• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Protein (Nitrogen)

Konsumsi adalah faktor utama yang merupakan dasar untuk hidup dan menentukan produksi ( Parakkasi, 1999 ). Rataan konsumsi protein untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Konsumsi Protein untuk Setiap Perlakuan

Peubah Jenis kelamin Jenis Ternak Rata-rata Kambing Domba Konsumsi protein (g/e/h) Jantan 61,46 ± 9,49 71,51±12,34 66,48 Betina 58,22 ± 6,34 72,87 ± 15,92 65,55 Rata-rata 59,84b 72,19a Konsumsi protein (g/kg BB0.75) Jantan 6,96 ± 0,57 7,26 ± 1,23 8,68 Betina 6,97 ± 0,28 7,64 ± 0,31 8,94 Rata-rata 8,69 8,93

Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda sangat nyata (P < 0,01).

Konsumsi protein antar jenis ternak berbeda sangat nyata (P < 0.01), dimana konsumsi nitrogen pada domba lebih besar dibandingkan dengan kambing. Perbedaan konsumsi antar jenis ternak diduga dipengaruhi oleh faktor genetik ternak, bobot badan serta gerak laju digesta dalam saluran pencernaan. Konsumsi protein antar jenis kelamin tidak berbeda nyata.

Cole dan Ronning (1970) menyatakan bahwa tingkat konsumsi protein (nitrogen) sangat dipengaruhi oleh proses fermentasi dalam rumen dan pergerakan makanan melalui saluran pencernaan. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh bobot badan / ukuran besarnya tubuh, jenis kelamin, umur dan faktor genetik ternak.

Konsumsi protein pada domba lebih besar dibanding kambing, hasil ini sesuai dengan Mathius et al. (1983) yang menyatakan bahwa konsumsi protein pada domba dan kambing yang diberi pakan campuran rumput gajah dan daun singkong dengan penambahan tepung jagung dan dedak padi berbeda, dimana konsumsi protein pada domba lebih besar dibanding kambing. Jumlah konsumsi protein yang diperoleh pada

penelitian ini untuk kambing dan domba berturut-turut adalah 59,84g/e/h atau 8,69 g/kg BB0,75 dan 72,19 g/e/h atau 8,93 g/kg BB0,75; nilai ini lebih rendah dibanding hasil yang diperoleh Mathius et al. (1983), dimana konsumsi protein pada domba sebesar 11,7 g/kg BB0,75 dan pada kambing sebesar 9,3 g/kg BB0,75. Perbedaan ini kemungkinan dipengaruhi oleh jenis pakan, bobot badan ternak serta status fisiologi ternak.

Konsumsi protein per bobot badan metabolis antar jenis ternak dan antar jenis kelamin tidak berbeda, hal menunjukkan bahwa konsumsi protein untuk menghasilkan 1 kg bobot badan metabolis antar jenis ternak dan antar jenis kelamin adalah sama. Konsumsi protein yang berbeda antar jenis ternak dapat diartikan konsumsi nitrogen antar jenis ternak berbeda, hal ini dikarenakan protein tersusun dari unsur nitrogen. Rataan konsumsi protein antar perlakuan disajikan pada Gambar 5, dimana terlihat bahwa konsumsi protein tertinggi diperoleh pada domba betina, kemudian domba jantan, kambing jantan dan konsumsi terendah adalah pada kambing betina. 0 10 20 30 40 50 60 70 kambing jantan kambing betina domba jantan domba betina K ons ums i Prot e in ( g /e /h)

Gambar 5. Histogram Tingkat Konsumsi Protein Antar Perlakuan

Mathius et al. (2002) menyatakan tingkat konsumsi bahan kering sangat mempengaruhi kecukupan pasokan nutrien (khususnya protein dan energi), pada penelitian ini konsumsi protein yang berbeda antara kambing dan domba, seiring dengan perbedaan konsumsi bahan kering antara domba dan kambing, dimana konsumsi bahan kering pada domba lebih besar dibanding kambing.

Menurut NRC (1981) kambing dengan bobot hidup 10-20 kg memerlukan protein sebesar 22-38 g/e/h, sedangkan menurut NRC (1985) domba dengan bobot

hidup 10-20 kg haruslah mengkonsumsi protein kasar sekitar 127-167 g/e/h. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi protein pada kambing lebih tinggi dari yang disarankan NRC (1981), sedangkan konsumsi protein pada domba lebih rendah dari yang disarankan NRC (1985), hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan kambing dan domba lokal di Indonesia berbeda dengan kambing dan domba di daerah tropis.

