• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Snack Dan Pangan Lainnya, Pada Murid Sd Bina Insani Bogor Yang Berstatus Gizi Normal Dan Gemuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Snack Dan Pangan Lainnya, Pada Murid Sd Bina Insani Bogor Yang Berstatus Gizi Normal Dan Gemuk"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI

SNACK

DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI

BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

DENI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRACT

DENI. Nutrition Knowledge, Physical Activity, Snack Consumption and Other Food in Normal and Overweight of Bina Insani Elementary Students at Bogor. Under Direction of ALI KHOMSAN and CESILIA METI DWIRIANI.

Childhood obesity is increases rapidly in developing country. It’s has important short-term and long-term medical consequences also psychosocial consequences. The objective of the research is to analyze nutritional knowledge, physical activity, snack habit, in normal and overweight of Bina Insani elementary students at Bogor. The cross sectional design was used in this study to elaborate nutritional knowledge, snack habit, and physical activity in normal and overweight students. The total number of 80 students sample was chosen randomly. It consists of 40 students sample with normal nutritional status and 40 students sample with overweight nutritional status. Primary data consisted of physical activity recall (1x24 hours), food consumption recall (2x24 hours), anthropometry data (weight and height), social-economy’s sample condition, food habit, and snack habit using Food Frequency Questionnaire (FFQ). Secondary data were included data of Bina Insani Elementary School. The result showed no relation between level education and wage of parent, nutritional knowledge level, nutritional attitude, snack habit and physical activity with nutritional status of sample. The average energy adequacy level according to WNPG (2004) respectively 82,2% in normal sample and 73,6% in overweight sample.

(3)

RINGKASAN

DENI. Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya, Pada Murid SD Bina Insani Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk. Dibimbing Oleh ALI KHOMSAN dan CESILIA METI DWIRIANI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada murid SD Bina Insani yang berstatus gizi normal dan gemuk di Kota Bogor. Adapun tujuan khususnya adalah (1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (2) Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap gizi contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (3) Mengetahui jenis snack yang paling disukai dan frekuensi konsumsi snack contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (4) Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (5) Menganalisis hubungan antara kebiasaan mengonsumsi snack serta pangan lainnya dengan status gizi contoh, (6) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi contoh.

Penelitian ini dilakukan menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di sekolah dasar Bina Insani Bogor. Kriteria contoh yang diambil adalah : siswa-siswi kelas 4 dan 5 yang berstatus gizi normal dan gemuk. Pengambilan contoh dilakukan secara acak dan terpilih 80 contoh.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas/karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga, pengetahuan gizi, recall konsumsi snack dan pangan lainnya (2x24 jam) serta aktivitas fisik. Sementara itu, data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum sekolah. Identitas contoh, pengetahuan gizi, recall konsumsi snack dan pangan lainnya dikumpulkan melalui kuesioner dengan metode wawancara.

Data mengenai sosial-ekonomi keluarga (berat badan orangtua, tinggi badan orang tua, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orangtua per bulan) dikumpulkan dengan memberikan kuesioner yang diisi oleh orangtua contoh. Data mengenai keadaan umum sekolah diperoleh melalui informasi baik lisan maupun tulisan dari pihak Tata Usaha sekolah. Data yang diperoleh melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data menggunakan program Microsoft Excell dan SPSS 14.0 for Windows.

Contoh berusia 9-11 tahun, sebagian besar contoh normal (47,5%) berusia 10 tahun, sedangkan pada contoh gemuk (47,5%) berusia 10 dan 11 tahun. Contoh seluruhnya beragama Islam. Sebagian besar contoh normal maupun gemuk berasal dari etnis/suku Jawa (41,2%). Sebesar 52.5% contoh gemuk mengeluarkan biaya untuk transportasi antara Rp.0-Rp.150.000,00; sedangkan pada contoh normal sebagian besar (57,5%) berkisar antara Rp.150.000,00-Rp.300.000,00. Rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan oleh kedua contoh adalah sebesar Rp. 142.062,50±90.946. Sebagian besar contoh baik normal maupun gemuk memiliki besar uang saku berkisar antara Rp.90.000,00-Rp.180.000,00 per bulannya. Rata-rata uang saku yang dimiliki oleh kedua contoh adalah sebesar Rp. 186.750,00±97.439,00.

(4)

sebagian besar berstatus gizi normal. Sebagian besar contoh normal dan gemuk menyatakan tidak memiliki saudara kandung yang gemuk.

Sebagian besar Ayah dan Ibu contoh berpendidikan terakhir Strata 1 (S1). Besar penghasilan ayah kedua contoh berada pada nilai <Rp.10.000.000,00 sedangkan penghasilan ibu kedua contoh berada pada nilai <Rp. 3000.000,00. Rata-rata besar pendapatan ayah contoh adalah sebesar Rp.9.903.750±9.307.346. sedangkan rata-rata pendapatan ibu contoh adalah sebesar Rp. 2.503.750±3.501.950. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kedua contoh (p> 0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan penghasilan orangtua dengan status gizi contoh (p>0.05).

Sebagian besar contoh normal memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah; sedangkan pada contoh gemuk memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang. Sebagian besar contoh normal dan gemuk memiliki sikap gizi sedang. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi serta pemahaman sikap gizi dengan status gizi contoh (p>0.05).

Snack jenis biskuit adalah yang paling sering dikonsumsi oleh kedua contoh dengan frekuensi tersering 1-3x bulan. Pizza adalah jenis fast food yang paling banyak pernah dikonsumsi oleh kedua contoh dengan frekuensi tersering 1-3x/bulan dan minuman ringan berkarbonasi adalah jenis minuman ringan yang paling sering dkonsumsi oleh kedua contoh. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi snack, soft drink dan fast food dengan status gizi contoh (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi snack, soft drink dan fast food dengan tingkat pengetahuan gizi dan pemahaman sikap gizi contoh (p>0.05).

Sebagian besar contoh normal ataupun gemuk menyatakan biasa melakukan olahraga. Frekuensi olahraga tersering adalah 2-4 kali dengan durasi/lama waktu berolahraga rata-rata 15-30 menit. Kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti adalah Kelompok Ilmiah Anak (KIA) dan sepak bola. Hasil analisis korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga, lama berolahraga, dan jenis ekstrakurikuler yang diikuti dengan status gizi contoh (p > 0.05).

(5)

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI

SNACK

DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI

BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

DENI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi :Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya Pada Murid SD Bina Insani Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk

Nama : Deni

NRP : I14051598

Disetujui:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc NIP. 19600202 198403 1 001 NIP. 19660527 199203 2 003

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS. NIP. 19621204 198903 2 002

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat,

hidayah dan keridhaan-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan tugas

akhir ini dengan baik. Penyusunan tugas akhir penulis yang berjudul

“Pengetahuan Gizi, Aktifitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya Pada Murid SD Bina Insani Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk” dilakukan

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Gizi pada Mayor

Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S dan Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen

pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu

dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, dan semangat

kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. dr. Mira Dewi selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi serta

atas saran yang diberikan.

3. Mamah dan Bapa tercinta, adikku tersayang (Sri), Abah, serta seluruh kerabat

dan tetangga di Puncak atas doa, nasihat dan semangatnya

5. Kepala Sekolah SD Bina Insani beserta staf guru dan pegawai yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian serta murid-murid dan orangtua

murid kelas 4 dan 5 yang telah bersedia untuk diwawancara dan telah

membantu kelancaran penelitian.

