• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen OLEH : SUSSANA NIM (Halaman 34-41)

A. Hasil

Hasil analisis kadar fosfat (PO4) dan amonia (NH3) pada limbah cair RSUD I. A. Moeis yang dilakukan oleh Laboratorium Tanah dan Air di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Fosfat (PO4) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis

Lama perlakukan Jumlah eceng gondok

3 rumpun 5 rumpun 7 rumpun

Sebelum perlakuan 69.33 mg/L 69.33 mg/L 69.33 mg/L

24 jam pertama 60.45 mg/L 58.77 mg/L 57.08 mg/L

24 jam kedua 57.35 mg/L 55.68 mg/L 54.09 mg/L

Sumber: Data Primer ( 2014 )

Tabel 2. Hasil Analisis kadar Amonia (NH3) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis

Lama perlakukan Jumlah eceng gondok

3 rumpun 5 rumpun 7 rumpun

Sebelum perlakuan 0.248 mg/L 0.248 mg/L 0.248 mg/L

24 jam pertama 0.208 mg/L 0.197 mg/L 0.167 mg/L

24 jam kedua 0.193 mg/L 0.185 mg/L 0.158 mg/L

Sumber: Data Primer ( 2014 )

Berdasarkan Tabel 1 dan 2 di atas, dapat dideskripsikan melalui grafik di bawah ini.

0 50 100

3 rumpun 5 rumpun 7 rumpun

kadar fospat ( mg/L)

PO

4 sebelum perlakuan 24 jam pertama 24 jam kedua

Gambar 1. Hasil Analisis Kadar Fosfat (PO4) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis

21 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3

3 rumpun 5 rumpun 7 rumpun

kadar amonia mg/L

NH

3

sebelum perlakuan 24 jam pertama 24 jam kedua

Gambar 2. Hasil Analisis Kadar Amonia (NH3) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis

B. Pembahasan 1. Fosfat (PO4)

Kadar fosfat limbah cair yang ambil di outlet (pembuangan akhir) menunjukan angka 69,33 mg/L. untuk ukuran kadar fosfat yang akan dilepaskan ke lingkungan bebas, kadar fosfat 69,33 mg/L sangat tinggi atau sangat jauh di atas baku mutu yaitu 2 mg/L. Sangat tingginya kadar fosfat ini diduga disebabkan oleh kurang maksimalnya pengolahan limbah cair oleh pihak rumah sakit. pada saat penelitian ini dilakukan (pengambilan sampel), ada beberapa peralatan pengolahan limbah tidak berfungsi dengan baik. Peralatan tersebut antara lain alat pencacah di bar screen, alat penyedot lumpur di bak sedimentasi, dan alat chlorinasi tank. Pada bak ini seharusnya terjadi proses desinfeksi yaitu membunuh bakteri dengan menggunakan kaporit yang fungsinya bisa menurunkan kadar fosfat dalam air,namun alat dalam bak tersebut rusak tidak dapat bekerja (mengaduk terus menerus) sec ara otomatis. Oleh pihak pengolah IPAL

22

rumah sakit, rusaknya fungsi otomatis alat diganti dengan cara pengadukan manual yang hanya dilakukan sekali saja (tidak secara terus menerus), sehingga kaporit mengendap dibagian bawah bak dan kerja desinfeksi tidak berjalan dengan baik.

Selanjutnya berdasarkan hasil uji sampel limbah cair setelah melakukan fitoremediasi menggunakan 3 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan lama waktu peletakan 24 jam pertama menunjukkan kadar fosfat 60,45 mg/L atau terjadi penurunan kadar fosfat sebesar 8,88 mg/L (13 %). Hasil uji menggunakan 5 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam waktu yang sama menunjukkan kadar fosfat 58,77 mg/L atau terjadi penurunan dari sampel awal (tanpa perlakukan) sebesar 10,56 mg/L (15 %). Sedangkan hasil uji menggunakan 7 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) masih diwaktu yang sama menunjukkan angka 57.08 mg/L atau turun 12.25 mg/L (18 %).

Sedangkan berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel

limbah cair rumah sakit RSUD I.A. Moeis dengan menggunakan 3 rumpun

tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam waktu peletakan 24 jam kedua (48 jam) peletakan, penurunan yang terjadi berkisar 11.98 mg/L (17 %). Untuk 5 rumpun eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan lama peletakan yang sama, terjadi penurunan sebesar 13,65 mg/L (20 %). Sedangkan dengan menggunakan 7 tumbuhan eceng gondok (Eichhornia

23

crassipes) juga masih dalam waktu yang sama, terjadi penurunan sebesar

15,24 mg/L (22 %).

Uraian data tersebut di atas menunjukkan bahwa proses fitoremediasi terjadi lebih baik pada penggunaan 7 tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan lama waktu peletakan 24 jam kedua (48 jam), dimana penurunan kadar fosfat paling tinggi yaitu sebesar 15,24 mg/L (22 %).

