• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Kota Banjarbaru adalah salah satu kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang telah diresmikan menjadi Wilayah Kota Otonom pada tahun 1999 melalui UU No. 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kota Banjarbaru. Secara geografis Kota Banjarbaru terletak di antara: 3o25’40” Lintang Selatan - 3o28’37” Lintang Selatan dan 114o41’22” Bujur Timur - 114o54’25” Bujur Timur, dengan luas 371.3 km2 (37 130 ha) dan secara administratif terdiri atas 5 kecamatan, yang masing-masing terdiri atas kelurahan-kelurahan yang disajikan dalam Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7 Daftar Kecamatan dan Kelurahan Kota Banjarbaru Kecamatan Luas Wilayah (ha) Kelurahan

Banjarbaru Utara 244.4 Loktabat Utara, Mentaos, Komet, dan Sungai Ulin

Banjarbaru Selatan 219.6 Loktabat Selatan, Kemuning, Guntung Paikat, dan Sungai Besar

Landasan Ulin 924.2 Guntung Payung, Guntung Manggis, Landasan Ulin Timur, dan Syamsudin Noor

Liang Anggang 858.6 Landasan Ulin Tengah, Landasan Ulin Utara, Landasan Ulin Barat, dan Landasan Ulin Selatan

Cempaka 1467.0 Palam, Bangkal, Sungai Tiung, dan Cempaka

Kota Banjarbaru juga beriklim tropis seperti halnya kota-kota lain di Indonesia dengan dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau. Berdasarkan pemantauan Stasiun Meteorologi Banjarbaru pada tahun 2014, suhu udara di Kota Banjarbaru rata-rata berkisar antara 26.6 °C sampai dengan 28.4 °C. Suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober (35.5 °C) dan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Januari (21.7°C). Kelembaban udara relatif tinggi dengan berkisar antara 65.2% sampai dengan 86.8% dengan kelembaban maksimum tertinggi pada bulan Januari dan Desember serta kelembaban minimum terendah terjadi pada bulan Oktober. Rata-rata curah hujan pada tahun 2014 adalah 269.63 mm.

Ketinggian wilayah Kota Banjarbaru bervariasi dari 0 – 500 meter di atas permukaan laut. Pembagian kelas ketinggian wilayah Kota Banjarbaru menurut BPS Kota Banjarbaru disajikan pada Tabel 8, sedangkan peta topografi wilayah Kota Banjarbaru disajikan pada Gambar 5.

Tabel 8 Pembagian Kelas Ketinggian Wilayah Kota Banjarbaru

Kelas Ketinggian Luas (ha) (%)

0 – 7 m 5 939.20 17.94

7 – 25 m 15 693.33 47.40

25 – 100 m 11 007.42 33.25

100 – 250 m 381.09 1.15

250 – 500 m 88.04 0.27

Sumber: BPS Kota Banjarbaru dan hasil analisis

Gambar 5 Peta Topografi Wilayah Kota Banjarbaru

Kemiringan lereng Kota Banjarbaru relatif datar hingga sangat landai. Pembagian kelas kemiringan lereng Kota Banjarbaru disajikan pada Tabel 9 dan Gambar 6.

Tabel 9 Pembagian kelas kemiringan lereng Kota Banjarbaru berdasarkan klasifikasi USSM

Kelas

Kemiringan* Keterangan Luas (ha) (%)

0 – 2 % Datar – Hampir Datar 8 899.31 26.97

2 – 6 % Sangat Landai 19 641.97 59.53

6 – 13 % Landai 3 241.98 9.83

13 – 25 % Agak Curam 753.39 2.28

25 – 55 % Curam 432.92 1.31

>55 % Sangat Curam 24.28 0.07

Gambar 6 Peta Kemiringan Lereng Kota Banjarbaru

BPS Banjarbaru (2013) menginformasikan bahwa Kota Banjarbaru secara umum mempunyai kedalaman efektif >90 cm dimana jenis-jenis tanaman tahunan akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Drainase di Kota Banjarbaru tergolong baik, wilayah yang tidak tergenang mencakup 22 633 ha, wilayah tergenang secara periodik mencakup 3 480 ha (daerah peralihan rawa menjadi sawah), dan wilayah tergenang secara terus menerus mencakup 5 831 ha. Jenis tanah di Kota Banjarbaru terdiri dari 3 jenis tanah, yaitu Kompleks Podsolik Merah Kuning (63.82%), Organosol Gleihumus (29.82%), dan Laterit Tanah Latosol (6.36%).