6. Abang, Mbak Wi, Mbak San, Kak Udin, Savaner’s, dan teman-teman semua,

serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga

penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi semuanya.

Bogor, September 2009

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 12 Oktober 1986. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Samud dan

Ibu Eti Rohaeti. Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD

Negeri Puncak I. Penulis melanjutkan studinya di SLTP Negeri 2 Kuningan dan

lulus pada tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2

Kuningan dan lulus pada tahun 2005. Bulan Juli 2005, penulis dinyatakan

diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB

(USMI). Setelah melalui tahap Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis

diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. Selama menempuh masa pendidikan di IPB, penulis cukup aktif

di organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah menjabat sebagai Koordinator

bidang Klub Organoleptik Himagita Periode 2006-2007. Penulis pernah menjadi

asisten praktikum mata kuliah Ilmu Gizi Dasar, Gizi Dalam Daur Kehidupan, dan

Ilmu Bahan Makanan. Penulis juga tercatat sebagai Peringkat II Mahasiswa

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Snack ... 5

Kebiasaan Makan ... 6

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Mengonsumsi Snack dan Pangan Lainnya ... 7

Aktivitas Fisik ... 9

Overweight dan Obesitas ... 10

KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

METODOLOGI PENELITIAN ... 15

Desain Tempat dan Waktu ... 15

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 16

Pengolahan dan Analisis Data ... 17

Definisi Operasional ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Keadaan Umum Sekolah ... 21

Karakteristik Contoh ... 21

Karakteristik Keluarga Contoh ... 23

Tingkat Pengetahuan Gizi ... 28

Kebiasaan Makan ... 31

Kebiasaan Mengonsumsi Snack ... 34

Frekuensi Konsumsi Pangan ... 36

Intik Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi ... 43

Aktivitas Fisik Contoh ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

Kesimpulan ... 52

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi ... 22

2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga contoh dan status gizi ... 24

3 Sebaran contoh berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan status gizi ... 27

4 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar dan status gizi ... 29

5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan kecenderungan terhadap pernyataan yang terkait dengan sikap gizi ... 30

6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi ... 31

7 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan dan status gizi ... 33

8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi snack,minuman ringan, fast food, alasan mengonsumsi dan status gizi ... 34

9 Sebaran contoh menurut frekuensi snack yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi... 38

10 Sebaran contoh menurut frekuensi fast food yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi... 39

11 Sebaran contoh menurut frekuensi soft drink yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi... 41

12 Sebaran contoh menurut frekuensi pangan hewani dan nabati yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi ... 42

13 Sebaran contoh menurut frekuensi buah, sayur dan susu yang dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi... 43

14 Intik konsumsi pangan utama berdasarkan hasil recall dan status gizi ... 44

15 Rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi menurut status gizi ... 46

16 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi dan status gizi ... 47

17 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein dan status gizi ... 48

18 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan lemak dan status gizi ... 48

19 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan karbohidrat dan status gizi ... 49

20 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik dan status gizi... 50

(11)

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI

SNACK

DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI

BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

DENI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)

ABSTRACT

DENI. Nutrition Knowledge, Physical Activity, Snack Consumption and Other Food in Normal and Overweight of Bina Insani Elementary Students at Bogor. Under Direction of ALI KHOMSAN and CESILIA METI DWIRIANI.

Childhood obesity is increases rapidly in developing country. It’s has important short-term and long-term medical consequences also psychosocial consequences. The objective of the research is to analyze nutritional knowledge, physical activity, snack habit, in normal and overweight of Bina Insani elementary students at Bogor. The cross sectional design was used in this study to elaborate nutritional knowledge, snack habit, and physical activity in normal and overweight students. The total number of 80 students sample was chosen randomly. It consists of 40 students sample with normal nutritional status and 40 students sample with overweight nutritional status. Primary data consisted of physical activity recall (1x24 hours), food consumption recall (2x24 hours), anthropometry data (weight and height), social-economy’s sample condition, food habit, and snack habit using Food Frequency Questionnaire (FFQ). Secondary data were included data of Bina Insani Elementary School. The result showed no relation between level education and wage of parent, nutritional knowledge level, nutritional attitude, snack habit and physical activity with nutritional status of sample. The average energy adequacy level according to WNPG (2004) respectively 82,2% in normal sample and 73,6% in overweight sample.

(13)

RINGKASAN

DENI. Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya, Pada Murid SD Bina Insani Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk. Dibimbing Oleh ALI KHOMSAN dan CESILIA METI DWIRIANI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada murid SD Bina Insani yang berstatus gizi normal dan gemuk di Kota Bogor. Adapun tujuan khususnya adalah (1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (2) Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap gizi contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (3) Mengetahui jenis snack yang paling disukai dan frekuensi konsumsi snack contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (4) Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (5) Menganalisis hubungan antara kebiasaan mengonsumsi snack serta pangan lainnya dengan status gizi contoh, (6) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi contoh.

Penelitian ini dilakukan menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di sekolah dasar Bina Insani Bogor. Kriteria contoh yang diambil adalah : siswa-siswi kelas 4 dan 5 yang berstatus gizi normal dan gemuk. Pengambilan contoh dilakukan secara acak dan terpilih 80 contoh.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas/karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga, pengetahuan gizi, recall konsumsi snack dan pangan lainnya (2x24 jam) serta aktivitas fisik. Sementara itu, data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum sekolah. Identitas contoh, pengetahuan gizi, recall konsumsi snack dan pangan lainnya dikumpulkan melalui kuesioner dengan metode wawancara.

Data mengenai sosial-ekonomi keluarga (berat badan orangtua, tinggi badan orang tua, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orangtua per bulan) dikumpulkan dengan memberikan kuesioner yang diisi oleh orangtua contoh. Data mengenai keadaan umum sekolah diperoleh melalui informasi baik lisan maupun tulisan dari pihak Tata Usaha sekolah. Data yang diperoleh melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data menggunakan program Microsoft Excell dan SPSS 14.0 for Windows.

Contoh berusia 9-11 tahun, sebagian besar contoh normal (47,5%) berusia 10 tahun, sedangkan pada contoh gemuk (47,5%) berusia 10 dan 11 tahun. Contoh seluruhnya beragama Islam. Sebagian besar contoh normal maupun gemuk berasal dari etnis/suku Jawa (41,2%). Sebesar 52.5% contoh gemuk mengeluarkan biaya untuk transportasi antara Rp.0-Rp.150.000,00; sedangkan pada contoh normal sebagian besar (57,5%) berkisar antara Rp.150.000,00-Rp.300.000,00. Rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan oleh kedua contoh adalah sebesar Rp. 142.062,50±90.946. Sebagian besar contoh baik normal maupun gemuk memiliki besar uang saku berkisar antara Rp.90.000,00-Rp.180.000,00 per bulannya. Rata-rata uang saku yang dimiliki oleh kedua contoh adalah sebesar Rp. 186.750,00±97.439,00.

(14)

sebagian besar berstatus gizi normal. Sebagian besar contoh normal dan gemuk menyatakan tidak memiliki saudara kandung yang gemuk.

