Aldi atas semua bantuannya selama penyelesaian skripsi ini.

8. Teman kosan yang selalu menemani: Nohi, Rodiah, Yulinda, Lina, Aslimah, Jubed dan Age yang selalu memberikan semangat dan keceriaannya.

9. Adik-adik kelas penulis: Chanchan, Yusti, Dian, Suci, Inke, Ai, Rida, Rahmi, dan Armina.

10. Ibu Mira dan keluarga, kepada Mbak Maria Ulfa, Mbak Anna, Meyta, dan Herlin atas setiap kebersamaannya.

(8)

12. Teman-teman KKP: Ijul, Davit, Mutia. Ido, dan Ifit. teman-teman ID: Demar, Ifit, dan Devi.

13. Adik-adik Al iffah: Ayu, Ovi, Ami, Riska dan Hanifah.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangan. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Aamiin.

Bogor, Maret 2013

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, puteri dari pasangan bapak Jumarsan dan ibu Suryati. Penulis dilahirkan di Aek Pining, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada tanggal 14 Oktober 1987.

Penulis mengawali pendidikan formal di SDN Hapesong Kecamatan Batangtoru pada tahun 1994-2000. Pada tahun 2000-2003 meneruskan pendidikan menengah pertama di SMP Nurul Ilmi Kota Padangsidempuan. Penulis menempuh pendidikan menengah atas pada tahun 2003-2006 di SMA Nurul Ilmi Kota Padangsidempuan, Sumatera Utara. Penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007 dan diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada berbagai organisasi. Penulis aktif di Lembaga Dakwah Fakultas Ekologi Manusia FORSIA (LDF FORSIA) pada tahun 2008-2009 menjabat sebagai ketua divisi keputrian, pada tahun 2009-2010 menjabat sebagai ketua divisi Islamic Student Center FEMA (ISCI), penulis juga tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Mandailing Natal (IKMAMADINA). Penulis juga ikut serta dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB), Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (DPM TPB), LDF FORSIA, BEM FEMA dan HIMAGIZI.

(10)

DAFTAR ISI

Angka Kecukupan Gizi (AKG) ... 8

Kecukupan Energi ... 8

Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil ... 12

Penilaian Status Gizi Pada Ibu Hamil ... 12

KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

METODE PENELITIAN ... 16

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 16

(11)

DEFINISI OPERASIONAL ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

Karakteristik contoh dan keluarga ... 23

Umur ... 23

Pendidikan ... 24

Besar keluarga ... 24

Pekerjaan ... 25

Konsumsi Pangan ... 26

Konsumsi Susu ... 28

Frekuensi minum susu ... 29

Asupan Energi dan Zat Gizi ... 31

Status Gizi ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA... 40

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Kandungan gizi susu dan hasil olahannya per 100 g ... 7

Tabel 2 Konsumsi susu ibu hamil berdasarkan bentuk susu yang dikonsumsi di Kota dan Kabupaten Bogor ... 8

Tabel 3 Variabel dan cara pengumpulan data penelitian ... 17

Tabel 4 Kategori status gizi berdasarkan indeks massa tubuh ... 19

Tabel 5 Kategori dan kriteria untuk setiap variabel penelitian ... 20

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan umur dan tingkat sosial ekonomi ... 23

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi ... 24

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan tingkat sosial ekonomi ... 25

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan dan tingkat sosial ekonomi ... 25

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkant berat pangan dan tingkat sosial ekonomi ... 26

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan berat konsumsi susu dan tingkat sosial ekonomi ... 29

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi berbagai jenis susu dan tingkat sosial ekonomi ... 30

Tabel 13 Rata-rata asupan energi dan protein contoh berdasarkan kelompok pangan dan tingkat sosial ekonomi... 31

Tabel 14 Rata-rata asupan energi dan protein berdasarkan berbagai jenis susu dan tingkat sosial ekonomi ... 32

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi... 33

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu pertama kali masuk ke Indonesia pada masa kolonial Belanda. Budaya minum susu mulai berkembang pada masa ini. Penduduk asli Indonesia saat itu belum memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memproduksi susu, sehingga hanya dapat melihat bangsa penjajah minum susu tanpa bisa menikmatinya. Konsumsi susu di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain di Asia. Menurut FAO, pada tahun 2012 konsumsi susu di Indonesia mencapai 12.85 liter/kap/tahun, meningkat dibandingkan 2011 yang mencapai 11.95 liter/kapita/tahun. Meskipun mengalami peningkatan, namun masih rendah apabila dibandingkan dengan konsumsi dari negara lain, seperti Malaysia yang mencapai 50.9 liter/kap/tahun, India sebanyak 47.1 liter/kap/hari, Singapura sebanyak 44.5 liter/kap/hari, Thailand sebanyak 33.7 liter/kap/hari, Vietnam sebanyak 14.3 liter/kap/hari, dan Filipina sebanyak 13.7 liter/kap/hari.

Susu sangat penting untuk ibu hamil, karena susu merupakan makanan cair kaya akan zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil. Susu memiliki sebagian besar zat-zat gizi yang dibutuhkan manusia untuk pertumbuhan (Iswahanik 2001). Kehamilan sebagai peristiwa alami yang terjadi pada wanita dapat mempengaruhi kondisi kesehatan wanita dan janin yang dikandungnya. Keadaan ini terutama terjadi pada kehamilan trimester pertama yang umumnya mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Sedangkan kehamilan pada trimester dua kadang timbul gangguan pencernaan dan sulit buang air besar. Oleh karena itu, saat hamil diperlukan zat gizi tambahan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin (vitamin A, vitamin B6, vitamin B12 , vitamin C,

vitamin D, dan vitamin K) dan mineral (asam folat, zat besi, yodium dan kalsium) untuk memenuhi kebutuhan tubuh ibu dan perkembangan janin (Depkes 2000).

Peningkatan kebutuhan gizi ibu hamil tidak hanya pada energi dan protein saja tetapi zat gizi lainnya juga seperti vitamin dan mineral. Apabila ibu hamil kekurangan vitamin maupun mineral maka pembentukan sel-sel tubuh anak akan terhambat. Anak yang dilahirkan bisa kurang darah, cacat bawaan, kelainan bentuk, atau ibu mengalami keguguran (Nadesul 2005).

(16)

asupan energi dan protein yang cukup. Sementara itu, 49.5% perempuan hamil hanya mengkonsumsi protein dibawah 80% dan 44.8% perempuan hamil kurang mendapat asupan energi secara total, yaitu masih dibawah 70% dari yang dibutuhkan. Selain itu rata-rata 20% perempuan hamil juga mengalami energi kronik dengan persentase tertinggi di Sikka Papua, yaitu 27%.