Kota Banjarbaru dilintasi beberapa sungai yaitu Sungai Tiung, Sungai Lukas, Sungai Kuranji, Sungai Berasau (dimana keempatnya bermuara ke Sungai Cempaka), Sungai Besar (bermuara di Sungai Loktabat), Sungai Guntung Pinang dan Sungai Guntung Paring (bermuara ke Sungai Rancahirang). Pola aliran sungai secara umum adalah dendritis dan trelis, termasuk stadium sungai tua yang memiliki banyak kelokan, dengan bentuk dasar sungai U.

Berdasarkan peraturan daerah mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarbaru Tahun 2013 – 2033 dari BAPPEDA Kota Banjarbaru (2013), kawasan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Banjarbaru direncanakan menuju seluas 9858.41 ha atau 30.036% dari total luas wilayah yang terdiri atas RTH privat seluas 3 430.44 ha atau 10.031% dari total luas wilayah dan RTH publik seluas

6427.97 ha atau 20.005%. Saat ini, RTH yang telah ada seluas 2638.83 ha (8.213%) meliputi RTH privat seluas 288,44 ha dan RTH Publik seluas 2.350,40 ha. Oleh karena itu, masih diperlukan RTH Privat seluas ±2 934.67 ha dan RTH Publik seluas ±4 077.57 ha. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarbaru Tahun 2014 ditunjukkan pada Gambar 7.

Metode Penentuan Prioritas Ruang Terbuka Hijau Pembentukan Data Spasial

A. Aspek Biologi: Indeks Kerapatan Vegetasi dan Tipe Penutupan Lahan

Penentuan indeks kerapatan vegetasi dari suatu citra multiband dapat dilakukan dengan teknik transformasi spektral yang menggunakan penisbahan saluran (band rationing) terhadap saluran infra merah dekat (near infrared) dan saluran merah (red) untuk menonjolkan efek kerapatan vegetasi. Ray (1995) menyebutkan ada empat golongan besar transformasi indeks vegetasi, yaitu (a) indeks vegetasi dasar (generik), (b) indeks vegetasi yang meminimalkan pengaruh latar belakang tanah, (c) indeks vegetasi yang meminimalkan pengaruh atmosfer, dan (d) indeks vegetasi lainnya.

Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) adalah kombinasi antara teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citra. Transformasi ini merupakan salah satu produk standar NOAA (National Oceanic dan Atmospheric Administration), satelit cuaca yang berorbit polar namun memberikan perhatian khusus pada fenomena global vegetasi dan cuaca. Berbagai penelitian mengenai liputan vegetasi di Benua Afrika banyak menggunakan transformasi ini (Tucker 1986). Transformasi NDVI mampu menonjolkan aspek kerapatan vegetasi dengan kisaran nilai antara -1 sampai +1. Transformasi indeks vegetasi dari data citra memiliki prinsip dasar bahwa vegetasi dengan kerapatan yang beragam terletak diantara garis vegetasi dan garis tanah yang ditunjukkan oleh piksel-piksel pada data citra. Pada mulanya, indeks vegetasi dikembangkan terutama berdasarkan

feature space tiga saluran: hijau, merah, dan inframerah dekat. Ketiga saluran ini cukup representatif dalam menyajikan fenomena vegetasi. Meskipun demikian, pola spektral vegetasi pada saluran merah dan inframerah dekat lebih diperhatikan karena sangat berlawanan dalam menggambarkan garis vegetasi dan garis tanah (Danoedoro 2012).

