• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH : SUSSANA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OLEH : SUSSANA NIM"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

FITOREMEDIASI FOSFAT (PO4) DAN AMONIA (NH3) DENGAN

MENGGUNAKAN TUMBUHAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

PADA LIMBAH CAIR RSUD I. A. MOEIS SAMARINDA

OLEH :

SUSSANA

NIM. 110500151

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2014

(2)

FITOREMEDIASI FOSFAT (PO4) DAN AMONIA (NH3) DENGAN

MENGGUNAKAN TUMBUHAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

PADA LIMBAH CAIR RSUD I. A. MOEIS SAMARINDA

OLEH :

SUSSANA

NIM. 110500151

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2014

(3)

FITOREMEDIASI FOSFAT (PO4) DAN AMONIA (NH3) DENGAN

MENGGUNAKAN TUMBUHAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

PADA LIMBAH CAIR RSUD I. A. MOEIS SAMARINDA

OLEH :

SUSSANA

NIM. 110500151

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2014

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Fitoremediasi Fosfat (PO4) dan Amonia (NH3)

dengan Menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok

(Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A.

Moeis Samarinda

Nama : Sussana

N I M : 110500151

Program Studi : Manajemen Lingkungan

Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing Erna Rositah,S.Hut,MP NIP. 19731128 199903 2 001 Penguji I, Adi Supriadi,S.Hut, M. Si NIP.19751007 200812 1 001 Penguji II, Fachruddin Azwari S.T. M. Si NIP. 19750521 200812 1 001 Menyetujui,

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan

Ir. Dadang Suprapto, MP. NIP. 19620101 198803 1 003

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005

(5)

ABSTRAK

SUSSANA. Fitoremediasi Fosfat (PO4) dan Amonia (NH3) dengan Menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis Samarinda (Di Bawah Bimbingan ERNA ROSITAH).

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas penurunan kadar fosfat (PO4) dan amonia (NH3) pada limbah cair RSUD I. A. Moeis sebelum dan setelah melalui perlakuan fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) masing-masing 3, 5 dan 7 rumpun, dengan lama waktu 24 jam pertama dan 24 jam kedua (48 jam). Penelitian ini menggunakan limbah cair RSUD I. A. Moeis dan dilaksanakan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu di Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca dan Laboratorium Tanah dan Air.

Penggunaan eceng gondok (Eichhornia crassipes ) 3, 5 dan 7 rumpun pada

waktu peletakan 24 jam pertama mampu menurunkan kadar fosfat (PO4) sebesar

13%, 15% dan 18%. Pada waktu peletakan 24 jam kedua terjadi penurunan

masing-masing sekitar 16%, 20% dan 22 %. Penurunan kadar amonia (NH3) dengan

menggunakan 3, 5 dan 7 rumpun eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan waktu peletakan 24 jam pertama mampu menurunkan kadar amonia sebesar 16%, 21% dan 33%. Sedangkan pada waktu peletakan 24 jam kedua terjadi penurunan masing-masing sebesar 22%, 25% dan 36%. semakin lama pengaplikasian dilakukan (paling tidak sampai batas waktu eceng gondok (Eichhornia crassipes) masih relatif segar) dan semakin banyak jumlah eceng gondok (Eichhornia

crassipes) yang digunakan, akan semakin baik kemampuan eceng gondok

(Eichhornia crassipes) dalam menurunkan kadar fosfat (PO4) dan amonia (NH3).

Kata kunci : fitoremediasi, eceng gondok (Eichhornia crassipes), fosfat (PO4),

(6)

RIWAYAT HIDUP

Sussana Lahir Pada Tanggal 13 Mei 1992 Nunukan,

Kalimantan Timur. Merupakan putri kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Ab. Rizal dan Ibu Mariani. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 003 Nunukan pada tahun 1998, lulus pada tahun 2003. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tana Lia lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tana Lia Kalimantan Timur dan memperoleh ijazah tahun 2009.

