• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis

Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE,

PT WINDU NABATINDO ABADI, KOTAWARINGIN TIMUR,

KALIMANTAN TENGAH

TOMMY HARIONO PAKPAHAN

A24120108

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Tommy Hariono Pakpahan

(4)
(5)

ABSTRAK

TOMMY HARIONO PAKPAHAN. Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa

Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN.

Pengendalian gulma untuk areal kebun dengan luasan ribuan hektar memiliki kesulitan yang cukup tinggi di dalam pengelolaannya terhadap kebutuhan alat, bahan, dan tenaga kerja. Kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari aspek teknis dan manajerial budidaya kelapa sawit dalam praktek kerja nyata di lapang khususnya dalam aspek pengendalian gulma. Kegiatan magang dilaksanakan dari bulan Februari hingga Juni 2016. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa gulma dominan di BKLE adalah Mucuna bracteata,

Ageratum conyzoides, Centotheca lappaceae, dan Brachiaria mutica. Manajemen pengendalian gulma telah dilakukan dengan baik, namun dalam beberapa hal masih belum memenuhi kriteria standar operasional perusahaan seperti dosis racun ha-1 aplikasi yang tinggi yaitu 402, 36 cc ha-1, kondisi peralatan yang kurang sesuai standar, pusingan semprot yang tinggi, prestasi tenaga kerja piringan manual dan semprot chemist yang rendah, kesadaran penggunaan APD yang rendah, dan mutu semprot yang masih dibawah standar perusahaan. Biaya ha-1 pengendalian gulma manual lebih tinggi daripada biaya ha-1 pengendalian gulma

chemist.

Kata kunci : biaya, dominansi gulma, herbisida, prestasi kerja.

ABSTRACT

TOMMY HARIONO PAKPAHAN. Weed Control Mangement of Oil Palm

(Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Supervised by SOFYAN ZAMAN.

Weed control in estate area with an area of thousands of hectares has a challange on its management in term of equipment, material, and labor. This internship aims to study the technical and management aspects of oil palm plantations specifically in weed control`s aspect. Internship activities undertaken from February to June 2016. The results showed that the dominant weed in BKLE are Mucuna bracteata, Ageratum conyzoides, Centotheca lappaceae, and

Brachiaria mutica. Weed control management has been done well, but in some aspects still not met with the criteria of the standard company such as the dose of herbicide ha-1, equipment, rotation of spraying, labor echievements, awareness of using APD, and the spraying quality. Cost ha-1 manual weed control was higher than the cost ha-1 chemist weed control.

(6)
(7)

MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis

Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE,

PT WINDU NABATINDO ABADI, KOTAWARINGIN TIMUR,

KALIMANTAN TENGAH

TOMMY HARIONO PAKPAHAN

A24120108

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Departemen Agronomi dan Hortikulutra

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul `Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah` dengan baik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Ir. Sofyan Zaman, M.P. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan serta arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr. Edi Santosa, S.P., M.Si. dan Bapak Dr. Dwi Guntoro, S.P., M.Si. selaku dosen penguji dalam ujian akhir yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi.

3. Ibu Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di AGH.

4. Bapak Soetikno selaku Estate Manager BKLE, Bapak Shohafin, Bapak

Agustiono Sitohang, Bapak Eka Siswanto selaku Asisten Divisi BKLE yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama kegiatan magang berlangsung.

5. Seluruh mandor dan karyawan divisi 3 BKLE

6. Ilham Kurniawan dan Alfie Yusrada Siagiaan selaku rekan magang yang telah

membantu penulis dalam melakukan kegiatan analisis vegetasi gulma dan sebagai teman berdiskusi selama berada di lokasi magang.

7. Orang tua dan seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan untuk kegiatan magang berikutnya.

Bogor, September 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sifat Unggul Gulma 2

Prinsip Pengendalian Gulma 3

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit 3

Manajemen Pengendalian Gulma 3

METODE 5

Waktu dan Tempat Magang 5

Metode Pelaksanaan 6

Pengamatan dan Pengambilan Data 6

Analisis Data dan Informasi 7

KEADAAN UMUM 9

Profil Perusahaan 9

Letak Geografis dan Wilayah Administratif 9

Keadaan Iklim dan Tanah 9

Keadaan Tanaman dan Produksi 10

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 10

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Aspek Teknis 12

Aspek Manajerial 36

Pembahasan 39

KESIMPULAN DAN SARAN 44

Kesimpulan 44

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 47

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

1. Populasi per hektar per divisi BKLE 10

2. Produksi dan produktivitas tandan buah segar (TBS) tahun 2011 - 2015 10

3. Luas areal dan tata guna lahan BKLE 11

4. Jumlah tenaga kerja BKLE April 2016 12

5. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE 2016 15

6. Rekomendasi takaran untilan berdasarkan dosis kg pokok-1 dan jumlah 16

pokok until-1 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman 19

8. Prestasi kerja piringan manual 20

9. Prestasi kerja gawangan manual 20

10. Survei kerapatan gulma 21

11. Koefisien komunitas vegetasi gulma di BKLE 22

12. Data kalibrasi nozzle dan volume larutan Ha-1 tim BSS 23

13. Time motion study (tms) penyemprot 27

14. Prestasi kerja tim BSS 28

15. Pengamatan kematian gulma 29

16. Biaya pengendalian gulma manual 31

17. Biaya pengendalian gulma chemist 31

18. Seksi panen dalam 1 rotasi divisi 3 BKLE 32

19. Daftar premi potong buah divisi 3 BKLE 35

20. Denda panen divisi 3 BKLE 35

DAFTAR GAMBAR

1. Kegiatan pengambilan sampel tanah blok L031 13

2. Sensus BBC semester 2 14

3. Organisasi penguntilan BKLE : (a) penguntilan pupuk, (b) susunan 16

untilan siap diaplikasikan 4. Kegiatan pemupukan BKLE : (a) pengeceran pupuk MOP, (b) penaburan 17

pupuk MOP 5. Pasar pikul yang telah diaplikasikan janjang kosong 17

6. Pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) 18

: (a) kotak hatch and carry, (b) panen kumbang (Elaeidobius kamerunicus) 7. Timbang bobot janjang rata-rata di TPH divisi 3 18

8. Dendogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis cluster 22

9. a) Pengukuran flow rate, b) pengukuran lebar semprot dan kecepatan 24

jalan 10.Persentase penggunaan APD tim semprot BSS 26

11. Teknis pelaksanaan semprot yang kurang tepat : a) menakar racun 27 dengan menggunakan tutup knapsack, b) pengisian air dengan

(16)
(17)

12.Penggunaan racun ha-1 bulan Januari sampai dengan Mei 2016 28

tim BSS 13. Oles gulma berkayu blok P271 29

14. (a) Panen dengan cara curi buah, b) pemotongan V-cut 34

15. Kegiatan muat buah menggunakan tojok 36

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal kegiatan sebagai pegawai tidak tetap (PTT) 49

2. Jurnal kegiatan sebagai pendamping supervisi 50

3. Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten 52

4. Peta areal BKLE 2016 55

5. Data curah hujan dan hari hujan BKLE tahun 2011 - 2015 56

6. Peta jenis tanah BKLE 2016 57

7. Struktur organisasi BKLE 2016 58

8. Format RKH tim unit semprot BKLE 2016 59

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat. Luas tanam kelapa sawit terus meningkat dari tahun 2010 - 2014 yaitu 8.385.394 ha, 8.992.824 ha, 9.572.715 ha, 10.465.020 ha, dan 10.956.231 ha. Produksi minyak sawit mentah tahun 2010 - 2014 terus meningkat yaitu sebesar 21.958.120 ton, 23.096.541 ton, 26.015.518 ton, 27.782.004 ton, dan 29.344.479 ton dengan produktivitas yang berfluktuatif yaitu 3,59 ton ha-1, 3,52 ton ha-1, 3,72 ton ha-1, 3,53 ton ha-1, dan 3,56 ton ha-1 (Pusdatin, 2014). Menurut FAO (2013) total ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2013 sebesar 20.557.977 ton (49,35 % dari total minyak ekspor dunia).

Produktivitas kelapa sawit Indonesia yang berfluktuatif disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah keberadaan gulma. Menurut Moenandir (2010) gulma dan tanaman budidaya membutuhkan syarat tumbuh yang sama yaitu cahaya, nutrisi, ruang tumbuh, air, dan gas CO2 untuk dapat tumbuh

sehingga dapat menimbulkan persaingan. Persaingan akan terjadi bila persediaan dari hal yang dipersaingkan tersedia dalam jumlah yang terbatas di bawah kebutuhan masing-masing pokok. Persaingan gulma dan tanaman budidaya dapat menurunkan hasil produksi tanaman budidaya.