Hasil perhitungan indeks vegetasi (NDVI) menggunakan band 5 (infra merah) dan band 4 (merah) dari citra Landsat 8 menunjukkan kisaran indeks vegetasi antara -0.320 hingga 0.645. Nilai ndvi < 0 adalah badan air seperti sungai dan danau. Nilai NDVI antara 0 hingga 0.1 menggambarkan bebatuan, lahan kosong, dan lahan terbangun. Nilai NDVI antara 0.2 hingga 0.3 menggambarkan vegetasi rumput dan semak belukar, sementara nilai NDVI antara 0.4 hingga 0.8 menggambarkan vegetasi hutan. Semakin tinggi nilai NDVI maka semakin besar kerapatan vegetasi suatu wilayah karena garis vegetasi yang dibentuk dari penisbahan antara band 5 (infra merah) dan band 4 (merah) menunjukkan bahwa vegetasi sangat rapat dan berdaun lebar dengan latar belakang tanah yang gelap memiliki nilai NDVI yang tinggi. Sementara daerah yang memiliki nilai NDVI yang rendah cenderung berada pada piksel-piksel latar belakang tanah yang lebih cerah dengan kelembaban yang bervariasi.

Kisaran indeks kerapatan vegetasi berdasarkan kriteria NDVI dari Dewanti

et al. (1999) yaitu kerapatan vegetasi sangat jarang (≤20%), jarang (21-40%), sedang (41-60%), padat (61-80%), dan sangat padat (≥80%) yang ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Peta Kerapatan Vegetasi Kota Banjarbaru Tahun 2014

Klasifikasi penutupan lahan atau multispektral diperlukan untuk mengetahui sebaran dan luas tipe penutupan lahan di wilayah studi. Metode pengolahan citra penginderaan jauh ini paling sering digunakan dalam analisis spasial suatu wilayah untuk mengelompokkan suatu fenomena berdasarkan kriteria tertentu. Phinn (2002) menyebutkan bahwa klasifikasi multispektral mengasumsikan bahwa setiap objek dapat dibedakan dari yang lain berdasarkan (a) resolusi spasial tinggi, dimana setiap piksel merupakan piksel murni yang tersusun atas satu macam objek penutup lahan, (b) piksel-piksel yang menyusun satu jenis penutup lahan memiliki kesamaan spektral, dan (c) setiap penutup lahan berbeda juga mempunyai perbedaan spektral yang signifikan. Klasifikasi multispektral terdiri atas dua macam, yaitu klasifikasi terbimbing (supervised) dan klasifikasi tak terbimbing (unsupervised). Klasifikasi terbimbing menggunakan sejumlah

training sample yaitu sampel-sampel yang telah diketahui kelasnya oleh operator. Sementara klasifikasi tak terbimbing dimulai memeriksa seluruh piksel dan membagi ke dalam kelas-kelas berdasarkan nilai-nilai citra yang ada.

Data citra yang digunakan adalah citra Landsat 8 path/row: 117/062 dengan tanggal akuisisi 25 Agustus tahun 2014. Analisis klasifikasi terbimbing dilakukan

pada citra dengan menggunakan software Erdas Imagine 9.1 dan ArcGIS 9.3. Survey lapangan serta pengecekan dengan Google Earth Pro dilakukan untuk mendukung uji akurasi klasifikasi citra satelit. Pada penelitian ini ditentukan sepuluh kelas tutupan lahan yaitu badan air, lahan terbangun, lahan terbuka/kosong, hutan lahan basah, hutan lahan kering, semak belukar/alang-alang, semak belukar bercampur rawa, perkebunan ladang/tegalan/kebun campuran, dan sawah. Hasil uji akurasi menunjukkan akurasi 91% dengan Kappa Statistics 0.90. Nilai ini telah memenuhi syarat minimal akurasi menurut Lillesand dan Kiefer (1990) yaitu lebih dari 85%. Masing-masing sebaran dan luasan kelas tipe penutupan lahan Kota Banjarbaru disajikan pada Gambar 9 dan Tabel 10.

