• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geografis dan Topografi

Kota Banjar merupakan kota strategis yang berada pada jalur lintasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Secara geografis terletak diantara 07019’ - 07026’ Lintang Selatan dan 108026’ - 108040’ Bujur Timur. Kota Banjar terletak di sebelah timur Provinsi Jawa Barat dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah dengan karakteristik daerah sebagai berikut : (1) wilayah selatan merupakan wilayah perbukitan, (2) wilayah utara merupakan wilayah dataran dan perbukitan, (3) wilayah barat merupakan wilayah dataran atau pesawahan, dan (4) wilayah timur merupakan wilayah dataran atau pesawahan.

Luas wilayah Kota Banjar yaitu 11 431 ha (114.31 km2) dengan batas wilayah sebagai berikut : (1) sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis, (2) sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis dan Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah, (3) sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lakbok dan Pamarican Kabupaten Ciamis, dan (4) sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cimaragas dan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Peta Kota Banjar dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan curah hujan Kota Banjar tahun 2006 pada umumnya sedang dengan hari hujan relatif sedikit. Curah hujan di Kota Banjar berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar tahun 2006 tercatat rata-rata curah hujan dalam setahun mencapai 162.3 milimeter. Bulan Januari, Februari dan April tercatat memiliki curah hujan yang lebih tinggi dibanding bulan lainnya. Selain itu, tingkat kesuburan tanah Kota Banjar pada umumnya tergolong sedang (baik) dengan tekstur tanah sebagian besar halus dengan jenis tanah alufial, kecuali Kecamatan Langensari yang selain memiliki jenis tanah alufial juga berjenis tanah podsonik merah kuning.

Demografi dan Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Kota Banjar menurut data dari Dinas Catatan Sipil Kependudukan dan KB tahun 2006 tercatat sebanyak 168 912 jiwa dengan rincian 84 328 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 84 584 jiwa berjenis kelamin perempuan, sehingga angka sex ratio (perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan) sebesar 99.70 persen. Kecamatan Pataruman

merupakan kecamatan yang paling besar penduduknya yaitu sebesar 51 348 jiwa, sedangkan Kecamatan Purwaharja merupakan kecamatan dengan penduduk paling sedikit yaitu sebanyak 19 711 jiwa. Berikut ini Tabel 7 jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kota Banjar akhir tahun 2006.

Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin untuk setiap kecamatan di Kota Banjar tahun 2006

Penduduk Kecamatan Laki-laki Perempuan Banjar 24 058 24 365 Purwaharja 9 981 9 730 Pataruman 25 387 25 961 Langensari 24 902 24 528 Kota Banjar 84 328 84 584

Sumber : Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005, BPS 2006

Kota Banjar secara administrasi terbagi menjadi 4 kecamatan dengan 24 desa, 101 dusun, 474 RW dan 1 097 RT. Berdasarkan klasifikasi jenis desa, seluruh desa yang ada yaitu 24 desa seluruhnya tergolong desa swakarya. Persebaran penduduk untuk tiap kecamatan di Kota Banjar secara umum relatif sama. Hal ini disebabkan letak wilayah Kota Banjar yang tidak terlalu menyebar. Pusat kegiatan ekonomi, tempat pendidikan, dan hiburan relatif mudah di jangkau. Angka pertumbuhan penduduk Kota Banjar tahun 2006 sebesar 3.78 persen, lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 0.88 persen untuk tahun 2005 dan 1.23 persen untuk tahun 2004. Kecamatan Langensari menjadi kecamatan yang paling tinggi pertumbuhannya di banding kecamatan lain yaitu 1.63 persen. Sementara itu, Kecamatan Purwaharja memiliki angka pertumbuhan penduduk yang relatif kecil yaitu sebesar 0.23 persen.

