• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, diperoleh hasil persentase kejadian penyakit seperti pada gambar 3 dibawah ini menunjukkan bahwa persentase kejadian penyakit pada setiap lokasi berbeda-beda. Persentase kejadian penyakit tertinggi terdapat pada petani F desa Lumban Binanga yaitu sebesar 93,33% dan persentase kejadian penyakit terendah terdapat pada petani G dan I desa Tombak Pulo-Pulo yaitu sebesar 60,00%.

Persentase kejadian penyakit tertinggi mencapai 93,33%. Hal ini sesuai dengan literatur BB Padi (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang tidak cocok dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam

Desa S

pemeliharaan, pemupukan, dan pengaplikasian fungisida tidak sesuai dosis seperti yang dilakukan petani F desa Lumban Binanga dapat membuat tanaman rentan terhadap penyakit.

Topografi dan ketinggian tempat dapat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit. Pada lokasi dengan tingkat kejadian penyakit tertinggi yaitu pada petani F desa Lumban Binanga 93,33%, kondisi lahan cenderung terbentang luas tanpa adanya penghalang dan angin berhembus sangat kencang yang dapat membawa sumber inoculum. Hal ini didukung Sinar Tani (2011) menyatakan perubahan iklim global berdampak pada sistem budidaya tanaman padi. dampak perubahan iklim adalah peningkatan kejadian iklim ekstrim, perubahan pola hujan, dan pergeseran awal musim. Perubahan itu dapat menyebabkan perubahan pola hidup organisme penganggu tanaman (OPT) yang dapat menyebabkan peledakan OPT.

Pengaruh tanaman disekitar pertanaman padi pada lokasi yang telah disurvei juga dapat mempengaruhi kejadian penyakit (KjP). Pada lokasi dengan kejadian penyakit terendah yaitu pada petani G dan I desa Tombak Pulo-Pulo sebesar 60,00%

disekitar pertanaman padi di tanam tanaman jagung, Nuryanto et al. (2011) menyatakan bahwa dapat menghalangi pergerakan angin yang cukup kencang sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit melalui angin.

Seluruh lokasi menggunakan jenis pengairan irigasi tetapi tingkat kejadian berbeda, persentase kejadian penyakit tertinggi terdapat pada petani F desa Lumban Binanga sebesar 93,33% sedangkan petani G dan I desa Tombak Pulo-Pulo yaitu sebesar 60,00%. BB (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, pemeliharaan tanaman dalam

pemupukan termasuk dapat mempengaruhi produksi. Pada petani G dan I fungisida yang diaplikasikan adalah Mancozeb sesuai dosis, tepat waktu dan tepat sasaran serta terdapat tanaman penghalang didesa Tombak Pulo-Pulo.

Pycularia oryzae Cav. dapat menginfeksi tanaman padi pada berbagai stadia pertumbuhan stadia pertumbuhan dari benih sampai fase pertumbuhan malai (generatif). Pada tanaman stadium vegetatif patogen menginfeksi bagian daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai (neck blast). Infeksi patogen dapat terjadi pada bagian buku tanaman padi yang menyebabkan batang patah dan kematian yang menyeluruh pada batang atas dari buku yang terinfeksi Pycularia oryzae cav. (Ou 1985, Santoso dan Anggiani 2008).

Kerugian hasil akibat penyakit blas sangat bervariasi tergantung kepada varietas yang ditanam, lokasi, musim, dan teknik budidaya. Pada stadium vegetatif penyakit blas dapat menyebabkan tanaman mati dan pada stadium generatif dapat menyebabkan kegagalan panen hingga 100% (Sobrizal et al. 2007).

Keparahan Penyakit

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara diperoleh persentase keparahan penyakit (KP), seperti pada gambar 4 dibawah ini menunjukkan bahwa persentase keparahan penyakit pada setiap lokasi berbeda-beda. Persentase keparahan penyakit tertinggi terdapat pada petani F desa Lumban Binanga yaitu sebesar 46,67% dan persentase keparahan penyakit terendah terdapat di pada petani I desa Tombak Pulo-Pulo yaitu sebesar 14,33%.

