• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA

MASYARAKAT (PHBM) DI RPH DAYEUHLUHUR BKPH

WANAREJA KPH BANYUMAS BARAT

AHADIAN RAKHMADI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Ahadian Rakhmadi

(4)

ABSTRAK

AHADIAN RAKHMADI. Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat. Dibimbing oleh YULIUS HERO.

Sumberdaya hutan memiliki peranan penting bagi pemerintah, masyarakat maupun pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Komponen kebijakan sangatlah berpengaruh terutama peranannya dalam pembuatan sistem pengelolaan hutan. Sistem pengelolaan hutan haruslah sesuai dengan tujuan bersama yaitu terciptanya kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan. Penelitian ini mengkaji persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat terhadap sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM). Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur (kuisioner) dengan pengambilan responden secara purposive sampling, observasi dan studi pustaka. Kegiatan PHBM di RPH Dayehluhur terdiri dari kegiatan di dalam kawasan hutan berupa kegiatan pengusahaan hutan, usaha produktif lahan dan kegiatan di luar kawasan hutan berupa usaha produktif peternakan ayam yang dilaksanakan di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Lodaya. LMDH Unggul Lestari, LMDH Rindu Alam dan LMDH Wana Basma hanya melakukan kegiatan di dalam kawasan hutan saja. Tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat terhadap PHBM termasuk dalam kategori tinggi. Tingkat persepsi sebesar 73.33 % secara umum dipengaruhi oleh faktor internal berupa kebutuhan akan kesejahteraan hidup dengan korelasi sebesar 0.674, hal ini menunjukan bahwa masyarakat secara internal melihat bahwa PHBM dapat memberikan kesejahteraan hidup bagi masyarakat. Tingkat motivasi sebesar 83.33% secara umum dipengaruhi oleh kegiatan yang sukarela atau voluntary sebesar 0.875, menunjukan bahwa masyarakat memiliki keinginan maupun dorongan untuk ikut serta secara sukarela dan sadar akan pentingnya kegiatan PHBM. Tingkat partisipasi sebesar 43.33% sebagian besar ada pada tingkat pelaksanaan secara umum dipengaruhi oleh kegiatan rapat pelaksanaan kegiatan dan sosialisasi PHBM sebesar 0.762, yang mengindikasikan bahwa masyarakat sangat antusias mengikuti kegiatan rapat maupun sosialisasi PHBM.

(5)

ABSTRACT

AHADIAN RAKHMADI. Perception, Motivation and Community Participation toward Community Forest Management (CFM) in RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat. Supervised by YULIUS HERO.

Forest resource has an important role for Indonesian Government, community and other stakeholders. The component of policyas a particular component play an influential role in the making of forest management system. Forest management systems shall comply the common goal i.e. the developing of community welfare and the sustainability of forests. This research examines the perception, motivation, and community participation toward system ofcommunity forest management (CFM). The method used in this research is structured interview (questionnaire) with retrieval of purposive sampling of respondents, observation and literature study. CFM activities in RPH Dayehluhur comprise of activities in the forest area of forest concession activities, land and productive business ventures of non productive land and activities outside the forest area such as chicken farm in LMDH Lodaya. LMDH Unggul Lestari, LMDH Rindu Alam dan LMDH Wana Basma only undertake activities within the forest area only.The level of perception, motivation and participation of society can be counted as high which CFM i.e. 73.33% level of perception in General is affected by internal factors include the need for welfare live with correlation of 0.674 this indicate that the communities internally to see what CFM give for the community, the level of motivation of 83.33% is generally influenced by the activities of voluntary or involuntary means that society has 0.875 desire or urge to participate on a voluntary basis and are aware of the importance of the activities of CFM and the level of participation of 43.33% largely exists on the level of implementation, are affected by the activities of the meeting of the implementation activities and socialization of CFM 0.762, indicating that the community is enthusiastic to following the meeting and socialization activities CFM

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA

MASYARAKAT (PHBM) DI RPH DAYEUHLUHUR BKPH

WANAREJA KPH BANYUMAS BARAT

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat Nama : Ahadian Rakhmadi

NIM : E14090132

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc.FTrop Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini adalah Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alm. Ir. Sudaryanto dan Dr. Ir. Yulius Hero, M.Sc selaku pembimbing, kepada staf Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, serta ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah (Basuki Nugroho), Ibu (Reni Erniyati), Zaoma Yundhini, Ria Puspita Sari, dan Sylvia Dewi Wulandari serta seluruh Keluarga, rekan-rekan Manajemen Hutan 46, dan Sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga Skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pikir 2

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) 3

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) 5

Persepsi 6

Motivasi 7

Partisipasi 8

METODE 10

Waktu dan Tempat 10

Alat dan Bahan 10

Metode Pengumpulan Data 10

Metode Pengolahan dan Analisis Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 13

Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat 17

Karakteristik Responden 20

Persepsi, Motivasi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap PHBM 24

SIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 37

(12)

DAFTAR TABEL

1 Skor pertanyaan pada persepsi, motivasi, dan partisipasi 11

2 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach 12

3 Perbandingan lahan desa dengan lahan hutan 15

4 Status lahan desa lokasi penelitian 15

5 Klasifikasi penduduk berdasarkan usia 16

6 Tingkat pendidikan masyarakat 16

7 Klasifikasi masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian 17

8 Nilai validitas dari pertanyaan persepsi 25

9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25

10 Hasil korelasi indikator persepsi 26

11 Nilai validitas dari pertanyaan motivasi 28

12 Tingkatan motivasi responden terhadap sistem PHBM 28

13 Hasil korelasi indikator motivasi 29

14 Nilai validitas dari pertanyaan partisipasi 31

15 Tingkatan partisipasi responden terhadap sistem PHBM 32

16 Hasil korelasi indikator partisipasi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 2

2 Hirarki kebutuhan Maslow 8

3 Lokasi penelitian 14

4 Tumpangsari tanaman sengon (a), Usaha ternak ayam (b) 19 5 Petak 28T tutup kontrak (a), Tumpang sari tanaman kopi (b) 20

6 Komposisi umur responden 20

7 Komposisi tingkat pendidikan responden 21

8 Jumlah anggota keluarga 22

9 Luas lahan milik 22

10 Jenis pekerjaan 23

11Pengalaman pekerjaan 23

12 Tingkat pendapatan Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya alam Indonesia merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia. Didalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 diketahui bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian hutan yaitu dengan memperhatikan sistem pengelolaan hutan, meningkatkan moral dan profesionalisme para penyelenggara, memperhatikan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya (Meitasari 2012). Pengelolaan yang baik adalah pengelolaan yang melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap hutan yaitu masyarakat sekitar hutan, pemerintah, serta para

stakeholder. Masyarakat sekitar hutan berinteraksi terhadap hutan secara intensif, oleh sebab itu diperlukan suatu pengetahuan dari pemerintah mengenai peranan partisipasi masyarakat di dalam dan sekitar hutan tersebut.

Pemerintah melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Perum Perhutani dalam meningkatkan kelestarian sumberdaya alam dan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach) melalui partisipasi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan melaksanakan beberapa kegiatan seperti Tumpang Sari pada tahun 1972, Mantri Lurah pada tahun 1974, Pembangunan Masyarakat Desa Hutan pada tahun 1982, dan Perhutanan Sosial pada tahun 1986. Sejalan dengan reformasi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya mendorong pula terjadinya reformasi dalam pembangunan sektor kehutanan, maka tahun 2001 lahir Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan ciri Bersama, Berdaya dan Berbagi yang berbasis lahan dan non lahan. Tahun 2007 terjadi perubahan paradigma dari PHBM menjadi PHBM Plus. PHBM Plus mengupayakan keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif. Tahun 2009 PHBM Plus kembali menjadi PHBM dengan perubahan beberapa keputusan yang bersifat mendukung melalui kerjasama antar pihak.

