• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Kondisi Geografis dan Luas Wilayah

P.Tidore adalah sebuah Pulau yang berada di Propinsi Maluku Utara. Sebelum masuknya islam P. Tidore dikenal dengan nama Limau Duko atau Kie Duko yang berarti pulau yang bergunungapi. Nama Tidore berasal dari tiga rangkaian kata bahasa tidore yaitu to adao rahe yang artinya saya telah sampai.

P.Tidore merupakan ibu kota dari kota Tidore Kepulauan secara astronomi berada antara 04720 LU - 0012 dan 1271815- 1274920 BT, secara geografis terletak di tengah-tengah wilayah propinsi Maluku Utara sehingga memiliki aksesibilitas yang hampir merata keseluruh kawasan propinsi. Batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan Pulau Halmahera sebelah barat berbatasan dengan laut Maluku sebelah utara berbatasan dengan Pulau Ternate, sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Mare. Luas wilayah P.Tidore 117.602 km² atau 11 760.2 Ha yang terbagi dalam empat kecamatan yakni Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Tidore Utara dan Kecamatan Tidore Timur.

Geomorfologi

Berdasarkan bentuk bentang alam, litologi, penggunaan lahan, dan kebutuhan air bersih maka dapat dijelaskan bahwa P.Tidore merupakan pulau vulkanik yang terbentuk oleh hasil deretan gunungapi dengan puncaknya antara lain Kie Matubu (1730 m), Bk Tagafura (830 m), Bk Gulili (485 m) Bk Kabahoso (680 m) dan Kie Kici. Keberadaan batuan yang terdapat di P.Tidore secara keseluruhan dibentuk oleh hasil gunungapi, maka bentang alam P.Tidore berdasarkan kedapatan air tanah dapat di kelompokkan menjadi tiga satuan yakni : 1. Bentang alam puncak gunung api

Satuan bentang alam ini terdapat di bagian tengah pulau, yaitu mulai dari ketinggian 300 mdpl sampai diatas puncak bukit masing-masing. Satuan bentang alam ini tersusun oleh batuan gunung api holosen (Qhv) yang dibagian puncak umumnya tersusun oleh material berukuran pasir hingga batu yang besifat lepas dan juga hasil leleran lava. Sesuai dengan bentuknya berupa kerucut, pola aliran sungai pada satuan bentang alam ini berpola radial (menjari), yaitu sungai dari bagian puncak menyebar ke arah kaki gunung api. Jenis sungai yang mengalir adalah sungai intermiten, jenis sungai ini mendominasi di P. Tidore. Lahan pada bentang alam belum tersentuh oleh budidaya manusia sehingga lahannya masih berupa hutan dan belukar, kecuali di Bk. Gulili.

2. Bentang alam tubuh gunung api

Satuan bentang alam ini tersebar luas di pulau ini yaiu mulai dari ketinggian 150 mdpl sampai 300 mdpl. Satuan bentang alam ini tersusun oleh batuan gunung api holosen (Qhv) yang dibagian tubuh ini umumnya tersusun oleh material yang masil lepas-lepas, breksi, lava dan juga batuan beku. Pola aliran sungai pada satuan ini adalah berpola radial (menjari). Lahan pada

satuan morfologi ini umumnya sudah berupa perkebunan pala, cengkeh, kenari dan pohon keras lainnya, dan pada tempat tertentu terdapat pemukiman penduduk.

3. Bentang alam kaki gunung api

Satuan bentang alam ini tersebar mengelilingi bagian luar pulau, yaitu mulai dari bagian pantai sampai elevasi 150 mdpl. Satuan morfologi ini tersusun oleh batuan gunung api holosen (Qhv) yang bagian ini umumnya tersusun oleh material yang masih lepas-lepas, breksi dan juga lava. Pola aliran sungai pada satuan ini adalah berpola radial (menjari). Sungai yang terdapat mata air, seperti sungai kecil di Seli. Lahan pada satuan bentang alam ini digunakan untuk perkebunan dan pusat pemukiman penduduk. Lahan di P. Tidore di dominasi oleh perbukitan tektonik mempunyai kemiringan lereng yang beragam dari datar sampai sangat curam (Tabel 5).

