• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan

Kecamatan Lengayang berlokasi di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Kecamatan Lengayang di utara berbatasan dengan Kecamatan Sutera (Surantih, Taratak, Ampiang Parak); di selatan dengan Kecamatan Ranah Pesisir; di timur berbatasan dengan Solok Selatan dan di Barat dengan Kabupaten Mentawai dan Samudera Hindia. Gambar 2 menyajikan peta lokasi Kecamatan Lengayang di Kabupaten Pesisir Selatan.

Gambar 2. Peta Lokasi Kecamatan Lengayang, Pesisir Selatan

Secara umum mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Lengayang sebagai nelayan, bertani, berladang dan beternak sapi secara tradisional. Hampir setiap kepala keluarga memiliki sapi minimal tiga ekor. Sapi betina dan anak diumbar pada siang hari di kebun dan pada malam hari dikandangkan. Sapi jantan dikandangkan untuk tujuan penggemukan untuk dijual pada saat hari besar Idul Adha. Kandang sapi dibuat dari bahan kayu dengan atap daun rumbia atau seng. Gambar 3 menyajikan sapi Pesisir jantan yang diamati.

17 Gambar 3. Sapi Pesisir Jantan

Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Rumah Potong Hewan (UPTD-RPH) Pancoran Mas

Unit Pelaksanaan Teknis Daerah-Rumah Potong Hewan (UhPTD-RPH) Pancoran Mas berlokasi di Jl. Caringin No. 83 Kp. Kekupu, Kel. Rangkapan Jaya, Kota Depok. Gambar 4 menyajikan peta lokasi UPTD-RPH Pancoran Mas, Kota Depok.

18 RPH Pancoran Mas digolongkan ke dalam RPH tradisional. Kegiatan pemotongan hewan dilaksanakan di bawah pengawasan Dinas Pertanian Kota Depok. Kapasitas potong sekitar 40 ekor sapi per hari. Ternak yang dipotong meliputi sapi Bali, sapi PO, dan sapi Brahman Cross. Sapi Bali langsung didatangkan dari Bali, sapi PO didatangkan dari Jawa Timur dan sapi Brahman Cross didatangkan dari Lampung. RPH ini dilengkapi dengan kandang penampungan berupa kandang individu. Kandang individu dibagi menjadi dua blok, yaitu blok khusus untuk sapi Bali dan blok campuran untuk sapi PO dan sapi Brahman Cross. Gambar 5 menyajikan sapi Bali jantan.

Gambar 5. Sapi Bali Jantan Mitra Tani Farm (MT Farm)

CV Mitra Tani Farm (MT Farm) berlokasi di Jl. Baru Manunggal 51 No. 39, RT 04/05 Tegal Waru Ciampea, Bogor. MT Farm pada awalnya merupakan usaha peternakan penggemukan domba, yang kini perusahaan tersebut juga menggemukan sapi Peranakan Ongole (PO). Sapi PO didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

19 Gambar 6. Peta lokasi CV Mitra Tani Farm, Tegal Waru, Ciampea

Sapi dikandangkan secara individu. Pakan diberikan secara intensif berupa rumput lapang dan konsentrat. Konsentrat diperoleh secara komersial dan rumput diperoleh dari rumput lapang di sekitar Tegal Waru. Pakan diberikan pada pagi dan sore hari. Gambar 6 menyajikan peta lokasi MT Farm, Tegal Waru, Ciampea. Gambar 7 menyajikan sapi PO jantan yang diamati.

20 Statistik Deskriptif Ukuran Linear Permukaan Tubuh pada Sapi Pesisir,

Sapi Bali dan Sapi Peranakan Ongole (PO) Jantan

Rataan, simpangan baku, standard error dan koefisien keragaman masing-masing variabel ukuran linier permukaan tubuh sapi Pesisir, sapi Bali dan sapi PO Jantan disajikan pada Tabel 1. Sapi Pesisir memiliki ukuran tubuh lebih kecil daripada sapi Bali dan sapi PO. Menurut Hanibal (2008), terdapat korelasi positif antara skor ukuran tubuh dengan bobot badan.

