• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Halaman 30-62)

Hari kerja perusahaan adalah Senin - Sabtu dari pukul 06.00 - 13.30 WIB (terkecuali hari Jumat, 5 jam kerja) dan diberikan waktu 30 menit (pukul 10.00 - 10.30) (kebijakan perusahaan). Seluruh kegiatan diawali dengan apel yang dilaksanakan pada pagi dan sore hari. Apel pagi divisi terdiri dari 2 tahap yaitu tahap 1 (bersifat optional) yang dimulai pukul 04.45 - 05.00 WIB berisi penekanan kembali oleh asisten kepada para mandor dan krani apabila terdapat perubahan terhadap RKH. Perubahan RKH terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti kondisi hujan, kekurangan tenaga kerja, ataupun instruksi langsung dari

Estate Manager (EM). Apel pagi tahap 2 dimulai pukul 05.00 - 05.30 WIB yang

berisi pemeriksaan kehadiran (absensi) karyawan dan pengarahan oleh mandor terkait rencana kerja hari tersebut, evaluasi hasil kerja 1 hari sebelumnya, mengingatkan kembali kepada seluruh karyawan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD), serta membawa bekal dan air minum yang cukup selama bekerja di lapang. Apel sore dilaksanakan pada pukul 16.00 WIB di kantor divisi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan pada hari tersebut, membuat laporan harian divisi, dan membuat RKH. Apel sore dihadiri oleh seluruh supervisi divisi yaitu mandor 1, mandor panen, krani panen, krani transport, dan krani divisi. Kegiatan apel dipimpin langsung oleh asisten divisi dan dapat digantikan oleh mandor 1 apabila asisten berhalangan hadir.

Aspek Teknis

Leaf Sampling Unit (LSU)

Leaf Sampling Unit bertujuan untuk menentukan kondisi unsur hara yang

dikandung tanaman melalui pengambilan sampel daun. Pokok sampel harus produktif dan sehat. Alat dan bahan yang digunakan adalah egrek, gergaji, cat putih, alat tulis, label, meteran, dan kantong plastik. Sampel diambil secara diagonal dari arah Selatan-Timur ke Utara-Barat. Nomor baris diambil setiap kelipatan 4 sebanyak 1 pokok baris-1. Pokok sampel pertama adalah pokok ke-4 dan ditambahkan 1 dari nomor pokok sebelumnya untuk pengambilan sampel baris berikutnya. Pelepah yang diambil adalah pelepah ke-17 untuk TM dan pelepah ke-9 untuk TBM. Potong pelepah menggunakan egrek dan ambil 6 helai anak daun (3 helai dari kanan dan 3 helai dari kiri). Helai anak daun diambil pada jarak satu jengkal dari mata pancing (titik pertemuan ke-2 sisi pelepah) mengarah

13

ke pangkal pelepah. Anak daun yang diukur panjang (pangkal hingga ujung daun) dan lebarnya (bagian tengah daun). Anak daun yang diambil dimasukkan ke dalam kantong plastik serta diberi label. Pokok yang telah selesai diambil sampel daunnya diberi identitas nomor pokok dan nomor baris pada pokok dengan menggunakan cat. Sampel daun diantar ke kantor divisi yang kemudian akan diberikan ke Departemen Riset.

Pengambilan data vegetatif juga dilakukan sebanyak 20% dari total pokok sampel yaitu pokok sampel ke- 5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Data vegetatif yang diukur yaitu tinggi pokok, keliling pokok, jumlah anak daun, jumlah pelepah per spiral, lebar dan tebal pelepah, serta panjang dan lebar anak daun. Standart prestasi kerja karyawan yang ditetapkan perusahaan sebesar 10 ha HK-1. Prestasi kerja karyawan yang melebihi standart kerja perusahaan akan diberikan premi sebesar Rp 7.000,00 ha-1.

