• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang digunakan untuk memenuhi evapotranspirasi tanaman agar tanaman dapat tumbuh normal. Kebutuhan air tanaman teoritis dihitung dengan menggunakan metode Blaney and Criddle yang telah diubah yaitu persamaan (1), (2) dan (3).

Besarnya nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) pada setiap periode pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 1.

Tabel 5. Nilai evapotranspirasi tanaman selada pada setiap periode pertumbuhan Periode Pertumbuhan Kc K Evapotranspirasi

( mm/hari)

Awal 0,5 0,555 1,94

Tengah 0,8 0,888 3,11

Akhir 1,0 1.110 3,89

Gambar 1. Diagram kebutuhan air tanaman teoritis tanaman selada

Dari Lampiran 6 diperoleh suhu rata-rata harian pada bulan Februari dan Maret 2011 selama periode pertumbuhan tanaman yang diukur langsung di lapangan sebesar 27,99oC, sedangkan persentase jam siang hari untuk wilayah

Medan (Polonia 3o27’12”LU) diperoleh dari data sekunder pada bulan Februari sebesar 7,63% dan bulan Maret sebesar 8,48% (Sumber U.S Conversation Service (1970) dalam Asdak, 1995). Data persentase jam siang Lintang Utara dapat dilihat pada Lampiran 4, sedangkan persentasenya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Nilai koefisien tanaman (Kc) untuk tanaman selada sebesar 0,5 untuk periode awal pertumbuhan, 0,8 untuk periode tengah pertumbuhan dan 1,0 untuk periode akhir pertumbuhan (Permatasari, 2001). Sehingga di dapat nilai evapotranspirasi tanaman (kebutuhan air tanaman teoritis) pada bulan Februari dan Maret 2011 sebesar 1,94 mm/hari pada periode awal pertumbuhan, 3,11 mm/hari pada periode tengah pertumbuhan dan 3,89 mm/hari pada periode akhir pertumbuhan. Besarnya nilai evapotranspirasi pada setiap periode pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 5. Sedangkan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pemakaian konsumtif (evapotranspirasi) agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Doorenbos and Pruitt, 1984). Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) terus meningkat selama periode pertumbuhan tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan air tanaman terus meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air tanaman teoritis pada setiap periode pertumbuhan diperlukan untuk mengetahui jumlah air irigasi yang dibutuhkan untuk budidaya tanaman agar tanaman dapat tumbuh lebih baik.

Keseragaman Fertigasi

Keseragaman debit outlet diperoleh dengan menggunakan persamaan (6) Tabel 6. Nilai Keseragaman debit outlet pada setiap periode pertumbuhan

Periode pertumbuhan Keseragaman Debit Outlet(%) Kemiringan 6% Kemiringan 9%

Awal 97 96

Tengah 86,4 86,2

Akhir 85,6 80

Nilai keseragaman debit outlet merupakan nilai yang diperoleh dengan pengukuran debit outlet setiap talang. Besarnya nilai keseragaman debit outlet dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 2.

Gambar 2. Diagram keseragaman debit outlet

Besarnya nilai keseragaman (CU) debit outlet untuk kedua aplikasi sudah lebih besar dari 80%. Sesuai dengan Sapei (2003), hal ini menunjukkan bahwa jaringan irigasi hidroponik NFT mampu memberikan distribusi larutan yang cukup merata untuk masing-masing perlakuan.

Dari Lampiran 8 dapat dilihat debit outlet yang terbesar pada awal pertumbuhan sedangkan debit outlet yang terendah diperoleh pada akhir pertumbuhan tanaman untuk masing-masing kemiringan talang.

Debit larutan nutrisi pada kedua perlakuan tersebut cenderung menurun untuk setiap periode pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan (Untung, 2000) yang menyatakan jika akar tanaman semakin banyak kecepatan aliran nutrisi otomatis semakin berkurang. Pertambahan akar tanaman dalam setiap periode pertumbuhan akan mengakibatkan debit pada saluran outlet yang terukur dalam waktu yang bersamaan akan semakin berkurang dalam setiap periode pertumbuhan tanaman selada tersebut.