Rumah tangga miskin di Kota Banjar tahun 2005 secara keseluruhan adalah 10 908 rumah tangga atau 24.56 persen dari 44 408 rumah tangga yang ada di Kota Banjar. Berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 atau SLT oleh Badan Pusat Statistik, Kecamatan Banjar merupakan kecamatan yang memiliki rumah tangga miskin terbesar yaitu 34.16 %, diikuti berturut-turut oleh Kecamatan Pataruman, Langensari, dan Purwaharja masing-masing sebesar 32.69%, 22.19%, dan 10.96%. Berikut ini Tabel 8 jumlah penduduk miskin dan jumlah rumah tangga miskin berdasarkan kecamatan. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Banjar mempunyai persentase tertinggi yaitu sebesar 35.20 persen dan Kecamatan Purwaharja mempunyai persentase terendah sebesar 10.85 persen.

Tabel 8 Jumlah rumah tangga dan penduduk miskin berdasarkan kecamatan tahun 2005 di Kota Banjar

Rumah tangga miskin Penduduk miskin Kecamatan

Jumlah Persen Jumlah Persen

Banjar 3 726 34.16 12 708 35.20

Purwaharja 1 195 10.96 3 917 10.85

Pataruman 3 566 32.69 11 020 30.53

Langensari 2 421 22.19 8 455 23.42

Kota Banjar 10 908 100.00 36 100 100.00

Sumber : Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005, BPS 2005

Bidang ketenagakerjaan berdasarkan data potensi Kota Banjar tahun 2005 dan Suseda 2006 Kota Banjar (BPS 2006), jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan sebanyak 30.16 persen bergerak di bidang pertanian, 9.66 persen sektor Industri, 8.14 persen di sektor bangunan/konstruksi, 22.55 persen disektor perdagangan selebihnya disektor jasa-jasa dan sektor lainnya masing-masing sebesar 18.43 dan 11.06 persen. Meskipun penduduk yang bergerak disektor pertanian persentasenya paling tinggi, namun bila di banding tahun sebelumnya mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 176 persen. Hal ini menunjukkan bahwa makin lama pergeseran lapangan usaha akan semakin mengarah ke sektor selain pertanian seiring dengan perkembangan wilayah perkotaan yang lebih maju.

Tabel 9 Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha di Kota Banjar tahun 2005, 2005, dan 2006

Tahun Lapangan Usaha 2004 2005 2006 Pertanian 30.16 22.80 22.12 Industri 9.66 15.07 13.10 Bangunan 8.14 12.00 11.90 Perdagangan 22.55 22.11 20.41 Jasa-jasa 18.43 24.45 16.44 Lainnya 11.06 3.57 16.03

Sumber : BPS Kota Banjar, Data Potensi dan Suseda 2006 Kota Banjar

Tahun 2006, persentase penduduk perempuan di Kota Banjar yang tidak tamat SD/MI yaitu 25.61% lebih tinggi bila dibandingkan penduduk laki-laki yaitu 20.52%. Persentase penduduk laki-laki yang menamatkan SLTP/MTS/Sederajat dan SMU/MA/Sederajat lebih tinggi yaitu 17.20 persen dan 10.55 persen bila dibandingkan dengan penduduk perempuan yaitu 15.89 persen dan 7.56 persen. Dengan demikian, penduduk perempuan mempunyai kesempatan yang lebih rendah untuk sekolah atau mendapatkan pendidikan dibandingkan dengan penduduk laki-laki.

Produksi Pangan Kota Banjar

Menurut Departemen Pertanian (2005), pengertian produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian (Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan, Perikanan, dan Perkebunan), baik yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Tabel 10 menunjukkan komposisi energi ideal berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH).

Tabel 10 Komposisi energi ideal berdasarkan Pola Pangan Harapan Kelompok Pangan Energi (kkal/kap/hari) % Energi

Padi-padian 1100 50 Umbi-umbian 132 6

Pangan hewani 264 12

Minyak dan lemak 220 10

Buah dan biji berminyak 66 3

Kacang-kacangan 110 5

Gula 110 5

Sayur dan buah 132 6

Lain-lain 66 3

Total 2200 100

Sumber: Deptan (2001)

Berikut ini hasil-hasil produksi pertanian di Kota Banjar berdasarkan kelompok pangan (padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan) dalam Pola Pangan Harapan.