Tabel 5 Kemiringan lereng P. Tidore

Sumber : hasil analisis

Geologi

P.Tidore termasuk dalam peta geologi lembar Ternate, daerah ini yang merupakan deretan pulau yang merupakan busur kepulauan gunungapi kuarter. Deretan pulau ini sebagian besar berbentuk kerucut gunungapi yang masih aktif .

P.Tidore didominasi oleh rempah-rempah gunungapi holosen (Qhv) yang merupakan busur kepulauan gunungapi dan sebagian kecil terdapat endapan sedimen aluvium dan endapan pantai (Qa) yang merupakan hasil pelapukan atau erosi rempah-rempah gunung holosen. Batuan gunung holosen (Qhv) tersusun oleh breksi andesit, lava andesit-basal, dan tuf yang menutupi hampir seluruh pulau. Sedangkan batuan endapan aluvium dan pantai (Qa) tersusun oleh lempung, lanau, pasir dan krikil terdapat di bagian barat dan timur pulau.

Limpasan Aliran Permukaan (run-off)

Aliran permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi air kedalam tanah. Setelah laju infiltrasi terpenuhi air mulai mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah dan setelah cekungan-cekungan pada permukaan tanah terisi maka air dapat mengalir di atas permukaan tanah. Limpasan aliran permukaan P. Tidore sebesar 1236.32 m3/tahun. Koefisien run off

(C) didefenisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan (Arsyad 2010). Nilai koefisien

run-off pada setiap land use disajikan pada Tabel 6.

Kemiringan lereng Keterangan < 1 1 - 3 3 - 6 6 - 9 9 - 25 25 – 65 Datar Sangat landai Landai Agak curam Curam Sangat curam

Tabel 6 Nilai koefisien run-off pada masing-masing land use

Tataguna lahan C Tataguna lahan C

Perkantoran: Tanah berat,agak rata, 2 – 7 % 0.18 – 0.22

Daerah pusat kota 0.7 – 0.95 Tanah berat, miring, 7% 0.25 – 0.35

Daerah sekitar kota 0.5 – 0.7 Tanah Pertanian, 0 – 30 %

Perumahan Tanah kosong

Rumah tinggal 0.3 – 0.5 Rata 0.30 – 0.60

Pinggiran kota 0.25 – 0.40 Kasar 0.20 – 0.50

Taman, kuburan 0.10 – 0.25 Ladang garapan

Tempat bermain 0.20 – 0.40 Tanah berat, tanpa vegetasi 0.30- 0.60

Daerah tak berkembang 0.10 – 0.30 Tanah berat, dengan vegetasi 0.20 – 0.50

Jalan Raya Berpasir, tanpa vegetasi 0.20 – 0.25

Beraspal 0.70 – 0.95 Berpasir, dengan vegetasi 0.10 – 0.25

Beton 0.80 – 0.95 Padang Rumput

Berbatu bata 0.70 – 0.85 Tanah berat 0.15 – 0.45

Trotoar 0.75 – 0.85 Berpasir 0.05 – 0.25

Tanah Lapangan Hutan bervegetasi 0.05 – 0.25

Berpasir,datar, 2% 0.05 – 0.10 Tanah tidak Produktif, > 30%

Berpasir, agak rata, 2-7

% 0.10 – 0.15 Rata kedap air 0.70 – 0.90

Berpasir,miring,7 % 0.15 – 0.20 Kasar 0.50 – 0.70

Tanah berat,datar, 2 % 0.13 – 0.17

Sumber : U.S Forest Service, 1980 dalam Asdak (2010)

Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban

Curah hujan di daerah ini sangat bervariasi dari waktu ke waktu. Curah hujan terendah sebesar 1974 mm/tahun terjadi pada tahun 2012 dan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 2 227 mm/tahun dan curah hujan. Curah hujan rata-rata 2 058.2 mm/tahun, kisaran curah hujan dapat dilhat Gambar 5.

Gambar 5 Grafik curah hujan tahunan P. Tidore

Suhu udara di suatu daerah sangat berpengaruh terhadap air hujan, suhu udara yang tingg akan memudahkan terjadi penguapan air sehingga mengurangi

potensi pengimbuhan air tanah. Suhu udara rata-rata bulan di P.Tidore berkisar 23.3C – 31.5C. Kelembaban udara di P.Tidore termasuk tinggi yaitu berdasarkan data Stasiun Klimatologi Bandara Babullah, kelembaban udara berkisar 81 – 87 % dengan rata-rata kelembaban 83.58 %.

Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil survei di lapangan, penggunaan lahan (land use) di P. Tidore dapat dibagi menjadi :

1. Pemukiman penduduk

Pemukiman penduduk dan pusat kepadatan penduduk menempati daerah sepanjang pantai dan beberapa perkampungan di lereng gunung. Pusat perekonomian penduduk dan pusat pemerintahan terdapat di kecamatan Tidore sehingga kepadatan penduduk di kecamatan tidore lebih tinggi dari tiga kecamatan lainnya yakni sebesar 525.55.

2. Perkebunan campuran

Komoditas perkebunan utama di daerah ini adalah pala, cengkeh, kenari dan kelapa. Lahan yang digunakan untuk perkebunan terdapat pada ketinggian ± pada elevasi 100 – 300 maml.

3. Hutan dan lahan terbuka

Lahan yang berupa hutan terdapat di puncak gunung dan menurun sampai pada bentang alam tubuh gunungapi pada elevasi ± 300 maml. Lahan terbuka terdapat di daerah dataran dan di daerah pegunungan yang sudah di budidayakan penduduk.

Jenis penutupan lahan tahun 2012 didapatkan dari peta rupa bumi ndonesia dengan skalah 1 : 50 000 BIG. Penutupan lahan diklasifikasikan menjadi 5 kelas seperti tersaji pada Tabel 7 dan Gambar 6. P.Tidore mempunyai jenis tutupan lahan hutan primer seluas 22.71% dari seluruh total wilayah.

Tabel 7 Jenis dan tutupan lahan P. Tidore

Sumber : Hasil analisis

Sumber : Dokumen RTRW Kota Tidore Kepulauan 2013

Penutupan lahan Luas (Ha) (%)

Pemukiman 2 885.49 24.76 Kebun campuran 5 910.43 50.71 Perkebunan 177.87 1.53 Hutan 2 647.24 22.71 Tanah terbuka 34.97 0.30 Jumlah 11 656 100

Gambar 6 Penggunaan lahan (land use) P. Tidore

Kependudukan

Jumlah penduduk di P. Tidore pada tahun 2009 adalah 51 848 jiwa. Jumlah

penduduk terus meningkat hingga pada tahun 2013 menjadi 54 763 jiwa (Tabel 8). Laju pertumbuhan dari tahun 2009 sampai tahun 2013 untuk penduduk

kota sebesar 2 % dan penduduk desa 1.5 %. Laju pertumbuhan penduduk di P. Tidore di pengaruhi tingkat kelahiran, kematian, imigrasi dan emigrasi.

Tabel 8 Jumlah penduduk P. Tidore

No Tahun penduduk Jumlah (jiwa)

Jumlah penduduk (jiwa)

Kota Desa 1 2009 51 848 12 722 39 126 2 2010 52 074 12 628 39 446 3 2011 53 155 12 901 40 254 4 2012 54 595 13 462 41 133 5 2013 54 763 13 557 41 206

Sumber : BPS Kota Tidore Kepulauan 2010, 2012, 2013 dan hasil analisis

Sosial Budaya, Perdagangan dan Jasa a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah aspek yang sangat penting dalam pembangunan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Jumlah unit fasilitas pendidikan, siswa dan tenaga pengajar ( Tabel 9 - Tabel 11).

Tabel 9 Jumlah guru dan dosen pada tahun 2009 - 2013

No Jenis Sarana 2009 2010 Jumlah Guru/Dosen 2011 2012 2013

1 TK/RA 157 157 253 253 253 2 SD/MI 764 764 755 755 755 3 SMP/MTs 365 365 334 334 334 4 SMA/MA 300 302 300 290 300 5 SMK 91 91 126 194 194 6 PT 100 100 100 112 112 Jumlah 1777 1779 1868 1938 1948

Sumber : BPS Kota Tidore Kepulauan 2010, 2012, 2013

Tabel 10 Jumlah siswa pada tahun 2009 – 2013

Jenis Sarana Jumlah siswa

2009 2010 2011 2012 2013 TK/RA 1 451 1 451 1 341 1 441 1 507 SD/MI 7 344 7 344 7 720 7 859 7 990 SMP/MTs 3 565 3 565 3 830 3 881 3 995 SMA/MA 2 716 2 716 2 684 2 546 2 646 SMK 472 472 774 828 918 PT 436 441 466 614 682 Jumlah 15 984 15 989 16 815 17 169 17 738

