• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Konsentrasi dan Metode Pelilinan Buah Manggis (Garciana mangostana L.) Semi-Cutting Selama Penyimpanan Dingin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Konsentrasi dan Metode Pelilinan Buah Manggis (Garciana mangostana L.) Semi-Cutting Selama Penyimpanan Dingin"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KONSENTRASI DAN METODE PELILINAN

BUAH MANGGIS (Garciana mangostana L.) SEMI-CUTTING

SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

NUR RAHMA REFILIA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Konsentrasi dan Metode Pelilinan Buah Manggis Semi-Cutting Selama Penyimpanan Dingin adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Nur Rahma Refilia

(4)

ABSTRAK

NUR RAHMA REFILIA. Kajian Konsentrasi dan Metode Pelilinan Buah Manggis Semi-Cutting Selama Penyimpanan Dingin. Dibimbing oleh USMAN AHMAD.

Buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengalami penurunan mutu karena proses respirasi dan transpirasi selama penyimpanan pascapanen. Penyimpanan jangka panjang mengakibatkan pengerasan pada kulit buah, sehingga dilakukan semi-cutting dengan kedalaman 5 mm pada permukan kulit buah manggis. Namun demikian perlakuan semi-cutting

mengakibatkan buah akan cepat membusuk, solusi untuk masalah tersebut yaitu pelilinan. Penelitian bertujuan untuk memperoleh kombinasi konsentrasi dan metode pelilinan terbaik untuk buah manggis semi-cuting

yang disimpan pada suhu 13°C selama 60 hari. Konsentrasi yang digunakan yaitu 6%, 9%, dan 12%, dengan metode pencelupan dan penyapuan. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi lilin 12% dengan penyapuan merupakan kombinasi terbaik dalam penyimpanan dingin buah manggis

semi-cutting, yaitu selama 41 hari. Hasil uji organoleptik menunjukkan konsentrasi 12% dengan pencelupan diterima panelis hingga hari ke-45. Kata kunci: manggis, pelilinan, semi-cutting

ABSTRACT

NUR RAHMA REFILIA. Study on Method and Concentration Waxing of Semi-Cutting Mangosteen Fruit During Cold Storage. Supervised by USMAN AHMAD.

Quality of mangosteen (Garcinia mangostana L.) fruit decreases due to the process of respiration and transpiration during storage after postharvest. Long term storage time causes peel hardening, semi-cutting might prevent this peel hardening from happening. However semi-cutting treatment would damage the fruit and it will quickly rot, and one of the solution to this problem is to do waxing. This study aimed to obtain a combination of concentration and most pelilinan method for semi-cuting the mangosteen fruit. This research result showed the concentration of 12% wax applied by using a brush sweeping was the best combination to assurance quality of semi-cutting mangosteen fruit during cold storage at 13°C until, day-45. Organoleptic test results showed a concentration of 12% with a combination of sweeping seemed tend to be accepted by panelists and the panellist preferred to do fruit mangosteen waxing method than other treatments until day-41.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

KAJIAN KONSENTRASI DAN METODE PELILINAN

BUAH MANGGIS SEMI-CUTTING (Garciana mangostana L.)

SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

NUR RAHMA REFILIA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Kajian Konsentrasi dan Metode Pelilinan Buah Manggis (Garciana mangostana L.) Semi-Cutting Selama Penyimpanan Dingin

Nama : Nur Rahma Refilia NIM : F14090086

Disetujui oleh

Dr Ir Usman Ahmad, MAgr Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Juni 2013, dengan judul Kajian Konsentrasi dan Metode Pelilinan Buah Manggis (Garciana mangostana L.)

Semi-Cutting Selama Penyimpanan Dingin.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Usman Ahmad, M. Agr selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran, Dr. Ir. Emmy Darmawati, M. Si selaku dosen penguji yang banyak memberikan bimbingan akademik dan non-akademik selama penulis menyelesaikan kuliah di Institut Pertanian Bogor, dan Dr. Ir. I Dewa Made Subrata selaku dosen penguji. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk ayah, ibu, dan kakak semata wayang atas semua doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penelitian, Bapak Sulyaden dan Mbak Sugiharti selaku teknisi laboratorium TPPHP, serta Bapak Deden di Purwakarta yang membantu penulis dalam menyediakan buah manggis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Cholil, Zaim, Wulan, Anggit, Indri, Usi, Elis, Aan, Riana, Astrid, Vita, Liza, Icha, Gina Annisa, Awan, Eti, Tiara, Gina Lupita, Tetih, Citta, Riri, Kristen, Vina, Jenny, Dian, Riris, Aya, Koi, dan semua teman-teman Orion TMB 46 atas bantuan dan semangatnya selama penelitian dan penyusunan skripsi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Manggis (Garciana mangostana L.) 2

Panen dan Pascapanen Buah Manggis 3

Fisiologi Pascapanen Buah Manggis 4

Waxing (Pelilinan) 5

Penyimpanan Dingin 6

Parameter Penurunan Mutu 6

METODE 8

Waktu dan Tempat Penelitian 8

Alat dan Bahan 9

Prosedur Penelitian 10

Pengamatan dan Analisa 11

Rancangan Percobaan 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Kekuatan Tekan Kulit Buah 15

Kadar Air Kulit Buah 17

Susut Bobot 18

Total Padatan Terlarut 20

Warna Daging Buah 22

Uji Organoleptik 28

Parameter Mutu Kritis 35

Kombinasi Metode dan Konsentrasi Pelilinan Terbaik 35

SIMPULAN DAN SARAN 37

(11)

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN 40

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan gizi buah manggis per 100 gram buah manggis 3 2 Standar mutu buah manggis menurut SNI 01-3211-2009 4

3 Komposisi dasar emulsi lilin 6

4 Data gabungan hasil uji organoleptik 35

5 Skor setiap perlakuan hasil uji pembobotan 36

DAFTAR GAMBAR

1 Visualisasi buah manggis 3

2 Timbangan digital 9

3 Refraktometer 9

4 Universal Testing Machine 9

5 Oven 9

6 Refrigerator 9

7 Chromameter Minolta 10

8 Alat bantu semi-cutting 10

9 Buah manggis dengan indeks kematangan 2 10

10 Lilin lebah, asam oleat, trietanolamin, dan aquades 10 11 Posisi goresan pada semi-cutting buah manggis 10 12 Pembuatan emulsi lilin lebah dengan homogenizer 11

13 Diagram alir penelitian 12

14 Posisi buah manggis pada saat uji tekan 13

15 Sistem notasi warna Hunter 14

16 Kekuatan tekan kulit buah manggis semi-cutting selama

penyimpanan 16

17 Kadar air kulit buah manggis semi-cutting selama penyimpanan 17 18 Hasil bukaan buah manggis dengan semi-cutting 18 19 Susut bobot buah manggis semi-cutting selama penyimpanan 19 20 Total padatan terlarut buah manggis selama penyimpanan 21 21 Tingkat kecerahan (L*) daging buah manggis semi-cutting selama

penyimpanan 23

22 Perubahan warna daging buah manggis menjadi bening 23 23 Warna daging buah manggis yang mulai membusuk pada hari

ke-33 24

24 Nilai a* daging buah manggis semi-cutting selama penyimpanan 25 25 Nilai b* daging buah manggis semi-cutting selama penyimpanan 26 26 Organoleptik tampilan utuh buah manggis semi-cutting yang

diaplikasikan lilin dengan pencelupan 27

27 Organoleptik tampilan utuh buah manggis semi-cutting yang

diaplikasikan lilin dengan penyapuan 27

28 Organoleptik warna daging buah manggis semi-cutting yang

diaplikasikan lilin dengan pencelupan 28

29 Organoleptik warna daging buah manggis semi-cutting yang

(13)

30 Organoleptik rasa daging buah manggis semi-cutting yang

diaplikasikan lilin dengan pencelupan 30

31 Organoleptik rasa daging buah manggis semi-cutting yang

diaplikasikan lilin dengan penyapuan 30

32 Organoleptik aroma daging buah manggis semi-cutting yang

diaplikasikan lilin dengan pencelupan 31

33 Organoleptik aroma daging buah manggis semi-cutting yang

diaplikasikan lilin dengan penyapun 32

34 Organoleptik keseluruhan buah manggis semi-cutting yang

diaplikasikan lilin dengan pencelupan 33

35 Organoleptik keseluruhan buah manggis semi-cutting yang

diaplikasikan lilin dengan penyapuan 33

36 Skor setiap perlakuan hasil uji organoleptik 37

DAFTAR LAMPIRAN

1 Indeks kematangan buah manggis 41

2 Uji lanjut Duncan untuk kekuatan tekan kulit buah 42

3 Uji lanjut Duncan untuk kadar air kulit buah 43

4 Uji lanjut Duncan untuk susut bobot 44

5 Uji lanjut Duncan untuk total padatan terlarut 45 6 Uji lanjut Duncan untuk nilai L* warna daging buah 46 7 Uji lanjut Duncan untuk nilai a* warna daging buah 47 8 Uji lanjut Duncan untuk nilai b* warna daging buah 48 9 Uji lanjut Duncan untuk organoleptik tampilan utuh 49 10 Uji lanjut Duncan untuk organoleptik warna daging buah 50 11 Uji lanjut Duncan untuk organoleptik rasa daging buah 51 12 Uji lanjut Duncan untuk organoleptik aroma daging buah 52 13 Uji lanjut Duncan untuk organoleptik penerimaan umum 53 14 Uji pembobotan untuk penarikan kesimpulan pengukuran objektif 54