Sebagian besar Ayah dan Ibu contoh berpendidikan terakhir Strata 1 (S1). Besar penghasilan ayah kedua contoh berada pada nilai <Rp.10.000.000,00 sedangkan penghasilan ibu kedua contoh berada pada nilai <Rp. 3000.000,00. Rata-rata besar pendapatan ayah contoh adalah sebesar Rp.9.903.750±9.307.346. sedangkan rata-rata pendapatan ibu contoh adalah sebesar Rp. 2.503.750±3.501.950. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kedua contoh (p> 0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan penghasilan orangtua dengan status gizi contoh (p>0.05).

Sebagian besar contoh normal memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah; sedangkan pada contoh gemuk memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang. Sebagian besar contoh normal dan gemuk memiliki sikap gizi sedang. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi serta pemahaman sikap gizi dengan status gizi contoh (p>0.05).

Snack jenis biskuit adalah yang paling sering dikonsumsi oleh kedua contoh dengan frekuensi tersering 1-3x bulan. Pizza adalah jenis fast food yang paling banyak pernah dikonsumsi oleh kedua contoh dengan frekuensi tersering 1-3x/bulan dan minuman ringan berkarbonasi adalah jenis minuman ringan yang paling sering dkonsumsi oleh kedua contoh. Hasil analisis Korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi snack, soft drink dan fast food dengan status gizi contoh (p>0.05). Hasil analisis Korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengonsumsi snack, soft drink dan fast food dengan tingkat pengetahuan gizi dan pemahaman sikap gizi contoh (p>0.05).

Sebagian besar contoh normal ataupun gemuk menyatakan biasa melakukan olahraga. Frekuensi olahraga tersering adalah 2-4 kali dengan durasi/lama waktu berolahraga rata-rata 15-30 menit. Kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti adalah Kelompok Ilmiah Anak (KIA) dan sepak bola. Hasil analisis korelasi Spearman juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga, lama berolahraga, dan jenis ekstrakurikuler yang diikuti dengan status gizi contoh (p > 0.05).

(15)

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI

SNACK

DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI

BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

DENI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(16)

Judul Skripsi :Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya Pada Murid SD Bina Insani Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk

Nama : Deni

NRP : I14051598

Disetujui:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc NIP. 19600202 198403 1 001 NIP. 19660527 199203 2 003

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS. NIP. 19621204 198903 2 002

(17)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat,

hidayah dan keridhaan-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan tugas

akhir ini dengan baik. Penyusunan tugas akhir penulis yang berjudul

“Pengetahuan Gizi, Aktifitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya Pada Murid SD Bina Insani Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk” dilakukan

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Gizi pada Mayor

Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S dan Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen

pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu

dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, dan semangat

kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. dr. Mira Dewi selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi serta

atas saran yang diberikan.

3. Mamah dan Bapa tercinta, adikku tersayang (Sri), Abah, serta seluruh kerabat

dan tetangga di Puncak atas doa, nasihat dan semangatnya

5. Kepala Sekolah SD Bina Insani beserta staf guru dan pegawai yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian serta murid-murid dan orangtua

murid kelas 4 dan 5 yang telah bersedia untuk diwawancara dan telah

membantu kelancaran penelitian.

6. Abang, Mbak Wi, Mbak San, Kak Udin, Savaner’s, dan teman-teman semua,

serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga

penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi semuanya.

Bogor, September 2009

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 12 Oktober 1986. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Samud dan

Ibu Eti Rohaeti. Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD

Negeri Puncak I. Penulis melanjutkan studinya di SLTP Negeri 2 Kuningan dan

lulus pada tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2

Kuningan dan lulus pada tahun 2005. Bulan Juli 2005, penulis dinyatakan

diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB

(USMI). Setelah melalui tahap Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis

diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. Selama menempuh masa pendidikan di IPB, penulis cukup aktif

di organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah menjabat sebagai Koordinator

bidang Klub Organoleptik Himagita Periode 2006-2007. Penulis pernah menjadi

asisten praktikum mata kuliah Ilmu Gizi Dasar, Gizi Dalam Daur Kehidupan, dan

Ilmu Bahan Makanan. Penulis juga tercatat sebagai Peringkat II Mahasiswa

(19)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Snack ... 5

Kebiasaan Makan ... 6

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Mengonsumsi Snack dan Pangan Lainnya ... 7

Aktivitas Fisik ... 9

Overweight dan Obesitas ... 10

KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

METODOLOGI PENELITIAN ... 15

Desain Tempat dan Waktu ... 15

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 16

Pengolahan dan Analisis Data ... 17

Definisi Operasional ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Keadaan Umum Sekolah ... 21

Karakteristik Contoh ... 21

Karakteristik Keluarga Contoh ... 23

Tingkat Pengetahuan Gizi ... 28

Kebiasaan Makan ... 31

Kebiasaan Mengonsumsi Snack ... 34

Frekuensi Konsumsi Pangan ... 36

Intik Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi ... 43

Aktivitas Fisik Contoh ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

Kesimpulan ... 52

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi ... 22

2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga contoh dan status gizi ... 24

3 Sebaran contoh berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan status gizi ... 27

4 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar dan status gizi ... 29

5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan kecenderungan terhadap pernyataan yang terkait dengan sikap gizi ... 30

6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi ... 31

7 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan dan status gizi ... 33

8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi snack,minuman ringan, fast food, alasan mengonsumsi dan status gizi ... 34

9 Sebaran contoh menurut frekuensi snack yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi... 38

10 Sebaran contoh menurut frekuensi fast food yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi... 39

11 Sebaran contoh menurut frekuensi soft drink yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi... 41

12 Sebaran contoh menurut frekuensi pangan hewani dan nabati yang paling banyak dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi ... 42

13 Sebaran contoh menurut frekuensi buah, sayur dan susu yang dikonsumsi satu bulan lalu dan status gizi... 43

14 Intik konsumsi pangan utama berdasarkan hasil recall dan status gizi ... 44

15 Rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi menurut status gizi ... 46

16 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi dan status gizi ... 47

17 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein dan status gizi ... 48

18 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan lemak dan status gizi ... 48

19 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan karbohidrat dan status gizi ... 49

20 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik dan status gizi... 50

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Data referensi persentil IMT menurut umur (IMT/U) remaja putri usia

9-24 tahun ... 60

2 Data referensi persentil IMT menurut umur (IMT/U) remaja putra usia

9-24 tahun ... 61

3 Data status gizi contoh yang diambil ... 65

4 Intik konsumsi, angka kecukupan dan tingkat kecukupan pada contoh

gemuk ... 67

5 Intik konsumsi, angka kecukupan dan tingkat kecukupan pada contoh

normal ... 69

6 Sebaran contoh menurut frekuensi dan ukuran konsumsi snack, fast

food, soft drink, dan pangan lainnya yang paling banyak dikonsumsi

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan ekonomi dan teknologi, terutama dalam hal pengolahan

pangan membuat orang saat ini dengan mudah memperoleh pangan.

Perkembangan teknologi transportasi, komunikasi, dan yang lainnya juga

semakin memudahkan manusia dalam melakukan dan memenuhi kebutuhannya.

