• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi alih jenis Institut Pertanian Bogor, dengan kriteria sampel yang memenuhi syarat inklusi yaitu: (1) IMT tidak lebih dari 25 kg/m2, (2) Memiliki rentang umur 16-29 tahun, (3) Belum pernah mendapatkan intervensi suplementasi serupa dalam waktu yang berdekatan, serta (4) Bersedia mengisi informed concent dan berpartisipasi dalam penelitian. Syarat eksklusi terdiri dari (1) Hamil atau menyusui, (2) Merokok, (3) Menderita suatu penyakit yang mengharuskannya cek rutin, serta (4) Pindah atau berada di luar lokasi dalam jangka waktu lama, sehingga tidak dapat mengikuti perlakuan.

Keseluruhan sampel dalam penelitian ini berpartisipasi dengan baik, sehingga tidak ada sampel yang harus di drop out. Karakteristik sampel yang diamati pada penelitian ini meliputi variabel umur, program studi, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh (IMT), dan riwayat penyakit.

Penentuan sampel perempuan muda sehat dalam penelitian ini, didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lyle et al (1998) bahwa penggunaan suplemen makanan lebih banyak ditemui pada populasi perempuan dari pada laki-laki. Kondisi serupa juga didukung oleh penelitian Greger (2001) bahwa perempuan lebih sering mengonsumsi suplemen, terutama multivitamin, vitamin C dan vitamin E dibandingkan laki-laki.

Pada penelitian ini, sampel berasal dari 3 program studi alih jenis yang berbeda yang berada di Institut Pertanian Bogor yaitu program studi Gizi Masyarakat, Agribisnis dan Manajemen, namun sampel terbanyak untuk masing- masing kelompok perlakuan berasal dari program studi Gizi Masyarakat dengan persentase berkisar antara 66,7%-83,3%, sedangkan persentase terendah adalah 16,7% berasal dari program studi Agribisnis dan Manajemen tersebar pada semua kelompok perlakuan. Secara keseluruhan, variabel karakteristik dari sampel penelitian tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran karakteristik individu sampel pada tiap kelompok perlakuan Karakteristik Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Total

n % n % n % n % N % Departemen - Gizi Masyarakat 4 66,7 4 66,6 5 83,3 5 83,3 18 75,0 - Agribisnis 0 0 1 16,7 1 16,7 1 16,7 3 12,5 - Manajemen 2 33,3 1 16,7 0 0 0 0 3 12,5 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Umur - >24 1 16,7 0 0 0 0 1 16,7 2 8,3 - 22-24 2 33,3 4 66,7 5 83,3 4 66,6 15 62,5 - <22 3 50,0 2 33,3 1 16,7 1 16,7 7 29,2 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Rata-rata 23±1,26 23±0,82 23±1,03 23±0,89 23±0,96 Status Gizi - Kurus tk berat 0 0 0 0 1 16,7 0 0 1 4,2 - Kurus tk ringan 1 16,7 0 0 0 0 4 66,7 5 20,8 - Normal 5 83,3 6 100,0 5 83,3 2 33,3 18 75,0 - Gemuk tk ringan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Gemuk tk berat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Rata-rata 20,1±1,0 20,8±1,3 20,6±2,4 19,2±2,1 20,2±1,82 Riwayat Penyakit - Maag 3 50,0 3 50,0 4 66,6 3 50,0 13 54,2 - Typus 1 16,7 0 0 1 16,7 3 50,0 5 20,8 - Asma 1 16,7 1 16,7 1 16,7 0 0 3 12,5 - Tidak menderita sakit 1 16,7 2 33,3 0 0 0 0 3 12,5 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0

Sampel yang berpartisipasi pada penelitian ini memiliki umur rata-rata 23 ± 0,94 tahun, dengan persentase terbesar (83,3%) pada kelompok umur 22-24 tahun dan persentase terkecil (16,7%) pada rentang umur >24 tahun untuk kelompok perlakuan kontrol dan multivitamin. Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) umur sampel antar kelompok perlakuan. Kemiripan umur menjadi salah satu faktor penting yang dipertimbangkan untuk menjaga validitas internal dari penelitian ini, diharapkan bahwa pada rentang yang tidak terlalu jauh memiliki kemiripan dalam sistem atau proses metabolisme secara umum walaupun tidak menutup kemungkinan variasi setiap individu tetap ada.