Piringan, pasar pikul, dan tempat pemungutan hasil (TPH) merupakan 3 lokasi penting di perkebunan kelapa sawit yang kebersihannya harus dikelola dengan baik. Piringan merupakan tempat jatuhnya buah dan brondolan kelapa sawit serta merupakan area utama penyebaran akar tersier dan akar kuarter. Kondisi piringan harus dalam keadaan bersih gulma (W0). Piringan yang dalam keadaan semak akan meningkatkan potensi losses buah tinggal yang tidak terpanen ataupun brondolan tinggal yang tidak terkutip saat kegiatan panen berlangsung. Piringan yang semak juga akan meningkatkan potensi persaingan antara gulma dan tanaman budidaya khususnya dalam hal penyerapan unsur hara dan air. Pasar pikul merupakan akses (jalan) utama karyawan dalam melakukan kegiatan produksi ataupun pemeliharaan di lapang. Pasar pikul sebagai jalan pemanen untuk mengangkut buah dengan angkong dari dalam blok ke TPH dan jalan utama tenaga pupuk dalam kegiatan mengecer pupuk dengan angkong. Pasar pikul yang tidak terawat dengan baik dapat menurunkan prestasi kerja yang dihasilkan karyawan. Tempat pemungutan hasil merupakan lokasi terakhir penyusunan buah yang telah dipotong dari pokok sebelum diangkut ke pabrik kelapa sawit. Kondisi TPH yang semak dapat meningkatkan jumlah kontaminasi sehingga dapat menurunkan mutu buah yang dihasilkan. Hal ini yang mendasari keberadaan gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan.

Pengendalian gulma untuk areal kebun dengan luasan ribuan hektar memiliki kesulitan yang cukup tinggi di dalam pengelolaannya. Faktor alat, bahan, tenaga kerja, dan waktu pengendalian gulma harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenis gulma sasaran dan luasan target pengendalian sehingga output

yang diperoleh sesuai dengan input produksi yang dikeluarkan (Sembodo, 2010). Luas areal yang relatif luas dan ketersediaan jumlah tenaga kerja yang terbatas

(20)

merupakan faktor-faktor yang menyebabkan penggunaan metode pengendalian secara chemist banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan besar. Metode

pengendalian secara chemist merupakan metode pengendalian dengan

menggunakan bahan kimia yang beracun yaitu herbisida. Penggunaannya yang kurang tepat dapat menimbulkan bahaya keracunan terhadap aplikatornya, lingkungan sekitar aplikasi, dan tanaman budidaya sehingga penerapannya di lapang harus dikelola dengan baik.

Tujuan

Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami aspek teknis dan manajerial budidaya kelapa sawit dalam praktek kerja nyata di lapang dan secara khusus memahami aspek pengendalian gulma baik dari segi teknis maupun manajerial.

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat Unggul Gulma

Gulma adalah semua jenis vegetasi tumbuhan yang menimbulkan gangguan pada lokasi tertentu terhadap tujuan yang diinginkan manusia (Lubis dan Widanarko, 2011). Menurut Sembodo (2010) interaksi antara tanaman budidaya dengan gulma akan mengakibatkan kerugian secara perlahan terhadap pertumbuhan tanaman. Kerugian tersebut diakibatkan karena adanya beberapa sifat unggul yang dimiliki gulma dan jarang ditemui pada tanaman budidaya yaitu penguasaan areal yang baik karena gulma mampu memproduksi biji yang banyak dan pertumbuhan populasinya besar, biji yang dihasilkan memiliki masa dormansi yang lama sehingga sangat menguntungkan gulma untuk mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama, daya adaptasi yang sangat tinggi dikarenakan sebagian besar gulma tergolong tumbuhan C4 sehingga lebih efisien dalam proses fotosintesisnya, dan penyebarannya yang luas. Alelopati yaitu proses penekanan pertumbuhan tanaman oleh senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan gulma juga dapat menimbulkan kerugian pada tanaman utama.

Menurut Fauzi et al. (2005) jenis-jenis gulma yang sering ditemukan pada lingkungan kelapa sawit adalah Ageratum conyzoides (babadotan), Ageratum houstonianum (wedusan), Amaranthus spinosus (bayam duri), Axonopus compressus (rumput pahit), Borreria latifolia (kantangan), Cyperus cyperoides

(teki ijem, jukut bebalean), Cyperus rotundus (teki), Eupatorium odoratum

(putihan), Gleichenia linearis (pakis kawat), Imperata cylindrica (alang-alang),

Mikania micrantha (mikania), Mimosa invisa (kucingan), Ottochloa nodosa

(bambu-bambuan), Paspalum conjugatum (paitan), Panicum repens

(21)

3

Prinsip Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan gulma (eradication). Pengendalian gulma merupakan proses membatasi infestasi gulma sehingga tanaman budidaya dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Prinsip pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh atau memusnahkan seluruh gulma yang ada, melainkan cukup dengan menekan pertumbuhan gulma atau mengurangi populasi gulma sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan biaya yang dikeluarkan. Pemberantasan merupakan suatu usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma ditekan sampai nol (Sukman, 2002). Menurut Tjandrahusada (2004) pengendalian gulma merupakan suatu usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus dikembangkan menjadi sedemikian rupa, sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya.

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit

Pengendalian gulma yang sering digunakan di perkebunan kelapa sawit yaitu pengendalian secara kimiawi, manual, dan kultur teknis (Setyamidjaja, 2006). Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah tenaga kerja yang digunakan relatif sedikit, total biaya lebih rendah, serta kerusakan perakaran dan erosi dapat dihindari. Kelemahan pengendalian secara kimia adalah diperlukannya keterampilan tenaga kerja yang tinggi dalam pengaplikasiannya, baik yang berhubungan dengan keselamatan pekerja, dosis herbisida, dan jenis

nozzle. Penggunaan aplikasi herbisida yang berlebihan dapat membahayakan lingkungan sekitar maupun tanaman budidaya. Menurut Fauzi et al. (2005) pengendalian secara manual adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul, garpu, kored, dan garu. Menurut Marpaung et al. (2013) pengendalian dengan manual menunjukkan hasil yang tertinggi meskipun tidak berbeda nyata dengan pengendalian menggunakan herbisida. Pengendalian gulma dapat meningkatkan hasil tanaman sebesar 37,7%.

Manajemen Pengendalian Gulma

Manajemen merupakan suatu seni dalam ilmu dan proses seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (pelaksanaan), dan pengendalian atau pengawasan. Pengertian manajemen sebagai seni karena seni berfungsi dalam mewujudkan tujuan yang nyata dengan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu yang berfungsi menerangkan fenomena-fenomena atau kejadian, sehingga memberikan penjelasan yang sebenarnya. Manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu manage yang berarti mengurus, mengelola, mengendalikan, mengusahakan, ataupun memimpin, sedangkan pengertian manajemen secara etimologis adalah seni melaksanakan dan mengatur. Pengertian manajemen juga

(22)

dipandang sebagai disiplin ilmu yang mengajarkan proses mendapatkan tujuan organisasi dalam upaya bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik organisasi.

Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang selalu ada dan berada dalam proses manajemen yang menjadi patokan bagi seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen secara umum dibagi menjadi fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan (pengarahan), dan fungsi pengawasan atau evaluasi.

Menurut Sembodo (2010) perencanaan harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan hasil identifikasi permasalahan yang terdapat di lapang. Fungsi merencanakan merupakan hal penting dalam kegiatan manajemen. Gagal dalam merencanakan sama artinya dengan merencanakan kegagalan. Perencanaan pengendalian gulma meliputi pemilihan metode pengendalian gulma, jadwal atau rotasi pengendalian gulma, peralatan dan bahan yang digunakan, tenaga kerja, serta pengusulan untuk periode berikutnya.

Pemilihan metode pengendalian gulma harus disesuaikan dengan umur tanaman, jenis tanah, dan keragaman gulma sasaran pengendalian. Tanaman belum menghasilkan kelapa sawit (TBM) umumnya menerapkan pengendalian secara mekanis, tanaman menghasilkan (TM) umumnya menerapkan metode pengendalian secara kimia, dan tanaman penutup tanah (LCC) dilakukan secara manual. Jenis tanah akan mempengaruhi keragaman gulma yang tumbuh. Jenis tanah gambut akan didominasi oleh gulma paku-pakuan sedangkan jenis tanah mineral banyak didominasi oleh gulma rumput seperti rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa). Lahan yang didominasi oleh gulma dari golongan yang sama, seperti lahan yang didominasi oleh alang-alang (Imperata cylindrica) dan oleh rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa) akan memiliki cara penanganan yang berbeda.

