• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Lokasi

PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) Serang-Banten didirikan pada tahun 1990 oleh Bapak Djaya Gunawan. Perusahaan ini merupakan perusahaan swasta Nasional yang bergerak di bidang usaha breeding, fattening, dan trading. Visi perusahaan adalah meningkatkan kualitas dan modernisasi tata niaga sapi potong, yang bertujuan untuk menunjang usaha peningkatan gizi masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan ternak sapi potong dalam lingkup regional dan nasional. Perusahaan ini memiliki kantor pusat yang terletak di Jalan Tarum Barat E11-12 No. 8, Jakarta Timur. Perusahaan terdaftar sebagai anggota Apfindo (Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia) dengan nomor registrasi 015/APFINDO/1995 tanggal 29 Agustus 1995 dan fokus pada usaha di bidang perdagangan, impor, dan penggemukan sapi potong.

PT Lembu Jantan Perkasa, Banten, terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang km. 9,6 Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Serang-Banten. Perusahaan ini terletak sekitar 200 m dari jalan raya dan memiliki topografi yang landai dan datar dengan ketinggian 200 m di atas permukaan laut. Rataan suhu di sekitar lokasi perusahaan adalah 28 ºC dengan kisaran 24,5 – 31 ºC dan rataan kelembaban udara 72% dengan kisaran 54 - 90%. Curah hujan di daerah ini sebesar 1500-3000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 141 hari per tahun. Perusahaan ini sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Rancang Lutung dan Kampung Baruan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Tanjung dan persawahan, sebelah Barat berbatasan dengan kebun masyarakat Desa Sindangsari, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Tonggoh.

PT LJP merupakan salah satu perusahaan penggemukan sapi terbaik di Indonesia dan didukung tenaga peternak berpengalaman sejak 1973, walaupun bukan yang terbesar. PT Lembu Jantan Perkasa mengantisipasi penurunan populasi sapi potong dan peningkatan kebutuhan dengan cara mulai merintis usaha pembibitan sapi potong (breeding) secara intensif di Serang pada tahun 2004. Keadaan ini menjadikan perusahaan ini sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong secara intensif. Usaha ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daerah-daerah akan sapi bibit pilihan dan berkualitas. PT

19 Lembu Jantan Perkasa memiliki beberapa cabang perusahaan yaitu di Serang-Banten, Cikalong-Bandung, Langkat-Medan, dan Sawah Lunto-Padang. Populasi ternak sapi per-Juli 2010 di perusahaan ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi di PT Lembu Jantan Perkasa Serang Banten per-Juli 2010

Sumber : LJP (2010)

Fasilitas yang terdapat di PT LJP Serang-Banten adalah kantor, loading

chute, cattle yard, gang way, crush (kandang jepit), kandang pemeliharaan, kandang

isolasi, hospital pen, mess manager dan karyawan, pos satpam, gudang alat, mushola, gudang pakan, dan unit penanganan limbah. Loading chute digunakan untuk menurunkan dan menaikkan sapi dari atau ke truk dengan tinggi loading chute sekitar 1,15 m. Cattle yard merupakan tempat penanganan ternak sementara seperti bongkar muat sapi, penimbangan, pemasangan ear tag, pengobatan, pemeriksaan kebuntingan (PKB), pemeriksaan alat reproduksi (PAR), seleksi sapi, inseminasi buatan (IB), dan penyapihan. Gang way merupakan lorong tempat sapi berjalan dari

cattle yard menuju ke kandang ataupun sebaliknya. Kandang di PT LJP

Serang-Banten terdiri atas 2 jenis, yaitu kandang tertutup dan kandang terbuka.

Kelas ternak Status Ternak Jumlah Sapi (ekor)

Heifer Calon bibit 42

IB 76 Bunting 421 Cow Laktasi 137 Kering 29 IB 117 Bunting 89 Calves Jantan 98 Betina 64 Weaners Jantan 110 Betina 248 Foster mother - 4 Jumlah 1435

20 Stuktur Organisasi

Struktur organisasi sangat dibutuhkan dalam menunjang operasional suatu usaha. PT LJP Serang-Banten yang memiliki struktur kerja yang jelas dengan didukung oleh staf dan karyawan dalam melaksanakan berbagai aktifitas hariannya. Struktur organisasi di PT LJP dapat dilihat pada Gambar 1.