Angka kematian ibu yang tinggi berhubungan erat dengan anemia yang diderita ketika hamil. Anemia juga menyebabkan kemampuan jasmani menjadi rendah karena kebutuhan oksigen sel-sel tubuh tidak tercukupi. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%, ini berarti 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Selain konsumsi makanan yang buruk, anemia pada ibu hamil disebabkan karena kehamilan berulang dalam waktu singkat (Khomsan 2002).

Saat ini potensi untuk meningkatkan konsumsi susu sangat tinggi. Industri susu saat ini sudah menerapkan teknologi tinggi seperti Ultra High Temperature

(UHT) yang disertai kemasan aseptik sehingga susu dapat diminum kapan saja tanpa memerlukan alat penyimpan berpendingin (Khomsan 2004). Produk olahan susu juga semakin beragam, tidak hanya diproduksi secara umum tetapi juga telah tersegmentasi berdasarkan usia dan kondisi fisiologis konsumen target. Selain itu produk olahan susu kini hadir dengan variasi rasa dan difortifikasi dengan zat-zat gizi tertentu (Tias 2001). Berdasarkan data tahun 2001-2005, telah terdaftar sebanyak 56 produk minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui (BPOM 2005).

Besarnya potensi susu yang berkembang di Indonesia, khususnya di kota Bogor menjadi tantangan untuk meningkatkan asupan gizi ibu hamil melalui susu. Keadaan ini melatarbelakangi diadakannya penelitian tentang analisis konsumsi pangan dan susu pada ibu hamil ini.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi pangan dan konsumsi susu serta status gizi ibu hamil di kota Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi contoh (besar keluarga, pendidikan, umur, dan pekerjaan).

(17)

4. Mengkaji tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh. 5. Mengkaji status gizi contoh.

6. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, pola konsumsi pangan dan pola konsumsi susu dengan status gizi contoh. 7. Menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi

contoh.

Hipotesis

1. Adanya hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, pola konsumsi pangan dan konsumsi susu dengan status gizi.

2. Adanya hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi ibu hamil.

Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Sosial Ekonomi Umur

Setiap individu mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan jenis yang berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah umur. Konsumsi makanan biasanya terkait dengan jumlah energi yang diperlukan oleh individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada masa anak-anak, jumlah energi yang diperlukan oleh tubuh tidak sebesar jumlah energi yang diperlukan ketika remaja. Kemudian dengan pertambahan umur, jumlah energi tersebut akan meningkat dan mencapai puncaknya pada masa dewasa. Namun, jumlah energi yang diperlukan oleh tubuh akan mengalami penurunan kembali pada usia lanjut (Suhardjo 1989).

Berdasarkan data Riskesdas 2010 proporsi kehamilan penduduk Indonesia (3.1%), kehamilan terjadi pada kelompok umur 10-14 tahun (0.1%), dan kelompok umur 50-54 tahun (0.1%). Proporsi kehamilan pada perempuan usia reproduktif 15-49 tahun (2.9%).

Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah seseorang dalam menerima informasi. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap tingkat pemahaman terhadap perawatan kesehatan, hygiene dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga (Sukandar 2007).

Besar keluarga

Besar keluarga menunjukkan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan mengelola sumberdaya secara bersama-sama. Besar keluarga dibagi menjadi tiga kategori menurut BKKBN 2009 yaitu keluarga kecil

(≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang). Besar

(19)

Pekerjaan

Pekerjaan memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain, seperti kesehatan. Ibu dengan pendapatan rendah biasanya memiliki rasa percaya diri yang kurang dan memiliki akses terbatas untuk berpartisipasi pada pelayanan kesehatan dan gizi, seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita dan Puskesmas, sehingga berisiko tinggi memiliki anak yang kurang gizi (Sukarni 1994).

Konsumsi Pangan

Pangan diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2006).

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan konsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau sekelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Peningkatan jumlah dan mutu konsumsi makanan memerlukan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang makanan yang bergizi, perubahan sikap serta perubahan perilaku sehari-hari dalam menentukan, memilih dan mengkonsumsi makanannya (Hardinsyah & Martianto 1988).

(20)

Penduduk Indonesia pada tahun 2007, proporsi konsumsi energi dibawah kebutuhan minimal 43% lebih banyak dibanding pada tahun 2010 yaitu sebanyak 40.6%. Menurut provinsi, pada tahun 2007, provinsi dengan penduduk mengkonsumsi energi dibawah kebutuhannya tertinggi di provinsi Bengkulu (67%), dan terendah di provinsi Jawa Timur (26.1%). Pada tahun 2010, provinsi yang penduduknya mengkonsumsi energi lebih rendah dari kebutuhannya dengan jumlah tertinggi adalah provinsi Nusa Tenggara Barat (46.6%) dan provinsi dengan proporsi konsumsi energi dibawah kebutuhan terendah adalah di provinsi Bengkulu (23.8%).

Pengukuran Konsumsi Pangan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menilai konsumsi pangan baik tingkat individu, keluarga, atau masyarakat. Berapa metode yang dapat digunakan untuk menilai konsumsi pangan ditingkat rumah tangga antara lain yaitu: metode inventaris, metode pendaftaran, metode frekuensi pangan,

food account method dan food record. Survei konsumsi pangan tingkat individu dapat menggunakan metode penimbangan, metode recall, riwayat makanan, frekuensi makan, dan metode kombinasi. Prinsip metode recall, riwayat

makanan, frekuensi makan, dan metode kombinasi (Kusharto & Sa’diyah 2002).

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu dinyatakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok gelas, piring, dan lain-lain). Apabila pengukuran hanya dilakukan 1x24 jam, maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang (Supariasa et al 2001).

Pola Konsumsi Pangan

(21)

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola makan atau kebiasaan makan suatu masyarakat dapat dicermati antara lain melalui adanya pangan pantangan atau larangan atau tabu karena pangan tersebut dianggap dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Biasanya pangan pantangan, ditujukan untuk kelompok khusus terutama anak kecil, ibu hamil, dan ibu menyusui (Madanijah 2004).

Susu

Susu adalah makanan alami yang hampir sempurna. Zat esensial yang terkandung dalam susu antara lain yaitu protein dengan nilai biologis tinggi, kalsium, fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium paling baik untuk balita, ibu hamil, dan ibu menyusui dianjurkan paling kurang minum satu gelas susu sehari (Almatsier 2006).

Susu merupakan cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari mamalia betina, susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Namun, susu dapat diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya. Susu dapat dikonsumsi oleh semua usia dari usia bayi, remaja, dewasa wanita hamil dan lansia (Anonim 2009).