Soil Sampling Unit (SSU)

Soil Sampling Unit bertujuan untuk menganalisa sifat fisik dan kimia tanah

untuk keperluan program pemupukan. Pengambilan sampel tanah dilakukan di 3 baris tanaman blok-1 (2 di masing-masing ujung blok dan 1 di tengah blok) dan setiap baris diambil sampel sebanyak 3 titik lubang (2 di masing-masing ujung baris dan 1 di tengah baris). Sampel tanah blok-1 sebanyak 2 buah yang masing-masing sampel merupakan campuran 9 titik lubang yang dibedakan berdasarkan kedalaman tanah (0 - 30 cm dan 31 - 60 cm). Titik lubang sampel yang berada di ujung baris diambil di gawangan antara pokok ke-3 dan ke-4 dari pinggir CR dan titik sampel di tengah baris diambil sekitar baris ke-17 dan ke-18. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, 1 bor tanah, kantong plastik, dan label.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Seorang bertugas sebagai pengebor tanah dan 1 orang lainnya bertugas untuk mencampurkan tanah dan memberi label pada plastik. Sampel tanah diantar ke kantor estate untuk diserahkan kepada tim riset. Kegiatan pengambilan sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan pengambilan sampel tanah blok L31 Black Bunch Census (BBC)

Black Bunch Census (BBC) adalah kegiatan menghitung jumlah janjang

hitam yang telah berumur 2 - 5 bulan untuk mengetahui estimasi produksi atau janjang yang dapat dipanen pada periode panen berikutnya selama 4 bulan kedepan. Parameter janjang yang disensus dilihat berdasarkan warna dan ukuran buah. Kriteria umum buah yang dihitung dalam BBC adalah buah yang terlihat

telah terbentuk sempurna pada janjang dan berwarna hitam mengkilap, ukuran buah terlihat seragam (homogen) dan tidak terdapat buah partenocarpy, seludang telah terbuka sempurna pada janjang, buah berwarna merah yang belum membrondol, dan duri spiklet pada janjang secara visual kurang dari 20% atau dominan terisi buah atau brondolan. Alat yang digunakan dalam melakukan sensus adalah kayu kait, cat warna putih memberikan tanda sensus, peralatan tulis, kuas, papan clift board, sendok atau parang, dan format formulir BBC. Baris sensus diambil setiap kelipatan 10.

Teknis pelaksanaan sensus diawali dengan penandaan arah masuk sensus dengan menggunakan cat putih, kemudian seluruh pokok yang ada di jalur tersebut dihitung buahnya dan diberi tanda pada tiap pokok. Prestasi kerja standar perusahaan yaitu 10 ha HK-1 dan bagi karyawan yang menyelesaikan lebih dari standar diberikan tambahan premi sebesar Rp 7.000,00 ha-1. Kegiatan sensus BBC semester 2 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sensus BBC semester 2

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang memegang peranan penting dalam penyediaan kembali unsur hara tanah yang terbawa oleh tandan buah segar (TBS). Kebutuhan hara yang tercukupi akan mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS yang maksimum. Kegiatan pemupukan BKLE membutuhkan biaya operasional yang tinggi mencapai 68,35% dari total biaya pemeliharaan yaitu senilai Rp 8.190.333.000,00 sehingga sangat diperlukan penerapan teknis aplikasi dan pengawasan pemupukan yang baik.

Pemupukan di BKLE terdiri dari pemupukan anorganik dan pemupukan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan pemberian pupuk tunggal yaitu pupuk RP (Rock Phosphate), pupuk Urea, pupuk MOP (Muriate of Potash), pupuk Kieserite, dan pupuk Borate. Pemupukan organik dilakukan dengan pemberian janjang kosong (jangkos).

Pedoman rekomendasi tahunan pupuk anorganik BGA disusun oleh Tim Riset BGA berdasarkan hasil analisis laboratorium dari sampel daun (LSU) dan sampel tanah (SSU). Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE 2016 pada Tabel 5 menunjukkan pupuk anorganik yang digunakan adalah RP, Urea, MOP, Kieserite, dan Borate. Rencana aplikasi pupuk RP dilakukan pada bulan Januari, pupuk Urea pada bulan Februari, Mei, dan Oktober, pupuk MOP pada bulan Maret, Juni, dan Agustus, pupuk Kieserite pada bulan September, serta pupuk Borate pada bulan Mei.