Gambar 9 Peta Penutupan Lahan (Land Cover) Kota Banjarbaru Tahun 2014 Tabel 10 Tipe Penutupan Lahan (Land Cover) Kota Banjarbaru

No. Tipe Penutup Lahan Luas (ha) (%)

1 Badan Air 474.75 1.43

2 Lahan Terbangun 3 496.86 10.56

3 Lahan Terbuka/Kosong 1 648.92 4.98

4 Hutan Lahan Kering 725.72 2.19

5 Hutan Lahan Basah 599.61 1.81

No. Tipe Penutup Lahan Luas (ha) (%)

7 Semak Belukar bercampur Rawa 4 511.92 13.62

8 Perkebunan 852.89 2.57

9 Ladang/Tegalan/Kebun Campuran 3 872.31 11.69

10 Sawah 3 454.55 10.43

Sumber: Hasil analisis

Berdasarkan Gambar 8 dan Gambar 9, kerapatan vegetasi menggambarkan kerapatan biomassa tumbuhan hijau dan potensi kekeringan di suatu wilayah. Nilai NDVI ≤ 0 mewakili badan air. Kerapatan vegetasi sangat jarang hingga jarang meliputi wilayah campuran antara lahan terbangun dan lahan kosong dengan sangat sedikit vegetasi. Disamping itu vegetasi sangat jarang hingga jarang juga terdapat di sebagian tutupan lahan semak belukar bercampur rawa di wilayah bagian selatan Kota Banjarbaru dimana sebagian besar jenis vegetasi berupa gulma terapung yang mengering saat musim kemarau. Berdasarkan tipe penutupan lahan, maka proporsi tutupan bervegetasi (ruang terbuka hijau) Kota Banjarbaru pada tahun 2014 meliputi 54.52% dari luas keseluruhan kota Banjarbaru. Wilayah kelurahan yang paling sedikit proporsi ruang terbuka hijaunya adalah Kelurahan Komet (RTH 15.10%) dan Kelurahan Mentaos (39.93%) dari Kecamatan Banjarbaru Utara. Kelurahan Sungai Besar (Kecamatan Banjarbaru Selatan) memiliki persentase tutupan vegetasi 43.60%, sementara wilayah kelurahan lainnya memiliki tutupan vegetasi lebih dari 50%. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah luasan RTH ini secara fungsional mampu mendinginkan suhu udara menjadi sejuk atau tidak. Maka dari itu, perlu diukur indeks kenyamanan pada tiap tipe penutupan lahan.

B. Aspek Fisik: Indeks Kenyamanan (THI)

Indeks termal dalam penginderaan jauh dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa ada dua hal yang menyebabkan area bervegetasi memiliki kondisi iklim mikro relatif sejuk yaitu (1) kanopi yang menahan masuknya energi matahari menembus sampai ke bawah liputan pepohonan dan (2) dedaunan melakukan evapotranspirasi sehingga temperatur menjadi lebih rendah (Danoedoro 2012). Pada Citra Landsat TM dan ETM+, model indeks termal dianalisis dengan memanfaatkan saluran inframerah termal (TIRS) yaitu band 6, sedangkan pada Citra Landsat 8, saluran inframerah termal (TIRS) yang digunakan ada dua yaitu

band 10 dan band 11.

Penelitian mengenai fenomena efek pulau bahang kota (urban heat island) pada umumnya hanya mengukur suhu permukaan saja sebagai indikator. Dalam penentuan prioritas ruang terbuka hijau wilayah perkotaan dalam kaitannya sebagai pendingin suhu, membuktikan terjadinya pulau bahang kota dengan menghitung suhu permukaan saja tidaklah cukup. Suatu fenomena lingkungan tentu akan menjadi perhatian jika telah menyentuh kepentingan atau hajat hidup orang banyak. Peningkatan suhu udara perkotaan tentu akan mengganggu kenyamanan penduduknya. Hasil penelitian dari Rosenfeld et al. (1995) membuktikan bahwa peningkatan suhu akibat efek pulau bahang kota meningkatkan konsumsi pendingin ruangan dan mempercepat terbentuknya kabut asap di perkotaan. Indeks kenyamanan (THI) merupakan indikator lingkungan

yang paling tepat untuk menetapkan efek dari kondisi peningkatan panas udara terhadap kenyamanan manusia dengan mengkombinasikan suhu udara dan kelembaban udara relatif. Oleh karena itu, indeks kenyamanan tidak hanya berperan sebagai indikator terjadinya pulau bahang kota, tetapi juga menggambarkan kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau sebagai pendingin suhu demi tercapainya lingkungan hidup yang nyaman untuk ditinggali. Tahapan estimasi indeks kenyamanan (THI) dari citra Landsat 8 berturut-turut meliputi konversi band TIRS (band 10 dan 11) menjadi suhu radian, suhu permukaan, suhu udara, estimasi kelembaban udara relatif, dan indeks kenyamanan (THI). Hasil analisis suhu radian dari sensor band 10 dan 11 (Brightness Temperature) dengan menggunakan software ArcGIS didapatkan rata-rata suhu radian berkisar antara 22.33 – 33.52 oC. Nilai suhu radian kemudian dipakai untuk menentukan nilai suhu permukaan (Land Surface Temperature)