S = Sianjur

LB = Lumban binanga TPP = Tombak pulo-pulo

Gambar 4. Grafik persentase keparahan penyakit blas (Pycularia oryzae cav.) pada tanaman padi (%).

Seluruh lokasi menggunakan jarak tanam yang beragam sehingga tingkat keparahan berbeda beda dengan petani F desa Lumban Binanga persentase keparahan penyakit tertinggi sebesar 46,67% sedangkan petani I desa Tombak Pulo-Pulo yaitu sebesar 14,33%. Menurut Warjido et al.,(1990) penggunaaan jarak tanam pada dasarnya memberikan tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa mengalami banyak persaingan dalam hal mengambil air, unsur-unsur hara, dan cahaya matahari. Jarak tanam yang digunakan oleh petani F adalah jarak tanam 18x18 cm sedangkan jarak tanam yang digunakan oleh petani I adalah 25x25cm. Jarak tanam yang tepat penting dalam pemanfaatan cahaya matahari secara optimal untuk proses fotosintesis serta tanaman akan memperoleh ruang tumbuh yang seimbang.

36.00%

Faktor penyebaran penyakit berkaitan dengan kebiasaan para petani diokasi tempat penelitian yang menjadikan jerami sisa panen sebagai pembuatan bedengan pada petakan sawah. Menurut Santoso dan Anggiani (2008) tumpukan jerami sisa panen banyak membentuk Pycularia oryzae dan mampu bertahan dalam sisa jerami dan gabah sakit.

Jarak tanam yang digunakan dalam penelitian ini berbeda-beda. Menurut Sohel, et al (2009) jarak tanam yang optimum akan memberikan pertumbuhan bagian atas tanaman yang baik sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak cahaya matahari dan pertumbuhan bagian akar yang juga baik.

Penyebaran spora blas dapat terjadi melalui angin, benih, sisa gabah, jerami tanaman sakit, sisa tanaman padi di lapangan, dan tanaman inang lainnya Menurut Santoso dan Nasution (2008) pada daerah tropik, sumber inokulum selalu ada sepanjang tahun, karena adanya spora di udara dan tanaman inang selain padi.

Data Produksi Padi

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara diperoleh data produksi, seperti pada gambar 5 dibawah ini menunjukkan bahwa data tertinggi terdapat pada petani I desa Tombak Pulo-Pulo yaitu sebesar 5,95 ton/ha sedangkan data terendah terdapat pada petani C desa Sianjur yaitu sebesar 4,56 ton/ha. BB Padi (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi produksi, pemeliharaan tanaman pada pemupukan tergantung pada kerentanan varietas.

S = Sianjur

LB = Lumban binanga TPP = Tombak pulo-pulo

Gambar 5. Grafik data produksi tanaman padi pada beberapa varietas (ton/ha).

Penelitian ini dilakukan pada musim penghujan maka hasil yang didapatkan memberi gambaran yang jelas bahwa perkembangan penyakit sangat tergantung pada cuaca. Menurut Dobermann et. al (2003) tanaman akan memberikan pertumbuhan dan hasil maksimal apabila tanaman memiliki sifat genetik yang baik dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang menguntungkan. Pada petani I desa Tombak Pulo-Pulo curah hujan tinggi, maka kelembapan tinggi tetapi pemeliharaan tanaman cukup baik serta terdapat tanaman penghalang.

Pengamatan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, seperti pada tabel 2 dibawah ini diperoleh jumlah rumpun tertinggi terdapat pada petani B desa Sianjur dengan jumah 144, sedangkan pada jumlah rumpun terendah terdapat pada petani C desa

5.28 5.00 4.56 4.77 5.20 4.77

5.87 5.39 5.95

Sianjur101,33. BB Padi (2010) menyatakan varietas Ciherang memiliki daya tumbuh yg baik, produksi yg tinggi, padi Ciherang dikenal tahan terhadap hama dan penyakit.