Gaya hidup seperti itu dikenal dengan istilah sedentary lifestyle. Pola hidup

sedentary merupakan pola hidup yang ditandai dengan aktivitas yang rendah dan

konsumsi makanan (cemilan) yang berlebihan. Perkembangan teknologi

pengolahan pangan menyebabkan terjadinya peningkatan kebiasaan

mengonsumsi snack, termasuk didalamnya junk food dan fast food. Perubahan

kebiasaan pola makan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga

marak terjadi pada anak-anak. Snack atau makanan ringan adalah sejenis

makanan yang biasanya dikonsumsi di luar waktu makan. Snack yang beredar di

pasaran biasanya merupakan suatu produk ekstrusi. Snack atau makanan ringan

tersebut rata-rata tinggi kalori tapi rendah zat gizi yang lainnya. Konsumsi snack

yang berlebih pada anak-anak dikhawatirkan akan menimbulkan obesitas dini.

Prevalensi obesitas makin meningkat, hampir setengah milyar penduduk

dunia saat ini tergolong overweight atau obes (Rossner 2002). Keadaan ini tidak

hanya terjadi di negara maju tapi sudah mulai meningkat di negara berkembang.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Padmiari (2004) terhadap 80 anak

SD di Denpasar, diketahui bahwa 75% konsumsi energi anak-anak tersebut

berasal dari jajanan dan hanya 25% konsumsi energi anak-anak dipasok dari

makanan pokok berupa nasi, daging, sayuran dan pelengkapnya. Masih di

Denpasar penelitian Padmiari sebelumnya (2003) menunjukkan sekitar 15,8%

anak usia SD mengalami obesitas, yaitu 9,7% pada anak laki-laki dan 3,9% pada

anak perempuan. Padmiari juga menemukan 50% anak yang obes ternyata

pengonsumsi setia fast food. Umumnya, fenomena obesitas lebih banyak terjadi

pada orang dewasa, seiring dengan meningkatnya penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan kegemukan, seperti kardiovaskuler, kanker dan diabetes

mellitus. Namun dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, obesitas mulai merambah

anak-anak dan remaja.

Data hasil survai nasional Behavioral Risk factor Survaillance System di

Amerika menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja meningkat dari

(24)

dalam Hidayah et al. 2007). Prevalensi obesitas di Jakarta juga meningkat

dengan bertambahnya umur. Pada anak umur 6-12 tahun ditemukan 6,2%, dan

pada umur 17-18 tahun sebanyak 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih

banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibanding pada laki-laki (Nasar dalam

Hidayah et al. 2007). Prevalensi obesitas pada anak SD tahun 2004-2005 di

Yogyakarta mencapai 7,9% pada anak perempuan dan 12,6% pada anak

laki-laki (Himmah et al. dalam Hidayah et al. 2007). Data yang diambil dari 58 SD di

Surakarta pada tahun 2005 menunjukkan, terdapat prevalensi anak obes

sebesar 2,1% dengan prevalensi tertinggi 6,2% (Lestari et al. dalam Hidayah et

al. 2007). Damayanti (2004) menunjukkan dalam hasil penelitiannya bahwa pada

tahun 2002, dari 2270 sampel murid sekolah dasar, diketahui prevalensi

obesitasnya adalah 27,5%. Sebanyak 33,1% murid sekolah dasar menderita

hiperkolesterolemia, 28,7% mempunyai nilai LDL-kolesterol yang meningkat, dan

20% murid menderita hipertensi diastolik. Pada tahun 2003, dari 917 sampel

diketahui bahwa prevalensi obesitas mencapai 20,9%, sejumlah 10,8% sampel

diantaranya menderita sindrom obstructive sleep apnea. Pada tahun 2004, dari

486 sampel, prevalensi obesitasnya mencapai 21%.

Obesitas yang terjadi selama masa kanak-kanak memiliki konsekuensi

medis jangka pendek, meliputi efek-efek yang merugikan terhadap pertumbuhan,

tekanan darah, lipid darah, dan metabolisme glukosa. Komplikasi lainnya meliputi

kondisi pernapasan seperti asma (Thorpe et al. 2004). Konsekuensi medis

jangka panjang meliputi risiko yang lebih besar untuk terkena hipertensi,

diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan osteoartitis pada masa dewasa. Obesitas

pada masa anak-anak juga menimbulkan konsekuensi psikososial jangka pendek

dan panjang seperti image diri yang negatif, penurunan kepercayaan diri,

gangguan makan, dan kesehatan yang lebih rendah hubungannya dengan

kualitas hidup (Thorpe et al. 2004).

Anak usia sekolah dalam hal ini anak SD rentan terpengaruh oleh

berbagai jajanan yang dijajakan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kondisi

ini diperparah dengan maraknya iklan makanan ringan di televisi. Pada hari libur,

anak-anak cenderung menghabiskan waktu dengan menonton televisi atau

jalan-jalan ke mall dan memilih menghabiskan waktu luangnya dengan mengonsumsi

snack dan sejenisnya. Pola aktivitas serta pola makan seperti ini sangat

mengkhawatirkan, mengingat rendahnya aktivitas dan tingginya asupan

(25)

Bahren (2000) dalam penelitiannya juga menemukan hanya sekitar 26%

anak sekolah dasar favorit dan non favorit di Bogor yang berolahraga. Fakta lain

yang ditemukan oleh Bahren adalah sekitar 63% anak memiliki aktivitas yang

ringan sehingga pengeluaran energinya pun dapat dikatakan minimal. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan gizi, aktivitas fisik,

dan kebiasaan mengonsumsi snack serta pangan lainnya pada anak sekolah

dasar yang berstatus gizi normal dan gemuk.

Perumusan Masalah

1) Bagaimanakah karakteristik sosial keluarga yang biasa mengonsumsi

snack dan pangan lainnya ?

2) Bagaimanakah tingkat pengetahuan gizi siswa yang biasa mengonsumsi

snack dan pangan lainnya?

3) Apakah jenis snack yang paling disukai, dan berapakah ukuran serta

frekuensi konsumsi snack serta pangan lainnya?

4) Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan

kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya

5) Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan aktivitas fisik?

6) Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan kebiasaan

mengonsumsi snack serta pangan lainnya?

Tujuan Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kebiasaan

mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada murid SD Bina Insani yang

berstatus gizi normal dan gemuk di Kota Bogor.

Tujuan Khusus

1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh yang berstatus

gizi normal dan gemuk.

2) Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap gizi contoh yang berstatus gizi

normal dan gemuk.

3) Mengetahui jenis snack yang paling disukai dan frekuensi konsumsi

snack pada contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk.

4) Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan

kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada contoh yang

(26)

5) Menganalisis hubungan antara kebiasaan mengonsumsi snack serta

pangan lainnya dengan status gizi contoh.

6) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi contoh.

Hipotesis

1) Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan kebiasaan

mengonsumsi snack dan pangan lainnya pada contoh yang berstatus gizi

normal dan gemuk.

2) Terdapat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan

lainnya dengan status gizi contoh.

3) Terdapat hubungan antara aktivitas fisik status gizi contoh.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat pada umumnya serta pemerintah (Departemen Kesehatan) pada

khususnya mengenai gambaran kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan

lainnya siswa sekolah dasar. Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat menjadi

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Snack

Makanan ringan atau snack adalah istilah bagi makanan yang bukan

merupakan menu utama (makan pagi, makan siang atau makan malam).

Makanan yang dianggap makanan ringan adalah sesuatu yang dimaksudkan

untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu, memberi sedikit

suplai energi ke tubuh, atau sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya.