Produksi Amonia (NH3) dalam Rumen

Amonia (NH3) merupakan sumber nitrogen utama dan penting untuk sintesa protein mikroba. Produksi NH3 berasal dari protein makanan yang didegradasi oleh enzim proteolitik. Produksi NH3 pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi NH3 antar Perlakuan (mM)

Jenis kelamin Jenis Ternak Rata-rata Kambing Domba

Jantan 8,82±1,53 10,00±1,53 9,41

Betina 7,43±2,27 11,18±1,96 9,30

Rata-rata 8,12b 10,59a

Keterangan : superskrip yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda sangat nyata (P<0.01) Produksi ammonia dalam rumen antar jenis ternak sangat berbeda nyata (P<0.01) dimana produksi NH3 dalam rumen pada domba lebih besar dibandingkan dengan kambing, sedangkan produksi NH3 antara jantan dan betina tidak berbeda nyata. Perbedaan produksi NH3 antara kambing dan domba pada penelitian ini diduga dipengaruhi oleh lamanya makanan berada dalam rumen dan perbedaan daur ulang urea melalui saliva dan dinding rumen.

Ørskov (1982) menyatakan bahwa produksi NH3 dipengaruhi oleh lamanya makanan berada dalam rumen, kelarutan protein ransum, pH rumen dan jumlah protein ransum. Owen dan Bergen (1983) menyatakan bahwa produksi NH3

dipengaruhi oleh daur ulang urea melalui saliva dan dinding rumen. Menurut Tomaszewska et al. (1993) daur ulang urea pada kambing lebih besar dibanding domba.

Produksi NH3 yang berbeda antara domba dan kambing tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh Abdelsamie et al. (1990) dan Tomaszewska et al. (1993).

Abdelsamie et al. (1990) menyatakan bahwa produksi NH3 antara kambing dan domba tidak berbeda, nilai produksi NH3 yang diperoleh adalah 114 mg/l pada kambing dan 117 mg/l pada domba atau setara dengan 8,14 mM dan 8,35 mM. Tomaszewska et al. (1993) menyatakan bahwa konsentrasi NH3 pada kambing lebih besar dibanding domba. Perbedaan ini mungkin dipengaruhi oleh perbedaan jenis pakan yang digunakan, kelarutan protein ransum dan jumlah protein ransum.

Produksi NH3 yang diperoleh berkisar antara 7,43 - 11,18mM, nilai ini masih dalam kisaran normal, dimana menurut Preston dan Leng (1987) kisaran normal NH3

untuk pertumbuhan mikroba rumen yaitu 3,5 - 14 mM.

Rataan produksi NH3 antar perlakuan disajikan pada Gambar 6. Produksi tertinggi diperoleh pada domba betina diikuti oleh domba jantan, kambing jantan dan produksi NH3 terendah yaitu pada kambing betina.

0 2 4 6 8 10 12 kambing jantan kambing betina domba jantan domba betina P roduk s i A m onia k (mM )

Gambar 6. Histogram Produksi NH3 Antar Perlakuan

Pengeluaran Nitrogen Melalui Feses (Nitrogen Feses)

Parakkasi (1983) menyatakan bahwa nitrogen yang keluar melalui feses berasal dari protein pakan yang tidak tercerna, N-endogenous yang terdiri dari enzim-enzim pencernaan dan cairan lainnya yang diekskresikan kedalam saluran pencernaan, sel-sel mukosa yang terkikis mengandung protein dan mikroba saluran pencernaan.

Pengeluaran nitrogen melalui feses antar jenis ternak dan jenis kelamin tidak berbeda nyata (P>0,05), hal ini diduga dipengaruhi oleh nilai kecernaan protein yang tidak berbeda. Koenig et al. (1980) menyatakan pengeluaran nitrogen melalui feses dipengaruhi oleh level protein bahan makanan, koefisien cerna dan level energi.