Penjadwalan harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan

ketersediaan waktu, peralatan, tenaga kerja, luas areal, dan juga biasanya terkait jadwal pemupukan. Antisipasi melesetnya jadwal yang sudah dibuat karena kondisi tertentu, misalnya turun hujan sehingga aplikasi herbisida tidak bisa dilakukan perlu disertakan dalam pembuatan jadwal sehingga diharapkan kegiatan pengendalian gulma dapat berjalan dengan baik.

Peralatan dan bahan yang dibutuhkan harus dalam keadaan tersedia dan siap untuk digunakan. Peralatan semprot yang akan digunakan terlebih dahulu harus dilakukan pengecekan seperti kegiatan kalibrasi ataupun pengecekan tabung semprot, dan lainnya agar saat jadwal pengendalian gulma peralatan tersebut sudah siap pakai. Bahan yang akan digunakan juga harus dalam keadaan tersedia di gudang atau tempat penyimpanan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya. Jumlah bahan tersedia yang kurang dari jumlah yang dibutuhkan ataupun tidak tersedia saat akan melakukan penyemprotan akan merusak jadwal pengendalian dan akan berpengaruh terhadap jadwal kegiatan pemeliharaan lainnya khususnya pemupukan. Bahan yang digunakan juga harus sesuai dengan gulma sasaran. Percobaan jenis herbisida baru harus dilakukan demplot untuk mengetahui kesesuaian herbisida dengan gulma sasaran, sehingga apabila penggunaan herbisida baru tidak efektif mengendalikan gulma atau bahkan meracuni tanaman budidaya, kerugian yang dialami tidak terlalu besar.

(23)

5

Ketersediaan tenaga kerja juga harus dipersiapkan dengan baik khususnya untuk tenaga kerja harian lepas. Kekurangan tenaga kerja sering terjadi saat setelah gajian. Karyawan lebih mengutamakan untuk istirahat sejenak. Antisipasi terhadap kelangkaan tenaga kerja harus dilakukan seperti pemberitahuan jadwal semprot jauh-jauh hari sebelum kegiatan semprot dilakukan, ataupun dengan menetapkan kerja lembur.

Pengusulan untuk periode (rotasi) semprot berikutnya harus dilakukan dengan tepat waktu sebelum saat pengendalian dilakukan sehingga saat sarana tersebut diperlukan, semuanya sudah siap tersedia dengan kebutuhannya. Keterlambatan terhadap pengusulan bahan akan berakibat kepada keterlambatan penyediaan barang dan akan mengganggu penjadwalan serta proses pelaksanaan pengendalian gulma.

Menurut Sembodo (2010) pelaksanaan pengendalian gulma harus berpedoman pada perencanaan pengendalian gulma yang sudah ditetapkan, baik metode pengendalian yang digunakan, alat dan bahan yang digunakan, serta jadwal pengendalian gulma. Pengawasan merupakan hal penting dalam pelaksanaan pengendalian gulma. Pengawasan baik dari segi persiapan (peralatan, bahan yang digunakan, dan cara penakaran herbisida) ataupun selama proses pengendalian berlangsung merupakan kegiatan yang sangat penting. Pengarahan kerja mulai dari asisten, mandor 1, dan mandor semprot penting dilakukan untuk menghindari terjadinya bias antara perencanaan dengan pelaksanaan di lapang.

Menurut Sembodo (2010) evaluasi pengendalian gulma merupakan tindakan yang sangat penting dilakukan untuk menilai keberhasilan suatu tindakan pengendalian. Keberhasilan diukur berdasarkan pelaksanaan pengendalian gulma dalam mengatasi gulma sasaran (persentase kematian gulma) ataupun tindakan pengendalian gulma tersebut telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Hal-hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan misalnya keberhasilan pengendalian gulma yang rendah harus dilakukan evaluasi secara cermat terhadap proses identifikasi masalah, perencanaan, dan pelaksanaan. Pergeseran jenis gulma dominan akibat suatu tindakan pengendalian tertentu dan resistensi gulma juga dapat diamati melalui proses evaluasi. Hasil evaluasi pelaksanaan pengendalian gulma dapat digunakan sebagai bahan penyusunan rencana kerja pada musim selanjutnya. Hasil yang baik pada musim ini dapat direkomendasikan untuk pengendalian musim berikutnya dan kesalahan yang terjadi pada musim ini diharapkan tidak terulang lagi pada musim yang akan datang.

METODE

Waktu dan Tempat Magang

Kegiatan magang dilaksanakan dari Februari - Juni 2016. Kegiatan magang

bertempat di Bangun Koling Estate (BKLE), PT Windu Nabatindo Abadi,

(24)

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari yang ada di kebun meliputi aspek teknis dan aspek manajerial kebun. Penulis menjabat sebagai pegawai tidak tetap (PTT) selama 1 bulan, pendamping supervisi selama 1 bulan, dan pendamping asisten selama 2 bulan.

Kegiatan aspek teknis yang dilakukan selama menjadi PTT yaitu pengendalian gulma secara manual dan kimia, pemupukan, panen, dan kutip brondolan. Aspek teknis lain juga didalami saat penulis menjabat sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten seperti Leaf Sampling Unit (LSU),

Soil Sampling Unit (SSU), Black Bunch Census (BBC), hatch and carry, pengendalian hama tanaman, timbang bobot janjang rata-rata (BJR), sanitasi, dan

pruning. Jurnal kegiatan sebagai PTT dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping supervisi adalah membantu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pada lingkup kerja supervisi. Tugas sehari-hari yang dilakukan ketika mendampingi supervisi adalah mengikuti kegiatan apel pagi, mengawasi karyawan, dan membuat laporan harian. Jurnal kegiatan sebagai pendamping supervisi dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping asisten adalah membantu asisten dalam pembuatan rencana kerja harian (RKH), pembuatan laporan asisten, pengawasan tenaga kerja, dan mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengambilan Data

Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang terhadap aspek khusus yang diamati. Data sekunder diperoleh dari arsip yang dimiliki perusahaan dan literatur terkait. Data sekunder yang diperoleh dari arsip perusahaan yaitu profil perusahaan, letak geografis dan wilayah administratif, peta kebun, keadaan iklim dan tanah, keadaan tanaman dan produksi, luas areal konsesi dan tata guna lahan, serta struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Pengamatan dominansi gulma dilakukan dengan metode analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm pada 6 blok (1 blok seluas 30 ha) yang dibedakan berdasarkan tahun tanam (TT) yaitu TT 2006 (L026), TT 2007 (L029), TT 2008 (P025), TT 2009 (P026), TT 2010 (P028), dan TT 2011 (P271). Pengambilan sampel setiap blok dilakukan dengan teknik “sampling acak tidak langsung” (Sembodo, 2010) di 15 piringan dan 15 pasar pikul. Gulma dari masing-masing kuadrat dipanen dan dipisahkan berdasarkan spesiesnya untuk menentukan kerapatan mutlak (KM), berat basah mutlak (BBM), dan frekuensi mutlak (FM) gulma. Kerapatan mutlak ditentukan dengan cara menghitung jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak sampel, bobot basah mutlak ditentukan dengan cara menimbang spesies gulma tertentu dengan menggunakan timbangan digital segera setelah dipanen, dan frekuensi mutlak ditentukan dengan cara menghitung jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu.

(25)

7

Pengamatan manajemen pengendalian gulma manual dan chemist meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pengendalian gulma manual meliputi survei jenis gulma sasaran pengendalian, penentuan jenis pekerjaan pengendalian, dan pengalokasian tenaga kerja. Pengendalian gulma

chemist meliputi survei jenis gulma sasaran pengendalian, menghitung kebutuhan alat, bahan, dan tenaga kerja yang diperlukan serta kalibrasi alat semprot. Data diperoleh melalui wawancara dengan mandor dan asisten serta pengamatan di lapang. Pengamatan kalibrasi alat semprot (nozzle) dilakukan terhadap 5 tenaga semprot sebanyak 3 ulangan. Data yang dikumpulkan adalah lebar semprot (m), kecepatan jalan operator selama 10 detik (m menit-1), output semprot atau flow rate di gelas ukur selama 1 menit (l menit-1), dan menghitung jumlah volume semprot ha-1 (l).

