• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1. Denah Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Departemen Tanah IPB lahan penelitian tergolong masam dengan pH H2O sebesar 4.95 sehingga mengakibatkan kandungan hara mikro seperti Fe, Zn, Cu dan Mn sangat tinggi. Kandungan P sangat rendah diduga karena diikat oleh hara mikro tersebut atau diikat oleh liat tanah. Lahan penelitian tergolong bertekstur liat karena kandungan liatnya lebih dari 30%. KTK yang terdapat di dalamnya tergolong rendah yaitu 11.26 me/100g, sehingga kekuatan mengikat unsur H, N, K, Ca dan Mg juga sangat rendah.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2006 sampai dengan bulan Maret 2007. Pada awal penanaman yaitu bulan Oktober curah hujan tergolong rendah yaitu 136 mm/bulan. Saat menjelang panen yaitu pada umur 14 MST di bulan Februari total curah hujan tergolong tinggi yaitu 519 mm/bulan. Rata-rata temperatur udara selama penelitian adalah 27.4 0C.

Gulma yang tumbuh selama pertumbuhan tanaman jambu biji adalah rumput teki, alang-alang dan babadotan (Ageratum conyzoides). Hama yang menyerang tanaman jambu biji adalah belalang (Valanga nigricormis), ulat daun (Srapsicrates rhotia), ulat berbulu (Euprotis sp) dan rayap tanah (Coptotermes travians). Penyakit yang menyerang adalah penyakit busuk batang dan akar yang disebabkan oleh jamur Botryo diplodia, akibat penyakit ini tanaman menjadi rebah dan dan mati dalam beberapa hari setelah timbul gejala serangan, Botryo diplodia merupakan serangan sekunder yang diduga dipicu oleh pemupukan N (urea) dengan dosis yang tinggi. Hal ini terlihat dari serangan tebesar terjadi pada tanaman yang dipupuk dengan 270 g urea/tanaman sebanyak 91.67% atau hampir seluruh tanaman mati (Tabel 1). Sehingga tanaman dengan perlakuan pupuk 270 g/tanaman tidak ikut diolah secara statistik.

Tabel 1. Jumlah tanaman jambu biji yang mati pada berbagai dosis pupuk urea Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) Tanaman Mati (%)

0 0 90 0 180 16.67 270 91.67 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji

Perlakuan KK (%)

A Regresi B Regresi AxB

Pertambahan tinggi tanaman 2

MST ** y = -0.002x + 4.69R2= 0.0155 tn y = 0.0006x + 4.49 R2= 0.8929* * 10.34 1)

Pertambahan tinggi tanaman 4

MST tn Ry = -0.0062x + 6.382= 0.453 tn y = 0.0019x + 5.75 R2= 0.9601* tn 10.27 1)

Pertambahan tinggi tanaman 6

MST tn R2 = 0.6093 y = -0.0062x + 7.08 tn y = 0.0013x + 6.50 R2= 0.9038* tn 7.87 1)

Pertambahan tinggi tanaman 8

MST * y = -0.0084x + 7.64R2= 0.4404 tn y = 0.0024x + 6.83 R2 = 0.8191* tn 8.43 1)

Pertambahan tinggi tanaman 10

MST * y = -0.0076x + 7.73R2= 0.3918 tn y = 0.0022x + 7.01 R2= 0.9868* tn 7.95 1)

Pertambahan tinggi tanaman 12

MST * y = -0.0176x + 9.38R2= 0.4635 tn y = 0.0011x + 7.85 R2= 0.1242 tn 11.42 1)

4

Pertambahan tinggi tanaman 14

MST tn Ry = -0.0008x + 9.412= 0.0006 tn y = 0.0011x + 9.25 R2= 0.0401 tn 24.84 1)