Rataan pengeluaran nitrogen melalui feses untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Pengeluaran Nitrogen Melalui Feses untuk Setiap Perlakuan (g/e/hari) Peubah Jenis kelamin Jenis Ternak Rata-rata Kambing Domba

Nitrogen Feses Jantan 2,95 ± 0,75 3,05 ± 1,25 3,00 Betina 3,03 ± 1,03 3,63 ± 1,04 3,33

Rata-rata 2,99 3,34

Nilai nitrogen feses antar perlakuan disajikan pada Gambar 7. Nitrogen feses tertinggi diperoleh pada domba betina diikuti domba jantan, kambing betina dan nitrogen feses terendah adalah pada kambing jantan.

0 2 4 6 8 10 kambing jantan kambing betina domba jantan domba betina Nit ro g e n F eses ( g /e/h )

Gambar 7. Histogram Nitrogen Feses Antar Perlakuan

Hasil penelitian Mathius et al. (2002) pemberian tingkat protein ransum 13,04 % pada kambing PE ,nitrogen yang dikeluarkan dalam feses adalah 1,95 g/e/h. Nitrogen yang keluar melalui feses pada domba lokal yang mengkonsumsi ransum basal dengan penambahan bungkil kedelai berkadar protein 13 % adalah 8,68 g/e/h (Mathius et al., 2001). Rataan nitrogen yang keluar melalui feses pada kambing dalam penelitian ini adalah 2,95 - 3,03 g/e/h, sedangkan rataan nitrogen yang keluar melalui feses pada domba dalam penelitian ini adalah 3,05 - 3,63 g/e/h.

Menurut Van Soest ( 1982 ) nitrogen yang hilang dalam feses ruminansia kira-kira 0.6 % dari konsumsi bahan kering atau ± 4 % dari protein ransum. Nitrogen yang keluar melalui feses pada penelitian ini berturut-turut untuk kambing jantan, kambing betina, domba jantan dan domba betina adalah 2,95; 3,03; 3,05 dan 3,63

atau kira-kira 0,66; 0,72; 0,65 dan 0,9 % dari konsumsi bahan kering. Nilai ini masih dalam kisaran 0,6% dari konsumsi bahan kering atau 4% dari protein ransum, hal ini menunjukkan protein yang dikonsumsi sebagian dapat dimanfaatkan oleh ternak.

Kecernaan Protein

Kecernaan adalah bagian zat makanan yang tidak diekskresikan melalui feses. Bagian yang dapat dicerna adalah selisih antara zat-zat makanan yang dikonsumsi dengan zat-zat makanan yang dibuang bersama feses.

Kecernaan protein kasar antar jenis ternak, jenis kelamin dan interaksi antar faktor tidak berbeda nyata. Nilai koefisien cerna protein kasar yang tidak berbeda nyata mungkin disebabkan oleh kesamaan jenis mikroba rumen antara kambing dan domba. Maynard dan Loosli (1969) menyatakan faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan makanan adalah jenis dan populasi mikroba rumen, kondisi anatomis dan fisiologis dari ternak. Koefisien cerna protein kasar antar perlakuan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Koefisien Cerna Protein Kasar antar Perlakuan ( % )

Jenis kelamin Jenis Ternak Rata-rata Kambing Domba

Jantan 72,35±7,14 75,13±9,76 73,74

Betina 74,83±6,69 69,45±6,53 72,14

Rata-rata 73,59 72,29

Hasil penelitian ini sesuai dengan Mathius et al. (1983) yang menyatakan bahwa koefisien cerna semu protein antara kambing dan domba tidak berbeda . Nilai koefisien cerna protein kasar yang diperoleh untuk kambing dan domba berturut-turut adalah 73,59 dan 72,29%, nilai ini lebih tinggi dibanding hasil yang diperoleh Mathius et al. (1983), hal ini dikarenakan adanya perbedaan jenis pakan yang digunakan dan status fisiologis ternak. Rataan koefisien cerna protein antar perlakuan disajikan pada Gambar 8. Koefisien cerna protein tertinggi diperoleh pada domba jantan diikuti kambing betina, kambing jantan dan koefisien cerna terendah diperoleh pada domba betina.

0 20 40 60 80 100 kamb ing j antan kamb ing be tina domb a ja ntan domb a beti na

Koefisien Cerna Protein

(%)

Gambar 8. Histogram Koefisien Cerna Protein Antar Perlakuan

Maynard dan Loosli (1969) menyatakan bahwa kecernaan protein akan meningkat seiring dengan meningkatnya kecernaan energi, dalam penelitian ini kecernaan protein yang tidak berbeda nyata seiring dengan kecernaan energi yang tidak berbeda nyata pula.