Pelaksanaan pengendalian gulma meliputi pengamatan terhadap prinsip 5 tepat pengendalian gulma, prestasi tenaga kerja, dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Prinsip 5 tepat pengendalian gulma manual yaitu pengamatan tepat cara pengendalian yaitu pengamatan tepat jenis, tepat sasaran, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu. Pengukuran tepat jenis dan sasaran dilakukan dengan mencatat jenis herbisida dan gulma sasaran pengendalian hasil survei kerapatan gulma oleh mandor semprot. Pengukuran tepat dosis (pengendalian chemist) dilakukanmelalui pengamatan time motion study (TMS) dengan mencatat jumlah dosis herbisida cap-1 dan jumlah cap ha-1 yang digunakan saat penyemprotan di lapang pada 5 tenaga semprot. Pengamatan tepat cara dilakukan dengan mengamati cara memformulasi herbisida yang digunakan dan cara kerja metode pengendalian saat aplikasi di lapang. Menurut Yuniarko (2010) pengukuran tepat waktu dilakukan dengan mengamati rotasi pengendalian gulma di blok tertentu dan waktu aplikasi herbisida di lapang. Pengamatan prestasi tenaga kerja dilakukan dengan menghitung total luasan pengendalian yang dihasilkan dan dibagikan dengan total tenaga kerja yang digunakan. Pengamatan penggunaan APD dilakukan dengan mengamati pekerja yang sedang bertugas melakukan penyemprotan. Jumlah pekerja yang diamati sebanyak 10 orang yang dipilih secara acak dan diulangi sebanyak 5 ulangan.

Evaluasi pengendalian gulma yaitu pengamatan mutu semprot dan biaya pengendalian gulma. Mutu semprot dilihat berdasarkan kematian gulma pada blok yang telah disemprot 2 minggu setelah aplikasi (MSA). Pokok pengamatan disesuaikan dengan format pengamatan kebun yaitu pokok tersemprot mati dan merata, pokok tersemprot mati tidak merata, dan pokok yang tidak tersemprot. Jumlah sampel yang diambil sebanyak ± 400 pokok (3 pasar rintis) sebanyak 5 ulangan. Biaya pengendalian gulma dihitung berdasarkan penggunaan bahan dan tenaga kerja yang digunakan untuk pengendalian manual serta piringan, pasar pikul, dan TPH chemist dari bulan Januari - April 2016.

Analisis Data dan Informasi

Data analisis vegetasi diolah untuk mendapatkan angka Nisbah Jumlah Dominansinya (NJD) atau Some Dominance Ratio (SDR). NJD dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Tjitrosemito, 1999) :

(26)

Keterangan :

KN = Kerapatan nisbih

BBN = Berat basah nisbih

FN = Frekuensi nisbih

Kerapatan nisbih (KN) dihitung dengan menggunakan persamaan :

Bobot basah nisbih (BBN) dihitung dengan menggunakan persamaan :

Frekuensi nisbih (FN) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Koefisien Komunitas (KK) dapat menunjukkan tingkat kesamaan vegetasi gulma setiap blok pengamatan. KK dapat dihitung menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis (Ludwig dan Reynolds, 1998). KK dihitung dengan rumus :

Keterangan :

W = jumlah spesies gulma terendah pada 2 blok yang dibandingkan

a = jumlah semua individu spesies gulma pada blok pertama

b = jumlah semua individu spesies gulma pada blok kedua

Jarak ketidaksamaan antara setiap blok dihitung dengan menggunakan persamaan :

Data jarak ketidaksamaan komunitas diuji dengan analisis cluster

menggunakan metode single linkage untuk mengetahui pengelompokan tahun tanam menggunakan jarak euclidian. Hasil analisis cluster ditampilkan dalam bentuk dendogram.

Data volume semprot (VS) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Data lain yang diperoleh diolah menggunakan perhitungan matematis sederhana seperti nilai rata-rata, persentase, serta uji korelasi dengan software

Minitab 16 dan Microsoft Excel. Data dianalisis secara deskriptif untuk dibandingkan dengan standart operasional prosedur (SOP) perusahaan, norma kerja perusahaan, serta literatur terkait lainnya.

(27)

KEADAAN UMUM

Profil Perusahaan

Harita Group merupakan sebuah perusahaan yang dirintis oleh Lim Tju King dan putranya Lim Hariyanto sejak tahun 1915. Harita Group memiliki beberapa divisi usaha yaitu divisi pertambangan emas, nikel, batubara, kayu, serta divisi perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group merupakan nama perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA group memiliki anak perusahaan yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Riau. Anak perusahaan yang berada di Kalimantan Tengah yaitu PT Nabatindo Karya Utama (NKU), PT Windu Nabatindo Abadi (WNA), dan PT Windu Nabatindo Lestari (WNL). PT Windu Nabatindo Abadi mengelola 4 unit usaha yang terdiri dari 3 kebun dan 1 pabrik. Kebun dan pabrik yang dikelola yaitu Bangun Koling Estate (BKLE), Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), dan pabrik Sungai Cempaga Mill (SCMM). Kegiatan magang dilaksanakan di BKLE yang terdiri atas 3 divisi. Penulis melakukan kegiatan magang di divisi 3 BKLE. Tanaman tertua di BKLE adalah tahun tanam 2006 dan yang termuda adalah 2011. Progeni yang ditanam di BKLE berasal dari Costa Rica, Lonsum, Marihat, Papua New Guinea, dan Socfindo.

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Bangun Koling Estate (BKLE) terletak pada koordinat 112,01o – 113,09o BT dan 1,45o- 1,85o LS di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. BKLE di sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sebelah Selatan berbatasan dengan perkebunan rakyat setempat, sebelah Barat berbatasan dengan PT Tunas Agro Subur Kencana (TASK), dan sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Mirah Minting Estate (SMME). Peta BKLE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan rata-rata di BKLE dalam waktu 5 tahun terakhir (2011 - 2015) yaitu 3.144,39 mm tahun-1 dengan jumlah hari hujan rata-rata 117,6 hari tahun-1. Rata-rata bulan basah sebesar 10 bulan dan bulan kering sebesar 1,2 bulan sehingga iklim di BKLE menurut klasifikasi Schmidth dan Ferguson termasuk dalam kategori tipe iklim A (Sangat Basah) dengan nilai Q sebesar 12 %. Data curah hujan dan hari hujan BKLE dapat dilihat pada Lampiran 5.

Jenis tanah di BKLE terdiri atas tanah Inceptisol seluas 1.259,69 ha , Entisol seluas 767,84 ha, Ultisol seluas 354,91 ha, dan Histosol seluas 147,21 ha. Topografi lahan cenderung datar (kemiringan 0 - 8 %). Kesesuaian lahan di BKLE termasuk kedalam kategori S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir. Peta jenis tanah di BKLE terdapat pada Lampiran 6.

(28)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di BKLE adalah varietas tenera (dura x pisifera). Jarak tanam yang digunakan adalah 9,2 m x 9,2 m x 9,2 m dengan jarak antar pokok 7,9 m dan satuan pokok hektar-1 (SPH) sebesar 136 pokok. Pengamatan populasi dan jarak tanam per hektar di lapang menunjukkan jumlah yang lebih rendah daripada populasi dan jarak tanam seharusnya. Hal ini dikarenakan topogrofi lahan yang berbeda antar blok tanam, letak sungai yang memotong lahan, dan perencanaan tanam sisip titik kosong yang belum terealisasi. Jumlah populasi tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi per hektar per divisi BKLE

Divisi Luas tanam (ha) Populasi (pokok) SPH (pokok ha-1)

1 811,93 106.889 132

2 860,29 114.883 134

3 857,43 108.467 127

Rata-rata - - 131

Total 2.529,65 330.239 -

Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016)

Tanaman di BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009 yaitu tanaman tahun tanam 2006. Produksi dan produktivitas tandan buah segar di BKLE terus meningkat setiap tahunnya. Produksi dan produktivitas BKLE tahun 2011 - 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi dan produktivitas tandan buah segar (TBS) tahun 2011 - 2015

Tahun Luas TM (ha) Produksi (ton) BJR (kg) Produktivitas (ton TBS ha-1) 2011 2.347 21.892 4,76 9,33 2012 2.381 32.778 6,20 13,76 2013 2.414 38.963 7,52 16,14 2014 2.505 50.110 8,29 20,01 2015 2.510 58.031 9,75 23,12

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas hak guna usaha (HGU) BKLE adalah 3.183,02 ha. Luas areal yang diusahakan seluas 2.669,16 ha dengan rincian 2.529,65 ha digunakan sebagai areal penanaman dan 139,51 ha digunakan untuk areal prasarana. Luas areal dan tata guna lahan BKLE dapat dilihat pada Tabel 3. Areal penanaman terdiri dari 2.504,64 ha untuk tanaman menghasilkan (TM) 2006 - 2010 dan 25,01 ha untuk tanaman belum menghasilkan (TBM Pro) 2011. Areal prasarana terdiri dari 67,10 ha untuk bangunan atau emplasement serta 72,41 ha untuk jalan (main road dan collection road) dan jembatan. Luas areal yang bisa ditanam seluas 157,89 ha dan yang tidak dapat ditanam seluas 355,97 ha.