15

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE 2016 Tahun

tanam Aplikasi

Jenis pupuk

RP Urea MOP Borate Kieserite

(---kg pokok-1---) 2006 I 1,75 0,79 1,50 0,10 0,23 II - 0,50 1,25 - - III - 0,75 0,16 - - 2007 I 1,67 0,81 1,50 0,10 0,12 II - 0,50 1,26 - - III - 0,74 0,45 - - 2008 I 1,05 0,54 1,50 0,10 0,05 II - 0,50 1,35 - - III - 0,65 0,97 - - 2009 I 1,75 0,94 1,50 0,10 - II - 0,50 1,25 - - III - 0,75 0,77 - - 2010 I 1,75 0,75 1,50 0,10 - II - 0,50 1,25 - - III - 0,75 - - - 2011 I 1,75 0,75 1,50 0,10 - II - 0,50 1,25 - - III - 0,75 - - -

Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016)

Prosedur pemupukan anorganik. Persiapan pupuk diawali dengan

pembuatan RKH oleh asisten dan mandor pupuk. Penentuan blok dan luasan rencana pupuk disesuaikan dengan jadwal pada rencana kerja dan absensi mandor (REKAM). Blok dan luasan rencana pupuk sewaktu-waktu dapat berubah disesuaikan dengan kondisi lahan yang akan diaplikasikan pupuk, jumlah tenaga kerja yang tersedia, dan jumlah tonase untilan yang tersedia di gudang pupuk.

Pelaksanaan pemupukan diawali dengan apel pagi oleh mandor pupuk dan sewaktu-waktu dihadiri oleh asisten koordinator pupuk. Tim bongkar muat (BM) pupuk menuju ke gudang pupuk untuk memuat untilan pupuk ke dalam dum truck (DT) segera setelah apel pagi selesai. Tim BM, pengecer, penabur, dan mandor pupuk berangkat menuju lokasi pemupukan segera setelah untilan selesai dimuat. Mandor pupuk harus tiba terlebih dahulu di lokasi untuk membagikan ancak masing-masing kelompok kerja pemupukan (KKP). Tim penabur dan pengecer diturunkan di lokasi pupuk sedangkan tim BM membagikan (bongkar) untilan di setiap pasar pikul. Tim penabur segera memulai penaburan pupuk sedangkan tim pengecer mengecer pupuk pada pokok aplikasi berikutnya dengan menggunakan angkong. Pengecer mengumpulkan karung eks untilan pupuk (jumlah karung 1 gulung sebanyak 9 - 10 karung). Tim BMS bergegas pulang bila target kerja pupuk telah selesai.

Penguntilan pupuk merupakan kegiatan penakaran pupuk induk ke dalam takaran yang lebih kecil menggunakan penakar yang telah dikalibrasi sebelumnya. Kegiatan penguntilan pupuk dan untilan pupuk yang telah siap untuk dimuat dapat dilihat pada Gambar 3.

(a) (b)

Gambar 3. Organisasi penguntilan BKLE : (a) penguntilan pupuk, (b) susunan untilan siap diaplikasikan

Bobot dan jumlah pokok aplikasi until-1 disesuaikan dengan dosis pupuk kg-1 tanaman (Tabel 6). Rekomendasi takaran untilan bertujuan untuk memudahkan perhitungan bobot untilan berdasarkan rekomendasi pokok yang dipupuk dalam 1 untilan. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan untuk 1 orang penguntil adalah 2.500 kg HK-1.

Tabel 6. Rekomendasi takaran untilan berdasarkan dosis kg pokok-1 dan jumlah pokok until-1

Pokok ha-1 Dosis (kg pokok-1) Pokok until-1 Kilogram until-1

136 2,25 8 18,00 136 2,00 8 16,00 136 1,50 8 12,00 136 1,25 8 10,00 136 1,00 17 17,00 136 0,75 17 12,75 136 0,50 17 8,50 Sumber : BKLE (2016)

Pelangsiran pupuk merupakan kegiatan mobilisasi untilan pupuk yang telah disiapkan sebelumnya oleh tenaga bongkar muat (BM) dari gudang BMS menuju ke blok lokasi rencana pupuk. Tugas seorang BM adalah menaikkan dan menyusun untilan pupuk pada unit transportasi pupuk (Dum Truck) serta menurunkan untilan pupuk tempat peletakan pupuk (TPP) blok lokasi rencana pupuk. Untilan pupuk harus diletakkan secara hati-hati dan kendaraan angkut untilan pupuk harus berhenti. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan untuk seorang BM adalah 4.000 kg HK-1.