Berdasarkan Tabel 1, koefisien keragaman variabel-variabel ukuran tubuh sapi Pesisir ditemukan lebih tinggi daripada sapi Bali dan sapi PO, sedangkan sapi PO lebih tinggi daripada sapi Bali. Hasil ini menggambarkan bahwa sapi Pesisir lebih beragam daripada sapi Bali dan sapi PO; sapi PO lebih beragam daripada sapi Bali. Keragaman yang tinggi pada sapi Pesisir dimungkinkan belum mengalami seleksi seketat sapi Bali dan sapi PO. Noor (2008) menyatakan bahwa keragaman suatu sifat yang tinggi pada populasi memungkinkan upaya seleksi terhadap sifat tersebut efektif dilaksanakan. Martojo (1992) menyatakan bahwa sapi PO merupakan hasil persilangan bertatar (grading-up) antara sapi lokal dan sapi Ongole sampai dengan 5-6 generasi. Sapi PO telah beradaptasi baik di lingkungan Indonesia. Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang telah beradaptasi baik di pulau Bali pada populasi tertutup. Sapi-sapi Bali di pulau Bali hanya boleh dikawinkan satu sama lain sehingga memungkinkan terjadinya biak dalam (Martojo, 1990). Biak dalam pada suatu populasi dapat meningkatkan keseragaman suatu sifat (Martojo, 1992). Pada pengamatan ini keragaman ukuran-ukuran tubuh sapi Bali ditemukan kecil atau ukuran-ukuran tubuh sapi Bali ditemukan lebih seragam. Baik sapi PO maupun sapi Bali, seleksi buatan lebih berperan karena dipelihara secara intensif, sedangkan sapi Pesisir seleksi alam lebih berperan. Sapi Pesisir dipelihara secara ekstensif tradisional.

21 Tabel 1. Rataan, Simpangan Baku, Standard Error, dan Koefisien Keragaman

Variabel-Variabel Linear Ukuran Permukaan Tubuh Sapi Pesisir, Sapi Bali dan Sapi PO Jantan

Variabel Bangsa n SB SE KK

Tinggi Badan Sapi Pesisir 17 97,88 6,88 1,67 7,03% Sapi Bali 32 121,39 7,49 1,32 6,17% Sapi PO 46 121,64 6,52 0,961 5,36% Tinggi Pinggul Sapi Pesisir 17 101,59 5,72 1,39 5,63% Sapi Bali 32 120,61 6,74 1,19 5,59% Sapi PO 46 127,03 6,52 0,961 5,13% Panjang Badan Sapi Pesisir 17 102,65 10,11 2,45 9,84% Sapi Bali 32 123,23 5,58 0,987 4,53% Sapi PO 46 123,37 7,76 1,14 6,29% Lebar Dada Sapi Pesisir 17 27,235 2,359 0,572 8,66% Sapi Bali 32 37,750 2,940 0,520 7,79% Sapi PO 46 34,174 3,178 0,548 10,88% Dalam Dada Sapi Pesisir 17 46,47 4,80 1,16 10,32% Sapi Bali 32 65,250 3,707 0,655 5,68% Sapi PO 46 56,130 4,246 0,626 7,56% Lingkar Dada Sapi Pesisir 17 121,59 13,09 3,17 10,76%

Sapi Bali 32 166,06 9,27 1,64 5,58% Sapi PO 46 149,25 9,32 1,37 6,25% Lebar Kelangkang Sapi Pesisir 17 31,059 2,358 0,572 7,59% Sapi Bali 32 37,609 3,050 0,539 8,11% Sapi PO 46 37,370 3,756 0,554 10,05% Lebar Pinggul Sapi Pesisir 17 29,471 2,095 0,508 7,11%

Sapi Bali 32 38,219 2,779 0,491 7,27% Sapi PO 46 35,174 3,485 0,514 9,91% Panjang Kelangkang Sapi Pesisir 17 34,176 2,038 0,496 5,96% Sapi Bali 32 43,438 3,222 0,570 7,42% Sapi PO 46 42,489 3,500 0,516 8,24% Lingkar Cannon Sapi Pesisir 17 17,235 1,562 0,379 9,07% Sapi Bali 32 22,391 1,112 0,196 4,97% Sapi PO 46 23,598 1,369 0,202 5,80% Keterangan: n = jumlah sampel; = Rataan; SB = Simpangan Baku; SE = Standard Error ; KK =

22 Statistik T2

Uji statistik T

-Hotelling pada Sapi-Sapi Jantan yang Diamati

2

-Hotelling dapat membedakan rataan nilai dari variabel-variabel pada dua populasi/kelompok sapi yang berbeda secara sekaligus. Tabel 2 menyajikan hasil uji statistik T2-Hotelling pada sapi-sapi yang diamati. Hasil uji T2

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T

-Hotelling menunjukkan perbedaan sifat tubuh linear ukuran permukaan diantara dua bangsa sapi yang diamati, yaitu antara sapi Pesisir, sapi Bali dan sapi PO. Diantara dua bangsa yang diamati ditemukan hasil yang sangat berbeda (P<0,01) pada variabel-variabel linear ukuran permukaan tubuh.