Keterangan : TM ; Tanaman sudah Menghasilkan, BJR ; Berat Janjang Rata-rata

(29)

11

Tabel 3. Luas areal dan tata guna lahan BKLE

Uraian Luas (ha)

I. Areal diusahakan (= A+B) 2.669,16

A. Areal ditanam (=1+2) 2.529,65 1. Tanaman menghasilkan (TM) 2.504,64 1.1. Tahun tanam 2006 560,06 1.2. Tahun tanam 2007 1.526,55 1.3. Tahun tanam 2008 261,05 1.4. Tahun tanam 2009 34,63 1.5. Tahun tanam 2010 122,35

2. Tanaman belum menghasilkan (TBM pro) 25,01

2.1. Tahun tanam 2011 25,01

B. Areal prasarana 139,51

1. Emplasemen (bangunan) lainnya 67,10

2. Jalan dan jembatan 72,41

II. Areal bisa ditanam atau Okupasi (C) 157,89

III. Areal tidak bisa ditanam (= D+E) 355,97

D. Tanah Desa 53,00

E. Bukit, sungai, rawa, pasir, dll. 302,97

Total luas areal kebun (= I+II+III) 3.183,02

Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pemimpin tertinggi di BKLE adalah seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh seorang kepala administrasi (kasie) dan 3 asisten divisi. Estate Manajer memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh untuk mengkoordinir setiap kegiatan operasional dan administrasi kebun. Asisten divisi adalah orang yang bertanggung jawab langsung kepada EM dalam memimpin semua kegiatan yang ada di divisi agar terlaksana sesuai dengan program. Kepala administrasi (kasie) membantu EM untuk mengelola semua kegiatan administrasi serta keuangan kebun dan membawahi bagian accounting, kasir, admin tanaman, personalia, krani gudang, dan mantri kebun. Struktur organisasi BKLE dapat dilihat pada gambar Lampiran 7.

Ketenagakerjaan BKLE terdiri dari karyawan staff dan non-staff. Karyawan staff terdiri dari 1 orang EM, 1 orang kasie, dan 3 orang asisten. Karyawan non-staff terdiri dari 18 orang pekerja tetap bulanan (PTB), 186 orang pekerja tetap harian (PTH), dan 102 orang pekerja tidak tetap (PTT) (Tabel 4). Indeks tenaga kerja di BKLE sebesar 0,12 HK ha-1 dengan ITK standart perkebunan KS 0,16 HK ha-1.

Sistem penggajian karyawan staff dan PTB disesuaikan dengan tingkat golongannya, karyawan PTH dan PTT disesuaikan dengan upah pokok yang ditetapkan perusahaan tahun 2016 yaitu Rp 91.105,00. Karyawan staff, PTB, dan PTH mendapat tunjangan jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) setiap tahunnya. Karyawan PTB dan PTH mendapatkan tambahan beras setiap bulannya sedangkan karyawan PTT tidak. Fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan antara lain rumah, air bersih, listrik, poliklinik, tempat peribadatan, lapangan olahraga, tempat penitipan anak (TPA), dan sekolah.

(30)

Tabel 4. Jumlah tenaga kerja BKLE April 2016

No Status karyawan Jumlah (orang)

1 Karyawan staf 5

2 Pegawai tetap bulanan (PTB) 18

3 Pegawai tetap harian (PTH) 186

4 Pegawai tidak tetap (PTT) 102

Total 306

Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0,12

Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hari kerja perusahaan adalah Senin - Sabtu dari pukul 06.00 - 13.30 WIB (terkecuali hari Jumat, 5 jam kerja) dan diberikan waktu 30 menit (pukul 10.00 - 10.30) (kebijakan perusahaan). Seluruh kegiatan diawali dengan apel yang dilaksanakan pada pagi dan sore hari. Apel pagi divisi terdiri dari 2 tahap yaitu tahap 1 (bersifat optional) yang dimulai pukul 04.45 - 05.00 WIB berisi penekanan kembali oleh asisten kepada para mandor dan krani apabila terdapat perubahan terhadap RKH. Perubahan RKH terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti kondisi hujan, kekurangan tenaga kerja, ataupun instruksi langsung dari

Estate Manager (EM). Apel pagi tahap 2 dimulai pukul 05.00 - 05.30 WIB yang berisi pemeriksaan kehadiran (absensi) karyawan dan pengarahan oleh mandor terkait rencana kerja hari tersebut, evaluasi hasil kerja 1 hari sebelumnya, mengingatkan kembali kepada seluruh karyawan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD), serta membawa bekal dan air minum yang cukup selama bekerja di lapang. Apel sore dilaksanakan pada pukul 16.00 WIB di kantor divisi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan pada hari tersebut, membuat laporan harian divisi, dan membuat RKH. Apel sore dihadiri oleh seluruh supervisi divisi yaitu mandor 1, mandor panen, krani panen, krani transport, dan krani divisi. Kegiatan apel dipimpin langsung oleh asisten divisi dan dapat digantikan oleh mandor 1 apabila asisten berhalangan hadir.

Aspek Teknis Leaf Sampling Unit (LSU)

Leaf Sampling Unit bertujuan untuk menentukan kondisi unsur hara yang dikandung tanaman melalui pengambilan sampel daun. Pokok sampel harus produktif dan sehat. Alat dan bahan yang digunakan adalah egrek, gergaji, cat putih, alat tulis, label, meteran, dan kantong plastik. Sampel diambil secara diagonal dari arah Selatan-Timur ke Utara-Barat. Nomor baris diambil setiap kelipatan 4 sebanyak 1 pokok baris-1. Pokok sampel pertama adalah pokok ke-4 dan ditambahkan 1 dari nomor pokok sebelumnya untuk pengambilan sampel baris berikutnya. Pelepah yang diambil adalah pelepah ke-17 untuk TM dan pelepah ke-9 untuk TBM. Potong pelepah menggunakan egrek dan ambil 6 helai anak daun (3 helai dari kanan dan 3 helai dari kiri). Helai anak daun diambil pada jarak satu jengkal dari mata pancing (titik pertemuan ke-2 sisi pelepah) mengarah

(31)

13

ke pangkal pelepah. Anak daun yang diukur panjang (pangkal hingga ujung daun) dan lebarnya (bagian tengah daun). Anak daun yang diambil dimasukkan ke dalam kantong plastik serta diberi label. Pokok yang telah selesai diambil sampel daunnya diberi identitas nomor pokok dan nomor baris pada pokok dengan menggunakan cat. Sampel daun diantar ke kantor divisi yang kemudian akan diberikan ke Departemen Riset.

Pengambilan data vegetatif juga dilakukan sebanyak 20% dari total pokok sampel yaitu pokok sampel ke- 5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Data vegetatif yang diukur yaitu tinggi pokok, keliling pokok, jumlah anak daun, jumlah pelepah per spiral, lebar dan tebal pelepah, serta panjang dan lebar anak daun. Standart prestasi kerja karyawan yang ditetapkan perusahaan sebesar 10 ha HK-1. Prestasi kerja karyawan yang melebihi standart kerja perusahaan akan diberikan premi sebesar Rp 7.000,00 ha-1.

Soil Sampling Unit (SSU)

Soil Sampling Unit bertujuan untuk menganalisa sifat fisik dan kimia tanah untuk keperluan program pemupukan. Pengambilan sampel tanah dilakukan di 3 baris tanaman blok-1 (2 di masing-masing ujung blok dan 1 di tengah blok) dan setiap baris diambil sampel sebanyak 3 titik lubang (2 di masing-masing ujung baris dan 1 di tengah baris). Sampel tanah blok-1 sebanyak 2 buah yang masing-masing sampel merupakan campuran 9 titik lubang yang dibedakan berdasarkan kedalaman tanah (0 - 30 cm dan 31 - 60 cm). Titik lubang sampel yang berada di ujung baris diambil di gawangan antara pokok ke-3 dan ke-4 dari pinggir CR dan titik sampel di tengah baris diambil sekitar baris ke-17 dan ke-18. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, 1 bor tanah, kantong plastik, dan label.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Seorang bertugas sebagai pengebor tanah dan 1 orang lainnya bertugas untuk mencampurkan tanah dan memberi label pada plastik. Sampel tanah diantar ke kantor estate untuk diserahkan kepada tim riset. Kegiatan pengambilan sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan pengambilan sampel tanah blok L31

Black Bunch Census (BBC)

Black Bunch Census (BBC) adalah kegiatan menghitung jumlah janjang hitam yang telah berumur 2 - 5 bulan untuk mengetahui estimasi produksi atau janjang yang dapat dipanen pada periode panen berikutnya selama 4 bulan kedepan. Parameter janjang yang disensus dilihat berdasarkan warna dan ukuran buah. Kriteria umum buah yang dihitung dalam BBC adalah buah yang terlihat

(32)

telah terbentuk sempurna pada janjang dan berwarna hitam mengkilap, ukuran buah terlihat seragam (homogen) dan tidak terdapat buah partenocarpy, seludang telah terbuka sempurna pada janjang, buah berwarna merah yang belum membrondol, dan duri spiklet pada janjang secara visual kurang dari 20% atau dominan terisi buah atau brondolan. Alat yang digunakan dalam melakukan sensus adalah kayu kait, cat warna putih memberikan tanda sensus, peralatan tulis, kuas, papan clift board, sendok atau parang, dan format formulir BBC. Baris sensus diambil setiap kelipatan 10.