(14)

2

Kerangka Pikir

(15)

3 Perumusan Masalah

Adanya perbedaan pandangan berupa persepsi dan motivasi dari masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi terhadap peranan dari masyarakat dalam LMDH yang berbeda, sehingga berpengaruh pada sistem dari PHBM yang akan terlaksana. Faktor-faktor yang berkaitan dengan sikap tersebut perlu diidentifikasi dimana hubungan dengan lembaga yang mewadahi masyarakat harus diketahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kegiatan PHBM tersebut.

Berdasarkan pemikiran diatas maka penelitian ini difokuskan pada sikap petani berupa persepsi, motivasi dan partisipasi terhadap PHBM melalui LMDH. Selain itu hubungan antara tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi ini dapat dianalisi dengan efektif dalam sistem PHBM yang saat ini dilaksanakan di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

Tujuan Penelitian

Menerangkan hubungan tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi petani peserta LMDH dalam kegiatan PHBM

2. Memberikan informasi mengenai peranan LMDH dalam kegiatan PHBM di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja, KPH Banyumas Barat

3. Memberikan informasi kepada pihak Perum Perhutani dalam evaluasi dan penyempurnaan kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari

TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Sejarah PHBM di Perum Perhutani

(16)

4

mendorong untuk menggali kembali pengalaman-pengalaman negara antara lain

social forestry di India, village woodlots di Korea, forest villages di Thailand,

village forestation di Tanzania dan tumpangsari di Jawa. Upaya pengembangan kehutanan masyarakat mendapatkan dukungan dari para ahli dan praktisi kehutanan sedunia dengan mengadakan Kongres Kehutanan Sedunia VIII pada 16-28 Oktober 1978 di Jakarta dengan tema pokok „Forest for People’. Gagasan

forest for people dalam perkembangan dituntut bukan hanya diwujudkan melalui penyediaan hasil hutan bagi masyarakat atau melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan, melainkan juga menempatkan masyarakat sebagai aktor utama pengelolaan hutan, baik sebagai pengelola hutan yang di usahakan pada lahan sendiri maupun lahan negara (Suharjito et al. 2000).

Pengelolaan hutan berbasis masyarakat di indonesia menggunakan berbagai istilah seperti hutan kemasyarakatan, hutan kerakyatan, kehutanan masyarakat, kehutanan sosial dan social forestry. Istilah perhutanan sosial digunakan pertama kali dalam penyelenggaraan program oleh Perum Perhutani di Jawa pada tahun 1986 dan proyek percontohan program oleh Kantor Wilayah Departemen Kehutanan yang salah satunya adalah di Belangian. Menurut Permenhut Nomor P.01/Menhut-II/2004, Social forestry adalah sistem pengelolaan sumberdaya hutan pada kawasan hutan negara dan atau hutan hak, yang memberi kesempatan kepada masyarakat setempat sebagai pelaku dan atau mitra utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya dan mewujudkan kelestarian hutan.

Perum Perhutani mengembangkan pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat tersebut dengan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang ditetapkan dengan SK No.136/KPTS/DIR/2001. Upaya ini dilakukan karena ingin memberikan penguatan, hak, peran dan tanggung jawab serta kesejahteraan yang lebih besar kepada masyarakat lokal. Sistem PHBM ini berbeda dengan penerapan sistem kegiatan berbasis masyarakat sebelumnya seperti Mantri Lurah (MALU), Pengelolaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), perhutanan sosial dan lain sebagainya. Sistem PHBM ini menempatakan masyarakat menjadi mitra sejajar Perum Perhutani yang mampu membangun, melindungi dan memanfaatkan sumberdaya hutan di dalam sistem PHBM. Perum Perhutani bersama-sama dengan stakeholder lain yang aktif memfasilitasi masyarakat untuk menumbuh kembangkan budaya dan tradisi pengelolaan sumberdaya hutan di lahan-lahan desa pada beberapa wilayah yang kurang berkembang. Oleh karena itu, maka budaya tanggung jawab masyarakat terhadap pengelolaan hutan dapat terbangun dan pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri (Suharjito et al. 2000).

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

(17)

5 mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif. Prinsip yang mendasari adanya perubahan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) menjadi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus (PHBM Plus) adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan PHBM Plus diawali dengan perubahan pola pikir (mindset) pada semua jajaran di Perum Perhutani dari yang birokratif, sentralistik, kaku, ditakuti menjadi fasilitator, fleksibel, akomodatif dan dicintai.

2. Perencanaan partisipatif dan fleksibel sesuai dengan karakteristik wilayah. 3. Dilaksanakan dengan fleksibilitas, akomodatif, partisipatif dan kesadaran akan

tanggung jawab sosial (Social Responsibility).

4. Keterbukaan, kebersamaan, saling memahami dan pembelajaran bersama. 5. Bersinergi dan terintegrasi dengan program-program Pemerintah Daerah. 6. Pendekatan dan kerjasama kelembagaan dengan hak dan kewajiban yang jelas. 7. Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan.

8. Pemberdayaan masyarakat desa hutan secara berkesinambungan

9. Mengembangkan dan meningkatkan usaha produktif menuju masyarakat mandiri dan hutan lestari

10.Supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan bersama para pihak

Setelah dua tahun kemudian dalam mempercepat dan fleksibilitas pelaksanaan PHBM maka dilakukan perubahan terhadap Keputusan Direksi Perum Perhuntani Nomor 268/KPTS/DIR/2007 yang dirubah menjadi Keputusan Direksi Perum Perhuntani Nomor 682/KPTS/DIR/2009. Keputusan direksi ini meyatakan bahwa PHBM dapat dilaksanakan dengan baik apabila memenuhi syarat-syarat sebgai berikut :

1. Pemahaman yang utuh terhadap konsep PHBM dan kesiapan pola pikir (mindset) pada semua jajaran Perum Perhutani dan jajaran LMDH untuk melaksanakannya.

2. Desa dengan Kawasan Hutan Pangkuan Desanya (KHPD).

3. Pengkajian Desa secara Partisipatif (PDP) atau metode lain yang bersifat partisipatif.

4. Pertemuan dan pendampingan yang intensif. 5. Kelembagaan masyarakat desa hutan. 6. Aturan-aturan yang bersifat mengikat.

7. Usaha produktif dan atau sharing (bagi hasil). 8. Peran dan kerjasama antar pihak.

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)

(18)

6

Perum Perhutani dalam PHBM dengan prinsip kemitraan. LMDH memiliki hak kelola di petak hutan pangkuan di wilayah desa dimana LMDH itu berada, bekerjasama dengan Perum Perhutani dan mendapat bagi hasil dari kerjasama tersebut. LMDH dalam menjalankan kegiatan pengelolaan hutan, mempunyai aturan main yang dituangkan dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).

Pihak yang terlibat dalam proses pengembangan lembaga masyarakat desa hutan ini adalah: seluruh anggota dan pengurus dari LMDH, pemerintah daerah (desa sampai kabupaten), pihak yang terkait sesuai dengan kebutuhan (dinas/instansi terkait), pihak yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan lembaga (investor, perguruan tinggi, LSM), dan fasilitator yang dapat dipilih dari masyarakat sendiri atau pihak luar. Tujuan pengembangan LMDH adalah 1) untuk meningkatkan kemampuan LMDH dalam pengelolaan lembaganya, 2) pengenalan pendekatan partisipatif dalam rangka pengembangan lembaga, 3) memberikan pandangan yang berbeda dan kritis dalam rangka pengembangan lembaga masyarakat, dan 4) memberikan panduan sederhana namun bermutu dalam rangka pengembangan lembaga masyarakat. Manfaat pengembangan LMDH, yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan adanya panduan dalam pengembangan LMDH, untuk menghasilkan peningkatan kemampuan lembaga dalam pengelolaan lembaga secara tunggal maupun kolektif, serta mendorong lembaga untuk memiliki kekuatan dalam menghadapi dan berinteraksi dengan pihak luar, baik dalam daya dukung maupun dalam daya saing (kemampuan bernegosiasi) (Awang et al. 2008).