Pertambahan Diameter batang 0 -

2 MST tn Ry = -0.0016x + 2.332= 0.1579 tn y = -0.0003x+ 2.25 R2= 0.75* tn 11.48 1)

Pertambahan Diameter batang 2 -

4 MST tn y = 0.0062x + 2.085R2= 0.7982* tn y = 0.0017x + 2.3 R2= 0.7982* tn 21.98 1)

Pertambahan Diameter batang 4 -

6 MST tn y = 0.0036x + 2.5067R2= 0.3343 tn y = 0.0004x + 2.73 R2= 0.8421* tn 20.88 1)

Pertambahan Diameter batang 6 -

8 MST tn y = -0.004x + 3.41R2= 0.8929* tn y = 0.0005x + 2.98 R2= 0.0544 tn 11.69 1)

Pertambahan Diameter batang 8 -

10 MST tn Ry = -0.0038x + 3.492= 0.9991* tn y = 3.1233R2= 0 tn 12.39 1)

Pertambahan Diameter batang 10

- 12 MST tn Ry = -0.0066x + 3.9552= 0.9973* tn y = -0.002x + 3.59 R2= 0.2183 tn 9.65 1)

Pertambahan Diameter batang 12

- 14 MST ** y = -0.0082x + 4.175R2 = 0.8737* ** y = -0.0031x + 3.8 R2= 0.4241 ** 6.49 1) Jumlah cabang 2 MST * y = 0.0162x + 3.3 R2= 0.98* tn y = 0.0017x + 4.41 R2= 0.4626 tn 12.08 1) Jumlah cabang 4 MST * y = 0.0194x + 3.66 R2= 0.9032* tn y = -6E-05x + 5.13 R2= 0.0008 * 8.97 1) Jumlah cabang 6 MST tn y= 0.0112x + 4.97 R2= 0.8421* tn y = -0.0015x+ 5.95 R2= 0.1709 tn 8.58 1) Jumlah cabang 8 MST tn y = 0.016x + 4.84 R2= 0.8151* * y = -0.003x + 6.39 R2= 0.3626 tn 15.47 1) Jumlah cabang 10 MST tn y = 0.008x + 5.66 R2= 0.5242 tn y = -0.0012x+ 6.57 R2= 0.1225 tn 12.06 1) Jumlah cabang 12 MST tn y = 0.0072x + 6.05 R2= 0.9643* * y = -0.0016x+ 6.73 R2= 0.2185 tn 10.76 1) Jumlah cabang 14 MST tn y = 0.0062x + 6.285 R2= 0.9969* * y = -0.0021x+ 6.96 R2= 0.1207 tn 9.931) Laju asimilasi bersih tn y = -0.0002x + 1.405

R2= 0.25 ** y = -0.0004x+ 1.42 R2= 0.6575 ** 15.66 1)

Laju tumbuh relatif tn y = -0.0026x + 2.88

R2= 0.4479 ** y = -0.0045x+ 3.09 R2= 0.6065 ** 1.51 1)

Bobot basah daun ** y = -0.0602x + 21.9

R2= 0.9912* ** y = -0.0126x+ 18.5 R2= 0.1965 ** 8.46 1)

Bobot kering daun * y = -0.0314x + 9.22

R2= 0.8209* ** y = -0.0255x+ 9.14 R2= 0.4568 ** 19.90 1)

Bobot basah batang dan cabang * y = -0.0626x + 15.6

R2= 0.6578 tn y = 0.0108x + 9.94 R2= 0.8334* tn 23.99 1)

Keterangan : A = tinggi pangkas B = dosis urea * = berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% ** = berbeda nyata pada taraf kepercayaan 99% 1) = hasil transformasi Vx+1

Interaksi antara perlakuan tinggi pangkas dengan dosis pupuk urea berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan tinggi tanaman pada 2 MST, diameter batang pada 12 - 14 MST, jumlah cabang pada 4 MST, LAB dan LTR. Komponen pertumbuhan lainnya yaitu tinggi tanaman 8, 10 dan 12 MST, jumlah cabang 2 MST hanya dipengaruhi oleh tinggi pangkas sedangkan jumlah cabang 8 MST dipengaruhi oleh perlakuan pemupukan. Tinggi tanaman 4, 6 dan 14 MST, pertambahan diameter batang 0 – 2, 2 – 4, 4 – 6, 6 – 8 dan 8 – 10 MST, jumlah cabang 6 dan 10 MST tidak berbeda nyata pada semua perlakuan baik tinggi pangkas maupun dosis pupuk urea.

Komponen produksi yang dipengaruhi oleh interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea adalah bobot basah daun dan bobot kering daun,sedangkan bobot basah batang dan cabang hanya dipengaruhi oleh tinggi pangkas.

