• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buah manggis yang disimpan baik pada suhu ruang maupun suhu dingin akan mengalami peningkatan kekerasan kulit buah (Ahmad et al.

2011). Peningkatan kekerasan kulit buah merupakan salah satu ciri menurunnya kualitas buah manggis sehingga dapat dijadikan indikator kerusakan pada buah manggis, dimana kekerasan kulit buah dapat dilihat dari kekuatan tekan untuk membuka buahnya. Semakin keras buah, maka kualitas buah manggis akan semakin rendah.

Hasil penelitian menunjukkan untuk semua perlakuan mengindikasikan peningkatan kekuatan tekan kulit buah seperti yang terlihat pada Gambar 16. Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan penelitian Ahmad et al. (2011), dimana kekerasan kulit buah menurun di awal penyimpanan dan kemudian terus meningkat hingga akhir penyimpanan. Pada Gambar 16 terlihat kekuatan tekan kulit buah menurun hingga hari ke-12, kemudian meningkat hingga akhir penyimpanan. Peningkatan kekuatan tekan kulit tertinggi terjadi pada buah manggis

semi-cutting dengan perlakuan pelilinan 6% dengan metode pencelupan yaitu sebesar 1.085 kN, sedangkan peningkatan kekuatan tekan kulit buah terendah terjadi pada buah manggis semi-cutting dengan perlakuan pelilinan 12% dengan metode penyapuan yaitu sebesar 0.426 kN. Kekuatan tekan kulit buah manggis semi-cutting terus meningkat hingga hari ke-33, kemudian meningkat secara fluktuatif hingga hari ke-60. Peningkatan kekuatan tekan kulit buah manggis semi-cutting yang fluktuatif tersebut disebabkan buah mulai membusuk. Pembusukan pada buah ditandai dengan adanya jamur pada kulit buah, adanya jamur tersebut mengakibatkan kulit buah menjadi lembab.

16

Gambar 16 Kekuatan teka penyimpanan Pada Gambar 16 di untuk buah manggis yang t Munanda (2012). Apabila (2012), buah manggis de kekuatan tekan kulitnya re

semi-cutting. Hal ini mem permukaan kulit buah mangg membuka buah. Pada awal namun kekuatan tekan kul penyimpanan yang disebabka Buah manggis semi-cutting

dengan metode pencelupa tekan yang tinggi, sedangka metode penyapuan menunj yang relatif rendah.

Hasil analisis raga menunjukkan bahwa kons nyata (p≤0.05) terhadap ke 6% berbeda dengan 9% tet rata-rata kekuatan tekan ya

semi-cutting yang dilapisi terlihat berbeda nyata pada manggis semi-cutting yang kecil daripada rata-rata mekua metode pencelupan. Hal konsentrasi berbedadan m tekan kulit buah manggis.

R² = 0.886 R² = 0.783 R² = 0.760 R² = 0.902 R² = 0.563 R² = 0.519 R² = 0.887 R² = 0.825 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 0 6 12 18 K e k e at an t e k an ( k N ) Pencelupan, 6% Pencelu Penyapuan, 9% Penyapu

tekan kulit buah manggis semi-cutting sel an

dicantumkan pula hasil kekuatan tekan kulit bua g tidak dilakukan semi-cutting dari hasil peneli la dibandingkan dengan hasil penelitian Muna dengan perlakuan semi-cutting menunjukka relatif lebih rendah daripada buah manggis ta

embuktikan bahwa perlakuan semi-cutting

anggis sangat berpengaruh pada gaya tekan unt al penyimpanan, buah manggis tidak terlalu ke

kulit buah semakin meningkat seiring lama babkan oleh hilangnya kemampuan mengikat

utting dengan perlakuan konsentrasi pelilinan pan relatif menunjukkan peningkatan Kekua gkan perlakuan konsentrasi pelilinan 12% deng unjukkan peningkatan kekuatan tekan kulit bua

gam dan uji lanjut Duncan pada Lampira nsentrasi pelilinan yang digunakan berpenga