Padi-padian

Produksi kelompok pangan padi-padian Kota Banjar tahun 2006 dapat dilihat dari tiga jenis komoditas yaitu padi sawah, padi gogo, dan jagung. Tabel 11 menunjukkan bahwa energi yang dihasilkan dari kelompok pangan padi-padian (1 330 kkal/kap/hari) telah mencukupi proporsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok padi-padian yaitu 1 100 kkal/kap/hari (50% dari AKE ketersediaan ideal). Hal ini menunjukkan bahwa dari segi ketersediaan, produksi kelompok padi-padian sudah mencukupi kebutuhan penduduk Kota Banjar.

Berdasarkan Tabel 11, daerah produksi padi sawah terbesar tahun 2006 terdapat di Kecamatan Langensari (15 233.0 ton/tahun). Sedangkan daerah produksi jagung terbesar yaitu Kecamatan Pataruman (498.6 ton/tahun). Hal ini disebabkan luas lahan sawah di Kecamatan Langensari lebih luas dibandingkan dengan kecamatan lainnya (Lampiran 2). Jenis tanaman padi-padian yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu padi sawah, karena terjadi peningkatan produksi dari tahun 2005 hingga 2006 yaitu 6.3 persen (Lampiran 3)

Tabel 11 Produksi dan energi kelompok padi-padian menurut kecamatan di Kota Banjar tahun 2006

Produksi (ton/thn)* Energi (kkal/kap/hari) Kecamatan Padi

sawah gogo Padi Jagung Padi sawah gogo Padi Jagung Total

Banjar 5 912.4 0.0 131.1 218 0 7 225

Purwaharja 5 497.8 10.0 91.0 203 0 5 208

Pataruman 8 232.0 0.0 498.6 304 0 26 330

Langensari 15 233.0 54.0 61.3 562 2 3 567

Total 34 875.2 64.0 782.0 1 287 2 41 1 330

Keterangan: * Data Potensi Kota Banjar, Dinas Pertanian Kota Banjar

Umbi-umbian

Produksi pangan kelompok umbi-umbian Kota Banjar tahun 2006 dapat dilihat dari komoditas ubi kayu dan ubi jalar. Bedasarkan Tabel 12, komoditas ubi kayu dan ubi jalar menyumbangkan energi sebesar 69 kkal/kapita/hari. Hal ini menunjukkan bahwa energi yang dihasilkan oleh kelompok umbi-umbian belum mencukupi proporsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok umbi-umbian yaitu 132 kkal/kap/hari (6 % dari AKE ketersediaan ideal). Kontribusi energi terbesar diperolah dari komoditas umbi kayu (91.3 persen dari total energi).

Apabila dibedakan menurut kecamatan, daerah produksi kelompok umbi-umbian terbesar yaitu Kecamatan Pataruman yaitu produksi ubi kayu 2 121.6 ton/thn dan ubi jalar 247.9 ton/thn. Penggunaan lahan untuk berkebun dan berladang di Kecamatan Pataruman yang masih luas menyebabkan produksi umbi-umbian lebih tinggi dibanding kecamatan lainnya. Laju produksi ubi kayu Kota Banjar dari tahun 2005 hingga 2006 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebanyak 1 232.1 persen. Akan tetapi, produksi ubi kayu ini belum mampu memenuhi kebutuhan ideal penduduk Kota Banjar sehingga perlu terus ditingkatkan terutama Kecamatan Pataruman.