2

Bangsa

-Hotelling Variabel-Variabel Linear Ukuran Permukaan Tubuh pada Bangsa Sapi yang Diamati

Statistik T2-Hotelling P Taraf Signifikan

Pesisir – Bali 7,32895 0,000 **

Pesisir – PO 5,55649 0,000 **

Bali – PO 7,61662 0,000 **

Keterangan: ** = Sangat berbeda nyata (P<0,01)

Tabel 2 menggambarkan bahwa ukuran-ukuran tubuh sapi Pesisir sangat berbeda dengan sapi Bali (P<0,01); ukuran-ukuran tubuh sapi Pesisir sangat berbeda dengan sapi PO (P<0,01); dan ukuran-ukuran tubuh sapi Bali sangat berbeda dengan sapi PO (P<0,01). Perbedaan ini disebabkan asal-usul dari masing-masing sapi tersebut berbeda dan perbedaan arah seleksi. Hal ini sesuai dengan Otsuka et al. (1982), bahwa ukuran-ukuran tubuh sapi-sapi Asia dipengaruhi bangsa. Berdasarkan penelitian Otsuka et al. (1982), dinyatakan bahwa keadaan fisik sapi Aceh, sapi Padang (sapi lokal Sumatera), sapi Thai dan Cebu (salah satu sapi asli Filipina) diklasifikasikan ke dalam kelompok yang sama. Pada pengamatan ini, sapi Pesisir adalah sapi Padang yang merupakan sapi lokal pesisir Sumetera Barat. Otsuka et al. (1982) juga menyatakan bahwa sapi Ongole murni berbeda dengan sapi-sapi Asia lain, sedangkan sapi Bali lebih mirip banteng.

Menurut Adrial (2010), sapi Pesisir memiliki bobot badan dan ukuran tubuh lebih kecil dari sapi lokal lain. Hal ini disebabkan perbedaan genetik sapi Pesisir yang telah beradaptasi sangat baik dengan kualitas pakan rendah pada lingkungan pesisir Sumatera Barat. Penampilan tubuh sapi Pesisir yang kecil merupakan ciri

23 khas bangsa sapi, sehingga sapi di Sumatera Barat yang merupakan sumber daya genetik (plasma nutfah) nasional perlu dikembangkan dan dilestarikan (Rusfidra, 2007).

Sapi Bali merupakan bangsa sapi yang didomestikasi dari banteng (Otsuka et al., 1982). Sapi Bali diklasifikasikan ke dalam bangsa Bos javanicus (Zulkharnaim et al., 2010). Sapi Bali berukuran sedang dan memiliki dada yang dalam (Williamson dan Payne, 1993). Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh sapi Bali telah mengalami penurunan dibandingkan dengan nenek moyangnya (banteng) karena silang dalam, pencemaran gen dan pengaruh lingkungan (Ikhwan, 1994).

Sapi PO merupakan hasil biak-tatar (grading-up) antara sapi lokal dan sapi Ongole murni. Biak-tatar (grading-up) adalah persilangan antara betina-betina sapi lokal yang bernilai genetik rendah dan pejantan-pejantan suatu bangsa tertentu yang dilanjutkan dengan silang balik secara terus menerus selama 5-6 generasi (Martojo, 1992). Dalam hal ini sapi Jawa (lokal) yang kecil dibiak-tatar dengan sapi Ongole yang jauh lebih besar untuk meningkatkan performa ternak hasil silangan, akibat efek heterosis. Heterosis adalah perbedaan antara rata-rata hasil keturunan dari suatu persilangan dengan rata-rata hasil tipe tetua (Martojo, 1992). Istilah heterosis sering digunakan sama dengan hybrid vigour yang didefinisikan sebagai keunggulan keturunan dari suatu persilangan terhadap rata-rata tetua. Sapi PO bertubuh dan bergumba besar, juga bergelambir lebar. Bobot hidup dewasa pada jantan 350-450 kg, sedangkan pada betina 300-400 kg (Natasasmita dan Mudikdjo, 1985).

Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Sapi Pesisir, Sapi Bali dan Sapi PO Jantan

Persamaan ukuran, persamaan bentuk, keragaman total dan nilai eigen pada jantan sapi Pesisir, sapi Bali maupun sapi PO disajikan pada Tabel 3, 5 dan 7. Hasil perhitungan disajikan terlebih dahulu sebelum dibahas.

Sapi Pesisir

Tabel 3 menyajikan persamaan skor ukuran tubuh sapi Pesisir yang memiliki keragaman total sebesar 0,856 yang merupakan proporsi keragaman terbesar diantara komponen-komponen utama yang diperoleh. Nilai eigen yang diperoleh pada persamaan skor ukuran adalah 341,41. Vektor eigen tertingi pada persamaan ukuran

24 Tabel 3. Persamaan Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan

Nilai Eigen pada Sapi Pesisir Jantan

Persamaan KT λ Ukuran : Y = 0,328X1 + 0,278X2 + 0,496X3 + 0,087X4 + 0,241X5 + 0,694X6 + 0,063X7 + 0,077X8 + 0,075X9 + 0,078X10 0,856 341,41 Bentuk : Y = – 0,158X1 – 0,063X2 + 0,836X3 – 0,126X4 – 0,258X5 – 0,412X6 + 0,107X7 + 0,085X8 – 0,017X9 + 0,027X 0,065 10 25,73

Keterangan: X1 = Tinggi Badan; X2 = Tinggi Pinggul; X3 = Panjang Badan; X4 = Lebar Dada; X5 =

Dalam Dada; X6 = Lingkar Dada; X7 = Lebar Kelangkang; X8 = Lebar Pinggul; X9 =

Panjang Kelangkang; X10 = Lingkar Cannon; KT = Keragaman Total; λ = Nilai Eigen

ditemukan pada lingkar dada (X6

Tabel 4. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan Bentuk Tubuh Sapi Pesisir Jantan

) sebesar 0,694. Korelasi antara skor ukuran dan lingkar dada ditemukan sebesar +0,980 yang ditemukan paling tinggi diantara nilai korelasi antara skor ukuran dan variabel linear permukaan tubuh yang diamati (Tabel 4). Tanda positif menunjukkan peningkatan ukuran lingkar dada akan meningkatkan skor ukuran atau sebaliknya. Persamaan bentuk memiliki keragaman total sebesar 0,065 yang merupakan proporsi keragaman terbesar setelah keragaman total pada persamaan ukuran. Nilai eigen pada persamaan bentuk ditemukan sebesar 25,73.

Variabel yang Diukur Ukuran Bentuk

Tinggi Badan (X1) +0,881 0,116 Tinggi Pinggul (X2) +0,898 –0,056 Panjang Badan (X3) +0,906 +0,419 Lebar Dada (X4) +0,681 –0,271 Dalam Dada (X5) +0,928 –0,273 Lingkar Dada (X6) +0,980 –0,160 Lebar Kelangkang (X7) +0,494 +0,230 Lebar Pinggul (X8) +0,679 +0,206 Panjang Kelangkang (X9) +0,680 –0,042 Lingkar Cannon (X10) +0,923 +0,088

Keterangan: Tanda (+) menunjukkan korelasi positif; tanda(–) menujukkan korelasi negatif

Vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk ditemukan pada panjang badan (X3) sebesar 0,836 yang merupakan penciri bentuk pada sapi Pesisir. Korelasi antara skor

25 bentuk dan panjang badan ditemukan sebesar +0,419. Nilai korelasi tersebut ditemukan paling tinggi diantara nilai korelasi antara skor bentuk dan variabel linear permukaan tubuh yang diamati (Tabel 4). Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan ukuran panjang badan akan meningkatkan skor bentuk atau sebaliknya.

