• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 4 dan 5 di Sekolah Dasar Bina Insani. Pemilihan sekolah dilakukan secara purposive, yaitu sekolah dengan tingkat sosial ekonomi orangtua menengah ke atas dimana prevalensi siswa yang gemuk cukup banyak sehingga dapat mewakili jumlah minimal contoh yang diambil. Siswa kelas 4 dan 5 sengaja diambil karena siswa sudah dapat menjawab ataupun mengisi kuesioner yang diberikan. Siswa kelas 6 sengaja tidak diambil karena khawatir akan mengganggu konsentrasi siswa dalam menghadapi ujian akhir; sedangkan siswa kelas 3, 2 dan 1 juga tidak diambil sebagai contoh karena siswa dianggap belum memiliki pemahaman yang cukup untuk mengisi kuesioner yang diberikan.

Sekolah Dasar Bina Insani terletak di Jalan KH. Sholeh Iskandar, Tanah Sareal Bogor. Sekolah ini mempunyai akses yang dekat dengan perumahan, rumah sakit dan Plaza. Sekolah ini dapat dilalui oleh beragam alat transportasi, seperti ojek, angkot dan bis kota. Sekolah Dasar Bina Insani dipimpin oleh kepala sekolah yang bergelar Magister. Jumlah guru/staf pengajarnya ada 53 orang, terdiri atas 22 orang guru laki-laki dan 32 orang guru perempuan. Para guru tersebut dibantu oleh 9 pegawai laki-laki dan 1 orang pegawai perempuan.

Jumlah siswa kelas 4 dan kelas 5 seluruhnya ada 273 orang, terdiri atas 149 siswa kelas 4 dan 124 siswa kelas 5. Waktu belajarnya dimulai dari pukul 07.15 s.d pukul 14.30 untuk kelas 4,5 dan 6. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah meliputi fasilitas fisik, lahan dan non fisik. Fasilitas fisik yang dimiliki meliputi ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, laboratorium, kantin, tempat ibadah, aula, gudang, toilet dan UKS. Fasilitas lahan yang ada terdiri atas lapangan olahraga, taman, kebun sekolah dan lapangan parkir. Fasilitas non fisik/ekstrakurikuler yang ada di sekolah meliputi pramuka, paduan suara, karate, taekwondo, renang, sepak bola, drumband, Kelompok Ilmiah Anak, melukis,

drama, tartil Qur’an, marawis, band cilik, jurnalistik, bahasa inggris, dan seni tari.

Karakteristik Contoh

Tabel 1 menjelaskan karakteristik contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi contoh. Karakteristik individu yang diamati meliputi jenis kelamin, agama, suku, biaya transportasi/bulan, dan besar uang saku/bulan.

Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi

Karakteristik Contoh

Status Gizi

Normal Gemuk Total

n % N % n % Jenis Kelamin Laki-laki 19 47,5 20 50 39 48,8 Perempuan 21 52,5 20 50 41 51,2 Total 40 100 40 100 80 100 Suku Jawa 15 37,5 18 45 33 41,2 Sunda 11 27,5 11 27,5 22 27,5 Padang 2 5 5 12,5 7 8,7 Betawi 1 2,5 2 5 3 3,8 Palembang 4 10 0 0 4 5 Lainnya 7 17,5 4 10 11 13,8 Total 40 100 40 100 80 100

Biaya transportasi/bulan (Rp/bulan)

Rp.60000-Rp.150.000,00 8 24 12 39 20 31

Rp.150.000,00-Rp.300.000,00 23 70 18 58 41 64

≥ Rp.300.000,00 2 6 1 3 3 5

Total 33 100 31 100 64 100

Besar uang saku/bulan (Rp/bulan)