Tabel 11 Jumlah siswa , guru dan dosen pada tahun 2009 – 2013

Jenis sarana Jumlah siswa/guru/dosen pertumbuhan Laju (%) 2009 2010 2011 2012 2013 TK/RA 1 608 1 608 1 594 1 694 1 760 1.82 SD/MI 8 108 8 108 8 475 8 614 8 745 1.52 SMP/MTs 3 930 3 930 4 164 4 215 4 329 1.95 SMA/MA 3 016 3 018 2 984 2 836 2 946 -0.47 SMK 563 563 900 1 022 1 112 14.58 PT 536 541 566 726 794 8.18 Jumlah 17 761 17 768 18 683 19 107 19 686 2.08

Sumber : BPS Kota Tidore Kepulauan 2010, 2012, 2013 dan hasil analisis

b. Kesehatan

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka sarana dan prasarana kesehatan yang telah di bangun di P.Tidore diantaranya puskesmas dan rumah sakit (Tabel 12).

Tabel 12 Jumlah fasilitas kesehatan dari tahun 2009 - 2013

No Tahun Jumlah

puskesmas rumah sakit Jumlah Jumlah tempat tidur RS

1 2009 3 1 115

2 2010 3 1 129

3 2011 3 1 129

4 2012 3 1 129

5 2013 4 1 129

Sumber : BPS Kota Tidore Kepulauan 2010, 2012, 2013

c. Peribadatan

Sarana peribadatan adalah sarana yang berkaitan erat dengan kualitas manusia secara spiritual. Masyarakat P.Tidore seluruhnya beragama islam sehingga fasilitas peribadatan yang terdapat di Pulau Tidore adalah mesjid dan mushola (Tabel 13).

Tabel 13 Jumlah tempat ibadah dari tahun 2009 - 2013

No Tahun mesjid (unit) Jumlah Mushola (unit) Jumlah

1 2009 77 81

2 2010 77 81

3 2011 81 81

4 2012 81 81

5 2013 81 81

d. Perdagangan dan jasa

Perdagangan di P.Tidore dilayani oleh pasar-pasar tradisional dan pusat pertokoan seperti rumah toko (ruko). Daerah perbelanjaan yang ramai adalah pasar inpres sarimalah di kelurahan Indonesiana merupakan pusat pertokoan dan pasar Goto yang terdapat pangkalan pendaratan ikan. Jumlah pasar tradisional di P. Tidore ada 4 (empat) lokasi yakni di Kelurahan Rum, Rum Balibunga, Kelurahan Indonesiana dan Kelurahan Goto.

Kondisi Hidrologi

Secara garis besar wilayah air tanah di P. Tidore dibagi menjadi 2 yaitu daerah resapan air (re-charge) dan daerah munculan air tanah. Daerah resapan air (re-charge) mencakup ± 70 % luas daratan dengan ketinggian 150 – 1700 m dpl dan berada pada satuan morfologi gunungapi G. Matubu, perbukitan bergelombang sedang, vulkanik G.Gulili, vulkanik G. Tagafura dan kaldera Talaga.

Air hujan akan meresap melalui zona permeabilitas, rekahan dan porositas batuan. Daerah munculan air tanah (dis-charge) berada pada ketinggian 0 – 150 m dpl, berada pada satuan morfologi pendataran mencakup 30 % luas P.Tidore. Air hujan yang turun di daerah resapan (re-charge) sebagian besar meresap melalui zona permeabilitas, rekahan dan pororsitas batuan terkumpul menjadi air tanah dalam dan dangkal, selanjutnya muncul berupa mata air panas dan dingin di elevasi rendah sekitar daerah datar P.Tidore.

Kondisi Air Tanah di P. Tidore

Sumber air di P.Tidore terdiri dari air hujan , air permukaan dan air tanah. Air permukaan terdapat di Kelurahan Seli, dimana air tersebut tidak dapat lagi digunakan karena rasanya yang payau. Sumber air permukaan lainnya (telaga) terdapat di Kecamatan Tidore Timur yag masih digunakan sebagai sumber air minum. Sumber utama pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat diperoleh dari air tanah (sumur gali). Sumur gali menyebar ditiap kecamatan pada daerah pesisir dengan kelerengan 0 – 15%. Jumlah sumur gali di P.Tidore sebanyak 1610 sumur (Tabel 14).

