• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterangan :

rs (rho) = korelasi Rank Spearman N = banyaknya sampel pengamatan

D = perbedaan skor antar dua kelompok pasangan

Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai Rank Correlation Spearman (rs) dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Tanda positif (+) menyatakan hubungan peringkat antara kedua variabel bersifat searah. Searah mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya juga besar. Sebaliknya apabila tandanya negatif (-) menyatakan hubungan peringkat antar kedua variabelnya berlawanan atau bertolak belakang (bersifat tidak searah). Tidak searah mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya kedua variabel. Patokan angkanya adalah sebagai berikut :

0.00–0.25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) 0.26–0.50 : korelasi cukup

0.51–0.75 : korelasi kuat 0.76–1.00 : korelasi sangat kuat Uji Signifikansi Hasil Korelasi

Menurut Sarwono (2006), signifikansi hubungan antara dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Hipotesis: H0 : Hubungan antara dua variabel tidak signifikan H1: Hubungan antara dua variabel signifikan 2. Patokan pengambilan keputusan selang kepercayaan 95%

Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Biofisik dan Letak Desa Penelitian

Desa Datar Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas 1747.1 ha berada pada ketinggian 600 mdpl. Adapun Batas-batas wilayah Desa Datar sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumpinghayu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dayeuhluhur, sebelah barat berbatasan dengan Desa Bolang, serta sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wanareja.

Desa Sumpinghayu Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas 1415.5 ha berada pada ketinggian 650 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

14

Datar, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cilumping, sebelah timur berbatasan dengan Desa Jambu.

Desa Cilumping Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas 2072.8 ha berada pada ketinggian 780 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kuningan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Datar sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijeruk sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumpinghayu.

Desa Cijeruk Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas 1637.5 ha dengan ketinggian 750 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Datar, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bolang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cilumping.

Gambar 3 Lokasi penelitian

Jenis tanah yang terdapat ditempat penelitian merupakan tanah latosol cokelat. Wilayah KPH Banyumas Barat berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk tipe iklim B, dengan temperatur rata-rata 20-27°C. KPH Banyumas Barat memiliki curah hujan rata-rata per tahun mencapai 2000 mm/th dengan banyaknya jumlah hari hujan 19 hari/bulan.

15 Status Lahan Desa Hutan

Lahan memiliki tata, fungsi dan status kepemilikan. Fungsi utama penggunaan lahan di desa penelitian baik Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk yaitu sebagai areal pemukiman, areal perkebunan, pertanian dan sarana umum masyarakat seperti sarana peribadatan, sarana olahraga, sarana jalan umum dan sarana bangunan umum. Setiap desa penelitian mendapatkan hak mengelola lahan hutan Perum Perhutani sesuai dengan perjanjian kerjasama antara masyarakat dengan Perum Perhutani KPH Banyumas Barat. Luas lahan yang dikerjasamakan dan telah disepakati yaitu Desa Datar seluas 613.7 ha Desa Sumpinghayu luas pangkuan hutan 1234.5 ha Desa Cilumping luas pangkuan hutan sebesar 1267.5 ha dan Desa Cijeruk luas pangkuan hutan 1298.5 ha

Tabel 3 Perbandingan lahan desa dengan lahan hutan

Desa Luas Lahan Desa Luas Hutan Persen (%)

Datar 1747.10 613.70 35.13

Sumpinghayu 1415.50 1234.50 87.21

Cilumping 2072.86 1267.50 61.15

Cijeruk 1637.56 1298.52 79.29

Total 5235.46 4414.22 84.31

Tabel 4 Status lahan desa lokasi penelitian Kategori penggunaan

lahan

Luas lahan (ha) Desa Datar Desa Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk Tanah pemukiman 481.00 54.50 164.50 183.45 Tanah persawahan 550.10 97.00 490.00 132.00 Tanah hutan/kebun 692.00 1234.50 1267.50 1298.52 Tanah prasarana 24.00 2.30 4.06 2.89 Lain-lain - 27.20 146.80 20.70 Total 1747.10 1415.50 2072.86 1637.56