Pendididkan Tinggi penulis dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Pada Program Studi Manajemen Lingkungan.

Pada bulan Maret – Mei 2014 penulis mengikuti praktik kerja lapang di RSUD I. A. Moeis Samarinda Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan ilir Provinsi Kalimantan Timur.

Penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dengan sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. penulis menyusun karya ilmiah yang

berjudul Fitoremediasi Fosfat (PO4) dan Amonia (NH3) dengan Menggunakan

Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis Samarinda. Semoga karya ilmiah ini dapat bermamfaat dan dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara dan cuaca dan Laboratorium Tanah dan Air di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu dari bulan Juni – Juli 2014 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Lingkungan pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Erna Rositah S, Hut, MP selaku dosen pembimbing yang telah banyak

mengarahkan serta membimbing penulis selama pembuatan karya ilmiah ini.

2. Pihak rumah sakit yang telah memberikin izin dan membantu dalam

pengambilan sampel limbah cair.

3. Kepala laboratorium Tanah dan Air bapak Ir.Noorhamsyah, MP . beserta staf-stafnya .

4. Bapak Adi Supriadi S.Hut, M. Si selaku dosen penguji, I karya ilmiah. 5. Bapak Fachruddin Azwari S.T. M. Si selaku dosen penguji, II karya ilmiah.

6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

7. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen

Lingkungan.

8. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

9. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Manajemen

Lingkungan.

10. Keluarga tercinta Ayah dan Ibu untuk do’a dan kesabarannya yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun moril.

11. Rekan - rekan seperjuangan Manajemen Lingkungan angkatan 2011, Muhamad Ali, Rita Simon, Nelwan, Juliana, Indah Rika Mubaroqah, Rani, Rio, serta masih

(8)

banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, seperti kata pepatah mengatakan “TIADA GADING

YANG TAK RETAK” namun penulis berharap bahwa karya ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi mereka yang memerlukan dan dapat memberikan nilai lebih bagi pembacanya .

SUSSANA

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan... 2

C. Hasil yang diharapkan... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. Tinjauan Umum Tentang Limbah Cair... 3

B. Tinjauan Umum Tentang Fitoremediasi ... 10

C. Tinjauan Umum Tentang Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) ... 11

D. Tinjauan Umum Tentang Fospat (PO4) dan Amonia (NH3)... 13

E. Tinjauan Umum Tentang RSUD I. A. Moeis ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 18

A. Tempat Dan Waktu ... 18

B. Alat Dan Bahan Penelitian ... 18

C. Prosedur Penelitian ... 19

D. Analisis Data ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Hasil... 20

B. Pembahasan ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

A. Kesimpulan... 27

B. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Baku Mutu Limbah Cair Untuk Kegiatan Limbah Rumah Sakit ... 31 2. Hasil Uji Analisis Pada Laboratorium Tanah Dan Air ... 36

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Hasil Analisis Kandungan Fospat (PO4) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis... 20 2. Hasil Analisis Kandungan Amonia (NH3) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng

Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis... 20

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Alur Distribusi Air Limbah RSUD I. A. Moeis Samarinda ... 7