Tabel 14 Jumlah sumur gali di P. Tidore dirinci per Kecamatan

Nomor Kecamatan Jumlah Sumur

(unit) Pemakai (kk) Jumlah

1 Tidore 634 4 604

2 Tidore Selatan 378 3 383

3 Tidore Utara 307 2 146

4 Tidore Timur 291 1 247

Jumlah 1 610 11 380

Sumber : profil kecamatan 2014

Pengukuran contoh air di dilakukan pada 71 sumur gali, parameter yang diukur adalah kedalaman sumur, kedalaman muka air tanah (MAT), salinitas, derajat keasaman (pH), Daya hantar listrik (DHL) dan jumlah padatan terlarut

(TDS). Dari hasil pengukuran diperoleh kedalaman muka air tanah (MAT) berkisar 0.9 m – 17.96 m dibawah permukaan tanah, kedalaman sumur berkisar 1.97 m – 19.1 m. TDS berkisar 0 – 1.92 g/l, DHL berkisar 0.005 – 2.99 µS/cm, pH berkisar 4.96 – 12.36, dan salinitas air sumur berkisar 0 – 1.6 pp.

Gambar 7 Sebaran sumur berdasarkan salinitas air sumur dan kelerengan Hasil pengukuran kualitas air sumur pada 71 sumur terdapat 16 sumur sekitar (22.3 %) menunjukan salinitasnya melebihi standar baku mutu yakni berkisar 3 – 1.6 ppt (Lampiran 33 dan Gambar 7). Standar baku mutu air minum untuk salinitas air sumur adalah 250 mg/l atau 0.25 ppt.

Gambar 8 Grafik hubungan jarak sumur dari garis pantai, kedalaman muka air tanah (MAT) dan salinitas air sumur

Berdasarkan kurva hubungan kedalaman muka air tanah (Ho), salinitas dan jarak sumur dari garis pantai (Gambar 8) maka pada jarak 200 m – 250 m salinitas air sumur melebihi baku mutu air minum yakni 0.4 ppt dan 300 m dari garis pantai salinitas air sumur sesuai dengan baku mutu yakni 0.2 ppt. Sedangkan pada jarak lebih dari 300 m merupakan jarak aman dari intrusi air laut dengan kedalaman rata-rata sumur 6.5 m. Semakin jauh posisi sumur dari garis pantai salinitas air sumur menurun dan kedalaman muka air tanah (Ho) pada kedalaman 4 m merupakan kedalaman yang aman dari intrusi air laut.

Analisis Kebutuhan air dan Ketersediaan Air Tanah Analisis Kebutuhan Air

a. Analisis kebutuhan air berdasarkan hasil survei 1. Kebutuhan air penduduk

Berdasarkan hasil survei terhadap 46 kk (226 orang) diperoleh jumlah pemakaian air sebesar 9 320.08 m³/tahun atau 776.8 m³/bulan atau 113 liter/orang/hari (Gambar 9).

Gambar 9 Kebutuhan air penduduk berdasarkan hasil survei dan standar

Kebutuhan air penduduk desa perhari tersebut melebihi standar yang di tetapkan oleh pemerintah yakni 60 liter/orang/hari hal ini disebabkan gaya hidup masyarakat yang telah berubah contohnya untuk kegiatan mencuci umumnya masyarakat telah menggunakan mesin cuci sehingga boros dalam pemakaian air. 2. Kebutuhan air non penduduk

Kebutuhan air non penduduk terdiri dari kebutuhan air fasilitas umum dan fasilitas komersil. Hasil survei terhadap penggunaan air oleh fasilitas umum dan fasilitas komersil dapat disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Gambar 10 Kebutuhan air fasilitas komersil berdasarkan hasil survei dan standar

Gambar 11 Kebutuhan air fasilitas umum berdasarkan hasil survei dan standar

Hasil survei kebutuhan air fasilitas komersil terdiri dari kebutuhan air untuk pasar sebesar 49.8 m³/luas areal pasar/hari, 534 m³/bulan dan kebutuhan air per tahun sebesar 18206 m³/tahun. Kebutuhan air pertokoan sebesar 0.008

m³/pegawai/hari, 2.53 m³/pegawai/bulan, dan 2 100 m³/tahun. Kebutuhan air untuk rumah makan sebesar 0.099 m³/tempat dudk/hari, 71.8 m³/tempat duduk/bulan dan 16 207 m³/tempat duduk/tahun.