Persepsi

Leavitt (1978) menyatakan definisi persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi dapat diartikan juga sebagai pandangan, interprestasi, penilaian, harapan atau aspirasi seseorang terhadap objek yang dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima rangsangan (stimulus) dari objek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit dan mulut) dan dipahami dengan interprestasi atau penaksiran tentang objek yang dimaksud. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil respon seorang manusia terhadap sesuatu yang ditangkap oleh panca indera. Stimulus

dapat berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi dan kondisi tertentu. Pendapat lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2005).

(19)

7 seseorang yang berkaitan dengan objek atau permasalahan tertentu atau pengalaman orang lain yang dilihatnya atau yang diketahuinya berkenaan dengan hal tersebut dan struktur sosial yang mengatur kehidupan sosial seperti jumlah keluarga (Rakhmat 2005).

Persepsi terhadap hutan dan kehutanan sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup, adat istiadat, dan kebiasaan serta ketergantungannya terhadap hutan dan kehutanan. Masyarakat mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap hutan baik ketergantungan terhadap hasil hutan berupa kayu sebagai bahan bangunan, kayu bakar, daun jati, lahan usaha dan lain-lain. Dengan demikian persepsi mereka terhadap hutan pada umumnya baik dalam artian bahwa hutan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Namun persepsi yang baik terhadap hutan tidak selalu diikuti dengan persepsi yang baik terhadap kehutanan, dalam hal ini terhadap Perum Perhutani. Bagi masyarakat yang dalam kehidupannya banyak tergantung pada kegiatan Perum Perhutani pada umumnya mempunyai persepsi yang baik pula (Suharjito & Darusman 1998).

Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1998). Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor di dalam diri seseorang atau faktor intrinsik yaitu motivasi dari dalam diri seseorang ; seseorang melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya. Motivasi ekstrisik berasal dari diri orang itu. Seseorang melakukan sesuatu untuk memenangkan suatu hadiah yang khusus ditawarkan untuk perilaku tersebut (Leavitt 1978).

Maier (1955) dalam Zainun (1989) membedakan adanya dua macam keadaan motivasi. Keadaan motivasi yang pertama dinamakannya situasi motivasi yang subjective dan yang lain disebutnya situasi motivasi yang objective. Keadaan motivasi yang subjektif itu merupakan keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang disebut need atau kebutuhan, drive atau dorongan, atau desire atau keinginan. Sedangkan yang objektif adalah satu barang atau keadaan yang berada di luar seseorang yang biasa disebut dengan istilah incentive atau rangsangan atau

goal atau sasaran atau tujuan.

(20)

8

tidak gagal (sense of achievement), perasaan ikut serta (sense of participation). Kebutuhan yang keempat adalah kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs). Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula penghargaannya. Kemudian yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi kerja (Self actualisation). Manifestasi kebutuhan ini tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas kerja. Teori Maslow mengenai motivasi didasarkan kepada adanya tingkat-tingkat kebutuhan dan perubahan daya dorongnya. Perubahan daya dorong dalam istilah Maslow “prepotency” berarti bahwa apabila semua tingkat

kebutuhan manusia tidak bisa dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat pangan, papan dan sandang (kebutuhan fisiologis) merupakan kebutuhan paling dominan. Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Hirarki kebutuhan Maslow

Partisipasi

Partisipasi merupakan bentuk kegiatan ikut serta menyumbangkan sesuatu yang dimiliki sebagai respon terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sebenarnya definisi partisipasi sangat beragam. Menurut Nasdian (2003) dalam Budiarti (2011), partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat itu sendiri , dibimbing oleh cara berpikir sendiri dengan menggunakan sarana dan proses dimana mereka dapat melakukan kontrol efektif. Definisi ini memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri.

Cohen dan Uphoff (1980) dalam Budiarti (2011) menyatakan partisipasi yang dibagi dari dimensi partisipasi sebgai berikut:

1. Jenis partisipasi yang diharapkan meliputi:

a. Partisipasi dalam mengambil keputusan (perencanaan) b. Partisipasi dalam pelaksanaan

c. Partisipasi dalam menerima manfaat d. Partisipasi dalam evaluasi

(21)

9 b. Pemimpin setempat, meliputi: pemimpin informal, pemimpin organisasi

formal, dan pemerintah setempat c. Orang luar desa

3. Bagaimana proses partisipasi itu berlangsung, meliputi beberapa hal: a. Apakah inisiatif partisipasi itu timbul dari atas atau dari bawah? b. Apakah dorongan untuk berpartisipasi itu bersifat bebas atau paksaan? c. Bagaimana struktur partisipasi masyarakat?

d. Bagaimana saluran partisipasi, apakah secara individu atau secara kolektif, apakah melalui organisasi formal atau informal, apakah partisipasi itu langsung atau tidak langsung?

e. Jangka waktu partisipasi f. Lingkup partisipasi

g. Kemampuan masyarakat untuk memperoleh manfaat sesuai yang diharapkan sebagi hasil partisipasinya.

Seiring dengan perkembangannya, partisipasi terbagi dalam dua pola yaitu pola partisipasi secara individu dan pola partisipasi secara kelompok. Seseorang yang inovatif dan aktif dalam setiap kegiatan pembangunan akan sangat membantu dirinya dan keluarganya untuk meningkatkan taraf hidup secara ekonomis dan spiritual. Sebagai mahluk sosial, maka pola individu harus dikembangkan kepada anggota yang lain, sehingga tercipta pola partisipasi secara berkelompok atau secara menyeluruh. Kartasubrata (1986) mengemukakan bahwa dorongan dan rangsangan untuk berpartisipasi mencakup faktor –faktor kesempatan, kemauan, kemampuan dan bimbingan. Kesempatan untuk berpartisipasi hendaknya tidak hanya diberikan pada waktu pelaksanaannya saja tetapi juga mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian dan kemudian distribusi hasilnya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut Pangestu (1995) dalam Budiarti (2011) adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan dan pengalaman berkelompok.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal meliputi hubungan yang terjalin antara pihak mengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran.

Slamet (1980) dalam Kartasubrata (1986) mengemukakan bahwa syarat-syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi adalah sebagai berikut :

(22)

10

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2013 di Desa pangkuan hutan yaitu Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk areal RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kuisioner, kamera, kalkulator, laptop, software SPSS (Statistical Program for Social Science), Microsoft Excel dan Mocrosoft Word.

Metode Pengumpulan Data

Jenis Data

Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden, meliputi karakteristik responden, data persepsi, motivasi dan partisipasi serta gambaran umum kondisi hutan yang dikelola bersama masyarakat yang merupakan pengetahuan mereka. Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan penelitian namun diperoleh secara tidak langsung dari responden namun informasi yang diperoleh dari dokumen, arsip dan laporan. Data tersebut meliputi kondisi umum lokasi penelitian, data pelaksanaan PHBM, struktur organisasi masyarakat (LMDH), rencana staregis LMDH dan data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini

Teknik Pengamatan (observation)

Data dikumpulkan melalui pengamatan secara langsung terhadap berbagai kegiatan di lapangan, keadaan daerah penelitian dan pengamatan kondisi sosial masyarakat.

Teknik Wawancara (interview)

Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap responden yang terlibat dalam kerjasama serta berbagai pihak yang terkait untuk melengkapi data dan informasi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur/semiterstruktur (kuisioner) maupun wawancara tidak terstruktur (bebas).