Harper (1981) membagi makanan ringan menjadi dua kelompok makanan ringan.

Kelompok pertama meliputi produk konvensional seperti keripik singkong, keripik

kentang dan krakers. Kelompok kedua adalah makanan ringan yang diolah

melalui proses ekstrusi.

Makanan ringan esktrudat adalah makanan ringan yang dibuat melalui

proses ekstrusi dari bahan baku tepung dan pati untuk pangan dengan

penambahan bahan makanan lain serta bahan tambahan makanan lain yang

diijinkan dengan atau tanpa melalui proses penggorengan (Badan Standarisasi

Nasional 2000). Ekstrusi adalah suatu proses dimana bahan dipaksakan oleh

sistem ulir untuk mengalir dalam suatu ruangan yang sempit sehingga akan

mengalami pencampuran dan pemasakan sekaligus (Hariyadi 2000).

Konsumsi terhadap produk makanan ringan atau snack food juga

menunjukan peningkatan yang terus menerus sejalan dengan kesibukan

masyarakat yang terkadang memaksa harus bisa makan, terutama pada remaja.

Akibatnya, produk snack saat ini bukan hanya sebagai makanan selingan namun

sebagai pelepas rasa lapar. Makanan yang tergolong sebagai snack food diduga

telah memberikan sumbangan nyata bagi pemenuhan gizi dan kalori masyarakat

Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan adanya perubahan gaya hidup dan pola

makan masyarakat Indonesia. Masyarakat yang semakin sibuk akan cenderung

tidak memiliki waktu untuk makan seperti biasanya, sehingga terpaksa mereka

harus mengonsumsi snack untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya (Sulaeman

2003).

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Jahns et al. (2001) menunjukkan

terjadinya peningkatan snacking di semua kategori (2-5 thn, 6-11 thn, dan 12-18

thn) sebesar 24-32%. Snacking didefinisikan sebagai kegiatan seseorang yang

mengonsumsi makanan diluar makanan utama. Perubahan/peningkatan kegiatan

(28)

(378, 462 dan 612 Kal/hari pada anak usia 2-5, 6-11 dan 12-18). Hal ini

dikarenakan berat dan kandungan snack yang dikonsumsi relatif stabil setiap

waktu. Penelitian yang dilakukan Cusatis dan Shannon (1996) juga menunjukkan

adanya pengaruh positif dari konsumsi snack dengan nilai gula pada remaja

laki-laki dan nilai gula serta lemak pada remaja perempuan. Data-data diatas sejalan

dengan observasi yang dilakukan oleh Nielson et al. (2002) yang menunjukkan

adanya peningkatan konsumsi snack asin, permen dan soft drink dari tahun

1977-1996.

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih

pangan dan mengonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi,

dan sosial budaya (Suhardjo 1994). Menurut Wirakusumah (1994) kebiasaan

makan kelurga menjadi contoh bagi generasi muda dalam keluarga tersebut.

Kebiasaan keluarga makan berlebihan, frekuensi makan yang sering, kebiasaan

makan snack, dan makan diluar waktu makan akan ditiru oleh anak. Kebiasaan

makan adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan.

Variasi makanan diperkirakan dapat mengurangi risiko terhadap penyakit dan

pada beberapa kasus dapat mencegah penyakit. Kebiasaan makan

mencerminkan terjadinya kelebihan asupan dan penyakit akibat gizi (Atmarita

2005).

Kebiasaan makan yang tergesa-gesa, termasuk kurang mengunyah akan

membawa efek yang kurang menguntungkan bagi pencernaan dan

mengakibatkan cepat merasa lapar kembali. Rasa lapar yang sering muncul

akan berakibat pada konsumsi makanan yang tidak tepat pada waktunya dan

bertambahnya intik makanan. Begitu pula jika frekuensi makan tidak teratur, jarak

antara dua waktu makan yang terlalu panjang menyebabkan adanya

kecenderungan untuk makan lebih banyak dan melebihi kebutuhan

(Wirakusumah 1994).

Kebiasaan makan yang berubah dapat disebabkan karena pendidikan gizi

dan kesehatan serta aktivitas pemasaran atau distribusi pangan. Kebiasaan

makan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti lingkungan budaya

(cultural environment), lingkungan alam (natural environment), serta populasi.

Nasution dan Khomsan (1995) menyatakan bahwa remaja telah mempunyai

pilihan sendiri terhadap makanan yang disenangi. Pada masa remaja kebiasaan

(29)

mengenyangkan sedangkan remaja perempuan cenderung menyukai makanan

yang ringan atau tidak mengenyangkan (Dewi 1997).

Faktor kebiasaan makan, disamping faktor genetik, lingkungan, perilaku

dan sosial budaya adalah faktor utama yang menjadi pemicu ketidakmampuan

tersebut (Blackburn 2001). Kebiasaan mengonsumsi pangan yang nutrisinya

kurang, seperti snack (termasuk junk food dan fast food) dapat mengganggu

status gizi anak, karena dapat menyebabkan terjadinya obesitas, risiko terkena

hipertensi dan penyakit degeneratif lain. Hal ini karena snack (termasuk junk food

dan fast food) umumnya tinggi kalori, lemak, dan garam tapi miskin zat gizi yang

lain.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Mengonsumsi Snack dan Pangan Lainnya

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan

sumberdaya yang sama. Besar keluarga dapat mempengaruhi tingkat

pengeluaran rumah tangga. Besar keluarga dapat mempengaruhi jumlah pangan

yang dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga.

Kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status gizi

keluarga dan individu. Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota

keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang. Beberapa

penelitian juga menunjukan bahwa pendapatan per kapita dan pengeluaran

pangan menurun dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982).

Pendapatan

Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat

oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaan yang

dinyatakan dalam pendapatan per kapita. Pendapatan menentukan daya beli

terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan

dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Tingkat pendidikan orang tua yang baik akan

memungkinkan orang tua dapat memantau dan menerima informasi tentang

kesehatan anaknya. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pangan

yang dipilih untuk dikonsumsi sehari-hari (Soetjiningsih 1994). Hukum Bennet

menyatakan bahwa semakin meningkat pendapatan seseorang maka konsumsi

pangan akan bergeser ke arah konsumsi pangan dengan hanya kalori yang lebih

(30)

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang pertumbuhan anak karena

orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan baik primer maupun sekunder

(Soetjiningsih 1994). Suhardjo (1989) mengatakan bahwa meningkatnya

pendapatan perorangan menyebabkan terjadinya perubahan dalam susunan

makanan, akan tetapi pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak

menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan.

Pendidikan

Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap pola asuh anak, termasuk didalamnya pemberian makan.

Suhardjo (1996) mengatakan bahwa orang yang berpendidikan tinggi cenderung

memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan

jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga

kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik. Tingkat pendidikan orang tua

yang lebih tinggi akan lebih memberikan stimulasi lingkungan (fisik, sosial,

emosional, dan psikologis) bagi anak-anaknya dibandingkan dengan orang tua

yang tingkat pendidikannya rendah.