Sapi Bali

Tabel 5 menyajikan persamaan skor ukuran tubuh sapi Bali yang memiliki keragaman total sebesar 0,761 yang merupakan proporsi keragaman terbesar diantara komponen-komponen utama yang diperoleh. Nilai eigen yang diperoleh pada persamaan skor ukuran adalah 205,17. Vektor eigen tertinggi pada persamaan ukuran

Tabel 5. Persamaan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Sapi Bali Jantan

Persamaan KT λ Ukuran : Y = 0,482X1 + 0,432X2 + 0,264X3 + 0,105X4 + 0,240X5 + 0,606X6 + 0,151X7 + 0,166X8 + 0,147X9 + 0,056X10 0,761 205,17 Bentuk : Y = 0,364X1 + 0,221X2 + 0,620X3 – 0,167X4 – 0,075X5 – 0,622X6 – 0,003X7 – 0,113X8 – 0,010X9 – 0,016X 0,085 10 22,94

Keterangan: X1 = Tinggi Badan; X2 = Tinggi Pinggul; X3 = Panjang Badan; X4 = Lebar Dada; X5 =

Dalam Dada; X6 = Lingkar Dada; X7 = Lebar Kelangkang; X8 = Lebar Pinggul; X9 =

Panjang Kelangkang; X10

ditemukan pada lingkar dada (X

= Lingkar Cannon; KT = Keragaman Total; λ = Nilai Eigen

6) sebesar 0,606 yang merupakan penciri ukuran pada sapi Bali. Korelasi antara skor ukuran dan lingkar dada ditemukan sebesar +0,936. Tanda positif menunjukkan peningkatan ukuran lingkar dada akan meningkatkan skor ukuran atau sebaliknya. Persamaan bentuk memiliki keragaman total sebesar 0,085 yang merupakan proporsi keragaman terbesar setelah keragaman total pada persamaan ukuran. Nilai eigen pada persamaan skor bentuk ditemukan sebesar 22,94. Vektor eigen yang tinggi pada persamaan bentuk ditemukan pada lingkar dada (X6) sebesar 0,622 dan panjang badan (X3) sebesar 0,620. Lingkar dada (X6) dan panjang badan (X3) merupakan penciri bentuk pada sapi Bali. Korelasi antara skor bentuk dan lingkar dada ditemukan sebesar 0,321, sedangkan korelasi antara skor bentuk dan panjang badan ditemukan sebesar +0,532. Peningkatan ukuran lingkar dada akan menurunkan skor bentuk. Peningkatan ukuran panjang badan akan meningkatkan skor bentuk atau sebaliknya. Nilai korelasi yang diperoleh

26 tersebut merupakan nilai yang tinggi diantara nilai korelasi antara skor bentuk dan variabel linear permukaan tubuh yang diamati (Tabel 6).

Tabel 6. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan Bentuk Tubuh Sapi Bali Jantan

Variabel yang Diukur Ukuran Bentuk

Tinggi Badan (X1) +0,922 +0,233 Tinggi Pinggul (X2) +0,918 +0,157 Panjang Badan (X3) +0,678 +0,532 Lebar Dada (X4) +0,512 –0,272 Dalam Dada (X5) +0,927 –0,097 Lingkar Dada (X6) +0,936 –0,321 Lebar Kelangkang (X7) +0,709 –0,008 Lebar Pinggul (X8) +0,856 –0,195 Panjang Kelangkang (X9) +0,758 –0,015 Lingkar Cannon (X10) +0,721 –0,069

Keterangan: Tanda (+) menunjukkan korelasi positif; tanda(–) menujukkan korelasi negatif

Sapi Peranakan Ongole (PO)

Tabel 7 menyajikan persamaan skor ukuran tubuh sapi PO yang memiliki keragaman total sebesar 0,751 yang merupakan proporsi keragaman terbesar diantara komponen-komponen utama yang diperoleh. Nilai eigen yang diperoleh pada persamaan skor ukuran adalah 228,61. Vektor eigen tertinggi pada persamaan ukuran

Tabel 7. Persamaan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Sapi PO Jantan

Persamaan KT λ Ukuran : Y = 0,347X1 + 0,361X2 + 0,451X3 + 0,187X4 + 0,210X5 + 0,590X6 + 0,205X7 + 0,187X8 + 0,198X9 + 0,053X10 0,751 228,61 Bentuk : Y = 0,620X1 + 0,559X2 – 0,344X3 – 0,236X4 – 0,068X5 – 0,181X6 – 0,210X7 – 0,128X8 – 0,165X9 + 0,057X 0,105 10 31,80

Keterangan : X1 = Tinggi Badan; X2 = Tinggi Pinggul; X3 = Panjang Badan; X4 = Lebar Dada; X5 =