Studi Pustaka

(23)

11

Pemilihan Responden

Pengambilan sampel responden menggunakan metode Purpossive Sampling. Responden yang dipilih berjumlah 30 orang yang ikut dalam kepengurusan LMDH di RPH Dayeuhluhur yang dipilih berdasarkan kepemilikan luas lahan yang beraneka ragam, tempat tinggal yang dekat dengan hutan dan keaktifan dalam LMDH. Jumlah 30 sampel yang diambil dari empat LMDH menggunakan metode teknik sampling proporsional sesuai dengan proporsi total setiap pengurus dan anggota LMDH.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Data

Analisis data disajikan secara deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa karakteristik dan praktek pengelolaan hutan berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapang. Peubah-peubah yang dianalisis adalah system pengelolaan yang diterapkan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan informasi hasil wawancara dan observasi lapang 2. Pemilihan informasi sesuai dengan kategori-kategorinya 3. Penyajian dalam bentuk uraian penjelasan dan tabel 4. Penarikan kesimpulan

Analisis Pengukuran Tingkat Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner menggunakan opsi jawaban skala

likert. Menurut Riduwan et al. (2009), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan PHBM diukur berdasarkan jumlah skor dengan 12 pertanyaan persepsi, 10 pertanyaan motivasi dan 25 pertanyaan partisipasi menggunakan skala likert. Masing-masing jawaban diberi skor seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Skor pertanyaan pada persepsi, motivasi, dan partisipasi

No. Jawaban Skor

1 Ya 3

2 Ragu-ragu 2

3 Tidak 1

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji Validitas dilakukan untuk menentukan keabsahan dari pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini. Uji ini menunjukkan skor, nilai dan ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Instrumen valid apabila nilai korelasi adalah positif dan nilai probabilitas korelasi P Value< taraf signifikan (α) sebesar 0.05 (selang kepercayaan 95%). Uji

validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variable dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment

(24)

12

Rxy = ∑ ∑ ∑

√ √

Keterangan:

rxy = korelasi antar X dan Y n = jumlah responden

X = skor masing-masing pertanyaan Y = skor total

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien

Alpha Cronbach pada software SPSS (Sarwono 2006). Jika ri positif dan nilainya mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0.6) maka pengukuran yang digunakan reliabel (Tabel 2).

Tabel 2 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach

Alpha Tingkat reliabilitas 0.00–0.20 Kurang reliable 0.21–0.40 Agak reliable 0.41–0.60 Cukup reliable

0.61–0.80 Reliable

0.81–1.00 Sangat reliable

Sumber : Budiarti (2011)

Analisis Korelasi Rank Spearman

(25)

13 rs (rho) = 1-

Keterangan :

rs (rho) = korelasi Rank Spearman N = banyaknya sampel pengamatan

D = perbedaan skor antar dua kelompok pasangan

Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai Rank Correlation Spearman (rs) dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Tanda positif (+) menyatakan hubungan peringkat antara kedua variabel bersifat searah. Searah mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya juga besar. Sebaliknya apabila tandanya negatif (-) menyatakan hubungan peringkat antar kedua variabelnya berlawanan atau bertolak belakang (bersifat tidak searah). Tidak searah mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya kedua variabel. Patokan angkanya adalah sebagai berikut :

0.00–0.25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) 0.26–0.50 : korelasi cukup

0.51–0.75 : korelasi kuat 0.76–1.00 : korelasi sangat kuat Uji Signifikansi Hasil Korelasi

Menurut Sarwono (2006), signifikansi hubungan antara dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Hipotesis: H0 : Hubungan antara dua variabel tidak signifikan H1: Hubungan antara dua variabel signifikan 2. Patokan pengambilan keputusan selang kepercayaan 95%

Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Biofisik dan Letak Desa Penelitian

Desa Datar Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas 1747.1 ha berada pada ketinggian 600 mdpl. Adapun Batas-batas wilayah Desa Datar sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumpinghayu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dayeuhluhur, sebelah barat berbatasan dengan Desa Bolang, serta sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wanareja.

(26)

14

Datar, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cilumping, sebelah timur berbatasan dengan Desa Jambu.

Desa Cilumping Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas 2072.8 ha berada pada ketinggian 780 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kuningan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Datar sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijeruk sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumpinghayu.

Desa Cijeruk Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas 1637.5 ha dengan ketinggian 750 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Datar, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bolang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cilumping.

Gambar 3 Lokasi penelitian

(27)

15 Status Lahan Desa Hutan

Lahan memiliki tata, fungsi dan status kepemilikan. Fungsi utama penggunaan lahan di desa penelitian baik Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk yaitu sebagai areal pemukiman, areal perkebunan, pertanian dan sarana umum masyarakat seperti sarana peribadatan, sarana olahraga, sarana jalan umum dan sarana bangunan umum. Setiap desa penelitian mendapatkan hak mengelola lahan hutan Perum Perhutani sesuai dengan perjanjian kerjasama antara masyarakat dengan Perum Perhutani KPH Banyumas Barat. Luas lahan yang dikerjasamakan dan telah disepakati yaitu Desa Datar seluas 613.7 ha Desa Sumpinghayu luas pangkuan hutan 1234.5 ha Desa Cilumping luas pangkuan hutan sebesar 1267.5 ha dan Desa Cijeruk luas pangkuan hutan 1298.5 ha

Tabel 3 Perbandingan lahan desa dengan lahan hutan

Desa Luas Lahan Desa Luas Hutan Persen (%)

Datar 1747.10 613.70 35.13

Sumpinghayu 1415.50 1234.50 87.21

Cilumping 2072.86 1267.50 61.15

Cijeruk 1637.56 1298.52 79.29

Total 5235.46 4414.22 84.31

Tabel 4 Status lahan desa lokasi penelitian Kategori penggunaan

Tanah pemukiman 481.00 54.50 164.50 183.45

Tanah persawahan 550.10 97.00 490.00 132.00

Tanah hutan/kebun 692.00 1234.50 1267.50 1298.52

Tanah prasarana 24.00 2.30 4.06 2.89

Lain-lain - 27.20 146.80 20.70

Total 1747.10 1415.50 2072.86 1637.56

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Kependudukan

(28)

16

perempuan (49.49%) dengan jumlah 469 kepala keluarga. Bila diklasifikasikan menurut usia, penduduk Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Klasifikasi penduduk berdasarkan usia

Usia (tahun)

Desa Datar Desa

Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk Jumlah

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Pendidikan

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh masyarakat Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk memiliki tingkat pendidikan masyarakat yang ditempuh selama hidup dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk Jumlah

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Mata Pencaharian

(29)

17

Tabel 7 Klasifikasi masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian

Mata

Pencaharian

Desa Datar Desa

Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk Jumlah

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) merupakan kegiatan yang meliputi penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, pemanfaatan sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumberdaya hutan dan konservasi alam. Pelaksanaan PHBM dilakukan dengan jiwa bersama, berdaya dan berbagi yang meliputi pemanfaatan lahan dan atau ruang, pemanfaatan waktu, pemanfaatan hasil dalam pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling mendukung serta kesadaran akan tanggung jawab sosial (Social Responcibility). Setiap pengelolaan hutan disusun program yang dapat dikerjasamakan dengan LMDH, antara lain : Bidang Perencanaan, Pembinaan SDH, Produksi, Pemasaran dan Industri, Keamanan Hutan, Keuangan dan SDM (SK Direksi Perum Perhutani Nomor 682/KPTS/DIR/2009).

(30)

18

Kegiatan PHBM di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I ini berjalan dengan adanya suatu lembaga yang mewadahi kegiatan ini. Salah satu lembaga yang berperan adalah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang dibentuk oleh Perum Perhutani. LMDH adalah satu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berada didalam atau disekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya (Awang et al. 2008). RPH Dayeuhluhur sudah terbentuk 8 LMDH. LMDH yang terpilih adalah LMDH lama yang sudah jalan kegiatannya minimal selama 5 tahun. Tiga LMDH baru dibentuk pada bulan juni 2013 sedangkan 1 LMDH merupakan LMDH pangkuan dari RPH Wanareja. Terdapat empat LMDH berdasarkan empat desa pangkuan hutan yang dipilih yaitu LMDH Lodaya di Desa Datar, LMDH Unggul Lestari di Desa Sumpinghayu, LMDH Wana Basma di Desa Cilumping dan LMDH Rindu Alam di Desa Cijeruk.

