Berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan (2011), Kecamatan Dolok Sanggul terletak pada posisi geografis adalah 2013’26”-2020’15” Lintang Utara dan 98047’57”-98057’14” Bujur Timur, dengan ketinggian tempat sekitar 1000-1800 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Dolok Sanggul memiliki luas 20.929,53 ha terdiri dari 27 desa, satu kelurahan dan 85 (delapan puluh lima) dusun.
Sebagian besar wilayah di Kecamatan Dolok Sanggul termasuk dalam ordo tanah Andisol, dengan great grup Hydrudand dan Hapludand. Sebagian kecil termasuk dalam ordo Inseptisol dengan great grup Dystrudepts, Endoaquepts dan Udorthents. Menurut soil survei Staff, (2010) Hydrudand dan Hapludand adalah grup
dari ordo tanah Andisol, dan Dystrudepts, Endoaquepts dan Udorthents termasuk dalam ordo tanah Inseptisol.
Tabel. 1 Tingkat Keragaman C-organik, N-total dan pH tanah pada lokasi penelitian
Deskriptif Statistik
Parameter N Jarak Rataan Simpangan
baku Variasi Koefisien memiliki koefisien keragaman masing-masing sebesar 68,66%, 64,11% dan 9,5%.
Simpangan baku C-organik, N-total, dan pH tanah dengan nilai 2,23; 0,544; 0,576
C-organik
Nilai persentse karbon atau C-organik dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut: <1,0% (sangat rendah), 1,0-2,0% (rendah), 2,01-3,00%
(sedang), 3,01-5,0% (tinggi), >5% (sangat tinggi) (Balai Penelitian Tanah, 2005).
Dari hasil analisis C-organik (Lampiran 4) dapat dilihat nilai C-organik yang terendah terdapat pada sampel 29 sebesar 0,39 dan nilai pH tanah yang tertinggi terdapat pada sampel 25 sebesar 7,60.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 5 kriteria C-organik yakni, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
Data luas wilayah untuk status hara C-organik disajikan pada Tabel 2. berikut:
Tabel. 2. Data Luas Wilayah Status Hara C-organik
Status Luas (Ha) % pada status sangat rendah sebesar 44,14 ha. Berikut ini disajikan peta status hara C-organik yang membagi wilayah menjadi 5 bagian dengan luasnya masing-masing.
Tabel. 3 Statistik Deskriptif C-organik adalah 3,25, maka perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata (KK) pH tanah yaitu 68,66% termasuk dalam kriteria tinggi.
N-total
Nilai persentse karbon atau N-total dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut: <0,10% (sangat rendah), 0,10-0,20% (rendah), 0,21-0,50% (sedang), 0,51-0,75% (tinggi), >0,75% (sangat tinggi) (Balai Penelitian Tanah, 2005).
Dari hasil analisis N-total (Lampiran 5), dapat dilihat nilai N-total yang terendah terdapat pada sampel 9 sebesar 0,05 dan nilai pH tanah yang tertinggi terdapat pada sampel 19 sebesar 2,34.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 5 kriteria N-total yakni, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Data luas wilayah untuk status hara N-total disajikan pada Tabel 4. berikut:
Tabel. 4. Data Luas Wilayah Status Hara N-total
Status Luas (Ha) %
Sangat Rendah 10,61 0,08
Rendah 37,13 0,18
Sedang 733,72 3,51
Tinggi 4.308,81 20,6
Sangat Tinggi 15.839,26 75,7
Luas wilayah dengan status sangat rendah 10,61 ha atau 0,08%, rendah 37,13 ha atau 0,18%, sedang 733,72 ha atau 3,51%, tinggi 4.308,81 ha atau 20,6%, sangat tinggi 15.839,26 ha atau 75,7% dari total luas wilayah. Status sangat tinggi memiliki luas wilayah yang paling besar yakni 15.839,26 ha dan yang paling kecil pada status sangat rendah sebesar 10,61 ha. Berikut ini disajikan peta status hara N-total yang membagi wilayah menjadi 5 bagian dengan luasnya masing-masing.
Gambar 3. Peta Kandungan N-total Tanah pada Lokasi Penelitian
Tabel. 5 Statistik Deskriptif N-total Koefisien Parameter N-total
Rata-rata 0.9
Simpangan baku 0.58
Koefisien Keragaman (%) 64.11%
Berdasarkan Tabel 5. nilai simpangan baku adalah 0,58, dan nilai rata-rata adalah 0,9, maka perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata (KK) pH tanah yaitu 64,11% termasuk dalam kriteria sedang.
pH tanah
Reaksi tanah atau pH tanah itu dibagi ke dalam tiga keadaan, yaitu reaksi tanah masam, reaksi tanah netral, dan reaksi tanah basa atau alkali. Reaksi tanah ini secara umu dinyatakan dengan pH tanah, yaitu dari 0-14. Pengetahuan mengenai reaksi tanah (pH) ini penting sekali karena banyak dipertimbangkan dalam pemupukan, pengapuran, dan perbaikan keadaan kimia dan fisik tanah.