Dalam Dada; X6 = Lingkar Dada; X7 = Lebar Kelangkang; X8 = Lebar Pinggul; X9 =

27 ditemukan pada lingkar dada (X6) sebesar 0,590. Lingkar dada (X6) merupakan penciri ukuran pada sapi PO. Korelasi antara skor ukuran dan lingkar dada ditemukan sebesar +0,957. Tanda korelasi positif menunjukkan bahwa peningkatan lingkar dada akan meningkatkan skor ukuran. Persamaan bentuk memiliki keragaman total sebesar 0,105 yang merupakan proporsi keragaman terbesar setelah keragaman total pada persamaan ukuran. Nilai eigen pada persamaan skor bentuk ditemukan sebesar 31,80. Vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk ditemukan pada tinggi badan (X1) yaitu sebesar 0,620 dan tinggi pinggul (X2

Tabel 8. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan Bentuk Tubuh Sapi PO Jantan

) sebesar 0,559 yang merupakan penciri bentuk pada sapi PO. Korelasi antara skor bentuk dan tinggi badan ditemukan sebesar +0,536. Korelasi antara skor bentuk dan tinggi pinggul ditemukan sebesar +0,483. Tanda positif menunjukkan peningkatan ukuran tinggi badan ataupun ukuran tinggi pinggul akan meningkatkan skor bentuk. Nilai korelasi antara penciri bentuk dan skor bentuk, ditemukan besar diantara korelasi antara variabel linear permukaan tubuh dan skor bentuk. Tabel 8 menyajikan korelasi antara variabel-variabel yang diamati terhadap ukuran dan bentuk tubuh sapi PO jantan.

Variabel yang diukur Ukuran Bentuk

Tinggi Badan (X1) +0,805 +0,536 Tinggi Pinggul (X2) +0,837 +0,483 Panjang Badan (X3) +0,879 –0,250 Lebar Dada (X4) +0,760 –0,358 Dalam Dada (X5) +0,748 –0,090 Lingkar Dada (X6) +0,957 –0,109 Lebar Kelangkang (X7) +0,825 –0,315 Lebar Pinggul (X8) +0,811 –0,207 Panjang Kelangkang (X9) +0,855 –0,266 Lingkar Cannon (X10) +0,585 +0,235

28 Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Sapi Pesisir, Sapi Bali

dan Sapi PO Jantan dan Pembentukan Diagram Kerumunan

Tabel 9 menyajikan rekapitulasi penciri ukuran dan bentuk pada sapi Pesisir, sapi Bali dan sapi PO jantan yang diamati berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk. Gambar 8 menyajikan diagram kerumunan data Sapi Pesisir, Sapi Bali dan Sapi PO jantan berdasarkan perolehan skor ukuran dan skor bentuk. Berdasarkan Tabel 9, lingkar dada merupakan penciri ukuran pada semua bangsa sapi yang diamati. Menurut Kadarsih (2003), lingkar dada mempunyai peranan nyata terhadap peramalan bobot badan dibandingkan dengan ukuran tubuh lain. Hal ini divisualisasikan dalam bentuk diagram kerumunan pada Gambar 8. Berdasarkan skor ukuran (sumbu-X), kerumunan data jantan sapi Bali dan PO pada posisi paling kanan diagram, sedangkan sapi Pesisir paling kiri. Hal ini menggambarkan bahwa skor ukuran tubuh jantan sapi PO dan sapi Bali jauh lebih besar daripada sapi Pesisir. Hanibal (2008) menyatakan korelasi positif antara skor ukuran dan bobot badan domba. Sapi Pesisir memiliki penampilan dengan bentuk dan ukuran tubuh paling kecil dibandingkan dengan sapi lokal lain seperti bangsa sapi Bali, sapi Peranakan Ongole (PO), sapi Madura dan sapi Aceh (Sarbaini, 2004). Bobot badan jantan dewasa sapi Pesisir 186 kg, jauh lebih rendah dibandingkan dengan sapi Bali 310 kg (Rusfidra, 2007) dan sapi PO 350-450 kg (Natasasmita dan Mudikjo, 1985). Pada pengamatan ini data sapi Bali lebih mengerumun ke arah kanan karena diduga sebagai akibat seleksi ketat terhadap sifat bobot badan. Sapi Bali yang digunakan pada pengamatan ini memiliki bobot badan yang besar. Hal yang sebaliknya ditemukan pada sapi Pesisir. Data sapi Pesisir mengerumun disebelah kiri. Menurut Sarbaini (2004), tampilan bobot badan adalah salah satu penciri suatu bangsa ternak.