LMDH Lodaya

LMDH Lodaya merupakan LMDH yang paling baik dari LMDH yang diteliti dengan beberapa kegiatannya berorientasi pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan yang berbasiskan pemberdayaan dan pelestarian hutan. Kegiatan kerjasama PHBM dengan Perum Perhutani di LMDH Lodaya berupa kegiatan di dalam kawasan hutan yang meliputi kerjasama berupa penanaman, penebangan, penyadapan getah pinus, tumpang sari tanaman sengon, dan kegiatan keamanan sedangkan kegiatan diluar kawasan hutan meliputi kerjasama usaha produktif yaitu dibidang peternakan berupa ternak ayam serta kegiatan dibidang sosial masyarakatan seperti beasiswa untuk sekolah dasar dan santunan duka cita.

(31)

19

(a) (b)

Gambar 4 Tumpangsari tanaman sengon (a), Usaha ternak ayam (b)

LMDH Unggul Lestari dan Rindu Alam

Kegiatan Kerjasama PHBM di LMDH Unggul Lestari dan LMDH Rindu Alam masih sebatas kegiatan di dalam kawasan hutan saja yang meliputi penanaman, penebangan, penyadapan getah pinus, tumpang sari tanaman sengon, dan kegiatan keamanan sedangkan kegiatan diluar kawasan hutan masih belum ada. Kegiatan penanaman dan penebangan LMDH Unggul Lestari dan Rindu Alam juga menyediakan sumberdaya buruh bantu, selain itu pengadaan tenaga buruh persemaian di LMDH Rindu Alam memiliki peran yang besar karena lokasi persemaian yang berada di Desa Cijeruk. Kegiatan penyadapan getah pinus pada Desa Sumpinghayu dan Desa Cijeruk dilakukan oleh anggota LMDH Unggul lestari dan Rindu Alam.

Kegiatan usaha produktif yang berbasis lahan yaitu tumpang sari tanaman sengon di Desa Sumpinghayu dikerjasamakan pada petak 28AR dengan luas 0,3 ha dan petak 28K dengan luas 0.18 ha pada Desa Cijeruk dikerjasamakan pada petak 28R dengan luas 0.06 ha dan petak 28AP dengan luas 0.03 ha. Jumlah luasan tanaman sengon yang dikerjasamakan ini masih sangat kecil namum bagi pengurus dan anggota LMDH sangat berarti karena mereka menganggap bahwa dengan memanfaatkan lahan yang kosong akan memberikan nilai tambah baik secara ekonomi yaitu dari bagi hasil maupun secara ekologi yaitu terjaganya kelestarian hutan. Selain itu manfaat sosial dari kegiatan kerjasama tanaman sengon sangat berpengaruh sehingga LMDH semakin kompak dalam menjaga keamanan hutan dan hubungan dengan pihak Perum Perhutani pun semakin baik dengan adanya kerjasama ini.

LMDH Wana Basma

(32)

20

ke daerah tertentu dan jika melanggar maka akan keselong (hilang) tidak kembali lagi, namun tahun 2008 dilakukan persyaratan untuk daerah-daerah yang dilarang agar bisa didatangi oleh mandor Perum Perhutani. Lahan tidur akibat konflik tenurial seiring dengan adanya kegiatan PHBM lahan tersebut dikerjasamakan dengan masyarakat Desa Cilumping yang diwadahi oleh LMDH Wana Basma tahun 2009 dengan ditanami tanaman kopi arabika seluas 30 ha pada petak 28A (Gambar 4 b). Tugas Pengurus dan anggota LMDH adalah memelihara tanaman Kopi Arabika tersebut serta secara tidak langsung menjaga keamanan hutan produksi terbatas.

(a) (b)

Karakteristik Responden

Umur

Responden terdiri dari pengurus dan anggota LMDH yang masuk dalam Desa pangkuan hutan RPH Dayehluhur yaitu Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk yang terdiri dari berbagai tingkatan umur. Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 6.

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

22-38 39-56 57-74

30%

40%

30%

Persentase (%)

Umur (Tahun) Gambar 5 Petak 28T tutup kontrak (a), Tumpang sari tanaman kopi (b)

(33)

21 Kegiatan PHBM didominasi oleh umur 39–56 tahun, umur ini menjadi suatu indikator kematangan masyarakat dalam berfikir, tingkat pengetahuan dan pengalaman yang baik. Pada umur 22–38 tahun menunjukan bahwa usia ini merupakan usia awal/muda dalam bekerja, hal tersebut muncul karena diusia muda rata-rata masyarakat mengadu nasib diluar kota sehingga kontribusi dalam PHBM masih sangat sedikit. Pada umur 57–74 tahun menunjukan bahwa umur ini masuk kategori usia yang tua sehingga cukup sedikit yang berkontribusi.

Pendidikan Responden

Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas sumberdaya manusia serta tingkatan kesejahteraan sehingga dapat menjadi gambaran umum potensi sumberdaya yang ada di desa pangkuan dalam resort. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 7.

Responden umumnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 53.33%. Persentase tersebut menggambarkan bahwa secara umum masyarakat masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Jumlah Anggota Keluarga

. Jumlah anggota keluarga dapat menjadi gambaran kecil jumlah penduduk dan kepadatan penduduk suatu wilayah. Persentase terbesar berkaitan dengan jumlah anggota keluarga ada pada rentan 2–3 orang sebesar 50.00% dan persentasi terendah sebesar 6.67% ada pada rentan 6–7 orang. Persentase tersebut menggambarkan bahwa responden yang terpilih mewakili gambaran umum dari jumlah kepadatan penduduk yang relatif sedang.. Tingkat jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Gambar 8

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Tidak Sekolah

SD SMP SMA PT

3,33%

53,33%

26,67%

13,33%

3,33%

Gambar 7 Komposisi tingkat pendidikan responden Persentase (%)

(34)

22

Luas Lahan Milik

Luas kepemilikan lahan masyarakat merupakan asset kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Luas lahan milik ini sangat bervariasi dari luasan paling rendah sebesar 150 m2 hingga paling tinggi sebesar 14.200 m2. Luas lahan milik dapat dilihat pada Gambar 9.

Kepemilikan lahan masyarakat pengurus maupun anggota LMDH dengan persentasi tertinggi sebesar 56.67% memiliki lahan milik antara 150≤x<4.833 m². Persentase tersebut menggambarkan bahwa secara umum kepemilikan lahan masyarakat masih relatif kecil sehingga potensi untuk menggarap lahan hutan sangat memungkinkan.

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan di Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu usaha dibidang tani dan dibidang non tani. Usaha dibidang tani meliputi kegiatan pengelolaan lahan pribadi maupun lahan hutan, kegiatan penyadapan, maupun kegiatan yang berkaitan dengan pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan. Kegiatan dibidang non tani meliputi kegiatan diluar pertanian seperti pegawai swasta,

0% 10% 20% 30% 40% 50%

≤x< ≤x< ≤x< 50,00%

43,33%

6,67%

Persentase (%)

Jumlah keluarga

Gambar 8 Jumlah anggota keluarga

0% 20% 40% 60%

56,67%

30,00%

13,33%

Luas lahan (m2) Persentase (%)

(35)

23 pedagang, buruh pabrik, dan lain lain. Jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 10.

Mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani sesuai dengan keadaan secara umum potensi dari desa. Potensi tersebut berupa kesuburan tanah yang baik, kesediaan air yang melimpah dan budaya bertani yang secara turun temurun sehingga usaha dibidang tani inilah yang menjadi pekerjaan utama dari masyarakat.

Pengalaman Pekerjaan

Pengalaman pekerjaan secara umum merupakan lamanya masyarakat dalam bekerja khususnya dibidang pertanian. Pengalaman pekerjaan ini berpengaruh pada tingkat pengetahuan dari bidang kerja masyarakat tersebut. Pengalaman pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 11.

Perbandingan tingkat pengalaman kerja dengan tingginya persentasi berada pada 19≤x<36 tahun. Persentasi pengalaman kerja ini secara keseluruhan mengambarkan bahwa masyarakat di Kecamatan Dayeuhluhur memiliki pengalaman yang cukup lama dalam bekerja.