Kebutuhan air fasilitas umum yang terdiri dari kebutuhan air fasilitas kesehatan sebesar 14 184 m³/tahun yang mencakup kebutuhan air untuk rumah sakit sebesar 0.26 m³/hari/pasien, 924 m³/bulan, 11 088 m³/tahun dan kebutuhan air untuk puskesmas sebesar 2.86 m³/unit/hari, 86 m³/unit/bulan, 3096 m³/tahun. Kebutuhan air untuk perkantoran sebesar 0.016 m³/hari/pegawai, kebutuhan air perbulan sebesar 26.9 m³ sehingga kebutuhan air per tahun sebesar 11 952

m³/tahun. Kebutuhan air untuk sekolah sebesar 0.004 m³/siswa/hari, 1 122 m³/bulan, 13 464 m³/tahun. Kebutuhan untuk tempat ibadah sebesar 2.1

m³/unit/hari, 65.8 m³/unit/bulan dan 11 844 m³/unit/tahun (Gambar 10 dan Gambar 11).

b. Analisis kebutuhan air berdasarkan standar-standar yang ditetapkan pemerintah

Analisis kebutuhan air bersih dihitung dengan menggunakan standar – standar perhitungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Faktor utama dalam analisis kebutuhan air bersih adalah jumlah penduduk. Untuk menganalisis proyeksi 24 tahun kedepan menggunakan metode geometrik, dari proyeksi tersebut dapat dihitung jumlah kebutuhan air untuk penduduk dan non penduduk. 1) Analisis kebutuhan air penduduk

Kebutuhan air penduduk adalah kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari penduduk seperti memasak, minum, mencuci dan mandi dan lain-lain. Analisis sektor domestik merupakan aspek penting dalam menganalisis kebutuhan penyediaan air untuk masa mendatang. Kebutuhan air untuk domestik dapat dihitung dengan pendekatan jumlah penduduk perkotaan dan pedesaan. Menurut SNI kebutuhan air untuk perkotaan sebesar 120 liter/hari/kapita dan penduduk pedesaan sebesar 60 liter/hari/kapita (Widodo 2013). Untuk menghitung kebutuhan air menggunakan standar kebutuhan air domestik dari Dep PU( 2003) dan BSN (2002). Jumlah penduduk merupakan kriteria dalam penentuan jumlah kebutuhan air perkapita per hari. Kebutuhan air penduduk (Tabel 15) dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, kebutuhan air perkapita dan proyeksi waktu air digunakan (Yulistiyanto dan Kironoto 2008).

Tabel 15 Kebutuhan air penduduk pada tahun 2009 – 2013

No Tahun penduduk Jumlah (jiwa)

Jumlah penduduk

(jiwa) Kebutuhan air (m³/tahun) Kebutuhan air

penduduk (m³/tahun)

Kota Desa Kota Desa

1 2009 51 848 13 197 38 651 578 029 846 457 1 424 486

2 2010 52 074 12 628 39 446 553 106 863 867 1 416 974

3 2011 53 155 12 901 40 254 565 064 881 563 1 446 626

4 2012 54 595 13 462 41 133 589 636 900 813 1 490 448

5 2013 54 763 13 557 41 206 593 797 902 411 1 496 208

Sumber : hasil analisis

Kebutuhan air penduduk sangat ditentukan oleh jumlah penduduk dan konsumsi air perkapita dan perhitungan kebutuhan air domestik terutama

penentuan laju pertumbuhan penduduk mengacu pada kecenderungan populasi dan sejarah populasi (Bakeri et al. 2012). Kebutuhan air pada setiap manusia cukup bervariasi akibat dari kebiasaan hidup dengan fasilitas yang ada, misalnya yang hidup diperkotaan maka kebutuhan air akan lebih tinggi daripada masyarakat yang hidup di pedesaan, hal ini karena adanya tambahan penggunaan air untuk menyiram tanaman, mencuci mobil serta pemakaian air untuk toilet. Demikian juga musim akan sangat menentukan besarnya penggunaan air, pada musim kemarau akan lebih banyak pemakaian air dibandingkan dengan musim penghujan (Adi 2009). Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan terhadap air bersih juga meningkat.