yang merupakan hasil interaksi antara suhu di atmosfer dan permukaan bumi. Hasil analisis suhu permukaan (Land Surface Temperature) menunjukkan kisaran 21.79 – 32.57 oC.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung suhu udara adalah dengan menggunakan persamaan neraca energi meliputi perhitungan radiasi netto, fluks bahang tanah, fluks bahang terasa, dan estimasi suhu udara. Hasil perhitungan dari persamaan-persamaan neraca energi menunjukkan nilai radiasi gelombang pendek yang keluar (Rsout) berkisar antara 50.77 – 511.54 Wm-2. Kemampuan permukaan lahan dalam menyerap dan memantulkan radiasi matahari (albedo) menunjukkan kisaran antara 0.06 – 0.57. Perbandingan antara nilai radiasi gelombang pendek yang keluar dengan albedo permukaan menghasilkan nilai radiasi gelombang pendek yang datang (Rsin) dengan kisaran antara 880.53 – 895.79 Wm-2. Radiasi gelombang pendek netto (Rsnetto) didapatkan dari selisih antara nilai radiasi gelombang pendek yang datang dengan nilai radiasi gelombang pendek yang keluar yaitu 379.37 – 830.79 Wm-2. Hasil perhitungan radiasi gelombang panjang yang diemisikan oleh permukaan menunjukkan kisaran antara 423.39 – 488.69 Wm-2. Hasil neraca radiasi (Rnetto) didapatkan dari selisih antara nilai radiasi gelombang pendek dan radiasi gelombang panjang yang diemisikan oleh permukaan yaitu berkisar antara (-57.46) – 402.59 Wm-2.

Nilai fluks bahang tanah (soil heat flux) menggambarkan total energi yang digunakan untuk memanaskan permukaan dan kedalaman tanah melalui proses konduksi. Hasil perhitungan fluks bahang tanah menunjukkan kisaran antara (-78.94) – 106.81 Wm-2. Nilai energi yang digunakan untuk memanaskan udara (fluks bahang terasa/sensible heat flux) dapat ditentukan dari nilai radiasi netto, fluks bahang tanah, dan Bowen ratio pada tiap jenis tutupan lahan. Hasil perhitungan fluks bahang terasa menunjukkan kisaran antara (-0.49) – 280.93 Wm-2. Nilai suhu udara dapat diduga dari persamaan fluks bahang terasa (persamaan 19) yaitu berkisar antara 20.07 – 31.62 oC yang disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Peta Sebaran Suhu Udara Kota Banjarbaru Tahun 2014

Estimasi kelembaban udara ditentukan dari persamaan regresi suhu udara dan kelembaban rata-rata pada tahun 2014 dari Stasiun Klimatologi Klas I dan Stasiun Meteorologi Klas II Banjarbaru yaitu y = 320.7 – 8.818x dimana y adalah kelembaban udara relatif dan x adalah digital number dari hasil estimasi suhu udara yang diekstraksi dari citra Landsat 8. Hasil analisis regresi antara suhu udara dan kelembaban udara relatif disajikan dalam grafik pada Gambar 11.

Gambar 11 Grafik hubungan antara suhu udara dan kelembaban udara relatif tahun 2014 y = -8.818x + 320.7 R² = 0.69 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 26.0 26.5 27.0 27.5 28.0 28.5 29.0 Ke lemb aba n Uda ra R elatif (% ) Suhu Udara (⁰C)

Nilai minimum, rata-rata dan maksimum dari suhu permukaan, suhu udara, dan indeks kenyamanan (THI) berdasarkan wilayah administrasi dan tipe penutupan lahan dapat ditentukan dengan menggunakan fungsi analisis spasial