0% 10% 20% 30% 40% 50%

≤x< ≤x< ≤x< 43,33%

50,00%

6,67%

Persentase (%)

Pengalaman kerja (tahun) Gambar 10 Jenis pekerjaan

Gambar 11 Pengalaman pekerjaan Persentase (%)

(36)

24

Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan penerimaan berupa uang, barang maupun jasa yang diperoleh dari hasil timbal balik kegiatan (kerja) dalam waktu tertentu dengan dikurangi biaya yang dikeluarkan. Pengelompokan pendapatan yang dihitung disini khusus hanya berupa uang, hal ini untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan. Pendapatan ini penting untuk diketahui sebagai indikator tingkat kesejahteraan keluarga. Tingkat pendapatan dapat dilihat pada Gambar 12.

Masyarakat desa secara umum memiliki tingkat pendapatan antara 6 juta– 20 juta/tahun. Masyarakat tergolong cukup dalam mendapatkan penghasilan karena untuk konsumsi makan masyarakat sebagian besar mendapatkannya dari pengolahan lahan sedangkan penghasilan uang ini merupakan hasil produk yang dijual sehingga masyarakat mendapatkan uang dari hasil penjualan tersebut.

Persepsi, Motivasi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap PHBM

Persepsi

Persepsi masyarakat terhadap PHBM diketahui dari data wawancara terstruktur. Uji validitas dari 12 pertanyaan persepsi dalam wawancara diketahui nilai P Value < 0.05 ada pada 9 pertanyaan sedangkan 3 pertanyaan memiliki nilai yang lebih sehingga masuk dalam kategori tidak valid. Nilai validitas dapat dilihat pada Table 8.

Gambar 8 Tingkat Pendapatan

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

juta≤x< juta

juta≤x< juta

juta≤x< juta 66,67%

30,00%

3,33%

Persentase (%)

Pendapatan (RP/Tahun)

(37)

25

Tabel 8 Nilai validitas dari pertanyaan persepsi

No Indikator persepsi P Value

1 Pengertian dari PHBM 0.000

2 PHBM meningkatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan 0.000 3 PHBM meningkatkan keeratan antar masyarakat 0.693

4 PHBM meningkatkan kelestarian hutan Konstan

5 Nilai budaya atau adat dapat dipertahankan berkat PHBM 0.000 6 PHBM dapat meningkatkan kesejahteraan hidup 0.017 7 PHBM dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga 0.000 8 Kehadiran PHBM dapat memajukan sarana prasarana 0.000 9 Kegiatan PHBM meningkatkan pembangunan desa 0.000

10 Kegiatan PHBM meningkatkan kemandirian 0.551

11 Kegiatan PHBM membuka lapangan pekerjaan 0.000 12 Kegiatan PHBM sesuai dengan potensi masyarakat dan desa 0.000

Keterangan : pertanyaan yang dinyatakan valid jika nilai P-Value < 0.05

Indikator nomor 3 dan 10 tidak valid dan nomor 4 hasil jawabannya konstan sehingga tidak dipakai dalam persentasi skor. Selanjutnya uji reliabilitas dilakukan pada 9 poin pertanyaan dengan hasil alpha cronbach sebesar 0.746 (Lampiran 1). Hasil tersebut menunjukan bahwa pertanyaan masuk kategori reliabel yaitu alpha cronbach > 0.60 (Tabel 2).

Tabel 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM Variabel persepsi Kategori Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 21≤x<27 22 73.33

Sedang 15≤x<21 7 23.33

Rendah 9≤x<15 1 3.33

Total 30 100.00

(38)

26

Tabel 10 Hasil korelasi indikator persepsi

No Indikator persepsi Koefisien

korelasi P Value

1 Pengertian dari PHBM 0.283 0.129

2 PHBM meningkatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan 0.501 0.005* 5 Nilai budaya atau adat dapat dipertahankan berkat PHBM 0.573 0.001* 6 PHBM dapat meningkatkan kesejahteraan hidup 0.674 0.000* 7 PHBM dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga 0.504 0.004* 8 Kehadiran PHBM dapat memajukan sarana prasarana 0.432 0.017* 9 Kegiatan PHBM meningkatkan pembangunan desa 0.554 0.002* 11 Kegiatan PHBM membuka lapangan pekerjaan 0.501 0.005* 12 Kegiatan PHBM sesuai potensi masyarakat dan desa 0.593 0.001*

* Berpengaruh nyata pada selang 95 %

Berdasarkan Tabel 10 untuk indikator persepsi yang memiliki P Value < 0.05 (terima H1 tolak H0) artinya bahwa indikator persepsi berkorelasi secara signifikan terhadap tingkat persepsi masyarakat pada PHBM. Berkorelasi secara signifikan mengandung arti bahwa semakin tinggi indikator persepsi masyarakat maka tingkat persepsi masyarakat akan semakin tinggi terhadap PHBM. Persepsi yang berkorelasi kuat (0.51–0.75) secara signifikan antara lain indikator 6, indikator 12, indikator 5, dan indikator 9.

Indikartor 6 berupa pengaruh kesejahteraan masyarakat dari kegiatan PHBM. Kesejahteraan bagi masyarakat dapat berbeda-beda, tidak dapat dilihat dari satu aspek saja oleh karenanya program PHBM dapat memberikan beberapa keuntungan sehingga tingkat kesejahteraan memiliki nilai korelasi yang tinggi diantara indikator lainnya. Kesejahteraan sendiri merupakan faktor internal berupa kebutuhan dari masyarakat yang timbul dari dalam diri. Indikator 12 berupa kegiatan PHBM sesuai dengan potensi masyarakat dan desa. Kegiatan PHBM yang sudah dilaksanakan sesuai dengan kemampuan maupun potensi yang dimiliki oleh masyarakat, kemampuan maupun potensi masyarakat dalam bertani dan berkebun sesuai dengan tujuan dari PHBM antara lain menyelaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kondisi dan dinamika sosial masyarakat desa hutan. Indikator 5 berupa budaya/adat dapat dipertahankan berkat PHBM. Menurut Suharjito & Darusman (1998) persepsi terhadap hutan dan kehutanan sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup, adat istiadat, dan kebiasaan serta ketergantungannya terhadap hutan dan kehutanan. Nilai budaya dan adat berupa kebiasaan dari masyarakat melakukan kegiatan secara bersama/gotong royong. Kegiatan gotong royong dinilai sama oleh masyarakat dengan jiwa PHBM yaitu bersama, berdaya dan berbagi, selain itu khusus di Desa Cilumping LMDH Wana Basma pernah diadakan upacara pemotongan kambing untuk memenuhi syarat masuknya pejabat dan karyawan perhutani di daerah pengelolaan hutan. Indikator 9 berupa peningkatan pembangunan desa dengan adanya PHBM. Pembangunan desa tidak secara fisik terlihat karena dana sharing

(39)

27 Persepsi yang berkorelasi cukup (0.26–0.50) secara signifikan antara lain indikator 7, indikator 2, indikator 11, dan indikator 8. Berkorelasi secara signifikan mengandung arti bahwa semakin tinggi indikator persepsi masyarakat maka tingkat persepsi masyarakat akan semakin tinggi terhadap PHBM. Indikator 7 berupa adanya PHBM akan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Menurut Rakhmat (2005) persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi rangsangan (stimulus) pola pikir dan pandangan seseorang yang berkaitan dengan objek atau permasalahan tertentu atau pengalaman orang lain yang dilihatnya atau yang diketahuinya berkenaan dengan hal tersebut dan struktur sosial yang mengatur kehidupan sosial seperti jumlah keluarga. Peningkatan pendapatan merupakan indikator yang didasari dari permasalahan ekonomi masyarakat sehingga masyarakat berharap dengan adanya PHBM ini dapat memberikan peningkatan pendapatan untuk masyarakat sekitar hutan.