ekuatan tekan pada hari ke-41. Konsentrasi tetapi konsentrasi 9% sama dengan 12%, dim

yang paling rendah terdapat pada buah man si lilin dengan konsentrasi 6%. Metode pelil da hari ke-48 dimana rata-rata kekuatan tekan bu

g dilapisi lilin dengan metode penyapuan l ekuatan tekan buah manggis semi-cutting den al ini berarti pemberian lapisan lilin denga

metode yang berbeda mempengaruhi kekua

18 24 30 36 42 48 54

Lama Penyimpanan (Hari)

celupan, 9% Pencelupan, 12% Penyapuan, 6%

yapuan, 12% Tanpa SC, 6% Tanpa SC, 10%

selama it buah nelitian unanda nunjukkan tanpa pada n untuk u keras, manya at air. nan 6% kuatan dengan t buah piran 2 ngaruh si lilin dimana anggis lilinan n buah lebih dengan dengan kuatan 60 , 6% 0%

Peningka untuk membuka penurunan kada diketahui bahw penurunan selam adanya air yang

semi-cutting pada Kadar a perlakuan selam Pada akhir peny manggis semi-cut menggunakan kua sedangkan kada semi-cutting de konsentrasi lilin 12% Jika diba penurunan kada daripada kulit membuktikan ba mengakibatkan manggis yang ti Gambar 17 Kada Penuruna sehingga buah s permukaan kuli dengan adanya R² = R² = R² = R² = 49 51 53 55 57 59 61 63 65 67 0 K ad ar A ir K u li t (% ) Pencelupan, 6 Penyapuan, 9

Kadar Air Kulit Buah

ngkatan kekerasan kulit buah yang dilihat dari buka buah manggis semi-cutting sebagian besa kadar air kulit buah. Dari penelitian yang t

hwa kadar air kulit buah manggis semi-cutt

lama penyimpanan, penurunan kadar air kulit bua ng menguap dari permukaan kulit buah, terlebi pada permukaan kulitnya.

air kulit buah manggis semi-cutting menurun ama penyimpanan dingin seperti yang terlihat pa

nyimpanan, kadar air kulit yang paling rendah

cutting dengan perlakuan metode pelilinan den n kuas dengan konsentrasi lilin 6% yaitu s

dar air kulit buah yang paling tinggi yaitu pad dengan metode penyapuan menggunakan lin 12% yaitu sebesar 61.21%.

dibandingkan dengan hasil penelitian Muna adar air kulit buah manggis tanpa semi-cutting

kulit buah manggis dengan perlakuan semi-c

n bahwa adanya semi-cutting pada permukaan kan kehilangan air yang lebih banyak daripa

tidak dilakukan semi-cutting.

adar air kulit buah manggis selama semi-cutting

unan kadar air menyebabkan pengerasan pa h sulit dibuka yang disebabkan oleh dehidrasi kulit atau terjadi kerusakan jaringan kulit bua

ya semi-cutting pada permukaan kulit dapat m R² = 0.598 R² = 0.57 R² = 0.462 R² = 0.658 R² = 0.563 R² = 0.317 R² = 0.267 R² = 0.530 10 20 30 40

Lama Penyimpanan (Hari)

an, 6% Pencelupan, 9% Pencelupan, 12% Pe

n, 9% Penyapuan, 12% Tanpa SC, 6% Ta

17

dari kekuatan tekan sar terjadi karena g telah dilakukan

utting mengalami it buah disebabkan lebih pada goresan nurun untuk setiap t pada Gambar 17. ndah yaitu pada buah engan penyapuan u sebesar 49.55%, pada buah manggis kan kuas dengan Munanda (2012),

utting lebih rendah

cutting, hal ini ukaan buah manggis ripada pada buah

utting penyimpanan n pada kulit buah

asi yang tinggi di buah, akan tetapi mengurangi gaya

50 60

Penyapuan, 6% Tanpa SC, 10%

18

tekan yang dibutuhkan untuk membuka buah dan hasil bukaannya buah lebih bagus seperti yang terlihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Hasil bukaan buah manggis dengan semi-cutting