Kebanyakan negara- negara barat lebih dari 2-3 asupan sumber kalsium didapatkan dari mengkonsumsi susu dan produk hewan. Orang dewasa yang mengkonsumsi susu mulai dari anak-anak memiliki kepadatan tulang yang lebih baik dari pada yang tidak menkonsumsi susu (Black et al 2002). Kandungan gizi susu dan produk olahannya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Kandungan gizi susu dan hasil olahannya per 100 g

Jenis Olahan Energi (Kalori) Protein (g) Lemak (g)

(22)

ibu hamil sebagian besar mengkonsumsi susu khusus ibu hamil dalam bentuk susu bubuk. Rata-rata frekuensi konsumsi susu khusus ibu hamil di kota dua kali sehari (50%) dan kabupaten Bogor sebanyak (65%).

Tabel 2 Konsumsi susu ibu hamil berdasarkan bentuk susu yang dikonsumsi di Kota dan Kabupaten Bogor

Bentuk Susu Kota Kabupaten Total

n % n % n %

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (PUGS) atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di suatu negara. AKG untuk Indonesia di dasarkan atas patokan berat badan untuk masing-masing kelompok menurut umur, gender, dan aktivitas fisik yang ditetapkan secara berkala melalui survei penduduk (Almatsier 2010).

AKG berbeda dengan Angka Kebutuhan Gizi (Dietary Requerement). Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang (individu) untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat, sedangkan AKG adalah kecukupan zat gizi untuk rata-rata penduduk (Almatsier 2010).

Kecukupan Energi

Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsumsi energi dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan. Khusus bagi anak, ibu hamil dan menyusui, AKE ini termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin, cadangan energi dan produksi ASI untuk hidup sehat. (WKNPG 2004).

(23)

Kecukupan Protein

Angka Kecukupan Protein (AKP) adalah rata-rata konsumsi protein untuk menyeimbangkan protein yang hilang ditambah sejumlah tertentu, agar mencapai hampir semua populasi sehat (97.5%) di suatu kelompok umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh tertentu pada tingkat aktivitas sedang. Khusus bagi anak, ibu hamil dan ibu menyusui ditambah untuk pertumbuhan janin, cadangan dan produksi ASI (WKNPG 2004).

Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan protein yang dianjurkan sekitar 80 g/hari. Trimester pertama kurang dari 6 gram tiap hari sampai trimester dua. Trimester terakhir pada waktu pertumbuhan janin sangat cepat sampai 10 g/hari. Menurut WHO tambahan protein ibu hamil adalah 0.75 g per kg berat badan. Dari jumlah tersebut sekitar 70% dipakai untuk kebutuhan janin dalam kandungan. Protein dibutuhkan untuk membentuk plasenta, menambah jaringan tubuh ibu (seperti rahim dan payudara), dan menambah unsur-unsur cairan darah terutama hemoglobin dan plasma. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan nabati. Sumber protein hewani antara lain : ikan, udang, kerang, kepiting, daging, ayam, hati, telur, susu dan keju. Sumber protein nabati antara lain : kacang-kacangan (kacang merah, kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai), tahu, tempe. Sumber protein yang paling lengkap adalah susu, telur dan keju. Selama kehamilan ibu hamil sebaiknya lebih banyak mengkonsumsi sumber protein hewani dibandingkan dengan sumber protein nabati.

Kecukupan Lemak

Lemak digunakan tubuh terutama untuk membentuk energi dan juga membangun sel-sel baru serta perkembangan sistem saraf janin. Ibu hamil dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari. Lemak biasa didapat dari asam lemak jenuh yang umumnya berasal dari hewani dan asam lemak tak jenuh umumnya bersumber dari nabati. Sumber lemak hewani yaitu daging sapi, kambing, ayam, telur, susu dan produk olahan (mentega, butter dan keju). Sedangkan, sumber lemak nabati yaitu minyak zaitun, minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak jagung.

(24)

dari anjuran PUGS). Penduduk di sepuluh provinsi mengkonsumsi energi dari lemak lebih dari 25%. Kontribusi konsumsi energi dari lemak paling rendah pada penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur (12.7%) dan tertinggi pada penduduk di Provinsi DKI Jakarta (30.0%). Sedangkan Jawa Barat kategori tinggi yaitu 29.0%.

Kecukupan Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Ibu hamil membutuhkan tambahan energi sebesar 300 kalori per sehari atau 15% lebih banyak dari jumlah normalnya, yaitu sekitar 2.800 kalori sampai 3.000 kalori dalam satu hari. Jumlah ini diperlukan untuk proses pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru dan penghematan protein. Karbohidrat dapat diperoleh dari beras, sagu, jagung, tepung terigu, ubi, kentang dan gula murni. Tidak semua sumber karbohidrat baik maka ibu hamil harus bisa memilih bahan pangan yang tepat.

Kecukupan Vitamin

Vitamin diperlukan tubuh mempertahankan kesehatan. Selama hamil, vitamin penting untuk perkembangan janin termasuk kekebalan tubuh dan produksi darah merah serta sistem sarafnya. Berbagai jenis vitamin yang diperlukan oleh ibu hamil sebagai berikut :

a). Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang. Sumber makanan yang mengandung vitamin A, antara lain kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning (terutama wortel, tomat, dan nangka).

b). Vitamin B6 digunakan mendukung pembentukan sel darah merah,

esehatan gigi dan gusi. Sumber maknan yang mengandung vitamin B6 antara

lain: gandum, jagung, hati dan daging.

c) Vitamin B12 digunakan untuk mendukung pembentukan sel darah merah

dan kesehatan jaringan saraf. Sumbernya makanan yang mengandung vitamin B

12 antara lain telur, daging, hati, keju, ginjal, ikan laut dan kerang laut.

d). Vitamin C dibutuhkan untuk mendukung pembentukan jaringan ikat dan pembuluh darah. Sumbernya makanan yang mengandung vitamin C, antara lain jeruk, tomat, melon, brokoli dan sayuran berwarna hijau.

(25)

f). Vitamin K dibutuhkan untuk mencegah terjadinya pendarahan agar proses pembekuan darah berlangsung normal.

g). Asam folat, zat ini berperan dalam perkembangan sistem saraf dan sel darah karena mencegah terjadinya cacat bawaan seperti cacat pada langit-langit mulut, kegagalan pembentukan kanal otak (neural tube defects/NTD) pada janin. Asupan asam folat yang dianjurkan meningkat dari 180 mikro gram wanita tidak hamil menjadi 400 mikro gram pada kehamilan. Ada tiga cara mendapatkan kecukupan vitamin yaitu dari makan sayuran, buah dan biji-bijian, suplemen vitamin atau makan makanan yang ditambahkan zat-zat gizi tertentu.

Status Gizi Ibu Hamil

Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk:

a. Pertumbuhan dan perkembangan janin b. Mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati c. Sumber tenaga

d. Mengatur suhu tubuh e. Cadangan makanan

(26)

Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu : 1. Secara Klinis

Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral.