< Rp.90.000,00 6 15 1 2,5 7 8,8

Rp.90.000,00-Rp.180.000,00 21 52,5 27 67,5 48 60

> Rp.180.000,00 13 32,5 12 30 25 31,2

Total 40 100 40 100 80 100

Jenis Kelamin, Agama, Usia dan Etnis

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa jumlah contoh laki-laki dan perempuan pada contoh yang berstatus gizi gemuk adalah sama, sedangkan pada contoh berstatus gizi normal jumlah contoh laki-laki sedikit lebih kecil dibandingkan jumlah contoh perempuan. Contoh dalam penelitian ini berusia 9- 11 tahun dan persentase terbesar pada usia 10 tahun pada kelompok normal (47,5%) dan contoh gemuk tersebar pada usia 10 tahun (47,5%) dan 11 tahun (47,5%). Seluruh contoh yang diambil beragama Islam. Sebagian besar contoh baik pada contoh berstatus gizi normal maupun gemuk berasal dari etnis Jawa (41,2%). Sebagian lagi berasal dari etnis Sunda (27,5%) dan sisanya ada yang berasal dari etnis Padang (8,7%), Betawi (3,8%), Palembang (5%) dan etnis lainnya seperti Makasar dan Bugis.

Biaya Transportasi

Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh contoh adalah biaya yang dikeluarkan oleh contoh untuk membayar bus jemputan dari sekolah atau angkutan umum setiap bulannya. Sebesar 17,5% contoh normal dan 22,5% contoh gemuk memilih diantar dengan kendaraan pribadi menuju ke sekolah. Sisanya sebagian besar memilih menggunakan bus jemputan dari sekolah. Sebagian besar contoh normal dan gemuk mengeluarkan biaya transportasi

setiap bulan antara Rp.150.000-300.000. Rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan oleh seluruh contoh adalah sebesar Rp. 142.062,50±90.946. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua contoh (p= 0.169). Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh contoh tergolong cukup besar. Hal ini diduga karena sebagian besar contoh lebih memilih menggunakan bus jemputan yang disediakan oleh sekolah dimana besar biaya transportasi yang dikeluarkan tergantung jauh-dekatnya rumah contoh ke sekolah. Sebanyak 82,5% contoh berstatus gizi normal memilih menggunakan bus jemputan dan pada contoh berstatus gizi gemuk sebanyak 72,5% contoh yang memilih menggunakan bus jemputan. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara biaya transportasi yang dikeluarkan dengan status gizi contoh (p>0.05).

Uang Saku

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau bulanan. Uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi daya beli seseorang terhadap pangan. Sebagian besar contoh baik yang normal (52,5%) maupun yang gemuk (67,5%) memperoleh uang saku yang berkisar antara Rp.90.000,00-180.000,00/bulan. Rata-rata besar uang saku contoh yang normal maupun yang gemuk adalah Rp. 186.750,00±97.439,00. Relatif besarnya uang saku yang diberikan kepada kedua contoh diduga karena sebagian besar contoh berasal dari keluarga yang mempunyai pendapatan tinggi. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara besar uang saku pada kedua contoh (p= 0.276). Hal ini diduga karena contoh relatif homogen. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara besar uang saku dengan status gizi contoh (p>0.05).

Karakteristik Keluarga Contoh

Tabel 2 menjelaskan tentang karakteristik keluarga contoh yang dilihat berdasarkan jumlah anggota keluarga, status gizi anggota keluarga, keberadaan kakak/adik yang gemuk serta jumlah saudara kandung yang gemuk.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga contoh dan status gizi