Jenis Pekerjaan

Suhardjo (1989) menyatakan bahwa besar pendapatan yang diterima

oleh individu akan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat

pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin

tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan

semakin besar.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan formal

dan informal. Pendidikan formal ialah melalui kurikulum yang diterapkan di

sekolah. Dicirikan dengan adanya tingkatan kronologis yang ketat untuk tingkat

usia sasarannya. Sementara pendidikan informal tidak terorganisasi secara

struktural dan tidak mengenal tingkatan kronologi menurut usia, keterampilan,

dan pengetahuan, tetapi terselenggara setiap saat di lingkungan sekitar manusia

(Hayati 2000). Pendidikan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi

pangan. Remaja yang memiliki pendidikan gizi yang baik akan mempunyai

kemampuan untuk menerapkan pengetahuan sepenuhnya dalam pemilihan

maupun pengolahan pangan (Nasution & Khomsan 1995).

Pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya

(31)

pertimbangan seseorang dalam memilih dan mengonsumsi makanan. Semakin

baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas

dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya. Orang yang semakin baik

pengetahuan gizinya akan lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional

dan pengetahuannya dibandingkan panca inderanya sebelum mengonsumsi

makanan (Sediaoetama 1996).

Sikap Gizi

Sikap gizi merupakan kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau

tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan (statement) yang diajukan terkait gizi

umum, snack dan obesitas. Sikap gizi seringkali terkait erat dengan pengetahuan

gizi. Mereka yang berpengetahuan gizi baik, cenderung akan memiliki sikap gizi

yang baik pula. Sikap gizi dikategorikan ke dalam klasifikasi kurang (<60),

sedang (60-79), dan baik (≥80). Sikap gizi akan sangat berperan untuk

mengubah praktek atau perilaku gizi. Hanya saja perilaku konsumsi pangan

seseorang seringkali dipengaruhi oleh faktor yang lebih kompleks (Khomsan et

al. 2009).

Uang Saku

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga

yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan,

atau bulanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi anak untuk belajar menghemat

dan bertanggungjawab atas uang saku yang dimilikinya (Napitu 1994). Hayati

(2000) menyatakan bahwa peningkatan uang saku pada anak SMU sebanding

dengan peningkatan pendapatan keluarga. Uang saku yang dimiliki seseorang

akan mempengaruhi apa yang dimakan. Tersedianya berbagai jajanan

khususnya di kota-kota besar akan mempengaruhi pengeluaran atau

penggunaan uang saku remaja. Makanan jajanan dapat memberi dampak positif

dalam menunjang kecukupan gizi mereka jika keamanannya terjamin (Napitu

1994).

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan tubuh, diproduksi oleh

otot-otot skeletal, dan mengakibatkan terjadinya pengeluaran energi (Caspersen

et al. 1985). Ada banyak teknik untuk mengukur aktivitas fisik. Secara umum,

dibagi menjadi lima kategori yaitu obeservasi tingkah laku, kuisioner (meliputi

catatan harian, recall, dan wawancara), penandaan aktivitas fisiologis seperti

(32)

aktivitas dan aktivitas akan mempengaruhi pengeluaran energi dan hal ini

berkaitan dengan berat badan dan obesitas. Pengeluaran energi harian

meningkat seiring dengan peningkatan berat badan.

Aktivitas fisik yang kurang atau tidak memadai dan nutrisi yang tidak

mencukupi karena hanya konsumsi pangan padat kalori diakui sebagai

mekanisme utama yang mendasari peningkatan dalam berat badan berlebih.

Aktivitas fisik dan gizi merupakan fokus utama sebagai tindakan awal dalam

peningkatan kesehatan untuk mencegah overweight dan obesitas pada

anak-anak (Nicklaj & Jhonson 2004). Orang obes menghabiskan lebih banyak energi

untuk aktivitas fisik, namun bisa menunjukan lebih sedikit aktivitas karena berat

badan yang lebih besar, terutama aktivitas yang ditunjang oleh berat badan

(Westertrep 2000).

Inaktivitas fisik dapat meningkatkan risiko obesitas, meski hubungan

antara level / tingkatan aktivitas fisik dengan pengukuran lemak tubuh pada

anak-anak secara umum tidak konsisten dilaporkan. Komponen aktivitas fisik dan

pola makan merupakan kontributor utama terhadap risiko obesitas. Secara

umum, peningkatan obesitas sering ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas

fisik. Akan tetapi, laporan mengenai hubungan kedua hal tersebut masih kurang.

Salah satu penelitian yang memakai metode monitoring heart rate pada 28 anak

laki-laki usia 9 tahun, menunjukan adanya hubungan positif antara waktu yang

digunakan untuk aktivitas sedentary dengan persentasi lemak tubuh, tapi tidak

terdapat hubungan antara aktfitas dengan % lemak tubuh (Rennie et al. 2005).

Mengacu pada penelitian Hebestreit (2004), diketahui bahwa pengurangan

perilaku inaktif dan peningkatan aktivitas fisik adalah kunci untuk mencegah

obesitas. Sementara itu, latihan yang rutin dan perubahan perilaku menjadi gaya

hidup aktif adalah bagian dari perawatan terhadap obesitas.

Overweight dan Obesitas

Pengertian kegemukan sering kali disamakan dengan obesitas, padahal

kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda. Kegemukan adalah kondisi

berat tubuh melebihi berat tubuh normal, sedangkan obesitas adalah kondisi

kelebihan berat tubuh akibat pertumbuhan lemak, untuk pria dan wanita

masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Rimbawan & Siagian 2004).

Seseorang disebut mengalami obesitas apabila besar lemak tubuhnya melebihi

batas normal. Jumlah lemak yang normal pada wanita adalah sekitar 15 - 28%

(33)

dari berat badannya. Persentase lemak simpanan dibawah kulit pada wanita

adalah 9% dan pada pria adalah 4,4%, persentase lemak simpanan dirongga

perut dan dada pada wanita adalah 2,3% dan 1,55 pada wanita (Effendy 1995).

Faktor risiko utama penyebab obesitas berdasarkan hasil penelitian Gu et

al. (1995) diantaranya adalah frekuensi konsumsi snack (OR=2,65), kebiasaan

makan yang terlalu cepat (OR=2,51), kebiasaan makan yang tidak seimbang

(OR=1,84), memiliki ibu atau ayah yang obes (OR= 1,73), serta berat lahir >3,5

kg (OR=1,52). Faktor risiko lainnya adalah kesukaan terhadap daging atau telur,

ketidaksukaan terhadap sayuran dan buah, serta kurang aktif dalam melakukan

aktivitas fisik. Lingkungan yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan

diantaranya termasuk perubahan alami suplai makanan, peningkatan konsumsi

di luar rumah, pemasaran, promosi dan juga harga makanan tersebut. Kondisi

orangtua yang sama-sama bekerja, serta keterbatasan waktu di rumah juga

menjadi faktor penting dalam menentukan tipe makanan yang dikonsumsi.

Kondisi ini diperparah dimana industri merespon dengan meningkatkan produksi

jumlah pangan yang mudah disiapkan (French et al. 2001).

