• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Tegakan

Analisis vegetasi tegakan menunjukkan terdapat 4 (empat) jenis pohon penyusun ekosistem di lokasi penelitian seperti yang tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Jenis Pohon Penyusun Ekosistem Mangrove di Desa Kayu Besar, Bandar Khalipah

No Jenis Tipe Ekosistem Hutan Mangrove Alam Hutan Mangrove Tanaman umur 5 tahun Tambak Silvofishery Tambak Terbuka D>10 D<10 D>10 D<10 D>10 D<10 D>10 D<10 1 2 3 4 5 Rhizopora apiculata Avicennia alba Avicennia marina Bruguiera sp. Rhizopora sp.     -     -     -  -   -     -    -  - - - - - - - - - - Jumlah 5 5 5 3 4 4 - - Keterangan :  = ada - = tidak ada

Tegakan yang terdapat pada ekosistem hutan mangrove alam dengan petak berdiameter > 10 cm memiliki diameter rata-rata sebesar 17,84 cm dan tinggi rata- rata yaitu 11,20 m (Tabel 3). Frekuensi jenis dari Rhizopora apiculata dan

Avicennia alba masing-masing 100%. Hal ini menunjukkan penyebaran vegetasi

yang merata dari masing-masing spesies. Dan frekuensi jenis Avicennia marina dan Bruguiera sp. 66,67% yang menunjukkan penyebaran yang tidak merata (F > 75% = tersebar merata dan F < 75 % = tersebar tidak merata, dalam Onrizal dan Kusmana, 2004). Indeks Nilai Penting Rhizopora apiculata 68,25; Avicennia alba

menunjukkan tingkat dominansi Avicennia alba dan peranannya yang besar dalam ekosistem hutan mangrove alam. Sedangkan, pada petak berdiameter < 10 cm memiliki diameter rata-rata 9,19 cm dan tinggi rata-rata 8,12 m. Indeks Nilai Penting Rhizopora apiculata 55,05; Bruguiera sp 67,99; Avicennia alba 124,30 dan Avicennia marina 52,65. Hal ini menunjukkan tingkat dominansi Avicennia

alba dan peranannya yang besar dalam ekosistem hutan mangrove alam dari jenis

lainnya.

Tegakan yang terdapat pada ekosistem hutan mangrove tanaman yang berumur 5 tahun dengan petak berdiameter > 10 cm memiliki diameter rata-rata sebesar 12,89 cm dan tinggi rata-rata yaitu 9,17 m (Tabel 3). Frekuensi jenis dari

Rhizopora apiculata dan Avicennia alba masing-masing 100%. Hal ini

menunjukkan penyebaran vegetasi yang merata dari masing-masing spesies. Dan frekuensi jenis Avicennia marina dan Bruguiera sp. 66,67% yang menunjukkan penyebaran yang tidak merata (Onrizal dan Kusmana, 2004). Indeks Nilai Penting

Rhizopora apiculata 149,74; Avicennia alba 75,20 dan Avicennia marina 39,56

dan Bruguiera sp. 35,44 (Lampiran 7). Hal ini menunjukkan tingkat dominansi

Rhizopora apiculata dan peranannya yang besar dalam ekosistem hutan mangrove

tanaman. Oleh sebab itu, jenis ini lebih banyak ditanam. Sedangkan, pada petak berdiameter < 10 cm memiliki diameter rata-rata 9,43 cm dan tinggi rata-rata 8,62 m. Indeks Nilai Penting Rhizopora apiculata 160,27; Bruguiera sp. 47,13 dan

Avicennia alba 92,59. Hal ini menunjukkan tingkat dominansi Rhizopora apiculata dan peranannya yang besar dalam ekosistem hutan mangrove tanaman

Tegakan yang terdapat pada ekosistem tambak silvofishery dengan petak berdiameter > 10 cm memiliki diameter rata-rata sebesar 12,52 cm dan tinggi rata- rata yaitu 10,09 m (Tabel 3). Frekuensi jenis dari Rhizopora sp. dan Avicennia

alba masing-masing 66,67% serta frekuensi jenis Avicennia marina dan Bruguiera sp. 33,33 % yang menunjukkan penyebaran yang tidak merata (Onrizal dan Kusmana, 2004). Indeks Nilai Penting Rhizopora sp. 120,61; Avicennia alba