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas ekspor yang menjadi andalan Indonesia untuk meningkat devisa negara. Buah manggis yang diperdagangkan di pasar luar negeri (ekspor) sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara secara baik dan sistem produksinya masih tergantung pada alam (tradisional). Meskipun penanganan budidaya dan pascapanen yang seadanya, ternyata Indonesia mampu mengekspor buah manggis dalam jumlah yang cukup besar, bahkan dapat bersaing dengan negara lain (Direktorat Tanaman Buah 2004). Menurut siaran pers Kementerian Perdagangan, pada tahun 2011 produksi manggis nasional mencapai 117600 ton dengan jumlah ekspor mencapai 12600 ton senilai 9.9 juta dollar AS atau setara dengan Rp 94 miliar (Kompas 2012).

Transportasi buah manggis dengan tujuan ekspor membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke tempat tujuan. Selama perjalanan tersebut sangat mungkin terjadinya kemunduran kualitas buah manggis, oleh sebab itu perlu dilakukan penanganan yang tepat agar kualitas dan kuantitas buah manggis tetap terjaga. Saat ini berbagai macam teknologi penanganan pascapanen buah manggis telah banyak dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pascapanen buah manggis tersebut. Teknologi pascapanen tersebut diantaranya yaitu sortasi, pre-cooling, penyimpanan dingin, penyimpanan dengan atmosfer terkendali, pelilinan, pengemasan, dan lain sebagainya (Munanda 2012).

Pada umumnya penyimpanan dingin efektif untuk mengawetkan buah manggis, karena suhu yang rendah dapat menurunkan reaksi dan kegiatan metabolik lainnya seperti proses penuaan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas mikroba, serta proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki (Muchtadi dan Sugiyono 1992). Adapun beberapa permasalahan yang sering terjadi dalam mempertahankan mutu buah manggis terutama selama penyimpanan dingin diantaranya adalah kerusakan buah pada bagian seperti sepal dan tangkai buah menjadi tidak segar. Selain itu, kulit buah manggis akan mengeras apabila disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga sulit untuk memisahkan kulit dan daging buah (Sjaifullah et al. 1998). Sebagai solusi untuk masalah tersebut maka dilakukan semi-cutting dengan kedalaman tertentu pada kulit buah manggis untuk mempermudah mumbuka kulit buah.

(15)

2

mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan buah melalui pelilinan tergantung dari jenis pelapis dan konsentrasi yang digunakan.

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya mengenai buah manggis yang dilakukan semi-cutting dan pelilinan yang disimpan pada suhu dingin. Febriyan (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa buah manggis yang dilakukan semi-cutting memang memberikan kemudahan dalam membuka buah. Penelitian yang telah dilakukan oleh Munanda (2012) mengenali aplikasi semi-cutting

terhadap buah manggis selama penyimpanan dingin menunjukkan bahwa perlakuan semi-cutting dengan kedalaman 5 mm mampu memberikan gaya tekan terendah untuk membuka buah manggis. Penelitian serupa juga dilakukan Khairani (2012) mengenai penurunan beberapa parameter mutu buah manggis yang dilakukan semi-cutting dan pelilinan, hasil dari penelitian tersebut yaitu buah manggis yang dilakukan semi-cutting dengan kedalaman 5 mm dan pelilinan 10% mampu disimpan hingga 33 hari. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut belum dilakukan penelitian mengenai metode pelilinan yang baik untuk buah manggis semi-cutting, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan kombinasi konsentrasi dan metode pelilinan terbaik untuk mempertahankan mutu buah manggis semi-cutting yang disimpan pada suhu dingin dengan kemudahan membuka pada akhir penyimpanan.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kombinasi terbaik dari metode pelilinan dan konsentrasi lilin yang digunakan untuk buah manggis yang mendapat perlakuan semi-cutting dengan kedalaman 5 mm, sebagai upaya mempertahankan mutu buah manggis dan buah tetap dapat dibuka dengan mudah pada akhir penyimpanan.

TINJAUAN PUSTAKA

Manggis (Garcinia mangostana L.)

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii, dan Australia Utara. Klasifikasi botani pohon manggis menurut Prihatman (2000) adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Guttiferae

(16)

3 Spesies : Garcinia mangostana L.

Nakasone et al. (1998) mendeskripsikan buah manggis berbentuk bulat dan berkulit licin, berdiameter 4-7 cm, terdapat 4-8 segmen berwarna putih dan lembut, terdiri dari satu atau dua segmen yang mengandung biji. Buah manggis yang masih muda banyak mengandung getah yang berwarna kuning, semakin tua umur buah semakin berkurang getahnya dan akan sama sekali tidak bergetah selama matang penuh (Satuhu 1997). Visualisasi buah manggis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Visualisasi buah manggis

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2011) Sebagai buah segar, manggis merupakan sumber mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Buah manggis mengandung kalori dan kadar air yang cukup tinggi. Pada Tabel 1 dijelaskan mengenai kandungan komponen nilai gizi per 100 gram dari buah manggis.

Tabel 1 Kandungan gizi buah manggis per 100 gram buah manggis Kandungan gizi Jumlah

Kalori 60-63

Kadar Air 80.2-84.9 gram

Protein 0.50-0.60 gram

Lemak 0.1-0.6 gram

Total Karbohidrat 14.3-15.6 gram

Total Gula 16.42-16.82 gram

Serat 5.0-5.1 gram

Kadar abu 0.2-0.23 gram

Kalsium 0.01-8 mg

Fosfor 0.02-12.0 mg

Zat Besi 0.20-0.80 mg

Tiamin 0.03 mg

Asam Askorbat 1.0-2.0 mg

Sumber: http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/mangosteen.html Panen dan Pascapanen Buah Manggis

(17)

4

matang berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi hijau dengan bintik-bintik kemerahan atau ungu ketika memasuki masa matang penuh. Panen buah manggis dapat dilakukan pada beberapa tingkat ketuaan sesuai dengan kebutuhan. Indeks kematangan buah manggis berdasarkan warna dapat dilihat pada Lampiran 1.

Mutu buah manggis segar sangat ditentukan oleh panen dan penanganan pascapanennya, mulai dari pemilihan tingkat ketuaan buah, pengemasan sampai penyimpanannya. Buah manggis mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi dan memiliki pangsa pasar yang prospektif di pasar nasional maupun internasional. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas manggis memiliki daya saing yang baik. Dalam rangka meningkatkan daya saing tersebut maka buah manggis yang dihasilkan harus dapat memenuhi standar pasar dalam negeri maupun pasar internasional dan diterima secara luas oleh konsumen. Buah manggis digolongkan menjadi 3 kelas mutu, dimana standar mutu setiap kelas buah manggis menurut SNI 01-3211-2009 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Standar mutu manggis menurut SNI 01-3211-2009

Jenis Uji Satuan Persyaratan

Mutu super Mutu A Mutu B

Diameter mm >62 59-62 53-58

Keutuhan Utuh Utuh Utuh

Kelopak buah dan tangkai

Lengkap Lengkap Lengkap

Tingkat kesegaran Segar Segar Segar

Layak dikonsumsi Layak Layak Layak

Kadar kotoran % 0 0 0

Benda-benda asing % 0 0 0

Hama dan penyakit Tidak ada Tidak ada Tidak ada Kelembaban eksternal

abnormal

% 0 0 0

Aroma dan rasa asing Tidak ada Tidak ada Tidak ada Bentuk, warna, dan

rasa

Sesuai Sesuai Sesuai

Buah cacat atau busuk (area cacat/total permukaan)

% 0 0 0

Daging buah bening % <5 <10 <10

Getah kuning 0 0 0

Kememaran Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Kemudahan dibuka Mudah Mudah Mudah

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN) 2009 Fisiologi Pascapanen Buah Manggis

(18)

5 metabolisme dan masih mempertahankan sistem fisiologis sebagaimana pada saat buah masih di pohon. Buah-buahan berespirasi menggunakan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida serta panas. Selain itu, buah-buahan juga melakukan transpirasi yang merupakan proses pelepasan air. Buah yang masih di pohon, kehilangan air karena respirasi dan transpirasi dapat digantikan melalui pembuluh xylem yang mengandung air, fotosintat, dan mineral-mineral. Untuk buah yang telah melalui pemanenan, sumber air, fotosintat, dan mineral akan terputus sehingga hanya bergantung pada cadangan makanan dan airnya sendiri. Oleh sebab itu, kehilangan substrat dan air tidak tergantikan sehingga kerusakan mulai terjadi (Pantastico 1986). Selama proses pematangan, buah mengalami beberapa perubahan nyata secara fisik maupun kimia yang umumnya terdiri dari perubahan warna, tekstur, bau, tekanan turgor sel, zat pati, protein, senyawa turunan fenol, dan asam-asam organik (Winarno 2002). Laju kemunduran kualitas dan nilai sebagai bahan pangan ditunjukkan oleh laju respirasi yang tinggi dan umur simpan yang pendek. Penurunan kualitas atau mutu buah manggis karena proses fisiologisnya dijelaskan lebih lanjut pada bab parameter penurunan mutu.