Rata-rata berat badan sampel adalah 48,7 ± 5,71 kg. Hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) berat badan sampel antar kelompok perlakuan. Rata-rata secara keseluruhan tinggi badan sampel adalah 155,21 ± 3,76 cm, hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara tinggi badan sampel antar kelompok perlakuan.

Rata-rata IMT sampel tiap kelompok perlakuan berada pada kategori normal (>18,5-25,0) dengan kisaran persentase (33,3-100%). Persentase terendah pada rentang kategori (<17,0) dan (17,0-18,5) yaitu sebesar 16,7%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) indeks massa tubuh sampel antar kelompok perlakuan.

Penelitian Lee et al (2002) memperlihatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara Indeks Massa tubuh dengan konsumsi suplemen zat gizi. Penelitian lain menyebutkan bahwa pengguna suplemen makanan adalah mereka yang underweight (Messerer 2001). Menurut White et al (2004) semakin rendah IMT seseorang maka semakin tinggi kecenderungan orang untuk mengonsumsi suplemen makanan.

Sampel pada umumnya memiliki riwayat penyakit maag, typus, asma dan hepatitis. Secara keseluruhan rata-rata sampel tiap kelompok perlakuan memiliki riwayat penyakit maag dengan persentase 54,2% . Ini diduga dikarenakan pola makan mahasiswa yang tidak menentu, selain itu mahasiswa kurang memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsinya. Hal ini juga diperkirakan yang menyebabkan penyakit selanjutnya yang banyak diderita mahasiswa setelah penyakit maag yaitu tipus. Rata-rata sampel yang menderita penyakit tipus secara keseluruhan kelompok perlakuan adalah 20,8%.

Konsumsi, Frekuensi, Asupan dan Tingkat Kecukupan

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah (berat) pangan yang dikonsumsi sampel rata-rata perorang perhari (gram/orang/hari), dapat dilihat pada Tabel 4.

Beras merupakan pangan sumber energi utama bagi sampel setiap kelompok perlakuan dengan jumlah rata-rata konsumsi perorang perhari adalah 181,8 gram. Bahan pangan sumber protein hewani yang dikonsumsi sampel, cukup beragam terdiri dari daging sapi, daging ayam, telur, ikan kembung, ikan asin, udang, lele, bakso dan susu. Sumber pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi sampel tiap kelompok perlakuan adalah daging ayam, telur dan ikan kembung, dengan rata-rata konsumsi perorang perhari secara berurutan yaitu 26,8 g, 29,0 g dan 16,3 g.

Tabel 4 Rata-rata konsumsi pangan sampel per orang per hari (g/orang/hari)

Kelompok Pangan Jumlah Konsumsi Pangan (g/orang/hari)

Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Rata-rata

I. Sumber Energi Beras 174,5 194,7 168,5 189,3 181,8 Mie Instan 20,0 15,0 28,3 39,0 25,6 Roti 17,5 7,8 14,3 9,0 12,2 Jagung 7,5 1,8 3,8 1,2 3,6 Kentang 6,7 13,3 9,5 2,5 8,00 Singkong 2,8 0 0 0,7 0,9 Ubi 3,0 0 2,3 5,0 2,6

II. Sumber Hewani

Daging Sapi 8,2 10,7 7,3 4,5 7,7 Daging Ayam 32,3 23,8 27,5 23,5 26,8 Telur 28,5 29,2 27,2 31,2 29,0 Ikan kembung 20,0 13,2 14,8 16,5 16,3 IKan Asin 1,8 3,8 3,33 0,17 2,6 Udang 0,67 4,3 0,7 0,5 1,5 Lele 1,8 14,0 5,8 8,3 7,5 Bakso 5,7 8,0 7,7 5,7 6,8 Susu 12,0 17,5 2,3 14,8 11,7