Teknis pelaksanaan sensus diawali dengan penandaan arah masuk sensus dengan menggunakan cat putih, kemudian seluruh pokok yang ada di jalur tersebut dihitung buahnya dan diberi tanda pada tiap pokok. Prestasi kerja standar perusahaan yaitu 10 ha HK-1 dan bagi karyawan yang menyelesaikan lebih dari standar diberikan tambahan premi sebesar Rp 7.000,00 ha-1. Kegiatan sensus BBC semester 2 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sensus BBC semester 2

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang memegang peranan penting dalam penyediaan kembali unsur hara tanah yang terbawa oleh tandan buah segar (TBS). Kebutuhan hara yang tercukupi akan mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS yang maksimum. Kegiatan pemupukan BKLE membutuhkan biaya operasional yang tinggi mencapai 68,35% dari total biaya pemeliharaan yaitu senilai Rp 8.190.333.000,00 sehingga sangat diperlukan penerapan teknis aplikasi dan pengawasan pemupukan yang baik.

Pemupukan di BKLE terdiri dari pemupukan anorganik dan pemupukan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan pemberian pupuk tunggal yaitu pupuk RP (Rock Phosphate), pupuk Urea, pupuk MOP (Muriate of Potash), pupuk Kieserite, dan pupuk Borate. Pemupukan organik dilakukan dengan pemberian janjang kosong (jangkos).

Pedoman rekomendasi tahunan pupuk anorganik BGA disusun oleh Tim Riset BGA berdasarkan hasil analisis laboratorium dari sampel daun (LSU) dan sampel tanah (SSU). Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE 2016 pada Tabel 5 menunjukkan pupuk anorganik yang digunakan adalah RP, Urea, MOP, Kieserite, dan Borate. Rencana aplikasi pupuk RP dilakukan pada bulan Januari, pupuk Urea pada bulan Februari, Mei, dan Oktober, pupuk MOP pada bulan Maret, Juni, dan Agustus, pupuk Kieserite pada bulan September, serta pupuk Borate pada bulan Mei.

(33)

15

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE 2016 Tahun

tanam Aplikasi

Jenis pupuk

RP Urea MOP Borate Kieserite

(---kg pokok-1---) 2006 I 1,75 0,79 1,50 0,10 0,23 II - 0,50 1,25 - - III - 0,75 0,16 - - 2007 I 1,67 0,81 1,50 0,10 0,12 II - 0,50 1,26 - - III - 0,74 0,45 - - 2008 I 1,05 0,54 1,50 0,10 0,05 II - 0,50 1,35 - - III - 0,65 0,97 - - 2009 I 1,75 0,94 1,50 0,10 - II - 0,50 1,25 - - III - 0,75 0,77 - - 2010 I 1,75 0,75 1,50 0,10 - II - 0,50 1,25 - - III - 0,75 - - - 2011 I 1,75 0,75 1,50 0,10 - II - 0,50 1,25 - - III - 0,75 - - -

Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016)

Prosedur pemupukan anorganik. Persiapan pupuk diawali dengan pembuatan RKH oleh asisten dan mandor pupuk. Penentuan blok dan luasan rencana pupuk disesuaikan dengan jadwal pada rencana kerja dan absensi mandor (REKAM). Blok dan luasan rencana pupuk sewaktu-waktu dapat berubah disesuaikan dengan kondisi lahan yang akan diaplikasikan pupuk, jumlah tenaga kerja yang tersedia, dan jumlah tonase untilan yang tersedia di gudang pupuk.

Pelaksanaan pemupukan diawali dengan apel pagi oleh mandor pupuk dan sewaktu-waktu dihadiri oleh asisten koordinator pupuk. Tim bongkar muat (BM)

pupuk menuju ke gudang pupuk untuk memuat untilan pupuk ke dalam dum truck

(DT) segera setelah apel pagi selesai. Tim BM, pengecer, penabur, dan mandor pupuk berangkat menuju lokasi pemupukan segera setelah untilan selesai dimuat. Mandor pupuk harus tiba terlebih dahulu di lokasi untuk membagikan ancak masing-masing kelompok kerja pemupukan (KKP). Tim penabur dan pengecer diturunkan di lokasi pupuk sedangkan tim BM membagikan (bongkar) untilan di setiap pasar pikul. Tim penabur segera memulai penaburan pupuk sedangkan tim pengecer mengecer pupuk pada pokok aplikasi berikutnya dengan menggunakan angkong. Pengecer mengumpulkan karung eks untilan pupuk (jumlah karung 1 gulung sebanyak 9 - 10 karung). Tim BMS bergegas pulang bila target kerja pupuk telah selesai.

Penguntilan pupuk merupakan kegiatan penakaran pupuk induk ke dalam takaran yang lebih kecil menggunakan penakar yang telah dikalibrasi sebelumnya. Kegiatan penguntilan pupuk dan untilan pupuk yang telah siap untuk dimuat dapat dilihat pada Gambar 3.

(34)

(a) (b)

Gambar 3. Organisasi penguntilan BKLE : (a) penguntilan pupuk, (b) susunan untilan siap diaplikasikan

Bobot dan jumlah pokok aplikasi until-1 disesuaikan dengan dosis pupuk kg-1 tanaman (Tabel 6). Rekomendasi takaran untilan bertujuan untuk memudahkan perhitungan bobot untilan berdasarkan rekomendasi pokok yang dipupuk dalam 1 untilan. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan untuk 1 orang penguntil adalah 2.500 kg HK-1.

Tabel 6. Rekomendasi takaran untilan berdasarkan dosis kg pokok-1 dan jumlah pokok until-1

Pokok ha-1 Dosis (kg pokok-1) Pokok until-1 Kilogram until-1

136 2,25 8 18,00 136 2,00 8 16,00 136 1,50 8 12,00 136 1,25 8 10,00 136 1,00 17 17,00 136 0,75 17 12,75 136 0,50 17 8,50 Sumber : BKLE (2016)

Pelangsiran pupuk merupakan kegiatan mobilisasi untilan pupuk yang telah disiapkan sebelumnya oleh tenaga bongkar muat (BM) dari gudang BMS menuju ke blok lokasi rencana pupuk. Tugas seorang BM adalah menaikkan dan menyusun untilan pupuk pada unit transportasi pupuk (Dum Truck) serta menurunkan untilan pupuk tempat peletakan pupuk (TPP) blok lokasi rencana pupuk. Untilan pupuk harus diletakkan secara hati-hati dan kendaraan angkut untilan pupuk harus berhenti. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan untuk seorang BM adalah 4.000 kg HK-1.

Pengeceran dan penaburan pupuk dilakukan oleh tenaga ecer dan tenaga tabur yang dikelompokkan dalam 1 kelompok kerja pemupukan (KKP). Tenaga ecer bertugas untuk mengambil untilan pupuk yang diletakkan di tempat peletakan pupuk (TPP) dengan menggunakan angkong dan mulai mengecer pupuk pada titik ecer yang telah ditentukan (Gambar 4a). Tenaga tabur bertugas untuk menaburkan seluruh pupuk teraplikasi tepat dosis ke setiap pokok (Gambar 4b) menggunakan `cepuk` yang telah dikalibrasi sebelumnya. Masing-masing penabur menabur pada 1 baris tanaman. Goni eks untilan yang telah selesai diaplikasikan, diletakkan pada pokok terakhir di pinggir CR. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan untuk seorang tenaga penabur yaitu 650 kg HK-1. Kegiatan pengeceran dan penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.