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa metode pelilinan yang digunakan tidak berpengaruh nyata (p≥0.05) terhadap kadar air kulit buah, sedangkan konsentrasi lilin yang digunakan berpengaruh nyata (p≤0.05) terhadap kadar air kulit buah pada hari ke-28, 37, dan 41. Berdasarkan uji lanjut Duncan pada Lampiran 3 pada hari ke-28 pelilinan dengan konsentrasi lilin 9% berbeda nyata dengan konsentrasi dan 12%, dimana buah manggis semi-cutting yang dilapisi lilin dengan konsentrasi 12% mempunyai rata-rata kadar air yang lebih tinggi daripada buah manggis

semi-cutting dengan konsentrasi lilin 9%. Pada hari ke-37 pelilinan dengan konsentrasi 12% berbeda nyata dengan konsentrasi 6% dan 9%, dimana rata-rata kadar air tertinggi yaitu buah manggis semi-cutting dengan pelilinan konsentrsi 12%. Pada hari ke-41 pelilinan 6% berbeda nyata dengan 9% dan 12%, dimana buah manggis semi-cutting dengan konsentrasi 12% memiliki kadar air kulit tertinggi. Interaksi antar perlakuan terlihat berbeda nyata pada hari ke-37 (Lampiran 3), dimana penyapuan 6% berbeda nyata dengan penyapuan 12% dengan rata-rata kadar air tertinggi yaitu pada buah manggis semi-cutting dengan perlakuan penyapuan 12%.

Susut Bobot

Hilangnya air pada daging buah dan kulit buah manggis sangat berpengaruh terhadap susut bobot buah. Susut bobot merupakan salah satu parameter yang menunjukkan penurunan kualitas buah. Selain karena kehilangan air, susut bobot juga terjadi karena buah manggis berespirasi dengan merombak glukosa menjadi CO2 dan H2O. Menurut Wills et al. (1981), pada proses respirasi senyawa-senyawa kompleks yang biasa terdapat dalam sel seperti karbohidrat akan dipecah menjadi molekul-molekul yang sederhana seperti karbondioksida dan uap air yang mudah menguap, sehingga komoditas akan kehilangan bobotnya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan susut bobot pada setiap perlakuan selama penyimpanan seperti yang terlihat pada Gambar 19, peningkatan susut bobot tersebut berbeda-beda untuk setiap perlakuan. Pada Gambar 19 dicantumkan pula hasil susut bobot untuk buah manggis yang tidak dilakukan semi-cutting dari hasil

penelitian Muna semi-cutting hi sedangkan pada antara 1.45-14.39% cutting dengan yaitu sebesar 19.56% manggis semi-menggunakan ku susut bobot bua susut bobot bua buah yang terluka lebih cepat hilan

Gambar 19 Sus Pada akhi dilakukan denga yang lebih be penyebabnya y mengalami kerus terlalu tebal me dan O2. Hal ini lebih cepat terj karena pori-pori salah satu upay ketebalan lapis Pelilinan yang penguapan air da kurang efektif. J bau dan rasa ya buahan terlalu b 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 0 6 P e rs e n tas e S u su t B o b o t (% ) Pencelupan, 6 Penyapuan, 9%

unanda (2012). Susut bobot yang terjadi pada hingga akhir penyimpanan berkisar antara da buah manggis tanpa semi-cutting terjadi pe 14.39%. Susut bobot terendah terjadi pada buah

an pelilinan 9% yang dilakukan dengan metode 19.56%, sedangkan susut bobot tertinggi ter

-cutting dengan pelilinan 6% dengan met n kuas yaitu sebesar 27.29%. Dari gambar 19 buah manggis yang dilakukan semi-cutting lebih

buah manggis tanpa semi-cutting. Hal ini mem rluka akibat goresan lebih cepat kehilangan bobot lang melalui proses respirasi dan transpirasi.