III. Sumber Nabati

Tahu 21,0 27,0 20,0 7,5 18,9 Tempe 21,7 14,3 16,7 15,3 17,0 IV. Sayur-sayuran Bayam 4,8 16,5 2,3 3,0 6,7 Kangkung 13,5 4,7 2,2 8,3 7,2 Buncis 2,8 2,7 2,7 0 2,04 Daun singkong 6,7 0 3,0 4 3,4 Tomat 0,83 1,2 2,17 0,2 1,1 Wortel 12,2 10,3 13,5 6,7 10,7 V. Buah Jeruk 27,8 13,3 11,3 2,3 13,7 Mangga 4,7 7,8 0,33 4,7 4,4 Jambu biji 5,3 1,83 5,0 4,2 4,1 Apel 0,2 0 7,2 0 1,8 Pepaya 0 5,3 7,2 9,5 5,5 Nenas 0 9,8 9 4,7 5,9 Pisang 11,3 8,7 17,5 10,0 11,9 IV Serba-serbi Gula pasir 7,8 6,2 5 7,7 5,9 MInyak Goreng 19,8 18,0 18,2 17,3 6,7

Tahu dan tempe merupakan pangan sumber protein nabati yang cukup disukai dan paling banyak dikonsumsi sampel dengan jumlah rata-rata konsumsi perorang perhari dari semua perlakuan adalah 18,9 g dan 17,0 g. Protein nabati seperti tahu dan tempe pada umumnya berasal dari gorengan yang dibeli oleh sampel. Sehingga konsumsi protein nabati tinggi diikuti dengan konsumsi minyak yang juga tinggi.

Konsumsi sayuran sampel secara keseluruhan sangat bervariasi. Sayur- sayuran dan buah-buahan merupakan bahan pangan yang banyak mengandung

vitamin dan mineral. Sayuran yang paling banyak disukai dan banyak dikonsumsi oleh sampel dari tiap kelompok perlakuan adalah wortel, kangkung dan bayam dengan rata-rata konsumsi perorang perhari secara berurutan adalah 10,7 g, 7,2 g dan 6,7 g. Buah-buahan yang dikonsumsi sampel juga bervariasi seperti jeruk, mangga, jambu biji, apel, pepaya, nenas dan pisang. Buah yang paling banyak dikonsumsi sampel adalah pisang dan jeruk dengan rata-rata secara keseluruhan konsumsi perorang perhari secara berurutan adalah 11,9 g dan 13,7 g.

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Antioksidan

Frekuensi konsumsi pangan dilakukan untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan pangan atau makanan, selama periode tertentu, dalam penelitian ini adalah satu minggu. Frekuensi konsumsi pangan merupakan aspek penting dari kebiasaan konsumsi pangan yang secara kualitatif dapat memberikan gambaran tentang pola konsumsi bahan pangan. Frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, Seng, Tembaga secara lengkap tersaji pada Tabel 5.

Frekuensi sampel mengonsumsi sumber vitamin dan mineral terutama vitamin C, vitamin E, seng dan tembaga. Secara keseluruhan pangan sumber vitamin C sampel yang paling sering dikonsumsi yaitu pisang, jeruk dan nenas, dengan frekuensi secara berurutan 2-3 kali, 1-2 kali dan 1-3 kali per minggu. Frekuensi konsumsi sumber vitamin E sampel yang sering dikonsumsi berasal dari bahan pangan daging ayam, susu dan telur dengan frekuensi masing- masing 3-5 kali, 2-5 kali, dan 3-4 kali per minggu.

Frekuensi konsumsi pangan sumber seng yang sering dikonsumsi sampel adalah berasal dari bahan pangan ikan dan susu dengan frekuensi secara berurutan adalah 4-5 kali dan 2-5 kali per minggu. Sedangkan pangan sumber tembaga yang paling sering dikonsumsi adalah udang dengan frekuensi 0-2 kali per minggu. Berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0.05) frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, Seng dan tembaga sampel antar tiap kelompok perlakuan.