Waxing (Pelilinan)

Waxing (pelilinan) merupakan salah satu cara untuk mempertahankan mutu buah dan sayuran segar karena dapat mengurangi laju respirasi dan transpirasi. Menurut Hagenmaier dan Shaw (1992) pelilinan yaitu melapisi permukaan buah-buahan atau sayuran dengan lapisan tertentu seperti lilin. Pelilinan merupakan salah satu alternatif untuk menahan laju penurunan mutu dan kehilangan dalam penanganan pascapanen buah-buahan (Sugiyono et al. 2009). Lapisan lilin untuk komoditi hortikultura segar harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: (a) tidak berpengaruh terhadap bau dan rasa komoditi, (b) tidak beracun, (c) mudah kering dan tidak lengket, (d) tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, (e) mudah diperoleh dan murah harganya (Muchtadi et al. 1992).

Lapisan lilin untuk komoditi hortikultura digunakan lilin lebah yang dibuat dalam bentuk emulsi lilin dengan konsentrasi 4-12% dengan komposisi seperti yang dilihat pada Tabel 3. Keberhasilan pelapisan lilin untuk buah-buahan dan sayuran tergantung dari ketebalan lapisan lilin. Pelilinan yang terlalu tipis tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan penguapan air. Jika lapisan lilin terlalu tebal dapat menyebabkan kerusakan, bau, dan rasa yang menyimpang akibat udara di dalam sayuran dan buah-buahan terlalu banyak mengandung CO2 dan sedikit O2 (Park et al. 1994).

(19)

6

lain. Pencelupan dilakukan pada produk segar dengan mencelupkan buah atau sayuran ke dalam bahan pelapis, sedangkan pengolesan dilakukan dengan cara mengoleskan bahan pelapis dengan menggunakan kuas ke buah atau sayuran (Akamine et al. 1986).

Tabel 3 Komposisi dasar emulsi lilin

Bahan Dasar 6% 9% 12%

Lilin lebah 60 g 90 g 120 g

Trietanolamin 20 g 30 g 40 g

Asam oleat 10 g 15 g 20 g

Aquades 910 ml 865 ml 820 ml

Penyimpanan Dingin

Produk buah-buahan merupakan produk yang rentan terhadap kerusakan setelah panen, baik kerusakan secara fisik, mekanis, maupun mikrobiologis. Kelayakan bahan pangan untuk dikonsumsi dapat diperpanjang dengan penurunan suhu. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) hal ini dikarenakan suhu yang rendah dapat menurunkan reaksi dan kegiatan metabolik lainnya seperti proses penuaan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas mikroba, serta proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki. Menurut Pantastico (1986) perlakuan suhu dingin merupakan cara yang paling umum dan ekonomis untuk memperpanjang masa simpan produk hortikultura. Soedibyo (1979) menyatakan bahwa penyimpanan dingin pada prinsipnya bertujuan menekan laju respirasi dan transpirasi agar berjalan dengan lambat, dan sebagai akibatnya daya simpan bahan pangan diperpanjang dengan susut bobot minimum dan mutu yang tetap baik.

Menurut Kader (2002) suhu optimum untuk penyimpanan buah manggis adalah 1°C dengan RH 90-95%, umur simpan buah manggis dengan suhu tersebut yaitu 2-4 minggu, tergantung dari jenis dan tingkat kematangan. Masalah utama pada penyimpanan buah manggis pada suhu rendah adalah pengerasan kulit yang dapat menurunkan mutu. Pengerasan pada kulit (hardening) dan timbulnya bintik-bintik coklat pada kulit (darkening) merupakan gejala chilling injury pada manggis yang disimpan pada suhu 5-10 °C.

Parameter Penurunan Mutu

(20)

7

Kekerasan kulit buah

Buah manggis menunjukkan kecenderungan peningkatan nilai kekerasan kulit buah pada akhir penyimpanan (Sugiyono et al. 2009). Juanasari (2004) mengatakan pengerasan kulit buah selama penyimpanan disebabkan hilangnya kemampuan mengikat air sehingga produk menjadi keras. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan kekerasan yang diwakili dengan kekuatan tekan kulit buah manggis yang disimpan pada suhu dingin relatif lebih rendah dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu ruang. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada penyimpanan selama 60 hari, peningkatan kekuatan tekan kulit buah manggis tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa semi-cutting

dengan lapisan lilin konsentrasi 10% yang disimpan pada suhu ruang yaitu 2.072 kN, sedangkan peningkatan kekuatan tekan kulit buah manggis terendah terdapat pada perlakuan semi-cutting 5 mm dengan lapisan lilin konsentrasi 6% yang disimpan pada suhu dingin dengan gaya sebesar 0.562 kN (Munanda 2012).

Kadar air kulit buah

Sjaifullah et al. (1998) menyatakan bahwa selama penyimpanan terjadi perubahan kadar air pada kulit buah manggis. Kadar air kulit buah manggis secara umum mengalami penurunan seiring dengan lamanya umur penyimpanan, akibatnya pengerasan akan terjadi pada kulit buah manggis sehingga sulit dibuka yang kemungkinan disebabkan oleh dehidrasi yang tinggi di permukaan kulit atau terjadi kerusakan jaringan kulit buah.

Pada penelitian yang dilakukan selama 60 hari, terlihat bahwa kadar air kulit manggis semakin berkurang baik di suhu ruang (27 ℃) maupun di suhu dingin (8 ℃) seiring lamanya waktu penyimpanan. Penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan suhu 8 ℃ untuk semua perlakuan mengindikasikan penurunan kadar air buah manggis yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu ruang (27℃), ini menunjukkan bahwa transpirasi dan respirasi pada buah berlangsung lebih cepat pada suhu ruang (27℃) dibandingkan pada suhu dingin (8℃). Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, kadar air kulit buah manggis tertinggi adalah pada buah manggis yang disimpan pada suhu 8℃ dengan perlakuan tanpa semi-cutting dengan pelilinan 10% yaitu 59.64%, sedangkan kadar air kulit manggis terendah adalah pada buah manggis yang disimpan pada suhu ruang selama 60 hari dengan perlakuan semi-cutting 3 mm dengan pelilinan 10% yaitu sebesar 15.95% (Febriyan 2012).

Susut bobot

Susut bobot merupakan massa buah yang berkurang sejalan dengan waktu atau lama proses penyimpanan. Wulandari (2006) menyatakan buah-buahan yang sudah dipetik dari pohon tetap mengalami proses metabolisme. Proses alami buah tersebut antara lain respirasi, transpirasi, pelepasan etilen dan aroma sehingga berakibat pengurangan pada massanya.

(21)

8

manggis yang dilapisi lilin selama penyimpanan. Khairani (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pada semua perlakuan buah manggis

semi-cutting dengan kedalaman 3 mm dan 5 mm serta buah manggis tanpa

semi-cutting memperlihatkan terjadinya peningkatan persentase susut bobot selama penyimpanan, baik pada suhu dingin (8oC) maupun pada suhu ruang (27oC) dimana peningkatan susut bobot tertinggi terjadi pada buah manggis dengan perlakuan semi-cutting 5 mm dan disimpan pada suhu ruang 27oC yaitu sebesar 74.06%.

Total padatan terlarut

Nilai total padatan terlarut (TPT) dapat digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan, karena gula merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut (Santoso dan Purwoko 1995). Selama penyimpanan, manggis mengalami proses respirasi, dimana pada proses ini diperlukan energi yang diperoleh dengan cara merombak zat gula melalui proses oksidasi. Semakin tinggi laju respirasi maka pengurangan kandungan gula suatu bahan akan semakin cepat, dan begitu pula sebaliknya.

Penelitian yang dilakukan Sugiyono et al. (2009) mengenai pengaruh pelilinan buah manggis selama penyimpanan menunjukkan pada awal penyimpanan sampai hari ke-4 penyimpanan terjadi peningkatan nilai TPT pada semua perlakuan, hal ini disebabkan buah manggis mengalami pemasakan sehingga terjadi perombakan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks seperti karbohidrat, protein, dan lemak serta terbentuknya gula sederhana berupa sukrosa, fruktosa dan glukosa.