78,86; Avicennia marina 44,79 dan Bruguiera sp. 55,13 (Lampiran 7). Hal ini menunjukkan tingkat dominansi Rhizopora sp. dan peranannya yang besar dalam ekosistem tambak silvofishery. Sedangkan, pada petak berdiameter < 10 cm memiliki diameter rata-rata 9,32 cm dan tinggi rata-rata 8,76 m. Indeks Nilai Penting Rhizopora sp. 126,93; Avicennia alba 108,25 dan Avicennia marina 64,82. Hal ini menunjukkan tingkat dominansi Rhizopora sp. dan peranannya yang besar dalam ekosistem tambak silvofishery dari jenis lainnya.

Tabel 3. Kondisi Tegakan pada Lokasi Penelitian

No Ekosistem Jumlah Individu per ha Diameter rata-rata (cm) Tinggi rata-rata (m) 1 2

Hutan mangrove alam (D > 10 cm) Hutan mangrove alam (D < 10 cm)

23 13 17,84 + 4,16 9,19 + 0,23 11,20 + 3,15 8,12 + 0,93 3 4

Hutan mangrove tanaman (D > 10 cm) Hutan mangrove tanaman (D < 10 cm)

40 26 12,89 + 1,87 9,43 + 0,25 9,17 + 2,35 8,62 + 1,30 5 6 Tambak silvofishery (D > 10 cm) Tambak silvofishery (D < 10 cm) 13 9 12,52 + 1,65 9,32 + 0,31 10,09 + 1,83 8,76 + 0,84 7 Tambak terbuka - - -

Berdasarkan pengujian One Way Anova didapatkan bahwa perbedaan diameter dan tinggi pada berbagai plot pengamatan. Perbedaan yang didapat cukup tinggi yaitu 0,16 untuk diameter dan 0,05 untuk tinggi (Lampiran 8). Uji Duncan (taraf signifikasi 5%) menunjukkan diameter dan tinggi antar blok-blok pengamatan berbeda nyata. Adanya perbedaan diameter dan tinggi tegakan ini

disebabkan adanya perbedaan karakteristik lahan penanaman pada masing-masing ekosistem.

Hasil perhitungan kerapatan jenis pada ekosistem hutan mangrove alam diperoleh sebesar 2500 pohon/Ha, pada ekosistem hutan mangrove tanaman umur 5 tahun 4799,99 pohon/ Ha dan pada ekosistem tambak silvofishery 1633,33 pohon/Ha. Kerapatan jenis yang tertinggi terdapat pada ekosistem hutan mangrove tanaman yaitu sebesar 4799,99 pohon/Ha, sedangkan kerapatan jenis terendah terdapat pada ekosistem tambak silvofishery sebesar 1633,33 pohon/Ha. Kerapatan jenis yang tertinggi pada hutan mangrove tanaman disebabkan karena adanya pengaturan jarak tanam. Berdasarkan pengamatan dilapangan hutan mangrove tanaman ini relatif baik.

2500 4799,99 1633,33 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

hutan mangrove alam hutan mangrove tanaman umur 5 tahun

tambak silvofishery

Gambar 1. Grafik Kerapatan Jenis Kondisi Substrat Dasar

Pada umumnya substrat dasar ini terdiri dari pasir dan debu, namun yang mendominasi tidaklah sama. Pada ekosistem hutan mangrove alam dan tambak terbuka didominasi oleh debu, sedangkan pada ekosistem hutan mangrove tanaman dan tambak silvofishery didominasi oleh pasir (Tabel 4). Berdasarkan perbandingan tersebut, didapatkan hasil bahwa substrat mangrove di petak-petak

pengamatan adalah berlempung dalam dan lempung berpasir. Tipe substrat ditentukan dengan melihat perbandingan kandungan pasir, debu, dan liat. Menurut Hynes (1972) dalam Fitri (2000), bahwa faktor utama yang sangat mempengaruhi kehidupan, perkembangan dan keanekaragaman zoobentos adalah substrat dasar.

