• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERANG - BANTEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN

TANTIA SAFITRI. D14070016. 2011. Penerapan Good Breeding Practices Sapi Potong di PT Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rudy Priyanto

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Henny Nuraini M.Si.

Peningkatan populasi ternak sapi yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun diikuti pula dengan peningkatan pemotongan ternak sapi. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan pada kebutuhan akan daging sapi di Indonesia. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya dalam meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia yaitu diantaranya dengan melakukan impor daging dan sapi bakalan. Sapi bakalan impor ini juga digunakan untuk usaha penggemukan di Indonesia. Namun, usaha ini akan terus bergantung pada impor bakalan apabila tidak ada usaha pembibitan ternak. Pelaksanaan usaha pembibitan sapi potong memerlukan suatu pedoman yang harus diterapkan dengan baik yaitu Good Breeding

Practices (GBP). Penerapan GBP merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan

produktivitas sapi potong yang dihasilkan. Wujud nyata dari adanya penerapan ini adalah terbentuknya suatu manual mutu, yaitu semacam pedoman Standard

Operational Procedure (SOP) dalam melaksanakan kegiatan usaha ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan GBP sapi potong di PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang-Banten. Penerapan GBP meliputi empat aspek, yaitu sarana, proses produksi, pelestarian lingkungan, dan pengawasan. Kegiatan magang penelitian dilakukan di PT LJP, Serang-Banten. Magang penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2010. Metode yang digunakan berupa pengamatan, penyebaran kuisioner, dan wawancara. Analisis data penelitian dilakukan secara deskriptif dengan peubah yang diamati, yaitu evaluasi pelaksanaan

GBP, calving interval (CI), service per conception (S/C), conception rate (C/R),

serta calving rate (CR).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan aspek GBP sapi potong di PT LJP Serang-Banten telah dilakukan dengan baik. Penerapan GBP yang baik pada perusahaan ini ditunjukkan pada ketercapaian produktivitas yang tinggi pada tahun 2010 yaitu CI sebesar 372 hari, S/C sebesar 1,5, CR sebesar 88%, dan C/R sebesar 84%. Kesimpulan yang diperoleh yaitu diperlukan adanya perbaikan pada aspek GBP diantaranya, perbaikan tempat penampungan limbah, perusahaan mempertimbangkan kembali mengenai replacement stock, peningkatan pengawasan areal perusahaan, serta adanya fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu di pintu masuk perusahaan.

ABSTRACT

The Implementation of Good Breeding Practice for Beef Cattle at PT Lembu Jantan Perkasa in Serang-Banten

T. Safitri, R. Priyanto, and Henny .N

Cow-calf production is fundamental to the other cattle production system, i.e growing of stocker and cattle finishing. Good Breeding Practices (GBP) for beef cattle is important for breeding goal achievement that is producing breeding animal. The scope of GBP in beef cattle farming includes four aspects: facilities, cattle breeding, environmental protection and supervision. The study aimed to examine the Good Breeding Practices for beef cattle at PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) in Serang -Banten. Descriptive analysis was used to review the breeding operation in PT LJP Serang-Banten. The breeding parameters observed were calving interval, service per conception, conception rate, and calving rate. The result showed that in general the company had applied well GBP in its operation. There were several aspects that should be considered to improve the GBP operation those site plant building and security, replacement stock, and animal health. Calving interval are 408 days in 2009 and 372 days in 2010. Service per conception are 1,6 in 2009 and 1,5 in 2010. Conception rate are 78% in 2009 and 88% in 2010 and calving rate are 23% in 2009 and 84% in 2010.

Keywords: beef cattle, cow-calf production, implementation of good breeding

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan mengenai pemenuhan akan daging sapi di Indonesia masih belum teratasi dengan baik. Hal ini disebabkan populasi ternak sapi yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan akan konsumsi daging sapi di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (2009), pada tahun 2007 populasi ternak sapi potong di Indonesia berjumlah 11.514.900 ekor dan meningkat menjadi 11.869.200 ekor pada tahun 2008. Jumlah ternak yang dipotong pun meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2007 jumlah ternak yang dipotong sebesar 1.218.560 ekor dan meningkat menjadi 1.295.789 ekor pada tahun 2008. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan populasi ternak sapi yang diikuti dengan peningkatan kebutuhan akan daging sapi. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya dalam meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia yaitu diantaranya dengan melakukan impor daging dan sapi bakalan. Impor daging sapi tahun 2009 mencapai 110.245,6 ton atau senilai 266,5 juta dollar AS. Impor sapi di Indonesia telah berlangsung sejak tahun 1990-an dan umumnya berasal dari Australia. Sapi bakalan impor ini juga digunakan untuk usaha penggemukan di Indonesia. Usaha ini akan terus bergantung pada impor bakalan apabila tidak ada usaha pembibitan ternak. Usaha pembibitan merupakan salah satu upaya dalam mendukung swasembada daging pada tahun 2014.

Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang sapi potong telah mulai merintis usaha pembibitan sapi potong sejak tujuh tahun terakhir. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2006), usaha pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau untuk diperjualbelikan. Bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging. Upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ternak potong, antara lain penentuan bibit ternak potong yang baik, penyediaan dan pemberian pakan hijauan yang baik, pembuatan kandang yang memenuhi persyaratan kesehatan, pemeliharaan yang baik, sistem perkawinan yang baik, dan pengawasan terhadap penyakit ternak (Direktorat Jenderal Peternakan, 1985).

2 Pelaksanaan usaha pembibitan sapi potong memerlukan suatu pedoman yang harus diterapkan dengan baik yaitu Good Breeding Practices (GBP).

Direktorat Jenderal Peternakan (2006) telah mengeluarkan pedoman GBP bagi pembibit, sebagai acuan dalam melakukan pembibitan sapi potong untuk menghasilkan bibit yang bermutu baik serta bagi petugas dinas yang menangani fungsi peternakan di daerah, sebagai pedoman dalam melakukan pembinaan, bimbingan dan pengawasan dalam pengembangan pembibitan sapi potong. Ruang lingkup pedoman pembibitan sapi potong yang baik meliputi empat aspek yaitu 1) sarana dan prasarana, 2) proses produksi bibit, 3) pelestarian lingkungan, 4) monitoring, evaluasi dan pelaporan (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006).

PT Lembu Jantan Perkasa, Serang-Banten merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam pembibitan, penggemukan, dan pemasaran sapi potong. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1996 hingga sekarang dan telah banyak menyuplai bibit sapi untuk bakalan, calon pejantan, maupun calon induk, oleh sebab itu penerapan GBP menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan ini. Penerapan GBP merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan produktivitas sapi potong yang dihasilkan. Wujud nyata dari adanya penerapan ini adalah terbentuknya suatu manual mutu, yaitu semacam pedoman Standard Operational Procedure (SOP) dalam melaksanakan kegiatan usaha ini.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan GBP sapi potong di PT Lembu Jantan Perkasa, Serang-Banten berdasarkan empat aspek, yaitu sarana dan prasarana, proses produksi, pelestarian lingkungan, dan pengawasan.

Dokumen terkait