2) Analisis kebutuhan air non penduduk

Analisis kebutuhan air non penduduk dilakukan berdasarkan data fasilitas sosial ekonomi yang ada di P.Tidore. Kebutuhan air non penduduk adalah kebutuhan air bersih diluar keperluan rumah tangga antara lain :

1. Penggunaan air untuk fasilitas umum seperti fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan dan fasilitas kesehatan

2. Penggunaan air untuk komersil yakni penggunaan air untuk pertokoan, pasar daan rumah makan.

Kebutuhan air untuk fasilitas umum : 1) Fasilitas peribadatan

Penduduk P.Tidore seluruhnya beragama islam sehingga fasilitas peribadatan yang terdapat di P.Tidore adalah mesjid. Jumlah mesjid dan kebutuhan air mesjid pada tahun 2009 – 2013 (Tabel 16).

Tabel 16 Kebutuhan air mesjid tahun 2009 - 2013.

No Tahun mesjid (unit) Jumlah Kebutuhan air (m³/tahun)

1 2009 77 84 315 2 2010 77 84 315 3 2011 81 88 695 4 2012 81 88 695 5 2013 81 88 695 2) Fasilitas kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di P.Tidore terdiri dari Rumah Sakit Daerah (RSD) dan puskesmas. Kebutuhan air fasilitas kesehatan pada tahun 2009 – 2013 (Tabel 17).

Tabel 17 Kebutuhan air fasilitas kesehatan pada tahun 2009 – 2013

No Tahun Jumlah unit Puskesmas Kebutuhan air Puskesmas (m³/tahun) Jumlah tempat tidur RS Kebutuhan air Rumah Sakit (m³/tahun) Keb. air fasilitas kesehatan (m³/tahun) 1 2009 3 2 190 115 8 395 10 585 2 2010 3 2 190 129 9 417 11 607 3 2011 3 2 190 129 9 417 11 607 4 2012 3 2 190 129 9 417 11 607 5 2013 4 2 920 129 9 417 12 337

3) Fasilitas Perkantoran

Standar kebutuhan air untuk perkantoran adalah 10 liter/pegawai/hari. Kebutuhan air ini didasarkan pada kebutuhan yang di perlukan oleh pegawai untuk minum, wuduh, mencuci tangan, kakus dan lainnya. Untuk perhitungan jumlah kebutuhan air kantor di perlukan data jumlah pegawai yang terdapat di kantor pemerintahan di P. Tidore. Kebutuhan air perkantoran pada tahun 2009 – 2013 (Tabel 18).

Tabel 18 Kebutuhan air perkantoran dari tahun 2009 – 2013

No Tahun Jumlah pegawai Kebutuhan air (m³/tahun)

1 2009 1 517 5 537.1 2 2010 1 559 5 690.4 3 2011 1 594 5 818.1 4 2012 1 627 5 938.6 5 2013 1 660 6 059.0 4) Fasilitas Pendidikan

Standar kebutuhan air untuk fasilitas pendidikan adalah 10 liter/orang/hari.

Jumlah kebutuhan air untuk fasilitas pendidikan pada tahun 2009 - 2013 (Tabel 19).

Tabel 19 Kebutuhan air untuk fasilitas pendidikan tahun 2009 – 2013 No Tahun Jumlah siswa, guru dan dosen (jiwa) Kebutuhan air (m³/tahun)

1 2009 17 761 51 151.7

2 2010 17 768 51 171.8

3 2011 18 683 53 807.0

4 2012 19 107 55 028.2

5 2013 19 686 56 695.7

Kebutuhan air sarana komersil antara lain : 1) Fasilitas Pasar

Pasar sebagai tempat masyarakat melakukan aktifitas jual beli untuk kebutuhan hidup maka di dalam pasar tersebut memerlukan tersedianya air bersih. Analisis kebutuhan air bersih untuk pasar ( Tabel 20).