Susut bobot buah manggis semi-cutting selama akhir penyimpanan pelilinan dengan konsent ngan metode pencelupan mengalami peningka besar dibandingkan dengan konsentrasi 9% yaitu buah manggis semi-cutting pada kons kerusakan, buah berespirasi anaerob karena la

menutupi stomata buah sehingga menghambat ini sesuai dengan pendapat Samad (2006) bahw erjadi akibat fermentasi dari proses anaerobik pori yang tertutup lapisan lilin. Perlakuan pelili upaya untuk menekan laju penyusutan buah m

pisan lilin perlu diperhatikan untuk keberha g terlalu tipis tidak berpengaruh nyata pad ir dan usaha dalam menghambatkan respirasi

f. Jika lapisan lilin terlalu tebal dapat menyebabka yang menyimpang akibat udara di dalam say u banyak mengandung CO2 dan sedikit O2 (Park 1994)

R² = 0.996 R² = 0.994 R² = 0.998 R² = 0.989 R² = 0.991 R² = 0.991 R² = 0.998 R² = 0.998 12 18 24 30 36 42 48

Lama Penyimpanan (Hari)

n, 6% Pencelupan, 9% Pencelupan, 12% Pe

n, 9% Penyapuan, 12% Tanpa SC, 6% Ta

19 pada buah manggis

ra 19.56-27.29%, di penurunan bobot ah manggis

semi-etode pencelupan terjadi pada buah etode penyapuan 19 terlihat bahwa bih besar daripada mbuktikan bahwa bobot karena air

ma penyimpanan entrasi 12% yang

katan susut bobot 9%. Salah satu konsentrasi 12% lapisan lilin yang at pertukaran CO2 bahwa pembusukan obik dalam produk lilinan merupakan h manggis, namun rhasilan pelilinan. pada pengurangan asi dan transpirasi babkan kerusakan, sayuran dan

buah-ark 1994).

48 54 60

Penyapuan, 6% Tanpa SC, 10%

20

Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa metode pelilinan dan konsentrasi lilin yang digunakan berpengaruh nyata (p≤0.05) terhadap susut bobot pada hari ke-6. Dimana metode pencelupan menunjukkan perbedaan terhadap metode penyapuan, dan konsentrasi pelilinan 6% berdeda nyata dengan konsentrasi pelilinan 12% dengan rata-rata susut bobot terendah yaitu pada konsentrasi pelilinan 12%. Hal ini berarti bahwa pemberian lapisan lilin dengan berbagai konsentrasi dan metode pelilinan yang berbeda berpengaruh terhadap kehilangan bobot pada buah manggis semi-cutting selama penyimpanan dingin pada hari ke-6. Demikian pula hasil analisis ragam untuk interaksi antara metode dengan konsentrasi lilin, pada hari ke-6 interaksi berpengaruh nyata terhadap susut bobot. Pada penyimpanan hari ke-12 dan seterusnya hingga akhir penyimpanan, hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan metode dan konsentrasi pelilinan tidak menunjukkan pengaruh terhadap kehilangan bobot pada buah manggis semi-cutting.

Dari Gambar 19 terlihat metode penyapuan menggunakan kuas mengalami kehilangan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pencelupan untuk semua konsentrasi lilin. Begitu juga dengan konsentrasi lilin yang digunakan, pada Gambar 19 terlihat bahwa pelilinan 6% mengalami penurunan bobot yang paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 9% dan 12%. Dari penelitian dan pengujian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa perlakuan pelapisan lilin dengan konsentrasi 9% yang diaplikasikan dengan pencelupan mampu menekan susut bobot buah manggis yang telah dilakukan semi-cutting pada permukaan kulitnya.

Total Padatan Terlarut Daging Buah

Penurunan mutu buah manggis dapat juga dilihat dari total padatan terlarut pada daging buah dan warna daging buah. Selama proses pematangan terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun secara kimiawi. Adapun perubahan proses secara kimiawi selama masa penyimpanan seperti rasa dari asam menjadi manis, terbentuknya vitamin-vitamin serta timbulnya aroma yang khas karena terbentuknya senyawa-senyawa volatil. Perubahan kimia tersebut terutama pada perubahan rasa manis pada daging buah dapat diperlihatkan melalui total padatan terlarut (Muchtadi et al., 2010).