Pertumbuhan

Pertambahan Tinggi Tanaman

Interaksi antara perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea terjadi pada 2 MST. Hal ini diduga karena pupuk urea berperan sebagai trigger bagi pertumbuhan vegetatif tanaman setelah perlakuan pemangkasan. Interaksi antara tinggi pangkas 50 cm dan pupuk urea 90 g/tanaman menunjukkan tinggi tanaman tertinggi sedangkan tinggi tanaman terendah dihasilkan oleh tinggi pangkas 75 cm dosis pupuk urea 180 g/tanaman (Tabel 4).

Tabel 4.Tinggi jambu biji pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) 50 Tinggi Pangkas (cm)75 100 Rataan

………2 MST (cm)………

0 4.74ab 4.35abc 4.48abc 4.50

90 5.19a 4.24bc 4.97a 4.60

180 4.53ab 3.66c 4.66ab 4.52

Rataan 4.82 4.08 4.72

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Pertambahan tinggi tanaman dipicu oleh pemangkasan pada batang tanaman jambu biji. Pemangkasan batang akan memicu bekerjanya meristem ujung yang menghasilkan sel-sel baru pada ujung yang menghasilkan sel-sel baru di ujung akar atau batang, mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi atau panjang (Gardner et al. 1991). Hal ini disebabkan adanya pergerakan auksin yang tinggi akibat pemangkasan batang menuju ujung batang dan pangkal batang menghambat tunas lateral atau tunas samping (Hartman & Kester, 1990). Setyamidjaya (1986) menyatakan bahwa nitrogen

protein yang berfungsi dalam pembelahan sel dan pertumbuhan. Pertambahan Diameter Batang

Interaksi antara tinggi pangkas dan dosis pupuk urea berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang terjadi pada umur 12 – 14 MST (Tabel 6). Hasil terbaik ditunjukkan pada interaksi tinggi pangkas 50 cm dosis pupuk urea 90 g/tanaman dan hasil terendah ditunjukkan oleh tinggi pangkas 100 cm dosis pupuk urea 180 g/tanaman.

Tabel 6. Pertambahan diameter batang jambu biji pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) 50 75Tinggi Pangkas 100 Rataan

………12 – 14 MST(mm) ………

0 3.99ab 3.86abc 3.63bcd 3.63a

90 4.10a 3.79abc 3.43cde 3.91a

180 3.30def 3.05ef 2.88f 3.08b

Rataan 3.72a 3.65a 3.31b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Jumlah Cabang

Interaksi antara perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea hanya berpengaruh terhadap jumlah cabang pada 4 MST (Tabel 8). Jumlah cabang terbanyak dihasilkan interaksi pupuk nitrogen 90 g/tanaman pada tinggi pangkas 50 cm. Hal tersebut dapat dimengerti karena semakin tinggi tanaman maka kemungkinan untuk menghasilkan cabang juga semakin banyak.

Tabel 8. Jumlah cabang tanaman jambu biji pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) Tinggi Pangkas Rataan

50 75 100

………4 MST………

0 5.32a 4.78b 4.60b 5.03

90 5.72a 5.31ab 4.95ab 5.33

180 5.67a 4.64b 4.60b 5.02

Rataan 5.70a 4.94b 4.73b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Gardner et al. (1991) dan Marschner (1995) menyatakan bahwa peningkatan jumlah cabang merupakan hasil pembelahan sel dalam jaringan meristem. Pembelahan dan pembeseran sel untuk membentuk cabang baru memerlukan jumlah hara organik dan mineral yang cukup.

Rata-rata Laju Tumbuh Relatif

Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata LTR jambu biji pada umur 0 – 14 MST pada pemupukan 90 g urea/tanaman tidak berbeda nyata dengan kontrol pada berbagai perlakuan tinggi pangkas, meskipun demikian pemupukan 90 g urea/tanaman menghasilkan nilai rata-rata LTR yang lebih tinggi dan meningkatkan LTR sebanyak 5.4 % dibandingkan kontrol. Nilai rata-rata LTR terendah ditunjukkan oleh dosis pupuk urea 180 g/tanaman pada berbagai perlakuan tinggi pangkas. Tabel 9. Nilai rata-rata LTR tanaman jambu biji pada periode umur 0 – 14 MST pada berbagai

perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) Tinggi Pangkas Rataan

50 75 100

……… ….0 - 14 MST(g/hari) ………

0 3.03a 2.80a 2.89a 2.91a

90 3.10a 3.09a 3.01a 3.07a

180 2.25b 1.94b 2.10b 2.10b

Rataan 2.80 2.61 2.67

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Laju tumbuh relatif menunjukkan peningkatan bobot kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan bobot asal. Perlakuan urea 90 g /tanaman diduga memberikan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan tajuk dan akar jambu biji. Menurut Santosa (2004), perubahan dan perbedaan nilai LTR bisa digunakan sebagai pembanding terhadap efisiensi produksi, baik antara genotipe tanaman maupun diantara tanaman-tanaman yang mendapat perlakuan atau karena pengaruh iklim yang berbeda.

6 Y50 = -0.0043x + 3.1833 R2 = 0.6832 Y75 = -0.0048x + 3.04 R2 = 0.5169 Y100 = -0.0044x + 3.0617 R2 = 0.6383 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 0 50 100 150 200

Dosis Urea (g/t anaman)

L a ju T u m b uh R e la ti f (g /c m ) 50 cm 75 cm 100 cm Linear (50 cm) Linear (75 cm) Linear (100 cm)

Gambar 2. Nilai Rata – rata LTR Tanaman Jambu Biji Umur 14 MST Pada Berbagai Interaksi Perlakuan Tinggi Pangkas dan Dosis Pupuk Urea

Rata-rata Laju Asimilasi Bersih

Tabel 10 menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea memberikan pengaruh nyata terhadap nilai LAB. Nilai rata-rata LAB tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan pemupukan urea 90 g/tanaman dan kontrol pada berbagi tinggi pangkas. Hal ini diduga karena ukuran daun pada interaksi perlakuan tersebut lebih besar dibandingkan dengan interaksi yang lainnya, sehingga penangkapan energi matahari oleh daun lebih banyak dan laju fotosintesis akan meningkat.

Laju asimilasi bersih berkaitan dengan hasil bersih dari fotosintesis per satuan luas daun dan waktu. Salah satu faktor internal tanaman yang mempengaruhi kecepatan fotosintesis adalah klorofil. Menurut Loveless (1991), peningkatan klorofil daun akan berperan dalam meningkatkan laju asimilasi bersih sehingga produk fotosintesis meningkat. Pada penelitian ini penambahan pupuk urea 90 g/tanaman memberikan unsur hara yang cukup terutama nitrogen yang berperan dalam sintesis klorofil. Klorofil merupakan molekul organik yang komplek dan nitrogen merupakan salah satu komponen penyusun klorofil (Taiz & Zeiger, 2002).

Tabel 10. Nilai rata-rata LAB tanaman jambu biji pada periode umur 0 – 14 MST pada berbagai perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) Tinggi Pangkas

Rataan

50 75 100

………0 - 14 MST(mg/cm2/hari) ………

0 1.42a 1.40a 1.41a 1.41a

90 1.43a 1.43a 1.42a 1.42a

180 135b 1.32b 1.33b 1.33b

Rataan 1.40 1.38 1.39

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Komponen Produksi

Tajuk

Tabel 11 memperlihatkan bahwa produksi tajuk tertinggi pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea berupa bobot basah maupun bobot kering daun terdapat pada interaksi perlakuan antara tinggi pangkas 50 cm dan dosis pupuk urea 90 g/tanaman, sedangkan hasil terendah pada interaksi perlakuan antara tinggi pangkas 100 cm dan dosis pupuk urea 180 g/tanaman. Bobot basah batang dan cabang tertinggi ditunjukkan oleh interaksi perlakuan antara tinggi pangkas 75 cm dan dosis pupuk urea 90 g/tanaman dan hasil terendah ditunjukkan oleh interaksi tinggi pangkas 100 cm tanpa pupuk.

Tabel 11. Produksi tajuk tanaman jambu biji (14 MST) pada berbagai interaksi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) Tinggi Pangkas (cm)

Rataan

50 75 100

………Bobot Basah Daun (g) ………..

0 19.51ab 16.35cd 15.96cd 17.27b

90 22.04a 20.05ab 18.24bc 20.11a

180 15.60cd 15.49cd 13.91d 15.00c

Rataan 19.05a 17.30b 16.04b

………Bobot Kering Daun (g) ………..