2. Secara Biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin sebagai indeks dari anemia.

3. Secara Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.

4. Secara antropometri

Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk 2002).

Penilaian Status Gizi Pada Ibu Hamil

1. Berat Badan

(27)

berpengaruh terhadap berat bayi lahir (Lubis 2007). Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta dan cairan amnion. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin (Amiruddin 2007). Pada akhir kehamilan kenaikan berat hendaknya 12.5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk yang memiliki berat ideal cukup10-12 kg, sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg (Kasdu 2007).

2. Hemoglobin (Hb)

(28)

KERANGKA PEMIKIRAN

Status gizi ibu hamil diduga menjadi salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin termasuk berat dan panjang bayi saat lahir. Berat dan panjang lahir bayi saat lahir menentukan status gizi dan pertumbuhan linier anak dimasa yang akan datang (Schimidt et al., 2002). Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta meningkatkan resiko kesakitan dan kematian (Yongky dkk 2009).

Harper (1985) menjelaskan ada tiga hal yang mempengaruhi kebiasaan makan seseorang, yaitu ketersediaan pangan, pola sosial budaya, serta faktor-faktor pribadi. Hampir dipastikan bahwa masyarakat pada awalnya hanya mengkonsumsi pangan yang tersedia disekitar tempat tinggalnya. Pola budaya pada suatu masyarakat mempengaruhi orang dalam memilih makanan, termasuk tabu makanan. Faktor-faktor pribadi yang mempengaruhi kebiasaan makan antara lain pengetahuan gizi, preferensi makan dan keadaan kesehatan seseorang.

Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Mengkonsumsi pangan tidak hanya penting untuk kesehatan, tetapi juga untuk kecerdasan dan kemampuan fisik tubuh. Kebutuhan pangan harus dipenuhi dalam jumlah yang cukup karena kekurangan atau kelebihan pangan akan berdampak negatif terhadap kesehatan (Hardinsyah et al 2002).

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan: variabel yang dianalisis

variabel yang tidak dianalisis

hubungan yang dianalisis

hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan pola konsumsi pangan dan konsumsi susu

(30)

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder dari penelitian yang dilakukan oleh

Southeast Asian Food & Agricultural Science and Technologi (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor. Subyek yang diambil adalah data wanita hamil dari enam kecamatan di Kota Bogor, meliputi Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Kota, Bogor Timur, dan Tanah Sareal pada bulan Nopember 2010 sampai Februari 2011.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Penarikan contoh penelitian dilakukan secara purposive dipilih melalui dua kali pemeriksaan (pertama dan kedua). Kriteria inklusi pada pemilihan pertama: (1) wanita hamil pada kehamilan trimester kedua (3-6 bulan kehamilan), (2) wanita hamil yang memiliki usia antara 20-40 tahun, (3) dan wanita hamil yang bersedia menjadi contoh. Pada pemeriksaan kedua contoh dipilih dengan kriteria kuintil (kuintil-2, kuintil-3 dan kuintil-4). Kriteria kuintil dihitung berdasarkan tingkat sosial ekonomi contoh dianalisis dari data SUSENAS 2009. Cara penarikan contoh dilakukan dengan menggunakan rumus:

n ≥ (1-α)2 x P (1-P) d2

n = jumlah contoh

P = perkiraan prevalensi masalah gizi

α = kepercayaan batas (95%) d = keinginan presition

Jumlah contoh yang didapat dari perhitungan adalah 203 orang, contoh dipilih dari Pos Pelayanan Masyarakat Terpadu (POSYANDU), setelah memiliki izin dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(31)

1. Data karakteristik sosial ekonomi keluarga (umur, pendidikan, besar keluarga dan pekerjaan).

2. Data mengenai konsumsi pangan contoh meliputi jenis pangan dan jumlah konsumsi pangan.

3. Data pola konsumsi pangan contoh meliputi frekuensi konsumsi pangan, frekuensi konsumsi menurut kelompok pangan.

Jenis data karakteristik sosial ekonomi contoh diperoleh dengan teknik wawancara. Jenis data mengenai konsumsi pangan diperoleh melalui teknik wawancara dengan menggunakan metode recall 2x24 jam. Data yang dikumpulkan yaitu jumlah pangan yang dikonsumsi dan dinyatakan dalam gram dan satuan ukuran rumah tangga (URT), seperti nasi (piring), lauk (potong, buah, butir), sayur (mangkuk), buah (buah, iris, biji), dan sebagainya.

Jenis data mengenai pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan meliputi frekuensi konsumsi pangan dan frekuensi konsumsi menurut kelompok pangan diperoleh melalui wawancara menggunakan metode food frequency questionnaire (FFQ) selama satu minggu terakhir. Berikut adalah Tabel 3 menjelaskan tetang jenis data dan cara pengumpulan data.

Tabel 3 Variabel dan cara pengumpulan data penelitian

Variabel Data Cara Pengumpulan Data

Karakteristik sosial

Konsumsi pangan  Jenis pangan

 Jumlah Konsumsi

Status gizi contoh  Antropometri (LILA) Wawancara & kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan Microsoft office Excel 2007 dan

(32)

Pengolahan Data

Data yang diolah antara lain: 1) data karakteristik sosial ekonomi yang meliputi besar keluarga, umur, pendidikan, dan pekerjaan. Data status ekonomi (kuintil) merupakan status ekonomi individu yang didasarkan dari pengeluaran uang untuk asupan pangan dan susu menurut Susenas 2009. 2) Data konsumsi pangan meliputi jenis pangan dan jumlah konsumsi pangan. 3) Pola konsumsi pangan meliputi frekuensi menurut kelompok pangan, frekuensi konsumsi pangan dan konsumsi susu. 4) Data status gizi dihitung menggunakan LILA.

Karakteristik sosial ekonomi

Besar keluarga. Data besar keluarga dikategorikan menurut BKKBN

2010 yaitu: keluarga kecil yaitu ≤ 4 orang, keluarga sedang yaitu 5-6 orang, dan

keluarga besar ≥ 7 orang.

Umur. Data umur ibu hamil dikategorikan menurut (WKNPG 2004) yaitu dewasa muda dengan kriteria 19-20 tahun, dewasa madya dengan kriteria 30-49 tahun, dan dewasa akhir dengan kriteria 50-64 tahun.

Pendidikan. Data tingkat pendidikan ibu hamil dikategorikan menurut (Mawaddah & Hardinsyah 2008), SD, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi.

Pekerjaan. Data tingkat pendidikan ibu hamil dikategorikan menurut, tidak bekerja, pegawai swasta, wiraswasta, guru, PNS, buruh, dan lainnya.