Bangsa Sapi yang Dipelihara

Spesies sapi yang dipelihara di PT LJP Serang-Banten yaitu Brahman Cross (BX). Sapi ini mempunyai keistimewaan karena tahan terhadap suhu panas dan gigitan caplak, mampu beradaptasi terhadap makanan jelek serta mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi. Sapi BX mempunyai proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford dan 25% darah Shorthorn. Secara fisik bentuk fenotif sapi BX lebih cenderung mirip sapi American Brahman karena proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas, bentuk kepala dan telinga besar menggantung, sedangkan pola warna kulit sangat bervariasi mewarisi tetuanya (Turner, 1977).

21 Direksi

General Marketing Administrasi Head Office

General Manager Unit Manager Cikalong Supervisor Staf Hijauan Makanan Ternak Administrasi Farm Unit Fattening Staf Bagian Umum Unit Feedmill Unit Breeding Keamanan Farm manager Kesehatan Hewan Kandang Breeding Supervisor Kandang Fattening Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi PT Lembu Jantan Perkasa (Sumber : LJP, 2010)

Kesehatan Hewan

21

22 Evaluasi Penerapan Pembibitan Sapi Potong yang Baik

(Good Breeding Practices)

PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta Nasional yang telah merintis usaha pembibitan sapi potong sejak tahun 2004 hingga sekarang. Usaha pembibitan ternak bukan merupakan usaha yang mudah untuk dijalankan, dalam kegiatannya diperlukan suatu pedoman berupa Good Breeding Practices. Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2006) menetapkan GBP bagi pembibit sebagai acuan dalam melakukan pembibitan sapi potong untuk menghasilkan bibit yang bermutu baik serta bagi petugas dinas yang menangani fungsi peternakan di daerah dan sebagai pedoman dalam melakukan pembinaan, bimbingan dan pengawasan dalam pengembangan pembibitan sapi potong. Tujuan ditetapkannya pedoman GBP yaitu agar dalam pelaksanaan kegiatan pembibitan sapi potong dapat diperoleh bibit sapi potong yang memenuhi persyaratan teknis minimal dan persyaratan kesehatan hewan. Ruang lingkup pedoman pembibitan sapi potong yang baik meliputi empat aspek yaitu 1) sarana dan prasarana, 2) proses produksi bibit, 3) pelestarian lingkungan, 4) monitoring, evaluasi dan pelaporan (Direktorat Jenderal Produksi Peternakan, 2006). Evaluasi terhadap penerapan GBP pada PT LJP dapat dilihat pada Tabel 2 sampai 5.

23 Tabel 2. Hasil Penerapan Good Breeding Practices Aspek Sarana dan Prasarana di PT Lembu Jantan Perkasa

No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi Di lapangan Kesesuaian/koreksi

1. Lokasi Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD)

Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) dengan adanya izin pendirian bangunan

Mempunyai potensi sebagai sumber bibit sapi potong serta dapat ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit ternak

Dibangun di wilayah Jawa yang berpotensi untuk pengembangan usaha ternak sapi

Terkonsentrasi dalam satu kawasan atau satu Village Breeding Center (VBC) atau satu unit pembibitan ternak

Perusahaan ini melakukan kegiatan usaha pembibitan, penggemukan, dan pemasaran ternak.

Tidak mengganggu ketertiban dan

kepentingan umum setempat Jarak perusahaan dengan jalan raya ± 200 m Memperhatikan lingkungan dan topografi

sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan

Memiliki topografi yang landai dan datar dengan ketinggian 200 m dpl

Jarak antara usaha pembibitan sapi potong dengan usaha pembibitan unggas minimal 1.000 meter

Jarak antara usaha pembibitan sapi potong dengan usaha pembibitan unggas yaitu 2.000 meter

2. Lahan Bebas dari jasad renik patogen yang membahayakan ternak dan manusia

Bukan merupakan daerah endemic penyakit antrax

Sesuai dengan peruntukannya menurut Izin pendirian bangunan dari pemerintah Kabupaten Serang dengan No.