Tabel 2. Jumlah rumpun padi per ubin

No Jumlah Rumpun Padi per ubin

Lokasi Varietas Rataan

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 142,67

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 134,67 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 120,00 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 126,00

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, seperti pada tabel 3 dibawah ini diperoleh jumlah rumpun sehat tertinggi terdapat pada Petani B desa Sianjur dengan jumlah 132,67 sedangkan pada jumlah rumpun sehat terendah terdapat pada petani C desa Sianjur 85,67. Margana (2012) menyatakan Ciherang memiliki bentuk tanaman yang tegak dengan tinggi 107 - 115 cm serta anakan produktif antara 14 -17 batang.

Tabel 3. Jumlah rumpun sehat per ubin

No Jumlah Rumpun Sehat per ubin

Lokasi Varietas Rataan

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 129,00 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 112,67 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 119,67

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa jumlah rumpun sakit tertinggi terdapat pada petani F desa Lumban Binanga 16,67 sedangkan jumlah rumpun sakit terendah terdapat pada petani G desa Tombak Pulo-Pulo yaitu 5,67 (Tabel 4). Menurut BB Padi (2010) faktor lingkungan, pemeliharaan yang tidak cocok dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pada petani F desa Lumban Binanga melakukan pengaplikasian fungisida Mancozeb tidak sesuai dosis yang dianjurkan karena dapat membuat tanaman rentan terhadap penyakit.

Tabel 4. Jumlah rumpun sakit per ubin

No Jumlah Rumpun Sakit per ubin

Lokasi Varietas Rataan

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 11,33

2 Petani B Desa Sianjur Ciherang 11,33

3 Petani C Desa Sianjur Inpari 32 15,67

4 Petani D Desa Lumban Binanga Inpari 32 9,67

5 Petani E Desa Lumban Binanga Ciherang 10,33

6 Petani F Desa Lumban Binanga Inpari 32 16,67

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 5,67 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 7,33 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 6,33 Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa berat bulir dari 5 malai sehat per ubin tertinggi terdapat pada petani D desa Lumban Binanga sebanyak 26,67 gr, sedangkan berat bulir terendah terdapat pada Petani C 20,67 gr (Tabel 5).

Menurut BB Padi (2010) pemeliharaan tanaman dapat mempengaruhi produksi seperti yang dilakukan petani D desa Lumban Binanga dalam pengaplikasian pupuk secara merata dan pengisian nutrisi ke bulir tidak terhambat.

Tabel 5. Berat bulir dari 5 malai sehat per ubin

No Berat bulir dari 5 malai sehat per ubin

Perlakuan Varietas Rataan (gr)

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 25,33

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 25,33 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 23,67 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 23,67

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa berat bulir dari 5 malai sakit per ubin tertinggi terdapat pada petani G desa Tombak Pulo-Pulo dengan 25 gr, sedangkan terendah terdapat pada petani B desa Sianjur sebanyak 16,67 gr (Tabel 6). Hal ini didukung Lestari (2012) menyatakan bahwa faktor pemeliharaan dan pemupukan dapat mempengaruhi produksi padi seperti pada petani B desa Sianjur pengaplikasian yang dilakukan adalah pemberian insektisida berbahan aktif deltametrin yang tidak tepat sasaran.

Tabel 6. Berat bulir dari 5 malai sakit per ubin

No Berat bulir dari 5 malai sakit per ubin

Perlakuan Varietas Rataan (gr)

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 21,00

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 25,00 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 23,67 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 21,33

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa jumlah bulir berisi dari 5 malai sehat per ubin tertinggi terdapat pada petani D desa Lumban Binanga 860,33 butir, sedangkan terendah terdapat pada petani C desa Sianjur sebanyak 483,33 butir (Tabel 7). Mukelar dan Kardin (1991) menyatakan faktor pemeliharaan tanaman dapat mempengaruhi produksi serta tergantung pada kerentanan varietas, seperti pada petani D melakukan pemupukan secara merata sehingga tidak ada persaingan dalam pengambilan nutrisi atau unsur hara.