Tabel 5 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, seng, dan tembaga antar kelompok perlakuan

Kelompok Pangan Frekuensi (kali/minggu)

Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin

I. Sumber Vitamin C Jeruk 1,7 2,7 1,7 1,2 Pepaya 0,8 1,5 2 2,3 Nenas 1 2 2,2 1,3 Pisang raja 2,2 2 2,8 2,3 Jambu biji 1,2 1,8 1 1 Mangga 0,5 0 0,5 0 Bayam 1,2 2 0,8 0,5

II. Sumber Vitamin E

Ayam 5 4,3 3 4,5 Susu 2 4 3 4,7 Mentega 2,8 2,7 2,8 2,3 Telur 3,7 4 3,2 4,2 Kacang-kacangan 4,2 4,7 4,5 2,2 Selada 2,3 1,5 2,5 2,2

III. Sumber Seng

Tiram 1,3 0 0,3 0 Kepiting 0 0 0 0 Udang 2,2 1,7 0,2 0,3 Jamur 0,8 0 0,3 0,5 Bayam 1,2 2 0,8 0,5 Daging 1,5 1,5 1,7 1,2 Ikan 4,5 4,8 4,2 5 Susu 2 4 3 4,7

IV. Sumber Tembaga

Hati 0,3 0,5 0,3 0,8

Udang 2,2 1,7 0,2 0,3

Asupan Energi dan Zat Gizi

Besarnya porsi pangan sampel berdasarkan ukuran rumah tangga (URT) dikonversi ke dalam gram. Jumlah zat gizi yang dikonsumsi dari berbagai jenis dan kelompok pangan diketahui menggunakan nutri survey, sehingga dapat melihat rata-rata asupan masing-masing sampel antar tiap kelompok perlakuan.

Secara keseluruhan rata-rata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak sampel pada tiap kelompok perlakuan hampir sama, yaitu berkisar antara 1412–1651 kkal, 213,3-254,9 gram, 48,1-56,9 gram, dan 40,1-45,8 gram. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) konsumsi Energi, karbohidrat, protein dan lemak sampel tiap kelompok perlakuan. Konsumsi vitamin dan mineral sampel tiap kelompok perlakuan juga tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05).

Tabel 6 Asupan rata-rata energi dan zat gizi kelompok perlakuan berdasarkan record 7x 24 jam

Zat Gizi Kelompok Perlakuan

Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin

Energi (kkal) 1509 1651 1412 1515 Karbohidrat (g) 228,2 254,9 213,3 232,2 Protein (g) 51,6 56,9 48,1 48,2 Lemak (g) 45,8 43,6 40,1 42,7 Vitamin A (RE) 1644,4 1298 1189,1 1356,2 Vitamin B (mg) 3,0 2,9 2,0 2,2 Vitamin C (mg) 49,7 45,1 39,4 31,9 Vitamin E (mg) 3,6 3,6 3,1 3,5 Ca (mg) 307,8 272,6 194,5 284,4 Seng (mg) 5,8 6,5 5,3 5,5 Tembaga (mg) 0,8 1,8 0,7 0,7

Asupan Vitamin dan Mineral Sampel dari Makanan dan Intervensi

Seseorang tidak akan memperoleh cukup vitamin hanya dari makanan yang dikonsumsi. Agar dapat bertindak sebagai antioksidan, seseorang harus mengonsumsi vitamin E lebih dari AKG, umumnya sekitar 100 mg/hari (Muchtadi 2009). Sedangkan untuk vitamin C seseorang harus mengonsumsi melebihi AKG sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Rata-rata asupan vitamin dan mineral sampel tiap kelompok perlakuan yang berasal dari makanan dan intervensi tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7 Asupan rata-rata vitamin dan mineral kelompok perlakuan berdasarkan record 7x 24 jam dari makanan dan suplemen

zat gizi Kelompok Perlakuan

Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin

Vitamin C (mg) Makanan 49,7 45,1 39,4 31,9 Suplemen - 500,0 - 500,0 Total 49,7 545,1 39,4 531,9 Vitamin E (mg) Makanan 3,6 3,6 3,1 3,5 Suplemen - - 133,0 30,0 Total 3,6 3,6 136,1 33,5 Seng (mg) Makanan 5,25 6,5 5,5 5,8 Suplemen - - - 15,0 Total 5,25 6,5 5,5 20,8 Tembaga (mg) Makanan 0,7 1,8 0,7 0,8 Suplemen - - - 1,5 Total 0,7 1,8 0,7 2,3