24 perundang–undangan yang berlaku. 03.647/0423.07/2008

3. Sumber Air Air yang digunakan tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang mencukupi

Air selalu tersedia Sumber air mudah dicapai atau mudah

disediakan

Sumber air berasal dari sumur bor dan sumur summermersible yang ada di dalam wilayah peternakan

Penggunaan sumber air tanah tidak mengganggu ketersediaan air bagi masyarakat

Selama ini tidak terdapat keluhan masyarakat mengenai penggunaan air, kedalaman sumur summermersible mencapai ± 100 m 4. Bangunan dan Peralatan Bangunan: - kandang pemeliharaan; - kandang isolasi;

- gudang pakan dan peralatan;

- unit penampungan dan pengolahan limbah.

Telah memiliki unit penanganan limbah, namun limbah belum dikelola secara maksimal dikarenakan hanya ditumpuk pada areal terbuka dan dikarungkan

Sebaiknya dibuat tempat penampungan limbah yang berada di belakang kandang, agar lebih terlihat bersih dan tidak tampak secara langsung oleh pengunjung atau dengan cara perbaikan tempat penampungan limbah yang ada

Peralatan:

- tempat pakan dan tempat minum; - alat pemotong dan pengangkut rumput; - alat pembersih kandang dan pembuatan

kompos;

- Tempat pakan dan minum terbuat dari semen dan terdapat pada tiap kandang

- Alat pemotong rumput berupa

25 - peralatan kesehatan hewan. yaitu mobil bak terbuka dan truk

- Tersedia alat pembersih kandang, alas kandang menggunakan sistem beding

- Perlatan kesehan hewan tersedia di unit kesehatan hewan

Persyaratan teknis kandang: - konstruksi harus kuat;

- terbuat dari bahan yang ekonomis dan mudah diperoleh;

- sirkulasi udara dan sinar matahari cukup;

- drainase dan saluran pembuangan limbah baik, serta mudah dibersihkan; - lantai rata, tidak licin, tidak kasar,

mudah kering dan tahan injak;

- luas kandang memenuhi persyaratan daya tampung;

- kandang isolasi dibuat terpisah.

- Konstruksi kuat terbuat dari beton dan besi

- Bahan yang digunakan ekonomis dan mudah didapat

- Sirkulasi udara berjalan lancar, sinar matahari tidak langsung mengenai ternak - Alas kandang berupa serbuk gergaji sehingga limbah yang dihasilkan berupa limbah padat

- Lantai terbuat dari paving block dan semen dengan kemiringan 5º

- Daya tampung cukup, jumlah sapi tiap pen 40 - 50 ekor dengan luasan sekitar 3 m2/ekor

- kandang isolasi terletak lebih landai dibandingkan kandang pemeliharaan Letak kandang memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

26 - tempat kering dan tidak tergenang

saat hujan; - dekat sumber air;

- cukup sinar matahari, kandang tunggal menghadap timur, kandang ganda membujur utara-selatan;

- tidak mengganggu lingkungan hidup; - memenuhi persyaratan higiene dan

sanitasi.

alat transportasi pengangkut pakan - Areal kandang telah menggunakan

paping blok sehingga terhindar dari genangan saat hujan

- Setiap kandang memiliki tempat penampungan air

- Kandang membujur dari utara ke selatan

5. Bibit Bibit sapi potong diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

a. bibit dasar (elite/foundation stock) b. bibit induk (breeding stock) c. bibit sebar (commercial stock),

Hanya terdapat bibit induk dan bibit sebar

Persyaratan umum:

i. sapi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya;

ii. semua sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan;

iii. sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada

Sapi bibit memiliki catatan kesehatan yang lengkap dan dijual dalam keadaan sehat.

Diterapkan sistem afkir / culling bagi bibit betina yang memiliki kualitas reproduksi rendah

27 alat kelaminnya.

6. Pakan Setiap usaha pembibitan sapi potong harus menyediakan pakan yang cukup bagi ternaknya, baik yang berasal dari pakan hijauan, maupun pakan konsentrat.