Warna daging buah

Penelitian yang dilakukan Munanda (2012) menunjukkan perubahan nilai kecerahan (L*) warna daging buah manggis cenderung menurun, sedangkan perubahan nilai a* dan b* warna daging buah manggis cenderung mengalami peningkatan selama penyimpanan, perubahan warna terjadi dari warna putih terang selama awal penyimpanan menjadi warna putih kusam dan beberapa ditemukan berwarna bening (translucent) dengan tekstur

crispy. Khairani (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa sampai pengamatan terakhir hari ke-60 penyimpanan, nilai kecerahan (L*) untuk perlakuan semi-cutting 3mm di suhu 8oC , semi-cutting 5mm di suhu 8oC, dan tanpa cutting di suhu 8oC cenderung mengalami penurunan secara konstan, sedangkan untuk nilai a* dan b* buah manggis untuk semua perlakuan cenderung mengalami peningkatan.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(22)

9 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Refrigrator,

Chromameter Minolta CR-310, Universal Testing Machine, Refraktometer Atago PR-210, timbangan digital, keranjang buah, dan alat-alat penunjang penelitian lainnya. Alat-alat ukur yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 hingga 8.

Bahan utama yang digunakan adalah buah manggis yang dipanen pada indeks kematangan 2 dengan visualisasi kulit buah kuning kemerahan dan bercak merah yang merata (Gambar 9), dengan ukuran diameter ±50 mm. Buah manggis tersebut diperoleh dari daerah Wanayasa, Purwakarta dengan waktu pemanenan pada bulan Maret. Bahan lain yang digunakan antara lain lilin lebah, asam oleat, trietanolamin, dan aquades untuk pembuatan emulsi lilin lebah (Gambar 10), larutan kimia thiabendazole

(TBZ), air destilat, dan bahan-bahan untuk keperluan analisis.

Gambar 5 Oven Gambar 6 Refrigrator

Gambar 2 Timbangan digital

Gambar 4 Universal Testing Machine

(23)

10

Prosedur Penelitian

Bahan yang digunakan buah manggis dengan indeks kematangan 2 (kuning-merah) disortasi dan dipilih sebanyak 300 buah yang bentuknya normal, permukaan kulit bersih, bebas cacat, jamur, dan penyakit. Buah manggis kemudian dicuci dan direndam dalam larutan TBZ 5 ppm selama 5 menit kemudian ditiriskan (Khairani 2012). Buah manggis yang telah kering kemudian dilakukan semi-cutting dengan kedalaman 5 mm (Gambar 11), kemudian buah dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing 50 buah untuk mendapatkan perlakuan dua metoda pelilinan (pencelupan dan penyapuan menggunakan kuas) dengan tiga konsentrasi berbeda (6%, 9%, dan 12%). Buah manggis yang telah dilapisi lilin kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, setelah kering buah manggis disimpan pada lemari pendingin.

Gambar 11 Posisi goresan pada proses semi-cutting buah manggis Semi-cutting

sekeliling buah Gambar 9 Buah manggis dengan

indeks kematangan 2

Gambar 10 Lilin lebah, asam oleat, trietanolamin, dan aquades Gambar 7 Chromameter

Minolta

Gambar 8 Alat bantu semi-cutting

(24)

11 Pembuatan emulsi lilin lebah yaitu dengan memanaskan lilin lebah dan aquades hingga lilin lebah mencair seluruhnya, sebelumnya lilin lebah diiris tipis-tipis terlebih dahulu untuk mempermudah pencairan. Selanjutnya larutan lilin dan aquades ditambah asam oleat dan trietanolamin, setelah itu campuran diaduk menggunakan homogenizer dengan RPM 11000 seperti pada Gambar 12 hingga tercampur merata (kurang lebih selama 5-7 menit).

Gambar 12 Pembuatan emulsi lilin lebah dengan homogenizer

Pengamatan terhadap susut bobot, kadar air, Kekuatan tekan kulit, total padatan terlarut, dan warna daging buah dilakukan pada hari ke- 0, 6, 12, 18, 23, 28, 33, 37, 41, 45, 48, 51, 54, 56, 58, dan 60 untuk setiap perlakuan. Untuk melihat taraf perlakuan yang berbeda, dilakukan uji wilayah berganda Duncan pada taraf uji 5%. Untuk mengukur preferensi konsumen terhadap daging buah juga dilakukan uji organoleptik. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 13.

Pengamatan dan Analisa Kekuatan Tekan Kulit Buah

Proses membuka buah manggis dilakukan dengan menggunakan

computer controlled electronic universal testing machine model WDW-5E yang diset pada mode pengukuran kompresi. Alat ini dilengkapi dengan

compression grip yang terdiri dari upper platen pada bagian atas dan lower platen pada bagian bawah sebagai pegangan atau wadah sampel buah manggis yang akan digunakan. Sampel buah manggis diletakkan pada wadah lower platen dengan posisi horizontal kemudian posisi upper platen

(25)

12

Gambar 13 Diagram alir penelitian

Perlakuan semi-cutting dengan kedalaman 5 mm

Sortasi

Pencucian

Perendaman

Penirisan Larutan TBZ 5 ppm

Persiapan Bahan

Pelilinan Lapisan lilin dengan konsentrasi 6%,

9%, dan 12%

Penstabilan lemari pendingin 13°C

Penyimpanan dingin, pengamatan dan pengambilan data pada hari ke-6, 12, 18, 23,

28, 33, 37, 41, 45, 48, 51, 54, 56, 58, dan 60

Penganalisisan data

SELESAI Persiapan Alat

Penimbangan dan pengukuran hari ke-0 Aplikasi

lilin dengan pencelupan

Aplikasi lilin dengan

(26)

Gamba

bar 14 Posisi buah manggis ketika uji kekuatan t

air kulit buah manggis diukur menggunakan manggis diambil sampelnya, cawan yang a beratnya kemudian dipanaskan dengan suhu

at konstan (A), biasanya selama 20 jam. Sampe kan untuk pengukuran kadar air diletakkan ditimbang secara bersama (B), selanjutnya dipa n suhu 105°C hingga mencapai berat konstan l kator dan ditimbang (C) (Munanda 2012). Kada

t dihitung menggunakan persamaan: Kadar Air (KA) =

= Kadar air (%)

= Berat cawan mula-mula (g)

= Berat cawan dan sampel sebelum dikeringka = Berat cawan dan sampel setelah dikeringka

ukuran susut bobot dilakukan sebelum buah ma pengukuran dilakukan dengan timbangan digi pada persentase penurunan bobot bahan seja panan dingin, selanjutnya besar susut bobot dida kan selisih bobot awal dan bobot akhir peng pengamatan dan dinyatakan dalam persen (%) (M dapat diukur melalui persamaan berikut :

Susut Bobot =

= Bobot awal bahan penyimpanan (gram) = Bobot akhir bahan penyimpanan (gram) an Terlarut (TPT)

padatan terlarut diukur dengan menggunakan h diambil sarinya, kemudian hasilnya diletakka Setiap sesudah pembacaan prisma untuk se

actometer dibersihkan dengan aquades secukup ya nilai padatan terlarut dinyatakan dengan ska

13

(27)

14

Warna daging buah

Perubahan warna buah manggis selama percobaan diukur setiap kali pengamatan. Pengukuran warna dari daging buah manggis ini dilakukan dengan menggunakan chromameter. Melalui alat ini akan diperoleh tingkat intensitas cahaya dengan sistem notasi warna Hunter dalam bentuk 3 parameter yaitu L, a* dan b* yang dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini.

Gambar 15 Sistem notasi warna Hunter.

Sumber: http://www.photonics.com/Article.aspx?AID=25124

Nilai L menunjukkan tingkat kecerahan [L= 0 (Hitam) dan L=100 (Putih)]. Nilai a* terdiri dari +a yang menunjukkan warna merah dengan nilai 0 hingga 60, sedangkan –a menunjukkan warna hijau dengan nilai 0 hingga -60. Nilai b* terdiri dari +b yang menunjukkan warna kuning dengan nilai 0 hingga 60, serta nilai –b yang menunjukkan warna biru dengan nilai 0 hingga -60 (Munanda 2012).