Zonal Statistics dengan software ArcGIs disajikan dalam Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 11 Nilai minimum, rata-rata dan maksimum dari suhu permukaan, suhu

udara, dan indeks kenyamanan (THI) berdasarkan wilayah administrasi Kota Banjarbaru pada tahun 2014 (dalam oC)

Wilayah

Administrasi Min Mean Max Min Mean Max Min Mean Max Suhu Permukaan Suhu Udara THI 1. Kec. Cempaka - Kel. Palam 23.66 26.08 29.87 20.88 24.11 27.83 22.41 24.48 26.45 - Kel. Sungai Tiung 23.43 25.38 29.49 20.22 23.37 27.28 21.94 24.04 26.20 - Kel. Cempaka 22.48 25.19 29.41 20.13 23.05 26.99 21.87 23.84 26.05 - Kel. Bangkal 23.50 25.56 28.89 20.62 23.74 27.26 22.22 24.27 26.19 2. Kec. Liang Anggang - Kel. Landasan Ulin Barat 22.67 25.49 30.81 20.53 23.56 29.75 22.16 24.15 27.27 - Kel. Landasan Ulin Selatan 22.61 26.43 30.31 20.07 24.96 28.37 21.83 24.97 26.70 - Kel. Landasan Ulin Tengah 24.07 26.52 29.92 21.67 24.86 28.86 22.96 24.89 26.91 - Kel. Landasan Ulin Utara 23.84 25.92 32.72 20.96 24.38 31.66 22.46 24.64 27.96 3.Kec. Landasan Ulin - Kel. Syamsud-din Noor 24.06 26.34 30.65 21.35 24.56 29.21 22.74 24.74 27.06 - Kel. Landasan Ulin Timur 23.73 26.80 29.82 21.42 25.17 28.76 22.78 25.08 26.87 - Kel. Guntung Payung 23.99 26.23 30.02 21.54 24.20 28.54 22.86 24.53 26.77 - Kel. Guntung Manggis 21.94 26.68 29.98 20.51 24.80 28.99 22.15 24.88 26.97 4.Kec. Banjarbaru Selatan - Kel. Sungai Besar 24.99 27.27 29.11 22.36 24.94 27.14 23.41 24.97 26.13 - Kel. Kemuning 24.60 27.07 29.77 22.36 24.81 27.70 23.41 24.89 26.39 - Kel. Loktabat Selatan 24.57 26.94 29.44 21.92 24.69 27.14 23.12 24.82 26.13 - Kel. Guntung Paikat 24.74 27.18 29.40 22.51 24.91 26.90 23.51 24.95 26.01 5. Kec. Banjarbaru Utara - Kel. Mentaos 23.22 26.67 29.02 20.68 24.50 26.69 22.26 24.70 25.91 - Kel. Komet 25.75 27.84 29.54 22.71 25.39 27.98 23.64 25.22 26.53

Wilayah

Administrasi Min Mean Max Min Mean Max Min Mean Max Suhu Permukaan Suhu Udara THI

- Kel. Sungai

Ulin 23.63 26.13 29.59 20.92 24.02 26.89 22.44 24.43 26.01

- Kel. Loktabat

Utara 24.23 26.51 29.26 21.96 24.27 26.93 23.15 24.58 26.03

Rata-Rata 24.00 26.70 29.90 21.53 24.70 28.12 22.85 24.82 26.56

Sumber: Hasil analisis

Tabel 12 Nilai minimum, rata-rata dan maksimum dari suhu permukaan, suhu udara, dan indeks kenyamanan (THI) berdasarkan tipe penutupan lahan Kota Banjarbaru pada tahun 2014 (dalam oC)