Pada awal penyimpanan suhu 13oC kandungan total padatan terlarut buah manggis semi-cutting cenderung mengalami perubahan yang fluktuasi hingga mengalami penurunan sampai akhir penyimpanan selama 60 hari. Pada Gambar 20 terlihat bahwa total padatan terlarut buah manggis semi-cutting meningkat hingga penyimpanan pada hari ke-12, kemudian setelah itu total padatan terlarut menurun hingga hari ke-60. Peningkatan total padatan terlarut buah manggis semi-cutting tersebut dikarenakan adanya proses pematangan buah selama awal penyimpanan. Selama pematangan, pada buah terjadi perombakan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks seperti karbohidrat, protein, dan lemak serta terbentuknya gula sederhana berupa sukrosa, fruktosa dan glukosa. Selanjutnya pada masa penuaan yang

semakin berlanj Hal ini sesuai (1986) yang m gula sederhana dan senyawa-se Gambar 20 Tot pe Total pa pada buah man konsentrasi lilin paling rendah pencelupan den Munanda (2012) pada Gambar 20 buah manggis de buah manggis t dengan semi-c kerusakan pada perbedaan vari terhadap kualita Hasil ana menunjukkan ba terhadap total pa tersebut metode dimana buah m memiliki rata-konsentrasi terli 58 dimana rata terlarut yaitu kons

5.0 7.0 9.0 11.0 13.0 15.0 17.0 19.0 21.0 0 T o tal P ad at an T e rl ar u t ( oBri x ) Pencelupan, 6 Penyapuan, 9

anjut, kandungan total padatan terlarut akan sem uai dengan pernyataan Matto et. al (1984) dal

menyatakan bahwa pemasakan dapat mening na yang memberi rasa manis, penurunan asam senyawa fenolik yang dapat mengurangi rasa se

Total padatan terlarut buah manggis semi

penyimpanan

padatan terlarut paling tinggi pada akhir pen anggis semi-cutting dengan perlakuan penc ilin 12% sebesar 8.87°Brix, sedangkan total h yaitu pada buah manggis semi-cutting de dengan konsentrasi 9% sebesar 5.67°Brix. Dari 2012) pada buah manggis yang tidak diberi semi

20 total padatan terlarut yang dikandung lebih is dengan perlakuan semi-cutting. Hal ini dika

s tanpa semi-cutting masih lebih baik daripada

cutting, karena perlakuan semi-cutting

da buah sehingga penurunan mutu akan lebih c arietas buah manggis yang digunakan jug itasnya.

analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada n bahwa metode pelilinan mulai berpengaruh

l padatan terlarut pada hari ke-6, 33, 48, dan ode pencelupan terlihat berbeda nyata den manggis semi-cutting yang dilapisi lilin denga

-rata total padatan terlarut yang lebih be rlihat berbeda nyata pada hari ke-6, 12, 18, 37, ta-rata konsentrasi yang dapat mempertahanka u konsentrasi lilin 12%. R² = 0.949 R² = 0.903 R² = 0.890 R² = 0.891 R² = 0.894 R² = 0.874 R² = 0.441 R² = 0.486 6 12 18 24 30 36 42

Lama Penyimpanan (Hari)

an, 6% Pencelupan, 9% Pencelupan, 12% Pe

n, 9% Penyapuan, 12% Tanpa SC, 6% Ta 21 semakin menurun. dalam Pantastico ningkatkan jumlah sam-asam organik a sepat dan masam.

mi-cutting selama penyimpanan yaitu pencelupan dengan al padatan terlarut dengan perlakuan ari hasil penelitian

mi-cutting, terlihat bih tinggi daripada dikarenakan mutu pada buah manggis mengakibatkan bih cepat. Selain itu juga berpengaruh pada Lampiran 5 uh nyata (p≤0.05) dan 51. Pada hari dengan penyapuan dengan penyapuan besar. Perlakuan 37, 45, 51, 54, dan nkan total padatan

