• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAMAN KADAR C-ORGANIK,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KERAGAMAN KADAR C-ORGANIK,"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

HUMBANG HASUDUTAN

SKRIPSI

OLEH :

ANRY TULUS SIANTURI 100301216

AGROTEKNOLOGI-ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

ANRY TULUS SIANTURI, 2020 “Keragaman Kadar C-organik, pH dan Nitrogen Pada Tanah Di Bawah Tegakan Tanaman Kopi Arabika (Coffee arabica) di Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasudutan.” dibimbing oleh POSMA MARBUN dan SUPRIADI.

Analisis keragaman kadar C-organik, pH dan Nitrogen pada tanah di bawah tegakan tanaman kopi Arabika dapat digunakan sebagai dasar dalam menajemen lahan pertanian. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan dan Laboratorium Riset dan Teknolgi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara selama 5 bulan terhitung mulai dari Februari-Juni 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman kadar C-organik, pH tanah, dan N total pada tanah di bawah tegakan kopi Arabika di Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasudutan.

Metode penelitian yang digunakan adalah adalah metode grid bebas dengan dilakukan pembatasan ketinggian tempat sesuai dengan ketinggian pertumbuhan kopi Arabika yaitu > 700 mdpl. Parameter yang diamati adalah keragaman kadar C-organik, N-total dan pH tanah.

Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien keragaman C-organik sebesar 68,66% hal ini menunjukkan keragaman C-organik tinggi. Nilai koefisien keragaman N-total sebesar 64,11% hal ini menunjukkan keragaman N-total sedang. Nilai koefisien keragaman pH tanah sebesar 9,5% hal ini menunjukkan keragaman pH tanah rendah.

Kata Kunci: Koefisien keragaman, C-organik, N-total, pH tanah, kopi Arabika

(5)

ABSTRACT

ANRY TULUS SIANTURI,2020 “Diversity of C-Organic Content, pH and Nitrogen in Soil Under the Standards of Arabica Coffee Plants (Coffee Arabica) in Dolok Sanggul Subdistrict, Humbang Hasudutan Regency"guided by POSMA MARBUN and SUPRIADI.

Analysis of the diversity of levels of C-organic, pH and Nitrogen in the soil under the stand of Coffee arabica plants can be used as a basis in the management of agricultural land. This research was conducted in Dolok Sanggul Subdistrict, Humbang Hasundutan Regency and the Research and Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra for 5 months starting from February-June 2016. The purpose of this study was to determine the diversity of levels of C-organic, soil pH, and N total in the land under Coffee arabica stands in Dolok Sanggul District, Humbang Hasudutan Regency. The research method used is a free grid method by limiting the height of the place in accordance with the height of Coffee arabica growth of > 700 masl. The parameters observed were the diversity of levels of C-organic, N-total and soil pH.

The results showed a coefficient of C-organic diversity of 68.66%, this showed a high C-organic diversity. The coefficient value of N-total diversity is 64.11%, this shows the moderate N-total diversity. Coefficient value of soil pH diversity of 9.5% shows the diversity of soil pH is low.

Keywords: Coefficient of diversity, C-organic, N-total, soil pH.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Anry Tulus Sianturi lahir pada tanggal 22 Desember 1991 di Kota Medan. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan alm.Bapak Udin Sianturi dan Renti br. Sirait

Tahun 2010 Penulis lulus dari SMA Negeri 18 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian UniversitasSumatera Utara melalui jalur SNMPTN ( Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ), Jurusan Agroteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Anggota Putra Putri Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup ( PARINTAL) Fakultas Pertanian USU, anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), Gubernur Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas Pertanian USU Periode 2014-2015 dan Anggota Gerakan Mahasiswa Demokrasi (GEMADEM). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL) di PTPN IV Kebun Dolok Sinumbah pada Juli sampai Agustus 2013.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lahpenulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Keragaman Kadar C-Organik, pH dan Nitrogen Pada Tanah di Bawah Tegakan Tanaman Kopi Arabica (Coffee arabica) di Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasudutan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Almarhum ayahanda Udin Sianturi, ibunda Renti Sirait dan saudara-saudari saya yang selalu memberi doa, motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir.Posma Mangasi P Marbun, M.P selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Ir.Supriadi, MS selaku anggota komisi pembimbing, kepada Bapak Dr. Ir. Sarifuddin, M.P selaku ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen dan staf pegawai yang telah memberikan pengarahan selama di bangku perkuliahan.

Medan, Januari 2020

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Kopi Arabica ... 4

Tanah ... 5

Karakteristik Lahan ... 6

pH Tanah ... 7

C-organik Tanah ... 9

N-Total Tanah ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metoda Penelitian ... 14

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Awal ... . 15

Pelaksanaan di Lapangan ... 15

Pengolahan Data ... 16

Analisis Sampel ... 16

Analisis Deskriptif ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Studi ... 17

Titik Sampel ... 19

(9)

N-Total Tanah ... 22

pH Tanah ... 25 Pembahasan ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 33 Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA... 34 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Titik Pengambilan Sampel 18

2. C-Organik Tanah di Daerah Humbang Hasundutan 20 3. N-Total Tanah di Daerah Humbang Hasundutan 22

4. pH Tanah di Daerah Humbang Hasundutan 23

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Titik Pengambilan Sampel 18

2. C-Organik Tanah di Daerah Humbang Hasundutan 22 3. N-Total Tanah di Daerah Humbang Hasundutan 25

4. pH Tanah di Daerah Humbang Hasundutan 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Kriteria Sifat Tanah 34

2. Umur Tanaman Kopi Arabika dan Nama Desa Setiap Titik Sampel

35

3. Titik Kordinat Pengambilan Sampel Tanah Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasudutan

36

4. Kandungan C-organik pada Setiap Titik Sampel Daerah Penelitian

37

5 Kandungan N-total pada Setiap Titik Sampel Lokasi Penelitian

38

6 Sebaran pH Tanah pada Setiap Titik Sampel Lokasi Penelitian

39

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kopi (Coffea sp.) termasuk kedalam jenis coffea dari famili Rubiceae yang terdiri dari 3 spesies utama yaitu Coffea arabica, Coffea canephora, dan Coffea liberica. Dari ketiga spesies tersebut terdapat banyak varietas dan klon-klon.

(Bahri, 2006 dalam Sinaga, 2009). Yang paling sering dibudidayakan adalah kopi Arabika, Robusta dan Liberika. Robusta bukan nama spesies, kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies terutama kopi canephora (Sinaga, 2009).

Produksi kopi Arabika di Sumatera Utara tahun 2013 mencapai 49.271 ton dengan luas 61.232 ha. Sentra produksi kopi Arabika terbesar di Sumatera Utara adalah di Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah produksi kopi 10.600 ton dan luas tanaman 13.995 ha, kemudian diikuti oleh Kabupaten Simalungun 9.900 ton dengan luas tanaman 13.995 ha, lalu Kabupaten Humbang Hasudutan 9.687,47 ton dengan luas lahan 9.218,08 ha dan Kabupaten Dairi 8621 ton dengn luas tanaman 10.507 ha pada tahun 2013 (BPS, 2014).