0 9.17ab 7.25b 6.67bc 7.70b

90 10.41a 10.11a 8.70abc 9.74a

180 4.02d 2.96d 2.58d 3.11c

Rataan 7.87a 6.45b 6.30b

...Bobot Basah Batang dan cabang (g)………...

0 10.33ab 11.11ab 7.63b 9.69

90 12.07ab 13.82a 8.37ab 11.42

180 13.09ab 11.72ab 10.12ab 11.64

Rataan 11.83a 12.22a 8.7b

Komponen-komponen tersebut merupakan hasil asimilat yang memerlukan serapan hara dari larutan tanah dan translokasi ke tajuk (Salisbury & Ross, 1995). Pemberian pupuk N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti jumlah batang dan cabang serta daun jambu biji. Jumlah daun yang banyak akan meningkatkan produksi biomassa. Produksi biomassa tersebut akan mengakibatkan pertambahan bobot kering. Biomassa adalah semua bahan kasar yang merupakan manifestasi dari semua proses yang terjadi dalam dalam pertumbuhan tanaman.

Saifudin (1986), menyatakan bahwa apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak dari unsur lainnya, maka tanaman menghasilkan protein lebih banyak dan daun akan tumbuh lebih lebar sehingga fotosintesis lebih banyak. Oleh sebab itu diduga lebarnya daun yang tersedia bagi proses fotosintesis sebanding dengan jumlah nitrogen yang tersedia.

Secara keseluruhan terjadi kecenderungan semakin tinggi pemangkasan maka produksi tajuk berupa bobot kering (g) semakin menurun, dimana pada pemupukan urea 90 g/tanaman meningkatkan bobot kering daun sebesar 26.49 % dibandingkan tanpa pemupukan. Hal ini sesuai dengan penelitian Yustisia (2002) bahwa N dapat memacu pertumbuhan daun. Pada pemupukan urea 180 g/tanaman bobot kering daun akan menurun.

Kandungan Nitrogen Daun

Analisis daun dilakukan setelah panen. Tabel 12 menunjukkan bahwa % nitrogen daun cenderung meningkat dengan semakin tingginya dosis pupuk nitrogen. Kandungan nitrogen tertinggi dihasilkan pada dosis pupuk urea 180 g/tanaman.

Tabel 12. Kandungan nitrogen daun jambu biji (14 MST) pada berbagai dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) % Nitrogen 0 2.46b 90 2.56ab 180 2.76a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

Kandungan nitrogen tinggi dijumpai pada daun yang berwarna hijau (Susila, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna daun yang diberi perlakuan pupuk urea lebih hijau dibanding dengan tanaman kontrol, hal ini diduga karena pupuk urea merupakan pupuk yang mudah diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman.

Berdasarkan hasil analisis daun (Tabel 12) diketahui bahwa daun tanaman jambu biji yang tidak dipupuk (kontrol) mengandung hara nitrogen yang cukup bagi pertumbuhan tanaman yaitu 2.46 %. Susila (2004), menyatakan bahwa kandungan nitrogen dalam daun adalah 1 – 5 %. Hal ini diduga karena panen hanya dilakukan sebanyak satu kali sehingga hara nitrogen cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Kandungan nitrogen daun akan semakin menurun dengan meningkatnya frekuensi panen daun pada tanaman strawbery (Normand & Habib, 2000). Oleh karena itu pemanenan daun lebih dari satu kali mungkin untuk dilakukan. Pemberian pupuk urea 90 dan 180 g/tanaman meningkatkan % nitrogen dalam daun masing – masing 4.07 dan 12.19 %. Hal ini sejalan dengan penelitian Yustisia (2002) bahwa peningkatan takaran pupuk N menyebabkan semakin naiknya N total pada tanaman kedelai.

Kandungan Bahan Bioaktif Kualitatif

Analisis bahan bioaktif secara kualitatif menunjukkan bahwa daun jambu biji mengandung alkaloid, steroid dan flavanoid (Tabel 13).