Tabel 12 Produksi dan energi kelompok umbi-umbian menjadi energi menurut kecamatan di Kota Banjar tahun 2006

Produksi (ton/thn)* Energi (kkal/kap/hari) Kecamatan Ubi kayu Ubi Jalar Ubi kayu Ubi Jalar Total

Banjar 773.0 65.1 14 1 15

Purwaharja 198.4 30.0 4 1 15

Pataruman 2 121.6 247.9 38 4 42

Langensari 437.0 10.0 8 0 8

Total 3 530.0 353.0 63 6 69

Keterangan: * Data Potensi Kota Banjar, Dinas Pertanian Kota Banjar

Pangan Hewani

Ketersediaan pangan hewani dapat dilihat dari produksi daging sapi, domba, kambing, ikan, ayam, itik, dan telur. Tabel 13 menunjukkan bahwa

produksi pangan hewani terbesar terdapat pada komoditas ikan. Kecamatan Pataruman merupakan kecamatan penghasil ikan terbesar di Kota Banjar yaitu 920.7 ton/tahun. Hal ini disebabkan luas lahan yang digunakan untuk kolam/tambak di Kecamatan Pataruman masih cukup besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

Tabel 13 Produksi pangan hewani (ton/tahun) menurut kecamatan di Kota Banjar tahun 2006

Produksi (ton/thn)*

Kecamatan sapi domba Kambing ikan ayam itik Telur

Banjar 47.0 20.0 9.0 213.2 4.8 0.3 30.0

Purwaharja 250.0 8.7 4.1 102.4 6.2 0.6 0

Pataruman 54.2 5.5 7.0 920.7 30.3 0.7 511.8

Langensari 90.0 15.0 20.0 352.4 15.8 0.9 0

Total 441.0 49.2 40.0 1 588.7 57.1 2.5 541.8

Berdasarkan Tabel 14, energi yang dihasilkan dari kelompok pangan hewani yaitu 20 persen (49 kkal/kapita/hari) dari proporsi pangan hewani ideal (264 kkal/kapita/hari). Hal ini menunjukkan bahwa produksi pangan hewani di Kota Banjar masih cukup kurang. Energi terbesar dari produksi pangan hewani terdapat pada ikan (18 kkal/kap/hari) dan sapi (15 kkal/kapita/hari). Laju produksi ikan dan sapi dari tahun 2005 hingga 2006 menunjukkan peningkatan (Lampiran 8 dan 9). Apabila dari tahun ke tahun produksi sapi dan ikan terus meningkat maka ketersediaan pangan hewani menuju ideal akan tercapai terutama di daerah Kecamatan Purwaharja dan Pataruman.

Tabel 14 Produksi pangan hewani dalam bentuk energi menurut kecamatan di Kota Banjar tahun 2006

Energi (kkal/kap/hari)

Kecamatan sapi domba kambing ikan ayam itik Telur Total

Banjar 2 1 0 2 0 0 1 6 Purwaharja 8 0 0 1 0 0 0 9 Pataruman 2 0 0 11 0 0 12 25 Langensari 3 1 1 4 0 0 0 9 Total 15 2 1 18 0 0 13 49 Kacang-kacangan

Produksi kelompok kacang-kacangan di Kota Banjar tahun 2006 dapat dillihat dari komoditas kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang merah. Berdasarkan Tabel 15, produksi terbesar terdapat pada kacang merah yaitu 1 512.5 ton/tahun. Kecamatan penghasil kacang merah terbesar yaitu Kecamatan Banjar (1 001.0 ton/tahun). Selain itu, Tabel 15 menunjukkan total energi yang dihasilkan dari kelompok pangan kacang-kacangan sebesar 121 kkal/kap/hari. Sedangkan proposi ideal kelompok kacang-kacangan sebesar 110

kkal/kap/hari (5% dari AKE ideal). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kacang-kacangan telah mencukupi kebutuhan penduduk Kota Banjar.

Laju produksi kacang merah dari tahun 2005 hingga 2006 mengalami peningkatan sebanyak 222.6 persen (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa kacang-kacangan merupakan komoditas yang cukup potensial untuk dikembangkan di Kota Banjar terutama di Kecamatan Banjar.