Pengeceran dan penaburan pupuk dilakukan oleh tenaga ecer dan tenaga tabur yang dikelompokkan dalam 1 kelompok kerja pemupukan (KKP). Tenaga ecer bertugas untuk mengambil untilan pupuk yang diletakkan di tempat peletakan pupuk (TPP) dengan menggunakan angkong dan mulai mengecer pupuk pada titik ecer yang telah ditentukan (Gambar 4a). Tenaga tabur bertugas untuk menaburkan seluruh pupuk teraplikasi tepat dosis ke setiap pokok (Gambar 4b) menggunakan `cepuk` yang telah dikalibrasi sebelumnya. Masing-masing penabur menabur pada 1 baris tanaman. Goni eks untilan yang telah selesai diaplikasikan, diletakkan pada pokok terakhir di pinggir CR. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan untuk seorang tenaga penabur yaitu 650 kg HK-1. Kegiatan pengeceran dan penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.

17

Aplikasi pupuk Urea dan MOP dilakukan pada piringan dengan jarak 1,5 - 2 m dari pokok terluar tanaman. Pupuk ZN, Borate, dan CuSO4 (pupuk mikro) diaplikasikan di sekeliling pokok dengan radius maksimum 1 meter dari pangkal pokok, dan pupuk RP diaplikasikan dengan cara ditaburkan keseluruh areal diluar dari lokasi penaburan pupuk Ca, B, CuSO4, Urea, dan MOP.

(a) (b)

Gambar 4. Kegiatan pemupukan BKLE : (a) pengeceran pupuk MOP, (b) penaburan pupuk MOP

Jangjang kosong (pupuk organik) diaplikasikan di pinggir pasar pikul tanaman dengan ukuran 2 m x 1 m (Gambar 5). Jangkos yang telah ditumpuk di pinggir CR dimuat ke dalam angkong dengan menggunakan gancu dan dibawa ke dalam blok untuk diaplikasikan. Dosis yang digunakan untuk aplikasi adalah 60 ton ha-1 atau sekitar 440 kg tanaman-1 tanaman menghasilkan (TM) dan 40 ton ha-1 atau sekitar 300 kg tanaman-1 untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Rotasi aplikasi jangkos di BKLE sebanyak 1,3 kali dalam setahun. Aplikasi jangkos dilakukan dengan sistem borongan. Target prestasi kerja 1 tenaga aplikasi jangkos dalam 1 hari adalah 0,5 ha. Upah yang diterima tenaga borongan disesuaikan dengan jumlah pokok yang mampu diaplikasikannya. Upah 1 pokok aplikasi sebesar Rp 2.700,00.

Gambar 5. Pasar pikul yang telah diaplikasikan janjang kosong

Hatch and Carry

Hatch and carry merupakan suatu metode pengembangbiakan kumbang

penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) dengan menggunakan kotak sederhana. Pengembangbiakan ini bertujuan untuk membantu penyerbukan pada blok yang banyak terjadi masalah polinasi. Pakan yang diberikan sebagai sumber kumbang

penyerbuk adalah bunga jantan 4 hari setelah anthesis. Pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 6. Pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) : (a) kotak hatch and carry, (b) panen kumbang (Elaeidobius

kamerunicus) Pengendalian Hama Tanaman

Pengertian hama yaitu semua hewan perusak tanaman atau hasilnya yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Hama penting yang terdapat di BKLE dan perlu tindakan pengendalian yaitu tikus, tirathaba sp (ulat penggerek tandan buah), dan Oryctes rhinoceros (kumbang penggerek pucuk). Tikus dikendalikan dengan klerat. Dosis klerat yang digunakan 5 gram pokok-1. Klerat diletakkan pada piringan kelapa sawit. Prestasi atau standar norma kerja yang ditetapkan perusahaan adalah 5 ha HK-1. Pengendalian lain yang dilakukan yaitu dengan pemanfaatan burung hantu (Tyto alba). Tirathaba sp dikendalikan menggunakan bahan kimia Decis dengan konsentrasi 0,2 %. Penyemprotan dilakukan pada bunga dan buah yang terkena serangan.

Penimbangan Bobot Janjang Rata-Rata (BJR)

Penimbangan bobot janjang rata-rata (BJR) dilakukan untuk mengetahui BJR dalam 1 blok yang berguna sebagai informasi untuk mengestimasi produksi di bulan berikutnya dan sebagai evaluasi terhadap kegiatan pemeliharaan. Sensus BJR dilakukan oleh 3 orang yaitu 2 orang bertugas untuk menimbang bobot janjang dan 1 orang bertugas untuk mencatat (Gambar 7). Penimbangan BJR dilakukan mengikuti blok-blok yang dipanen pada hari tersebut. Alat yang digunakan untuk penimbangan BJR adalah timbangan 100 kg, karung eks pupuk, tali nilon serta format, dan alat tulis. Jumlah sampel penimbangan BJR sebanyak 20% dari total janjang yang diperkirakan panen pada hari tersebut.