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Datar pada tahun 2012 adalah 3655 jiwa yang terdiri dari 1879 orang laki-laki (48.76%) dan 1776 orang perempuan (51.23%) dengan jumlah 1055 kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Sumpinghayu pada tahun 2012 adalah 1052 jiwa yang terdiri dari 513 orang laki-laki (48.76%) dan 539 orang perempuan (51.23%) dengan jumlah 336 kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Cilumping pada tahun 2012 adalah 863 jiwa yang terdiri dari 431 orang laki-laki (49.94%) dan 432 orang perempuan (50.05%) dengan jumlah 263 kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Cijeruk pada tahun 2012 adalah 1.384 jiwa yang terdiri dari 699 orang laki-laki (50.50%) dan 685 orang

16

perempuan (49.49%) dengan jumlah 469 kepala keluarga. Bila diklasifikasikan menurut usia, penduduk Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Klasifikasi penduduk berdasarkan usia Usia

(tahun)

Desa Datar Desa

Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk Jumlah (jiwa) Persen (%) Jumlah (jiwa) Persen (%) Jumlah (jiwa) Persen (%) Jumlah (jiwa) Persen (%) 0-15 862 23.58 249 23.66 202 23.40 320 23.12 15-55 2079 56.88 624 59.31 479 55.50 778 56.21 ≥56 214 19.53 179 17.01 182 21.08 286 20.66 Total 3655 100.00 1052 100.00 863 100.00 1384 100.00

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Pendidikan

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh masyarakat Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk memiliki tingkat pendidikan masyarakat yang ditempuh selama hidup dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).

Tabel 6 Tingkat pendidikan masyarakat

Pendidikan

Desa Datar Desa

Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk Jumlah (jiwa) Persen (%) Jumlah (jiwa) Persen (%) Jumlah (jiwa) Persen (%) Jumlah (jiwa) Persen (%) SD 2774 84.06 651 69.70 106 48.62 47 34.56 SMP 365 11.06 208 22.27 86 39.45 45 33.09 SMA 130 3.94 44 4.71 19 8.72 37 27.21 PT 31 0.94 31 3.32 7 3.21 7 5.15 Total 3300 100.00 934 100.00 218 100.00 136 100.00

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Mata Pencaharian

Mata pencaharian dari penduduk desa lokasi penelitian sangat beraneka ragam. Mata pencaharian tersebut antara lain sebagai petani, buruh tani, PNS, pedagang, peternak, suasta dan pengrajin. Data klasifikasi dari jumlah mata pencaharian penduduk yang didapat dari data monografi dapat dilihat pada Tabel 7.

17

Tabel 7 Klasifikasi masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian Mata

Pencaharian

Desa Datar Desa

Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk Jumlah (jiwa) Persen (%) Jumlah (jiwa) Persen (%) Jumlah (jiwa) Persen (%) Jumlah (jiwa) Persen (%) Petani 2028 83.29 266 27.37 201 81.38 450 32.49 Buruh Tani 140 5.75 7 0.72 15 6.07 250 18.05 PNS 24 0.99 4 0.41 5 2.02 10 0.72 Pedagang 170 6.98 178 18.31 10 4.05 25 1.81 Peternak 6 0.25 433 44.55 1 0.40 619 44.69 Swasta 35 1.44 80 8.23 1 0.40 14 1.01 Pengrajin 32 1.31 4 0.41 15 100.00 16 1.16 Total 2435 100.00 972 100.00 248 81.38 1384 100.00

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) merupakan kegiatan yang meliputi penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, pemanfaatan sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumberdaya hutan dan konservasi alam. Pelaksanaan PHBM dilakukan dengan jiwa bersama, berdaya dan berbagi yang meliputi pemanfaatan lahan dan atau ruang, pemanfaatan waktu, pemanfaatan hasil dalam pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling mendukung serta kesadaran akan tanggung jawab sosial (Social Responcibility). Setiap pengelolaan hutan disusun program yang dapat dikerjasamakan dengan LMDH, antara lain : Bidang Perencanaan, Pembinaan SDH, Produksi, Pemasaran dan Industri, Keamanan Hutan, Keuangan dan SDM (SK Direksi Perum Perhutani Nomor 682/KPTS/DIR/2009).