Karakteristik Keluarga Contoh

Status Gizi

Normal Gemuk Total

n % n % n %

Jumlah Anggota Keluarga

1-4 orang 20 50 22 55 42 52,5

5-6 orang 19 47,5 17 42,5 36 45

≥ 7 orang 1 2,5 1 2,5 2 2,5

Total 40 100 40 100 80 100

Status Gizi Anggota Keluarga Contoh

Ayah Gemuk* 19 47,5 18 45 37 46,3

Ibu Gemuk* 10 25 17 42,5 27 33,8

Kakak/Adik Gemuk** 15 37,5 16 40 31 38,8

Jumlah Saudara Kandung yang Gemuk

1 orang 10 66,7 10 62,5 20 64,5

2 orang 5 33,3 6 37,5 11 35,5

Total 15 100 16 100 31 100

Status Gizi Pasangan Orangtua*

Keduanya Normal 17 42,5 14 35 31 38,8

Salah Satu Gemuk 17 42,5 17 42,5 34 42,5

Keduanya Gemuk 6 15 9 22,5 15 18,8

Total 40 100 40 100 80 100

*

= berdasarkan kuesioner yang diisi oleh orangtua

**

= berdasarkan persepsi contoh

Jumlah Anggota Keluarga

Besar keluarga menurut BKKBN (1998) dibagi menjadi keluarga kecil jika

jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang, sedang jika 5-6 orang, dan besar jika ≥ 7 orang. Besar keluarga kedua kelompok contoh tersebar pada kelompok keluarga kecil dan sedang. Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang. Akan tetapi dalam hal ini maka besar keluarga tidak menjadi faktor utama yang berpengaruh besar terhadap konsumsi pangan contoh. Hal ini diduga karena contoh berasal dari keluarga yang tingkat pendapatan orangtuanya tergolong menengah ke atas. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara besar keluarga contoh normal dan contoh gemuk (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi contoh (p= 0.688).

Persepsi dan Status Gizi Orangtua Contoh

Persepsi adalah cara pandang/cara menilai seseorang terhadap sesuatu. Persepsi contoh mengenai status gizi orangtua ditanyakan untuk menilai apakah contoh dapat mempersepsikan dengan baik status gizi orangtua. Persepsi contoh

akan dibandingkan dengan status gizi orangtua sebenarnya berdasarkan data berat badan dan tinggi badan yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh orangtua contoh. Sebagian besar contoh normal (55%) dan sebagian besar contoh gemuk (57,5%) menilai bahwa ayah mereka memiliki status gizi normal. Begitu pula dengan persepsi mereka terhadap status gizi ibu. Sebagian besar dari contoh gemuk (52,5%) dan contoh normal (50%) menilai bahwa ibu mereka berstatus gizi normal. Berdasarkan data berat badan dan tinggi badan orangtua contoh yang dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi langsung oleh orangtua contoh, diketahui bahwa sebesar 52,5% ayah contoh normal dan sebesar 55% ayah contoh gemuk berstatus gizi normal (dilihat dari nilai IMT). Begitu pula dengan status gizi ibu. Sebesar 75% ibu contoh normal dan sebesar 57,5% ibu contoh gemuk berstatus gizi normal.

Apabila dilihat berdasarkan pasangan status gizi kedua orangtua contoh, maka pada contoh normal, sebagian besar berasal dari pasangan orangtua dengan status gizi normal (42,5%) dan salah satu dari orangtua berstatus gizi gemuk (42,5%). Sementara itu pada contoh gemuk cukup beragam, dimana sebesar 42,5% contoh berasal dari pasangan orangtua berstatus gizi gemuk, 35% berasal dari pasangan orangtua dengan status gizi normal dan sebesar 22,5% berasal dari pasangan orangtua dengan status gizi keduanya gemuk. Penelitian di Amerika menunjukan bahwa obes pada usia 1-2 tahun dengan orangtua normal, sekitar 8% menjadi dewasa obes, sedangkan obes pada usia 10-14 tahun dengan salah satu orangtuanya obes, 79% akan menjadi dewasa obes (Hidayah et al. 2006). Hal senada diungkapkan Hadi et al. (2004), bahwa kegemukan pada orangtua secara signifikan berperan sebagai prediktor kegemukan pada anak. Anak dengan orangtua gemuk memiliki risiko lebih besar daripada anak yang orangtuanya tidak memiliki riwayat obes. Hasil analisis Korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara nilai IMT contoh dengan nilai IMT ibu (p=0.039). Hal ini berarti semakin tinggi nilai IMT ibu, maka nilai IMT contoh juga semakin tinggi.