Konsumsi pangan

Data bersih dianalisis untuk mengetahui konsumsi makanan dan frekuensi makanan data dikategorikan ke dalam 11 kelompok makanan. Kategori makanan itu sebagai berikut: 1) padi-padian dan olahannya, 2) daging dan olahannya, 3) unggas dan olahannya, 4) ikan dan olahannya, 5) telur dan olahannya, 6) susu dan olahannya, 7) kacang-kacangan dan olahannya, 8) sayuran dan olahannya, 9) buah dan olahannya, 10) minuman 11) camilan makanan. Kategori 1-11 dikategorikan untuk data frekuensi makanan. Berdasarkan data recall makanan, konsumsi makanan dan asupan nutrisi masing-masing kelompok juga dihitung per kapita per hari.

(33)

Gij= BP j x Bddj x Gij

100 100 Keterangan: Gij = zat gizi yang dikonsumsi dari pangan j

BPj = berat pangan j yang dikonsumsi (gram)

Bddj = bagian yang dapat dimakan (dalam % atau g dari 100 g pangan j)

Kgij = kandungan zat gizi pangan j

Sedangkan frekuensi konsumsi makanan dihitung dalam per kapita per bulan dan konsumsi setiap kelompok pangan dihitung berdasarkan data frekuensi makanan. Kecukupan gizi dihitung dengan membandingkan asupan gizi aktual dengan angka kecukupan gizi standar (AKG 2004). Asupan makanan dinilai dengan menghitung konsumsi makanan recall 2x24 jam. Analisis data secara deskriptif lebih cepat, murah, cenderung lebih mudah dan lebih representatif di negara-negara berkembang dimana berbagai kelompok pangan biasanya relatif terbatas (Jellife et al 1989).

Status gizi

Status gizi contoh diketahui dengan menghitung LILA ibu hamil dengan kategori pengukuran sebagai berikut:

Tabel 4 Kategori status gizi berdasarkan indeks massa tubuh

Status gizi LILA

Berisiko Kurang Enengi Kronis (KEK) < 23,5 cm

Tidak Berisiko Kurang Enengi Kronis (KEK) >23,5 cm

Analisis data

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan inferensia yang terdiri dari: 1. Deskriptif (persentase dan rata-rata)

a. Karakteristik sosial ekonomi contoh. b. Kebiasaan makan contoh.

c. Asupan energi dan zat gizi contoh.

d. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh. e. Status gizi.

2. Inferensia:

Uji korelasi Pearson

(34)

b. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi contoh dengan asupan energi dan zat gizi ibu hamil serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil.

Uji korelasi Spearman

a. Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (besar keluarga, pendidikan, dan umur) dengan pola konsumsi pangan dan pola konsumsi susu).

b. Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (besar keluarga, pendidikan, dan umur) dengan status gizi ibu hamil.

c. Menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi ibu hamil.

Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan inferensia. Korelasi antara variabel yang tersebar normal diuji menggunakan Pearson dan korelasi antara variabel yang tersebar acak di uji menggunakan Spearman. Pengkategorian variabel dan kriteria untuk setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kategori dan kriteria untuk setiap variabel penelitian

No Variabel Kategori Kriteria

1 Umur 20-29 tahun

5 Frekuensi minum susu Sangat jarang

(35)

No Variabel Kategori Kriteria

8 Tingkat kecukupan

vitamin C, dan zat besi (Gibson 2005)

Kurang Cukup

< 77 % AKG

≥ 77% AKG

9 Status gizi (Supriasa 2002)

Resiko KEK Tidak berisiko KEK

(36)

DEFINISI OPERASIONAL

Contoh adalah wanita hamil pada kehamilan trimester kedua (3-6 bulan kehamilan) dan memiliki usia antara 20-40 tahun.

Besar keluarga adalah banyaknya individu yang tinggal dalam satu atap dan bergantung pada sumber penghidupan yang sama.

Umur adalah ibu hamil yang memiliki usia antara 20-40 tahun.

Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh ibu hamil dan dikategorikan menjadi SD, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi.

Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh suami dan istri untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dikategorikan menjadi tidak bekerja, pegawai swasta, wiraswasta, guru, PNS, buruh, dan lainnya.

Konsumsi pangan adalah jumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum penduduk/seseorang dalam satuan gram per kapita per hari.

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah sejumlah zat gizi/energi yang diperlukan oleh ibu hamil dalam suatu populasi untuk hidup sehat.

Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang biasa dimakan mencakup jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi/dimakan seseorang atau kelompok orang penduduk dalam frekuensi dan jangka waktu tertentu.

Konsumsi susu adalah banyak, jumlah dan frekuensi susu yang dikonsumsi oleh ibu hamil selama kehamilan sampai trimester II.

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi adalah perbandingan antara total energi dan zat gizi yang dikonsumsi contoh terhadap angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan (%).

Lingkar lengan atas (LILA) adalah metode pengukuran status gizi ibu hamil dengan kategori berisiko kurang energi kronis (KEK) jika bernilai < 23,5 cm dan tidak berisiko kurang energi kronik (KEK) jika bernilai > 23,5 cm.

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik contoh dan keluarga

Penelitian ini memiliki contoh yaitu wanita hamil pada kehamilan trimester kedua (3-6 bulan kehamilan) sesuai dengan kriteria kuintil (kuintil-2, kuintil-3 dan kuintil-4). Karakteristik social ekonomi contoh meliputi umur, pendidikan, besar keluarga, dan pekerjaan. Menurut Deptan (2002) pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi rumah tangga yaitu jumlah anggota rumah tangga, struktur umur, jenis kelamin, pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Umur

Umur contoh adalah wanita hamil yang memiliki usia 20-40 tahun, dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori: usia muda (20-29 tahun), usia tua (30-40 tahun). Berikut adalah Tabel sebaran contoh berdasarkan umur.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan umur dan tingkat sosial ekonomi

Umur Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n %

Muda (20-29 tahun) 30 44.1 38 56.7 48 70.6 116 57.1

Tua (30-40 tahun) 38 55.9 29 43.3 20 29.4 87 42.9

Total 68 100 67 100 68 100 203 100

Rata-rata ± SD 34.0 ± 6.9 32.6 ± 6.8 32.3 ± 6.2 33.0 ± 6.6

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 6, pada kuintil-2 lebih dari setengah contoh hamil pada usia tua (55.9%). Ini berarti pada tingkat sosial ekonomi rendah masih banyak kehamilan yang termasuk pada kehamilan yang berisiko yaitu di atas umur 35 tahun. Umur kehamilan contoh pada kuintil-3 sebagian besar terjadi pada umur muda (56.7%), demikian juga pada kuintil-4 umur kehamilan contoh sebagian besar adalah pada umur kehamilan muda (70.6%). Berarti kebanyakan contoh yang usia muda memiliki tingkat sosial ekonomi yang lebih baik dari contoh yang usianya tua. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada setiap kuintil berdasarkan umur dengan p=0.002.