Tabel 7. Jumlah bulir berisi dari 5 malai sehat per ubin

No Jumlah bulir berisi dari 5 malai sehat per ubin

Lokasi Varietas Rataan

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 793,33

2 Petani B Desa Sianjur Ciherang 771,67

3 Petani C Desa Sianjur Inpari 32 483,33

4 Petani D Desa Lumban Binanga Inpari 32 860,33

5 Petani E Desa Lumban Binanga Ciherang 651,00

6 Petani F Desa Lumban Binanga Inpari 32 666,00

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 714,33 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 614,67 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 663,00

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa jumlah bulir kosong dari 5 malai sehat per ubin tertinggi terdapat pada petani C desa Sianjur 406 butir, sedangkan terendah terdapat pada petani H desa Tombak Pulo-Pulo sebanyak 166 butir (Tabel 8). Menurut Rodrigues et al.,(2003) adanya bulir hampa dikarenakan proses pengisian gabah yang tidak optimal. menurunnya bobot dan kualitas bulir padi, seperti pada petani C dalam pengaplikasian fungisida Mancozeb yang tidak sesuai dosis dapat mengakibatkan kerentanan penyakit serta peledakan OPT.

Tabel 8. Jumlah bulir kosong dari 5 malai sehat per ubin

No Jumlah bullir/ biji kosong dari 5 malai sehat per ubin

Lokasi Varietas Rataan

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 213,33

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 256,00 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 166,00 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 215,67

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa jumlah bulir berisi dari 5 malai sakit per ubin tertinggi terdapat pada petani F desa Lumban Binanga sebanyak 693,33 butir, sedangkan terendah terdapat pada petani B desa Sianjur sebanyak 421,67 butir (Tabel 9). Gil dan Bonman (1988) menyatakan bahwa pemberian pupuk yang merata serta pemberian fungisida yang tepat yang sesuai dosis mempengaruhi jumlah bulir, seperti pada petani B melakukan pengaplikasian yang tidak tepat dengan pemberian insektisida berbahan aktif deltametrin.

Tabel 9.Jumlah bulir berisi 5 malai sakit per ubin

No Jumlah bulir berisi 5 malai sakit per ubin

Lokasi Varietas Rataan

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 657,33

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 680,33 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 616,33 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 589,00

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa jumlah bulir kosong dari 5 malai sakit per ubin tertinggi terdapat pada petani C desa Sianjur sebanyak 487,33 butir, sedangkan terendah terdapat pada petani H desa Tombak Pulo-Pulo 216,67 butir (Tabel 10). Menurut Yulianto et al (2014) pada stadia generatif, terutama saat pengisian biji, sering ditemukan gejala penyakit blas pada leher malai. pemeliharaan tanaman seperti pengaplikasian pupuk dan pengaplikasian fungisida Mancozeb pada petani C tidak tepat sesuai dosis, serta kondisi lingkungan yang mendukung dapat mengakibatkan peledakan OPT.

Tabel 10.Jumlah bulir kosong 5 malai sakit per ubin

No Jumlah bulir kosong 5 malai sakit per ubin

Lokasi Varietas Rataan

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 345,67

2 Petani B Desa Sianjur Ciherang 277,00

3 Petani C Desa Sianjur Inpari 32 487,33

4 Petani D Desa Lumban Binanga Inpari 32 279,00

5 Petani E Desa Lumban Binanga Ciherang 307,67

6 Petani F Desa Lumban Binanga Inpari 32 299,33

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 255,67 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 216,67 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 317,33

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa berat bulir berisi dari 5 malai sehat per ubin tertinggi terdapat pada Petani A, D, G dengan 23 gr, sedangkan terendah terdapat pada petani C 15 gr (Tabell 11). BB Padi (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, pemeliharaan tanaman dalam pemupukan termasuk mempengaruhi

produksi, seperti pada petani A, D, G dalam pengaplikasian pupuk secara merata sehingga tidak ada persaingan dalam pengambilan unsur hara.