Keberadaan dan Jumlah Saudara Kandung yang Gemuk

Sebagian besar contoh normal (62,5%) dan gemuk (60%) menyatakan tidak memiliki saudara kandung yang gemuk (berdasarkan persepsi contoh). Sementara itu, ketika ditanyakan lebih lanjut baik pada contoh normal maupun gemuk yang menyatakan memiliki saudara kandung yang berstatus gizi gemuk, diketahui sebesar 62,5% contoh gemuk dan 66,7% contoh normal memiliki

jumlah saudara kandung (adik/kakak) yang gemuk sebanyak satu orang. Sisanya baik pada contoh gemuk ataupun normal memiliki saudara kandung yang gemuk sebanyak dua orang. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah saudara kandung yang gemuk dengan status gizi contoh (p=0.001). Hal ini berarti semakin banyak saudara kandung yang gemuk, maka status gizi contoh juga semakin mendekati gemuk.

Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang. Tingkat pendidikan orangtua yang baik akan memungkinkan orangtua dapat memantau dan menerima informasi tentang kesehatan anaknya. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pangan yang dipilih untuk dikonsumsi sehari-hari (Soetjiningsih 1994). Tabel 3 menguraikan kondisi sosial ekonomi keluarga contoh yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu serta penghasilan ayah dan ibu. Data mengenai pendidikan terakhir orangtua, pekerjaan dan penghasilan orangtua per bulan didapatkan dengan memberikan kuesioner kepada orangtua contoh.

Sebagian besar ayah contoh berpendidikan terakhir Strata 1 (S1) dan S2. Begitu juga dengan pendidikan terakhir ibu. Sebesar 42,5% ibu contoh normal dan sebesar 52,5% ibu contoh gemuk berpendidikan terakhir S1. Menurut Engel et al. (1994), tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar. Sebagian besar ayah contoh (56,2%) bekerja sebagai pegawai swasta; sedangkan sebagian besar ibu contoh (46,2%) bekerja sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan seseorang. Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi keluarganya. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua contoh normal dan contoh gemuk (p>0.05).

Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaan yang dinyatakan dalam pendapatan per kapita. Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Sebagian besar penghasilan ayah kedua contoh

berada pada nilai < Rp. 10.000.000,00 dan penghasilan ibu kedua contoh berada pada nilai < Rp. 3000.000,00.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan status gizi

Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

Status Gizi

Normal Gemuk Total

n % n % n %

Tingkat pendidikan ayah

SMA 2 5 2 5 4 5 Diploma 4 10 5 12,5 9 11,2 S1 18 45 17 42,5 35 43,8 S2 14 35 14 35 28 35 S3 2 5 2 5 4 5 Total 40 100 40 100 80 100

Tingkat pendidikan ibu

SMA 6 15 5 12,5 11 13,7 Diploma 10 25 9 22,5 19 23,7 S1 17 42,5 21 52,5 38 47,5 S2 7 17,5 3 7,5 10 12,5 S3 0 0 2 5 2 2,5 Total 40 100 40 100 80 100 Pekerjaan ayah PNS/ABRI/ 11 27,5 8 20 19 23,8 Pegawai Swasta/BUMN 20 50 25 62,5 45 56,2 Wiraswasta 6 15 6 15 12 15 Lainnya 3 7,5 1 2,5 4 5 Total 40 100 40 100 80 100 Pekerjaan ibu PNS/ABRI/ 12 30 10 25 22 27,5 Pegawai Swasta/BUMN 5 12,5 6 15 11 13,8 Wiraswasta 6 15 0 0 6 7,5

Ibu rumah tangga 15 37,5 22 55 37 46,2

Lainnya 2 5 2 5 4 5 Total 40 100 40 100 80 100 Penghasilan ayah < Rp,10,000,000,00 25 62,5 21 52,5 46 57,5 Rp10,000,000,00-Rp,25,000,000,00 12 30 16 40 27 33,7 > Rp, 25,000,000,00 3 7,5 3 7,5 7 8,8 Total 40 100 40 100 80 100 Penghasilan ibu < Rp,3,000,000,00 27 67,5 27 67,5 54 67,5 Rp,3,000,000,00-10,000,000,00 11 27,5 12 30 23 28,8 > Rp,10,000,000,00 2 5 1 2,5 3 3,7 Total 40 100 40 100 80 100

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada orangtua contoh, diketahui bahwa rata-rata besar pendapatan ayah contoh adalah sebesar Rp.9.903.750±9.307.346. sedangkan rata-rata pendapatan ibu contoh adalah sebesar Rp. 2.503.750±3.501.950. Persentase tingkat pendapatan ayah contoh yang gemuk dengan kategori sedang ke atas lebih tinggi dibandingkan dengan contoh normal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Padmiari dan Hadi (2003)

yang menunjukkan bahwa kejadian obesitas terdapat pada keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi atau golongan menengah ke atas.

Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kedua contoh (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan penghasilan orangtua dengan status gizi contoh (p>0.05).

Tingkat Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman contoh tentang gizi. Pengetahuan gizi diukur dari kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan gizi secara umum, snack, dan obesitas yang disiapkan dalam kuesioner. Terdapat 20 buah pertanyaan pilihan berganda dengan memilih jawaban yang paling benar (Correct-Answer Multiple Choice) serta 10 pernyataan mengenai sikap gizi. Pertanyaan yang diberikan mencakup gizi secara umum (10 soal), snack (5 soal) dan obesitas (5 soal).

Tabel 4 menjelaskan mengenai persentase jawaban dari setiap pertanyaan yang dapat dijawab benar oleh contoh. Sebagian pertanyaan tentang gizi umum dapat dijawab benar oleh contoh. Adapun pertanyaan yang relatif tidak dapat dijawab contoh adalah bahan pangan sumber protein hewani (58,8%), zat gizi pengganti sel-sel yang rusak (32,2%), pangan sumber protein (60%), fungsi protein (38,8%), dan kandungan mineral dalam garam (63,8%). Pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab oleh sebagian contoh diduga karena contoh belum paham dan belum mendapatkan materi tentang gizi di sekolah.

Pertanyaan mengenai snack dari lima pertanyaan hanya dua pertanyaan yang bisa dijawab benar oleh sebagian besar contoh. Pertanyaan tentang snack yang tidak dapat dijawab benar oleh sebagian besar contoh adalah mengenai zat gizi yang dominan terdapat dalam snack (42,5%), mineral yang terdapat dominan pada snack (30%), dan mengenai risiko akibat mengonsumsi snack berlebihan (46,3%). Sebagian besar pertanyaan tentang snack tidak dapat dijawab dengan benar oleh sebagian contoh diduga karena contoh belum memahami/mengenal tentang snack dengan baik.

Pertanyaan mengenai obesitas sebagian dapat dijawab benar oleh contoh. Pertanyaan yang tidak dapat dijawab benar oleh sebagian contoh adalah mengenai siapa saja yang berisiko mengalami obesitas (48,8%) dan mengenai bahaya obesitas (48,8%). Contoh masih belum memahami tentang risiko

obesitas yang bisa menyerang siapa saja. Contoh lebih mengetahui bahwa obesitas hanya terjadi pada orangtua dan remaja saja.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar dan status gizi