Tabel 13. Kandungan bahan bioaktif kualitatif daun jambu biji (14 MST) pada berbagai dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) Kadar air (%/tanaman) Alkaloid Steroid Tanin Saponin Flavanoid

0 80.74b 3+ 3+ 3+ 1+ 2+

90 81.41ab 3+ 3+ 2+ 1+ 2+

180 84.63a 3+ 2+ 1+ - 1+

Berdasarkan Tabel 13 terlihat kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis pupuk urea akan menurunkan kandungan total bahan bioaktif kualitatif daun jambu biji. Hal ini diduga karena semakin tinggi dosis pupuk urea memberikan hara yang cukup bagi tanaman, sehingga tanaman akan banyak melakukan metabolisme primer untuk menghasilkan biomassa, di samping itu terjadi peningkatan kadar air daun, sehingga meningkatkan sukulensi dan terjadi pengenceran kandungan bahan bioaktif yang akan menurunkan kandungan bahan bioaktif secara kualitatif.

Kandungan flavanoid semakin menurun dengan semakin bertambahnya dosis pupuk urea hal ini diduga karena flavanoid akan diproduksi lebih banyak pada keadaan kahat hara dan pH masam, pada hara tinggi dan pH alkalis maka flavanoid akan rusak. Lugasi et al. (2003), menyatakan bahwa kandungan flavanoid dipengaruhi oleh beberepa faktor seperti jenis dan pertumbuhan tanaman, musim, iklim.

8

Produksi flavanoid pada kahat hara dan pH masam ini adalah untuk melindungi sel dari bahaya sinar ultraviolet, karena apabila sel berada dalam keadaan kahat hara dan pH masam, sel mempunyai sistem membran yang lemah akibat sintesis protein yang berkurang dan hambatan kehadiran Al. Sistem membran yang lemah memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap kerusakan akibat sinar ultraviolet.

Kandungan Bahan Bioaktif Quersetin

Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel 14) terlihat bahwa kandungan flavanoid yang dihitung sebagai quercetin tidak berbeda nyata pada setiap dosis pupuk urea yang diberikan. Meskipun demikian kandungan bahan bioaktif cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pupuk urea.

Tabel 14. Kandungan bahan bioaktif quersetin daun jambu biji (14 MST) pada berbagai dosis pupuk urea

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) % (Quersetin) 0 0.50 90 0.60 180 0.60

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Pada penelitian ini produksi quersetin semakin meningkat dengan semakin tingginya dosis urea yang diberikan hal ini tidak sesuai dengan tabel 13 yang menunjukkan bahwa kandungan kualitataif flavanoid semakin berkurang dengan semakin meningkatnya dosis pupuk urea. Hal ini dapat di mengerti karena pada perhitungan sebelumnya merupakan jumlah flavanoid total sedangkan quersetin merupakan turunan dari flavanoid yang banyak terdapat pada sayuran dan buah (Lugasi et al., 2003). Jadi jumlah quersetin yang tinggi bukan berarti bahwa jumlah flavanoid juga akan tinggi. Menurut Harborne & Williams (2000), kandungan flavanoid banyak dipengaruhi oleh cahaya karena berfungsi sebagai penyaring cahaya ultraviolet. Flavanoid terakumulasi pada lapisan epidermis daun, batang, dan bunga untuk melindungi sel dari radiasi cahaya ultraviolet B (280 – 320 nm) (Taiz & Zeiger, 2002). Flavanoid terekspresikan pada daun tanaman yang berwarna hijau. Dari hasil penelitian terlihat bahwa tanaman yang diberi perlakuan pupuk urea berwarna lebih hijau dibandingkan tanaman kontrol, sehingga flavanoid akan semakin meningkat dengan semakin tingginya dosis pupuk urea. Korelasi antara Komponen Pertumbuhan dan Produksi

Komponen produksi yang meliputi bobot basah daun, bobot kering daun dan bobot basah batang dan cabang daun memiliki korelasi atau hubungan dengan berbagai komponen pertumbuhan (Tabel 15).

Bobot basah daun dan bobot kering daun berkorelasi nyata dengan jumlah cabang, laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih. Dari fakta ini terlihat bahwa komponen pertumbuhan yang berperan terhadap produksi daun adalah jumlah cabang laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih. Artinya jika jumlah daun yang banyak dengan bobot basah daun dan bobot kering daun yang tinggi dapat dipacu dengan pemupukan dan pemangkasan agar jumlah cabang meningkat. Tjitrosoepomo (1991), menyatakan bahwa jumlah daun akan meningkat seiring dengan banyaknya cabang yang muncul.