Tabel 4. Karakteristik Substrat Dasar pada Lokasi Penelitian No Ekosistem Tekstur C-Organik Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Kelas

tekstur persen kriteria 1 Hutan mangrove alam 29,2 57,6 13,2 berlempung

dalam 2,24 sedang 2 Hutan mangrove tanaman umur 5 thn 61,2 10,6 28,2 lempung berpasir 2,66 sedang 3 Tambak silvofishery 41,2 30,6 28,2 lempung

berpasir

2,31 sedang 4 Tambak terbuka 32,2 53,6 14,2 berlempung

dalam

2,11 sedang

Kandungan karbon organik di lokasi penelitian termasuk kategori sedang dengan kandungan berkisar 2,11 – 2,66% (Tabel 4). Ditinjau dari jenis tegakan dan jarak tanam, kandungan karbon organik lebih besar terdapat pada jarak tanam yang lebih rapat yaitu ekosistem hutan mangrove tanaman. Pada ekosistem ini terlihat bahwa kandungan pasirnya juga lebih tinggi dibandingkan ekosistem yang lain. Hal ini diduga karena semakin rapat jarak maka semakin banyak dihasilkan sumber bahan organik. Bahan organik tanah merupakan material penyusun tanah yang berasal dari sisa tumbuhan dan binatang, baik yang merupakan jaringan asli maupun yang telah mengalami pelapukan. Sumber utama bahan organik tanah berasal dari daun, ranting, cabang, batang dan akar tumbuhan.

Nilai pH tanah yang terdapat pada plot pengamatan berkisar 6,74 – 7,16. pH tanah yang tertinggi terdapat pada hutan mangrove alam (Tabel 5). Adanya perbedaan nilai pH ini diduga karena adanya perbedaan faktor penyangga serta perbedaan kondisi ekologis. Nilai pH yang terdapat pada masing-masing ekosistem masih berada dalam pH yang mendukung kehidupan dan perkembangan zoobentos karena merupakan kisaran pH netral. Menurut Abdunnur (2002) bahwa kisaran nilai pH dalam batas yang layak bagi kehidupan biota laut berkisar antara 6,5 – 8,5.

Nilai salinitas yang diperoleh berkisar 15 – 22 0/00 (Tabel 5). Pada ekosistem tambak terbuka didapatkan nilai salinitas 15 0/00 sedangkan pada ekosistem hutan mangrove tanaman memiliki nilai salinitas yaitu 21 0/00. Pada ekosistem hutan mangrove alam dan tambak silvofishery menunjukkan nilai salinitas yang sama besar, yaitu sebesar 22 0/00. Adanya perbedaan nilai salinitas ini diduga karena adanya pengaruh pasang surut. Salinitas pada suatu tempat berfluktuasi secara harian akibat pengaruh pasang surut (Odum,1994) dalam Fitri (2000).

Tabel 5. Nilai pH Tanah dan Salinitas Air pada Lokasi Penelitian

No Ekosistem pH Tanah Salinitas Air (%o)

1 Hutan mangrove alam 7,16 22

2 Hutan mangrove tanaman 6,74 21

3 Tambak silvofishery 7,11 22

4 Tambak terbuka 7,01 15

Jenis Makrozoobentos

Berdasarkan hasil identifikasi makrozoobentos dari lokasi penelitian, didapatkan 12 jenis makrozoobentos dari 3 phylum, 6 kelas, 9 ordo dan 12 famili (Tabel 6). Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa makrozoobentos yang didapatkan pada

penelitian ini terdiri dari 3 phylum yaitu Annelida, Arthropoda dan Mollusca. Phylum Annelida terdiri dari 3 kelas yaitu Gephyrea, Oligochaeta dan Polychaeta. Phylum Arthropoda terdiri dari kelas Crustaceae. Phylum Mollusca terdiri dari 2 kelas yaitu Pelecypoda dan Gastropoda. Kelas Gephyrea terdiri dari Echiurus

pallasi, kelas Oligochaeta terdiri dari Phaeritima sp. dan kelas Polychaeta terdiri

Tabel 6. Jenis Makrozoobentos yang Didapatkan pada Setiap Ekosistem Penelitian di Hutan Mangrove Desa Kayu Besar.

Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies Ekosistem

Dokumen terkait