Tabel 15 Produksi dan energi kelompok kacang-kacangan menjadi energi menurut kecamatan di Kota Banjar tahun 2006

Produksi (ton/thn)* Energi (kkal/kap/hari) Kecamatan Kacang kedelai Kacang tanah Kacang hijau Kacang merah Kacang kedelai Kacang tanah Kacang hijau Kacang merah Total Banjar 35.0 23.2 34.7 1 001.0 2 2 2 52 58 Purwaharja 3.0 63.7 33.9 341.5 0 5 2 18 25 Pataruman 0.0 61.0 0.0 10.0 0 4 0 1 5 Langensari 0.0 22.2 419.4 160.0 0 2 23 8 33 Total 38.0 170.0 488.0 1 512.5 2 13 27 79 121 Sayur dan Buah-buahan

Produksi pangan kelompok sayuran di Kota Banjar tahun 2006 dapat dilihat dari komoditas kacang panjang, cabe rawit, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, melinjo, dan petai. Berdasarkan Tabel 16, produksi terbesar dari kelompok sayuran terdapat pada komoditas petai (603.0 ton/tahun) dan daerah penghasil terbesar petai yaitu Kecamatan Pataruman. Luas lahan dan banyaknya jumlah penduduk di Kecamatan Pataruman (Tabel 7) mempengaruhi besarnya produksi petai.

Tabel 16 Produksi sayuran (ton/tahun) menurut kecamatan di Kota Banjar tahun 2006 Produksi (ton/thn)* Kecamatan Kacang panjang Cabe rawit Ketimun Labu siam

Kangkung Bayam Melinjo Petai

Banjar 9.5 0.3 186.3 0.0 33.1 9.7 6.9 172.6

Purwaharja 2.2 0.4 23.2 135.0 0.0 0.0 5.1 8.0

Pataruman 1.0 3.0 195.0 0.0 122.4 93.2 0.0 603.0

Langensari 18.0 0.0 3.9 0.0 29.4 7.9 1.7 3.7

Total 24.7 3.7 408.4 135.0 184.9 110.8 13.7 787.3

Produksi kelompok buah-buahan dapat dilihat dari alpukat, durian, jambu biji, jambu air, mangga, nangka, pepaya, pisang, rambutan, dan sawo. Produksi buah-buahan terbesar terdapat pada komoditas pisang yaitu 26 825.8 ton/tahun. Sedangkan daerah penghasil pisang terbesar yaitu Kecamatan Langensari (Tabel 18). Laju produksi pisang dari tahun 2005 hingga 2006 mengalami penurunan sebesar 68.5 persen (Lampiran 6). Padahal komoditas pisang diharapkan mampu menjadi pangan lokal yang berpotensi di Kota Banjar. Oleh

karena itu, produksi pisang untuk tahun selanjutnya perlu ditingkatkan kembali khususnya di Kecamatan Langensari dan Banjar.

Tabel 17 Produksi buah-buahan (ton/tahun) menurut kecamatan di Kota Banjar tahun 2006

Produksi (ton/thn)*

Kecamatan Alpukat Durian Jambu biji Jambu air Mangga

Banjar 60.6 173.9 4.6 21.4 615.1

Purwaharja 4.5 4.1 1.5 4.9 29.1

Pataruman 55.5 250.0 302.6 150.7 859.4

Langensari 1.1 0.9 14.2 21.0 315.5

Total 121.7 428.9 322.9 198.0 1819.1

Tabel 18 Produksi buah-buahan dan total energi menurut kecamatan di Kota Banjar tahun 2006 (lanjutan)

Produksi (ton/thn)

Kecamatan Nangka Pepaya Pisang Rambutan Sawo

Total Energi (kkal/kap/hr)* Banjar 88.9 29.8 11 589.7 1 144.0 82.8 217 Purwaharja 7.5 8.4 182.5 12.1 5.8 3 Pataruman 550.6 65.5 532.8 2 334.8 53.9 32 Langensari 11.5 6.3 14 520.8 7.2 7.6 260 Total 658.5 110.0 26 825.8 3 498.1 150.1 513

Keterangan: * perhitungan energi selengkapnya terdapat pada Lampiran 7

Energi terbesar yang dihasilkan dari kelompok sayuran yaitu komoditas petai (65 kkal/kap/hari). Daerah penghasil energi sayuran terbesar yaitu Kecamatan Pataruman (50 kkal/kap/hari). Sedangkan energi terbesar yang

dihasilkan dari kelompok buah-buahan yaitu komoditas pisang (476 kkal/kap/hari). Apabila dibandingkan dengan standar ideal untuk sayur dan

buah-buahan (132 kkal/kap/hari) maka jumlah energi kelompok sayuran dan buah-buahan di Kota Banjar telah memenuhi standar ideal.