Tabel 9. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk pada Sapi Pesisir, Sapi Bali dan Sapi PO Jantan

Bangsa Penciri Ukuran Penciri Bentuk

Sapi Pesisir Lingkar Dada (X6) Panjang Badan (X3)

Sapi Bali Lingkar Dada (X6) Lingkar Dada (X6)

Panjang Badan (X3 Sapi PO

) Lingkar Dada (X6) Tinggi Badan (X1)

29 Bentuk (fenotipik) dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan (Hardjosubroto, 1998). Berdasarkan Tabel 10, kesamaan penciri bentuk ditemukan pada sapi Pesisir jantan dan sapi Bali jantan, yaitu masing-masing dipengaruhi panjang badan. Hal yang berbeda jauh ditemukan pada sapi PO jantan dengan penciri bentuk yang sangat berbeda yaitu tinggi badan dan tinggi pinggul. Hal tersebut terjadi karena sapi Pesisir dan sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia (Saladin 1983 dan Wibisono, 2010); sedangkan sapi PO merupakan sapi persilangan antara sapi lokal dan sapi Ongole (Martojo, 1992). Bentuk tubuh merupakan karakteristik yang khas antara masing-masing sapi yang diamati. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk suatu kelompok ternak berhubungan erat dengan karakteristik suatu bangsa, yang lebih banyak dipengaruhi faktor genetik, sehingga lebih banyak diperhatikan ahli taksonomi.

Gambar 8. Diagram Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Sapi Pesisir, Sapi Bali dan Sapi PO Jantan

Berdasarkan Gambar 8, bentuk diantara ketiga kelompok sapi yang diamati berbeda. Berdasarkan skor bentuk pada Gambar 8, pengerumunan data sapi Pesisir lebih dekat dengan sapi Bali dan sapi Bali lebih dekat dengan sapi PO, namun sapi PO berjauhan dengan sapi Pesisir. Pengerumunan data sapi Pesisir, sapi Bali dan sapi PO berdasarkan bentuk menunjukkan perbedaan asal-usul secara genetis. Tumpang

30 tindih ditemukan pada beberapa data individu sapi Bali dan sapi PO. Hal ini dimungkinkan karena sapi PO merupakan hasil persilangan bertatar (grading-up) antara sapi lokal di pulau Jawa dan sapi Ongole (Martojo, 1992); sapi Bali merupakan bangsa sapi yang didomestikasi dari Banteng (Otsuka et al.,) yang diklasifikasikan kedalam Bos javanicus (Zulkharnaim et al., 2010). Selain itu, dimungkinkan karena persilangan sapi Bali murni dengan sapi-sapi lain di peternakan rakyat (Karmita et al., 2001). Zulkharnaim et al. (2010) menyatakan bahwa sapi Bali berbeda secara genetis dengan sapi Pesisir, namun hal ini berbeda dengan pendapat Winaya (2010) yang menyatakan bahwa secara genetis sapi Pesisir lebih dekat dengan sapi Bali. Saladin (1983) menyatakan bahwa sapi Pesisir belum diketahui asal usulnya dengan pasti, namun diduga sapi ini merupakan sisa-sisa sapi asli yang terdapat di Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Otsuka et al. (1982) telah menyelidiki asal usul dan hubungan genealogi beberapa sapi asli Asia Timur dan menyimpulkan bahwa sapi Aceh, sapi Padang (sapi lokal Sumatera Barat), sapi Thai dan sapi Cebu (sapi asli Filipina) digolongkan ke dalam kelompok yang sama. Jakaria et al. (2007) menyatakan bahwa sapi Pesisir digolongkan ke dalam kelompok sapi Bos indicus. Secara umum susunan genetik sapi-sapi lokal Indonesia merupakan campuran genetik dari Banteng (Bos javanicus), Bos indicus dan Bos Taurus (Winaya, 2010). Sapi-sapi asli di Malaya, Kalimantan, Sumatera dan Jawa merupakan keturunan dari persilangan antara tipe Bos taurus dan Bos indicus (Williamson dan Payne, 1993).

Dokumen terkait