Gambar 7. Timbang bobot janjang rata-rata di TPH divisi 3 3

19

Manajemen Kanopi

Kanopi merupakan mahkota pohon yaitu dahan-dahan atau pelepah-pelepah yang berdaun dan membentuk suatu tudung atau payung. Manajemen kanopi terdiri kegiatan sanitasi dan penunasan pokok (pruning). Sanitasi merupakan kegiatan membersihkan pokok dari pelepah-pelepah yang sudah kering dan menyentuh tanah, buah parthenocarpy, buah yang terserang penyakit, serta sampah-sampah di sekitar pokok. Tujuan kegiatan sanitasi adalah untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan kondisi tanaman/buah yang sehat. Standar norma kerja seorang tenaga sanitasi adalah 0,5 ha HK-1 atau 2 HKha-1.

Penunasan pokok atau pruning merupakan kegiatan pemotongan pelepah untuk mendapatkan jumlah pelepah yang optimum di setiap pokok kelapa sawit berdasarkan umur dan pertumbuhan tanaman. Jumlah pelepah optimum yang dipertahankan menurut SOP BGA dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman Umur TM Kebijakan Jumlah pelepah yang dipertahankan Jumlah pelepah spiral-1

Songgo Rotasi tahun-1 1-2 Penunasan periodik 48-56 pelepah 6-7 pelepah 3 1,3 x 3-4 Penunasan korektif 48-56 pelepah 6-7 pelepah 3 Sesuai kebutuhan jumlah pelepah ideal yang harus dipertahankan >4 Penunasan korektif 40-48 pelepah 5-6 pelepah 2

Keterangan : TM = Tanaman menghasilkan

Sumber : SOP BGA (2010)

Tujuan dilakukan penunasan pokok atau pruning yaitu untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar penyerbukan alami, menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit, serta menghindari penguapan yang berlebihan pada musim kemarau.

Penunasan dilakukan dengan sistem penunasan korektif (corrective

pruning). Penunasan dilakukan langsung oleh tenaga potong buah bersamaan

dengan kegiatan potong buah dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang harus dipertahankan sesuai ketentuan leaf area index. Penambahan tugas dan tanggung jawab pemeliharaan pelepah kepada tenaga potong buah akan diberikan kompensasi imbalan berupa premi sebesar Rp 600,00 pokok-1. Pola pengancakkan dalam kerja potong buah dapat sekaligus menjadi ancak penunasan.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma secara manual. Jenis pekerjaan pengendalian gulma

secara manual di BKLE adalah garuk piringan, tarik goloran di pokok sawit, babat layang (slashing), dan dongkel anak kayu (DAK) atau membongkar tanaman penggangu. Garuk piringan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga piringan dalam kondisi bersih terutama dari brondolan busuk, anak sawit maupun

gulma lunak lainnya yang memiliki perakaran dangkal. Tarik goloran merupakan kegiatan pengendalian gulma merambat termasuk kacangan yang telah merambat naik melilit pokok hingga pelepah kelapa sawit dengan cara menarik dan memotong gulma dengan menggunakan parang dan arit. Gulma yang dikendalikan dengan tarik goloran adalah kacangan Mucuna bracteata (MB) dan

Micania micrantha. Babat layang merupakan kegiatan babat yang memotong atau

menebas gulma dengan menggunakan parang tajam. Gulma yang dikendalikan dengan babat layang adalah Nephrolepis biserata dan Stenochlaena palustris (pakis udang). Dongkel anak kayu (DAK) adalah kegiatan mendongkel atau mencabut anak kayu sampai ke akarnya dengan menggunakan alat cados (cangkul dodos kecil dengan lebar ± 14 cm) ataupun langsung menggunakan tangan. Gulma yang menjadi sasaran pengendalian kegiatan DAK adalah Melastoma

malabathricum (senduduk atau senggani), Chromolaena odorata (putihan), Urena lubota (anggrung), Lantana camara (bunga tahi ayam), Vitex pinnata (laban), dan Clidemia hirta (harendong atau akar kala) yang terdapat pada gawangan dan