Tabel 19 Energi sayuran (kkal/kapita/hari) menurut kecamatan di Kota Banjar tahun 2006 Energi (kkal/kapita/hari) Kecamatan Kacang panjang Cabe rawit Ketimun Labu siam

Kangkung Bayam Melinjo Petai Total

Banjar 1 0 3 0 1 1 1 14 21

Purwaharja 0 0 0 5 0 0 0 1 6 Pataruman 0 1 3 0 4 4 0 50 62 Langensari 0 0 0 0 1 0 0 0 1

Total 1 1 6 5 6 5 1 65 90

Analisis Situasi Konsumsi Pangan Kota Banjar Tahun 2006

Hardinsyah et.al (2001) menyatakan bahwa analisis konsumsi pangan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis konsumsi pangan secara kuantitatif ditunjukkan oleh tingkat kecukupan gizi. Analisis situasi konsumsi pangan penduduk di suatu wilayah tidak hanya cukup ditunjukkan oleh peningkatan kuantitas konsumsi saja, tetapi perlu analisis lebih lanjut terhadap

aspek kualitas konsumsi. Aspek kualitas konsumsi pangan dinilai dari aspek komposisi atau keragaman dan mutu gizi konsumsi pangan. Pendekatan yang digunakan untuk analisis kualitas konsumsi (skor mutu konsumsi) yaitu berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). Analisis kualitatif dilakukan dengan melihat mutu pangan berdasarkan keragaman pangan yang ditunjukkan oleh skor PPH. Hasil analisis ini dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan konsumsi dan ketersediaan pangan melalui teknik proyeksi secara interpolasi linear.

Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah nilai yang menunjukkan jumlah energi yang diperlukan tubuh setiap hari untuk dapat hidup sehat bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tertentu seperti hamil dan menyusui. AKE ditetapkan berdasarkan kajian dan kesepakatan antar pakar berdasarkan hasil-hasil penelitian kebutuhan gizi (requirement) individu. Dengan demikian, istilah kebutuhan energi lebih tepat untuk menggambarkan banyaknya energi yang dibutuhkan individu agar dapat hidup sehat, sedangkan kecukupan energi (AKE) lebih menggambarkan banyaknya energi yang dibutuhkan agar sebagian besar populasi bisa hidup sehat. Perhitungan AKE digunakan sebagai nilai rujukan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi pangan dan gizi bagi orang yang sehat agar dapat mempertahankan kesehatannya dan terhindar dari kekurangan dan kelebihan gizi. Hasil perbandingan antara konsumsi energi suatu populasi dengan AKE disebut Tingkat Kecukupan Energi (PKKP 2006). Berikut ini hasil analisis situasi konsumsi pangan Kota Banjar 2006 secara kuantitatif dan kualitatif.

Analisis secara Kuantitatif

Analisis konsumsi secara kuantitatif dilakukan dengan mengukur Tingkat Kecukupan Energi (TKE) yang akan menggambarkan persentase konsumsi energi terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE). Tabel 20 menunjukkan hasil perhitungan AKE Regional Kota Banjar dengan menggunakan metode Sprague Multipliers. mengambil dua titik yaitu tahun 2005 dan 2006.