Uji organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan berupa uji kesukaan atau uji hedonik dengan panelis sebanyak 15 orang mahasiswa. Sifat mutu yang diuji adalah rasa, aroma, tampilan utuh, warna daging buah, dan penerimaan umum secara keseluruhan. Skala hedonik yang digunakan mempunyai rentang skor 1-7, yaitu: 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (agal tidak suka), 4 (netral), 5 (agak suka), dan 7 (sangat suka). Batas penerimaan panelis adalah 3.5.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu dua taraf metoda pelilinan yaitu :

(28)

15 Faktor kedua adalah konsentrasi lilin lebah yang terdiri dari:

B1 : 6% B2 : 9% B3 : 12%

Model rancangannya adalah:

ij ij j

i

ij

A

B

AB

Y

=

µ

+

+

+

(

)

+

Dimana :

Yij = respon setiap variabel pengamatan

µ = nilai tengah (rata-rata) dari seluruh nilai pengamatan Ai = pengaruh metode aplikasi pelilinan

Bj = pengaruh konsentrasi pelilinan pada taraf ke-j (AB)ij = pengaruh interaksi antar perlakuan

Єij = Pengaruh kesalahan (galat) penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekuatan Tekan Kulit Buah

Buah manggis yang disimpan baik pada suhu ruang maupun suhu dingin akan mengalami peningkatan kekerasan kulit buah (Ahmad et al.

2011). Peningkatan kekerasan kulit buah merupakan salah satu ciri menurunnya kualitas buah manggis sehingga dapat dijadikan indikator kerusakan pada buah manggis, dimana kekerasan kulit buah dapat dilihat dari kekuatan tekan untuk membuka buahnya. Semakin keras buah, maka kualitas buah manggis akan semakin rendah.

Hasil penelitian menunjukkan untuk semua perlakuan mengindikasikan peningkatan kekuatan tekan kulit buah seperti yang terlihat pada Gambar 16. Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan penelitian Ahmad et al. (2011), dimana kekerasan kulit buah menurun di awal penyimpanan dan kemudian terus meningkat hingga akhir penyimpanan. Pada Gambar 16 terlihat kekuatan tekan kulit buah menurun hingga hari ke-12, kemudian meningkat hingga akhir penyimpanan. Peningkatan kekuatan tekan kulit tertinggi terjadi pada buah manggis

(29)

16

Gambar 16 Kekuatan teka penyimpanan Pada Gambar 16 di untuk buah manggis yang t Munanda (2012). Apabila (2012), buah manggis de kekuatan tekan kulitnya re

semi-cutting. Hal ini mem permukaan kulit buah mangg membuka buah. Pada awal namun kekuatan tekan kul penyimpanan yang disebabka Buah manggis semi-cutting

dengan metode pencelupa tekan yang tinggi, sedangka metode penyapuan menunj yang relatif rendah.

Hasil analisis raga menunjukkan bahwa kons nyata (p≤0.05) terhadap ke 6% berbeda dengan 9% tet rata-rata kekuatan tekan ya

semi-cutting yang dilapisi terlihat berbeda nyata pada manggis semi-cutting yang kecil daripada rata-rata mekua metode pencelupan. Hal konsentrasi berbedadan m tekan kulit buah manggis.

R² = 0.886

dicantumkan pula hasil kekuatan tekan kulit bua g tidak dilakukan semi-cutting dari hasil peneli la dibandingkan dengan hasil penelitian Muna dengan perlakuan semi-cutting menunjukka relatif lebih rendah daripada buah manggis ta

embuktikan bahwa perlakuan semi-cutting

anggis sangat berpengaruh pada gaya tekan unt al penyimpanan, buah manggis tidak terlalu ke

kulit buah semakin meningkat seiring lama babkan oleh hilangnya kemampuan mengikat

utting dengan perlakuan konsentrasi pelilinan pan relatif menunjukkan peningkatan Kekua gkan perlakuan konsentrasi pelilinan 12% deng unjukkan peningkatan kekuatan tekan kulit bua

gam dan uji lanjut Duncan pada Lampira nsentrasi pelilinan yang digunakan berpenga

ekuatan tekan pada hari ke-41. Konsentrasi tetapi konsentrasi 9% sama dengan 12%, dim

yang paling rendah terdapat pada buah man si lilin dengan konsentrasi 6%. Metode pelil da hari ke-48 dimana rata-rata kekuatan tekan bu

g dilapisi lilin dengan metode penyapuan l ekuatan tekan buah manggis semi-cutting den al ini berarti pemberian lapisan lilin denga

metode yang berbeda mempengaruhi kekua

18 24 30 36 42 48 54

Lama Penyimpanan (Hari)

celupan, 9% Pencelupan, 12% Penyapuan, 6%

yapuan, 12% Tanpa SC, 6% Tanpa SC, 10%

(30)

Peningka

Kadar Air Kulit Buah

ngkatan kekerasan kulit buah yang dilihat dari buka buah manggis semi-cutting sebagian besa kadar air kulit buah. Dari penelitian yang t

hwa kadar air kulit buah manggis semi-cutt

lama penyimpanan, penurunan kadar air kulit bua ng menguap dari permukaan kulit buah, terlebi pada permukaan kulitnya.

air kulit buah manggis semi-cutting menurun ama penyimpanan dingin seperti yang terlihat pa

nyimpanan, kadar air kulit yang paling rendah

cutting dengan perlakuan metode pelilinan den n kuas dengan konsentrasi lilin 6% yaitu s

dar air kulit buah yang paling tinggi yaitu pad dengan metode penyapuan menggunakan lin 12% yaitu sebesar 61.21%.

dibandingkan dengan hasil penelitian Muna adar air kulit buah manggis tanpa semi-cutting

kulit buah manggis dengan perlakuan semi-c

n bahwa adanya semi-cutting pada permukaan kan kehilangan air yang lebih banyak daripa

tidak dilakukan semi-cutting.

adar air kulit buah manggis selama semi-cutting

unan kadar air menyebabkan pengerasan pa h sulit dibuka yang disebabkan oleh dehidrasi kulit atau terjadi kerusakan jaringan kulit bua

ya semi-cutting pada permukaan kulit dapat m

an, 6% Pencelupan, 9% Pencelupan, 12% Pe

n, 9% Penyapuan, 12% Tanpa SC, 6% Ta

17

dari kekuatan tekan sar terjadi karena g telah dilakukan

(31)

18

tekan yang dibutuhkan untuk membuka buah dan hasil bukaannya buah lebih bagus seperti yang terlihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Hasil bukaan buah manggis dengan semi-cutting

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa metode pelilinan yang digunakan tidak berpengaruh nyata (p≥0.05) terhadap kadar air kulit buah, sedangkan konsentrasi lilin yang digunakan berpengaruh nyata (p≤0.05) terhadap kadar air kulit buah pada hari ke-28, 37, dan 41. Berdasarkan uji lanjut Duncan pada Lampiran 3 pada hari ke-28 pelilinan dengan konsentrasi lilin 9% berbeda nyata dengan konsentrasi dan 12%, dimana buah manggis semi-cutting yang dilapisi lilin dengan konsentrasi 12% mempunyai rata-rata kadar air yang lebih tinggi daripada buah manggis

semi-cutting dengan konsentrasi lilin 9%. Pada hari ke-37 pelilinan dengan konsentrasi 12% berbeda nyata dengan konsentrasi 6% dan 9%, dimana rata-rata kadar air tertinggi yaitu buah manggis semi-cutting dengan pelilinan konsentrsi 12%. Pada hari ke-41 pelilinan 6% berbeda nyata dengan 9% dan 12%, dimana buah manggis semi-cutting dengan konsentrasi 12% memiliki kadar air kulit tertinggi. Interaksi antar perlakuan terlihat berbeda nyata pada hari ke-37 (Lampiran 3), dimana penyapuan 6% berbeda nyata dengan penyapuan 12% dengan rata-rata kadar air tertinggi yaitu pada buah manggis semi-cutting dengan perlakuan penyapuan 12%.

Susut Bobot

Hilangnya air pada daging buah dan kulit buah manggis sangat berpengaruh terhadap susut bobot buah. Susut bobot merupakan salah satu parameter yang menunjukkan penurunan kualitas buah. Selain karena kehilangan air, susut bobot juga terjadi karena buah manggis berespirasi dengan merombak glukosa menjadi CO2 dan H2O. Menurut Wills et al. (1981), pada proses respirasi senyawa-senyawa kompleks yang biasa terdapat dalam sel seperti karbohidrat akan dipecah menjadi molekul-molekul yang sederhana seperti karbondioksida dan uap air yang mudah menguap, sehingga komoditas akan kehilangan bobotnya.

(32)

penelitian Muna

semi-cutting hi sedangkan pada antara 1.45-14.39%

cutting dengan yaitu sebesar 19.56% manggis

semi-menggunakan ku susut bobot bua susut bobot bua buah yang terluka lebih cepat hilan hingga akhir penyimpanan berkisar antara da buah manggis tanpa semi-cutting terjadi pe 14.39%. Susut bobot terendah terjadi pada buah

an pelilinan 9% yang dilakukan dengan metode 19.56%, sedangkan susut bobot tertinggi ter

-cutting dengan pelilinan 6% dengan met n kuas yaitu sebesar 27.29%. Dari gambar 19 buah manggis yang dilakukan semi-cutting lebih

buah manggis tanpa semi-cutting. Hal ini mem rluka akibat goresan lebih cepat kehilangan bobot lang melalui proses respirasi dan transpirasi.