48 54 60

Penyapuan, 6% Tanpa SC, 10%

22

Warna Daging Buah

Selama pematangan, buah tidak hanya mengalami perubahan warna kulit buah tetapi juga mengalami perubahan warna pada daging buahnya. Penentuan daging buah yang tidak rusak pada buah manggis agak sulit, lain halnya untuk daging buah bergetah dan rusak yang ditandai dengan mengerasnya kulit buah. Penentuan daging buah yang tidak rusak dan bergetah dapat dilakukan dengan menekan seluruh permukaan kulit buah. Adanya sedikit pengerasan pada permukaan kulit buah, merupakan ciri khas bahwa daging buah rusak dan bergetah. Daging buah rusak ditandai dengan berubahnya warna daging buah dari putih seperti susu menjadi bening dan berubahnya tekstur buah dari lunak menjadi renyah (Suyanti & Setiadjit 2007). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suyanti & Setiadjit (2007), pada penelitian ini perubahan warna daging buah manggis dapat ditandai dengan perubahan parameter kekerasan kulit buah selama penyimpanan, dimana sebelum penyimpanan warna daging buah manggis cenderung berwarna putih terang yang lama-kelamaan mengalami perubahan seiring dengan masa simpannya hingga kemudian mengalami pembusukan di akhir penyimpanan yang diindikasi dari kulit buah yang mengeras dan kering. Tingkat kecerahan/Lightness (L*)

Nilai L* menunjukkan tingkat kecerahan warna daging buah manggis semi-cutting. Dari Gambar 21 menunjukkan bahwa tingkat kecerahan warna daging buah manggis semi-cutting semakin lama semakin menurun hingga akhir penyimpanan pada hari ke-60 untuk semua perlakuan. Pada akhir penyimpanan tingkat kecerahan daging buah manggis semi-cutting paling tinggi yaitu pada buah manggis dengan perlakuan penyapuan menggunakan konsentrasi lilin 12% dengan nilai 60.17, sedangkan tingkat kecerahan paling rendah yaitu pada buah manggis semi-cutting dengan perlakuan pencelupan menggunakan konsentrasi lilin 12% dengan nilai 43.59.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Munanda (2012) pada buah manggis yang tidak dilakukan semi-cutting, terlihat pada Gambar 21 nilai kecerahan daging buah manggis relatif lebih rendah daripada nilai kecerahan daging buah manggis yang dilakukan semi-cutting serta mendapat perlakuan konsentrasi dan metode pelilinan. Pada akhir penyimpanan, nilai kecerahan daging buah manggis tanpa semi-cutting lebih tinggi daripada nilai kecerahan daging buah manggis yang dilakukan semi-cutting. Hal ini membuktikan bahwa mutu buah manggis tanpa semi-cutting lebih baik daripada buah manggis dengan semi-cutting, hanya saja kemudahan membuka buah pada buah manggis tanpa semi-cutting lebih sulit. Rendahnya nilai kecerahan pada daging buah manggis tanpa semi-cutting

selama penyimpanan dipengaruhi oleh varietas buah manggis yang digunakan selama penelitian.

Gambar 21 Ting se Nilai ke penyimpanan se yang awalnya put daging buah m bening (transluc

Verheij dan Cor yang menjadi t masuk kedalam ditemukan geta bening. Perubah proses penyimpa warnanya berub Gambar 22 Hasil ana menunjukkan m kecerahan dagin R² = R² = R² = R² = R² = R² = R² = 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 0 6 N o tas i L* Pencelupan, 6 Penyapuan, 9

Tingkat kecerahan (L*) daging buah mangg selama penyimpanan

kecerahan yang semakin menurun se n sesuai dengan warna fisik daging buah mangg

a putih cerah semakin lama semakin kusam da mengalami pembusukan, dan beberapa ditem

lucent) dengan tekstur crispy seperti pada Gamba oronel dalam Suyanti dan Setyadjit (2007) war di transparan tersebut disebabkan adanya geta m daging buah, akan tetapi dalam penel etah kuning pada daging buah yang berubah ubahan warna daging buah menjadi bening tersebut

mpanan yang lama sehingga daging buah m ubah.