Dari hasil analisis pH-tanah (Lampiran 6), dapat dilihat nilai pH yang terendah terdapat pada sampel 3 sebesar 5,05 dan nilai pH tanah yang tertinggi terdapat pada sampel 6 sebesar 7,61.
Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 6 kriteria pH tanah yakni, sangat masam, masam, agak masam, netral, agak alkalis, dan alkalis. Data luas wilayah untuk status hara pH tanah disajikan pada Tabel 6. berikut:
Tabel. 6. Data Luas Wilayah Status Hara pH-tanah
Status Luas (ha) %
Masam 3.106,11 14,8
Agak Masam 17.203,34 82,2
Netral 589,52 2,82
Agak Alkalis 30,56 0,18
Total 20.929,53 100
Luas wilayah dengan status masam 3.106,11 Ha atau 14,8%, agak masam 17.203,34 Ha atau 82,2%, netral 589,52 Ha atau 2,82%, agak alkalis 30,56 Ha atau 0,18% dari total luas wilayah. Status agak masam memiliki luas wilayah yang paling besar yakni 17.203,34 Ha dan yang paling kecil pada status agak alkalis sebesar 30,56 Ha. Berikut ini disajikan peta status hara pH-tanah yang membagi wilayah menjadi 4 bagian dengan luasnya masing-masing.
Gambar 4. Peta Kandungan pH Tanah pada Lokasi Peelitian
Tabel. 7 Statistik Deskriptif pH tanah Koefisien Parameter pH tanah
Rata-rata 5,74
Simpangan baku 0,55
Koefisien Keragaman (%) 9,50%
Berdasarkan Tabel 7. nilai simpangan baku adalah 0,55, dan nilai rata-rata adalah 5,74, maka perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata (KK) pH tanah yaitu 9,5% termasuk dalam kriteria rendah.
Pembahasan
Tingginya persentase keanekaragaman status C-organik pada wilayah penelitian yakni 68,66% dapat dipengaruhi oleh beragamnya perlakuan pemberian bahan organik oleh petani pada masing-masing lahannya.
Adanya penambahan bahan organik berbanding lurus dengan peningkatan C-organik tanah, dan penahan lengas tanah.
Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan C-organik dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, dan fiksasi N.
Peningkatan C-organik tanah dapat mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik secara fisik, kimia dan biologi (Utami dan Handayani, 2003)
Keragaman kadar N-total pada wilayah penelitian kategori sedang yakni 64,11%% didominasi status sangat tinggi 75.5% dan tinggi 20,6%. Tingkat keragaman N-total yang sedang dapat dipengaruhi oleh bahan organik sebab beragamnya pemberian bahan organik pada lahan kopi akan meningkatkan aktifitas mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik sehingga mineralisasi nitrogen berjalan lebih cepat.
Menurut pendapat Munawar (2011), bahan organik yang terdapat dalam kompos mengalami proses mineralisasi N organik menjadi NH4+ dan NO 3-sehingga nitrogen akan lebih banyak terbentuk dan tersedia di dalam tanah.
Menurut Hardjowigeno (2003), Hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme, N dalam bentuk NO3- mudah dicuci oleh air hujan.
Keragaman kadar pH tanah pada wilayah penelitian kategori rendah, yakni 9,5% didominasi status agak masam 82% dan masam 14,8%. rendahnya keragaman pH tanah di wilayah penelitian dapat dipengaruhi oleh status curah hujan yang sama. Dimana jika curah hujan tinggi seperti di daerah tropis maka tanah cenderung bersifat agak masam sampai masam karena terjadi pencucian terhadap ion-ion yang bersifat basah.
Menurut Triharto (2013), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kemasaman tanah penting untuk diketahui. Pada tanah masam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe. Ionion ini akan mengikat unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama unsur P (fosfor), S (sulfur), sehingga tanaman tidak dapat menyerap makanan dengan baik meskipun kandungan unsur hara dalam tanahnya banyak. Pada kondisi ini, derajat kemasaman tanah bernilai < 7. Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion tersebut juga meracuni tanaman. Pada tanah masam, kandungan unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga (Cu) dan kobalt (Co) juga tinggi sehingga meracuni tanaman. pH netral bernilai 7, pada kondisi ini kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air sehingga tanaman dapat dengan mudah menyerap unsur hara. Pada tanah alkalis dengan nilai derajat kemasaman (pH) >7 unsur P (fosfor) akan banyak terikat oleh Ca (kalsium) dan Mg (magnesium) sementara unsur mikro molibdenum (Mo) berada dalam jumlah banyak. Unsur Mo pada tanah alkalis menyebabkan tanaman keracunan.
Kemasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan hara yang dapat mempengaruhi produksi tanaman.