Tabel 11. Berat bulir berisi dari 5 malai sehat per ubin

No Berat bulir berisi dari 5 malai sehat per ubin

Lokasi Varietas Rataan (gr)

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 23,00

2 Petani B Desa Sianjur Ciherang 20,33

3 Petani C Desa Sianjur Inpari 32 15,00

4 Petani D Desa Lumban Binanga Inpari 32 23,00

5 Petani E Desa Lumban Binanga Ciherang 19,67

6 Petani F Desa Lumban Binanga Inpari 32 20,00

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo Inpari sidenuk 23,00 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 20,67 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 21,33

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa berat bulir kosong pada malai sehat per ubin tertinggi terdapat pada petani C desa Sianjur 5,67 gr, sedangkan terendah terdapat pada petani A dan G dengan 2,33 gr (Tabel 12).

Herawati (2012) menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi berat bulir padi seperti Suhu sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa.

Tabel 12.Berat bulir kosong dari 5 malai sehat per ubin

No Berat bulir Kosong dari 5 malai sehat per ubin

Lokasi Varietas Rataan (gr)

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo inpari sidenuk 2,33 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 3,00 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 2,67 Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa berat bulir berisi dari 5 malai sakit per ubin tertinggi terdapat pada petani G desa Tombak Pulo-Pulo dengan 21,67gr sedangkan terendah terdapat pada petani B desa sianjur dengan 13,33 gr (Tabel 13). Menurut Dobermann et. al (2003) tanaman akan memberikan pertumbuhan dan hasil maksimal, apabila tanaman memiliki sifat genetik yang baik dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang menguntungkan, seperti pada petani G terdapat tanaman penghalang yang dapat menghambat penyebaran spora melalui angin.

Tabel 13. Berat bulir Berisi dari 5 malai sakit per ubin

No Berat bulir berisi dari 5 malai sakit per ubin

Lokasi Varietas Rataan (gr)

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 17,33

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo inpari sidenuk 21,67 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 21,00 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 18,00

Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan di 3 tiga lokasi Kecamatan Marimbun Pematang Siantar Sumatera Utara, menunjukkan bahwa berat bulir kosong dari 5 malai sakit per ubin tertinggi terdapat pada petani C desa Sianjur dengan 6 gr, sedangkan terendah terdapat pada petani H desa Tombak Pulo-Pulo dengan 2,67 gr (Tabel 14). Hal ini sesuai dengan literatur Nasution dan Usyati (2015) yang menyatakan bahwa penyakit blas leher malai pada varietas rentan dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai 100%. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, varietas padi yang terinfeksi parah dengan tingkat intensitas yang tinggi, baik oleh penyakit blas daun maupun blas leher malai, dapat menyebabkan tanaman puso.

Tabel 14. Berat bulir kosong dari 5 malai sakit per ubin

No Berat bulir kosong dari 5 malai sakit per ubin

Lokasi Varietas Rataan (gr)

1 Petani A Desa Sianjur Ciherang 3,67

2 Petani B Desa Sianjur Ciherang 3,33

3 Petani C Desa Sianjur Inpari 32 6,00

4 Petani D Desa Lumban Binanga Inpari 32 3,00

5 Petani E Desa Lumban Binanga Ciherang 5,00

6 Petani F Desa Lumban Binanga Inpari 32 3,67

7 Petani G Desa Tombak Pulo-Pulo inpari sidenuk 3,33 8 Petani H Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 2,67 9 Petani I Desa Tombak Pulo-Pulo Lokal (Sibedok) 3,33

Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan diketahui bahwa. varietas yang digunakan oleh petani A adalah varietas ciherang dengan luas lahan 8 rante, data produksi 5,28 ton/ha dan jumlah rumpun padi per ubin 142,67 dengan keparahan penyakit 36%, pemeliharaan yang dilakukan adalah pengaplikasian pupuk Urea, Za, Phonska. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pengaplikasian insektisida dengan bahan aktif deltametrin, fipronil dan sulfoksaflor untuk mengendalikan serangga. Menurut Tarkus Suganda et al, (2016). Ciherang terbukti merupakan salah satu varietas padi yang termasuk dalam kategori varietas yang rentan terhadap penyakit blas. Nasution dan Usyati (2015) juga menyatakan bahwa penyakit blas leher malai pada varietas rentan dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai 100%

serta didukung dengan pengendalian yang tidak tepat sasaran.