(35)

17

Aplikasi pupuk Urea dan MOP dilakukan pada piringan dengan jarak 1,5 - 2 m dari pokok terluar tanaman. Pupuk ZN, Borate, dan CuSO4 (pupuk mikro) diaplikasikan di sekeliling pokok dengan radius maksimum 1 meter dari pangkal pokok, dan pupuk RP diaplikasikan dengan cara ditaburkan keseluruh areal diluar dari lokasi penaburan pupuk Ca, B, CuSO4, Urea, dan MOP.

(a) (b)

Gambar 4. Kegiatan pemupukan BKLE : (a) pengeceran pupuk MOP, (b) penaburan pupuk MOP

Jangjang kosong (pupuk organik) diaplikasikan di pinggir pasar pikul tanaman dengan ukuran 2 m x 1 m (Gambar 5). Jangkos yang telah ditumpuk di pinggir CR dimuat ke dalam angkong dengan menggunakan gancu dan dibawa ke dalam blok untuk diaplikasikan. Dosis yang digunakan untuk aplikasi adalah 60 ton ha-1 atau sekitar 440 kg tanaman-1 tanaman menghasilkan (TM) dan 40 ton ha-1 atau sekitar 300 kg tanaman-1 untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Rotasi aplikasi jangkos di BKLE sebanyak 1,3 kali dalam setahun. Aplikasi jangkos dilakukan dengan sistem borongan. Target prestasi kerja 1 tenaga aplikasi jangkos dalam 1 hari adalah 0,5 ha. Upah yang diterima tenaga borongan disesuaikan dengan jumlah pokok yang mampu diaplikasikannya. Upah 1 pokok aplikasi sebesar Rp 2.700,00.

Gambar 5. Pasar pikul yang telah diaplikasikan janjang kosong

Hatch and Carry

Hatch and carry merupakan suatu metode pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) dengan menggunakan kotak sederhana. Pengembangbiakan ini bertujuan untuk membantu penyerbukan pada blok yang banyak terjadi masalah polinasi. Pakan yang diberikan sebagai sumber kumbang

(36)

penyerbuk adalah bunga jantan 4 hari setelah anthesis. Pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 6. Pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) : (a) kotak hatch and carry, (b) panen kumbang (Elaeidobius kamerunicus)

Pengendalian Hama Tanaman

Pengertian hama yaitu semua hewan perusak tanaman atau hasilnya yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Hama penting yang terdapat di BKLE dan perlu tindakan pengendalian yaitu tikus, tirathaba sp (ulat penggerek tandan buah), dan Oryctes rhinoceros (kumbang penggerek pucuk). Tikus dikendalikan dengan klerat. Dosis klerat yang digunakan 5 gram pokok-1. Klerat diletakkan pada piringan kelapa sawit. Prestasi atau standar norma kerja yang ditetapkan perusahaan adalah 5 ha HK-1. Pengendalian lain yang dilakukan yaitu dengan pemanfaatan burung hantu (Tyto alba). Tirathaba sp dikendalikan menggunakan bahan kimia Decis dengan konsentrasi 0,2 %. Penyemprotan dilakukan pada bunga dan buah yang terkena serangan.

Penimbangan Bobot Janjang Rata-Rata (BJR)

Penimbangan bobot janjang rata-rata (BJR) dilakukan untuk mengetahui BJR dalam 1 blok yang berguna sebagai informasi untuk mengestimasi produksi di bulan berikutnya dan sebagai evaluasi terhadap kegiatan pemeliharaan. Sensus BJR dilakukan oleh 3 orang yaitu 2 orang bertugas untuk menimbang bobot janjang dan 1 orang bertugas untuk mencatat (Gambar 7). Penimbangan BJR dilakukan mengikuti blok-blok yang dipanen pada hari tersebut. Alat yang digunakan untuk penimbangan BJR adalah timbangan 100 kg, karung eks pupuk, tali nilon serta format, dan alat tulis. Jumlah sampel penimbangan BJR sebanyak 20% dari total janjang yang diperkirakan panen pada hari tersebut.

Gambar 7. Timbang bobot janjang rata-rata di TPH divisi 3 3

(37)

19

Manajemen Kanopi

Kanopi merupakan mahkota pohon yaitu dahan-dahan atau pelepah-pelepah yang berdaun dan membentuk suatu tudung atau payung. Manajemen kanopi terdiri kegiatan sanitasi dan penunasan pokok (pruning). Sanitasi merupakan kegiatan membersihkan pokok dari pelepah-pelepah yang sudah kering dan menyentuh tanah, buah parthenocarpy, buah yang terserang penyakit, serta sampah-sampah di sekitar pokok. Tujuan kegiatan sanitasi adalah untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan kondisi tanaman/buah yang sehat. Standar norma kerja seorang tenaga sanitasi adalah 0,5 ha HK-1 atau 2 HKha-1.

Penunasan pokok atau pruning merupakan kegiatan pemotongan pelepah untuk mendapatkan jumlah pelepah yang optimum di setiap pokok kelapa sawit berdasarkan umur dan pertumbuhan tanaman. Jumlah pelepah optimum yang dipertahankan menurut SOP BGA dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman Umur TM Kebijakan Jumlah pelepah yang dipertahankan Jumlah pelepah spiral-1

Songgo Rotasi tahun-1

1-2 Penunasan periodik 48-56 pelepah 6-7 pelepah 3 1,3 x 3-4 Penunasan korektif 48-56 pelepah 6-7 pelepah 3 Sesuai kebutuhan jumlah pelepah ideal yang harus dipertahankan >4 Penunasan korektif 40-48 pelepah 5-6 pelepah 2

Keterangan : TM = Tanaman menghasilkan

Sumber : SOP BGA (2010)

Tujuan dilakukan penunasan pokok atau pruning yaitu untuk mempermudah

pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar penyerbukan alami, menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit, serta menghindari penguapan yang berlebihan pada musim kemarau.

Penunasan dilakukan dengan sistem penunasan korektif (corrective pruning). Penunasan dilakukan langsung oleh tenaga potong buah bersamaan dengan kegiatan potong buah dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang harus dipertahankan sesuai ketentuan leaf area index.

Penambahan tugas dan tanggung jawab pemeliharaan pelepah kepada tenaga potong buah akan diberikan kompensasi imbalan berupa premi sebesar Rp 600,00 pokok-1. Pola pengancakkan dalam kerja potong buah dapat sekaligus menjadi ancak penunasan.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma secara manual. Jenis pekerjaan pengendalian gulma secara manual di BKLE adalah garuk piringan, tarik goloran di pokok sawit, babat layang (slashing), dan dongkel anak kayu (DAK) atau membongkar tanaman penggangu. Garuk piringan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga piringan dalam kondisi bersih terutama dari brondolan busuk, anak sawit maupun

(38)

gulma lunak lainnya yang memiliki perakaran dangkal. Tarik goloran merupakan kegiatan pengendalian gulma merambat termasuk kacangan yang telah merambat naik melilit pokok hingga pelepah kelapa sawit dengan cara menarik dan memotong gulma dengan menggunakan parang dan arit. Gulma yang dikendalikan dengan tarik goloran adalah kacangan Mucuna bracteata (MB) dan

Micania micrantha. Babat layang merupakan kegiatan babat yang memotong atau menebas gulma dengan menggunakan parang tajam. Gulma yang dikendalikan dengan babat layang adalah Nephrolepis biserata dan Stenochlaena palustris

(pakis udang). Dongkel anak kayu (DAK) adalah kegiatan mendongkel atau mencabut anak kayu sampai ke akarnya dengan menggunakan alat cados (cangkul dodos kecil dengan lebar ± 14 cm) ataupun langsung menggunakan tangan. Gulma yang menjadi sasaran pengendalian kegiatan DAK adalah Melastoma malabathricum (senduduk atau senggani), Chromolaena odorata (putihan), Urena lubota (anggrung), Lantana camara (bunga tahi ayam), Vitex pinnata (laban),dan

Clidemia hirta (harendong atau akar kala) yang terdapat pada gawangan dan piringan kelapa sawit.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan oleh tim perawatan divisi 3 yang terdiri dari 19 tenaga kerja (TK) dengan 1 mandor perawatan. Teknis pelaksanaan pengendalian manual di lapang yaitu mandor perawatan membagikan ancak kepada karyawannya sesuai dengan luasan target yang akan dikerjakan. Pengancakan 1 pasar pikul dikerjakan oleh 2 karyawan. Hasil pengamatan prestasi tenaga kerja jenis pekerjaan piringan dan gawangan manual dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Prestasi kerja piringan manual