22 Perubahan warna daging buah manggis menj analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada n metode pelilinan yang digunakan mulai berpen

ging buah manggis semi-cutting pada hari ke R² = 0.747 R² = 0.832 R² = 0.947 R² = 0.763 R² = 0.845 R² = 0.834 R² = 0.629 R² = 0.751 12 18 24 30 36 42

Lama Penyimpanan (Hari)

n, 6% Pencelupan, 9% Pencelupan, 12% Pen

n, 9% Penyapuan, 12% Tanpa SC, 6% Tan

23

ggis semi-cutting

seiring lamanya nggis semi-cutting

dan gelap karena temukan berwarna mbar 22. Menurut arna daging buah etah kuning yang nelitian ini tidak ah warna menjadi rsebut dikarenakan h mulai rusak dan

enjadi bening pada Lampiran 6 pengaruh terhadap -12, 54, dan 58, 48 54 60 Penyapuan, 6% Tanpa SC, 10%

24

metode pencelupan berbeda nyata dengan metode penyapuan dimana metode penyapuan lebih mampu mempertahankan kecerahan daripada metode pencelupan. Konsentrasi lilin yang digunakan berpengaruh nyata pada hari ke-23, 28, 41, 54, dan 58 (Lampiran 6).

Komponen warna Merah-Hijau (a*)

Komponen warna a* menandakan kriteria warna merah bahan yang diamati, semakin tinggi nilainya maka semakin merah warnanya (Juanasari 2004). Perubahan nilai kemerahan warna (a*) yang terjadi pada setiap perlakuan mengalami cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan buah manggis merupakan buah klimakterik yang mengalami proses pematangan setelah dipetik dari pohonnya, selama penyimpanan akan terjadi perubahan warna daging buah berubah menjadi semakin merah dan agak gelap.

Peningkatan nilai a* menunjukkan bahwa warna merah daging buah manggis semi-cutting semakin bertambah, dimana warna daging buah manggis semi-cutting yang awalnya putih cerah semakin lama semakin gelap karena pembusukan seperti pada Gambar 23.

Gambar 23 Warna daging buah manggis semi-cutting yang mulai membusuk pada hari ke-33

Gambar 24 menunjukkan komponen warna merah-hijau (a*) selama penyimpanan. Diketahui bahwa semakin lama penyimpanan, nilai a* pada semua perlakuan mengalami peningkatan. Pada penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa perlakuan pencelupan buah manggis semi-cutting dengan konsentrasi 12% paling dapat mempertahankan warna merah daging buah manggis sampai akhir penyimpanan dengan nilai a* sebesar 1.65, sedangkan buah manggis semi-cutting yang dilapisi lilin 12% dengan metode penyapuan memiliki nilai a* yang paling besar yaitu 7.97.

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa metode pelilinan yang digunakan memberikan pengaruh nyata pada perubahan nilai (a*) pada hari ke-41, 51, dan 54, sedangkan konsentrasi pelilinan yang digunakan berpengaruh terhadap nilai (a*) pada hari ke-37 dan 41. Berdasarkan uji lanjut Duncan pada Lampiran 7, konsentrasi lilin 6% berbeda nyata dengan konsentrasi 9% dan 12% dalam mempengaruhi nilai (a*) pada hari ke-37 dimana konsentrasi lilin 9% memberikan rata-rata nilai a* terendah, sedangkan pada hari ke-41 diketahui konsentrasi pelilinan 6% berbeda nyata dengan konsentrasi 12% dimana konsentrasi 12% memberikan rata-rata nilai a* terendah. Interaksi antara metode dan konsentrasi lilin berpangaruh nyata

Dokumen terkait