Hasil penelitian Lubis dan Andesta (2004) terhadap 3786 murid sekolah

dasar favorit juga menunjukan bahwa ada beberapa faktor yang secara signifikan

berpengaruh terhadap terjadinya obesitas. Faktor-faktor tersebut diantaranya

adalah waktu pengenalan makanan padat saat balita, pemberian susu formula

dini, perilaku makan, intik energi dan protein, aktivitas fisik, berat badan saat lahir

serta riwayat obes pada orang tua. Penelitian di Amerika menunjukan bahwa

obes pada usia 1-2 tahun dengan orang tua normal, sekitar 8% menjadi dewasa

obes, sedangkan obes pada usia 10-14 tahun dengan salah satu orang tuanya

obes, 79% akan menjadi dewasa obes (Hidayah et al. 2006). Hal senada

diungkapkan Hadi et al. (2004), bahwa kegemukan pada orang tua secara

sigifikan berperan sebagai prediktor kegemukan pada anak. Anak dengan orang

tua gemuk memiliki risiko lebih besar untuk obes daripada anak yang orang

tuanya tidak memiliki riwayat obes. Mengacu pada Riyadi (2003), maka status

gizi diukur dengan menggunakan metode antropometri melalui perhitungan

indeks IMT/U. Indeks IMT/U yang digunakan adalah untuk yang berumur 9-24

tahun berdasarkan persentil. Untuk menilai kurus bila nilai IMT/U < persentil ke-5,

normal persentil ke-5 < Nilai IMT/U < persentil ke-85, berisiko overweight bila

persentil ke-85 < nilai IMT/U < persentil ke-95, dan overweight bila nilai IMT/U >

(34)

Obesitas pada anak-anak sampai saat ini masih merupakan masalah

yang kompleks. Obesitas mempunyai dampak terhadap perkembangan anak

terutama aspek perkembangan psikososial. Obesitas yang terjadi selama masa

kanak-kanak memiliki konsekuensi medis jangka pendek, meliputi efek-efek yang

merugikan terhadap pertumbuhan, tekanan darah, lipid darah, dan metabolisme

glukosa. Komplikasi lainnya meliputi kondisi pernapasan seperti asma (Thorpe et

al. 2004). Konsekuensi medis jangka panjang meliputi risiko yang lebih besar

untuk terkena hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan osteoartitis pada

masa dewasa. Obesitas pada masa anak-anak juga menimbulkan konsekuensi

psikososial jangka pendek dan panjang seperti image diri yang negatif,

penurunan kepercayaan diri, gangguan makan, dan kesehatan yang lebih rendah

hubungannya dengan kualitas hidup (Thorpe et al. 2004). Komplikasi obesitas

lainnya pada anak adalah gangguan fungsi saluran nafas yang dikenal dengan

obstructure sleep apnea syndrome (OSAS). Apabila obesitas yang dialami pada

masa anak-anak berlanjut hingga masa dewasa, maka hal ini dapat

menimbulkan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan dapat

menyebabkan kematian.

)

(

)

(

2

meter

badan

Tinggi

(35)

KERANGKA PEMIKIRAN

Dewasa ini ketersediaan dan kemudahan jangkauan untuk mendapatkan

suatu jenis pangan/makanan dapat mempengaruhi pola perilaku konsumsi

seseorang tak terkecuali anak-anak. Pergeseran pola perilaku tradisional ke pola

perilaku sedentary membuat pergeseran pola perilaku makan tersebut tak dapat

dihindarkan. Salah satunya adalah kebiasaan mengonsumsi snack (termasuk

junk food dan fast food) oleh anak-anak sebagai makanan selingan / jajanan

utama. Dalam penelitian ini kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya

meliputi jenis snack yang paling disukai, ukuran dan frekuensi konsumsi snack.

Faktor risiko utama penyebab obesitas berdasarkan hasil penelitian Gu et

al. (1995) diantaranya adalah frekuensi konsumsi snack (OR=2,65), kebiasaan

makan yang terlalu cepat (OR=2,51), kebiasaan makan yang tidak seimbang

(OR=1,84), memiliki ibu atau ayah yang obes (OR= 1,73), serta berat lahir >3,5

kg (OR=1,52). Faktor risiko lainnya adalah kesukaan terhadap daging atau telur,

ketidaksukaan terhadap sayuran dan buah, serta kurang aktif dalam melakukan

aktivitas fisik.

Kebiasaan makan lebih menekankan pada aspek-aspek yang

mempengaruhinya. Aspek-aspek yang diamati meliputi karakteristik keluarga

(meliputi besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua),

karakteristik contoh (meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan

besar uang saku), serta pengetahuan gizi dan sikap gizi.

Kebiasaan mengonsumsi snack dan pangan lainnya akan berpengaruh

terhadap status gizi, khususnya kejadian kegemukan pada anak. Selain faktor

kebiasaan makan dan tingkat aktivitas fisik (meliputi lama sekolah, lama tidur

siang, lama nonton tv, jenis dan frekuensi olahraga), faktor genetik juga dapat

(36)
[image:36.595.129.499.79.683.2]

KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= hubungan antar variable yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan antar variabel yang tidak diteliti Genetik

Karakteristik Contoh : - usia

- jenis kelamin - berat badan - tinggi badan - uang saku

Karakteristik Keluarga : - Besar

keluarga

- Pendapatan

orang tua - Pendidikan

orang tua

Pengetahuan Gizi Aktivitas Fisik :

- sekolah - nonton tv - tidur siang - jenis

olahraga - frekuensi

olahraga

Kebiasaan Makan : - Frekuensi

konsumsi - Asupan gizi

Kegemukan : - Berat badan - Tinggi badan - IMT/U

(37)

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Tempat dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dilakukan di SD Bina

Insani Bogor. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara purposive yaitu

sekolah dengan tingkat sosial ekonomi orangtua menengah ke atas. Pemilihan

tersebut berdasarkan pertimbangan kemudahan dalam melakukan penelitian,

serta keterbatasan waktu penelitian karena bertepatan dengan ujian nasional

yang dilaksanakan pada bulan Mei dan ujian akhir pada bulan Juni. Penelitian ini

berlangsung selama dua bulan, yaitu bulan April s.d Mei 2009.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi contoh dalam pemilihan ini adalah siswa kelas 4 dan 5 sekolah

dasar. Pemilihan populasi contoh dilakukan secara purposive (berdasarkan izin

dari pihak sekolah). Teknis penarikan contohnya adalah seluruh siswa diukur

berat badan dan tinggi badan terlebih dahulu, yang kemudian dihitung nilai

Indeks Massa Tubuh (IMT/U). Setelah itu, diklasifikasikan berdasarkan status gizi

(Riyadi 2003). Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui dari 279 populasi contoh,

diketahui prevalensi contoh yang overweight (nilai IMT/U ≥ persentil ke-95)

sebesar 14,7%, berisiko overweight (persentil ke-85 ≤ nilai IMT/U < persentil ke

-95) sebesar 14,7%, normal (persentil ke-5 < nilai IMT/U < persentil ke-85) adalah

58,4% dan sisanya 12,2% adalah contoh berstatus gizi kurus (nilai IMT/U <

persentil ke-5). Contoh overweight dan berisiko overweight dikategorikan sebagai

kelompok contoh gemuk, dengan prevalensi total sebesar 29,4%. Selanjutnya,

dari kelompok contoh normal dan gemuk diambil secara acak masing-masing

sebanyak 40 contoh. Jumlah contoh yang diambil telah memenuhi syarat minimal

contoh yang harus diambil menurut Soedigdo dan Sofyan (1995). Selanjutnya,

jumlah minimal contoh yang harus diambil diketahui dengan menggunakan

rumus :

n = (Zα2 x p x q) / d2

ket : n = jumlah minimal contoh yang harus diambil p = prevalensi siswa gemuk dalam populasi (0.29) q = prevalensi siswa tidak gemuk dalam contoh (q = 1-p) α = selang kepercayaan (0.05)

(38)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer meliputi identitas / karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi

keluarga, pengetahuan gizi, recall konsumsi snack dan pangan lainnya (2x24

jam) serta aktivitas fisik. Frekuensi konsumsi contoh ditampilkan untuk melihat

pola kebiasaan makan dan dilakukan dengan metode recall 2x24 jam. Beberapa

penelitian menunjukan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut,

dapat menghasilkan gambaran asupan gizi lebih optimal dan memberikan variasi

yang lebih besar tentang intik harian individu (Sanjur 1997 dalam Supariasa et al.