Indikator 2 berupa peningkatan pengalaman dan ilmu pengetahuan. Menurut Rakhmat (2005) persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang mempengaruhi pola pikir dan pandangannya terhadap suatu objek atau permasalahan tertentu seperti karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau pendidikan dan pengetahuan, kebutuhan, usia dan lain-lain. Tingkat persepsi dari peningkatan pengalaman dan ilmu pengetahuan ini merupakan kebutuhan yang tumbuh dari masyarakat mengenai rasa keingintahuan untuk lebih mendalami mengenai kegiatan PHBM dari Perum Perhutani.

Indikator 11 berupa ketersediaan lapangan kerja dengan adanya kegiatan PHBM. Masyarakat memandang bahwa kegiatan PHBM ini merupakan peluang yang sangat baik dalam membuka lapangan pekerjaan, baik digunakan sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Indikator 8 berupa kemajuan sarana dan prasarana setelah adanya PHBM dengan tingkat persepsi. Masyarakat berharap sarana dan prasarana dapat semakin maju dengan adanya jatah dana

sharing dari hasil kegiatan PHBM yaitu sebesar 10 % untuk kas desa dan 30% untuk dana sosial.

Persepsi pada indikator 1 berupa pengertian dari PHBM terhadap tingkat persepsi memiliki P Value > 0.05 (terima H0 tolak H1) artinya bahwa indikator motivasi tidak berkorelasi secara signifikan terhadap tingkat persepsi masyarakat pada PHBM. Tidak berkorelasi secara signifikan mengandung arti bahwa tinggi maupun rendahnya indikator persepsi masyarakat maka tidak mempengaruhi tingkat persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM. Masyarakat sebagian mengerti mengenai program Perum Perhutani tentang adanya pengelolaan yang melibatkan masyarakat (PHBM) dan sebagian besar masyarakat mengikuti kegiatan PHBM tersebut.

(40)

28

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kegiatan yang sesuai dengan potensi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan secara umum masyarakat dan kita ketahui bahwa pertanian sangat dominan di RPH Dayeuhluhur sehingga kolaborasi antara kehutanan dan pertanian sangat dianjurkan untuk kegiatan PHBM selanjutnya. Budaya masyarakat dalam bekerjasama serta bergotongroyong dapat dijadikan acuan untuk program kegiatan PHBM selanjutnya agar kekompakan dari masyarakat dapat terjaga.

Motivasi

Motivasi masyarakat terhadap PHBM diketahui dari data wawancara terstruktur. Uji validitas dari 10 pertanyaan persepsi dalam wawancara diketahui nilai P Value < 0.05 ada pada 9 pertanyaan sedangkan 1 pertanyaan memiliki nilai yang lebih sehingga masuk dalam kategori tidak valid. Nilai validitas dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Nilai validitas dari pertanyaan motivasi

No Indikator motivasi P Value

1 PHBM merupakan kegiatan yang dianjurkan pemerintah 0.000 2 Kegiatan PHBM merupakan kegiatan voluntary 0.000 3 PHBM membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha 0.022 4 Kegiatan PHBM memumbuhkan kepuasan kerja 0.000

5 PHBM dapat meningkatkan pendapatan 0.000

6 PHBM dapat dijadikan tabungan hari tua 0.000

7 Tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan 0.000 8 Kegiatan PHBM dapat meningkatkan pengalaman kerja 0.112 9 PHBM mempererat hubungan masyarakat dengan perhutani 0.000 10 Kegiatan PHBM memberi kemudahan dalam pengelolaan hutan 0.002

Keterangan : pertanyaan yang dinyatakan valid jika nilai P Value < 0.05

Tabel 11 menunjukan bahwa pada nomer 8 tidak valid, pertanyaan tersebut tidak dipakai dalam persentasi skor. Selanjutnya uji reliabilitas dilakukan pada 9 poin pertanyaan dengan hasil alpha cronbach sebesar 0.676 (Lampiran 1). Hasil tersebut menunjukan bahwa pertanyaan masuk kategori reliabel yaitu alpha cronbach > 0.60 (Tabel 2).

Tabel 12 Tingkatan motivasi responden terhadap sistem PHBM Variabel motivasi Kategori Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 21≤x<27 25 83.33

Sedang 15≤x<21 5 16.67

Rendah 9≤x<15 0 0.00

Total 30 100.00

(41)

29 dengan persentasi sebesar 83.33% kemudian persentasi sedang sebesar 16.67% dan persentasi rendah sebesar 0.00%.

Tabel 13 Hasil korelasi indikator motivasi

No Indikator motivasi Koefisien

korelasi P Value 1 PHBM merupakan kegiatan yang dianjurkan pemerintah 0.595 0.001* 2 Kegiatan PHBM merupakan kegiatan voluntary 0.875 0.000* 3 PHBM membuka lapangan kerja dan kesempatan

berusaha

0.597 0.000* 4 Kegiatan PHBM memumbuhkan kepuasan kerja 0.331 0.074

5 PHBM dapat meningkatkan pendapatan 0.745 0.000*

6 PHBM dapat dijadikan tabungan hari tua 0.340 0.066 7 Tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam

pengelolaan

0.598 0.000* 9 PHBM mempererat hubungan masyarakat dengan pihak

perum perhutani

0.597 0.000* 10 Kegiatan PHBM memberi kemudahan dalam pengelolaan

hutan

0.447 0.013*

* Berpengaruh nyata pada selang 95 %

Berdasarkan Tabel 13 untuk indikator motivasi yang memiliki P Value < 0.05 (terima H1 tolak H0) memiliki arti bahwa indikator motivasi berkorelasi secara signifikan terhadap tingkat motivasi masyarakat pada PHBM. Berkorelasi secara signifikan mengandung arti bahwa semakin tinggi indikator motivasi masyarakat maka tingkat motivasi masyarakat akan semakin tinggi terhadap PHBM.

Motivasi yang berkorelasi sangat kuat (0.76–1.00) adalah indikator 2 berupa kegiatan PHBM merupakan kegiatan voluntary. Kebutuhan sosial dari masyarakat untuk ikut serta dan diterima melalui program voluntary ini yang menjadikan masyarakat tertarik untuk bergabung dalam kegiatan PHBM. Faktor yang mempengaruhi besarnya nilai korelasi pada indikator ini berasal dari dalam diri (intrinsik) dimana situasi motivasi bersifat subjektif yaitu masyarakat memiliki keinginan maupun dorongan untuk ikut serta secara sukarela dan sadar akan pentingnya kegiatan PHBM.

Motivasi yang berkorelasi kuat (0.51–0.75) antara lain indikator 5, indikator 7, indikator 3, indikator 9 dan indikator 1. Indikator 5 berupa kegiatan PHBM dapat meningkatkan pendapatan. Motivasi masyarakat dalam memperoleh pendapatan timbul dari dalam diri (intrinsik) sebagai dorongan yang sifatnya subjektif sedangkan melihat dari perolehan pendapatan menjadi sasaran maupun tujuan utama (objektif). Indikator 7 berupa kegiatan PHBM merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Masyarakat sadar kegiatan PHBM ini merupakan kegiatan bersama antara pemerintah dan masyarakat sehingga menjadi suatu motivasi bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan hutan di Perum Perhutani.

(42)

30

karena masyarakat mengetahui bahwa dengan adanya kegiatan PHBM ini maka akan membuka lapangan pekerjaan dan membuka kesempatan berusaha. PHBM ini bermanfaat bagi masyarakat yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan tetap, masyarakat yang memiliki lahan kecil, bahkan masyarakat yang memiliki lahan luas. Jenjang motivasi menurut Teori Maslow berupa kebutuhan akan pengembangan kapasitas kerja dan situasi motivasi yang berperan adalah kebutuhan atau dorongan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan sehingga bersifat subjektif.

Indikator 9 berupa kegiatan PHBM dapat mempererat hubungan masyarakat dengan pihak Perum Perhutani. Masyarakat termotivasi untuk ikut dalam kegiatan PHBM agar hubungan antara masyarakat dengan pihak Perum Perhutani menjadi baik dan semakin erat. Ada kecenderungan masyarakat untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan pihak perum perhutani dan menurut tingkat kebutuhan Maslow masuk dalam kategori kebutuhan sosial masyarakat.