No Tanggal pengamatan Blok Norma kerja (ha HK-1) Jumlah TK Output (ha) Output (ha HK-1) 1 8-Mar-16 N029 0,56 6 3,50 0,58 2 18-Mar-16 O027 0,56 3 0,75 0,25 3 22-Mar-16 L029 0,56 2 1,00 0,50 4 28-Mar-16 O027 0,56 3 1,00 0,33 5 31-Mar-16 O030 0,56 1 1,00 1,00 Total 15 7,25 0,48

Sumber : Pengamatan penulis (2016)

Tabel 9. Prestasi kerja gawangan manual

No Tanggal pengamatan Blok Norma kerja (ha HK-1) Jumlah TK Output (ha) Output (ha HK-1) 1 1-Apr-16 P271 0,42 2 0,50 0,25 2 7-Apr-16 O027 0,42 2 1,00 0,50 3 16-Apr-16 O027 0,42 4 2,00 0,50 4 16-Mar-16 N029 0,42 3 1,50 0,50 5 17-Mar-16 N029 0,42 3 1,50 0,50 Total 14 6,50 0,46

Sumber : Pengamatan penulis (2016)

Norma kerja piringan dan gawangan manual berturut-turut adalah 1,8 HK ha-1 (0,56 ha HK-1) dan 2,4 HK ha-1 (0,42 ha HK-1) sesuai dengan rencana kerja

(39)

21

tahunan (RKT) 2016 BKLE. Realisasi target kerja jenis pekerjaan piringan dan gawangan manual di lapang disamaratakan yaitu 2 HK ha-1 (0,5 ha HK-1). Hasil pengamatan penulis terhadap rata-rata prestasi kerja karyawan untuk jenis pekerjaan piringan dan gawangan manual berturut-turut adalah 0,48 ha HK-1 dan 0,46 ha HK-1.

Pengendalian gulma secara chemist (semprot piringan, pasar rintis, dan TPH). Perencanaan semprot diawali dengan penyusunan `RKH Tim Unit Semprot` oleh asisten koordinator BGA Spraying System (BSS). Informasi yang diperoleh dari RKH berupa blok rencana semprot, luasan rencana semprot (LRS), golongan gulma sasaran pengendalian, spray factor (SF), jenis alat dan nozzle

yang digunakan, data kalibrasi nozzle,serta jenis dan kebutuhan herbisida yang dibutuhkan. Format RKH Tim Unit semprot dapat dilihat pada Lampiran 8.

Gulma sasaran pengendalian ditentukan berdasarkan hasil survei kerapatan gulma yang dilakukan oleh mandor BSS 1 hari sebelum rencana kegiatan semprot dilakukan. Survei dilakukan secara visual dengan sampel sebanyak 5 - 10 % dari LRS. Hasil survei kerapatan gulma beberapa blok rencana semprot di BKLE dapat dilihat pada Tabel 10. Dominansi gulma ke-1 dan ke-2 berturut-turut berasal dari golongan gulma berdaun lebar serta golongan gulma rumput dan teki-tekian. Tabel 10. Survei kerapatan gulma

Tanggal

survei Blok

Jenis gulma dominan Luas sampel (ha) Daun lebar (%) Rumput dan teki-tekian (%) Pakis (%) Anak kayu (%) 10-Feb-16 M29 2,00 60,63 23,13 11,38 4,88 11-Feb-16 L28 2,00 62,50 21,88 11,38 4,88 9-Mar-16 P27 1,50 65,00 20,83 9,00 5,17 10-Mar-16 P26 0,90 54,17 29,17 11,50 5,17 21-Mar-16 L26 2,00 61,88 23,75 9,50 4,88 Rata-rata 60,83 23,75 10,55 4,99

Sumber : Kantor BSS BKLE (2016)

Nisbah jumlah dominan (NJD). Hasil analisis vegetasi gulma di Bangun Koling Estate (BKLE) diperoleh komposisi gulma golongan rumput terdiri atas 1 famili dan 11 jenis gulma, teki-tekian terdiri atas 1 famili dan 4 jenis gulma, serta daun lebar terdiri atas 14 famili dan 20 jenis gulma. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam (TT) 2006 adalah Mucuna bracteata dengan NJD 24,94 %, TT 2007 adalah Mucuna bracteata dengan NJD 22,89 %, TT 2008 adalah

Centotheca lappaceae adalah 26,17 %, TT 2009 adalah Centotheca lappaceae

dengan NJD 25,38 %, TT 2010 adalah Ageratum conyzoides dengan NJD 29,75 %, dan TT 2011 adalah Brachiaria mutica dengan NJD 19,77 %. Tabel NJD dan jenis gulma dapat dilihat pada Lampiran 9.

Gulma golongan rumput tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2011 dengan jumlah 62,89 %. Gulma teki-tekian tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2011 dengan jumlah 6,76 %. Gulma berdaun lebar tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2010 dengan jumlah 75,38 %. Golongan gulma yang paling dominan dari 6 blok pengamatan analisis vegetasi termasuk ke dalam golongan gulma berdaun lebar.

(40)

Koefisien komunitas (indeks keseragaman). Keseragaman jenis dari vegetasi gulma tertinggi di BKLE dapat dilihat dari nilai koefisien komunitasnya atau nilai indeks keseragamannya dari tiap tahun tanam yang dibandingkan. Nilai koefisien komunitas tiap tahun tanam yang dibandingkan dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai koefisien komunitas tertinggi yang dibandingkan yaitu pada blok tahun tanam 2006 dan 2007 sebesar 74,84 % sedangkan nilai koefisien komunitas terendah yang dibandingkan yaitu pada blok tahun tanam 2009 dan 2011 sebesar 9,29 %.

Tabel 11. Koefisien komunitas vegetasi gulma di BKLE Tahun tanam 2007 2008 2009 2010 2011 --- % --- 2006 74,84 52,34 50,30 50,21 19,23 2007 - 62,90 52,52 47,31 26,03 2008 - - 72,08 48,57 18,04 2009 - - - 40,95 9,29 2010 - - - - 19,03

Sumber : Pengamatan penulis (2016)

Dendogram pada Gambar 8 menunjukkan jarak ketidaksamaan komunitas gulma berdasarkan hasil analisis gerombol. Komunitas gulma dibagi menjadi 4 kelompok atau cluster yaitu A, B, C, dan D. Kelompok A terdiri dari blok tahun tanam 2006 dan 2007, kelompok B terdiri atas blok tahun tanam 2008 dan 2009, kelompok C terdiri dari blok tahun tanam 2010, dan kelompok D terdiri dari blok tahun tanam 2011.

Gambar 8. Dendogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis cluster

Jarak ketidaksamaan terendah hingga tertinggi berturut-turut terdapat pada kelompok A sebesar 0,25, kelompok B sebesar 0,28, kelompok C dengan gabungan kelompok A dan B sebesar 0,50, dan kelompok D dengan gabungan kelompok A, B, dan C sebesar 0,74. Hal ini menunjukkan bahwa blok-blok yang memiliki keadaan vegetasi gulma yang paling homogen adalah blok tahun tanam 2006 dan 2007 yang terdapat pada kelompok A sedangkan blok-blok yang memiliki keadaan vegetasi yang paling heterogen adalah blok blok tahun tanam 2011 dan blok yang berada pada kelompok A. Kelompok A didominasi oleh

gulma Mucuna bracteata, kelompok B didominasi oleh gulma Centotheca

1

0,5

0

A

B

C

D

0,25

0,28

0,37

0,50

0,74

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Gambar

Tabel 1. Populasi per hektar per divisi BKLE
Tabel 3. Luas areal dan tata guna lahan BKLE
Gambar 2. Sensus BBC semester 2  Pemupukan
Tabel 5. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE 2016  Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti setiap butir pernyataan dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel (andal) atau dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian

Hasil pengamatan yang dapat dilihat pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pemberian sinbiotik melalui pakan memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap konversi pakan udang

(17) informasi dan dokumen lain yang memungkinkan Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal untuk dapat mengetahui profil calon Nasabah. 3) Calon Nasabah berupa lembaga

berlaku juga terhadap tindak pidana yang diatur dalam undang-undang di luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, kecuali undang- undang tersebut menentukan lain” (1)

bersamaan. Sebagai contoh : anda dapat menunjukkan bahwa sesuatu adalah sejenis dengan mengumpulkan mereka bersama di bawah judul, menampilkan mereka dengan gaya

DELETE FROM pegawai; -- Menghapus semua data dari tabel pegawai.

Deskripsi tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah bentuk soal cerita: (1)Kemampuan memahami masalah dimana siswa tingkat 1 belum mampu memahami masalah,

Alat yang dibuat adalah alat deposisi spin coating yang memiliki karakteristik tingkat akurasi keluaran yang tinggi lebih di atas 90%, variasi nilai kecepatan