No Kategori Soal Normal Gemuk Total

n % n % n %

Gizi Umum

1 Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh 32 80 26 65 58 72,5

2 Contoh bahan pangan sumber protein nabati 27 67,5 20 50 47 58,8

3 Contoh bahan pangan sumber protein

hewani 35 87,5 31 77,5 66 82,5

4 Kandungan vitamin dalam sinar matahari 27 67,5 29 72,5 56 70

5 Zat gizi yang berperan mengganti sel

yang rusak 11 27,5 15 37,5 26 32,5

6 Makanan sumber karbohidrat 34 85 32 80 66 82,5

7 pangan sumber protein 27 67,5 21 52,5 48 60

8 Fungsi utama protein 15 37,5 16 40 31 38,8

9 Risiko akibat kelebihan lemak dalam tubuh 37 92,5 37 92,5 74 92,5

10 Mineral yang terkandung dalam garam yang baik 27 67,5 24 60 51 63,8

Snack

11 Pengertian snack 40 100 40 100 80 100

12 Zat gizi yang dominan ada dalam snack 12 30 22 55 34 42,5

13 Mineral yang dominan ada dalam snack 9 22,5 15 37,5 24 30

14 Risiko akibat konsumsi snack berlebihan 12 30 25 62,5 37 46,3

15 Peran snack sebagai makanan selingan 35 87,5 34 85 69 86,3

Obesitas

16 Kata lain dari kegemukan 28 70 32 80 60 75

17 Siapa saja yang mungkin terkena obesitas 17 42,5 22 55 39 48,8

18 Bahaya obesitas 13 32,5 26 65 39 48,8

19 Pola konsumsi pangan untuk yang

obesitas 27 67,5 37 92,5 64 80

20 Salah satu cara mengatasi obesitas 39 97,5 40 100 79 98,8

Sikap gizi merupakan kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan (statement) yang diajukan. Terdapat 10 pernyataan yang diajukan yang mencakup tentang manfaat sarapan, aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, ciri orang sehat dan konsumsi snack. Tabel 5 menguraikan sebaran contoh menurut status gizi dan kecenderungan contoh dalam menilai pernyataan yang terkait dengan gizi, perilaku sehat dan konsumsi snack.

Sebagian besar contoh baik normal maupun gemuk memiliki kecenderungan memahami pernyataan yang terkait dengan sikap gizi dengan baik. Terlihat dari tingginya persentase contoh normal ataupun gemuk yang memahami akan pentingnya mengonsumsi pangan 3B, manfaat sarapan,

manfaat aktivitas fisik serta manfaat mengonsumsi buah dan sayur. Akan tetapi, ternyata pemahaman contoh baik normal ataupun gemuk mengenai ciri orang sehat serta peranan makanan ringan sebagai pengganti nasi dan sarapan masih tergolong sedang. Hal ini terlihat dari cukup besarnya persentase contoh normal (27.5%) dan contoh gemuk (32.5%) yang masih ragu dalam menilai apakah gemuk sebagai satu ciri orang sehat. Hal yang sama juga terlihat terkait dengan pernyataan makanan ringan sebagai pengganti sarapan dan nasi, dimana persentase contoh yang masih ragu apakah hal tersebut baik atau tidak cukup besar.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan kecenderungan terhadap pernyataan yang terkait dengan sikap gizi

No Kategori Pernyataan Normal Gemuk S TS RG S TS RG n % n % n % n % n % n % 1 Manfaat mengonsumsi pangan 3B (bergizi, beragam, berimbang) 37 92,5 0 0 3 7,5 38 95 0 0 2 5 2 Manfaat sarapan 35 87,5 2 5 3 7,5 36 90 1 2,5 3 7,5

3 Manfaat aktivitas fisik 33 82,5 0 0 7 17,5 35 87,5 1 2,5 4 10

4 Konsumsi makanan ringan berlebih 2 5 29 72,5 9 22,5 0 0 31 77,5 9 22,5

5

Menghabiskan waktu terlalu lama untuk menonton tv/main games 3 7,5 30 75 7 17,5 4 10 29 72,5 7 17,5 6 Manfaat mengonsumsi sayur 39 97,5 1 2,5 0 0 39 97,5 0 0 1 2,5 7 Manfaat mengonsumsi buah- buahan 34 85 4 10 2 5 33 82,5 6 15 1 2,5

8 Gemuk sebagai ciri orang yang sehat 2 5 27 67,5 11 27,5 6 15 21 52,5 13 32,5

9 Peningkatan konsumsi makanan ringan sebagai pengganti nasi 5 12,5 24 60 10 25 3 7,5 30 75 7 17,5 10 Makanan ringan sebagai pengganti sarapan 7 17,5 26 65 7 17,5 6 15 25 62,5 9 22,5

Keterangan : S = Setuju; TS = Tidak setuju; Rg = Ragu-ragu

Setiap jawaban yang benar dari pertanyaan tentang pengetahuan gizi diberikan skor 1 dan jika jawaban contoh salah diberikan skor 0, sehingga total skor adalah 20. Pengetahuan gizi contoh dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar (Khomsan 2000). Mengenai sikap gizi contoh, diberikan skor 1 jika jawaban benar, skor -1 jika jawaban salah dan skor 0 jika menjawab ragu-ragu. Sikap gizi contoh dikategorikan rendah jika kurang dari

60% jawaban benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar (Khomsan et al 2009).