Indikator 1 berupa PHBM merupakan kegiatan yang dianjurkan oleh pemerintah. Masyarakat termotivasi mengikuti kegiatan PHBM karena merupakan kegiatan yang dianjurkan oleh pemerintah sehingga tingkat motivasi masyarakat akan semakin tinggi seiring dengan peningkatan program sosialisasi yang diberikan oleh pemerintah. Situasi motivasi ini termasuk yang objektif, masyarakat akan antusias dengan adanya rangsangan dari pemerintah berupa sosialisasi, pendampingan dan kepercayaan yang diberikan.

Motivasi yang berkorelasi cukup (0.76–1.00) adalah indikator 10 berupa hubungan dari kegiatan PHBM memudahkan dalam pengelolaan hutan terhadap tingkat motivasi. Masyarakat termotivasi untuk mengikuti kegiatan PHBM agar masyarakat mengerti bagaimana cara mengelola hutan dengan baik. Masyarakat ingin adanya perubahan dengan mengikuti kegiatan PHBM, hal ini merupakan situasi yang bersifat objektif serta dapat diketahui adanya timbal balik dari pengembangan diri yang diperoleh merupakan kebutuhan aktualisasi menurut teori Maslow.

Indikator motivasi yang memiliki P Value > 0.05 (terima H0 tolak H1) memiliki arti bahwa indikator motivasi tidak berkorelasi secara signifikan terhadap tingkat motivasi masyarakat pada kegiatan PHBM. Tidak berkorelasi secara signifikan mengandung arti bahwa tinggi maupun rendahnya indikator motivasi masyarakat maka tidak mempengaruhi tingkat motivasi masyarakat. Indikator yang tidak berkorelasi secara signifikan antara lain indikator 4 dan indikator 6. Indikator 4 berupa kegiatan PHBM menumbuhkan kepuasan kerja. Masyarakat yang memiliki kepuasan kerja tinggi maupun rendah dalam kegiatan PHBM tidak menjadi faktor motivasi bagi masyarakat. Kegiatan PHBM ini memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi masyarakat yang menjadikan PHBM sebagai pekerjaan utama karena dapat memberikan pendapatan tetap bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi masyarakat yang menjadikan PHBM sebagai pekerjaan sampingan kepuasan kerjanya cukup tinggi karena sudah terlanjur antusias pada pekerjaan utamanya namun kelebihan utama dari pekerjaan sampingan bagi masyarakat adalah dapat memberikan tambahan pendapatan.

(43)

31 lebih sehingga dapat dijadikan tabungan untuk hari tua. Nilai ekonomis yang sangat besar dirasakan oleh masyarakat adalah dari penyadapan getah pinus, karena selain memberikan pendapatan yang tetap dari hasil hutan non kayu tersebut juga digunakan untuk keperluan hidup masyarakat sehari-hari sehingga tidak ada uang sisa yang dapat disisihkan untuk dijadikan tabungan. Pola pikir masyarakat tersebut harus dirubah oleh Perum Perhutani dengan meningkatkan program-program PHBM yang lainnya agar masyarakat tidak memandang satu kegiatan PHBM saja.

Kegiatan PHBM melalui motivasi masyarakat dapat mempengaruhi keputusan dari keikutsertaan masyarakat. Tiga indikator digunakan untuk melakukan evaluasi kebijakan dari kegiatan PHBM. Satu indikator dengan korelasi sangat kuat yaitu kegiatan PHBM yang sifatnya voluntary atau sukarela dan dua indikator dengan korelasi kuat yaitu kegiatan PHBM dapat meningkatkan pendapatan serta kegiatan PHBM merupakan tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Perum Perhutani sebaiknya tetap mempertahankan kegiatan PHBM yang membebaskan masyarakat untuk bergabung karena kesadaran mereka sendiri, masyarakat sadar bahwa kegiatan PHBM dapat memberikan banyak keuntungan, indikator tersebut merupakan kunci utama yang menjadi daya tarik masyarakat untuk sukarela mengikuti kegiatan PHBM. Sistem kemitraan yang menempatkan kedudukan masyarakat setara dengan Perum Perhutan menjadi motif masyarakat untuk senantiasa bertanggungjawab, sehingga tanggungjawab bersama antara masyarakat dan Perum Perhutani merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksankan. Perum Perhutani harus membuat suatu kebijakan yang mewajibkan bagi pihak Perum Perhutani sendiri untuk bertanggungjawab dalam setiap pelaksanaan PHBM. Dengan adanya kewajiban dalam bertanggungjawab dapat meningkatkan kinerja kegiatan PHBM sekaligus memberikan contoh pada masyarakat bahwa Perum Perhutani serius dalam melakukan pengelolaan hutan. Partisipasi

Partisipasi masyarakat terhadap PHBM diketahui dari data wawancara terstruktur. Uji validitas dari 25 pertanyaan partisipasi dalam wawancara diketahui nilai P Value < 0.05 ada pada 22 pertanyaan, sedangkan 3 pertanyaan memiliki nilai yang lebih sehingga masuk dalam kategori tidak valid. Nilai validitas dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Nilai validitas dari pertanyaan partisipasi

No Indikator partisipasi perencanaan P Value

1 Masyarakat ikut dalam rencana kegiatan PHBM 0.000 2 Keterlibatan tokoh masyarakat dalam penyusunan kegiatan 0.712 3 Keikutsertaan masyarakat dalam penandatanganan kerjasama 0.000 4 Masyarakat ikut dalam pertemuan pelaksanaan kegiatan 0.000 5 Masyarakat ikut dalam penentuan tanaman yang akan ditanam 0.004 6 Masyarakat ikut dalam penentuan lokasi penanaman 0.000 7 Peningkatan kegiatan dan keamanan hutan oleh masyarakat 0.753 8 Masyarakat ikut dalam penentuan bagi hasil 0.048

9 Masyarakat ikut dalam rapat perencanaan 0.000

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2 Hirarki kebutuhan Maslow
Tabel 2 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach
Gambar 3 Lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bagi mahasiswa yang mengalami bentrok atau kelas tidak dibuka sehingga membutuhkan persetujuan mata kuliah baru, maka dapat mengisi google

SMN1301 - Bisnis Inovasi Perusahaan STI701 - Perancangan &amp; Pengembangan Produk Ir.

Sehubungan dengan Pelaksanaan Pelelangan Umum Paket Pekerjaan Pembangunan Sumur Resapan pada Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Ende Tahun Anggaran

( ، ﺎﻣﻭ ﺕﺪﺟﻭ ﺎﻀﻳﺃ ﺔﺨﺴﻨﻟﺍ ﻩﺬﻫ. ﻄﺨﳌﺍ ﻥﺇ ﻑﻮﺼﺘﻟﺍ ﻦﻋ ﻢﻠﻜﺘﺗ ﺯﻮﻨﻜﻟﺍ ﱂﺎﻋ ﺔﻃﻮ ﰲ ﺚﺤﺒﳌﺍ ﺍﺬﻫ ﺪﳒ ﻥﺃ ﺎﻨﻟ ﻦﻜﳝﻭ ، ﻯﺮﺧﻷﺍ ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ ﺕﺎﻃﻮﻄﺨﳌﺍ ﺖﺜﲝ ﺪﻘﻟ ﻦﻜﻟ ، ﱂﻭ ﺕﺎﺟﻮﻟﺎﺘﻜﻟﺍ

Berdasarkan pemaparan seluruh kegiatan penyuluhan dan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Sederhana di Dusun Kasuari Desa Asilulu, maka dapat disimpulkan bahwa sejumlah

Berapa banyak siswa yang tidak melompat pada gamabar di bawah ini..a. Berapakah jumlah kok pada gambar

Variabel-variabel dalam penelitian ini yang meliputi variabel independen (eksogen, bebas) yaitu gaya kepemimpinan (X1), motivasi (X2), disiplin (X3), dan variabel