Menurut SK Direksi Perum Perhutani Nomor 2141/KPTS/I/2002 tentang PHBM di Unit I Jateng mengenai objek dan jenis kegiatan meliputi kegiatan PHBM di dalam kawasan hutan maupun kegiatan diluar kawasan hutan. Kegiatan di dalam kawasan hutan terdiri dari kegiatan pengusahaan hutan yang meliputi bidang perencanaan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan, dan pemanenan hasil hutan. Usaha produktif yang berbasis lahan antara lain Agrisilvikultur, Silvofishery, Silvopastural, Agrosilvopastural. Usaha produktif yang berbasis bukan lahan antara lain: pengelolaan wisata, pengelolaan tambang galian, pengelolaan sumber mata air, pengembangan dan pengusahaan flora dan fauna, pemborongan barang dan jasa. Kegiatan di luar kawasan hutan meliputi kegiatan usaha produktif seperti pengembangan Hutan Rakyat, pengembangan peternakan, aneka usaha kehutanan seperti perlebahan dan persuteraan alam, industri pengelolaan hasil hutan dan industri kecil/industri rumah tangga.

18

Kegiatan PHBM di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I ini berjalan dengan adanya suatu lembaga yang mewadahi kegiatan ini. Salah satu lembaga yang berperan adalah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang dibentuk oleh Perum Perhutani. LMDH adalah satu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berada didalam atau disekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya (Awang et al. 2008). RPH Dayeuhluhur sudah terbentuk 8 LMDH. LMDH yang terpilih adalah LMDH lama yang sudah jalan kegiatannya minimal selama 5 tahun. Tiga LMDH baru dibentuk pada bulan juni 2013 sedangkan 1 LMDH merupakan LMDH pangkuan dari RPH Wanareja. Terdapat empat LMDH berdasarkan empat desa pangkuan hutan yang dipilih yaitu LMDH Lodaya di Desa Datar, LMDH Unggul Lestari di Desa Sumpinghayu, LMDH Wana Basma di Desa Cilumping dan LMDH Rindu Alam di Desa Cijeruk.

LMDH Lodaya

LMDH Lodaya merupakan LMDH yang paling baik dari LMDH yang diteliti dengan beberapa kegiatannya berorientasi pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan yang berbasiskan pemberdayaan dan pelestarian hutan. Kegiatan kerjasama PHBM dengan Perum Perhutani di LMDH Lodaya berupa kegiatan di dalam kawasan hutan yang meliputi kerjasama berupa penanaman, penebangan, penyadapan getah pinus, tumpang sari tanaman sengon, dan kegiatan keamanan sedangkan kegiatan diluar kawasan hutan meliputi kerjasama usaha produktif yaitu dibidang peternakan berupa ternak ayam serta kegiatan dibidang sosial masyarakatan seperti beasiswa untuk sekolah dasar dan santunan duka cita.

Peranan LMDH Lodaya pada kegiatan dalam kawasan hutan yang meliputi penanaman dan penebangan yaitu mengajak anggota maupun pengurus dalam pengadaan sumberdaya buruh bantu. Kegiatan pemeliharaan berupa patroli keamanan rutin dilakukan setiap saat. Kegiatan penyadapan getah pinus dilakukan oleh anggota LMDH Lodaya dengan sistem pembayaran dilakukan sesuai target getah yang didapat. Untuk sistem tumpangsari tanaman sengon dengan pinus dikerjasamakan dengan menandatangani kontrak kerjasama sebagai trasparasi bagi peran dan bagi hasil. Total luas tanaman sengon yang dikerjasamakan sebesar 2.51 ha yang ditanam pada petak 27B, 27C, 27D, 27E, 29A, 29B, 29C. Gambar 3 (a) merupakan salah satu lokasi tumpangsari tanaman sengon di petak 29C. Gambar 3 (b) merupakan salah satu kegiatan diluar kawasan hutan berupa usaha produktif pembesar ternak ayam. Usaha pembesaran ayam ini berupa pembesaran ayam yang berumur satu hari dibesarkan hingga umur 27 hari dan kemudian dijual ke Jakarta untuk bahan dasar ayam goreng cepat saji. Salah satu kegiatan PHBM di LMDH Lodaya dapat dilihat pada Gambar 4.