Kecamatan Dolok Sanggul merupakan sentra produksi kopi tertinggi ke- dua setelah Kecamatan Lintong Nihuta di Kabupaten Humbang Hasudutan.

Produksi kopi Kecamatan Dolok Sanggul berselisih 2.582,1 ton dari produksi kopi di kecamatan Lintong Nihuta. Namun dari segi luas lahan kopi, Kecamatan Dolok Sanggul hanya berselisih 86,4 ha. Hal ini menunjukkan tingkat produktivitas lahan di Kecamatan Dolok Sanggul lebih rendah 54% dibandingkan produktivitas lahan di Kecamatan Lintong Nihuta.

Menurut Rayes (2007) pada daerah yang kurang sesuai dan memiliki faktor-faktor pembatas perlu dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan. Fungsi C-

(14)

organik dan N-total bagi tanaman kopi Arabika seperti untuk mengatasi kendala ketersediaan air dilakukan perbaikan sistem irigasi/pengairan; untuk kendala draenase dilakukan perbaikan sistem draenasi, seperti pembuatan saluran drainase;

peningkatan KTK dapat dilakukan dengan pengapuran dan penambahan bahan organik; untuk meningkatkan pH dapat dilakukan melaui pengapuran; untuk meningkatkan kandungan N-total, P2O5 dan K2O5 dapat dilakukan dengan pemupukan. Bahaya banjir dengan cara pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan saluran draenase untuk mempercepat pengaturan air, serta bahaya erosi dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah.

Faktor-faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi antara lain adalah ketinggian tempat, penyinaran, dan ketersedian hara dalam tanah. Semuanya itu harus diperhatikan, terutama mengetahui kondisi setiap wilayah yang telah ditanami kopi oleh masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan produksi dan mutu hasil serta menjaga produksi tetap stabil dan tinggi. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian keragaman kadar C-organik, pH dan Nitrogen pada tanah di bawah tegakan tanaman kopi Arabika untuk menambah informasi dan pengetahuan dalam manajemen usaha tani demi peningkatan produksi kopi Arabika di Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.

(15)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman kadar C-organik, pH tanah, dan N total pada tanah di bawah tegakan kopi Arabika (Coffee arabica) di Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasudutan.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

2. Sebagai bahan informasi bagi petani kopi Arabika dalam memanejemen lahan pertanian di Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasudutan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Kopi Arabika Iklim

Zona terbaik pertumbuhan kopi Arabika adalah antara 200 LU dan 200 LS sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0-100 LS yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan, dan sebagian kecil antara 0-50 LU yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Unsur iklim yang berpengaruh terhadap budidaya kopi Arabika adalah elevasi (tinggi tempat), temperatur, tipe curah hujan, kelembapan udara serta angin (Sihaloho, 2009).

Kopi Arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan didunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut, sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000- 1750 m dari permukaan laut (Mawardi, dkk. 2008).

Ketinggian tempat yang sesuai untuk pertumbuhan Kopi Arabika berada pada sekitar 1.000-1.700 mdpl. Jika berada pada ketinggian < 1000 meter dpl, maka Kopi Arabika akan mudah terserang penyakit hemileia vastatix, sedangkan jika berada pada > 1.700 meter dpl akan mengakibatkan produksi Kopi Arabika menjadi tidak optimal karena pertumbuhan vegetatif lebih besar dari generatif.

Curah hujan minimal untuk pertumbuhan dan perkembangan kopi adalah 1000- 2000 mm/ tahun, sedangkan pola hujan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kopi adalah rata-rata 2000-3000 mm/ tahun dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010)

(17)

Tanaman kopi mengehendaki persyaratan kondisi tanah yang subur dan mempunyai solum tanah yang cukup dalam (1,5 m). Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi mempunyai struktur yang baik, mengandung bahan organik paling sedikit 3%. Derajat keasaman (pH) berkisar antara 5,5-6,5 (Syamsulbahri, 1996).

Tanah

Tanaman kopi Arabika menghendaki tanah yang memiliki lapisan 1,5 m, gembur, subur, banyak mengandung humus dan bersifat permeable, atau dengan kata lain struktur tanah harus baik. Tanah yang struktur/ teksturnya baik adalah tanah yang berasal dari gunung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah akan berjalan dengan baik (Tim Karya Mandiri, 2010).

Struktur tanah yang memungkinkan drainase baik adalah sifat yang paling penting untuk pertumbuhan tanaman kopi Arabika. Ini adalah kenyataan bahwa tanaman kopi Arabika tidak bisa mentolerir tanah yang tergenang air dan akan mengurangi hasil dengan jumlah yang besar dan membunuh pohon kopi jika berkepanjangan (Hiwot, 2011). Kapasitas air dan kedalaman efektif tanah adalah dua sifat lain yang harus dipertimbangkan karena kapasitas air yang memadai lebih membantu untuk mempertahankan evapotranspirasi selama musim kemarau, sementara dalam tanah memungkinkan poliferasi akar dengan menawarkan volume yang lebih besar sehingga membantu dalam menyerap lebih banyak air dan nutrisi di sekitar pohon kopi (Subagyo, dkk. 2010).

Rata-rata pH tanah yang dianjurkan 5-7. Jika pH terlalu asam, tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2. Sementara itu, untuk menurunkan pH dari basa ke

(18)

asam, tambahkan urea. Caranya taburkan kapur atau urea secuupnya sesuai kondisi tanah dengan pH meter. Tambahkan urea jika pH tanah masih basa atau tambahkan kapur jika terlalu asam hingga pH menjadi 5-7 (Panggabean, 2011).

Tanaman kopi Arabika juga banyak ditanam pada tanah Andosol, karena tanaman ini tumbuh dan berproduksi baik di dataran tinggi. Oleh karena itu usahatani tanaman kopi Arabika sering disebut sebagai budidaya gunung.

Ketinggian tempat juga berkorelasi dengan variabel iklim. Serangan penyakit merupakan kendala jika tanaman ini ditanam di dataran rendah. Tanaman ini juga membutuhkan kondisi tanah yang subur (Sukarman dan Dariah, 2014).

Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan urainnya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan diuraikan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan parit, banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan batuan di permukaan tanah). Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil, sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaanya untuk pemetaan atau evaluasi lahan skala yang lebih besar, misalnya skala yang lebih besar, misalnya skala sesmi detil (1:25.000-1:50.000) (Ritung, et al.,2007).

(19)

Bahan organik dapat menjagadan meningkatkan kelembaban dan suhu tanah agar tetap stabil. Wihardjaka (2010) menyatakan bahwa bahan organik digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan suhu tanah, meningkatkan kemantapan agregat, meningkatkan kemampuan menyimpan air, dan menrunkan. Dalam penelitian Tarigan, E.S et al. (2015) menyatakan bahwa suhu tanah di kabupaten Dairi secara keseluruhan masuk kedalam rezim suhu tanah Isohyperthermic yaitu merupakan suhu tanah rata-rata tahunan > 220 C.