2. Bagan Alir Pengolahan Limbah Cair... 8

3. Hasil Analisis Kandungan Fospat Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis ... 21

4. Hasil Analisis Kandungan Amonia Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis ... 21

Lampiran 5. Lokasi Tempat Pengambilan Sampel Limbah Cair di RSUD I. A. Moeis 32

6. Pengambilan Sampel Limbah Cair di Outlet Pembuangan Akhir Limbah cair rumah sakit ... 32

7. Pengambilan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) ... 33

8. Ember-Ember Uji Yang Di Isi Limbah Cair masing-masing ± 5 Liter ... 33

9. Penempatan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) ... 34

10. Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) 24 Jam Pertama ... 34

11. Pengambilan Sampel Setelah 24 Jam Pertama... 35

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkum- pulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 ).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) I. A. Moeis adalah sebuah Rumah Sakit milik Pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang berlokasi di Jalan. H.A.M.M Rifaddin, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Loa Janan Ilir, Provinsi Kalimantan Timur. nama rumah sakit ini diambil dari nama Gubernur Kalimantan Timur definif pertama, yakni Inche Abdoel Moeis. rumah Sakit ini resmi dibuka tanggal 24 Januari 2007, berlabel Tipe C, dan mempunyai tujuh dokter spesialis, dua dokter gigi, dan 12 dokter umum. adapun tipe C adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas yang menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas. RSUD I. A. Moeis memiliki lima jenis ruang rawat inap, sepuluh kamar VIP dan Kelas II empat kamar, Kelas III 5 kamar dan Kelas III B 70 tempat tidur di dalam bangsal besar (Anonim, 2011).

Limbah medis adalah sampah yang berasal dari pelayanan medis, dan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung, masyarakat terutama petugas yang menanganinya. air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber

(14)

2

pencemaran air yang sangat potensial. hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikro-organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya. Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku, identifikasi dan perumusan masalah limbah rumah sakit mengandung bahan pencemar yang dapat membahayakan masyarakat sekitarnya (Giyatmi. 2003).

Parameter fosfat (PO4) dan amonia (NH3) yang terkandung dalam limbah cair RSUD I. A. Moeis melebihi baku mutu yang ditetapkan, tingginya kadar fosfat (PO4) mencapai 69.33 mg/L dan kadar amonia (NH3) 0,248 mg/L dari latar belakang dan identifikasi apakah kadar bahan pencemar fosfat (PO4) dan amonia (NH3) yang terkandung dalam limbah cair rumah sakit diturunkan sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan fosfat (PO4) 2 mg/L dan amonia (NH3) 0,1 mg/L.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat efektifitas penurunan kadar fosfat (PO4) dan amonia (NH3) pada limbah cair RSUD I. A. Moeis sebelum dan setelah melalui perlakuan fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes ).

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai alternatif untuk pengolahan limbah cair sederhana dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes).

(15)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Limbah Cair 1. Limbah cair

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 dinyatakan bahwa, Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia, limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan, tanaman, atau sayuran. keseimbangan lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil buangan tersebut melebihi ambang batas toleransi lingkungan. apabila konsentrasi dan kuantitas melibihi ambang batas, keberadaan limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik limbah, air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi : limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dan lainnya, air limbah laboratorium, bagian dari

(16)

4

hasil produksi yang pada umumnya dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang kurang baik, namun jika limbah tersebut dapat dimanfaatkan atau didaur ulang kembali menjadi produk yang sejenis atau jenis produk lainnya maka akan mempunyai nilai tambah (added value) yang sangat menguntungkan. dari semua kegiatan-kegiatan rumah sakit, menghasilkan berbagai macam limbah berupa benda cair, padat dan gas, Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah saki dan lain-lain.

Sesuai dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kota-kota besar semakin meningkatkan pendirian rumah sakit (RS). sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, klohera,

(17)

5

disentri, dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan (BAPEDAL, 1999).

1. Karakteristik limbah cair

a. Karakteristik fisika

Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter antaranya : 1. Total solid (TS)

2. Total suspended solid (TSS) 3. Warna

4. Kekeruhan 5. Temperatur 6. Bau

b. Karakteristik kimia

1. Biological oxygen demand (BOD) 2. Chemical oxygen demand (COD) 3. Dissolved oxygen (DO)

4. Derajat keasaman (PH) 5. Logam berat

c. Karakteristik biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih,parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

(18)

6

2. Dampak Limbah Cair Terhadap Kesehatan Lingkungan

Sebagian besar rumah sakit belum mengolah limbah medisnya dengan baik, proses pembuangan limbah cair yang mengandung bahan berbahaya beracun yang tidak memenuhi standar dapat mencemari lingkungan, air yang telah tercemar oleh senyawa organik maupun anorganik menjadi media berkembangnya berbagai penyakit dan penularan langsung melalui air (misalnya Hepatitis A, Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri, Ascariasis/Cacingan, dll).