Varietas yang digunakan oleh petani B adalah varietas ciherang dengan luas lahan 8 rante, data produksi 5,00 ton/ha dan jumlah rumpun padi per ubin 144,00 dengan keparahan penyakit 32%, pemeliharaan yang dilakukan adalah pengaplikasian pupuk Urea, Phonska. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pengaplikasian insektisida dengan bahan aktif deltametrin untuk mengendalikan serangga. Hal ini sesuai dengan literatur Koizumi (2009). Pycularia oryzae Cav. mempunyai keragaman genetik yang tinggi dan sifat perkembangan seluler dan morfologi yang sangat adaptif pada tanaman padi yang diinfeksi.Utami et al (2006) juga menyatakan bahwa sifat-sifat tersebut menyebabkan ras-ras cendawan dapat berubah sifat virulensinya dalam waktu singkat, bergantung pada pemeliharaan dan pengaruh lingkungan.

No Lokasi Varietas Kejadian

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan diketahui bahwa varietas yang digunakan oleh petani C adalah varietas inpari 32 dengan luas lahan 5 rante, data produksi 4,56 ton/ ha dan jumlah rumpun padi per ubin 101,33 dengan keparahan penyakit 44,67%. Pemeliharaan yang dilakukan adalah pengaplikasian pupuk Urea, Phonska, mutiara. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pengaplikasian insektisida dengan bahan aktif deltametrin, fipronil dan sulfoksaflor untuk mengendalikan serangga, serta pemberian fungisida berbahan aktif mancozeb yang tidak sesuai dosis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Utami et al (2006).

Pengendalian penyakit blas padi menggunakan varietas tahan terbilang efektif.

Namun, varietas tahan hanya efektif dalam jangka pendek karena munculnya ras Pycularia. oryzae Cav. baru. Kang dan Lee (2000) juga menyatakan munculnya ras baru Pycuaria oryzae Cav. sebagai akibat perubahan genetik secara alami yang terjadi karena adanya berbagai faktor pemeliharaan dan tekanan lingkungan.

Varietas yang digunakan oleh petani D adalah varietas inpari 32 dengan luas lahan 8 rante, data produksi 4,77 ton/ha dan jumlah rumpun padi 115,33 dengan keparahan penyakit 35,57%. Pemeliharaan yang dilakukan adalah pengaplikasian pupuk Za, Urea, SP36. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pengaplikasian insektisida dengan bahan aktif deltametrin untuk mengendalikan serangga. Hal ini sesuai dengan literatur Santoso et al., (2007) yang menyatakan bahwa jamur Pycuralia oryzae Cav. memiliki keragaman genetik yang tinggi karena memiliki kemampuan perkawinan silang antar-haploid hifa yang berlainan genetiknya dan tingkat mutasi yang tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya segregasi dan rekombinasi antar ras yang berbeda kemudian menghasilkan ras baru. Utami et al.

(2006) juga menyatakan bahwa ras-ras patogen blas dapat berubah sifat virulensinya dalam waktu singkat, bergantung pada pemeliharaan dan pengaruh lingkungan.

Varietas yang digunakan oleh petani E adalah varietas ciherang dengan luas lahan 9 rante, data produksi 5,20 ton/ha dan jumlah rumpun padi 132,33 dengan keparahan penyakit 31,33%. Pemeliharaan yang dilakukan adalah pemberian pupuk Urea, Phonska. Pengendalian dengan pengaplikasian insektisida dengan bahan aktif deltametrin untuk mengendalikan serangga. Hal ini sesuai dengan literatur Fukuta et

Varietas yang digunakan oleh petani E adalah varietas ciherang dengan luas lahan 9 rante, data produksi 5,20 ton/ha dan jumlah rumpun padi 132,33 dengan keparahan penyakit 31,33%. Pemeliharaan yang dilakukan adalah pemberian pupuk Urea, Phonska. Pengendalian dengan pengaplikasian insektisida dengan bahan aktif deltametrin untuk mengendalikan serangga. Hal ini sesuai dengan literatur Fukuta et

Dokumen terkait