Hasil analisis terhadap kandungan kadar fosfat, menunjukkan bahwa peletakan menggunakan 7 rumpun eceng gondok (Eichhornia

crassipes) pada 24 jam pertama maupun 24 jam kedua, mampu

menurunkan kadar fosfat lebih baik dari yang menggunakan 3 dan 5 eceng gondok (Eichhornia crassipes). Dimana penurunan pada 24 jam pertama sebesar 18 % dan 24 jam kedua sebesar 22 %.

Hal ini disebabkan karena terdapatnya bakteri aktif pada akar-akar tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes), fitoremediasi fosfat dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat menyerap fosfat (PO4) dalam limbah cair yang tercemar. Pada proses fitoremediasi yang memegang peranan penting untuk mengurangi atau menyerap kandungan polutan dalam limbah cair adalah akar. Tumbuhan dapat menyerap kontaminan sedalam atau sejauh akar dapat tumbuh (Rock, 1977). Tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) memiliki akar yang cukup banyak dan panjang sehingga luas permukaan kontak antar air limbah dan akar semakin besar. Dengan demikian proses

24

penyerapannya semakin cepat dan efektif ( Wolvetron, 1987). Proses penurunan kadar zat pencemar dalam air limbah dengan menggunakan tumbuhan air merupakan kerja sama antara tumbuhan dan mikroba yang berasosiasi dengan tumbuhan tersebut. identifikasi mikroba pada akar tubuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) ditemukan 3 (tiga) jenis bakteri yang paling dominan pada akar tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes ) yaitu bacillus flexus, aeromonas hydrophila dan

bacillus brevis. Dimana bakteri ini selnya berbentuk bantang, gram

negative dan menghasilkan endospora (Metha, 2012).

2. Amonia (NH3)

Kadar amonia limbah cair yang ambil di outlet (pembuangan akhir) menunjukan angka kadar amonia (NH3) sebesar 0.248 mg/L. Untuk kadar amonia pada limbah cair yang siap dilepaskan ke lingkungan bebas, kandungan amonia sebesar 0,248 mg/L angka ini masih di atas baku mutu lingkungan yaitu sebesar 0,1 mg/L

Untuk sampel uji dengan perlakuan peletakan eceng gondok (Eichhornia crassipes) atau setelah melakukan fitoremediasi menggunakan 3 tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada peletakan 24 jam pertama, terjadi penurunan dari sampel awal 0.248 mg/L menjadi 0.208 mg/L atau penurunan yang terjadi sekitar 0.04 mg/L (16 %). Dengan menggunakan 5 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam waktu yang sama, terjadi penurunan sekitar 0.051 mg/L (21 %). Untuk peletakan menggunakan 7 rumpun tumbuhan eceng gondok

25

(Eichhornia crassipes) terjadi penurunan dari sampel awal sekitar 0.081 mg/L (33 %).

Sedangkan setelah melakukan fitoremediasi dengan menggunakan 3 tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam waktu peletakan 24 jam kedua (48 jam) terjadi penurunan dari sampel awal 0.248 mg/L menjadi 0.193 mg/L atau sekitar 22 %. (0.055 mg/L). Dengan menggunakan 5 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) penurunan yang terjadi sekitar 25 % (0.063 mg/L). Untuk 7 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) setelah fitoremediasi, kadar amonia turun menjadi 0,158 mg/L atau sekitar 37 %.

Menurut (Zaman dan Endro 2006), tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) mampu menurunkan konsentrasi amonia dalam air limbah rumah sakit secara signifikan. Lama kontak tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap konsentrasi amonia yang dihasilkan. Secara fisiologis eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat berperan secara tidak langsung dalam mengatasi bahan pencemar perairan karena dapat bertahan hidup dengan cara membentuk rumpun, oksigen hasil fotosintesis didaun dan tangkai daun di transfer ke akar yang permukaannya luas serta air disekitarnya ini membuat rizosfer menyediakan lingkungan mikro dengan kondusif bagi bakteri nitrit. Oleh karena itu aktivitas dekomposisi oleh bakteri jenis ini yaitu perubahan amonia menjadi nitrat lebih meningkat (Fitter dan Hay 1989 dalam Haryanti dkk 2012).

26

Hasil analisis terhadap kandungan amonia setelah melakukan fitoremediasi, menunjukkan bahwa peletakan menggunakan 7 rumpun eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada 24 jam pertama maupun 24 jam kedua, mampu menurunkan kadar amonia lebih baik dari yang menggunakan 3 dan 5 eceng gondok (Eichhornia crassipes), dimana terjadi penurunan masing-masing sebesar 33% dan 37 %.

Dengan demikian semakin lama peletakan dilakukan (paling tidak sampai batas waktu eceng gondok (Eichhornia crassipes) masih relatif segar) dan semakin banyak eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang digunakan, akan semakin baik efek proses fitoremediasinya mampu menurunkan kadar Fosfat (PO4) dan amonia (NH3), secara fisik keadaan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada peletakan 24 jam pertama masih segar baik yang 3, 5 maupun 7 rumpun tersebut. Pada 24 jam kedua (48 jam) peletakan, terjadi sedikit perubahan, dimana 1-2 helai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes) kelihatan agak menguning.

27

BAB V

Dalam dokumen OLEH : SUSSANA NIM (Halaman 34-41)

Dokumen terkait