2001).

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum sekolah. Data

identitas contoh dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri

oleh contoh. Adapun data yang dikumpulkan meliputi jenis kelamin, umur, berat

badan, tinggi badan, serta uang saku. Alat yang digunakan untuk mengukur berat

badan adalah timbangan injak digital dengan ketelitian 0.1 kg, sedangkan alat

yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah microtoise dengan

ketelitian 0.1 cm. Data mengenai sosial-ekonomi keluarga (berat badan orangtua,

tinggi badan orang tua, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orangtua

per bulan) dikumpulkan dengan memberikan kuesioner yang diisi oleh orangtua

contoh.

Data pengetahuan dan sikap gizi contoh diperoleh dengan memberikan

kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh setelah mendapat penjelasan dari

peneliti. Kuesioner pengetahuan gizi berisi 20 buah pertanyaan pilihan berganda

dengan memilih jawaban yang paling benar (Correct-Answer Multiple Choice);

sedangkan kuesioner sikap gizi terdiri dari 10 pernyataan. Pertanyaan

pengetahuan gizi yang diberikan mencakup gizi secara umum (10 soal), snack (5

soal) dan obesitas (5 soal). Pertanyaan yang diberikan mengacu kepada

Khomsan (2000).

Data kebiasaan mengonsumsi snack meliputi kebiasaan mengonsumsi

snack, jenis snack biasa dikonsumsi, kebiasaan mengonsumsi soft drink, jenis

soft drink yang biasa dikonsumsi, kebiasaan mengonsumsi fast food, jenis fast

food yang biasa dikonsumsi serta alasan suka mengonsumsi snack dan

minuman ringan tersebut. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner

(39)

Data ukuran jenis snack dan frekuensi konsumsi snack selama 1 bulan

terakhir dikumpulkan dengan menggunakan Food Frequency Questionnaire

(Gibson 1990). Ukuran (kemasan) jenis snack dikelompokan menjadi kecil,

sedang dan besar (berdasarkan berat). Frekuensi konsumsi snack

dikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-3 kali / bulan, 1-2 kali / minggu, 3-5 kali /

minggu dan 6-7 kali / minggu.

Data mengenai aktivitas fisik yang diteliti meliputi lamanya sekolah,

lamanya waktu nonton tv, kebiasaan tidur siang, jenis olahraga yang suka

dilakukan, dan frekuensi olahraga. Data tersebut diperoleh dengan

menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh setelah mendapat

penjelasan dari peneliti. Data mengenai keadaan umum sekolah diperoleh

melalui informasi baik lisan maupun tulisan dari pihak Tata Usaha sekolah.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif dan

inferensial menggunakan program Microsoft Excell dan SPSS 14.0 for Windows.

Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, scoring, entry, cleaning,

dan analisis data. Hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan uji

korelasi Spearman dan korelasi Pearson, sedangkan perbedaan antar variabel

menggunakan uji beda t (Independent Sample t-Test).

Data pengetahuan gizi contoh diberi skor 1 jika jawaban pertanyaan

benar dan skor 0 jika jawaban contoh salah, sehingga total skor adalah 20.

Pengetahuan gizi contoh dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban

benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80%

jawaban benar (Khomsan 2000). Data mengenai sikap gizi contoh diberi skor 1

jika jawaban benar, skor -1 jika jawaban salah dan skor 0 jika menjawab

ragu-ragu. Sikap gizi contoh dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban

benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80%

jawaban benar (Khomsan et al. 2009).

Data konsumsi pangan individu yang dikumpulkan ditabulasi dan

kemudian dirata-ratakan per bahan pangan hingga diperoleh rata-rata per

kelompok. Selanjutnya dikonversi kedalam bentuk energi, protein, lemak dan

karbohidrat dengan menggunakan Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM

(40)

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)}

Keterangan :

Kgij = kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j

Bj = berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j

BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Angka kecukupan energi contoh, dihitung dengan menggunakan rumus menurut

sebagai berikut :

AKGi = {(88.5 – 61.9x Usia) + (26.7 x BB* x 1.31)+ 903TB + 25

Keterangan :

AKGi = angka kebutuhan energi

U = usia contoh (tahun)

BB = berat badan contoh (kg), untuk contoh overweight digunakan berat badan sehat (WNPG 2004)

TB = tinggi badan contoh (cm)

Setelah konsumsi energi dan zat-zat gizi diketahui, serta angka

kebutuhan dan kecukupan contoh juga diketahui, selanjutnya dihitung Tingkat

Kecukupan Gizi (TKG) terutama energi dan protein bagi setiap individu dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

TKGi = Ki / AKGi x 100%

Keterangan :

TKGi = tingkat kecukupan zat gizi i Ki = konsumsi zat gizi i

(41)

Definisi Operasional

Contoh adalah siswa-siswi yang duduk di kelas 4 dan kelas 5 SD Bina Insani Bogor yang memiliki status gizi normal (persentil ke-5 <IMT< persentil

ke-85) dan gemuk (nilai IMT ≥ persentil ke-85).

Gambar

Gambar 1  Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1  Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi
Tabel 5  Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan kecenderungan terhadap pernyataan yang terkait dengan sikap gizi
Tabel 7  Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan dan status gizi
+7

Referensi

Dokumen terkait

ON A DANISH GOVERNMENT LOAN 'l'O THE REPUBLIC OF INDONESIA... Article

“ Asuhan Keperawatan keluarga pada Tn.S dengan masalah utama gangguan. sistem kardiovaskuler : hipertensi pada Ny.N di wilayah kerja puskesmas Gatak Sukoharjo”

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas terutama

Rancang bangun sistem informasi persediaan barang berbasis web dilakukan dengan menggunakan pemrograman PHP dan firebird sebagai databasenya.Hasil dari penelitian

Majelis Jemaat mengucapkan terima kasih kepada segenap jemaat yang telah berpartisipasi dalam mendukung dana MPI ke-28, bagi yang belum mengisi lembaran komitmen MPI,

Predictors: (Constant), HARI BESAR, JUMLAH PENAWARAN MINYAK GORENG CURAH, HARGA MINYAK GORENG BERMERK, BIAYA FAKTOR PRODUKSI.. Dependent Variable: HARGA JUAL MINYAK

Adira Dinamika Multi Finance Tbk Cabang Padang yang sukses dalam pengembangan karir berarti karyawan mengalami kemajuan dalam bekerja dimana karyawan dapat meningkatkan

Dengan demikian nilai tradisi yang merupakan usaha turun temurun dalam keluarga menjadi salah satu alasan para pengrajin INTAKO di desa Kedensari memilih untuk tetap