Tabel 20 AKE Regional Kota Banjar tahun 2005 dan 2006dengan menggunakan metode Sprangue Multipliers

Tahun Tahun 2005 2006 Rata-rata AKE AKERP 1 985 1 984 1 985 AKE Konsumsi 1 985 1 984 1 985 AKE Ketersediaan 2 184 2 182 2 183

Angka Kecukupan Energi (AKE) untuk Kota Banjar adalah jumlah energi yang harus dipenuhi oleh rata-rata penduduk Kota Banjar agar hampir semua penduduk dapat hidup sehat dan menjalankan aktivitasnya. AKE konsumsi Kota Banjar tahun 2005 dan 2006 dengan menggunakan metode di atas masing-masing sebesar 1 985 dan 1 984 kkal/kap/hari. Apabila AKE konsumsi kedua tahun ini dirata-ratakan akan diperoleh hasil sebesar 1 984.5 ≈ 1 985 yang merupakan AKE konsumsi Kota Banjar yang dianjurkan.

Berbeda dengan AKE Regional hasil perhitungan di atas, AKE Regional Kota Banjar hasil olahan data dengan menggunakan software “Aplikasi Komputer Analisis kebutuhan Konsumsi Pangan Wilayah Provinsi” adalah sebesar 1944 kkal/kapita/hari. Selanjutnya, seluruh perhitungan dalam pembahasan ini menggunakan AKE regional hasil olahan dengan software “Aplikasi Komputer Analisis kebutuhan Konsumsi Pangan Wilayah Provinsi” dengan tujuan untuk memudahkan dalam perhitungan. Berikut ini tabel 21 AKE Regional berdasarkan software “Aplikasi Komputer Analisis kebutuhan Konsumsi Pangan Wilayah Provinsi”.

Tabel 21 AKE Regional Kota Banjar dengan menggunakan software “Aplikasi Komputer Analisis kebutuhan Konsumsi Pangan Wilayah Provinsi”

Kelompok/Jenis Pangan Kecukupan Energi (Kkal/Kapita/Hari)

1. Padi-padian 972

2. Umbi-umbian 117

3. Pangan Hewani 233

4. Minyak dan Lemak 195

5. Buah/Biji Berminyak 58

6. Kacang-kacangan 97

7. Gula 97

8. Sayur dan Buah 117

9. Lain-Lain 58

Total 1 944

Hasil analisis terhadap data survei konsumsi pangan Dinas Kesehatan Kota Banjar 2006 dengan menggunakan software “Aplikasi Komputer Analisis kebutuhan Konsumsi Pangan Wilayah Provinsi” menunjukkan bahwa jumlah konsumsi energi penduduk Kota Banjar yaitu sebesar 1 210 kkal/kapita/hari (TKE 62.2 persen) dari AKE konsumsi yang dianjurkan yaitu 1944 kkal/kapita/hari. Apabila dibedakan berdasarkan status ekonomi yaitu rumah tangga miskin dan tidak miskin, maka dapat diketahui bahwa jumlah konsumsi energi rumah tangga miskin sebesar 1170 kkal/kapita/hari (TKE 60.2 persen) masih kurang dari AKE yang dianjurkan. Sama halnya dengan rumah tangga miskin, jumlah konsumsi

energi rumah tangga tidak miskin yaitu sebesar 1251.6 kkal/kapita/hari (TKE 64.4 persen) masih di bawah AKE konsumsi yang dianjurkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 22 di bawah ini.

Tabel 22 Situasi konsumsi energi dan Tingkat Kecukupan Energi di Kota Banjar berdasarkan status ekonomi *

Status Ekonomi

Situasi Konsumsi Miskin Tidak miskin Miskin & Tidak miskin

Energi (kkal/kap/hari) 1170 1251 1210

Tingkat Kecukupan Energi

(%AKE) 60.2 64.4 62.2

* Jumlah konsumsi energi (kkal/kapita/hari) untuk setiap komoditi terdapat pada Lampiran 10

Salah satu faktor penyebab utama rendahnya konsumsi energi penduduk Kota Banjar adalah masih cukup tingginya jumlah rumah tangga miskin sebanyak 10 908 atau 24.56 persen dari 44 408 rumah tangga yang ada (BPS 2005). Semakin besar jumlah penduduk miskin, maka semakin rendah pula akses mereka terhadap pangan dan semakin tinggi tingkat kerawanan pangan. Selain itu, ketersediaan pangan di Kota Banjar yang cukup tinggi tidak akan menjamin bahwa setiap individu atau rumah tangga akan tahan pangan. Hal ini terkait dengan kemampuan masing-masing individu atau rumah tangga untuk mengakses bahan pangan tersebut.