19

(a) (b)

Gambar 4 Tumpangsari tanaman sengon (a), Usaha ternak ayam (b) LMDH Unggul Lestari dan Rindu Alam

Kegiatan Kerjasama PHBM di LMDH Unggul Lestari dan LMDH Rindu Alam masih sebatas kegiatan di dalam kawasan hutan saja yang meliputi penanaman, penebangan, penyadapan getah pinus, tumpang sari tanaman sengon, dan kegiatan keamanan sedangkan kegiatan diluar kawasan hutan masih belum ada. Kegiatan penanaman dan penebangan LMDH Unggul Lestari dan Rindu Alam juga menyediakan sumberdaya buruh bantu, selain itu pengadaan tenaga buruh persemaian di LMDH Rindu Alam memiliki peran yang besar karena lokasi persemaian yang berada di Desa Cijeruk. Kegiatan penyadapan getah pinus pada Desa Sumpinghayu dan Desa Cijeruk dilakukan oleh anggota LMDH Unggul lestari dan Rindu Alam.

Kegiatan usaha produktif yang berbasis lahan yaitu tumpang sari tanaman sengon di Desa Sumpinghayu dikerjasamakan pada petak 28AR dengan luas 0,3 ha dan petak 28K dengan luas 0.18 ha pada Desa Cijeruk dikerjasamakan pada petak 28R dengan luas 0.06 ha dan petak 28AP dengan luas 0.03 ha. Jumlah luasan tanaman sengon yang dikerjasamakan ini masih sangat kecil namum bagi pengurus dan anggota LMDH sangat berarti karena mereka menganggap bahwa dengan memanfaatkan lahan yang kosong akan memberikan nilai tambah baik secara ekonomi yaitu dari bagi hasil maupun secara ekologi yaitu terjaganya kelestarian hutan. Selain itu manfaat sosial dari kegiatan kerjasama tanaman sengon sangat berpengaruh sehingga LMDH semakin kompak dalam menjaga keamanan hutan dan hubungan dengan pihak Perum Perhutani pun semakin baik dengan adanya kerjasama ini.

LMDH Wana Basma

LMDH Wana Basma memiliki peranan yang sangat penting di Desa Cilumping karena untuk desa ini penanaman pinus banyak mengalami kegagalan dalam pertumbuhan, dan area hutan produksinya sudah di non aktifkan/tutup kontrak. Namun sebagian besar hutan produksi terbatas berada pada Desa Cilumping sehingga peningkatan keamanan sangat diperlukan dalam menjaga untuk daerah tenurial ini terdapat mitos yang melarang bagi pejabat untuk datang

20

ke daerah tertentu dan jika melanggar maka akan keselong (hilang) tidak kembali lagi, namun tahun 2008 dilakukan persyaratan untuk daerah-daerah yang dilarang agar bisa didatangi oleh mandor Perum Perhutani. Lahan tidur akibat konflik tenurial seiring dengan adanya kegiatan PHBM lahan tersebut dikerjasamakan dengan masyarakat Desa Cilumping yang diwadahi oleh LMDH Wana Basma tahun 2009 dengan ditanami tanaman kopi arabika seluas 30 ha pada petak 28A (Gambar 4 b). Tugas Pengurus dan anggota LMDH adalah memelihara tanaman Kopi Arabika tersebut serta secara tidak langsung menjaga keamanan hutan produksi terbatas.