Istilah Isohyperthermic juga digunakan untuk menunjukkan perbedaan suhu rata- rata musim panas dan musim dingin < 60 C.Suhu tanah dikabupaten Dairi rata- rata tergolong tinggi yaitu > 220 C dengan kandungan bahan organik yang rendah.

Cara termudah untuk mengetahui kandungan hara dan bahan organik dalam tanah adalah dengan melakukan pengujian.Hasil pengujian sangat berguna untuk pertanian karena memberikan informasi lengkap mengenai kondisi lahan.Dari hasil pengujian ini dapat diperkirakan unsur hara yang harus ditambahkan. Berdasarkan hal itulah maka pengujian tanah penting dilakukan.

Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Kadar unsur hara yang diperoleh dari data analisis bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi masing- masing jenis tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah tanah tersebut sangat rendah (Kurang), rendah, sedang, cukup, ataukah tinggi, sesuai kriteria sifat kimia tanah (Balai Penelitian Tanah, 2005).

pH tanah

Definisi pH tanah sebagai kemasaman atau kebebasan relatif suatu bahan.

Kemasaman di dalam tanah dapat dihitung berdasarkan kedudukan ion H+.

(20)

Di alam aktivitas ion H+ dalam tanah atau kemasaman (pH) tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu meliputi bahan induk tanah, pengendapan, vegetasi alami, pertumbuhan, kedalam tanah, dan pupuk nitrogen (N) (Winarso, 2005).

Kemasam tanah (pH) dapat dikelompokan sebagai berikut: pH < 4,5 (sangat masam), pH 6,6-7,5 (netral), pH 4,5-5,5 (masam), pH 7,6-8,5 (agak alkalis) pH 5,6-6,5 (agak asam), pH > 8,5 (alkalis) (Arsyad, 2009).

Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukan suatu tanah asam atau alkali, tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti ketersediaan fospor, status kation-kation basa, status kation atau unsur racun, dsb.

Kebanyakan tanah-tanah pertanian memiliki pH 4 hingga 8. Tanah yang lebih masam biasanya ditemukan pada jenis tanah gambut dan tanah yang tinggi kandungan alumunium atau belerang. Sementara tanah yang basa ditemukan pada tanah yang tinggi kapur dan tanah yang berada di daerah arid dan di kawasan pantai (Muklis, 2007)

C-organik Tanah

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah.Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3-5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sofat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah : sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya, menambah kemampuan tanah untuk menahan hara, sumber energy bagi mikroorganisme (Hardjowigeno, 1995).

(21)

Bahan organik tanah begitu penting dalam mendukung produktifitas tanah dan tanaman karena berperan dalam memperbaiki seluruh aspek produktifitas tanah atau selruh sifat dan perilaku tanah. Terhadap sifat kimia tanah, bahan organik tanah dapat memperbaiki nilai kapasitas tukar kation tanah sehingga dapat menjerap hara lebih banyak, menyumbang hara kedalam tanah, terutama hara N, P, S dan unsur hara mikro, menurunkan tingkat keracuan Al dan Fe dapat dipertukarkan (Ion Al dan Fe) di dalam tanah dapat membentuk senyawa komplek dengan senyawa organik (chelation), (Rauf, 2011).

C-organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar karbon dalam bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi (Hakim, et al, 1986).

Berdasarkan tabel kriteria kelas kesesuaian lahan kopi Arabika maka kelas S1 yaitu lahan tanpa faktor pembatas bagi kelangsungan produksi kadar pH 5,6- 6,6 dan kandungan C-organik > 1,2 dan kelas S2 yaitu agak sesuai dengan faktor pembatas ringan yang menurunkan tingkat produksi namun meningkatkan biaya produksi, kadar pH 6,6-7,3 dan kadar C-organik 0,8-1,2. (Balai Penelitian Tanah, 2004)

Jumlah dan sifat bahan organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah.

Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna, tanah, keseimbangan panas, konsistensi, partikel density, bulk density, sumber

(22)

unsur hara , pemantap agregat, karakteristik air, dan aktifitas mikroorganisme tanah (Muklis, 2007).

Tingkatan pelapukan bahan organik (C/N) juga perlu diperhatikan.

Penambahan pupuk organik dengan jumlah yang banyak tapi dengan C/N yang masih tinggi dapat mengganggu kadar N di dalam tanah, karena saat proses perombakan bahan organik yang belum melapuk, mikroorganisme tanah banyak membutuhkan N, dimana N tentu diambil dari N tanah, sehingga terjadi kompetisi antar tanaman yang tumbuh diatasnya dengan jasad-jasad renik yang menumbuhkan N (Hasibuan, 2009).

C-organik adalah penyusun utama bahan organik. Bahan organik antara lain terdiri dari sisa tanaman dan hewan dari berbagai tingkat dekomposisi.

(Sembiring 2008).

Kandungan Corganik yang rendah merupakan indikator rendahnya jumlah bahan organik tanah yang tersedia dalam tanah (Gerson ND, 2008).

Nilai persentse karbon atau C-organik dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut : < 1,0% (sangat rendah), 1,0-2,0% (rendah), 2,01-3,00%

(sedang), 3,01-5,0% (tinggi), > 5% (sangat tinggi) (Balai Penelitian Tanah, 2005).

Nitrogen Total

Unsur Nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi tanaman terutama pembentukan dan pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar. Pemberian unsur N yang terlalu banyak pada tanaman. Akan tetapi kekurangan unsur N dapat menyebabkan klorosis daun, serta jaringan daun menjadi mati dan kering dn pertumbuhan tanaman menjadi kerdil (Napitupulu dan Winarto, 2010).

(23)

Nitrogen tanah merupakan fraksi organik yang paling utama yang ada di tanah. Atmosfer di atas tanah mengandung 79% Nitrogen, tetapi nitrogen ini hanya dapat digunakan oleh tanaman polong-polongan yang mempunyai simiosis nitrogen dengan mikroorganisme, seperti rhizobium,yang mempunyai bintil diakar. Jumlah Nitrogen pada mineral pada umumnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang pada fraksi organik. Nitrogen yang terdapat pada bahan organik pada awalnya diperoleh diatmosfer melalui tanaman dan mikroorganisme yang terdekomposisi dan meninggalkan senyawa organik yang resisten dan semi resisten pada tanah selama perkembangannya. Bagian terbesar dari nitrogen tanah terdapat pada bagian atas horizon tanah dimana terdapat bahan organik mempunyai rata-rata 5% nitrogen, pada lapisan tanah olahan, biasanya mengandung dari 0,02-0,4% nitrogen (Barber, 1984).

Salah satu pohon pelindung tanaman kopi adalah Lamtoro dan Sengon,

Semula .lamtoro banyak digunakan sebagai pelindung tanaman kopi karena hampir seluruh syarat tanaman pelindung dipenuhinya. Sengon merupakan alternatif pohon pelindung yang paling baik pada dataran tinggi dan daerah kering. Walau demikian bukan berarti sengon tidak memiliki kelemahan.

Kelemahannya adalah mudah terserang penggerek batang dan kayunya tidak begitu kuat menahan angin. Untuk mengatasi hal ini biasanya sengon dicampurdengan lamtoro. Dalam hal ini fungsi lamtoro hanya sebagai penahan angin,sehingga apabila ada risiko terserang kutu loncat, tidak akan menim bulkan kerugian yang besar. Kelemahan lainnya adalah sengon baru bisa menaungi setelah berumur 3 tahun, sehingga harus disiapkan jauh sebelum penanaman kopi.

Untuk mengatasi hal ini kita bisa menanam tanaman pelindung pembantu yang

(24)

bias meIindungi tanaman kopi sebelum tanaman pelindung nya berfungsi (Najiyati dan Danarti, 1997).

Tingginya N-total disebabkan oleh adanya bahan organik yang memberikan sumbangan kedalam tanah. Hal ini mengidentifikasikan bahwa telah terjadi pelepasan hara dari proses dekomposisi bahan organik ke dalam tanah sebagai stimulan bertambahnya N dalam tanah. Selain itu penurunan jumlah nitrogen juga dipengaruhi oleh penurunan jumlah bahan organik dan mikroorganime tanah di lokasi tersebut. Karena di dalam susunan jaringan bahan organik terkandung unsur nitrogen organik yang di dekomposisi oleh mikroorganisme tanah menjadi nitrogen tersedia bagi tanaman (Izzudin, 2012).

Lebih lanjut Hanafiah (2005) dalam Wasis (2012) menyatakan Hilangnya N dari tanah juga disebabkan penggunaan untuk metabolisme tanaman dan mikrobia. selain itu juga N dalam bentuk nitrat sangat mudah tercuci oleh air hujan. Pelepasan nitrogen dari bahan organik dipengaruhi oleh pH tanah. Jika pH meningkat akan meningkatkan pelepasan N sehingga terjadi peningkatan N total tanah. Sehingga dikatakan tanah itu menjadi subur apabila nitrogennya cukup tinggi dan penyedia bagi tanaman.

(25)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasudutan (2013’ -2020’ LU dan 98047’ -980 57’ BT) dengan ketinggian tempat sekitar 800-1700 meter diatas permukaaan laut dengan topografi cenderung perbukitan. Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai Juni 2016 di Laboratorium Riset dan Teknolgi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada peneltian ini adalah sampel tanah yang diambil dengan metode grid bebas dan kuisioner produksi kopi petani.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah GPS (Global Position System), bor tanah, kantong plastik, kertas label, pH meter, cangkul, spidol,

kamera untuk dokumentasi dan peralatan pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode grid bebas dengan dilakukan pembatasan ketinggian tempat sesuai dengan ketinggian pertumbuhan kopi Arabika yaitu > 700 mdpl.

Pengambilan titik Sampel dilakukan pada kebun kopi rakyat di Kecamatan Dolok Sanggul yaitu Kopi Arabika dengan umur tanaman 5-10 tahun (tahun tanam 2011-2006) dengan atau tanpa naungan.

(26)

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Awal

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah telaah pustaka, penyediaan data pendukung dan peta lokasi penelitian, penyediaan bahan peralatan yang digunakan dilapangan dan mengadakan survei pendahuluan untuk mempersiapkan survei utama yang meliputi penyisiran daerah penelitian serta memberikan pemberitahuan kepada pihak-pihak terkait mengenai kegiatan penelitian.

Pelaksanaan di lapangan

Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan mengadakan survei pendahuluan untuk orientasi lapangan penelitian lalu dilanjutkan pelaksanaan survei utama yang tujuannya untuk pengambilan contoh tanah yang akan dianalisis.

Pengambilan Sampel Tanah

Penentuan titik lokasi pengambilan sampel tanah, menggunakan metode survei grid bebas dengan tingkat survei skala besar yaitu peta digunakan untuk menggambarkan daerah yang sempit, misalnya peta kelurahan, peta desa, peta kecamatan, dan peta kota dengan skala antara 1:5.000 hingga 1:250.000.

(Anonim, 2019)

Jumlah titik sampel yang diambil adalah sebanyak 30 titik sampel pada lahan yang memiliki umur tanaman kopi Arabika 5-10 tahun. Contoh tanah diambil secara komposit sebanyak 2 kg pada kedalaman 0-30 cm lalu dimasukkan dalam kantong plastik kemudian diberi label. Setelah pengambilan sampel tanah dibawah tegakan tanaman kopi Arabika lalu dicatat titik koordinat sesuai lokasi pengambilan masing-masing sampel tanah.

(27)

Gambar 1. Titik Sampel Pengamatan pada Lokasi Penelitian

(28)
(29)
(30)

Pengolahan Data

a. Analisis Sampel Data di Laboratorium

Sampel tanah yang telah diambil dari daerah penelitian, selanjutnya dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknolgi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara untuk mengetahui keragaman kadar unsur hara pada daerah penelitian tersebut.

Parameter yang diukur yaitu :

1. N-total tanah diukur dengan metode Kjeldhal

2. C-organik tanah diukur dengan metode Walkey and Black 3. pH H2O dengan metode Elektrometri

b. Analisis Deskriptif Pada Data Sampel

Data sampel dianalisis statistik dengan menggunakan rataan, maksimum, minimum, Simpangan baku, dan koefisien keragaman, kemudian data sampel dianalisis untuk mengetahui persentase kriterianya tinggi, sedang, rendah berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2005).

Keragaman tanah berdasarkan nilai koefisien keragaman (KK), dapat dikelompokkan menjadi: keragaman sangat rendah (KK, sampai 16%), keragaman rendah lebih dari 16 -33%). keragaman sedang (KK, >33-66% dan keragaman tinggi (KK, lebih dari 66%) (Sitorus, 1983)

Koefisien Keragaman (KK) dapat dirumuskan sebagai berikut:

̃ KK = koefisien Keragaman

S = simpangan baku ̃

(31)

Simpangan baku (s) dan nilai tengah (x) dapat dirumuskan sebagai berikut:

√∑ ( ̃) ̃ ∑

x = nilai setiap contoh tanah dari masing-masing parameter n = jumlah contoh tanah setiap sampel tanah

i = contoh tanah ke i (Steel dan torrie, 1982)

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Studi

Berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan (2011), Kecamatan Dolok Sanggul terletak pada posisi geografis adalah 2013’26”-2020’15” Lintang Utara dan 98047’57”-98057’14” Bujur Timur, dengan ketinggian tempat sekitar 1000-1800 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Dolok Sanggul memiliki luas 20.929,53 ha terdiri dari 27 desa, satu kelurahan dan 85 (delapan puluh lima) dusun.

Sebagian besar wilayah di Kecamatan Dolok Sanggul termasuk dalam ordo tanah Andisol, dengan great grup Hydrudand dan Hapludand. Sebagian kecil termasuk dalam ordo Inseptisol dengan great grup Dystrudepts, Endoaquepts dan Udorthents. Menurut soil survei Staff, (2010) Hydrudand dan Hapludand adalah grup

dari ordo tanah Andisol, dan Dystrudepts, Endoaquepts dan Udorthents termasuk dalam ordo tanah Inseptisol.

Tabel. 1 Tingkat Keragaman C-organik, N-total dan pH tanah pada lokasi penelitian

Deskriptif Statistik

Parameter N Jarak Rataan Simpangan

baku Variasi Koefisien Keragaman C-organik 30 10.92 3.2487 2.23038 4.975 68.66%

pH tanah 30 2.56 5.7360 .54468 .297 9.50%

N total 30 2.29 .8993 .57655 .332 64.11%

Valid N 30

Pada Tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa C-organik, N-total, dan pH tanah memiliki koefisien keragaman masing-masing sebesar 68,66%, 64,11% dan 9,5%.

Simpangan baku C-organik, N-total, dan pH tanah dengan nilai 2,23; 0,544; 0,576

(33)

C-organik

Nilai persentse karbon atau C-organik dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut: <1,0% (sangat rendah), 1,0-2,0% (rendah), 2,01-3,00%

(sedang), 3,01-5,0% (tinggi), >5% (sangat tinggi) (Balai Penelitian Tanah, 2005).

Dari hasil analisis C-organik (Lampiran 4) dapat dilihat nilai C-organik yang terendah terdapat pada sampel 29 sebesar 0,39 dan nilai pH tanah yang tertinggi terdapat pada sampel 25 sebesar 7,60.

Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 5 kriteria C-organik yakni, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Data luas wilayah untuk status hara C-organik disajikan pada Tabel 2. berikut:

Tabel. 2. Data Luas Wilayah Status Hara C-organik

Status Luas (Ha) %

Sangat Rendah 44,14 0,21

Rendah 831,63 3,97

Sedang 8.126,82 38,8

Tinggi 11.337,03 54,2

Sangat Tinggi 589,91 2,82

Total 20.929,53 100

Luas wilayah dengan status sangat rendah 44,14 Ha atau 0,21%, rendah 831,63 Ha atau 3,97%, sedang 8.126,82 Ha atau 38,8%, tinggi 11.337,03 Ha atau 54,2%, sangat tinggi 589,91 Ha atau 2,82% dari total luas wilayah. Status tinggi memiliki luas wilayah yang paling besar yakni 11.337,03 Ha dan yang paling kecil pada status sangat rendah sebesar 44,14 ha. Berikut ini disajikan peta status hara C- organik yang membagi wilayah menjadi 5 bagian dengan luasnya masing-masing.

(34)
(35)

Tabel. 3 Statistik Deskriptif C-organik Koefisien Parameter C-Organic

Rata-rata 3.25

Simpangan baku 2.23

Koefisien Keragaman (%) 68.66%

Berdasarkan Tabel 3. nilai simpangan baku adalah 2,23, dan nilai rata-rata adalah 3,25, maka perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata (KK) pH tanah yaitu 68,66% termasuk dalam kriteria tinggi.

N-total

Nilai persentse karbon atau N-total dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut: <0,10% (sangat rendah), 0,10-0,20% (rendah), 0,21-0,50% (sedang), 0,51-0,75% (tinggi), >0,75% (sangat tinggi) (Balai Penelitian Tanah, 2005).

Dari hasil analisis N-total (Lampiran 5), dapat dilihat nilai N-total yang terendah terdapat pada sampel 9 sebesar 0,05 dan nilai pH tanah yang tertinggi terdapat pada sampel 19 sebesar 2,34.

Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 5 kriteria N-total yakni, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Data luas wilayah untuk status hara N-total disajikan pada Tabel 4. berikut:

Tabel. 4. Data Luas Wilayah Status Hara N-total

Status Luas (Ha) %

Sangat Rendah 10,61 0,08

Rendah 37,13 0,18

Sedang 733,72 3,51

Tinggi 4.308,81 20,6

Sangat Tinggi 15.839,26 75,7

(36)

Luas wilayah dengan status sangat rendah 10,61 ha atau 0,08%, rendah 37,13 ha atau 0,18%, sedang 733,72 ha atau 3,51%, tinggi 4.308,81 ha atau 20,6%, sangat tinggi 15.839,26 ha atau 75,7% dari total luas wilayah. Status sangat tinggi memiliki luas wilayah yang paling besar yakni 15.839,26 ha dan yang paling kecil pada status sangat rendah sebesar 10,61 ha. Berikut ini disajikan peta status hara N-total yang membagi wilayah menjadi 5 bagian dengan luasnya masing-masing.

Gambar 3. Peta Kandungan N-total Tanah pada Lokasi Penelitian

(37)
(38)

Tabel. 5 Statistik Deskriptif N-total Koefisien Parameter N-total

Rata-rata 0.9

Simpangan baku 0.58

Koefisien Keragaman (%) 64.11%

Berdasarkan Tabel 5. nilai simpangan baku adalah 0,58, dan nilai rata-rata adalah 0,9, maka perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata (KK) pH tanah yaitu 64,11% termasuk dalam kriteria sedang.

pH tanah

Reaksi tanah atau pH tanah itu dibagi ke dalam tiga keadaan, yaitu reaksi tanah masam, reaksi tanah netral, dan reaksi tanah basa atau alkali. Reaksi tanah ini secara umu dinyatakan dengan pH tanah, yaitu dari 0-14. Pengetahuan mengenai reaksi tanah (pH) ini penting sekali karena banyak dipertimbangkan dalam pemupukan, pengapuran, dan perbaikan keadaan kimia dan fisik tanah.

Dari hasil analisis pH-tanah (Lampiran 6), dapat dilihat nilai pH yang terendah terdapat pada sampel 3 sebesar 5,05 dan nilai pH tanah yang tertinggi terdapat pada sampel 6 sebesar 7,61.

Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah oleh Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 6 kriteria pH tanah yakni, sangat masam, masam, agak masam, netral, agak alkalis, dan alkalis. Data luas wilayah untuk status hara pH tanah disajikan pada Tabel 6. berikut:

(39)

Tabel. 6. Data Luas Wilayah Status Hara pH-tanah

Status Luas (ha) %

Masam 3.106,11 14,8

Agak Masam 17.203,34 82,2

Netral 589,52 2,82

Agak Alkalis 30,56 0,18

Total 20.929,53 100

Luas wilayah dengan status masam 3.106,11 Ha atau 14,8%, agak masam 17.203,34 Ha atau 82,2%, netral 589,52 Ha atau 2,82%, agak alkalis 30,56 Ha atau 0,18% dari total luas wilayah. Status agak masam memiliki luas wilayah yang paling besar yakni 17.203,34 Ha dan yang paling kecil pada status agak alkalis sebesar 30,56 Ha. Berikut ini disajikan peta status hara pH-tanah yang membagi wilayah menjadi 4 bagian dengan luasnya masing-masing.

Gambar 4. Peta Kandungan pH Tanah pada Lokasi Peelitian

(40)

Tabel. 7 Statistik Deskriptif pH tanah Koefisien Parameter pH tanah

Rata-rata 5,74

Simpangan baku 0,55

Koefisien Keragaman (%) 9,50%

Berdasarkan Tabel 7. nilai simpangan baku adalah 0,55, dan nilai rata-rata adalah 5,74, maka perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata (KK) pH tanah yaitu 9,5% termasuk dalam kriteria rendah.

(41)

Pembahasan

Tingginya persentase keanekaragaman status C-organik pada wilayah penelitian yakni 68,66% dapat dipengaruhi oleh beragamnya perlakuan pemberian bahan organik oleh petani pada masing-masing lahannya.

Adanya penambahan bahan organik berbanding lurus dengan peningkatan C- organik tanah, dan penahan lengas tanah.

Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan C-organik dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, dan fiksasi N.

Peningkatan C-organik tanah dapat mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik secara fisik, kimia dan biologi (Utami dan Handayani, 2003)

Keragaman kadar N-total pada wilayah penelitian kategori sedang yakni 64,11%% didominasi status sangat tinggi 75.5% dan tinggi 20,6%. Tingkat keragaman N-total yang sedang dapat dipengaruhi oleh bahan organik sebab beragamnya pemberian bahan organik pada lahan kopi akan meningkatkan aktifitas mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik sehingga mineralisasi nitrogen berjalan lebih cepat.

Menurut pendapat Munawar (2011), bahan organik yang terdapat dalam kompos mengalami proses mineralisasi N organik menjadi NH4+ dan NO3- sehingga nitrogen akan lebih banyak terbentuk dan tersedia di dalam tanah.

Menurut Hardjowigeno (2003), Hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme, N dalam bentuk NO3- mudah dicuci oleh air hujan.

(42)

Keragaman kadar pH tanah pada wilayah penelitian kategori rendah, yakni 9,5% didominasi status agak masam 82% dan masam 14,8%. rendahnya keragaman pH tanah di wilayah penelitian dapat dipengaruhi oleh status curah hujan yang sama. Dimana jika curah hujan tinggi seperti di daerah tropis maka tanah cenderung bersifat agak masam sampai masam karena terjadi pencucian terhadap ion-ion yang bersifat basah.

Menurut Triharto (2013), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kemasaman tanah penting untuk diketahui. Pada tanah masam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe. Ionion ini akan mengikat unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama unsur P (fosfor), S (sulfur), sehingga tanaman tidak dapat menyerap makanan dengan baik meskipun kandungan unsur hara dalam tanahnya banyak. Pada kondisi ini, derajat kemasaman tanah bernilai < 7. Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion tersebut juga meracuni tanaman. Pada tanah masam, kandungan unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga (Cu) dan kobalt (Co) juga tinggi sehingga meracuni tanaman. pH netral bernilai 7, pada kondisi ini kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air sehingga tanaman dapat dengan mudah menyerap unsur hara. Pada tanah alkalis dengan nilai derajat kemasaman (pH) >7 unsur P (fosfor) akan banyak terikat oleh Ca (kalsium) dan Mg (magnesium) sementara unsur mikro molibdenum (Mo) berada dalam jumlah banyak. Unsur Mo pada tanah alkalis menyebabkan tanaman keracunan.

Kemasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan hara yang dapat mempengaruhi produksi tanaman.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. C-organik, memiliki koefisien keragaman yang tinggi yaitu sebesar 68,66%.

Hal ini menyatakan tingkat kandungan C-organik lahan kopi Arabika pada Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tidak seragam pada setiap titik sampel yang diambil di daerah tersebut.

2. N-total memiliki koefisien keragaman sedang yaitu sebesar 64,11%. Hal ini menyatakan tingkat kandungan N-total lahan kopi Arabika pada Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan cukup seragam pada setiap titik sampel yang diambil di daerah tersebut.

3. pH tanah memiliki koefisien keragaman yang rendah yaitu sebesar 9,5%. Hal ini menyatakan tingkat kandungan pH tanah lahan kopi Arabika pada Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan hampir seragam pada setiap titik sampel yang diambil di daerah tersebut.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis yang tepat untuk pemberian pupuk di daerah tersebut.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Jenis-jenis Peta. Diambil dari https://www.edufunia.com/2016/03/jenis- jenis-peta-berdasarkan-isinya/. Diakses pada 20 agustus 2019

Arsyad, S. 2009. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press Bogor

Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 117 hal.

Balai Penelitian Tanah, 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman Air dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Departemen Pertanian, Bogor.

BPS Kabupaten Humbang Hasudutan, 2014. Statistik Daerah Kabupaten HumbangHasudutan. BPS dan BPPD kabupaten Humbang Hasudutan.

Dolok Sanggul.

, 2014. Humbang Hasudutan. Dalam Angka. BPS dan BPPD Kabupaten Humbang Hasudutan. Dolok Sanggul.

, 2014. Dolok Sanggul Dalam Angka. BPS dan BPPD Kabupaten Humbang Hasudutan. Dolok Sanggul.

Barber, S.A. 1984. Soil Nutrient Bioavailability. John Wiley & Son, Inc. United States of America.

Gerson, ND., 2007. Kondisi Tanah Pada Sistem Kaliwu dan Mawar. Info Hutan Vol. 5, No. 1, Hal 45-51

Hakim. N., Nyakpa. Y. M., A.M. Lubis., Nugroho., M.R. Saul., M.A.

Diha., G.B.Hong., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.

Universitas Lampung Press. Bandar Lampung.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 1995. Evaluasi Kesesuaian lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hasibuan, B. E. 2009. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Izzudin, 2012. Perubahan Sifat Kimia dan Biologi Tanah Pasca Kegiatan Perambahan di Areal Hutan Pinus Reboisasi Kabupaten Humbang Hasunduta Provinsi Sumatera Utara. Skripsi.

Mawardi S, Retno H, Aris W, Soekadar W dan Yusianto, 2008. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo, Banda Aceh.

(45)

Mukhlis. 2007. Anaisis Tanah Tanaman . USU Press, Medan.

Najiyati, S dan Danarti. 1997. Kopi Budidaya Dan Penanganan Lepas Panen.

Penerbit Swadaya. Jakarta.

Napitupulu, D dan L. Winarto. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk N Dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.

Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rauf, A. 2011. Sistem Agroforestry (Upaya Pemberdayaan Lahan Secara Berkelanjutan). USU Press, Medan.

Rayes, M. L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi Offset.

Yogyakarta.

Ritung, S., Wahyuno, F. Agus, H. Hidayat. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF),.

Bogor.

Sembiring, 2008. Sifat Kimia dan Fisik Tanah Pada Areal Bekas Tambang Bauksit. Info Hutan Vol. 5, No. 2. Hal 123-134

Sihaloho, T. M. 2009. Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Skripsi. Institusi Pertanian Bogor.

Sitorus,S.R.P.,O. Haridjaja,K.R.Brata.1981.Penuntun Praktikum Fisika Tanah.Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor.Bogor.55 hal.

Subagyo, H. N. Suharta dan A. B. Siswanto. 2000. Tanah Pertanian Indonesia dalam Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (ed) Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengolahannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang dan Pertanian, Departemen Pertanian. Hal 36 – 37, 52.

Sukarman. dan Ai. Dariah.2014. Tanah Andosol Di Indonesia Karakteristik, Potensi, Kendala,Dan Pengelolaannya Untuk Pertanian. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tarigan, E. S., Guchi. H., Marbun. P. 2015. Evaluasi Status Bahan Organik Dan Sifat Fisik Tanah (Bulkdensity, Tekstur, Suhu Tanah) Pada Lahan Tanaman

(46)

Kopi (Coffea Sp.) di Beberapa Kecamatan Kabupaten Dairi. Skripsi.

Fakultas Pertanian USU. Medan

Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Budidaya Tanaman Kopi. Nuansa Aulia, Bandung.

Utami, S.N. dan Handayani, S. 2003. Sifat kimia Entisol pada sistem pertanian organik. Ilmu Pertanian 10 ( 2), 63-69

Wihardjaka, Anicetus. 2010. Pengaruh Pupuk KCl dan Jerami Padi Terhadap Perilaku dan Hasil Padi Sawah. IPB. Bogor

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah (Dasar Kesehatan dan Kualitas tanah). Gava Media. Yogyakarta.

(47)

Lampiran 1. Kriteria Sifat Tanah Sifat Tanah Satuan Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi C (Karbon) % <1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 >5.00 N (Nitrogen) % <0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 >0.75

C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25

P2O5 Total % <0.03 0.03-0.06 0.06-0.079 0.08-0.10 >0.10 P2O5eks-HCl % <0.021 0.021-0.039 0.040-0.060 0.061-0.10 >0.10 P-avl Bray II ppm <8.0 8.0-15 16-25 26-35 >35

P-avl Truog ppm <20 20-39 40-60 61-80 >80

P-avl Olsen ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60

K2O eks-HCl % <0.03 0.03-0.06 0.07-0.11 0.12-0.20 >0.20 CaOeks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 MgOeks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 MnOeks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 K-tukar me/100 <0.10 0.10-0.20 0.30-0.50 0.60-1.00 >1.00 Na-tukar me/100 <0.10 0.10-0.30 0.40-0.70 0.80-1.00 >1.00 Ca-tukar me/100 <2.0 2.0-5.0 6.0-10.0 11.0-20.0 >20.0 Mg-tukar me/100 <0.40 0.40-1.00 1.10-2.00 2.10-8.00 >8.00

KTK (CEC) me/100 <5 5-16 17-24 25-40 >40

Kej. Basa % <20 20-35 36-50 51-70 >70

Kejenuhan Al % <10 10-20 21-30 31-60 >60

EC (Nedeco) mmhos 2.5 2.6-10 >10

S.

Masam Masam Agak

Masam Netral Agak

Alkalis Alkalis pH H2O

pH KCl

<4.5

<2.5

4.5-5.5 2.5-4.0

5.6-6.5 6.6-7.5 4.1-6.0

7.6-8.5 6.1-6.5

>8.5

>6.5 (Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 dan BPP Medan, 1982)

(48)

Lampiran 2. Umur Tanaman Kopi Arabika dan Nama Desa Setiap Titik Sampel

Titik Sampel Umur Tanman Desa

Titik Sampel 1 8 Tahun Pakkat

Titik Sampel 2 5 Tahun Pakkat

Titik Sampel 3 9 Tahun Purba Manalu

Titik Sampel 4 10 Tahun Purba Manalu

Titik Sampel 5 8 Tahun Lumban Purba

Titik Sampel 6 7 Tahun Sileang

Titik Sampel 7 6 Tahun Sileang

Titik Sampel 8 5 Tahun Sileang

Titik Sampel 9 10 Tahun Sosor ginting

Titik Sampel 10 9 Tahun Sosor ginting

Titik Sampel 11 7 Tahun Sipitu Huta

Titik Sampel 12 10 Tahun Simangaronsang

Titik Sampel 13 5 Tahun Simangaronsang

Titik Sampel 14 8 Tahun Parik Sinomba

Titik Sampel 15 8 Tahun Aek Nauli I

Titik Sampel 16 5 Tahun Aek Nauli I

Titik Sampel 17 6 Tahun Aek Nauli I

Titik Sampel 18 9 Tahun Aek Nauli II

Titik Sampel 19 8 Tahun Aek Nauli II

Titik Sampel 20 6 Tahun Matiti I

Titik Sampel 21 5 Tahun Huta Bagasan

Titik Sampel 22 7 Tahun Janji

Titik Sampel 23 10 Tahun Sihite I

Titik Sampel 24 6 Tahun Sihite II

Titik Sampel 25 10 Tahun Lumban Tobing

Titik Sampel 26 10 Tahun Purba Dolok

Titik Sampel 27 10 Tahun Purba Dolok

Titik Sampel 28 10 Tahun Purba Dolok

Titik Sampel 29 8 Tahun Lumban Purba

Titik Sampel 30 7 Tahun Sihite II

(49)

Lampiran 3. Titik Kordinat Pengambilan Sampel Tanah Kec. Dolok Sanggul Kab. Humbang Hasundutan

Derajat Menit Detik Derajat Desimal

X Y X Y

98°41'39" 2°16'33" 98,6942° 2,27583°

98°42'12" 2°14'54" 98,7033° 2,24833°

98°42'31" 2°15'24" 98,7086° 2,25667°

98°42'51" 2°15'84" 98,7142° 2,27333°

98°44'21" 2°15'44" 98,7392° 2,26222°

98°40'21" 2°16'11" 98,6725° 2,26972°

98°43'03" 2°13'51" 98,7175° 2,23083°

98°44'39" 2°16'30" 98,7442° 2,275°

98°44'37" 2°17'55" 98,7436° 2,29861°

98°44'41" 2°12'45" 98,7447° 2,2125°

98°41'33" 2°16'99" 98,6925° 2,29417°

98°47'34" 2°16'24" 98,7928° 2,27333°

98°45'27" 2°16'43" 98,7575° 2,27861°

98°46'23" 2°16'29" 98,7731° 2,27472°

98°47'28" 2°16'17" 98,7911° 2,27139°

98°46'16" 2°18'09" 98,7711° 2,3025°

98°46'49" 2°17'20" 98,7803° 2,28889

98°43'22" 2°14'03" 98,7228° 2,23417

98°44'52" 2°14'21" 98,7478° 2,23917°

98°44'37" 2°15'49" 98,7436° 2,26361°

98°43'49" 2°16'46" 98,7303° 2,27944°

98°43'36" 2°16'59" 98,7267° 2,28306°

98°42'56" 2°16'15" 98,7156° 2,27083°

98°41'56" 2°18'55" 98,6989° 2,31528

98°43'57" 2°15'22" 98,7325° 2,25611°

98°47'38" 2°14'56" 98,7939° 2,24889°

98°44'15" 2°15'50" 98,7375° 2,26389°

98°47'18" 2°15'56" 98,7883° 2,26556°

98°43'56" 2°17'53" 98,7322° 2,29806°

98°43'11" 2°16'55" 98,7197° 2,28194°

(50)

Lampiran 4. Kandungan C-organik pada Setiap Titik Sampel Daerah Penelitian

(Sumber: Hasil Analisis Tanah Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, 2017, Kriteria berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 dan BPP Medan, 1982)

Titik Sampel C-organik (%) Kriteria

Titik Sampel 1 1.82 Rendah

Titik Sampel 2 1.56 Rendah

Titik Sampel 3 2.51 Sedang

Titik Sampel 4 1.85 Rendah

Titik Sampel 5 1.91 Rendah

Titik Sampel 6 1.13 Rendah

Titik Sampel 7 2.61 Sedang

Titik Sampel 8 1.58 Rendah

Titik Sampel 9 1.97 Rendah

Titik Sampel 10 3.29 Tinggi

Titik Sampel 11 6.04 Sangat Tinggi

Titik Sampel 12 2.84 Sedang

Titik Sampel 13 2.93 Sedang

Titik Sampel 14 2.15 Sedang

Titik Sampel 15 1.95 Rendah

Titik Sampel 16 1.91 Rendah

Titik Sampel 17 2.54 Sedang

Titik Sampel 18 3.21 Tinggi

Titik Sampel 19 3.54 Tinggi

Titik Sampel 20 3.36 Tinggi

Titik Sampel 21 2.82 Sedang

Titik Sampel 22 2.25 Sedang

Titik Sampel 23 3.30 Tinggi

Titik Sampel 24 3.39 Tinggi

Titik Sampel 25 7.60 Sangat Tinggi

Titik Sampel 26 3.03 Tinggi

Titik Sampel 27 11.31 Sangat Tinggi

Titik Sampel 28 6.24 Sangat Tinggi

Titik Sampel 29 0.39 Sangat Rendah

Titik Sampel 30 6.43 Sangat Tinggi

(51)

Lampiran 5. Kandungan N-total pada Setiap Titik Sampel Lokasi Penelitian

Titik Sampel N-total Kriteria

Titik Sampel 1 0.22 Sedang

Titik Sampel 2 0.43 Sedang

Titik Sampel 3 0.24 Sedang

Titik Sampel 4 1.02 Sangat Tinggi

Titik Sampel 5 0.11 Rendah

Titik Sampel 6 1.26 Sangat Tinggi

Titik Sampel 7 1.93 Sangat Tinggi

Titik Sampel 8 0.74 Tinggi

Titik Sampel 9 0.05 Sangat Rendah

Titik Sampel 10 1.56 Sangat Tinggi

Titik Sampel 11 1.73 Sangat Tinggi

Titik Sampel 12 1.55 Sangat Tinggi

Titik Sampel 13 0.85 Sangat Tinggi

Titik Sampel 14 0.71 Tinggi

Titik Sampel 15 0.30 Sedang

Titik Sampel 16 0.65 Tinggi

Titik Sampel 17 1.43 Sangat Tinggi

Titik Sampel 18 0.63 Tinggi

Titik Sampel 19 2.34 Sangat Tinggi

Titik Sampel 20 0.75 Sangat Tinggi

Titik Sampel 21 0.59 Tinggi

Titik Sampel 22 1.37 Sangat Tinggi

Titik Sampel 23 0.64 Tinggi

Titik Sampel 24 0.42 Sedang

Titik Sampel 25 0.92 Sangat Tinggi

Titik Sampel 26 0.52 Tinggi

Titik Sampel 27 0.73 Tinggi

Titik Sampel 28 0.51 Tinggi

Titik Sampel 29 1.57 Sangat Tinggi

Titik Sampel 30 1.21 Sangat Tinggi

(Sumber: Hasil Analisis Tanah Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, 2017, Kriteria berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 dan BPP Medan, 1982)

(52)

Lampiran 6. Sebaran pH Tanah pada Setiap Titik Sampel Lokasi Penelitian

Titik Sampel pH Tanah Kriteria

Titik Sampel 1 5.79 Agak Masam

Titik Sampel 2 5.50 Masam

Titik Sampel 3 5.05 Masam

Titik Sampel 4 5.65 Agak Masam

Titik Sampel 5 5.22 Masam

Titik Sampel 6 7.61 Agak Alkalis

Titik Sampel 7 6.22 Agak Masam

Titik Sampel 8 6.13 Agak Masam

Titik Sampel 9 5.57 Agak Masam

Titik Sampel 10 5.29 Masam

Titik Sampel 11 5.26 Masam

Titik Sampel 12 6.31 Agak Masam

Titik Sampel 13 5.58 Agak Masam

Titik Sampel 14 6.25 Agak Masam

Titik Sampel 15 5.99 Agak Masam

Titik Sampel 16 6.75 Netral

Titik Sampel 17 6.02 Agak Masam

Titik Sampel 18 5.69 Agak Masam

Titik Sampel 19 5.63 Agak Masam

Titik Sampel 20 5.77 Agak Masam

Titik Sampel 21 5.36 Masam

Titik Sampel 22 5.25 Masam

Titik Sampel 23 5.60 Agak Masam

Titik Sampel 24 5.74 Agak Masam

Titik Sampel 25 6.04 Agak Masam

Titik Sampel 26 5.87 Agak Masam

Titik Sampel 27 5.54 Masam

Titik Sampel 28 5.07 Masam

Titik Sampel 29 5.17 Masam

Titik Sampel 30 5.16 Masam

(Sumber: Hasil Analisis Tanah Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, 2017, Kriteria berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 dan BPP Medan, 1982)

Gambar

Gambar 1. Titik Sampel Pengamatan pada Lokasi Penelitian
Gambar 3. Peta Kandungan N-total Tanah pada Lokasi Penelitian
Gambar 4. Peta Kandungan pH Tanah pada Lokasi Peelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk nitrogen, konsentrasi pupuk organik cair, atau kombinasi yang tepat agar diperoleh hasil dan kadar vitamin C kelopak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman tanaman umbi dan fungi mikoriza arbuskula (FMA) pada daerah rhizosfer tanaman umbi yang tumbuh di bawah tegakan

Untuk mengetahui varietas kopi Arabika organik yang mempunyai citarasa unik/khas maka dilakukan uji sidik ragam (independent samples test) antara varietas dengan

Pengujian dilakukan pada setiap sampel untuk mengetahui pengaruh pengupasan dan waktu fermentasi terhadap kadar kafein, nilai pH, dan kadar etanol biji kopi

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat disimpulkan beberapa permasalahan dari penelitian ini yaitu: 1 Apakah terdapat pengaruh dosis pupuk organik cair dan pupuk NPK terhadap pH

Nilai IT yang bernilai negatif untuk usahatani kopi arabika secara organik terintegrasi menunjukan bahwa terdapat kebijakan dari pemerintah yang berusaha mengalihkan input produksi

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada ekstrak kulit buah kopi arabika dengan menguji mutu fisik, stabilitas fisik, aktivitas antioksidan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman dan dominansi gulma pada pertanaman kedelai di bawah tegakan kelapa sawit yang belum berproduksi (1