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi

Pengetahuan dan Sikap Gizi Contoh

Status Gizi

Normal Gemuk Total

n % n % n % Pengetahuan Gizi Tinggi (> 80%) 6 15 7 17,5 13 16,2 Sedang (60%-80%) 15 37,5 20 50 35 43,8 Rendah (≤ 60%) 19 47,5 13 32,5 32 40 Total 40 100 40 100 80 100

Pemahaman Sikap Gizi

Tinggi (> 8) 11 27,5 9 22,5 20 25

Sedang (6-8) 22 55 20 50 42 52,5

Rendah (≤ 6) 7 17,5 11 27,5 18 22,5

Total 40 100 40 100 80 100

Sebesar 37,5% contoh normal memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dan sebesar 47,5% memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah. Hanya 15% contoh normal yang memiliki tingkat pengetahuan gizi tinggi. Pada contoh gemuk, sebesar 50% contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang, 32,5% memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah dan sisanya 17,5% memiliki tingkat pengetahuan gizi tinggi. Secara keseluruhan maka sebesar 40% contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah, 43,8% contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dan hanya 16,2% contoh yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi contoh (p>0.05).

Sebagian besar contoh normal memiliki sikap gizi sedang (55%). Begitu juga pada contoh gemuk, sebesar 50% contoh memiliki tingkat pemahaman akan sikap gizi sedang. Hasil uji statistik (Independent Sample t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada tingkat pengetahuan gizi (p= 0.184) dan pemahaman sikap gizi kedua contoh (p= 0.957). Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman sikap gizi dengan status gizi contoh (p>0.05).

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, dan sosial budaya (Suhardjo 1994). Kebiasaan makan adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Kebiasaan makan yang jelek

dicerminkan dengan terjadinya kelebihan asupan dan penyakit akibat gizi (Atmarita 2005). Tabel 7 menjelaskan mengenai kebiasaan makan contoh yang dilihat berdasarkan frekuensi makan, kebiasaan sarapan, makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan, kebiasaan minum susu, jumlah susu yang biasa diminum, kebiasaan membawa bekal dan cara makan siang.

Sebagian besar contoh normal dan gemuk terbiasa makan tiga kali sehari. Lebih dari 80% contoh baik pada contoh gemuk ataupun normal terbiasa melakukan sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Sebesar 63,6% pada contoh normal dan sebesar 65,6% pada contoh gemuk biasa mengonsumsi nasi dan lauk pauk sebagai menu pada saat sarapan (Tabel 7). Hal ini sesuai dengan hasil recall dimana sebesar 65% contoh gemuk dan 50% contoh normal sarapan dengan nasi dan lauk pauk. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai frekuensi makan, kebiasaan sarapan, dan jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan antara kedua kelompok contoh (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan, kebiasaan sarapan, dan jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan dengan status gizi (p>0.05).

Sebagian besar contoh normal dan gemuk terbiasa minum susu setiap hari. Rata-rata sebagian besar contoh mengonsumsi susu sebanyak satu gelas setiap hari (61,8%). Berdasarkan hasil recall diketahui jenis susu yang paling banyak dikonsumsi baik oleh contoh gemuk (28,6%) maupun contoh normal (30,6%) adalah susu bubuk milo. Mengacu pada DKBM (2008) diketahui bahwa susu Milo merupakan jenis susu yang tinggi kalori, protein dan karbohidrat. Kandungan energi per 100 g susu Milo adalah sebesar 382 Kalori; protein sebesar 12,6 g, lemak 2,7 g dan kandungan karbohidrat sebesar 474,6 g. Berdasarkan hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), diketahui terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah susu yang biasa diminum setiap hari antara kedua contoh (p=0.046) dimana contoh gemuk lebih banyak yang mengonsumsi susu satu gelas setiap harinya dibandingkan dengan contoh normal. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan

Dokumen terkait