(a) (b)

Karakteristik Responden Umur

Responden terdiri dari pengurus dan anggota LMDH yang masuk dalam Desa pangkuan hutan RPH Dayehluhur yaitu Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk yang terdiri dari berbagai tingkatan umur. Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 6.

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 22-38 39-56 57-74 30% 40% 30% Persentase (%) Umur (Tahun) Gambar 5 Petak 28T tutup kontrak (a), Tumpang sari tanaman kopi (b)

21 Kegiatan PHBM didominasi oleh umur 39–56 tahun, umur ini menjadi suatu indikator kematangan masyarakat dalam berfikir, tingkat pengetahuan dan pengalaman yang baik. Pada umur 22–38 tahun menunjukan bahwa usia ini merupakan usia awal/muda dalam bekerja, hal tersebut muncul karena diusia muda rata-rata masyarakat mengadu nasib diluar kota sehingga kontribusi dalam PHBM masih sangat sedikit. Pada umur 57–74 tahun menunjukan bahwa umur ini masuk kategori usia yang tua sehingga cukup sedikit yang berkontribusi.

Pendidikan Responden

Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas sumberdaya manusia serta tingkatan kesejahteraan sehingga dapat menjadi gambaran umum potensi sumberdaya yang ada di desa pangkuan dalam resort. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 7.

Responden umumnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 53.33%. Persentase tersebut menggambarkan bahwa secara umum masyarakat masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Jumlah Anggota Keluarga

. Jumlah anggota keluarga dapat menjadi gambaran kecil jumlah penduduk dan kepadatan penduduk suatu wilayah. Persentase terbesar berkaitan dengan jumlah anggota keluarga ada pada rentan 2–3 orang sebesar 50.00% dan persentasi terendah sebesar 6.67% ada pada rentan 6–7 orang. Persentase tersebut menggambarkan bahwa responden yang terpilih mewakili gambaran umum dari jumlah kepadatan penduduk yang relatif sedang.. Tingkat jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Gambar 8

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% Tidak Sekolah SD SMP SMA PT 3,33% 53,33% 26,67% 13,33% 3,33%

Gambar 7 Komposisi tingkat pendidikan responden Persentase (%)

22

Luas Lahan Milik

Luas kepemilikan lahan masyarakat merupakan asset kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Luas lahan milik ini sangat bervariasi dari luasan paling rendah sebesar 150 m2 hingga paling tinggi sebesar 14.200 m2. Luas lahan milik dapat dilihat pada Gambar 9.

Kepemilikan lahan masyarakat pengurus maupun anggota LMDH dengan persentasi tertinggi sebesar 56.67% memiliki lahan milik antara 150≤x<4.833 m². Persentase tersebut menggambarkan bahwa secara umum kepemilikan lahan masyarakat masih relatif kecil sehingga potensi untuk menggarap lahan hutan sangat memungkinkan.

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan di Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu usaha dibidang tani dan dibidang non tani. Usaha dibidang tani meliputi kegiatan pengelolaan lahan pribadi maupun lahan hutan, kegiatan penyadapan, maupun kegiatan yang berkaitan dengan pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan. Kegiatan dibidang non tani meliputi kegiatan diluar pertanian seperti pegawai swasta,

0% 10% 20% 30% 40% 50% ≤x< ≤x< ≤x< 50,00% 43,33% 6,67% Persentase (%) Jumlah keluarga Gambar 8 Jumlah anggota keluarga

0% 20% 40% 60% 56,67% 30,00% 13,33% Luas lahan (m2) Persentase (%)

23 pedagang, buruh pabrik, dan lain lain. Jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 10.

Mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani sesuai dengan keadaan secara umum potensi dari desa. Potensi tersebut berupa kesuburan tanah yang baik, kesediaan air yang melimpah dan budaya bertani yang secara turun temurun sehingga usaha dibidang tani inilah yang menjadi pekerjaan utama dari masyarakat.