(38)

kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati 2004).

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh pengetahuan.Tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh pada kehidupan di dalam keluarga khususnya tingkat pendidikan ibu yang mempunyai pengaruh lebih besar.Hal ini dikarenakan ibu mempunyai peran dan tanggung jawab lebih besar pada pengasuhan dan perawatan anak serta keluarga. Tingkat pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang untuk dapat menerima informasi dan menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehat sehari-hari (Atmarita & Fallah 2004). Pendidikan contoh dikategorikan menjadi empat, yaitu SD, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi ( PT: Diploma dan S1). Sebaran contoh berdasarkan pendidikan disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi

Pendidikan Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n %

SD 29 42.6 16 23.9 14 20.6 59 29.1

SMP/sederajat 26 38.2 17 25.4 22 32.4 65 32.0

SMA/sederajat 12 17.6 28 41.8 28 41.2 68 33.5

PT 1 1.5 6 9.0 4 5.9 11 5.4

Total 68 100 67 100 68 100 203 100

Tabel 7 menunjukkan tingkat pendidikan contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi keluarga. Kebanyakan contoh dengan tingkat sosial ekonomi rendah (kuintil-2) memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu SD (42.6%). Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi, jumlah contoh yang berpendidikan SD semakin berkurang, demikian sebaliknya. Pada kuintil-3 dan kuntuli-4 sebagian besar pendidikan contoh SMA/sederajat dan rata-rata pendidikan contoh SMA/sederajat. Hasil uji beda menunjukkan bahwa sebaran contoh pada setiap kuintil berdasarkan tingkat pendidikan berbeda sangat nyata dengan p=0.002.

Besar keluarga

Besar keluarga menurut BKKBN (2009) dibagi menjadi keluarga kecil jika

(39)

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan tingkat sosial ekonomi

Besar keluarga Kuinti-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n %

Kecil (≤ 4 orang) 34 50.0 42 62.7 50 73.5 126 62.1

Sedang (5-6 orang) 28 41.2 24 35.8 15 22.1 67 33.0

Besar (≥ 7 orang) 6 8.8 1 1.5 3 4.4 10 4.9

Total 68 100 67 100 68 100 203 100

Rata-rata ± SD 4.7 ± 2.0 4.1 ± 1.6 3.8 ± 1.9 4.2 ± 1.8

Hasil penelitian menunjukkan besar keluarga seluruh contoh berkisar antara 2 sampai 12 orang dengan rata-rata 4.2 ± 1.8 orang. Keluarga dengan ukuran kecil sebagian besar berada pada kuintil-4 (73.5%). Hampir dari setengahnya (41.2%) ukuran keluarga sedang berada pada kuintil-2. Hanya sedikit contoh yang berukuran keluarga besar. Secara keseluruhan dapat diartikan bahwa semakin besar tingkat sosial ekonomi dalam suatu keluarga ukuran besar keluarganya semakin kecil. Berdasarkan analisis One way ANOVA ada perbedaan nyata dari setiap kuintil (p>0.01).,

Pekerjaan

Jenis pekerjaan contoh dalam penelitian ini antara lain sebagai ibu rumah tangga (IRT), pedagang, pembantu rumah tangga (PRT), guru, karyawan swata, dan wiraswasta. Berikut adalah Tabel sebaran contoh berdasarkan pekerjaan.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan dan tingkat sosial ekonomi

Pekerjaan Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n %

IRT 60 88.2 57 85.1 57 83.8 174 85.7

PRT 2 2.9 1 1.5 0 0 3 1.5

Pedagang 4 5.9 3 4.5 7 10.3 14 6.9

Guru 1 1.5 2 3.0 0 0 3 1.5

Karyawan swasta 1 1.5 3 4.5 3 4.4 7 3.4

Wiraswasta 0 0 1 1.5 1 1.5 2 1.0

Total 68 100 67 100 68 100 203 100

(40)

Hanya sedikit contoh yang berkerja sebagai wiraswasta. Pada kuintil-4 tidak ada contoh yang berkerja sebagai PRT. Sebagian kecil lainnya bekerja sebagai pedagang (6.9%), guru (1.5%), dan karyawan swasta (3.4%). Pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan ( Khomsan 2000).

Konsumsi Pangan

Konsumsi makanan contoh dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan metode recall 2x24 jam. Tabel 10 menunjukkan beberapa kelompok pangan yang dikonsumsi oleh contoh. Kelompok pangan di kelompokan ke dalam 11 kelompok yaitu padi-padian dan olahannya, telur dan olahannya, ikan dan olahannya, buah dan olahannya, kacang-kacangan dan olahannya, daging dan olahannya, susu dan olahannya, unggas dan olahannya, sayuran dan olahannya, camilan makanan, minuman, berikut adalah Tabel yang akan menejelasakan dari setiap kelompok pangan.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkant berat pangan dan tingkat sosial ekonomi

Kelompok pangan

Kuintil-2 (n=68) Kuintil-3 (n=67) Kuintil-4 (n=68)

n Berat n Berat n Berat

Padi-padian dan olahannya, merupakan kelompok pangan yang dikonsumsi oleh semua contoh, pada setiap kuintil sebesar 100%. Jumlah padi-padian dan olahannya pada kuintil empat sebesar 520.9 g/kap/hari atau sekitar 21.8% dari total konsumsi pangan.

(41)

banyak pada kuintil-4 yaitu 24.6 g/kap/hari. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka jumlah konsumsi telur dan olahannya semakin tinggi. Konsumsi telur nasional saat ini sebesar 7,14 g/kap/hari atau setara dengan satu butir/kap/minggu.Telur merupakan salah satu bahan pangan hewani yang bernilai gizi tinggi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak maupun orang dewasa ataupun ibu hamil. Protein telur mempunyai mutu yang tinggi, karena memiliki susunan asam amino essensial yang lengkap, sehingga dijadikan patokan untuk menentukan mutu protein dari bahan pangan lain (Anjarsari 2010).

Ikan dan olahannya, contoh yang mengkonsumsi ikan tergolong banyak baik pada setiap kuintil, jumlah konsumsi ikan tertinggi adalah pada kuintil-3 yaitu sebesar 25,3 g/kap/hari. Berdasarkan konsumsi ikan standar nasional 33 kilogram perkapita pertahun konsumsi ikan contoh masih tergolong kurang. Ikan dan produk-produk perikanan merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang relatif murah harganya dibandingkan dengan sumber-sumber protein lainnya seperti daging sapi, daging ayam, susu dan telur (Anjarsari 2010).