Keseragaman Konduktivitas Listrik (EC)

Keseragaman konduktivitas listrik diperoleh dengan menggunakan persamaan (7). Besarnya nilai keseragaman konduktivitas listrik dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai keseragaman konduktivitas listrik pada setiap periode pertumbuhan Periode Pertumbuhan Keseragaman EC (%)

Kemiringan 6 % Kemiringan 9%

Awal 95,34 95,68

Tengah 96,38 97,07

Akhir 95,99 96,83

Besarnya nilai keseragaman (CU) konduktivitas listrik untuk kedua aplikasi sudah lebih besar dari 80%. Sesuai dengan Sapei (2003) hal ini menunjukkan bahwa kedua distribusi konduktivitas larutan nutrisi untuk kedua kemiringan talang terdistribusi secara merata.

Gambar 3. Diagram keseragaman konduktivitas listrik

Nilai EC untuk kemiringan 9% lebih besar dari nilai EC untuk kemiringan 6%. Hal ini disebabkan kemiringan 9% memiliki lapisan larutan yang lebih tipis dibandingkan dengan kemiringan talang 6% sehingga hal ini akan meningkatkan oksigen terlarut dalam larutan.

Data hasil pengukuran nilai konduktivitas listrik setiap periode pertumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 10 untuk kemiringan 6% dan Lampiran 11 untuk kemiringan 9%. Dari lampiran tersebut dapat dilihat nilai konduktivitas listrik semakin meningkat setiap hari dalam satu periode pertumbuhan. Hal ini disebabkan penambahan materi organik dan mikroorganisme di dalam larutan nutrisi dan juga akibat akar yang mati dan melapuk ikut tercuci ke dalam larutan nutrisi, di samping itu masih adanya tanah yang terikut di dalam perakaran dan tercuci ke dalam larutan nutrisi.

Nilai konduktivitas (EC) dipengaruhi oleh tingkat kepekatan dari konsentrasi kation dan anion. Semakin pekat konsentrasi kation dan anion maka semakin tinggi nilai EC larutan. Dan penambahan materi-materi dalam larutan

menambah besarnya padatan yang terlarut di dalam larutan nutrisi tersebut. Sehingga nilai EC larutan nutrisi semakin meningkat dalam setiap periode pertumbuhan tanaman.

Keseragaman pH

Keseragaman derajat keasaman larutan adalah keseragaman dari variasi derajat keasaman (pH) larutan nutrisi pada setiap outlet untuk kedua aplikasi. Besarnya nilai keseragaman (CU) pH untuk kedua aplikasi kemiringan talang sudah lebih besar dari 80%. Sesuai dengan Sapei (2003) hal ini menunjukkan bahwa distribusi derajat keasaman (pH) pada kedua talang terdistribusi secara merata.

Keseragaman pH larutan nutrisi diperoleh dengan menggunakan persamaan (8). Besarnya nilai keseragaman pH larutan nutrisi setiap pertumbuhan dapat disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai keseragaman pH larutan nutrisi pada setiap pertumbuhan Periode Pertumbuhan Keseragaman pH larutan

Kemiringan 6 % Kemiringan 9%

Awal 97,86 97,74

Tengah 98,61 98,52

Akhir 98,34 97,64

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai keseragaman pada kemiringan 6% lebih besar dari kemiringan 9% pada awal dan tengah pertumbuhan. Sedangkan keseragaman terkecil diperoleh pada akhir periode pertumbuhan untuk kedua aplikasi tersebut.