Kemampuan daya beli merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung seseorang untuk mendapatkan bahan pangan dengan mudah (Martianto et. al. 2006). Oleh karena itu, pemerintah Kota Banjar perlu memperhatikan kemampuan daya beli setiap penduduk yaitu salah satunya peningkatan pendapatan penduduk.

Analisis secara Kualitatif

Analisis konsumsi pangan secara kualitatif dilakukan dengan melihat mutu pangan berdasarkan keragaman pangan yang ditunjukkan oleh skor PPH. Hasil analisis terhadap data konsumsi pangan Dinas Kesehatan Kota Banjar 2006 berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH), dapat diketahui bahwa skor PPH Kota Banjar adalah sebesar 65. Sedangkan skor PPH untuk rumah tangga tidak miskin dan rumah tangga miskin masing-masing sebesar 71.1 dan 58.8. Analisis ini menunjukkan bahwa tingkat keragaman konsumsi Kota Banjar belum mencapai ideal (100).

Salah satu sasaran ketahanan pangan dalam Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009 yaitu peningkatan kualitas konsumsi dengan skor PPH minimal 80 (DKP 2006). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa skor PPH Kota Banjar masih belum sesuai dengan sasaran Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009.

Kualitas konsumsi pangan yang rendah disebabkan oleh tingkat pendapatan penduduk Kota Banjar yang masih rendah, ditunjukkan dengan persentase rumah tangga miskin yang masih cukup banyak, yaitu 24.56 %. Tingkat pendapatan seseorang atau rumah tangga sangat mempengaruhi pilihan seseorang atau rumah tangga untuk mendapatkan bahan pangan yang beragam (Hariyadi 2003). Peningkatan produksi yang tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan akan mempersulit upaya keragaman pangan yang dikonsumsi. Keluarga miskin yang mempunyai pendapatan rendah hanya memiliki jumlah skor PPH sebesar 58.8. Skor PPH rumah tangga tidak miskin lebih besar jika dibandingkan dengan rumah tangga miskin yaitu sebesar 71.1. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan skor PPH ideal (100), skor PPH rumah tangga tidak miskin belum mencapai ideal.

Tabel 23 Skor PPH Kota Banjar, keluarga miskin, dan tidak miskin

Skor PPH

Kelompok Pangan Miskin Tidak Miskin Kota Banjar

Padi-padian 20.0 19.2 19.6

Umbi-umbian 0.4 0.4 0.4

Pangan Hewani 9.0 20.5 14.8

Minyak dan Lemak 0.4 0.6 0.5

Buah/Biji Berminyak 0.1 0.2 0.1

Kacang-kacangan 10.0 10.0 10.0

Gula 0.3 0.3 0.3

Sayur dan Buah 18.7 19.9 19.3

Lain-lain 0.0 0.0 0.0

Total 58.8 71.1 65.0

Tabel 24 menunjukkan pencapaian konsumsi energi, skor PPH serta konsumsi pangan (gram) penduduk Kota Banjar tahun 2006 dibandingkan standar ideal. Skor PPH Kota Banjar (65) jika dibandingkan dengan standar ideal (100) masih jauh 35 poin di bawah standar ideal. Begitu pula halnya dengan energi (kkal) yang dikonsumsi penduduk Kota Banjar yaitu 1 210 kkal jika dibandingkan dengan standar ideal 2 000 kkal, maka konsumsi energi kota Banjar perlu ditingkatkan lagi sebanyak 790 kkal.

Tabel 24 Konsumsi energi, skor PPH, dan pangan (gram) penduduk Kota Banjar 2006 dibandingkan dengan standar ideal

2006 Standar Ideal Selisih*)

Dokumen terkait