Susut bobot buah manggis semi-cutting selama akhir penyimpanan pelilinan dengan konsent ngan metode pencelupan mengalami peningka besar dibandingkan dengan konsentrasi 9% yaitu buah manggis semi-cutting pada kons kerusakan, buah berespirasi anaerob karena la

menutupi stomata buah sehingga menghambat ini sesuai dengan pendapat Samad (2006) bahw erjadi akibat fermentasi dari proses anaerobik pori yang tertutup lapisan lilin. Perlakuan pelili upaya untuk menekan laju penyusutan buah m

pisan lilin perlu diperhatikan untuk keberha g terlalu tipis tidak berpengaruh nyata pad ir dan usaha dalam menghambatkan respirasi

f. Jika lapisan lilin terlalu tebal dapat menyebabka yang menyimpang akibat udara di dalam say u banyak mengandung CO2 dan sedikit O2 (Park 1994)

R² = 0.996

n, 6% Pencelupan, 9% Pencelupan, 12% Pe

(33)

20

Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa metode pelilinan dan konsentrasi lilin yang digunakan berpengaruh nyata (p≤0.05) terhadap susut bobot pada hari ke-6. Dimana metode pencelupan menunjukkan perbedaan terhadap metode penyapuan, dan konsentrasi pelilinan 6% berdeda nyata dengan konsentrasi pelilinan 12% dengan rata-rata susut bobot terendah yaitu pada konsentrasi pelilinan 12%. Hal ini berarti bahwa pemberian lapisan lilin dengan berbagai konsentrasi dan metode pelilinan yang berbeda berpengaruh terhadap kehilangan bobot pada buah manggis semi-cutting selama penyimpanan dingin pada hari ke-6. Demikian pula hasil analisis ragam untuk interaksi antara metode dengan konsentrasi lilin, pada hari ke-6 interaksi berpengaruh nyata terhadap susut bobot. Pada penyimpanan hari ke-12 dan seterusnya hingga akhir penyimpanan, hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan metode dan konsentrasi pelilinan tidak menunjukkan pengaruh terhadap kehilangan bobot pada buah manggis semi-cutting.

Dari Gambar 19 terlihat metode penyapuan menggunakan kuas mengalami kehilangan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pencelupan untuk semua konsentrasi lilin. Begitu juga dengan konsentrasi lilin yang digunakan, pada Gambar 19 terlihat bahwa pelilinan 6% mengalami penurunan bobot yang paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 9% dan 12%. Dari penelitian dan pengujian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa perlakuan pelapisan lilin dengan konsentrasi 9% yang diaplikasikan dengan pencelupan mampu menekan susut bobot buah manggis yang telah dilakukan semi-cutting pada permukaan kulitnya.

Total Padatan Terlarut Daging Buah

Penurunan mutu buah manggis dapat juga dilihat dari total padatan terlarut pada daging buah dan warna daging buah. Selama proses pematangan terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun secara kimiawi. Adapun perubahan proses secara kimiawi selama masa penyimpanan seperti rasa dari asam menjadi manis, terbentuknya vitamin-vitamin serta timbulnya aroma yang khas karena terbentuknya senyawa-senyawa volatil. Perubahan kimia tersebut terutama pada perubahan rasa manis pada daging buah dapat diperlihatkan melalui total padatan terlarut (Muchtadi et al., 2010).

(34)

semakin berlanj terhadap total pa tersebut metode

anjut, kandungan total padatan terlarut akan sem uai dengan pernyataan Matto et. al (1984) dal

menyatakan bahwa pemasakan dapat mening na yang memberi rasa manis, penurunan asam senyawa fenolik yang dapat mengurangi rasa se

Total padatan terlarut buah manggis semi

penyimpanan

padatan terlarut paling tinggi pada akhir pen anggis semi-cutting dengan perlakuan penc ilin 12% sebesar 8.87°Brix, sedangkan total h yaitu pada buah manggis semi-cutting de dengan konsentrasi 9% sebesar 5.67°Brix. Dari 2012) pada buah manggis yang tidak diberi semi

20 total padatan terlarut yang dikandung lebih is dengan perlakuan semi-cutting. Hal ini dika

s tanpa semi-cutting masih lebih baik daripada

cutting, karena perlakuan semi-cutting

da buah sehingga penurunan mutu akan lebih c arietas buah manggis yang digunakan jug itasnya.

analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada n bahwa metode pelilinan mulai berpengaruh

l padatan terlarut pada hari ke-6, 33, 48, dan ode pencelupan terlihat berbeda nyata den manggis semi-cutting yang dilapisi lilin denga

-rata total padatan terlarut yang lebih be rlihat berbeda nyata pada hari ke-6, 12, 18, 37, ta-rata konsentrasi yang dapat mempertahanka u konsentrasi lilin 12%.

R² = 0.949

an, 6% Pencelupan, 9% Pencelupan, 12% Pe

n, 9% Penyapuan, 12% Tanpa SC, 6% Ta

21 semakin menurun.

dalam Pantastico ningkatkan jumlah sam-asam organik a sepat dan masam.

(35)

22

Warna Daging Buah

Selama pematangan, buah tidak hanya mengalami perubahan warna kulit buah tetapi juga mengalami perubahan warna pada daging buahnya. Penentuan daging buah yang tidak rusak pada buah manggis agak sulit, lain halnya untuk daging buah bergetah dan rusak yang ditandai dengan mengerasnya kulit buah. Penentuan daging buah yang tidak rusak dan bergetah dapat dilakukan dengan menekan seluruh permukaan kulit buah. Adanya sedikit pengerasan pada permukaan kulit buah, merupakan ciri khas bahwa daging buah rusak dan bergetah. Daging buah rusak ditandai dengan berubahnya warna daging buah dari putih seperti susu menjadi bening dan berubahnya tekstur buah dari lunak menjadi renyah (Suyanti & Setiadjit 2007). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suyanti & Setiadjit (2007), pada penelitian ini perubahan warna daging buah manggis dapat ditandai dengan perubahan parameter kekerasan kulit buah selama penyimpanan, dimana sebelum penyimpanan warna daging buah manggis cenderung berwarna putih terang yang lama-kelamaan mengalami perubahan seiring dengan masa simpannya hingga kemudian mengalami pembusukan di akhir penyimpanan yang diindikasi dari kulit buah yang mengeras dan kering. Tingkat kecerahan/Lightness (L*)

Nilai L* menunjukkan tingkat kecerahan warna daging buah manggis semi-cutting. Dari Gambar 21 menunjukkan bahwa tingkat kecerahan warna daging buah manggis semi-cutting semakin lama semakin menurun hingga akhir penyimpanan pada hari ke-60 untuk semua perlakuan. Pada akhir penyimpanan tingkat kecerahan daging buah manggis semi-cutting paling tinggi yaitu pada buah manggis dengan perlakuan penyapuan menggunakan konsentrasi lilin 12% dengan nilai 60.17, sedangkan tingkat kecerahan paling rendah yaitu pada buah manggis semi-cutting dengan perlakuan pencelupan menggunakan konsentrasi lilin 12% dengan nilai 43.59.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Munanda (2012) pada buah manggis yang tidak dilakukan semi-cutting, terlihat pada Gambar 21 nilai kecerahan daging buah manggis relatif lebih rendah daripada nilai kecerahan daging buah manggis yang dilakukan semi-cutting serta mendapat perlakuan konsentrasi dan metode pelilinan. Pada akhir penyimpanan, nilai kecerahan daging buah manggis tanpa semi-cutting lebih tinggi daripada nilai kecerahan daging buah manggis yang dilakukan semi-cutting. Hal ini membuktikan bahwa mutu buah manggis tanpa semi-cutting lebih baik daripada buah manggis dengan semi-cutting, hanya saja kemudahan membuka buah pada buah manggis tanpa semi-cutting lebih sulit. Rendahnya nilai kecerahan pada daging buah manggis tanpa semi-cutting

(36)

Gambar 21 Ting

kecerahan yang semakin menurun se n sesuai dengan warna fisik daging buah mangg

a putih cerah semakin lama semakin kusam da mengalami pembusukan, dan beberapa ditem

lucent) dengan tekstur crispy seperti pada Gamba oronel dalam Suyanti dan Setyadjit (2007) war di transparan tersebut disebabkan adanya geta m daging buah, akan tetapi dalam penel etah kuning pada daging buah yang berubah ubahan warna daging buah menjadi bening tersebut

mpanan yang lama sehingga daging buah m ubah.