piringan kelapa sawit.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan oleh tim perawatan divisi 3 yang terdiri dari 19 tenaga kerja (TK) dengan 1 mandor perawatan. Teknis pelaksanaan pengendalian manual di lapang yaitu mandor perawatan membagikan ancak kepada karyawannya sesuai dengan luasan target yang akan dikerjakan. Pengancakan 1 pasar pikul dikerjakan oleh 2 karyawan. Hasil pengamatan prestasi tenaga kerja jenis pekerjaan piringan dan gawangan manual dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Prestasi kerja piringan manual No Tanggal pengamatan Blok Norma kerja (ha HK-1) Jumlah TK Output (ha) Output (ha HK-1) 1 8-Mar-16 N029 0,56 6 3,50 0,58 2 18-Mar-16 O027 0,56 3 0,75 0,25 3 22-Mar-16 L029 0,56 2 1,00 0,50 4 28-Mar-16 O027 0,56 3 1,00 0,33 5 31-Mar-16 O030 0,56 1 1,00 1,00 Total 15 7,25 0,48

Sumber : Pengamatan penulis (2016) Tabel 9. Prestasi kerja gawangan manual

No Tanggal pengamatan Blok Norma kerja (ha HK-1) Jumlah TK Output (ha) Output (ha HK-1) 1 1-Apr-16 P271 0,42 2 0,50 0,25 2 7-Apr-16 O027 0,42 2 1,00 0,50 3 16-Apr-16 O027 0,42 4 2,00 0,50 4 16-Mar-16 N029 0,42 3 1,50 0,50 5 17-Mar-16 N029 0,42 3 1,50 0,50 Total 14 6,50 0,46

Sumber : Pengamatan penulis (2016)

Norma kerja piringan dan gawangan manual berturut-turut adalah 1,8 HK ha-1 (0,56 ha HK-1) dan 2,4 HK ha-1 (0,42 ha HK-1) sesuai dengan rencana kerja

21

tahunan (RKT) 2016 BKLE. Realisasi target kerja jenis pekerjaan piringan dan gawangan manual di lapang disamaratakan yaitu 2 HK ha-1 (0,5 ha HK-1). Hasil pengamatan penulis terhadap rata-rata prestasi kerja karyawan untuk jenis pekerjaan piringan dan gawangan manual berturut-turut adalah 0,48 ha HK-1 dan 0,46 ha HK-1.

Pengendalian gulma secara chemist (semprot piringan, pasar rintis, dan TPH). Perencanaan semprot diawali dengan penyusunan `RKH Tim Unit

Semprot` oleh asisten koordinator BGA Spraying System (BSS). Informasi yang diperoleh dari RKH berupa blok rencana semprot, luasan rencana semprot (LRS), golongan gulma sasaran pengendalian, spray factor (SF), jenis alat dan nozzle yang digunakan, data kalibrasi nozzle,serta jenis dan kebutuhan herbisida yang dibutuhkan. Format RKH Tim Unit semprot dapat dilihat pada Lampiran 8.

Gulma sasaran pengendalian ditentukan berdasarkan hasil survei kerapatan gulma yang dilakukan oleh mandor BSS 1 hari sebelum rencana kegiatan semprot dilakukan. Survei dilakukan secara visual dengan sampel sebanyak 5 - 10 % dari LRS. Hasil survei kerapatan gulma beberapa blok rencana semprot di BKLE dapat dilihat pada Tabel 10. Dominansi gulma ke-1 dan ke-2 berturut-turut berasal dari golongan gulma berdaun lebar serta golongan gulma rumput dan teki-tekian. Tabel 10. Survei kerapatan gulma

Tanggal

survei Blok

Jenis gulma dominan Luas sampel (ha) Daun lebar (%) Rumput dan teki-tekian (%) Pakis (%) Anak kayu (%) 10-Feb-16 M29 2,00 60,63 23,13 11,38 4,88 11-Feb-16 L28 2,00 62,50 21,88 11,38 4,88 9-Mar-16 P27 1,50 65,00 20,83 9,00 5,17 10-Mar-16 P26 0,90 54,17 29,17 11,50 5,17 21-Mar-16 L26 2,00 61,88 23,75 9,50 4,88 Rata-rata 60,83 23,75 10,55 4,99