Buah dan olahannya, jumlah contoh yang mengkonsumsi buah dan olahannya yaitu di atas 90% bahkan pada kuintil-4 mencapai 100%. Demikian juga total jumlah konsumsi buah dan olahannya contoh tertinggi pada kuintil-4 sebesar 55.3 g/kap/hari. Sehingga semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka konsumsi buah dan olahannya semakin tinggi juga.

Kacang-kacangan dan olahannya, jumlah contoh yang mengkonsumsi kacang-kacangan dan olahannya tergolong baik karena pada setiap kuintil mencapai lebih dari 90% dan kuintil-4 mencapai 100%. Demikian juga dari segi jumlah konsumsi kacang-kacangan dan olahannya contoh termasuk baik terutama pada kuintil-4 mencapai 83.9 g/kap/hari.

(42)

kebutuhan gizi, karena daging mengandung protein yang cukup tinggi dengan kandungan asam amino esensial yang lengkap (Anjarsari 2010).

Susu dan olahannya, jumlah contoh yang mengkonsumsi susu dan olahannya pada kuintil-2 sebesar 66.2% pada kuintil-3 sebesar 79.1%, dan sebaran contoh yang mengkonsumsi susu terbanyak pada kuintil-4 sebesar 88.2%. Jumlah konsumsi contoh tergolong tinggi terutama pada kuintil-4 yaitu sebesar 264.3 g/kap/hari. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat sosial ekonomi keluarga maka tingkat konsumsi susu dan olahannya juga semakin meningkat. Susu merupakan salah satu makanan yang bernilai gizi tinggi, mempunyai sifat-sifat baik untuk menunjang kesehatan manusia.

Unggas dan olahannya, jumlah contoh yang mengkonsumsi unggas dan produk unggas pada kuintil-2 sebesar 57.4%, dan jumlah contoh mengkonsumsi unggas terbanyak pada kuintil-4 sebesar 88.2%. Demikian juga dengan jumlah unggas dan olahannya terbesar dikonsumsi adalah pada kuintil-4 yaitu sebesar 39.9 g/kap/hari. Bahwa semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka konsumsi pangan unggas dan produk unggas semakin tinggi. Daging unggas merupakan sumber protein yang baik.

Sayur-sayuran, jumlah contoh yang mengkonsumsi sayur-sayuran tergolong tinggi terutama pada kuintil-2 dan kuintil-4 mencapai 100%, sedangkan kuintil-3 82.1%. Jumlah konsumsi sayuran contoh tergolong tinggi pada setiap kuintil rata-rata di atas 150 g/kap/hari. Sayuran-sayuran merupakan kelompok pangan yang kaya akan serat dan vitamin, serat memiliki pengaruh yang penting dalam sistem pencernaan.

Camilan makanan dan minuman , jumlah contoh yang mengkonsumsi camilan makanan tergolong tinggi yaitu mencapai mencapai 100% pada kuintil-2, kemudian diikuti kuintil-4 mencapai 97.1%. pada kuintil-2 dan kuintil-4, pada kuintil-3 mencapai 98.5%. Namun dari segi jumlah konsumsi contoh masih tergolong kurang karena pada kuintil-2 hanya 1.191.8 g/kap/hari, kuintil-3 sebesar 1.206.3 g/kap/hari dan kuintil-4 hanya 1.192.5 g/kap/ hari.

Konsumsi Susu

(43)

sedikit probiotik. Berikut sebaran contoh menurut jenis konsumsi susu berdasarkan kuintil.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan berat konsumsi susu dan tingkat sosial ekonomi

Jenis Susu Kuintil-2 (n=68) Kuintil-3 (n=67) Kuintil-4 (n=68)

n % g n % g n % g

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi jumlah konsumsi susu semakin meningkat berturut-turut menurut kuintil (110.3g, 170.1g, 254g).

Frekuensi minum susu

Jumlah contoh dalam penelitian ini, pada kuintil-2 sejumlah 68 contoh, pada kuintil-3 sejumlah 67 contoh dan pada kuintil-4 sejumlah 68 contoh. Sebaran contoh menurut frekuensi minum susu berdasarkan kuintil dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat ada 7 jenis susu dan olahannya yang dikonsumsi contoh. Susu bubuk merupakan jenis susu yang paling sering dikonsumsi ibu hamil sebesar (43.3%). Hal ini diduga karena pada umumnya susu khusus ibu hamil yang banyak beredar dimasyakarakat berupa susu bubuk dan mengingat semakin banyaknya produsen susu khusus ibu hamil yang mengiklankan produknya di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Data tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat sosial ekonomi contoh maka frekuensi konsumsi susunya semakin tinggi juga.

(44)

bahwa jenis susu kental manis hanya dikonsumsi sebagai ditambahkan pada hidangan penutup, seperti kue atau minuman es tidak dikonsumsi secara khusus, sehingga frekuensinya sangat jarang.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi berbagai jenis susu dan tingkat sosial ekonomi

Frekuensi Konsumsi Susu Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

(45)

Jenis susu cair juga tergolong masih sangat jarang sebesar (100%) artinya semua contoh pada setiap tingkat sosial ekonomi sangat jarang mengkonsumsi susu cair pada saat hamil. Hal ini diduga karena aksesnya yang sulit dan dikhawatirkan intoleran terhadap susu cair. Sedangkan jenis susu dan olahannya berupa es krim, yoghurt, keju dan probiotik dikonsumsi sangat jarang oleh contoh. Hal ini karena jenis susu tersebut hanya dikonsumsi pada saat tertentu saja dan merupakan sebagai camilan atau bahan tambahan untuk kue misalnya keju. Dan untuk jenis susu yoghurt dan probiotik saat ini sebagian besar masih dikenal ada kalangan ekonomi menengah ke atas yang dijadikan sebagai solusi untuk kesehatan pencernaan.

Asupan Energi dan Zat Gizi

Asupan energi dan zat gizi yaitu dapat dilihat dari jumlah konsumsi pangan dan konsumsi susu. Rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan kuintil dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 13 Rata-rata asupan energi dan protein contoh berdasarkan kelompok

pangan dan tingkat sosial ekonomi

Kelompok Pangan

Asupan energi (kkal/kap/hari) Asupan protein (g/kap/hari) Kuintil

(46)

adalah padi-padian diikuti camilan, kacang-kacangan dan olahannya. Kontribusi susu terhadap energi sebesar 5,6% kuintil-2, 11 % kuintil-3, dan 8.2% kuintil-4.

Kelompok pangan yang memberikan kontribusi protein tertinggi adalah kelompok padi-padian (beras, mi dan gandum), diikuti buah dan olahannya (buah segar, buah campur), kemudian unggas dan olahannya (ayam goreng, sup ayam, dan bebek goreng). Kontribusi susu terhadap protein sebesar 7,2% kuintil-2, 1kuintil-2,1% kuintil-3, 16,7% kuintil-4. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi jumlah konsumsi setiap kelompok pangan semakin meningkat.