Gambar 4. Diagram keseragaman pH untuk setiap periode pertumbuhan Data hasil pengukuran nilai pH larutan dapat dilihat pada Lampiran 12 untuk kemiringan 6% dan Lampiran 13 untuk kemiringan 9%. Dari data hasil pengukuran nilai pH larutan cenderung berfluktuasi untuk setiap periode pertumbuhan. Pada awal periode pertumbuhan tanaman, tanaman cenderung mengambil anion, dalam larutan nutrisi lebih banyak mengandung kation sehingga larutan bersifat asam. Sedangkan pada periode akhir pertumbuhan tanaman lebih banyak menyerap kation, dalam larutan nutrisi lebih banyak mengandung anion sehingga larutan bersifat basa.

Tingkat Produktivitas Tanaman Selada (Lactuca sativa)

Tingkat produktivitas tanaman selada dapat diukur langsung di lapangan, yaitu dengan cara menimbang tanaman setelah memasuki masa panen. Penimbangan dilakukan pada tiap talang dan pada tiap kemiringan. Tingkat produktivitas tanaman dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 9 . Berat produksi tanaman (gr)

kemiringan ( % ) Berat tanaman (gr) total

T1 T2 T3 T4

Kemiringan 6 208,3 204,1 205,1 205,5 823 Kemiringan 9 217 212,8 219,1 210,3 859,2

Dari hasil penimbangan berat tanaman selada diperoleh berat total tanaman dari kedua kemiringan adalah 823 gr pada kemiringan 6% dan 859,2 gr pada kemiringan 9%. Perbedaan total produksi antara kedua aplikasi kemiringan tersebut disebabkan tingkat kemiringan talang yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Untung (2000) yang menyatakan bahwa semakin curam talang NFT, semakin tinggi produksi tanaman.

Gambar 5. Diagram berat produksi tanaman selada

Produktifitas tanaman dapat diukur dari total produksi tanaman dalam tiap satuan luas tanaman. Perbedaan kemiringan talang yang diaplikasikan dalam budidaya tanaman selada tersebut mengakibatkan perbedaan berat produksi selama pertumbuhan tanaman selada tersebut.

Bila diamati secara visual, bentuk dan ukuran tanaman selada ini tidak dapat disamakan dengan selada yang ada di pasaran yang dibudidayakan di daerah yang kelembabannya relatif tinggi, terutama di dataran tinggi. Karena sesuai dengan pernyataan Pracaya (2002) bahwa tanaman selada dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) dengan suhu udara berkisar antara 15 sampai 200C dan kelembaban yang relatif tinggi. Sedangkan pada penelitian ini, tanaman selada dibudidayakan pada suhu yang relatif tinggi (sekitar 290C), kelembaban rendah dan di dataran rendah.

Bentuk/struktur tanaman yang dihasilkan juga relatif berbeda dengan tanaman selada yang ada di pasaran. Bentuk/struktur tanaman selada dapat dilihat pada Gambar 8. Tanaman yang dihasilkan memiliki struktur yang panjang, namun daun tanaman tidak membentuk krop, batang tanaman panjang namun tidak kokoh dan akar tunggang yang relatif panjang. Berbeda dengan tanaman yang ada di pasar yang strukturnya kecil, daun berkrop, akar serabut dan batang hampir tidak kelihatan (pendek). Hal ini dikarenakan keadaan suhu, kelembaban dan lingkungan budidaya tanaman selada yang berbeda.

Evaluasi faktor kemiringan talang

Evaluasi aplikasi perbedaan kemiringan talang ditentukan dengan membandingkan produksi tanaman antara tiap kemiringana yang ditetapkan.

Berat total dan rata-rata produksi yang dihasilkan tanaman pada kemiringan 9% lebih besar jika dibandingkan dengan berat total dan rata-rata produksi yang dihasilkan pada kemiringan 6%. Berat total produksi tanaman selada untuk kemiringan 9% sebesar 859,2 gr dengan berat rata-rata produksi

sebesar 214,8 gr/talang. Sedangkan berat total produksi untuk kemiringan 6% sebesar 823 gr dengan berat rata-rata produksi sebesar 205,7 gr/talang.

Dokumen terkait