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa konsumsi vitamin dan mineral dari tiap kelompok perlakuan kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan yaitu vitamin C 75 mg/hari, vitamin E 15 mg/hari, Seng 9,3 mg/hari. Pada kelompok kontrol sumber vitamin C, vitamin E, seng dan Tembaga hanya berasal dari makanan. Sedangkan pada kelompok vitamin C mendapatkan tambahan vitamin C dari intervensi sebesar 500 mg/hari sehingga rata-rata konsumsi vitamin C /orang/hari adalah 545 mg, namun untuk vitamin E, seng dan Tembaga pada kelompok ini masih kurang karena tidak mendapatkan tambahan asupan dari intervensi.

Pada kelompok vitamin E mendapatkan tambahan vitamin E dari intervensi sebesar 133 mg/hari atau setara dengan 200 IU sehingga rata-rata konsumsi vitamin E /orang/hari adalah 136 mg, namun untuk vitamin C, seng dan Tembaga pada kelompok ini masih kurang karena tidak mendapatkan tambahan asupan dari intervensi. Pada kelompok multivitamin-mineral mendapatkan tambahan vitamin C, vitamin E, seng dan Tembaga dari intervensi sebesar 500 mg/ hari untuk vitamin C, 30 mg/ hari untuk vitamin E, 15 mg/hari untuk seng dan 1,5 mg/hari untuk Tembaga. Sehingga rata-rata konsumsi vitamin C, vitamin E, seng dan Tembaga /orang/hari secara berurutan adalah 532 mg, 33,5 mg, 20,8 mg dan 2,3 mg.

Untuk mengonsumsi vitamin E dan vitamin C hingga mencapai nilai yang melebihi AKG dapat diperoleh dengan mengonsumsi suplemen vitamin E dan vitamin C dengan dosis tertentu di samping sumber yang berasal dari makanan.

Tingkat Kecukupan

Angka kecukupan vitamin C, vitamin E, seng, dan tembaga pada kelompok umur 19-29 dengan jenis kelamin perempuan secara berurutan adalah 75 mg, 15 mg, 9,3 mg (WNKPG 2004). Berdasarkan AKG dapat diketahui tingkat kecukupan konsumsi sampel antar tiap kelompok perlakuan. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tingkat kecukupan energi sampel tiap kelompok perlakuan tersebar pada kategori defisit, kurang dan sedang dengan persentase masing-masing 29,2%, 29,2% dan 25%. Sedangkan tingkat kecukupan energi sampel yang baik pada kelompok intervensi vitamin C yaitu 50%. Rendahnya tingkat kecukupan sampel dikarenakan kurangnya frekuensi dan jumlah pangan sumber energi yang dikonsumsi. Ini terlihat pada rata-rata konsumsi sumber energi sampel perorang perhari pada Tabel 8.

Tingkat kecukupan protein sebagian besar sampel sebagian besar berada pada kategori baik yaitu dengan persentase 54,1%. Tingkat kecukupan protein sampel baik pada kelompok intervensi vitamin C yaitu 66,7%. Hal ini dikarenakan konsumsi protein hewani sampel cukup bervariasi baik jumlah dan frekuensi.

Tingkat kecukupan vitamin C, vitamin E, seng dan sampel tiap kelompok perlakuan masih sangat kurang, yaitu dengan persentase secara berurutan adalah 83%, 100% dan 87,5%. Berdeda dengan vitamin A yang secara keseluruhan sampel memiliki tingkat kecukupan yang baik yaitu dengan persentase 100%. Hal ini dikarenakan konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, Seng dan Tembaga yang masih sangat rendah. Terutama pada konsumsi sayuran dan buah. Sedangkan bahan pangan yang banyak menyumbang vitamin A adalah wortel, telur, mangga dan minyak.