Dampak pencemaran yang secara langsung dirasakan adalah : a. Timbulnya bau busuk karena degradasi limbah organik oleh

mikroorganisme.

b. Menimbulkan kesan kumuh dan kotor, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menjadi pusat perkembangbiakan Penyakit

c. Dampak pencemaran udara tidak hanya berakibat langsung terhadap kesehatan manusia, tetapi juga berpengaruh kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Komponen pencemar udara dapat berupa Karbon monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida (Nox). Karbon monoksida apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Konsentrasi gas Nitrogen Oksida yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf(Arifin.M, 2008).

(19)

7

3. Pengolahan Limbah Cair RSUD I. A. Moeis a. Alur Penampungan Limbah Cair

Untuk mengelola limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang sebelumnya telah ditampung pada setiap septic

tank yang akan dibuang ke lingkungan sehingga memenuhi baku

mutu yang dipersyaratkan.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Gambar 1. Alur Distribusi Air Limbah RSUD I. A. Moeis Samarinda

Ruang TU (Lantai II ) VIP Bangsal Mushola Farmasi Fisioterapi Apotik UGD Toilet Umum Kebidanan ICU/ICCU OK Loundry Unit Gizi Unit Bengkel

Unit Kamar Jenazah Ruang Perawatan: a. Kelas 1

b. Kelas 2 c. Kelas 3 Poli Klinik: a. Poli Umum

b. Poli Penyakit Dalam c. Poli Gigi d. Poli Anak e. Poli OBGYN f. Poli Bedah g. Poli THT h. Poli Mata

i. Poli Kulit dan Kelamin j.Laboratorium

k.Radiologi

Septick Tank III Septick Tank II

Septick Tank I

IPAL

(20)

8

Pemahaman alur distribusi yang dihasilkan di setiap ruangan yang ada di RSUD I. A. Moeis sangatlah penting agar dapat mengontrol limbah yang masuk ke dalam IPAL, sehingga tidak terjadi penyumbatan pada setiap septic tank yang dikarenakan oleh limbah padat yang dibuang melalui closet serta tidak terjadi pencemaran lingkungan karena tersumbatnya septic tank yang dapat menyebabkan terjadinya peluberan limbah cair.

b. Fungsi Bak Pada Instalasi Pengolahan Air Limbah

Selama melakukan observasi dan diskusi mengenai fungsi setiap bak yang terdapat pada Instalasi Pengolahan Air Limbah yang ada di RSUD I. A. Moeis, maka didapatkan skema alur limbah cair yang masuk dan limbah cair yang telah diolah dibuang ke saluran drainase, skema sebagai berikut :

INLET

Gambar 2. Bagan alir pengolahan limbah cair Bak Equalisasi

Bak Aerasi

Bak Lumpur Bak Sedimentasi

Bak Chlorinasi Aerasi

(21)

9

Instalasi Pengolahan Air Limbah meliputi: 1) Inlet/Bar Screen

Unit ini berfungsi sebagai saringan kasar, seperti kain, kaleng, plastik, kayu yang terbawa air limbah. bar screen hanya menahan kotoran-kotoran/limbah tersebut yang selanjutnya operator yang harus membersihkan.

2) Bak Equalisasi

Pada bak ini terjadi proses pemerataan awal dengan menambahkan udara pada bak. Selanjutnya dialirkan ke bak aerasi.