Pengalaman Pekerjaan

Pengalaman pekerjaan secara umum merupakan lamanya masyarakat dalam bekerja khususnya dibidang pertanian. Pengalaman pekerjaan ini berpengaruh pada tingkat pengetahuan dari bidang kerja masyarakat tersebut. Pengalaman pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 11.

Perbandingan tingkat pengalaman kerja dengan tingginya persentasi berada pada 19≤x<36 tahun. Persentasi pengalaman kerja ini secara keseluruhan mengambarkan bahwa masyarakat di Kecamatan Dayeuhluhur memiliki pengalaman yang cukup lama dalam bekerja.

0% 10% 20% 30% 40% 50% ≤x< ≤x< ≤x< 43,33% 50,00% 6,67% Persentase (%) Pengalaman kerja (tahun) Gambar 10 Jenis pekerjaan

Gambar 11 Pengalaman pekerjaan Persentase (%)

24

Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan penerimaan berupa uang, barang maupun jasa yang diperoleh dari hasil timbal balik kegiatan (kerja) dalam waktu tertentu dengan dikurangi biaya yang dikeluarkan. Pengelompokan pendapatan yang dihitung disini khusus hanya berupa uang, hal ini untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan. Pendapatan ini penting untuk diketahui sebagai indikator tingkat kesejahteraan keluarga. Tingkat pendapatan dapat dilihat pada Gambar 12.

Masyarakat desa secara umum memiliki tingkat pendapatan antara 6 juta– 20 juta/tahun. Masyarakat tergolong cukup dalam mendapatkan penghasilan karena untuk konsumsi makan masyarakat sebagian besar mendapatkannya dari pengolahan lahan sedangkan penghasilan uang ini merupakan hasil produk yang dijual sehingga masyarakat mendapatkan uang dari hasil penjualan tersebut.

Persepsi, Motivasi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap PHBM Persepsi

Persepsi masyarakat terhadap PHBM diketahui dari data wawancara terstruktur. Uji validitas dari 12 pertanyaan persepsi dalam wawancara diketahui nilai P Value < 0.05 ada pada 9 pertanyaan sedangkan 3 pertanyaan memiliki nilai yang lebih sehingga masuk dalam kategori tidak valid. Nilai validitas dapat dilihat pada Table 8.

Gambar 8 Tingkat Pendapatan

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% juta≤x< juta juta≤x< juta juta≤x< juta 66,67% 30,00% 3,33% Persentase (%) Pendapatan (RP/Tahun)

25

Tabel 8 Nilai validitas dari pertanyaan persepsi

No Indikator persepsi P Value

1 Pengertian dari PHBM 0.000

2 PHBM meningkatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan 0.000 3 PHBM meningkatkan keeratan antar masyarakat 0.693

4 PHBM meningkatkan kelestarian hutan Konstan

5 Nilai budaya atau adat dapat dipertahankan berkat PHBM 0.000 6 PHBM dapat meningkatkan kesejahteraan hidup 0.017 7 PHBM dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga 0.000 8 Kehadiran PHBM dapat memajukan sarana prasarana 0.000 9 Kegiatan PHBM meningkatkan pembangunan desa 0.000

10 Kegiatan PHBM meningkatkan kemandirian 0.551

11 Kegiatan PHBM membuka lapangan pekerjaan 0.000 12 Kegiatan PHBM sesuai dengan potensi masyarakat dan desa 0.000

Keterangan : pertanyaan yang dinyatakan valid jika nilai P-Value < 0.05

Indikator nomor 3 dan 10 tidak valid dan nomor 4 hasil jawabannya konstan sehingga tidak dipakai dalam persentasi skor. Selanjutnya uji reliabilitas dilakukan pada 9 poin pertanyaan dengan hasil alpha cronbach sebesar 0.746 (Lampiran 1). Hasil tersebut menunjukan bahwa pertanyaan masuk kategori reliabel yaitu alpha cronbach > 0.60 (Tabel 2).