Jumlah cabang yang meningkat akan meningkatkan jumlah daun sehingga laju asimilasi pun meningkat. Laju asimilasi yang meningkat akan menghasilkan asimilat yang tinggi yang akan meningkatkan bobot basah daun dan bobot kering daun.

Tabel 15. Matrik korelasi antara komponen prtumbuhan dan produksi jambu biji pada berbagi perlakuan tinggi pangkas dan dosis pupuk urea

Tinggi Diameter

Batang

Jumlah Cabang

LTR LAB BB Daun BK Daun BB Batang & Cabang Tinggi 1 Diameter Batang -0.116 1 Jumlah Cabang -0.061 0.097 1 LTR -0.172 0.056 0.729* 1 LAB -0.162 0.045 0.728* 0.999* 1 BB Daun 0.066 0.174 0.58* 0.66* 0.68* 1 BK Daun -0.122 0.016 0.70* 0.96* 0.97* 0.80* 1

BB Batang dan Cabang -0.004 0.285 0.15 0.082 0.076 0.23 1 1 Keterangan : LAB = Laju asimilasi bersih; LTR = Laju tumbuh relatif; * = berbeda nyata pada taraf 95% Pertumbuhan Setelah Panen

Pertumbuhan tanaman setelah panen yang meliputu pertambahn tinggi tanaman, pertambahan diameter batang dan jumlah cabang dapat dilihat pada Tabel .

Dosis Pupuk Urea (g/tanaman) Tinggi Pangkas (cm) Rataan 50 75 100 ………Tinggi Tanaman 18 MST(cm)) ……….. 0 12.47a 11.37b 10.73cd 11.41 90 12.60a 11.14bc 10.49d 11.52 180 12.15a 11.54b 10.38d 11.36 Rataan 12.41a 11.35b 10.59c

………....Pertambahan Diameter Batang 18 MST (mm) …………

0 3.17cd 3.36cd 2.94d 3.16b

90 4.14ab 4.29ab 4.08bc 4.04a

180 4.08ab 4.69a 4.08ab 4.28a

Rataan 3.80ab 4.11a 3.57b

...………..Jumlah Cabang 18 MST …………...

0 5.25ab 4.21bc 4.74b 4.73

90 5.93a 5.12ab 4.77b 5.27

180 4.68b 5.08ab 4.47b 4.74

Rataan 5.28 4.80 4.66

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 0.0 Pertumbuhan vegetatif biasanya meningkat cepat setelah pemangkasan pucuk secara intensif, dan pemupukan dibutuhkan untuk menyediakan hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Unsur N merupakan unsur yang dominan selama pertumbuhan vegetatif tanaman. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pada tinggi pangkas 50 cm menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda pada berbagai perlakuan pemupukan, namun pada tinggi pangkas 75 dan 100 cm menyebabkan tinggi tanaman yang lebih rendah. Hal ini diduga karena unsur N lebih banyak digunakan untuk mednunjang daun-daun pemeliharaan.

Berdasarkan hasil analisis ragam terlihat bahwa interaksi antara perlakuan tinggi pangkas dan pemberian pupuk urea berpengaruh nyata pertambahan diameter batang tanaman (Tabel). Hasil tertinggi ditunjukkan oleh interaksi antara perlakuan tinggi pangkas 75 cm dan pemberian pupuk urea 180 g/tanaman.

Pertambahan diameter batang akan semakin meningkat dengan semakin tingginya dosis pupuk nitrogen yang diberikan. Hal ini diduga karena dosis pupuk urea 180 g/tanaman menyediakan hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman jambu biji setelah pemanenan daun.

Tabel menunjukkan bahwa jumlah cabang tanaman jambu biji dipengaruhi oleh perlakuan pemangkasan dan perlakuan pupuk nitrogen. Perlakuan tinggi pangkas 50 cm dan pemberian pupuk 90 g/tanaman memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lain.

Pemanenan daun dengan cara pemangkasan akan merangsang munculnya cabang baru. Pemangkasan 80 % cabang-cabang tua pada jambu biji yang telah berumur satu tahun dapat memacu pertumbuhan tunas baru yang sehat dan kuat (Nanthanchai, 1983). Pembentukan cabang baru juga dipengaruhi oleh keteresediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen merupakan komponen penyusun asam amino dan protein yang berfungsi dalam pembelahan sel (Fujita

et al., 1991).

Dokumen terkait