Pakan berupa hijauan dan konsentrat yang diproduksi sendiri oleh perusahaan

Pakan hijauan dapat berasal dari rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian dan dedaunan yang mempunyai kadar serat yang relatif tinggi dan kadar energi rendah.

Pakan hijauan yaitu rumput Taiwan dan jerami

Pakan konsentrat yaitu pakan dengan kadar serat rendah dan kadar energi tinggi, tidak terkontaminasi mikroba, penyakit, stimulan pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin melebihi tingkat yang dapat diterima oleh negara pengimpor.

Pakan konsentrat diproduksi sendiri dan setiap status ternak berbeda-beda jenis pakan konsentratnya.

Air minum disediakan ad libitum. Air minum disediakan ad libitum. 7. Obat hewan Obat hewan yang digunakan meliputi

sediaan biologik, farmasetik, premik dan obat alami.

Obat hewan yang digunakan yaitu sediaan biologik, farmasetik, premik dan obat alami.

Obat hewan yang dipergunakan seperti bahan kimia dan bahan biologik harus memiliki nomor pendaftaran.

Untuk sediaan obat alami tidak dipersyaratkan memiliki nomor

Setiap obat memiliki nomor pendaftaran tersendiri.

28 pendaftaran.

Penggunaan obat keras harus di bawah pengawasan dokter hewan sesuai ketentuan peraturan perundang-udangan yang berlaku di bidang obat hewan.

Penggunaan obat keras di bawah pengawasan tim kesehatan hewan (Keswan) yaitu dokter hewan dan kepala unit Keswan

8. Tenaga Kerja Sehat jasmani dan rohani Tidak memiliki luka terbuka

Sehat jasmani dan rohani Tidak memiliki luka terbuka Jumlah tenaga kerja sesuai kebutuhan

pada pembibitan sapi potong dengan sistem intensif, setiap satu orang/hari kerja, untuk 5 satuan ternak (ST)

Satu orang mengawasi ± 100 ekor ternak dikarenakan efisiensi tenaga kerja

Telah mendapat pelatihan teknis

29 Tabel 3. Hasil Evaluasi Penerapan Aspek Proses Produksi Bibit di PT Lembu Jantan Perkasa

No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi

1. Pemeliharaan Dalam pembibitan sapi potong, pemeliharaan ternak dapat dilakukan dengan sistem pastura (penggembalaan), sistem semi intensif, dan sistem intensif.

Pemeliharaan ternak dilakukan dengan sistem intensif

2. Produksi Berdasarkan tujuan produksinya, pembibitan sapi potong dikelompokkan ke dalam pembibitan sapi potong bangsa/rumpun murni dan pembibitan sapi potong persilangan.

Pembibitan sapi potong yang dilakukan yaitu pembibitan sapi potong persilangan.

3. Seleksi Bibit Sapi Induk

a. sapi induk harus dapat menghasilkan anak secara teratur;

b. anak jantan maupun betina tidak cacat dan mempunyai rasio bobot sapih umur 205 hari (weaning weight ratio) di atas rata-rata.

Seleksi bibit induk dilakukan dengan cara pemeriksaan alat reproduksi (PAR) dengan kriteria kondisi tubuh dan saluran

reproduksi baik, serta bobot badan ≤ 350

kg.

Calon Pejantan

a. bobot sapih terkoreksi terhadap umur 205 hari umur induk dan musim kelahiran, di atas rata-rata;

b. bobot badan umur 365 hari di atas rata-rata;

c. pertambahan bobot badan antara umur

Tidak dipelihara untuk pembibitan sebab menggunakan perkawinan dengan sistem Inseminasi Buatan (IB).

30 1-1,5 tahun di atas rata-rata;

d. bobot badan umur 2 tahun di atas rata-rata;

e. libido dan kualitas spermanya baik; f. penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.

Calon induk

a. bobot sapih terkoreksi terhadap umur 205 hari umur induk dan musim kelahiran, di atas rata-rata;

b. bobot badan umur 365 hari di atas rata-rata;

c. penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.

Seleksi berdasarkan berat badan minimal 270 kg dan kondisi tubuh serta saluran reproduksi.