Tabel 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM Variabel persepsi Kategori Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 21≤x<27 22 73.33

Sedang 15≤x<21 7 23.33

Rendah 9≤x<15 1 3.33

Total 30 100.00

Hasil dari pengujian validitas dan reliabilitas kemudian di skoring menggunakan skala likert dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah (Tabel 9). Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat persepsi masyarakat secara umum tergolong tinggi dengan persentasi sebesar 73.33% kemudian persentasi sedang sebesar 23.33% dan persentasi rendah sebesar 3.33%.

26

Tabel 10 Hasil korelasi indikator persepsi

No Indikator persepsi Koefisien

korelasi P Value

1 Pengertian dari PHBM 0.283 0.129

2 PHBM meningkatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan 0.501 0.005* 5 Nilai budaya atau adat dapat dipertahankan berkat PHBM 0.573 0.001* 6 PHBM dapat meningkatkan kesejahteraan hidup 0.674 0.000* 7 PHBM dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga 0.504 0.004* 8 Kehadiran PHBM dapat memajukan sarana prasarana 0.432 0.017* 9 Kegiatan PHBM meningkatkan pembangunan desa 0.554 0.002* 11 Kegiatan PHBM membuka lapangan pekerjaan 0.501 0.005* 12 Kegiatan PHBM sesuai potensi masyarakat dan desa 0.593 0.001*

* Berpengaruh nyata pada selang 95 %

Berdasarkan Tabel 10 untuk indikator persepsi yang memiliki P Value < 0.05 (terima H1 tolak H0) artinya bahwa indikator persepsi berkorelasi secara signifikan terhadap tingkat persepsi masyarakat pada PHBM. Berkorelasi secara signifikan mengandung arti bahwa semakin tinggi indikator persepsi masyarakat maka tingkat persepsi masyarakat akan semakin tinggi terhadap PHBM. Persepsi yang berkorelasi kuat (0.51–0.75) secara signifikan antara lain indikator 6, indikator 12, indikator 5, dan indikator 9.

Indikartor 6 berupa pengaruh kesejahteraan masyarakat dari kegiatan PHBM. Kesejahteraan bagi masyarakat dapat berbeda-beda, tidak dapat dilihat dari satu aspek saja oleh karenanya program PHBM dapat memberikan beberapa keuntungan sehingga tingkat kesejahteraan memiliki nilai korelasi yang tinggi diantara indikator lainnya. Kesejahteraan sendiri merupakan faktor internal berupa kebutuhan dari masyarakat yang timbul dari dalam diri. Indikator 12 berupa kegiatan PHBM sesuai dengan potensi masyarakat dan desa. Kegiatan PHBM yang sudah dilaksanakan sesuai dengan kemampuan maupun potensi yang dimiliki oleh masyarakat, kemampuan maupun potensi masyarakat dalam bertani dan berkebun sesuai dengan tujuan dari PHBM antara lain menyelaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kondisi dan dinamika sosial masyarakat desa hutan. Indikator 5 berupa budaya/adat dapat dipertahankan berkat PHBM. Menurut Suharjito & Darusman (1998) persepsi terhadap hutan dan kehutanan sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup, adat istiadat, dan kebiasaan serta ketergantungannya terhadap hutan dan kehutanan. Nilai budaya dan adat berupa kebiasaan dari masyarakat melakukan kegiatan secara bersama/gotong royong. Kegiatan gotong royong dinilai sama oleh masyarakat dengan jiwa PHBM yaitu bersama, berdaya dan berbagi, selain itu khusus di Desa Cilumping LMDH Wana Basma pernah diadakan upacara pemotongan kambing untuk memenuhi syarat masuknya pejabat dan karyawan perhutani di daerah pengelolaan hutan. Indikator 9 berupa peningkatan pembangunan desa dengan adanya PHBM. Pembangunan desa tidak secara fisik terlihat karena dana sharing

yang masih sedikit. Bagian 10 % kas desa digunakan untuk menambah peralatan

Dokumen terkait