Menurut AKG 2004 menetapkan bahwa angka kecukupan energi (AKE) dan angka kecukupan protein (AKP) wanita hamil usia 19-29 adalah 2.200 kkal/kap/hari dan usia 30-49 adalah 2.100 kkal/kap/hari, dan angka kecukupan protein (AKP) 67 g/kap/hari. Secara umum asupan energi contoh masih kurang dan konsumsi protein hanya kuintil-2 yang belum mencukupi.

Tabel 14 Rata-rata asupan energi dan protein berdasarkan berbagai jenis susu dan tingkat sosial ekonomi

Jenis Susu

Asupan energi (kkal/kap/hari) Asupan protein (g/kap/hari) Kuintil

Jenis susu yang memiliki energi terbesar adalah susu bubuk, kemudian susu kental manis dan susu cair. Sedangkan yang terendah adalah probiotik (0-0.4 kkal/kap/hari). Asupan energi susu bubuk semakin tinggi tingkat sosial ekonomi asupannya semakin tinggi, sebaliknya untuk susu kental manis pada tingkat sosial ekonomi tinggi asupannya semakin rendah. Menurut Achmadi EE (2012) urutan konsumsi jenis susu yang baik adalah susu pasteurisasi, susu Ultra High Temperature (UHT), susu bubuk, dan susu kental manis.

Tingkat Kecukupan Zat Gizi

(47)

yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Muchtadi 1989). Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada masing-masing orang per hari bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4

n % n % n %

(48)

yang dianjurkan tahun 2004 yaitu sekitar 44.2% ibu hamil mengkonsumsi makanan di bawah kebutuhan minimal. Pada penelitian ini sekitar (54.4%) contoh dengan tingkat sosial ekonomi rendah mengalami defisit tingkat berat dan normal hanya 13.2%. Sedangkan untuk contoh dengan tingkat sosial ekonomi lebih tinggi (kuintil-4) hanya 38.2% yang mengalami defisit tingkat berat dan normal sebesar 19,1%.

Tingkat kecukupan protein pada tingkat sosial ekonomi rendah sebagian besar mengalami defisit tingkat berat sebesar 54.4%, dan sekitar 49.3% pada kuintil-3. Sedangkan untuk tingkat sosial ekonomi lebih tinggi mengalami defisit tingkat berat sebesar 36.8% untuk normal hanya 19.1%. Secara keseluruhan, sumber protein dan kalori yang didapatkan responden dari menu makanan pagi, siang, dan malam meliputi golongan nasi, buah, sayur, daging, ikan, telur, tahu,tempe dan susu.

Tingkat kecukupan kalsium pada kuintil-2 sebagian besar termasuk dalam kategori cukup (72.1%), demikian juga pada kuintil-3 sebesar (56.7%) termasuk dalam kategori cukup. Sedangkan, pada kuintil-4 sebagian besar dalam kategori kurang (60.3%). Penyerapan kalsium dalam tubuh dipengaruhi banyak faktor, terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Menurut Wardlaw (1992), faktor pendukung penyerapan kalsium adalah kondisi keasaman permukaan, aktivitas dan motilitas saluran pencernaan normal, asupan kalsium dan fosfor seimbang, cukup vitamin D, tubuh memerlukan kalsium dalam jumlah lebih tinggi, asupan kalsium rendah, adanya hormon paratiroid (meningkatkan aktivitas sintesis vitamin D) dan adanya laktosa.

Tingkat kecukupan zat besi contoh sebagian besar pada setiap kuintil dalam kategori kurang. Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

(49)

Tingkat konsumsi zat gizi seseorang dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan makanan dan sikap terhadap makanan. Tingkat ketersediaan makanan dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan makanan yang tersedia, kemampuan atau daya beli serta jumlah anggota keluarga. Sedangkan sikap terhadap makanan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan gizi dan faktor sosial budaya. Kemampuan mengolah menu makanan dan pengetahuan gizi makanan akan mempengaruhi status gizi seseorang. Semakin tinggi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang, dan semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, maka semakin tinggi pula variasi makanan yang dikonsumsi (Suhardjo 2003).

Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara; secara klinis, secara biokimia, secara biofisik dan secara antropometri (BB, TB, LILA). Penilaian antropometri adalah sesuatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk 2002). Berikut adalah data status berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA).

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan tingkat sosial ekonomi

Status gizi Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total

n % n % n % n %

(50)

ekonomi sedang (kuintil-3) contoh yang berisiko KEK sebesar 20.9% sedikit lebih tinggi dari kuintil-2 dan yang normal atau tidak berisiko KEK sebesar 79.1%. Pada tingkat sosial ekonomi tinggi (kuintil-4) contoh yang berisiko KEK semakin berkurang yaitu sebesar 16.2% dan yang tidak berisiko sebesar 83.8%. Risiko KEK tidak hanya dipengaruhi oleh faktor tingkat sosial ekonomi saja namun ada faktor umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Total risiko KEK contoh sebesar 18.7% dan yang tidak berisiko KEK sebesar 81.3%, sejalan dengan penelitian Najoan JA (2011) bahwa risiko KEK daerah perkotaan sebesar 17.3 % lebih sedikit jumlah dibangdingka dengan pedesaan sekitar 21.1%. Hal ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi semakin tinggi risiko KEK contoh berkurang.

Hubungan antar variabel-variabel

Hubungan antar variabel yang dianalisis secara statistik adalah hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan status gizi, hubungan antar sosial ekonomi dengan frekuensi minum susu, dan hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi.

Hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan status gizi

Gambar

Gambar 1  Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan pola konsumsi
Tabel 3  Variabel dan cara pengumpulan data penelitian
Tabel 5. Tabel 5 Kategori dan kriteria untuk setiap variabel penelitian
Tabel 7  Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya dan tak lupa sholawat serta salam tercurah pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun murbei ( Morus alba L.) terhadap efek antihiperkolesterol dari simvastatin pada tikus putih yang

Dari beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor makroekonomi seperti inflasi, suku bunga, dan kurs rupiah cukup memengaruhi pergerakan indeks saham

Oleh karena itu, kita perlu akrab dengan bidang permasalahan tersebut melalui penelaahan:. Buku Jurnal

100 menit Abler, Ronald, Peter Gould, Spatial Organization, The Geographers Views. Lavery,

Proses produksi polyethylene menggunakan katalis Chromium di PT Lotte Chemical Titan Nusantara pada train 1 terdiri dari empat tahapan, yaitu:.. Tahap Penyiapan Bahan

Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secnra wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Reksa Dana Panin Dana Teladan tanggal 31

Agar hak dari warga binaan sebagaiman tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 22 ayat (2), Pasal 29 ayat (2), dan Pasal 36 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun