• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Organik Di Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Organik Di Provinsi Aceh"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KREDIT TERHADAP PENDAPATAN PETANI

KOPI ARABIKA ORGANIK DI PROVINSI ACEH

NURUL ISKI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Kredit terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Organik di Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Nurul Iski

(4)

RINGKASAN

NURUL ISKI. Pengaruh Kredit terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Organik di Provinsi Aceh. Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI dan HARIANTO.

Dalam upaya pengembangan sub sektor perkebunan, aspek permodalan merupakan salah satu kendala dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani. Sehingga ketersediaan kredit pada tanaman kopi yang mayoritas merupakan perkebunan rakyat menjadi penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi akses kredit terhadap sumber pembiayaan formal oleh petani kopi arabika organik, (2) menganalisis pengaruh kredit terhadap pendapatan petani kopi arabika organik.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data cross-section dari desa pada 2 kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah telah dikumpulkan secara langsung dari 73 sampel yang diwawancarai menggunakan kuisioner. Responden terdiri petani kopi arabika organik yang mengakses kredit pada lembaga formal koperasi serta petani yang meminjam pada lembaga informal yaitu pedagang. Tujuan pertama dianalisis dengan menggunakan model Probit dan tujuan kedua dianalisis dengan menggunakan model ekonometrika persamaan simultan metode estimasi 2SLS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesibilitas petani kopi arabika organik pada kredit ditentukan secara positif dan signifikan oleh usia petani, kunjungan pihak penyedia kredit dan pengetahuan petani terkait pengajuan pinjaman. Untuk dapat meningkatkan akses pinjaman petani pada koperasi pihak koperasi dituntut untuk lebih aktif dengan memberikan sosialiasi terkait prosedur pinjaman. Selain itu karakteristik koperasi dengan menyediakan jasa akses pinjaman langsung ke tempat tinggal petani akan mampu meningkatkan akses petani untuk meminjam pada koperasi. Sumber kredit yang dapat diakses petani adalah koperasi dan pedagang. Sebagian besar petani kopi arabika organik (63%) mengalokasikan penggunaan kredit untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kredit berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi kopi arabika organik dan konsumsi pangan rumahtangga petani. Kredit juga memiliki pengaruh positif terhadap penggunaan tenaga kerja usahatani yang merupakan input dominan dalam produksi kopi arabika organik. Kredit yang berpengaruh siginifikan terhadap konsumsi pangan anggota keluarga akan mampu meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga sebagai tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kopi. Sejalan dengan itu, dari hasil simulasi perubahan variabel ekonomi menunjukkan bahwa kredit memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan petani kopi arabika organik. Berdasarkan hasil tersebut, maka perlu adanya upaya dari lembaga formal guna meningkatkan akses kredit petani dan perlu adanya peningkatan kemampuan dari lembaga kredit agar dapat menyalurkan kredit dalam jumlah yang lebih besar sehingga petani dapat meningkatkan pendapatan usahataninya.

(5)

SUMMARY

NURUL ISKI. Effect of Credit on Organic Arabica Coffee Farmers Income in Province of Aceh. Supervised by NUNUNG KUSNADI dan HARIANTO.

In developing the plantation sub-sector, the capital aspect is one of the constraints of the various problems faced by farmers. The availability of credit on coffee plantations, which dominated by small scale plantations, become important.The purpose of this study was to (1) identify the factors affecting credit access to formal sources of finance by organic Arabica coffee farmers, (2) analyze the effect of credit on the income of organic Arabica coffee farmers.

This study was conducted in Central Aceh district of Aceh province. The study area determined purposively and sampling carried out by random sampling method. Data cross-section of the village on two districts in Central Aceh has been collected directly from 73 samples that were interviewed using questionnaires. Respondents consisted of organic Arabica coffee farmers who access credit at formal institutions, which are cooperatives, as well as those who borrow from the informal institutions, which are merchants. The first objective was analyzed using Probit models and the second objective was analyzed using an econometric model of simultaneous equations, 2SLS estimation method to simulation stage.

The results showed that accessibility of organic Arabica coffee farmers in the credits is determined positively and significantly by farmers age, number of credit provider visits and knowledge of farmers related to the loan application. In order to improve access to loans for farmers in the cooperative the cooperative is required to be more active by providing socialization related loan procedure. Besides the characteristics of cooperatives by providing access services direct loans to shelter farmers will be able to improve farmers' access to borrow from cooperatives. Source of credit that can be accessed by farmers were cooperatives and traders. The majority of organic Arabica coffee farmers (63%) allocate the usage of credit to meet the needs of the household.

The analysis also showed that the credits have a significant effect on increasing production and food consumption of organic Arabica coffee farmer household. Credit also has a positive effect on the use of labor input farming which is the dominant input used in the production of organic Arabica coffee. The significant affects of credit to family members food consumption will be able to increase the productivity of family members working as labor in the family on the coffee farm. Correspondingly, from the simulation results show that changes in economic variables such as credit has positive effect on the income of farmers organic Arabica coffee. Based on these results, the efforts of the formal institutions in order to improve farmers' access to credit is necessary and it is needed to increase the ability of credit institutions to lend more credit so that farmers can increase their agricultural income.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

PENGARUH KREDIT TERHADAP PENDAPATAN PETANI

KOPI ARABIKA ORGANIK DI PROVINSI ACEH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2015 ini ialah pembiyaan pertanian, dengan judul Pengaruh Kredit terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika di Provinsi Aceh.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Harianto, MS, selaku anggota komisi pembimbing yang selalu meluangkan waktu dan memberikan banyak ilmu, saran, nasehat dan motivasi bagi penulis dalam penyusunan tesis.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si, selaku penguji Luar Komisi dan Dr. Alla Asmara S.Pt, M.Sc, selaku penguji Wakil Komisi Program Studi atas berbagai masukan untuk perbaikan tesis yang diberikan kepada penulis. 3. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian atas segala ilmu yang

telah disampaikan selama masa perkuliahan.

4. Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia atas dukungan beasiswa BPPDN pendidikan Program Magister di IPB.

5. Bapak Johan, Ibu Ina, Bapak Widi, Ibu Kokom, Bapak Erwin, Bapak Khusein, selaku staf administrasi di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, yang telah banyak membantu selama penulis menempuh pendidikan.

6. Teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Angkatan 2013 yang telah berbagi ilmu, berdiskusi dan belajar bersama selama mengikuti kuliah. Khususnya Dea, Dewi, Vhira, Dinda, Dika, Lela, Kak Devi, Nurma, Ari, Uni Dira, Uni Vina, Udin atas kebersamaannya selama penulis menempuh pedidikan.

7. Sahabat seperjuangan Nora dan Khumaira, untuk persahabatan, cinta dan kasih sayangnya.

8. Seluruh keluarga besar penulis, suami tercinta Hafiizh Maulana atas pengertiannya yang mendalam, do’a dan semangat untuk penyelesaian tesis ini. Penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada orangtua tercinta Ayahanda Nazir Akhmad dan Mamak Mahyuni, Ayah dan Mamak mertua, saudaraku tersayang Abang Muhammad Akhsa, kedua adikku Nur Fitria dan Muhammad Syamil untuk do’a, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga.

Akhir kata semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga tesis ini bermanfaat memberikan wawasan seta pengetahuan baru bagi generasi selanjutnya.

Bogor, Maret 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

2 TINJAUAN PUSTAKA 7

Akses Petani Terhadap Kredit dan Faktor yang Mempengaruhi 7

Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan Petani 9

Usahatani Kopi Arabika 11

3 KERANGKA TEORITIS 12

Aksesibilitas Pada Kredit 12

Pengaruh Kredit Terhadap Kegiatan Produksi Usahatani 13

Kerangka Pemikiran Penelitian 15

Hipotesis Penelitian 16

4 METODE PENELITIAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Pengambilan Sampel 17

Metode Analisis Data 18

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akses Kredit pada Sumber

Pembiayaan Formal 18

Analisis Pengaruh Kredit 19

Definisi Operasional 24

5 GAMBARAN UMUM PENELITIAN 26

Keadaan Geografi, Penduduk dan Ekonomi Lokasi Penelitian 26

Karakteristik Sumber Pembiayaan 28

Karakteristik Petani Responden 31

Usahatani Kopi Arabika Organik 33

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 36

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akses Petani Kopi pada Sumber

Pembiayaan 36

Pengaruh Kredit terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika Organik 38

Hasil Estimasi Model 38

(14)

7 KESIMPULAN DAN SARAN 47

Kesimpulan 47

Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 48

LAMPIRAN 53

(15)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan konsentrasi kredit perbankan menurut sektor ekonomi

di Indonesia tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah) 1

2 Perkembangan posisi kredit sektor pertanian di Indonesia menurut

subsektor tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah) 2

3 Lokasi penelitian dan jumlah petani kopi arabika gayo di Kabupaten

Aceh Tengah 18

4 Karakteristik sumber kredit petani kopi arabika di Kabupaten Aceh

Tengah Provinsi Aceh 28

5 Alasan petani memilih sumber pinjaman di Kabupaten Aceh Tengah

Provinsi Aceh 30

6 Alokasi penggunaan kredit petani responden di Kabupaten Aceh

Tengah Provinsi Aceh tahun 2015 31

7 Karakteristik petani kopi arabika organik di Kabupaten Aceh Tengah

tahun 2015 32

8 Analisis keuntungan usahatani kopi arabika organik di Kabupaten

Aceh Tengah Provinsi Aceh Tahun 2015 35

9 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi akses

petani pada sumber pembiayaan formal 36

10 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

kredit yang diterima petani 39

11 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan tenaga kerja usahatani kopi arabika 41 12 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi usahatani kopi 42

13 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi

konsumsi rumahtangga petani kopi 44

14 Hasil validasi model kinerja usahatani kopi 45

15 Dampak perubahan nilai kredit yang diterima petani kopi pada

model 46

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah Kredit dan Produksi Subsektor Perkebunan Indonesia Tahun

2008-2012 3

2 Pengaruh kredit terhadap penggunaan input dan penerimaan petani 14

3 Alur kerangka pemikiran 16

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tinggi dari permukaan laut, luas areal, produksi, produktivitas dan jumlah kopi arabika per kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah,

Tahun 2014 55

2 Program pendugaan persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi akses kredit oleh petani pad sumber pembiayaan formal menggunakan model probit dengan program SAS versi 9.3 56 3 Hasil pendugaan persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi akses

kredit oleh petani pada sumber pembiayaan formal menggunakan

model probit dengan program SAS versi 9.3 57

4 Program estimasi Model Kinerja Usahatani, metode 2SLS prosedur

SYSLIN, program SAS versi 9.3 59

5 Hasil estimasi model produksi dan konsumsi anggota keluarga petani kopi arabika, metode 2SLS prosedur SYSLIN, program SAS versi

9.3 60

6 Program validasi model produksi dan konsumsi anggota keluarga petani kopi arabika, metode 2SLS prosedur SIMNLIN, program SAS

versi 9.3 64

7 Hasil validasi model produksi dan konsumsi anggota keluarga petani kopi arabika, metode 2SLS prosedur SIMNLIN, program SAS versi

9.3 66

8 Program simulasi model produksi dan konsumsi anggota keluarga petani kopi arabika, metode 2SLS prosedur SIMNLIN, program SAS

versi 9.3 68

9 Hasil simulasi model produksi dan konsumsi anggota keluarga petani kopi arabika, metode 2SLS prosedur SIMNLIN, program SAS versi

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembiayaan merupakan komponen yang penting dalam upaya pengembangan sektor pertanian. Sektor pertanian diketahui menjadi sektor andalan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pertanian tercatat sebagai sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDB yaitu rata-rata sebesar 14.54 persen selama tiga tahun terahir (BPS 2014). Namun pembiayaan untuk sektor pertanian belum menjadi prioritas untuk mengembangkan sektor pertanian. Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia mencatat bahwa posisi kredit untuk sektor pertanian berada di posisi ke tiga penyaluran kredit perbankan berdasarkan sektor. Rendahnya perhatian perbankan terhadap sektor pertanian antara lain disebabkan karena usaha di sektor pertanian mempunyai risiko yang tinggi dan perputaran uang yang lambat sehingga pihak perbankan cenderung lebih memperhatikan sektor non pertanian. Berdasarkan Tabel 1 diketahui kredit sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif. Namun dilihat proporsi dari keseluruhan kredit, proporsi kredit sektor pertanian masih jauh lebih kecil dibandingkan sektor lainnya dengan proporsi rata-rata sebesar 5.27 persen dari total kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan untuk sektor pertanian belum menjadi prioritas untuk mengembangkan sektor pertanian yang merupakan sektor primer dalam upaya peningkatan perekonomian nasional. Tabel 1 Perkembangan konsentrasi kredit perbankan menurut sektor ekonomi di

Indonesia tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah)

Sektor Ekonomi Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Lapangan Usaha

Pertanian 65 243 76 616 89 525 113 078 146 693

Non Pertanian 696 167 747 709 835 655 1 015 933 1 566 714

Konsumsi 435 693 481 854 1 070 648 1 355 704 713 189

Total 1 198 019 1 306 179 1 995 828 2 484 715 2 426 596

Proporsi Sektor Petanian (%) 5.45 5.86 4.48 4.55 6.04

Proporsi Sektor Non Petanian (%) 58.15 57.24 41.87 40.88 64.56

Proporsi Non Lapangan Usaha (%) 36.39 36.89 53.64 54.56 29.39 Sumber: Bank Indonesia 2013

(18)

2

Dilihat dari keseluruhan kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian, subsektor perkebunan mendapatkan perhatian yang paling besar. Dengan proporsi yang cukup besar tersebut diduga penyaluran kredit dari bank umum untuk sektor pertanian di Indonesia masih tersegmentasi pada usahatani besar dan menengah. Pada Tabel 2 terlihat bahwa jumlah penyaluran kredit untuk subsektor perkebunan jauh lebih besar dibandingkan dengan subsektor lainnya, dengan rata-rata proporsi terbesar dari keseluruhan kredit sektor pertanian yaitu 74.54 persen. Hal ini menunjukkan subsektor perkebunan menjadi fokus penyaluran kredit oleh pihak perbankan. Akan terlihat lebih jelas apabila dibandingkan dengan kredit untuk subsektor tanaman pangan yang sebagian besar diusahakan oleh petani kecil. Sehingga ada indikasi kredit yang disalurkan untuk subsektor perkebunan ditujukan untuk perkebunan besar dengan kata lain akses petani perkebunan rakyat pada kredit lembaga formal masih rendah.

Tabel 2 Perkembangan posisi kredit sektor pertanian di Indonesia menurut subsektor tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah)

Rendahnya akses petani pada pembiayaan formal seperti perbankan disebabkan karena keterbatasan kepemilikan agunan yang masih menjadi kendala utama bagi petani (Nurmanaf et al 2006; Supadi dan Syukur 2004; Supriatna 2009). Lebih lanjut Direktorat Tanaman Tahunan memaparkan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan perkebunan tanaman tahunan adalah akses petani terhadap sumber permodalan. Diantara permasalahannya yaitu (1) belum tersedianya lembaga keuangan dan perbankan yang khusus bergerak di bidang perkebunan; (2) persyaratan administrasi perbankan belum dapat dipenuhi oleh semua petani terutama dalam hal jaminan untuk memperoleh kredit, seperti legalitas hak atas tanah yang dimiliki petani; (3) resiko usaha di bidang perkebunan cukup tinggi sehingga perbankan enggan memberikan kredit kecuali beberapa komoditas seperti kelapa sawit dan karet; (4) belum tersedianya lembaga penjamin resiko usaha perkebunan (Ditjenbun 2012).

(19)

3 adalah modal yang merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan produktivitas usaha. Yunus (1981) menerangkan bahwa pemerataan akses pada modal (kredit) diyakini sebagai salah satu alternatif untuk pemerataan pendapatan. Keberhasilan kredit pertanian dapat dicerminkan dari peningkatan produksi usahatani yang merupakan sumber pendapatan petani. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dengan adanya kredit dapat mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk meningkatkan keuntungan usahatani sehingga akan meningkatkan pendapatan. Berdasarkan Tabel 2, jumlah kredit yang disalurkan untuk subsektor perkebunan selama tahun 2008 hingga 2012, menunjukkan tren kenaikan pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 26 persen (Kementan 2013). Begitu juga dengan produksi tanaman perkebunan nasional yang terus mengalami peningkatan selama kurun waktu 5 tahun, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6 persen (Kementan 2013). Pada Gambar 1 terlihat adanya tren hubungan positif yang searah, dimana perkembangan kredit subsektor perkebunan juga diiringi oleh peningkatan produksi tanaman perkebunan. Namun lebih lanjut diketahui bahwa pertumbuhan kredit jauh lebih besar dari pada pertumbuhan produksi tanaman perkebunan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pemanfaatan kredit untuk meningkatkan produksi belum berhasil sepenuhnya.

Uraian di atas menerangkan aksesibilitas petani perkebunan rakyat terhadap kredit formal yang rendah. Begitu juga dengan perkembangan produksi di subsektor perkebunan yang belum mampu mengimbangi perkembangan kredit yang disalurkan untuk subsektor tersebut. Ini menunjukkan bahwa pemanfaatan kredit pada subsektor perkebunan untuk tujuan produksi belum sepenuhnya berhasil.

(20)

4

Perumusan Masalah

Salah satu pelayanan kredit untuk subsektor perkebunan rakyat dapat dilihat pada perkebunan kopi di Provinsi Aceh. Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah sentra produksi kopi di Indonesia, dimana kopi arabika medominasi jenis kopi yang dibudidayakan di wilayah tersebut dengan luasan rata-rata 0.5-1 hektar (BPS Aceh 2014). Untuk aspek pembiayaan pertanian berupa pemberian kredit di Provinsi Aceh sendiri dari hasil Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh oleh Bank Indonesia menyebutkan bahwa porsi kredit untuk sektor pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi utama masih rendah, dikarenakan minimnya akses pembiayaan ke perbankan. Dari total kredit yang disalurkan perbankan, hanya sebesar 11 persen yang disalurkan ke sektor pertanian, padahal sektor pertanian merupakan salah satu sektor primer yang dominan dalam struktur perekonomian Provinsi Aceh, dengan share terbesar yaitu 28 persen (Bank Indonesia 2014).

Seluruh lahan kopi di Provinsi Aceh merupakan perkebunan rakyat, dimana perkebunan rakyat identik dengan ciri-ciri antara lain memiliki luas areal yang diusahakan secara kecil dan perorangan, pengelolannya masih menggunakan teknologi yang sederhana dan tradisional, serta memiliki kelemahan pada permodalan, pemasaran dan kualitas produksi. Ketiga ciri tersebut menyebabkan pendapatan petani pekebun dan produksi perkebunan rakyat masih kecil dan berkualitas rendah. Marzuki (2007) yang menyebutkan bahwa 90 persen dari kredit di subsektor perkebunan diserap oleh komoditi kelapa sawit yang mayoritas diusahakan oleh perkebunan swasta. Hal ini mengindikasikan bahwa kredit perbankan hanya diserap oleh pengusaha pertanian besar. Sehingga semakin menguatkan pandangan bahwa petani mempunyai kendala akses permodalan untuk pengembangan komoditi di perkebunan rakyat.

(21)

5 Pada awalnya koperasi kopi yang ada di daerah tersebut merupakan koperasi yang hanya mewadahi para petani pada bagian penjualan hasil produksi. Dalam perkembangannya mulai hadir koperasi yang tidak hanya menjalankan fungsi perdagangan namun juga juga memiliki unit simpan pinjam di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Keberadaan koperasi kopi dengan unit simpan pinjam di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh memberi alternatif bagi petani kopi untuk memanfaatkan koperasi sebagai sumber pembiayaan. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian untuk melihat bagaimana akses petani kopi di Kabupaten Aceh Tengah terhadap kredit koperasi yang ada di daerah tersebut dengan mengakaji lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi aksesibilitas petani. Mengingat hal tersebut maka pertanyaan yang harus dijawab pada penelitian ini adalah faktor apa saja yang mempengaruhi akses kredit pada sumber pembiayaan formal oleh petani kopi arabika di Provinsi Aceh?

Putri (2013) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa petani kopi di Provinsi Aceh sebagian besar masih sulit memperoleh sumber modal untuk meningkatkan produktivitas kopi mereka. Keterbatasan sumber daya yang ada baik modal maupun tenaga kerja menyebabkan petani harus meminjam uang kepada pedagang. Pedagang pengumupul produksi kopi merupakan sumber pembiayaan informal yang sebagian besar dimanfaatkan oleh petani kopi di daerah tersebut. Kehadiran kredit sumber informal ini cukup membantu petani untuk memenuhi kekurangan modal. Hal ini menunjukkan ketersediaan modal (kredit) baik yang berasal dari lembaga formal maupun informal merupakan komponen yang penting bagi kelangsungan usahatani bagi kelangsungan usahatani.

Pemberian kredit sebagai tambahan modal diharapkan akan membantu petani kopi di daerah penelitian untuk mengembangkan usahanya dan sekaligus dapat berdampak pada peningkatan pendapatan melalui peningkatan produksi. Namun dapat dimungkinkan adanya penggunaan kredit justru tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani. Hal itu dapat terjadi dikarenakan dari segi pemanfaatan kredit yang belum tepat. Terlebih lagi jika kredit tersebut dibatasi jumlahnya (sedikit nilainya), tidak sesuai dengan ekonomi usahatani, sehingga tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan pada peningkatan pendapatan (Ibrahim 2013). Sehingga menjadi penting untuk melihat bagaimana pengaruh kredit yang diterima petani terhadap pendapatan petani kopi arabika di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi akses kredit terhadap sumber pembiayaan formal oleh petani kopi arabika di Provinsi Aceh.

(22)

6

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak:

1. Bagi pemerintah dan instansi terkait, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam proses perumusan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan tentang kredit khususnya untuk usaha pertanian jenis tanaman tahunan.

2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, maka ruang lingkup dan batasan penelitian ini yaitu:

1. Petani responden merupakan petani yang mengusahakan kopi arabika organik yang merupakan anggota koperasi.

2. Responden merupakan petani yang melakukan pinjaman satu tahun terakhir, sumber pinjaman terdiri dari koperasi dan pedagang.

3. Pendapatan petani kopi dianalisis selama satu tahun terakhir yang terdiri dari dua periode musim panen.

4. Tenaga kerja merupakan input dominan dalam pelaksanaan usahatani kopi arabika organik.

(23)

7

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab 2 dipaparkan beberapa hasil penilitian terdahulu terkait akses kredit, dan pengaruh kredit terhadap pendapatan petani. Usahatani yang dikaji pada beberapa subsektor yaitu tanaman pangan, hortikultura dan subsektor perkebunan tanaman semusim dan tanaman tahunan. Selanjutnya diuraikan karakteristik usahatani kopi Arabika yang terkait dengan pembiayaan usahatani.

Akses Petani Terhadap Kredit dan Faktor yang Mempengaruhi

Kredit atau pinjaman termasuk sumber pembiayaan eksternal utama bagi usahatani yang digunakan sebagai modal untuk kelanjutan usahatani tersebut. Dalam prakteknya, para petani seringkali menghadapi keterbatasan untuk mengkases lembaga pembiayaan karena persyaratan agunan atau karena tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga pemahaman mereka kurang mengenai prosedur cara memperoleh kredit. ADB (2004) mengemukakan bahwa secara empiris terdapat kesenjangan akses petani terhadap kredit, sehingga menyebabkan semakin terbatasnya kemampuan petani untuk melakukan kegiatan diversivikasi dan mengambil kesempatan pasar yang seharusnya akan menguntungkan petani.

Upaya pemerintah untuk mendukung ketersediaan modal bagi petani dengan membuat kebijakan kredit program juga sudah sejak lama dilakukan. Diawali dengan kredit Bimas yang dimaksudkan untuk mempercepat adopsi teknologi budidaya padi dengan memberi bantuan pendanaan untuk pengadaan bibit unggul, pupuk, pestisida dan biaya hidup (cost of living) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi. Selanjutnya model program kredit pertanian terus mengalami berbagai perubahan, baik dari segi prosedur penyaluran, besaran, bentuk, bunga, maupun tenggang waktu pengembalian kredit. Kebijakan program kredit tersebut terus dipertahankan karena modal dianggap sebagai faktor yang penting dalam melakukan usaha.Walaupun bantuan modal dalam bentuk kredit dianggap penting bagi kelangsungan usahatani, namun berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa sumber modal usahatani yang berasal dari sumber kredit formal masih rendah.

(24)

8

Sumber kredit informal pada umumnya tidak memerlukan persyaratan yang rumit seperti agunan dan persyaratan lainnya. Hubungan antara peminjam dengan pihak yang meminjamkan hanya didasarkan pada sikap saling mempercayai satu sama lain. Sedangkan dari segi ketersediaan dana, lembaga formal memiliki potensi besar untuk pembiayaan usaha pertanian. Namun, ketersediaan dana dari hasil legalitas dalam menghimpun dana masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, belum memaksimalkan peran pihak perbankan dalam mendanai sektor pertanian. Sampai saat ini belum ada upaya dari lembaga tersebut untuk memahami kondisi sektor pertanian sehingga pihak perbankan yang merupakan lembaga formal belum mampu menciptakan produk kredit yang sesuai dengan kegiatan usahatani untuk meningkatkan akses petani terhadap kredit.

Beberapa hasil peneltian menunjukkan bahwa aksesibilitas sebagian besar petani terhadap sumber kredit formal masih sangat terbatas (Anggraeni 2009; Nurmanaf et al 2006; Weber dan Musshoff 2012; Yehuala 2008). Nurmanaf et al. (2006) menunjukkan bahwa tidak mudah bagi petani untuk mengakses modal (kredit) di sekitar tempat tinggal mereka. Prosedur dan persyaratan yang ketat pada lembaga formal serta tingkat suku bunga yang tinggi pada lembaga non formal menjadi penghambat petani dalam mengakses kredit. Dikatakan bahwa petani yang menguasai lahan sempit mengalami kesulitan mengakses lembaga formal antara lain disebabkan belum memiliki aset yang dapat dijadikan jaminan (seperti sertfikat pemilikan tanah). Pernyataan ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Weber dan Musshoff (2012), bahwa peluang sektor pertanian untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan lebih rendah dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya hal ini disebabkan karena adanya risiko dalam kegiatan usahatani. Lebih lanjut Sugiarto dan Syukur (2003) menjelaskan bahwa aksesibilitas yang rendah terhadap kredit dapat dilihat dari rendahnya frekuensi pinjaman dan besaran pinjaman.

Selanjutnya diketahui adanya perbedaan tingkat akses dan penggunaan kredit petani untuk jenis komoditi yang berbeda. Supadi dan Syukur (2004) menyebutkan bahwa akses petani padi sawah terhadap kredit formal lebih tinggi dibandingkan petani hortikultura. Petani hortukultura lebih akses kepada sumber kredit informal seperti pedagang input dan output. Tingginya akses petani padi terhadap lembaga formal diketahui dari keberhasilan mendapatkan kredit program secara berkelanjutan. Sedangkan untuk komoditas perkebunan sendiri, diketahui bahwa salah satu penyebab rendahnya akses petani tembakau terhadap kredit yaitu disebabkan oleh aspek seleksi (screening) yang dilakukan lembaga pembiayaan formal perbankan konvensional yang tidak kompatibel dengan kemampuan sumberdaya petani (Sugiarto dan Syukur 2003) yakni prosedur dan persyaratan serta aplikasi yang terlalu banyak dan rumit.

(25)

9 Berkaitan dengan aksesibilitas kredit tersebut, secara umum terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi akses petani terhadap sumber kredit, yaitu: (1) faktor yang berasal dari dalam diri petani itu sendiri, (2) faktor penunjang, dan (3) faktor ekonomi (Chau et al. 2012). Lebih lanjut Sinaga (2011) menyebutkan, faktor yang berasal dari diri petani di bagi menjadi beberapa aspek, yaitu: umur petani, tingkat pendidikan petani, jumlah anggota keluarga, pengalaman berusahatani, keikutsertaan dalam kepengurusan kelompok tani dan resiko kegagalam usahatani. Sedangkan faktor ekonomi terdiri dari: skala usahatani, kepemilikan lahan dan rasio pendapatan usahatani. Azriani (2014) juga memaparkan bahwa secara garis besar, aksesibilitas terhadap kredit atau sumber pembiayaan ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi, karakteristik usaha, ketersediaan informasi dan jaringan (networking) yang dimiliki serta karakteristik dari pinjaman atau kredit.

Mayrowani, et al. (1998) menyatakan bahwa umur kepala keluarga, jumlah anggota rumahtangga, pengeluaran rumahtangga, rasio pendapatan usahatani terhadap total pendapatan, resiko kegagalan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap aksessibilitas petani. Selain itu faktor tingkat pendidikan dan nilai asset merupakan faktor lain yang juga berpengaruh terhadap aksesibilitas petani (Siwang 2012). Lebih lanjut Weber dan Musshoff (2012) mengkaji akses kredit dan pengembalian kredit di Tanzania, dari analisis diketahui bahwa faktor pendapatan rumahtangga, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap aksesibilitas kredit pada petani.

Agunan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan petani tidak dapat mengakses kredit, seperti temuan Supriatna (2009) menyatakan bahwa petani umumnya tidak dapat mengakses ke lembaga keuangan yang menyediakan bunga rendah seperti BRI Unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat karena tidak memiliki agunan seperti dalam bentuk sertifikat tanah. Hal yang sama juga disampaikan oleh Supadi dan Syukur (2004); Nurmanaf et al. (2006), dimana keterbatasan kepemilikan modal agunan menjadi kendala utama petani untuk akses terhadap kredit. Sistem pengembalian kredit secara bulanan yang tidak sesuai dengan pola penerimaan usahatani yang bersifat musiman serta prosedur pengajuan yang rumit juga menjadi kendala bagi petani. Beberapa penelitian menggunakan model probit untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi akses petani terhadap sumber pembiayaan (Sen dan Prajapati 2013; Datta dan Ghosh 2013; Sebopetji dan Belete 2009).

Berdasarkan beberapa temuan empiris tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa akses petani terhadap sumber pembiayaan formal masih rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi akses petani terhadap sumber formal yaitu umur petani, total aset, penerimaan usahatani kopi, kunjungan pihak penyedia kredit dan pengetahuan petani terkait syarat dan prosedur peminjaman.

Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan Petani

(26)

10

bahwa salah satu dari tiga strategi pembangunan perdesaan dan pertanian adalah adanya dukungan pemerintah terhadap suatu sistem yang dapat menciptakan insentif, kesempatan ekonomi dan akses terhadap kredit sehingga para petani kecil dapat meningkatkan usahatani mereka. Bahkan pemerataan akses terhadap kredit bagi semua golongan masayarakat diyakini sebagai salah satu alternatif untuk pemerataan pendapatan (Yunus 1981). Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dengan kredit seseorang dapat mengoptimalkan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Begitu juga dengan petani, modal merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan petani sebelum melakukan usahatani (Supadi dan Syukur 2004), serta memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pendapatan petani (Gohong 1993).

Kredit adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktivitas usaha. Pada proses produksi, kredit dapat digunakan untuk membiayai pengadaan input produksi, baik sebagai modal investasi pengadaaan input yang bersifat tetap dan modal kerja untuk penegadaan input yang bersifat variabel. Oleh karena itu, kredit akan mempengaruhi peningkatan penggunaan input sehingga akan meningkatkan keuntungan petani. Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim dan Bauer (2013) menemukan bahwa kredit mikro berdampak signifikan tehadap terhadap perolehan keuntungan petani. Peneliti memaparkan kesimpulan bahwa besarnya kredit menentukan meningkatnya keuntungan petani, sehingga agar keuntungan dapat meningkat maka jumlah kredit yang disalurkan juga perlu ditingkatkan. Hasil yang serupa dipaparkan oleh Sumelius et al. (2011), diketahui pendapatan petani yang memperoleh kredit lebih tinggi sehingga perlu ditingkatkan jumlah kredit yang disalurkan agar dapat meningkatkan keuntungan. Beberapa hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa ketersediaan kredit memberi kesempatan bagi petani untuk membeli input atau modal lainnya (Adebayo et al. 2008; Nwaru et al. 2011; Rosmiati 2012; Saleem 2011), yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi dan pendapatan (Yehuala 2008; Saboor et al. 2009).

Ketersediaan kredit memungkinkan petani mendapatkan pendapatan usahatani yang lebih tinggi, sehinga dapat memperbaiki keadaan ekonomi petani dibandingkan pada saat terkendala kredit. Namun temuan Kochar dalam Rachmina (2012), memperlihatkan bahwa selama ini pendekatan lembaga keuangan dalam menetapkan kredit lebih berdasarkan target bukan berdasarkan kebutuhan biaya produksi dan investasi, akibatnya kredit yang diterima petani tidak cukup untuk biaya produksi dan investasi. Oleh karena itu kendala kredit membuat petani membatasi alokasi input pada tingkat yang belum optimal, sehingga pada akhirnya membuat penerimaan petani menjadi lebih kecil. Hal ini sejalan dengan temuan yang dipaparkan oleh Mahendri (2009), nilai kredit yang diberikan untuk peternak domba tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan, diduga karena jumlah kredit yang diberikan tidak dalam skala ekonomi (Karo-Karo dalam Mahendri 2009). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pendapatan usaha domba akan lebih meningkat pada petani non kredit walaupun pengaruhnya tidak nyata. Merujuk pada penelitian terdahulu, maka dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh kredit terhadap pendapatan usahatani kopi arabika dengan menggunakan model persamaan simultan.

(27)

11 Usahatani Kopi Arabika

Tanaman perkebunan tahunan adalah tanaman yang pada umumnya berumur lebih dari satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali dan tidak dibongkar sekali panen. Contoh komoditi perkebunan yang merupakan tanaman tahunan antara lain cengkeh, kakao, karet, kopi, kelapa, kelapa sawit, teh, lada, pala, dan lain-lain. Berdasarkan siklus hidupnya, tanaman tahunan (perennial plants) adalah tanaman yang dapat meneruskan kehidupannya setelah bereproduksi atau menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu lebih dari dua tahun.

Khusus untuk tanaman kopi, buah matang pada waktu yang tidak bersamaan, oleh karena itu panen buah kopi dilakukan secara bertahap. Panen dilakukan ketika buah kopi sudah berwarna merah hingga merah tua, pada umumnya berlangsung pada bulan Maret hingga Agustus setiap dua minggu sekali. Untuk tanaman kopi Arabika mulai menghasilkan buah rata-rata ketika berumur empat tahun. Awalnya, jumlah buah kopi yang dipanen pada tahun ke empat masih sedikit, kemudian terus meningkat dari panen tahun ke dua hingga tahun ke-14 (Panggabean 2011). Secara ekonomi, pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada kondisi iklim, tanah dan sistem manajemen pengelolaannya. Di beberapa daerah, tanaman kopi mulai berproduksi pada umur ke tiga dan hingga diatas 25 tahun masih dapat berproduksi. Jumlah produksi yang dicapai per tahun per ha relatif bervariasi. Tanaman kopi mulai berproduksi setelah memasuki tahun ke tiga dengan volume produksi rata-rata 600 kg per ha. Jumlah produksi tersebut berlangsung hingga tahun ke tujuh. Memasuki tahun ke delapan hingga tahun tahun ke 11 produksi meningkat hingga dua kali lipat, yakni mencapai 1200–1300 kg per ha. Pada saat tanaman kopi memasuki umur 13–20 tahun jumlah produksi mencapai ukuran optimal. Pada saat itu produksi mencapai keuntungan tertinggi yaitu rata-rata 2.000 kg per ha. Setelah itu poduksi turun dan hanya mencapai rata-rata 1500 kg per ha.

(28)

12

3

KERANGKA TEORITIS

Aksesibilitas Pada Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere atau credetium dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan sebagai kepercayaan (trust). Oleh karena itu, kepercayaan menjadi dasar dari kredit. Suatu lembaga keuangan atau seseorang yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi perjanjian. Ronohadiwirjo (1969) mendefinisikan kredit sebagai transaksi modal yang disertai kepercayaan dan akan dikembalikan dalam jangka waktu terentu. Pengertian kredit menurut UU No.10 tahun1998 tentang perubahan No.7 tahun 1992, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakataan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam meluniasi utangnya setelah jangka waktu tertentu. Definisi kredit lainnya yaitu sebagai kemampuan pinjaman dan merupakan sumber likuiditas serta sebagai kekayaan (asset) yang dapat dikelola untuk kegiatan usaha (Baker (1968) dalam Kuntjoro 1983). Dari defisini tersebut dapat dijelaskan bahwa kredit yang diberikan oleh suatu lembaga didasarkan atas kepercayaan, sehingga pemberian kredit dapat dikatakan sebagai pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga baru akan memberikan kredit jika yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Lembaga keuangan secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu lembaga keuangan formal dan lembaga keuangan informal. Lembaga keuangan formal merupakan lembaga keuangan yang dibentuk berdasarkan undang-undang yang keberadaannya dilindungi oleh hukum dan dibuat oleh pemerintah. Lembaga-lembaga keuangan ini terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Sebaliknya, lembaga keuangan informal merupakan lembaga-lembaga keuangan yang berbentuk organisasi maupun individu, tanpa diatur oleh undang-undang dan perlindungan pemerintah. Oleh karena itu, lembaga keuangan informal ini dapat bertindak menurut aturan main mereka sendiri, sehingga adakalanya cenderung merugikan pihak-pihak yang berkepentingan ataupun terlibat di dalamnya.

(29)

13 ciri-ciri atau sifat individual yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan seseorang.

Sisi penawaran berhubungan dengan kreditur sebagai penyedia kredit, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi akses berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi penawaran kredit. Dalam memutuskan untuk menyetujui permintaan kredit, lembaga keuangan mempertimbangkan kemampuan calon debiturnya dalam membayar (willing to pay). Pertimbangan dapat dilakukan dengan melihat konsep 5 C yaitu (1) character, berkaitan dengan kemauan untuk mengembalikan, yang dapat dilihat juga dari pengalaman meminjam calon debitur. Apakah calon debitur mempunyai tanggung jawab, kejujuran dan kesungguhan dalam mencapai tujuan dan mengembalikan kredit yang diterima.; (2) capacity, menunjukkan kemampuan calon debitur untuk mengembalikan kredit, yang dihubungkan dengan kemampuan calon debitur tersebut dalam mengelola bisnis serta kemampuannya mengelola keuntungan; (3) capital, berkaitan dengan struktur pendanaan suatu usaha, persenan equity (modal sendiri) dan debt (hutang) yang digunakan sebagai pendanaan di dalamnya. Jika rasio debt lebih besar maka akan dipertimbangkan untuk pemberian kredit berikutnya; (4) collateral, menunjukkan bagian modal calon debitur yang dijadikan sebagai jaminan kepada kreditur, dan (5) condition, berkaitan dengan permintaan pasar terhadap hasil usaha, lingkungan usaha dan kondisi politik yang mungkin berpengaruh terhadap usaha yang dijalankan oleh calon debitur (Weston dan Brigham 1998).

Pengaruh Kredit Terhadap Kegiatan Produksi Usahatani

Pengertian kredit sebagai sumber modal untuk kegiatan usahatani mecerminkan bahwa secara tidak langsung kredit terpaut dalam kegiatan produksi, yaitu berperan dalam pengadaan faktor-faktor produksi. Kredit dapat dijadikan alternatif pemenuhan modal ketika petani menghadapi keterbatasan modal. Menggunakan pendekatan konsep biaya produksi, Baker (1968) dalam Kusnadi (1990) menjelaskan bahwa dalam kegiatan produksi kredit berperan sebagai penambah modal untuk membiayai input produksi sehingga produsen dapat meningkatkan produknya pada tingkat yang lebih tinggi.

Peningkatan penggunaan input akan mendorong peningkatan jumlah output dan keuntungan dari usahatani yang dijalankan. Adanya kredit/tambahan modal yang digunakan untuk membeli input produksi berarti mampu menggunakan input yang lebih baik. Pembelian input produksi dapat berupa penambahan pembelian bahan baku, pembelian bahan pendamping dan peningkatan jumlah tenaga kerja. Selanjutnya peningkatan input dalam proses produksi akan meningkatkan kapasitas produksi atau output. Peningkatan output produksi juga akan meningkatkan penerimaan usaha.

Pentingnya peranan kredit tergantung pada seberapa besar tambahan input yang dialokasikan mampu menaikkan tambahan penerimaan. Fungsi produksi digunakan untuk menggambarkan hubungan teknis antar input yang digunakan dan output yang dihasilkan dari proses produksi. Apabila fungsi produksi yang dihadapi petani adalah Y = f(xi) dan harga input adalah Px, harga output adalah Py.

(30)

14

mengoptimumkam penggunaan faktor produksi. Maka keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya input.

� = � � − � �� ………...(1)

� = � � �� − � �� ………...(2)

Keuntungan maksimum tercapai pada saat turunan pertama terhadap input dari fungsi produksi sama dengan nol. Sehingga produk marginal sama harga per satuan input, secara matematis akan didapatkan persamaan:

�� ���= �

�� �

��� − � = ………...(3)

� �� �

��� = � …...……… ………...(4)

� = � …...……… ………...(5)

F

Input

X0 A

VMP TVP

E VMP, Rp

Y, Rp

Y1

Y0

C D

B

X0 X1

0

Input

0

X1

Px

(31)

15 Sebelum adanya kredit, petani menggunakan modal sendiri untuk membiayai proses produksi, petani menghadapi kendala modal dan belum mencapai kondisi optimal (VMP > �). Dengan adanya penggunaan kredit, petani akan meningkatkan penggunaan input sampai kondisi optimal tercapai (VMP = � ). Akses terhadap kredit akan meningkatkan modal petani sehingga meningkatkan kemampuan petani untuk menambah penggunaan input dari � ke � sehingga output meningkat dari � ke �.

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat, dengan penggunaan input sebesar � maka penerimaan yang diperoleh sebesar 0x0CE dengan biaya total sebesar 0

x0BA, sehingga keuntungannya sebesar ABCD. Setelah adanya kredit, terjadi

penambahan input menjadi x1. Dengan mengasumsikan harga input tetap, maka

penerimaan petani mejadi 0x1EF dengan biaya 0x1FA sehingga diperoleh

keuntungan yang lebih besar yaitu AFE. Jadi, dengan asumsi harga output dan harga input yang tetap, peningkatan input akan meningkatkan produksi yang selanjutnya meningkatkan penerimaan sehingga keuntungan akan meningkat pula.

Kerangka Pemikiran Penelitian

Beberapa hasil peneltian menunjukkan bahwa aksesibilitas sebagian besar petani terhadap sumber kredit formal masih sangat terbatas, sehingga dapat dikatakan pentingnya ketersediaan kredit bagi petani ternyata belum didukung sepenuhnya oleh keberadaan sumber pembiayaan khususnya dari lembaga formal. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi petani yang memiliki akses pada sumber pembiayaan formal (koperasi) dan sumber informal. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aksesibilitas kredit pada sumber pembiayaan formal oleh petani kopi dengan menggunakan metode probit. Faktor yang diduga mempengaruhi akses kredit terdiri dari karakteristik petani, karakterisitk usahatani dan karakteristik sumber kredit. Ketiga karakeristik ini dirinci yaitu umur, aset termasuk di dalamnya luas lahan kopi, penerimaan usahatani kopi arabika, dummy kunjungan dari pihak penyedia pinjaan dan dummy pengertahuan.

(32)

16

Senada dengan analisis akses, faktor yang mempengaruhi persamaan-persamaan di atas terdiri dari karakteristik petani, karakterisitk usahatani dan karakteristik sumber kredit. Dimana variabel akses kredit yang telah dianalisis sebelumnya dengan metode probit dimasukkan sebagai salah satu variabel di dalam persamaan. Pengaruh kredit terhadap pendapatan dijawab dengan melakukan simulasi dari hasil estimasi persamaan yang telah dibangun. Simulasi dilakukan dengan menaikkan nilai kredit sebesar 25 persen dari nilai awal. Adapun kerangka pemikiran diperlihatkan pada Gambar 3.

Hipotesis Penelitian

Berdasasrkan pemaparan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Akses kredit petani kopi arabika di Provinsi pada lembaga formal dipengaruhi oleh karakteristik petani dan rumahtangga, karakteristik usahatani dan karaktersitik lembaga pembiayaan.

(33)

17

4

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa:

1. Provinsi Aceh merupakan salah satu sentra produksi kopi arabika organik di Indonesia. Terdapat tiga Kabupaten sebagai penghasil kopi arabika di Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Hasil kopi dari ketiga daerah ini merupakan jenis kopi spesialti untuk tujuan ekspor yang dikenal dengan sebutan kopi Arabika Gayo.

2. Kabupaten Aceh Tengah termasuk sentra produksi kopi di Provinsi Aceh dengan luas lahan terbesar. Di Kabupaten Aceh Tengah terdapat koperasi yang menjanlankan unit simpan pinjam untuk para anggotanya yaitu petani kopi arabika organik.

Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tengah, dipilih dua kecamatan yaitu Kecamatan Pegasing dan Kecamatan Bintang, dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terdapat petani yang melakukan pinjaman ke sumber pembiayaan formal berupa koperasi, sehingga tujuan penelitian untuk melihat akses terhadap lembaga formal terpenuhi. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2015.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kerat lintang (cross section). Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yaitu petani kopi, dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner). Data primer mencakup data karakterisitk responden, karakteristik usahatani responden dan karakteristik rumahtangga responden. Data sekunder diperoleh dari jurnal ilmiah, tesis, disertasi, dokumen dan publikasi dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Kementerian Pertanian, Dinas Perkebunan Provinsi Aceh, Dinas Perkebunan Kabupaten Aceh Tengah dan Dinas Perdagangan dan UKM Kabupaten Aceh Tengah.

Metode Pengambilan Sampel

(34)

18

Tabel 3 Lokasi penelitian dan jumlah petani kopi arabika gayo di Kabupaten Aceh Tengah

No. Kecamatan Desa Jumlah Petani Responden

1 Pegasing Terang Ulen 18

Teubok 15

2 Bintang Linung Bulen II 24

Atu Payong 16

Total 73

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 73 petani yang terdiri dari 25 petani penerima kredit dari koperasi dan 48 petani penerima kredit informal. Jumlah sampel tersebut ditetapkan dengan pertimbangan representatif, sehingga hasil estimasi analisis mendekati kondisi aktual populasi. Total desa sampel berjumlah 4 desa, dimana masing-masing kecamatan dipilih dua desa. Kecamatan Pegasing diwakili oleh Desa Terang Ulen dan Desa Teubok dengan jumlah sampel sebanyak 33 petani. Sedangkan untuk Kecamatan Bintang diambil diwakili oleh Desa Linung Bulen II dan Desa Atu Payong dengan jumlah sampel sebanyak 40 petani.

Metode Analisis Data

Analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan berdasakan data yang diperoleh. Pengolahan data dengan menggunakan metode kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi gambaran umum mengenai kondisi sosio-ekonomi petani kopi arabika di daerah penelitian. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis tujuan satu dan dua dengan menggunakan program komputer SAS 9.3. Data yang telah diolah selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Analisis masing-masing tujuan dijelaskan secara rinci seperti di bawah ini.

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akses Kredit pada Sumber Pembiayaan Formal

(35)

19

= � + � + � + � � + � + � � + �

= jika ∗ >

= jika sebaliknya

Dimana:

= Kategori probability sumber pembiayaan. (P

1 = kredit formal, P0= kredit informal)

i = Parameter estimasi �� = Variabel acak

UMUR = Umur petani (tahun) ASET

= Aset (rupiah)

PNRK = Penerimaan usahatani (rupiah)

DKJG = Dummy kunjungan ( 1 = ya; 0 = tidak) DPGT = Dummy pengetahuan ( 1 = ya; 0 = tidak)

Dengan tanda parameter yang diharapkan : �

1 < 0 dan �2, �3, �4, �5 > 0

Analisis Pengaruh Kredit

Untuk menjawab permasalahan selanjutnya, digunakan model ekonometrika dengan sistem persamaan simultan. Model dibentuk berdasarkan studi literatur dan kerangka teori yang digunakan untuk menentukan keterkaitan antara variabel satu dengan lainnya. Kredit diestimasi mempengaruhi keputusan dalam produksi dan konsumsi. Kredit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kredit konvensional. Kredit konvensional dibagi atas kredit formal dan informal (Bernandus 2014). Kredit formal adalah kredit yang disalurkan oleh lembaga perbankan dan lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi. Sedangkan kredit informal adalah kredit yang diberikan oleh pedagang pengumpul.

Spesifikasi Model

Dalam spesifikasi model dirumuskan persamaa-persamaan matematis yang menggambarkan hubungan antara variabel. Model ekonometrika dalam bentuk sistem persamaan simultan yang dibangun terdiri atas 6 persamaan yang terdiri dari 4 persamaan perilaku/struktural (behavior equation) dan 2 persamaan identitas (identity equation). Model telah melalui tahapan respesifikasi dan reestimasi model. Untuk melihat dampak penggunaan kredit dilakukan simulasi dengan skenario peningkatan jumlah kredit.

Nilai Kredit

Nilai kredit adalah jumlah kredit yang digunakan oleh petani pada satu tahun terakhir baik yang berasal dari koperasi maupun pedagang, dalam hal ini diduga dipengaruhi oleh suku bunga pinjaman, akses kredit, pengeluaran rumah tangga dan produksi kopi.

(36)

20 dimana :

KRED = Nilai kredit (Rp)

SBKR = Suku bunga pinjaman (%) PACSS = Peluag akses ke koperasi (%)

PGLR = Pengeluaran rumahtangga petani (Rp) PRDK = Produksi kopi (Kg)

Tanda parameter yang diharapkan: < � , , >

Variabel peluang akses ke koperasi di dapat dari nilai peluang dari hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi akses dengan menggunakan metode probit.

Penggunaan Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja merupakan input dominan dalam usahatani usahatani kopi arabika organik yang terdiri dari penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.

� = + + + + � + +

dimana :

TPTK = Penggunaan tenaga kerja (HOK) JAKK = Jumlah angkatan kerja (Orang) LLHN = Luas lahan (Ha)

UMRK = Umur tanaman kopi (Tahun) PNRK = Penerimaan usahatani kopi (Rp) KRED = Nilai kredit (Rp)

Tanda parameter yang diharapkan: , , , , >

Produksi Usahatani Kopi

Jumlah produksi kopi arabika organik diduga dipengaruhi oleh luas lahan pengusahaan kopi arabika, penggunaan tenaga kerja, umur kopi, pengalaman petani dan jumlah kredit.

� = + + � + + � + +

dimana :

LLHN = Luas lahan (Ha)

TPTK = Penggunaan tenaga kerja (HOK) UMRK = Umur tanaman kopi (Tahun)

PGLM = Pengalaman berusahatani kopi (Tahun) KRED = Nilai kredit (Rp)

(37)

21

Sumber Dana Non Kopi

Petani kopi memiliki sumber dana lainnya di luar penerimaannya dari hasil usahatani kopi. Sumber dana tersebut berasal dari pendapatan di luar usahatani kopi dan pinjaman petani pada sumber tertentu.

= � +

dimana :

BDGT = Sumber dana non kopi (Rp)

PDNK = Pendapatan di luar usahatani kopi (Rp) KRED = Nilai kredit (Rp)

Pengeluaran Rumahtangga Petani

Pengeluaran rumahtangga petani dikhususkan pada konsumsi pangan anggota keluarga petani.

� = + + � + +

dimana :

PGLR = Pengeluaran rumahtangga petani (Rp) JAGK = Jumlah anggota kelarga (Orang) PDUK = Pendapatan usahatani kopi (Rp) BDGT = Sumber dana non kopi (Rp) Tanda parameter yang diharapkan: , , >

Pendapatan Usahatani Kopi

� = ∗ � − �

dimana :

PDUK = Pendapatan usahatani kopi (Rp) HRGK = Harga kopi (Rp)

(38)

22

KRED TPTK

PRDK

PGLR PDUK

SBKR

PACSS JAKK

LLHN

UMRK

PGLM

JAGK

BYUK BDGT

PDNK

HRGK

PNRK

Gambar 4 Diagram hubungan antar variabel

Identifikasi Model

Sebelum menetukan metode yang digunakan untuk menduga parameter suatu model, maka model perlu diidentifikasi. Identifikasi model bertujuan untuk menentukan metode estimasi yang akan dipakai untuk mengestimasi suatu model. Model tidak dapat diestimasi apabila persamaan-persamaan di dalam model tidak teridentifikasi (under/unidentified). Apabila persamaan-persamaan di dalam model teridentifikasi (identified) maka model dapat diestimasi dengan metode yang tersedia. Teknik estimasi tersebut antara lain Limited Information Maximum Likelihood (LIML), Full Information Maximum Likelihood (FIML), Two-Stage Least Square (2SLS), dan Three Stage Least Square (3SLS) (Koutsoyiannis 1977).

Model yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah model persamaan struktural secara simultan. Dalam persamaan simultan, identifikasi model harus diketahui lebih dulu sebelum memilih pendugaan parameter dari suatu model. Rumus order condition (syarat keharusan) menurut Koutsoyiannis (1977) :

− ≥ −

dimana:

K = jumlah total variabel endogen dan eksogen didalam model

M = jumlah variabel endogen dan eksogen dalam suatu persamaan yang sedang diuji dan diidentifikasi

(39)

23 persamaan dikatakan teridentifikasi berlebih sehingga persamaan dapat diduga parameternya.

Jumlah total variabel dalam model (K) sebanyak 17 variabel yang terdiri atas 6 variabel endogen dan variabel eksogen sebanyak 11. Jumlah variabel endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan tertentu dalam model (M) sebanyak 5 dan total persamaan dalam model (G) yaitu jumlah variabel endogen dalam model sebanyak 6. Persamaan struktural berdasarkan order condition (syarat keharusan) dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (over identified). Jumlah persamaan yang dibangun sebanyak 4 persamaan struktural dan 3 persamaan identitas.