Tabel 8 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang berasal dari makanan pada tiap kelompok perlakuan

Kategori Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Rata-rata

n % n % n % n % n % Energi Defisit 2 33,3 1 16,7 2 33,3 2 33,3 7 29,2 Kurang 2 33,3 2 33,3 2 33,3 1 16,7 7 29,2 Sedang 1 16,7 0 0 2 33,3 3 50,0 6 25,0 Baik 1 16,7 3 50,0 0 0 0 0 4 16,6 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Protein Defisit 0 0 0 0 0 0 1 16,7 1 4,2 Kurang 1 16,7 1 16,7 1 16,7 0 0 3 12,5 Sedang 2 33,3 1 16,7 2 33,3 2 33,3 7 29,2 Baik 3 50,0 4 66,6 3 50,0 3 50,0 13 54,1 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Vitamin C Kurang 4 66,7 4 66,7 6 100,0 6 100,0 20 83,3 Cukup 2 33,3 2 33,3 0 0 0 0 4 16,7 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Vitamin E Kurang 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Cukup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Vitamin A Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Cukup 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 Seng Kurang 5 83,3 4 66,7 6 100,0 6 100,0 21 87,5 Cukup 1 16,7 2 33,3 0 0 0 0 3 12,5 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0

Berikut adalah tingkat kecukupan vitamin C, vitamin E, Seng, dan Tembaga sampel pada tiap kelompok perlakuan dengan konsumsi dari makanan dan intervensi.

Tingkat kecukupan vitamin C sampel pada kelompok yang tidak mendapatkan intervensi vitamin C yaitu kelompok kontrol dan vitamin E berada pada tingkat kecukupan yang kurang dengan persentase secara berurutan 66,7% dan 100%. Sedangkan kelompok yang mendapatkan intervensi vitamin C, tingkat kecukupan sampel menjadi baik yaitu 100%.

Berbeda dengan kelompok vitamin C dan kontrol, tingkat kecukupan vitamin E pada kelompok intervensi vitamin E dan multivitamin berada pada kategori baik yaitu dengan persentase 100%. dikarenakan multivitamin memberikan sumbangan untuk menambah vitamin C, E, Seng dan Tembaga. Sedangkan tingkat kecukupan sampel pada kelompok vitamin C dan kontrol sangat kurang dengan persentase 100%.

Begitu juga dengan Seng dan Tembaga, pada kelompok multivitamin Seng dan Tembaga berada pada kategori baik dengan persenatse 100%. Sedangkan untuk tiga kelompok lainnya berada pada kategori kurang.

Konsumsi antioksidan dalam jumlah memadai dilaporkan dapat menurunkan kejadian penyakit yang ditimbulkan oleh radikal bebas seperti penyakit degeneratif, kanker. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologis dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif karena penuaan. Oleh sebab itu, kecukupan asupan antioksidan secara optimal diperlukan pada semua kelompok umur (Winarsi 2011).

Defisiensi antioksidan berupa vitamin C, vitamin E, Seng, Se, dan Tembaga dalam derajat ringan ataupu berat, sangat berpengaruh terhadap kadar radikal bebas dalam tubuh (Meydani et al 1995). Kerusakan oksidatif terjadi sebagai akibat dari rendahnya antioksidan dalam tubuh sehingga tidak dapat mmengimbangi reaktivitas senyawa oksidan.

Tabel 9 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral tiap kelompok perlakuan yang berasal dari makanan dan suplemen

Tingkat kecukupan konsumsi dari makanan dan suplemen Kategori Kontrol Vitamin C Vitamin E Multivitamin Rata-rata

n % n % n % n % n % Vitamin C Kurang 4 66,7 0 0 6 100,0 0 0 10 41,7 Cukup 2 33,3 6 100,0 0 0 6 100,0 14 58,3 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Vitamin E Kurang 6 100,0 6 100,0 0 0 0 0 12 50,0 Cukup 0 0 0 0 6 100,0 6 100,0 12 50,0 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0 Seng Kurang 5 83,3 4 66,7 6 100,0 0 0 15 62,5 Cukup 1 16,7 2 33,3 0 0 6 100,0 9 37,5 Total 6 100,0 6 100,0 6 100,0 6 100,0 24 100,0

Kadar Malondiandehid (MDA) Plasma

Pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap kadar radikal bebas dalam plasma manusia dengan melihat kadar malondialdehid (MDA), sebelum dan setelah intervensi suplemen antioksidan (vitamin C, vitamin E, multivitamin) serta membandingkan dengan kontrol dan antar kelompok perlakuan, untuk melihat suplemen yang paling efektif terhadap penurunan kadar radikal bebas, dengan lama intervensi 1 minggu (7 hari).