Tabel 20 Kebutuhan air untuk fasilitas pasar tahun 2009 – 2013

No Tahun Luas pasar (ha) Kebutuhan air (m³ /tahun)

1 2009 1.8 7 884

2 2010 2.8 12 264

3 2011 2.8 12 264

4 2012 2.8 12 264

2) Pertokoan

Kebutuhan air pertokoan dianalisis berdasarkan jumlah karyawan yang

bekerja di toko. Kebutuhan air standar untuk pertokoan adalah 10 liter/karyawan/hari. Hasil analisis kebutuhan air untuk pertokoan pada tahun

2009 – 2013 (Tabel 21).

Tabel 21 Kebutuhan air pertokoan pada tahun 2009 – 2013

No Tahun toko(unit) Jumlah Jumlah karyawan (jiwa) Kebutuhan air (m³/tahun)

1 2009 14 54 197.1 2 2010 15 58 211.7 3 2011 16 62 226.3 4 2012 18 69 251.9 5 2013 19 72 262.8 3) Rumah makan

Kebutuhan air rumah makan dianalisis berdasarkan jumlah tempat duduk

yang terdapat pada rumah makan. Kebutuhan standar untuk rumah makan 100 liter/tempat duduk/hari. Kebutuhan air bersih untuk rumah makan dari tahun

2009 – 2013 (Tabel 22).

Tabel 22 Kebutuhan air bersih rumah makan pada tahun 2009 – 2013 No Tahun Jumlah rumah makan (unit) Jumlah tempat

duduk Kebutuhan air standar (liter/tempat duduk/hari) Kebutuhan air (m³/tempat duduk/tahun) 1 2009 19 620 100 22 320 2 2010 21 640 100 23 040 3 2011 22 664 100 23 904 4 2012 23 718 100 25 848 5 2013 24 750 100 27 000

Kebutuhan Air Bersih Total di P. Tidore

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan air bersih di P.Tidore maka total kebutuhan air bersih sebagaimana disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23 Kebutuhan air bersih total pada tahun 2009 – 2013

Tahun Keb. air penduduk (m³/thn) penduduk (m³/thn) Keb. air non Kebutuhan air total (m³/thn)

2009 1 414 083.0 186 705. 1 1 600 788.1

2010 1 428 223.8 191 602.1 1 619 825.9

2011 1 442 506.1 196 728.7 1 639 234.8

2012 1 456 931.1 202 104.0 1 659 035.1

2013 1 471 500.4 208 475.9 1 679 976.3

Analisis Ketersediaan Air Tanah

Ketersediaan air yang merupakan bagian dari fenomena alam, sering sulit untuk diatur dan diprediksi dengan akurat. Hal ini karena ketersediaan air

mengandung unsur variabilitas ruang (spatial variability) dan variabilitas waktu (temporal variability) yang sangat tinggi. Konsep siklus hidrologi adalah bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di hamparan bumi dipengaruhi oleh masukan (input) dan keluaran (output) yang terjadi. Ketersediaan air tanah merupakan jumlah air yang dapat tersimpan dalam tanah dan keluar dalam kurun waktu tertentu. Ketersediaan air tanah di P.Tidore (Tabel 24).

Tabel 24 Ketersediaan air tanah

Tahun eksisting (m³/tahun) Volume air tanah tanah (m³/tahun) Imbuhan air tanah (m³/tahun) Ketersediaan air

2009 2 850 000 297.6 2 850 297.6

2010 2 850 298 297.6 2 850 595.2

2011 2 850 595 297.6 2 850 892.8

2012 2 850 893 297.6 2 851 190.4

2013 2 851 190 297.6 2 851 488.0

Pemodelan Sistem Dinamik

Tahapan-tahapan dalam sistem dinamik meliputi analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, simulasi model, dan validasi model. a. Analisis Kebutuhan

Dalam melakukan analisis kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan (Eriyatno 2012). Analisis kebutuhan-kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam kebutuhan air dan ketersediaan air tanah. Dari hasil diskusi Stakeholder yang terlibat dalam kebutuhan air dan ketersediaan air tanah dan kajian literatur maka dilakukan analisis kebutuhan (Tabel 25).

Tabel 25 Hasil analisis kebutuhan stakeholder dalam model kebutuhan air bersih dan ketersediaan air tanah di P. Tidore

No Aktor/Stakeholder Kebutuhan

1 Masyarakat pengguna air 1. Terpenuhinya kebutuhan air bersih

Dokumen terkait