Tipe Tutupan Lahan

Suhu Permukaan Suhu Udara THI

Min Mean Max Min Mean Max Min Mean Max

Badan Air 23.43 25.01 29.44 21.12 24.47 28.55 22.57 24.70 26.78 Lahan Terbuka/ Kosong 22.61 26.89 29.90 20.37 23.89 27.98 22.04 24.35 26.53 Lahan Terbangun/ Tempat Kegiatan 21.94 27.19 30.65 20.07 24.66 28.49 21.83 24.80 26.75 Hutan Lahan Basah 24.62 25.80 30.61 22.52 24.65 29.54 23.52 24.81 27.19 Hutan Lahan Kering 23.72 24.52 27.38 21.47 22.89 26.06 22.82 23.75 25.59 Semak Belukar/ Alang-Alang 22.48 25.69 30.25 20.13 23.58 28.44 21.87 24.16 26.73 Semak Belukar bercampur Rawa 23.68 26.84 32.72 21.70 25.74 31.66 22.97 25.40 27.96 Perkebunan 22.88 25.24 28.77 20.55 23.06 26.81 22.17 23.85 25.97 Ladang/Tegalan/ Kebun Campuran 22.69 25.42 28.54 20.33 23.30 26.74 22.01 24.00 25.93 Sawah 23.22 25.75 29.84 20.68 24.64 28.80 22.26 24.80 26.89

Hasil perhitungan nilai rata-rata suhu permukaan, suhu udara, dan indeks kenyamanan pada Tabel 11 menunjukkan nilai rata-rata suhu permukaan, suhu udara, dan indeks kenyamanan paling tinggi terdapat di kelurahan Landasan Ulin Utara dan paling rendah di Kelurahan Cempaka. Tabel 12 menunjukkan nilai rata-rata suhu permukaan, suhu udara, dan indeks kenyamanan paling tinggi terdapat di tipe tutupan lahan Semak Belukar bercampur Rawa dan yang paling rendah terdapat di tipe tutupan lahan Hutan Lahan Kering.

Hasil perhitungan THI (Temperature Humidity Index) yang diekstraksi dari citra Landsat 8 menunjukkan kisaran THI antara 21.82 – 27.96. Klasifikasi nilai THI mengacu pada hasil penelitian Emmanuel (2005) mengenai indeks kenyamanan (THI) di negara tropis bahwa pada nilai THI 21-24 oC, 100% populasi manusia menyatakan nyaman. Pada nilai THI antara 25-27 oC, 50% manusia meyatakan nyaman, sedangkan untuk THI >27, 100% populasi manusia menyatakan tidak nyaman. Pembagian zona indeks kenyamanan berdasarkan kriteria tersebut disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Peta Indeks Kenyamanan (THI) Kota Banjarbaru Tahun 2014 Hasil tumpang tindih antara peta THI dengan tipe penutupan lahan menunjukkan nilai THI Kota Banjarbaru dibagi menjadi 3 zona yaitu zona nyaman dengan kisaran nilai THI 21 – 24 oC yang sebagian besar meliputi wilayah bervegetasi lahan kering (hutan, semak belukar, dan lahan pertanian) dengan total luas zona nyaman 17 877.84 ha (54% dari total wilayah Kota Banjarbaru); zona kurang nyaman dengan kisaran nilai THI 25 – 27 oC meliputi wilayah urban (permukiman, lahan terbuka) dan sebagian besar wilayah lahan basah (sawah fase berair, semak belukar bercampur rawa) dengan total luas zona kurang nyaman 15 217.41 ha; dan zona tidak nyaman dengan nilai THI >27 oC seluas 11.81 ha meliputi daerah semak belukar/padang rumput bercampur rawa pada bagian utara Kota Banjarbaru karena daerah ini cenderung mengering di saat musim kemarau.

C. Aspek Sosial: Kepadatan Penduduk

Aspek jumlah penduduk sudah seringkali digunakan dalam mengestimasi kebutuhan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008 mengenai pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dengan asumsi semakin banyak jumlah penduduk per unit wilayah maka semakin besar pula kebutuhan ruang terbuka hijau. Aspek sosial Kota Banjarbaru yang akan ditransformasi menjadi data spasial adalah data kependudukan Kota Banjarbaru yang disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah penduduk dan kepadatan per km2 Kota Banjarbaru menurut kelurahan pada Tahun 2013

No. Kecamatan Kelurahan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan penduduk/km2

1 Cempaka Palam 14.75 3 398 230 Sungai Tiung 21.50 8 753 407 Cempaka 80.65 14 263 177 Bangkal 29.80 4 622 155 2 Liang Anggang Landasan Ulin Utara 19.50 14 737 756 Landasan Ulin Selatan 26.35 6 305 239 Landasan Ulin Tengah 23.86 10 225 429

Landasan Ulin Barat 16.15 7 005 434

3 Landasan Ulin Syamsuddin Noor 18.67 12 024 644 Landasan Ulin Timur 18.76 15 743 839 Guntung Manggis 39.74 21 892 551 Guntung Payung 15.25 7 096 465 4 Banjarbaru Selatan Guntung Paikat 2.47 8 812 3 568 Sungai Besar 7.30 19 465 2 666 Loktabat Selatan 8.58 9 237 1 077 Kemuning 3.61 9 386 2 600 5 Banjarbaru utara Komet 2.44 4 433 1 817 Mentaos 1.62 10 402 6 421 Sungai Ulin 6.14 12 988 2 115 Loktabat Utara 14.24 19 391 1 362 Kota Banjarbaru 371.38 220 177 26 952

D. Aspek Ekonomi: Nilai Tanah

Nilai tanah adalah Data nilai tanah/m2 yang didapatkan dari Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Selatan ditransformasi menjadi data spasial disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Peta Zona Nilai Tanah Kota Banjarbaru Tahun 2013 Analisis Penentuan Prioritas Ruang Terbuka Hijau

Penelitian ini menggunakan indeks kenyamanan (THI) menggantikan suhu permukaan sebagai faktor paparan panas (heat exposure) sebagai kriteria fisik penentuan ruang terbuka hijau wilayah perkotaan karena indeks kenyamanan menggambarkan pengaruh suhu udara dan kelembaban terhadap kenyamanan manusia. Faktor kepadatan penduduk ditambahkan karena fenomena pulau bahang kota cenderung ditemukan di kawasan urban yang padat penduduk. Jadi, hasil

overlay dari peta tutupan lahan, kerapatan vegetasi (NDVI), indeks kenyamanan (THI), dan kepadatan penduduk tidak hanya menggambarkan fenomena pulau bahang kota berdasarkan karakteristik tutupan lahan, tetapi juga dapat menggambarkan kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau untuk menurunkan suhu perkotaan dengan menentukan lokasi-lokasi yang menjadi prioritas untuk ditambahkan/diubah menjadi lokasi ruang terbuka hijau (RTH)

yang baru. Seleksi lokasi prioritas berdasarkan nilai tanah bertujuan agar jumlah luasan yang direkomendasikan kepada pemerintah Kota Banjarbaru lebih banyak dan lebih mudah disesuaikan dengan anggaran dana daerah untuk pengembangan ruang terbuka hijau. Analisis pembobotan (scoring) menghasilkan dua zona prioritas ruang terbuka hijau yang disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14 Hasil pembobotan penentuan wilayah prioritas RTH Kota Banjarbaru Zona prioritas pertama (high priority) dengan skor total 11 - 13 sebagian besar terdiri dari lahan terbangun dan lahan terbuka dengan indeks kenyamanan termasuk kategori kurang nyaman hingga tidak nyaman, kepadatan penduduk per kilometer persegi padat hingga sangat padat, kerapatan vegetasi sangat jarang hingga jarang, dan sebagian besar berada di Kecamatan Banjarbaru Utara dan Banjarbaru Selatan serta sebagian kecil di Kecamatan Liang Anggang. Daerah prioritas kedua (moderate priority) dengan skor 9 - 10 terdiri dari lahan terbangun, lahan terbuka, dan sebagian semak belukar bercampur rawa dengan indeks kenyamanan sebagian besar kurang nyaman, kepadatan penduduk bervariasi antara jarang hingga padat, kerapatan vegetasi jarang hingga sedang, dan lokasi tersebar di Kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Liang Anggang dan sebagian kecil wilayah Cempaka. Daerah prioritas pertama dan kedua kemudian

diubah menjadi data vektor baru kemudian direklasifikasi berdasarkan data nilai tanah yang ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15 Zona wilayah prioritas ruang terbuka hijau Kota Banjarbaru berdasarkan harga tanah

Daerah prioritas dengan nilai tanah paling murah yang ditunjukkan pada zona berwarna merah dan jingga adalah pilihan terbaik pertama dan kedua sebagai daerah yang akan dikonversi sebagai tambahan ruang terbuka hijau baru di Kota Banjarbaru. Zona wilayah proritas berwarna merah meliputi sekitar wilayah lahan

Dokumen terkait