4. Perkawinan Dalam upaya memperoleh bibit yang berkualitas melalui teknik perkawinan dapat dilakukan dengan cara kawin alam dan Inseminasi Buatan (IB).

Teknik perkawinan dilakukan dengan Inseminasi Buatan (IB).

5. Ternak Pengganti (Replacement Stock )

Calon bibit betina dipilih 25% terbaik untuk replacement, 10% untuk pengembangan populasi kawasan, 60% dijual ke luar kawasan sebagai bibit dan 5% dijual sebagai ternak afkir (culling)

Dikarenakan orientasi perusahaan ini untuk bisnis, sehingga sistem ini sangat minim diterapkan

Lebih mempertimbang-kan kembali mengenai masalah replacement stock ini.

Calon bibit jantan dipilih 10% terbaik pada umur sapih dan bersama calon bibit

Semua jantan dijual atau dijadikan bakalan penggemukan

31 betina 25% terbaik untuk dimasukkan

pada uji performan.

6. Afkir (Culling) Sapi betina yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit (10%) dikeluarkan sebagai ternak afkir (culling). Sapi induk yang tidak produktif segera dikeluarkan

Kriteria ternak afkir yaitu yang kelebihan berat dan kualitas saluran reproduksi jelek.

7. Pencatatan

(Recording) Pencatatan (recording) tersebut meliputi: 1. Rumpun; 2. Silsilah;

3. Perkawinan (tanggal, pejantan, IB/ kawin alam);

4. Kelahiran (tanggal, bobot lahir); 5. Penyapihan (tanggal, bobot badan); 6. Beranak kembali (tanggal, paritas); 7. Pakan (jenis, konsumsi);

8.Vaksinasi, pengobatan (tanggal, perlakuan / treatment);

9. Mutasi (pemasukan dan pengeluaran ternak)

Pencatatan yang ada yaitu pencatatan perkawinan (tanggal, pejantan, IB/ kawin alam), kelahiran (tanggal, bobot lahir), penyapihan (tanggal, bobot badan), beranak kembali (tanggal, paritas), pakan (jenis, konsumsi), vaksinasi, pengobatan (tanggal, perlakuan) dan mutasi

8. Persilangan Komposisi darah sapi persilangan sebaiknya dijaga komposisi darah

sapi temperatenya tidak lebih dari 50%

Persilangan diterapkan berdasarkan kondisi induk dan diterapkan tiap satu siklus laktasi

32 dengan pada rumpun murni. culling

9. Sertifikasi Sertifikat induk elite untuk sapi induk yang telah terseleksi dan memenuhi standar.

Sertifikat diberikan oleh Dinas Kabupaten dan Direktorat Jendral Peternakan

10. Kesehatan Hewan

1. Situasi penyakit

Pembibitan sapi potong harus terletak di daerah yang tidak terdapat gejala klinis atau bukti lain tentang penyakit mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), ingus jahat (Malignant Catarhal Fever), Bovine Ephemeral Fever, lidah biru (Blue Tongue), radang limpa (Ánthrax), dan kluron menular (Brucellosis).

Pembibitan sapi potong terletak di daerah yang bebas endemik penyakit zoonosis

a. Pencegahan/Vaksinasi

b. pembibitan sapi potong harus melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium ter-hadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang

Vaksin dilakukan saat ternak datang, saat 6 bulan setelah datang, dan pada induk setelah weaning.

Pemberian vaksin diawasi oleh tim Keswan.

c. mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak

d. melaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat

33 (instansi yang berwenang) setiap

timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga/dianggap penyakit menular;

e. penggunaan obat harus sesuai dengan ketentuan dan diper-hitungkan secara ekonomis; e. pemotongan kuku dilakukan minimal 3 bulan sekali;

Tidak dilakukan pemotongan kuku, sebab kebersihan kandang dijaga dan meng-gunakan alas kandang berupa saw dust. f. dilakukan tindakan Biosecurity

terhadap keluar masuknya ternak. 1). Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan peliharaan lainnya yang dapat menularkan penyakit

lokasi mudah dimasuki hewan peliharaan lainnya sebab berdekatan dengan masyarakat, namun hanya mampu masuk hingga wilayah kebun rumput.

pengawasan lebih di-tingkatkan agar tidak terjadi penularan pe-nyakit dari luar peternak-an, seperti penambahan alokasi tenaga kerja untuk mengawasi areal yang berdekatan lang-sung dengan masyarakat. 2). Melakukan desinfeksi kandang dan

peralatan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi serangga, lalat dan hama lainnya

Diterapkan pemakaian insektisida tabur dan cair.

3). Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pekerja yang melayani ternak yang sakit tidak

Terdapat pembagian tugas untuk para karyawan.

34 diperkenankan melayani ternak yang

sehat

4). Menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit

Terdapat unit keamanan yang memantau setiap orang yang keluar masuk peternakan

5). Membakar atau mengubur bangkai kerbau yang mati karena penyakit menular

Ternak mati segera dikuburkan setelah diperiksa penyebab kematiaannya

6). Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu di pintu masuk perusahaan;

Tidak tersedia lebih baik terdapat

fasilitas desinfeksi ini agar dapat menghindari kemungkinan penyakit dari luar peternakan 7). Segera mengeluarkan ternak yang

mati dari kandang untuk dikubur atau dimusnahkan oleh petugas yang berwenang

Ternak mati segera dikuburkan setelah diperiksa penyebab kematiaannya

8). Mengeluarkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong oleh petugas yang berwenang

Terdapat kandang khusus ternak sakit (hospital pen)

35 Tabel 4. Hasil Penerapan Good Breeding Practices Aspek Pelestarian Lingkungan di PT Lembu Jantan Perkasa

No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi

1. Menyusun rencana pen-cegahan dan penanggula-ngan pen-cemaran lingkungan

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sesuai dengan persyaratan

b. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);

c. Peraturan Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). 2. Melakukan upaya pencegahan pencemaran lingkungan

a. mencegah terjadinya erosi dan membantu pelaksanaan penghijauan di areal peternakan

Terdapat penanaman tanaman di areal peternakan.

b. mencegah terjadinya polusi dan gangguan lain seperti bau busuk, serangga, pencemaran air sungai dan lain-lain

Belum terdapat keluhan masyarakat, pencegahan dilakukan dengan penaburan insektisida dan penanganan limbah padat.

c. membuat dan mengoperasionalkan unit pengolahan limbah peternakan (padat, cair, gas) sesuai kapasitas produksi limbah yang dihasilkan.

Saat ini permintaan limbah sudah ada meskipun hanya dikarungkan

36 Tabel 5. Hasil Penerapan Good Breeding Practices Aspek Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan di PT Lembu Jantan Perkasa

No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi

1. Monitoring dan Evaluasi

1. Monitoring dan evaluasi kualitas bibit dilakukan secara berkala dengan sampling acak minimal sekali setahun.

2. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengumpulan data performa tubuh, produksi, reproduksi dan kesehatan sapi bibit.

Monitoring dilakukan setiap bulan oleh tim Dinas Peternakan Kabupaten dan Propinsi.

2. Pelaporan Pejabat fungsional pengawas bibit ternak atau petugas yang ditunjuk pada dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan kabupaten/kota wajib membuat laporan tertulis secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali dan laporan tahunan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan kabupaten/kota.

Pelaporan ke pemeritah dilakukan setiap 1 tahun sekali

Di samping laporan tersebut di atas, setiap pelaku usaha pembibitan sapi potong wajib membuat laporan teknis dan administratif secara berkala untuk kepentingan internal, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat diadakan perbaikan secepatnya

Laporan internal terdiri atas : - laporan bulanan - laporan per semester - laporan tahunan

37 Kuisioner yang telah diberikan pada pihak PT LJP Serang-Banten menunjukkan bahwa secara keseluruhan, perusahaan ini telah mampu menerapkan GBP dengan baik dalam menjalankan usahanya. Beberapa hal masih perlu diperbaiki lagi.

Sarana dan Prasarana

Aspek sarana terdiri atas lokasi, lahan, sumber air, bangunan dan peralatan, bibit, pakan, obat hewan, dan tenaga kerja. Lokasi usaha ini tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) serta mempunyai potensi sebagai sumber bibit sapi potong dan dapat

Dokumen terkait