22 Perubahan warna daging buah manggis menj analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada n metode pelilinan yang digunakan mulai berpen

ging buah manggis semi-cutting pada hari ke

n, 6% Pencelupan, 9% Pencelupan, 12% Pen

n, 9% Penyapuan, 12% Tanpa SC, 6% Tan

(37)

24

metode pencelupan berbeda nyata dengan metode penyapuan dimana metode penyapuan lebih mampu mempertahankan kecerahan daripada metode pencelupan. Konsentrasi lilin yang digunakan berpengaruh nyata pada hari ke-23, 28, 41, 54, dan 58 (Lampiran 6).

Komponen warna Merah-Hijau (a*)

Komponen warna a* menandakan kriteria warna merah bahan yang diamati, semakin tinggi nilainya maka semakin merah warnanya (Juanasari 2004). Perubahan nilai kemerahan warna (a*) yang terjadi pada setiap perlakuan mengalami cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan buah manggis merupakan buah klimakterik yang mengalami proses pematangan setelah dipetik dari pohonnya, selama penyimpanan akan terjadi perubahan warna daging buah berubah menjadi semakin merah dan agak gelap.

Peningkatan nilai a* menunjukkan bahwa warna merah daging buah manggis semi-cutting semakin bertambah, dimana warna daging buah manggis semi-cutting yang awalnya putih cerah semakin lama semakin gelap karena pembusukan seperti pada Gambar 23.

Gambar 23 Warna daging buah manggis semi-cutting yang mulai membusuk pada hari ke-33

Gambar 24 menunjukkan komponen warna merah-hijau (a*) selama penyimpanan. Diketahui bahwa semakin lama penyimpanan, nilai a* pada semua perlakuan mengalami peningkatan. Pada penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa perlakuan pencelupan buah manggis semi-cutting dengan konsentrasi 12% paling dapat mempertahankan warna merah daging buah manggis sampai akhir penyimpanan dengan nilai a* sebesar 1.65, sedangkan buah manggis semi-cutting yang dilapisi lilin 12% dengan metode penyapuan memiliki nilai a* yang paling besar yaitu 7.97.

(38)

pencelupan 9% g paling mampu mempertahankan nilai a*.

24 Nilai a* daging buah manggis selama peny arna Kuning - Biru (b*)

bar 25 memperlihatkan perubahan nilai kom b*) daging buah manggis semi-cutting selama tersebut terlihat bahwa pada nilai b* cender

Dapat dilihat pada Gambar 25, pada awal penga ri ke-12 mengalami penurunan nilai komponen untuk semua perlakuan. Hal tersebut dikarena

hari ke-0 daging buah manggis semi-cutting

kuning yang terdapat pada kulit buah saat dibuka jadi pada buah manggis semi-cutting denga menggunakan konsentrasi lilin 12%, sedan u pada buah manggis semi-cutting dengan perlakua n konsentrasi lilin 12%.

sarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa m kan memberikan pengaruh nyata pada perubahan

sedangkan konsentrasi pelilinan yang dig terhadap nilai (a*) pada hari ke-54. Berdasa a Lampiran 8, konsentrasi lilin 6% berbeda 12% dalam mempengaruhi nilai (b*) pada hari

lin 6% memberikan rata-rata nilai b* paling renda = 0.349

ncelupan, 6% Pencelupan, 9% Pencelup

nyapuan, 6% Penyapuan, 9% Penyapu

25 ponen warna kuning-nakan pada awal

(39)

26

Gambar 25 Nilai b* daging bua

Uji organoleptik ya menggunakan panelis seban yaitu tampilan utuh, warna buah, dan penerimaan umum (Sangat tidak suka), 2 (Tida suka), 6 (Suka), 7 (Sangat s Tampilan utuh

Tampilan utuh buah buah manggis semi-cutting

subjektif, yaitu sebanyak penerimaan panelis untuk

cutting dengan aplikasi Penerimaan panelis untuk ta hari selama penyimpanan. diterima panelis hingga ha manggis semi-cutting telah 26 terlihat buah manggis de disukai oleh panelis daripada

ng buah manggis semi-cutting selama penyimpa Uji organoleptik

yang dilakukan adalah uji kesukaan atau hedoni banyak 15 orang mahasiswa. Sifat mutu yang di rna daging buah, rasa daging buah, aroma da umum (keseluruhan). Skala yang digunakan yai idak suka), 3 (Agak tidak suka), 4 (Netral), 5 (A

t suka) dengan batas penolakan panelis 3.5. buah manggis semi-cutting dilihat secara visual

ng yang digunakan untuk pengukuran objektif ak 3 sampel untuk setiap perlakuan. Rata uk parameter tampilan utuh buah manggis s

i pencelupan dapat dilihat pada Gambar k tampilan utuh buah semakin menurun dari har

an. Tampilan utuh buah manggis semi-cut

hari ke-37, setelah itu skor tampilan utuh bua ah mencapai batas penolakan panelis. Dari Gam

dengan perlakuan konsentrasi pelilinan 12% l pada buah manggis semi-cutting dengan konsent

R² = 0.002

encelupan, 9% Pencelupan, 12% Penyapuan, 6%

enyapuan, 12% Tanpa SC, 6% Tanpa SC, 10%

(40)

27

Gambar 26 Organoleptik tampilan utuh buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan pencelupan

Gambar 27 menunjukkan tampilan utuh buah manggis semi-cutting

yang dilapisi lilin dengan metode penyapuan. Dari gambar tersebut terlihat tampilan utuh buah manggis semi-cutting untuk semua perlakuan diterima oleh panelis hingga hari ke-18, akan tetapi untuk konsentrasi lilin 6% dan 9% masih diterima oleh konsumen pada hari ke-23.

Gambar 27 Organoleptik tampilan utuh buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan penyapuan

Pada hari ke-28 tampilan utuh buah manggis semi-cutting untuk semua perlakuan masih diterima oleh panelis, kemudian pada hari ke-33 hanya buah manggis semi-cutting dengan konsentrasi 6% dan 9% yang masih diterima oleh panelis. Pada hari ke-37 tampilan buah manggis semi-cutting masih diterima oleh panelis, kemudian mulai hari ke-41 hingga akhir

0 1 2 3 4 5 6

0 6 12 18 23 28 33 37 41 45 48 51 54 56 58 60

S

k

o

r

Lama Penyimpanan (Hari ke-)

6%

9%

12%

0 1 2 3 4 5 6

0 6 12 18 23 28 33 37 41 45 48 51 54 56 58 60

S

k

o

r

Lama Penyimpanan (Hari ke-)

6%

9%

12% Batas penerimaan

(41)

28

penyimpanan pada hari ke-60 tampilan buah manggis semi-cutting sudah dibawah batas penerimaan.

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan metode pelilinan dan konsentrasi lilin memberikan pengaruh nyata terhadap uji organoleptik untuk tampilan utuh pada hari ke-6 dan 37. Dari uji lanjut Duncan (Lampiran 9) pada hari ke-6 diketahui bahwa konsentrasi lilin 6% berdeda nyata dengan konsentrasi 9%, akan tetapi pada hari ke-37 perbedaan penerimaan panelis untuk tampilan utuh justru terlihat pada buah manggis semi-cutting dengan konsentrasi 9% dan 12% dimana konsentrasi lilin 12% lebih disukai oleh panelis daripada konsentrasi 6% dan 9%. Untuk metode pelilinan, dari uji lanjut Duncan diketahui metode pencelupan memberikan rata-rata skor penerimaan yang lebih besar daripada metode penyapuan.

Warna daging buah

Rata-rata skor penerimaan yang diberikan panelis untuk warna daging buah manggis semi-cutting yang dilakukan pelilinan dengan pencelupan dapat dilihat pada Gambar 28. Skor penerimaan panelis untuk warna daging buah terlihat berfluktuatif untuk setiap perlakuan yang diberikan pada buah manggis. Warna daging buah masih diterima oleh panelis hingga hari ke-28.

Gambar 28 Organoleptik warna daging buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan pencelupan

Pada hari ke-33 buah manggis semi-cutting dengan pelilinan 12% masih dapat diterima oleh panelis, sedangkan buah manggis semi-cutting

dengan pelilinan 6% dan 9% warna dagingnya tidak diterima oleh panelis. Skor warna daging buah untuk semua perlakuan konsentrasi pada hari ke-37 naik hingga diatas batas penerimaan skor untuk warna daging buah mulai dibawah batas penerimaan yaitu pada hari ke-45, hanya saja untuk konsentrasi 6% warna masih diterima oleh konsumen.

0 1 2 3 4 5 6 7

0 6 12 18 23 28 33 37 41 45 48 51 54 56 58 60

S

k

o

r

Lama Penyimpanan (Hari ke-)

6%

9%

(42)

29 Skor penerimaan panelis untuk warna daging buah manggis semi-cutting yang dilapisi lilin dengan metode penyapuan dapat dilihat pada Gambar 29. Pada Gambar 29 terlihat bahwa warna daging buah manggis

semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan metode penyapuan diterima oleh panelis hingga hari ke-33, setelah itu pada hari ke-37 buah manggis

semi-cutting dengan konsentrasi lilin 9% skor warna dagingnya telah dibawah batas penerimaan. Skor penerimaan untuk warna daging buah telah benar-benar dibawah batas penerimaan pada hari ke-48 hingga akhir penyimpanan.