Sebelum diberi perlakuan, darah setiap sampel diambil untuk selanjutnya dianalisis kadar MDA plasma untuk menggambarkan kondisi awal kadar MDA plasma (Gambar 8).

Keterangan : Super script yang sama pada diagram batang menunjukkan nilai yang tidak berbeda signifikan pada taraf uji (p>0,05).

Gambar 8 Grafik kadar MDA plasma sampel sebelum intervensi

Kondisi awal kadar MDA plasma sampel untuk masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol cukup homogen karena secara statistik tidak berbeda signifikan (p>0,05) (Lampiran 8).

Hasil penelitian menunjukkan setelah 7 hari intervensi suplemen antioksidan, rata-rata kadar Malondialdehid (MDA) plasma kelompok vitamin E, vitamin C, dan multivitamin, nampak turun jika dibandingkan dengan kadar MDA plasma pada kondisi awal penelitian, sedangkan kadar MDA plasma pada kelompok kontrol terlihat naik pada akhir penelitian jika dibandingkan dengan kadar MDA plasma kelompok kontrol di awal penelitian (Gambar 9)

20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00 23.00a) 26.50a) 25.25a) 22.75a) K ad ar M D A p lasm a ( n m o l/ m L) Kelompok

Kadar MDA Plasma Sebelum Intervensi

Keterangan : Super script yang sama pada diagram batang menunjukkan nilai yang tidak berbeda signifikan pada taraf uji (p>0,05).

Gambar 9 Grafik kadar MDA plasma setelah intervensi

Pada Gambar 9 menjelaskan bahwa mengonsumsi suplemen antioksidan vitamin E (dosis 8 kali AKG) mampu menurunkan kadar MDA plasma dari 25,25 nmol/mL menjadi 11,33 nmol/mL. Pada kelompok yang diberikan vitamin C (dosis 8 kali AKG), rata-rata kadar MDA juga menurun dari 26,50 nmol/mL menjadi 14,42 nmol/mL, demikian pula dengan kelompok diberikan suplemen multivitamin, rata-rata kadar MDA plasma juga menurun dari 22,75 nmol/mL menjadi 12,08 nmol/mL. Sebaliknya, rata-rata kadar MDA plasma kelompok kontrol meningkat dari 23,00 nmol/mL menjadi 24,08 nmol/mL. Berdasarkan uji T diketahui kelompok perlakuan vitamin C, vitamin E dan multivitamin berbeda secara signifikan (p<0,05) kadar MDA plasma sebelum dan setelah intervensi. Berbeda untuk kelompok kontrol tidak terdapat perdedaan yang signifikan (p>0,05) kadar MDA plasma sebelum dan setelah intervensi.

Penurunan terendah terjadi pada kelompok multivitamin-mineral. Hal ini diduga karena pada kelompok ini, hampir keseluruhan sampel berada pada status gizi kurus tingkat ringan dengan konsumsi pangan sumber antioksidan yang kurang, sehingga diduga asupan vitamin dan mineral yang terkandung dalam suplemen multivitamin-mineral digunakan tubuh untuk melengkapi kebutuhan tubuh akan vitamin dan mineral.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 24.08a) 14.42b) 11.33b) 12.58b) K ad ar M D A p lasm a ( n m o l/ m L) Kelompok

Kadar MDA Plasma Setelah Intervensi

Penurunan kadar MDA plasma pada sampel yang diberi intervensi vitamin C, vitamin E, dan multivitamin, diduga karena efek konsumsi vitamin c, vitamin E dan multivitamin-mineral selama 7 hari. Menurut Bellivelle-Nebet (1996) dan Lunec (1990) bahwa tinggi rendahnya kadar MDA plasma sangat tergantung pada status antioksidan dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena radikal bebas akan dinetralkan menjadi produk yang lebih stabil.