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah Two-Stage Least Square (2 SLS). Metode 2SLS pada dasarnya menduga sistem persamaan simultan dengan menduga setiap persamaan struktural secara parsial (Kuotsoyiannis 1997). Beberapa keunggulan metode 2SLS adalah: (1) metode ini cocok digunakan untuk estimasi parameter model persamaan simultan yang overidentified, (2) penggunaannya lebih efisien dibandingkan 3SLS dan (3) dapat menghindari bias pendugaan dan menghasilkan pendugaan yang konsisten dibanding metode OLS. Pendugaan parameter dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SAS (Statiscal Analysis System) versi9.3.

Untuk mengetahui apakah variabel eksogen secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik- F (Kuotsoyiannis 1997). Dimana hipotesis yang dibangun H0 : βi = 0 dan H1 : minimal ada satu nilai βi ≠ 0. Nilai

peluang uji statistik- F < taraf α maka tolak H0, yangberarti variabel eksogen

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel endogen.

Sedangkan untuk mengetahui apakah variabel masing-masing variabel eksogen berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen diuji dengan menggunakan uji t pada tingkat signifikansi tertentu. Dengan hipotesis H0 : βi = 0

dan H1 : βi > 0 (uji satu arah). Nilai P-value uji t > taraf α maka tolak H0, yang

berarti variabel eksogen berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Validasi Model

Validasi model bertujuan untuk memeriksa apakah model yang diestimasi dapat merefleksikan dengan baik realitas dan memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk memenuhi tujuan aplikasi model dalam hal ini menilai kelayakan simulasi. Dalam analisis ini dua ukuran yang digunakan untuk menilai model cukup baik untuk menjelaskan keadaan faktual ialah kriteria R2 validasi dan U-Theil. R2 untuk menjelaskan besarnya variasi dalam variabel endogen aktual (Yi) yang dapat dijelaskan oleh variabel endogen dugaan (�̂ . Semakin

(40)

24

Sedangkan nilai statistik U-Theil bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model dalam menganalisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 0 dan 1. Model yang baik menurut kriteria U-Theil mensyaratkan nilai yang mendekati nol. Semakin besar nilai U-Theil menunjukkan model yang tidak sesuai dengan keadaan faktual. Apabila kedua kriteria tersebut telah sesuai dengan ketentuannya, maka selanjutnya model dapat dipakai untuk menganalisis dampak perubahan kebijakan atau perubahan variabel ekonomi yang dianggap penting. Simulasi Model

Sistem persamaan simultan membuka kesempatan untuk melakukan simulasi variabel eksogen atau variabel endogen yang dianggap berpengaruh terhadap perubahan ekonomi usahatani. Pada dasarnya tujuan dilakukan simulasi model adalah untuk menguji dan mengevaluasi model, mengevaluasi kebijakan-kebijakan pada masa lampau atau membuat peramalan untuk masa yang akan datang (Pindyck dan Rubenfeld 1991). Pada penelitian ini simulasi model dilakukan untuk mengetahui pengaruh kredit terhadap pendapatan petani kopi arabika.

Besarnya perubahan yang digunakan dalam simulasi didasari oleh empat hal, yaitu (1) keberadaan data yag menjelaskan suatu kondisi, (2) adanya rencana atau wacana dari pemerintah atau pihak terkait, (3) hasil penelitian empiris yang telah ada, dan (4) keinginan peneliti untuk mensintesa perubahan tertentu (Bernardus 2015). Simulasi perubahan kredit dilakukan dengan menaikan nilai kredit sebesar 25 persen berdasarkan data rata-rata kenaikan kredit perbankan pada sub sektor perkebunan. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh kredit terhadap variabel endogen khususnya pendapatan petani kopi.

Definisi Operasional

Pada penelitian ini diperlukan suatu batasan melalui definisi operasional, sehingga istilah yang digunakan dalam penelitian ini bersifat spesifik, sesuai kebutuhan penelitian. Adapun beberapa definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Akses kredit petani adalah peluang petani untuk memperoleh kredit dari koperasi kopi yaitu Koperasi Kredit Maju Bersaman (KKMB) dan Koperasi Arinagata.

2. Usia petani adalah usia petani responden pada saat penelitian dilakukan, dinyatakan dalam tahun.

3. Aset adalah segala sesuatu yang bernilai, yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan. Satuan aset adalah rupiah. Dalam penilitan ini aset sebagai proxy dari kepemilikan agunan.

4. Dummy kunjungan adalah kunjungan pihak koperasi ke tempat tinggal petani untuk menawarkan jasa peminjaman. Dinyatakan dalam skor 1 = jika petani pernah mendapat kunjungan, dan skor 0 = untuk lainnya.

5. Dummy pengetahuan adalah pengetahuan petani terkait prosedur pengajuan pinjaman pada koperasi. Dinyatakan dalam skor 1 = jika petani mengetahui prosedur pinjaman, dan skor 0 = untuk lainnya.

(41)

25 yang berasal dari koperasi dan sumber pembiayaan pedagang, dinyatakan dalam rupiah.

7. Peluang akses formal adalah peluang petani untuk meminjam pada sumber pembiyaan koperasi. Variabel ini merupakan peluang (probability) dari hasil analisis dengan model probit, dinyatakan dalam persen.

8. Pengeluaran rumahtangga petani adalah jumlah biaya yang dikeluarkan petani untuk kebutuhan konsumsi pangan rumahtangga per tahun, dinayatakan dalam rupiah.

9. Gabah adalah buah kopi merah yang telah melalui proses pengelupasan kulit. 10. Produksi kopi adalah hasil panen kopi arabika organik selama satu tahun

dalam bentuk gabah, dinyatakan dalam kilogram (Kg).

11. Penggunaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi kopi arabika organik selama satu tahun. Terdiri dari tenaga kerja dalam dan luar keluarga, dinyatakan dalam satuan hari orang kerja (HOK).

12. Jumlah angkatan kerja adalah jumlah anggota keluarga yang memiliki usia prduktif yang ikut membantu kegiatan produksi kopi, dinyatakan dalam satuan orang.

13. Luas lahan adalah luas lahan kopi yang dimiliki petani responden dan digunakan untuk usahatani kopi, dinyatakan dalam hektar (Ha).

14. Sumber dana non kopi adalah ketersediaan dana yang bersumber dari pinjaman dan pendapatan di luar usahatani kopi, dinyatakan dalam rupiah (Rp).

15. Pendapatan usahatani kopi adalah pendapatan petani responden yang berasal dari keuntungan usahatani kopi arabika organik, dinyatakan dalam rupiah (Rp).

16. Pendapatan di luar usahatani kopi adalah pendapatan petani responden yang berasal dari usahatani selain kopi dan di luar usahatani, dinyatakan dalam rupiah (Rp).

Gambar

Tabel 1 Perkembangan konsentrasi kredit perbankan menurut sektor ekonomi di Indonesia tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah)
Tabel 2 Perkembangan posisi kredit sektor pertanian di Indonesia menurut subsektor tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah)
Gambar 1 Jumlah Kredit dan Produksi Subsektor Perkebunan Indonesia Tahun 2008-2012
Gambar 2 Pengaruh kredit terhadap penggunaan input dan penerimaan petani
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Permasalahan pada skripsi ini adalah bagaimana konsep aliran maksimum berdasarkan teorema Maximal Flow – Minimal Cut , bagaimana menentukan aliran maksimum dengan algoritma

Kegiatan Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 30 Rehabilitasi Sarana Irigasi DI Slegrengan Ds Pasung Kec Wedi.

model Problem Based Learning berbantuan media gambar. c) Melakukan konsultasi kepada guru kelas mengenai rencana pelaksanaan. pembelajaran yang telah dirancang dengan

Sebuah benda dengan tinggi tertentu akan diletakkan dengan jarak 1,3 m atau kurang dari robot kemudian akan dilihat apakah sistem mengenali benda tersebut sebagai halangan atau

DALAM PENGUKURAN PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT, DIGUNAKAN

Halaman Input admin digunakan ini untuk memasukkan data untuk mendaftar sebagai Admin, dalam hal ini sesorang admin bisa menambah admin baru yang bisa

Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IIS 2