Gambar 29 Organoleptik warna daging buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan penyapuan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa metode pelilinan dan konsentrasi pelilinan memberikan pengaruh nyata pada hari ke-33. Berdasarkan uji lanjut Duncan pada Lampiran 10, konsentrasi pelilinan 12% berbeda nyata dengan konsentrasi pelilinan 6% dan 9% dimana buah manggis semi-cutting yang dilapisi lilin dengan konsentrasi 12% paling disukai oleh panelis. Untuk metode pelilinan dari uji lanjut Duncan diketahui metode penyapuan memberikan rata-rata skor penerimaan yang lebih besar daripada metode pencelupan.

Rasa daging buah

Gambar 30 menunjukkan skor penerimaan panelis untuk parameter rasa daging buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan pelilinan dengan metode pencelupan. Rasa daging buah untuk semua perlakuan konsentrasi masih diterima oleh panelis hingga hari ke-28, pada hari ke-33 untuk konsentrasi 12% masih diterima oleh panelis tetapi untuk konsentrasi 6% dan 9% skor penerimaan untuk rasa daging buah telah dibawah batas penerimaan. Secara umum, rasa daging manggis semi-cutting dengan perlakuan pelilinan 12% lebih disukai oleh panelis daripada rasa daging buah manggis semi-cutting dengan konsentrasi 6% dan 9%. Mulai hari ke-45 hingga akhir penyimpanan rasa daging buah manggis semi-cutting untuk semua perlakuan telah mendapat skor dibawah batas penerimaan.

0 1 2 3 4 5 6 7

0 6 12 18 23 28 33 37 41 45 48 51 54 56 58 60

S

k

o

r

Lama Penyimpanan (Hari ke-)

6%

9%

(43)

30

Gambar 30 Organoleptik rasa buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan pencelupan

Gambar 31 menunjukkan skor penerimaan panelis untuk rasa daging buah manggis semi-cutting yang dilapisi lilin dengan metode penyapuan. Rasa daging buah manggis semi-cutting yang dilapisi lilin dengan metode penyapuan untuk semua konsentrasi masih dapat diterima oleh panelis hingga hari ke-23.

Gambar 31 Organoleptik rasa daging buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan penyapuan

Rasa daging buah manggis semi-cutting untuk semua konsentrasi lilin yang diaplikasikan dengan penyapuan mulai tidak diterima pada hari

0 1 2 3 4 5 6

0 6 12 18 23 28 33 37 41 45 48 51 54 56 58 60

S

k

o

r

Lama Penyimpanan (Hari ke-)

6%

9%

12%

0 1 2 3 4 5 6 7

0 6 12 18 23 28 33 37 41 45 48 51 54 56 58 60

S

k

o

r

Lama Penyimpanan (Hari ke-)

6%

9%

12% Batas penerimaan

(44)

31 ke-41 hingga akhir penyimpanan. Tingkat penerimaan yang menurun dibawah batas penerimaan kemudian meningkat kembali hingga diatas batas penerimaan dikarenakan panelis yang digunakan adalah mahasiswa yang tidak terlatih.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa metode pelilinan tidak memberikan pengaruh terhadap penerimaan rasa daging buah, sedangkan konsentrasi pelilinan mulai memberikan pengaruh pada hari ke-6, 18, 23, 28, 37, 41, dan 45 (Lampiran 11). Interaksi antara metode dan konsentrasi pelilinan berpengaruh pada hari ke-23, 28, 37, 41, dan 45 (Lampiran 11). Aroma daging buah

Rata-rata skor penerimaan panelis untuk aroma daging buah manggis

semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan pencelupan dapat dilihat pada Gambar 32. Dari gambar tesebut terlihat bahwa penerimaan panelis untuk aroma daging buah manggis semi-cutting semakin lama semakin menurun hingga skor penerimaan untuk semua perlakuan telah dibawah batas, yaitu pada hari ke-48.

Gambar 32 Organoleptik aroma buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan pencelupan

Pada hari k-33 skor panelis untuk aroma daging buah manggis semi-cutting dengan perlakuan konsentrasi pelilinan 9% mulai dibawah batas penerimaan, tetapi kemudian kembali naik pada hari ke-41. Selama penyimpanan, aroma daging buah manggis semi-cutting dengan perlakuan konsentrasi pelilinan 12% dengan pencelupan relatif lebih disukai panelis.

Skor penerimaan panelis untuk aroma daging buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan penyapuan dapat dilihat pada Gambar 33. Aroma dagung buah manggis semi-cutting untuk semua perlakuan konsentrasi diterima oleh panelis hingga hari 23. Pada hari ke-28 untuk konsentrasi 6% skor penerimaan untuk aroma daging buah berada dibawah batas penerimaan, akan tetapi naik kembali pada hari ke-33 hingga

0 1 2 3 4 5 6

0 6 12 18 23 28 33 37 41 45 48 51 54 56 58 60

S

k

o

r

Lama Penyimpanan (Hari ke-)

6%

9%

(45)

32

hari ke-37. Aroma daging buah manggis semi-cutting mulai tidak diterima oleh panelis pada hari ke-48.

Gambar 33 Organoleptik aroma buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan penyapuan

Hasil analisis ragam menunjukkan metode pelilinan mulai memberikan pengaruh terhadap penerimaan panelis untuk aroma daging buah pada hari ke-12. Dari uji lanjut Duncan diketahui metode penyapuan memberikan rata-rata skor penerimaan yang lebih besar daripada metode pencelupan. Konsentrasi pelilinan memberikan pengaruh terhadap penerimaan aroma buah pada hari ke-33, 37, dan 41. Dimana berdasarkan uji lanjut Duncan (Lampiran 12), pada hari ke-33 dan 41 konsentrasi lilin 12% berbeda nyata dengan konsentrasi lilin 6% dan 9% dimana aroma daging buah manggis semi-cutting dengan konsentrasi lilin 12% paling disukai oleh konsumen.

Penerimaan umum (Keseluruhan)

Skor penerimaan umum untuk semua perlakuan pada buah manggis

semi-cutting yang diaplikasikan pelilinan dengan pencelupan semakin lama semakin menurun seiring lamanya penyimpanan seperti yang terlihat pada Gambar 34. Skor untuk keseluruhan buah manggis semi-cutting diatas batas penerimaan hingga hari ke-28. Pada hari ke-33 buah manggis dengan konsentrasi pelilinan 9% berada dibawah batas penerimaan, tetapi pada hari ke-41 skor kembali naik hingga batas penerimaan. Keseluruhan buah manggis semi-cutting yang diaplikasikan lilin dengan pencelupan mulai ditolak panelis pad ahari ke-45.

0 1 2 3 4 5 6 7

0 6 12 18 23 28 33 37 41 45 48 51 54 56 58 60

S

k

o

r

Lama Penyimpanan (Hari ke-)

6%

9%

Gambar

Gambar 1 Visualisasi buah manggis
Tabel 2 Standar mutu manggis menurut SNI 01-3211-2009
Gambar 4 Universal Testing Machine
Gambar 8 Alat bantu semi-cutting
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5 pada pengamatan 3 HSA memperlihatkan bahwa buah manggis pada perlakuan ekstrak berbentuk serbuk, buah dan kelopak tidak berubah warna dan masih tetap segar serta tidak

Karakterisasi daging buah manggis dengan menggunakan plat memperlihatkan sifat; semakin tinggi frekuensi, kapasitansi dan loss coefficient semakin menurun sedangkan konduktansi akan

Data reflektan NIR kulit buah manggis yang berasal dari 10 buah sampel monitoring pada setiap tingkat suhu penyimpanan dinormalisasi 0-1 lalu digunakan untuk

Selain itu perlakuan semi-cutting tetap dapat memberikan kemudahan membuka buah manggis karena adanya alur cutting pada permukaan kulit buah dibandingkan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempertahankan warna hijau kelopak buah (sepal) dan mutu buah manggis dengan pemberian kombinasi perlakuan

Cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin dapat mempertahankan kesegaran cupat buah manggis hingga 16 hari setelah panen (HSP) dan dapat mempertahankan

(1999) menunjukkan buah manggis yang dipanen pada kulit buah hijau dengan setitik warna ungu (104 hari setelah antesis), warna kulit buah manggis berubah dengan cepat menjadi 10- 25%

Buah manggis yang telah dipanen walaupun telah dipisahkan dari inangnya namun tetap menunjukkan aktivitas hidup. Suplai energi masih dibutuhkan untuk menjaga tetap