Penurunan kadar MDA plasma sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan Dewi et al (2009) pada sampel remaja yang mengalami obesitas yang diberikan susu kedelai selama 30 hari menunjukkan bahwa pada awal perlakuan, konsentrasi MDA plasma tidak berbeda signifikan pada semua kelompok, sedangkan pada akhir perlakuan konsentrasi plasma mengalami penurunan dari kadar MDA awal yang berbeda secara sangat signifikan.

Penurunan kadar MDA plasma menunjukkan adanya penghambatan oleh zat antioksidan. Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA plasma (Zakaria et al 2000).

Berdasarkan uji ANOVA terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) perubahan penurunan kadar MDA plasma antar kelompok perlakuan. Uji lanjutan Duncan dan uji Least Significant Different (LSD) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara rata-rata penurunan kadar MDA plasma pada kelompok vitamin C, vitamin E dan multivitamin (Tabel 10), tetapi terdapat perbedaan yang sigifikan (p<0,05) antara kontrol dengan kelompok intervensi vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral. Jadi dapat disimpulkan, ketiga suplemen antioksidan ini memiliki keefektivitasan yang hampir sama.

Tabel 10 Kadar MDA plasma sampel menurut kelompok perlakuan sebelum dan setelah intervensi Kontrol (nmol/L) Vitamin C (nmol/L) Vitamin E (nmol/L) Multivitamin (nmol/L) Rata-rata (nmol/L) Sebelum 23,0±5,93a) 26,5±8,53a) 25,3±6,51a) 22,8±5,44a) 26,5±8,53 Setelah 24,1±6,79b) 14,4±3,51a) 11,3±2,86a) 12,6±2,01a) 15,6±6,45 Selisih

(sebelum dan setelah) 1,08±2,73 b)

-12,08±9,47a) -13,9±6,48a) -10,2±4,24a) -8,77±8,35

Keterangan :

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antar kelompok perlakuan

Peningkatan kadar MDA plasma pada kontrol terjadi karena kurangnya kadar antioksidan di dalam tubuhnya, di samping itu juga disebabkan karena konsumsi sampel yang tidak baik, dan konsumsi vitamin dan mineral dari makanan juga kurang (< 77% AKG). Menurut Winarsi (2002) bahwa konsumsi

antioksidan dari makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan antioksidan. Sehingga kurang mampu mencegah proses peroksidasi lipid dibandingkan kelompok yang mendapatkan intervensi suplemen antioksidan.

Winarsi et al (2005) menemukan bahwa dalam tubuh wanita premonopause banyak terbentuk radikal bebas. Ini diketahui melaui kadar MDA plasma. Tingginya produk MDA ini merupakan bukti rendahnya status antioksidan tubuh sehingga tidak dapat mencegah reaktivitas senyawa radikal bebas. Di sisi lain, tingginya kadar MDA plasma membuktikan kerentanan komponen membran sel terhadap reaksi oksidasi (Wijaya 1996).

Konsumsi antioksidan dalam jumlah memadai dapat menurunkan kejadian penyakit yang ditimbulkan oleh radikal bebas seperti penyakit degeneratif, kanker. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologis dan menghambat timbulnya penyakit degenerative karena penuaan. Oleh sebab itu, kecukupan asupan antioksidan secara optimal diperlukan pada semua kelompok umur (winarsi 2011).

Hasil penelitian ini, mengindikasikan bahwa untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar MDA plasma yang bersifat toksik di dalam tubuh dapat dicegah dengan mengonsumsi salah satu suplemen antioksidan seperti vitamin E dosis 200 IU (setara dengan 133 mg), vitamin C dosis 500 mg dan multivitamin- mineral, karena ketiganya memberikan pengaruh yang hampir sama.

Dalam tubuh terdapat senyawa yang disebut antioksidan yang dapat berperan aktif dalam menanggulangi masalah kelebihan radikal bebas apabila pola hidup dan pola makan benar. Di dalam tubuh terdapat enzim SOD atau superoksida dismutase, glutation, dan katalase yang dapat melindungi sel-sel dari serangan radikal bebas. Demikian juga asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, E, karatenoid, selenium, dan seng serta senyawa fenolik dan flavonoid merupakan antioksidan yang dapat melindungi tubuh. Namun demikian banyak faktor yang menyebabkan kadar vitamin dan mineral dalam

Dokumen terkait