Pengeluaran Nitrogen Melalui Urin (Nitrogen Urin)

Pengeluaran nitrogen melalui urin antara lain berupa keratin, asam amino, serta urea. Sebagian besar urea yang keluar melalui urin berasal dari urea yang dibentuk dihati yang kemudian difiltrasi oleh ginjal dan keluar melalui urin. Rataan pengeluaran nitrogen melalui urin untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Pengeluaran Nitrogen Melalui Urin untuk Setiap Perlakuan (g/e/hari) Peubah Jenis kelamin Jenis Ternak Rata-rata Kambing Domba

Nitrogen Urin Jantan 0,057±0,007 0,033±0,022 0,045

Betina 0,048±0,017 0,029±0,013 0,038

Rata-rata 0,052a 0,031b

Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda sangat nyata (P<0,01)

Pengeluaran nitrogen melalui urin antara kambing dan domba berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana nitrogen urin pada kambing lebih besar dibanding domba, sedangkan hasil sidik ragam nitrogen urin antara jantan dan betina tidak berbeda nyata. Perbedaan nitrogen urin antara kambing dan domba diduga dipengaruhi perbedaan konsumsi protein (nitrogen) antara kambing dan domba serta penyerapan nitrogen dalam tubuh. Menurut Roy (1970) pengeluaran nitrogen melalui urin

dipengaruhi oleh konsumsi nitrogen, penyerapan nitrogen dalam tubuh ternak, tingkat protein ransum, kecernaan protein dan bentuk fisik dan macam bahan makanan.

Rataan nitrogen yang keluar melalui urin pada penelitian ini berturut-turut untuk kambing jantan, kambing betina, domba jantan dan domba betina adalah 0,0568; 0,0475; 0,0331; 0,0290 atau kira-kira 0,58; 0,51; 0,30; 0,25 % dari konsumsi nitrogen. Hasil penelitian Mathius et al. (2002) pada kambing PE yang diberi ransum dengan kadar protein sebesar 13,04 % nitrogen yang keluar melalui urin sebesar 1,25 g/e/h dan hasil penelitian Mathius et al. (2001) pada domba lokal yang diberi ransum dengan kadar protein 13 %, nitrogen yang keluar melalui urin sebesar 2,90 g/e/h. Rataan nitrogen urin pada setiap perlakuan disajikan pada Gambar 9, nitrogen urin tertinggi diperoleh pada kambing jantan diikuti kambing betina, domba jantan dan nitrogen terendah diperoleh pada domba betina.

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 kambing jantan kambing betina domba jantan domba betina

Rataan Nitrogen Urin (g/e/h)

Gambar 9. Histogram Nitrogen Urin Antar Perlakuan Retensi Nitrogen

Retensi nitrogen merupakan nitrogen yang tinggal didalam tubuh setelah konsumsi nitrogen dikurangi dengan nitrogen yang keluar melalui urin dan feses.

Hasil uji sidik ragam diperoleh retensi nitrogen antara domba dan kambing berbeda nyata (P<0,05) dimana retensi nitrogen pada domba lebih besar dibanding kambing, sedangkan retensi nitrogen antara jantan dan betina tidak berbeda nyata. Perbedaan retensi nitrogen antara domba dan kambing mungkin dipengaruhi perbedaan konsumsi protein dan pengeluaran nitrogen melalui urin. Rataan pengeluaran nitrogen melalui urin untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Retensi Nitrogen untuk Setiap Perlakuan (g/e/hari) Peubah Jenis kelamin Jenis Ternak Rata-rata Kambing Domba

Retensi nitrogen Jantan 6,82±1,55 7,72±1,55 7,27

Betina 6,72±1,26 8,00±1,231 7,36

Rata-rata 6,77b 7,86a

Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata (P<0,05)