Sumber : Kantor BSS BKLE (2016)

Nisbah jumlah dominan (NJD). Hasil analisis vegetasi gulma di Bangun

Koling Estate (BKLE) diperoleh komposisi gulma golongan rumput terdiri atas 1 famili dan 11 jenis gulma, teki-tekian terdiri atas 1 famili dan 4 jenis gulma, serta daun lebar terdiri atas 14 famili dan 20 jenis gulma. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam (TT) 2006 adalah Mucuna bracteata dengan NJD 24,94 %, TT 2007 adalah Mucuna bracteata dengan NJD 22,89 %, TT 2008 adalah

Centotheca lappaceae adalah 26,17 %, TT 2009 adalah Centotheca lappaceae

dengan NJD 25,38 %, TT 2010 adalah Ageratum conyzoides dengan NJD 29,75 %, dan TT 2011 adalah Brachiaria mutica dengan NJD 19,77 %. Tabel NJD dan jenis gulma dapat dilihat pada Lampiran 9.

Gulma golongan rumput tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2011 dengan jumlah 62,89 %. Gulma teki-tekian tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2011 dengan jumlah 6,76 %. Gulma berdaun lebar tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2010 dengan jumlah 75,38 %. Golongan gulma yang paling dominan dari 6 blok pengamatan analisis vegetasi termasuk ke dalam golongan gulma berdaun lebar.

Koefisien komunitas (indeks keseragaman). Keseragaman jenis dari

vegetasi gulma tertinggi di BKLE dapat dilihat dari nilai koefisien komunitasnya atau nilai indeks keseragamannya dari tiap tahun tanam yang dibandingkan. Nilai koefisien komunitas tiap tahun tanam yang dibandingkan dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai koefisien komunitas tertinggi yang dibandingkan yaitu pada blok tahun tanam 2006 dan 2007 sebesar 74,84 % sedangkan nilai koefisien komunitas terendah yang dibandingkan yaitu pada blok tahun tanam 2009 dan 2011 sebesar 9,29 %.

Tabel 11. Koefisien komunitas vegetasi gulma di BKLE Tahun tanam 2007 2008 2009 2010 2011 --- % --- 2006 74,84 52,34 50,30 50,21 19,23 2007 - 62,90 52,52 47,31 26,03 2008 - - 72,08 48,57 18,04 2009 - - - 40,95 9,29 2010 - - - - 19,03

Sumber : Pengamatan penulis (2016)

Dendogram pada Gambar 8 menunjukkan jarak ketidaksamaan komunitas gulma berdasarkan hasil analisis gerombol. Komunitas gulma dibagi menjadi 4 kelompok atau cluster yaitu A, B, C, dan D. Kelompok A terdiri dari blok tahun tanam 2006 dan 2007, kelompok B terdiri atas blok tahun tanam 2008 dan 2009, kelompok C terdiri dari blok tahun tanam 2010, dan kelompok D terdiri dari blok tahun tanam 2011.

Gambar 8. Dendogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis cluster Jarak ketidaksamaan terendah hingga tertinggi berturut-turut terdapat pada kelompok A sebesar 0,25, kelompok B sebesar 0,28, kelompok C dengan gabungan kelompok A dan B sebesar 0,50, dan kelompok D dengan gabungan kelompok A, B, dan C sebesar 0,74. Hal ini menunjukkan bahwa blok-blok yang memiliki keadaan vegetasi gulma yang paling homogen adalah blok tahun tanam 2006 dan 2007 yang terdapat pada kelompok A sedangkan blok-blok yang memiliki keadaan vegetasi yang paling heterogen adalah blok blok tahun tanam 2011 dan blok yang berada pada kelompok A. Kelompok A didominasi oleh gulma Mucuna bracteata, kelompok B didominasi oleh gulma Centotheca

1

0,5

0

A

B

C

D

0,25 0,28

0,37

0,50

0,74

2006 2007 2008 2009 2010 2011

23

lappaceae, kelompok C didominasi oleh gulma Ageratum conyzoides, dan

kelompok D didominasi oleh gulma Brachiaria mutica.

Spray factor (SF) merupakan nilai persentase perbandingan luas semprot

efektif dan luas blanket. Luas semprot efektif merupakan penjumlahan dari

Dalam dokumen MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Halaman 30-62)

Dokumen terkait