Menurut Sitorus (1982) dan Van Soest (1982) peningkatan konsumsi nitrogen akan meningkatkan jumlah nitrogen yang teretensi dalam tubuh, dalam penelitian ini konsumsi protein pada domba lebih besar dibanding kambing hal tersebut meningkatkan jumlah nitrogen yang teretensi pada domba lebih besar dibanding kambing. Menurut Zaherunaja (1989) retensi nitrogen akan meningkat dengan adanya penurunan jumlah nitrogen yang keluar melalui urin, pada penelitian ini nitrogen urin pada domba lebih rendah dibanding kambing, hal ini menyebabkan nilai retensi nitrogen pada domba lebih besar dibanding kambing. Retensi nitrogen antar perlakuan disajikan pada Gambar 10, terlihat bahwa retensi nitrogen tertinggi diperoleh pada domba betina diikuti domba jantan, kambing jantan dan retensi nitrogen terendah adalah pada kambing betina.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kambing jantan kambing betina domba jantan domba betina

Retensi Nitrogen (g/e/h)

Gambar 10. Histogram Retensi Nitrogen Antar Perlakuan

Nilai retensi nitrogen pada penelitian ini untuk kambing jantan, kambing betina, domba jantan dan domba betina berturut-turut adalah 6,82; 6,72; 7,72; 8,00 g/e/h atau kira-kira 69,46; 66,97; 73,03 dan 68,59% dari konsumsi nitrogen. Hasi penelitian Mathius et al. (2002) kambing PE yang diberi ransum berkadar protein

sebesar 13,04 % meretensi nitrogen sebesar 7,99 g/e/h, sedangkan hasil penelitian Mathius et al. (2001) pada domba lokal yang diberi ransum dengan kadar protein 13% meretensi nitrogen sebesar 5,5825 g/e/h.

Neraca nitrogen yang diperoleh pada penelitian ini bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah nitrogen yang ditahan dalam tubuh ternak untuk pertumbuhan. Menurut Anggorodi (1990) nilai retensi nitrogen yang positif menunjukkan ternak mengalami peningkatan bobot badan berupa penambahan tenunan urat daging. Pertambahan bobot badan antar jenis ternak yang diperoleh pada penelitian ini tidak berbeda nyata, akan tetapi pertambahan bobot badan pada kambing cenderung lebih besar dibanding domba.

Nilai retensi nitrogen yang lebih besar pada domba tidak disertai pertambahan bobot badan yang lebih besar menunjukkan bahwa nitrogen yang tersimpan dalam tubuh belum seluruhnya digunakan untuk pertambahan bobot badan atau nitrogen tersebut masih dalam saluran pencernaan dan belum diabsorbsi, seperti menurut Hanafi (1999) yang menyatakan bahwa nitrogen yang diretensi tidak seluruhnya digunakan untuk pembentukan daging.

Efisiensi Penggunaan Nitrogen (Nitrogen Effisiency Rasio)

Efisiensi penggunaan Nitrogen merupakan suatu cara yang digunakan untuk menghitung kualitas nitrogen/protein ransum yang digunakan (Tillman et al., 1991). Rataan efisiensi penggunaan nitrogen disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Efisiensi Penggunaan Nitrogen

Jenis kelamin Jenis Ternak Rata-rata Kambing Domba

Jantan 1,13±0,034 0,97±0,21 1,05

Betina 1,23±0,17 0,84±0,29 1,04

Rata-rata 1,18a 0,91b

Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda sangat nyata (P<0,01)

Efisiensi penggunaan nitrogen antar jenis ternak berbeda sangat nyata (P>0,01), dimana efisiensi penggunaan nitrogen pada kambing lebih besar dibanding domba, sedangkan efisiensi penggunaan nitrogen antar jenis kelamin tidak berbeda.

Hal ini menunjukkan bahwa kambing lebih efisien dalam menggunakan nitrogen untuk pertumbuhan.

Nilai efisiensi penggunaan nitrogen yang diperoleh pada kambing jantan dan kambing betina rata-rata bernilai satu yaitu 1,13 dan 1,23, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap pertambahan satu satuan bobot badan selalu diikuti penambahan satu satuan konsumsi nitrogen. Nilai efisiensi penggunaan nitrogen pada domba jantan dan domba betina adalah 0,97 dan 0,84, hal ini menunjukkan bahwa pertambahan satu satuan bobot badan pada domba memerlukan penambahan konsumsi nitrogen yang lebih besar disbanding kambing. Meningkatnya konsumsi nitrogen/protein belum tentu memberikan pertumbuhan yang lebih baik, apabila konsumsi nitrogen telah mencukupi kebutuhan.

Dokumen terkait