3) Bak Aerasi

Bak ini berfungsi untuk melarutkan udara ke dalam air agar bakteri yang ada menjadi aktif. Unit ini berupa bak dengan ukuran tertentu yang dilengkapi dengan alat-alat untuk melakukan aerasi, diffuser yang merupakan ujung dari pendistribusian oksigen (udara) dari blower. Bak aerasi ini harus mampu menampung air untuk berkontak dengan udara dengan waktu kontak/detensi yang cukup, serta jumlah udara yang cukup sehingga bakteri aerob mampu untuk menghancurkan zat-zat organik yang terdapat didalam air tersebut.

4) Bak Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan memanfaatkan gaya gravitasi. proses ini bertujuan untuk memperoleh air buangan yang jernih dan mempermudah proses penanganan lumpur. bak ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang datang dari bak aerasi untuk mempercepat proses pengendapan.

(22)

10

5) Bak Chlorinasi

Unit ini merupakan bak dengan peralatannya untuk melakukan proses desinfeksi, yaitu membunuh bakteri dengan menggunakan kaporit.

6) Aerasi

Pada bak aerasi, limbah cair dilakukan kembali dilakukan kontak dengan udara, namun pada bak ke dua, dilakukan kontak dengan udara secara langsung, ditempat yang terbuka.

7) Filter

Limbah cair yang berasal dari bak aerasi ke dua,dialirkan pada filter. filterisasi berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang sebelumnya tidak terendapkan pada bak sedimentasi. Hal ini dilakukan sebelum limbah cair dialirkan ke outlet.

8) Outlet

Outlet merupakan saluran pembuangan limbah cair yang telah diolah.

B. Tinjauan Umum tentang fitoremediasi

Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris phytoremediation kata ini sendiri tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton (tumbuhan) dan remediation yang berasal dari kata Latin remedium (menyembuhkan) dalam hal ini berarti juga "menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kesalahan atau kekurangan, dengan demikian fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai : penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik.

(23)

11

Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang bersifat biologi, yaitu pemanfaatan jasa tumbuhan hijau dan ataupun mikroorganisme yang berasosiasi, untuk mengurangi polutan lingkungan, baik pada air, tanah, maupun udara, baik yang disebabkan oleh polutan metal maupun organik.

Peran fitoremediasi yaitu merupakan teknologi yang relatif baru berkembang dan belum banyak mendapat perhatian di Indonesia, mengingat akan kekayaan hayati tumbuhan Indonesia yang besar serta iklim yang tropis, tentunya peranan tumbuhan untuk mengendalikan pencemaran perlu lebih dikaji lebih teliti dan diterapkan di Indonesia. fitoremediasi dapat memberikan keuntungan dan juga kerugian, keuntungan fitoremediasi adalah dapat bekerja pada senyawa organik dan anorganik, prosesnya dapat dilakukan secara insitu dan eksitu, mudah diterapkan dan tidak memerlukan biaya yang tinggi, teknologi yang ramah lingkungan dan bersifat estetik bagi lingkungan, serta dapat mereduksi kontaminan dalam jumlah yang besar. sedangkan kerugian fitoremediasi ini adalah prosesnya memerlukan waktu lama, bergantung kepada keadaan iklim, dapat menyebabkan terjadinya akumulasi logam berat pada jaringan dan biomasa tumbuhan, dan dapat mempengaruhi keseimbangan rantai makanan pada ekosistem. Selain itu, fitoremediasi belum bisa diterapkan pada semua lahan yang terkontaminasi, karena proses fitoremediasi tergantung kepada kedalaman dan kemampuan akar dalam menyerap polutan (Anonimous, 1999b).

C. Tinjauan Umum Tentang Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) pertama kali ditemukan secara

(24)

12

tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. eceng gondok (Eichhornia crassipes) memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan eceng gondok (Eichhornia

crassipes) dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.

Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan akuatik yang secara teroritis dapat menyerap air dan unsur yang terdapat didalamnya sehingga dapat digunakan sebagai bioindikator dalam penyebaran radionuklida dan depolutan pada limbah radiaktif, tumbuhan ini pertumbuhannya cepat, daya toleransinya tinggi, dapat tumbuh dengan baik pada limbah dapat mengakumulasi logam dengan cepat, eceng gondok (Eichhornia crassipes) hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. tidak mempunyai batang, daunnya tunggal dan berbentuk oval, ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung, bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam, buahnya berwarna hijau, akarnya merupakan akar serabut (anonim 2011).

Eceng gondok (Eichornia crassipes) berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya memiliki kemampuan untuk mengolah limbah, baik itu berupa logam berat, zat organik maupun anorganik. eceng gondok (Eichhornia crassipes) mampu menyerap polutan dalam waktu 24 jam, setiap batang eceng gondok (Eichhornia

(25)

13

2006), selain itu akar tanaman ini juga dapat menghasilkan zat alleopathy yang mengandung zat antibiotoka dan juga mampu membunuh bakteri coli, eceng gondok (Eichhornia crassipes) juga mampu menjernihkan atau menurunkan kekeruhan suatu perairan hingga 120 mg perliter silika selama 48 jam sehingga cahaya matahari dapat menembus perairan dan dapat meningkatkan produktivitas perairan melalui proses fotosintesis bagi tanaman air lainnya, Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok (Eichhornia crassipes) dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida, contohnya residu 2.4-D dan paraquat. akar dari tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia buatan industri.

Penelitian lainya (Romadhony & Joko Sutrisno 2012) sebelumnya menggunakan metode eksperimen yaitu mengetahui pengaruh waktu yang optimum

untuk menurunkan konsentrasi amonia (NH3) dan fosfat (PO4) dengan tanaman

eceng gondok (Eichornia Crassipes). variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah waktu 24 jam dan 10 jam dengan sistem aliran kontinyu dengan sistem

hidroponik, dari hasil penelitian ini waktu 24 jam dapat menurunkan kandungan

Amonia (NH3) sebesar 95,5 – 97,3%, dan kandungan fosfat (PO4) sebesar 88,8 – 90 %, pada reaktor waktu 10 jam dapat menurunkan kandungan amonia (NH3) sebesar 34 – 60 %, dan kandungan fosfat (PO4) 71 – 88,5 %. Untuk itu disarankan yang paling optimum adalah dengan waktu 24 jam.

(26)

14

D. Tinjauan Umum Tentang Fosfat (PO4) dan Amonia (NH3)

a. Fosfat (PO4)

Fosfat (PO4) adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosfor dan empat oksigen, dalam bentuk ionic fosfat (PO4) membawa sebuah -3 muatan formal dan dinotasikan PO43-. fosfor merupakan salah satu bahan kimia yang sangat penting bagi mahluk hidup,

fosfor terdapat di alam dalam dua bentuk yaitu senyawa fosfat organik dan

senyawa fosfat anorganik. senyawa fosfat organik terdapat pada tumbuhan dan hewan, sedangkan senyawa fosfat anorganik terdapat pada air dan tanah dimana fosfat ini terlarut di air tanah maupun air laut yang terkikis dan mengendap di sedimen. Fosfor juga merupakan faktor pembatas Perbandingan fosfor dengan unsur lain dalam ekosistem air lebih kecil daripada dalam tubuh organisme hidup, diduga bahwa fosfor merupakan nutrien pembatas dalam eutrofikasi misalnya konsentrasi nitrat yang tinggi tanpa percepatan eutrofikasi asalkan fosfat sangat rendah, unsur fosfor dalam fosfat sangat berguna bagi tumbuhan karena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Pada tanaman jika terjadi kekurangan unsur ini, maka gejala yang tampak pada tanaman adalah daun berubah tua agak kemerahan, pada cabang, batang, dan tepi daun berwarna merah unggu yang lambat laun berubah menjadi kuning, pada buah tampak kecil dan cepat matang (Anonim, 2013).

(27)

15

b. Amonia (NH3)

Amonia (NH3) adalah gas tak berwarna baunya menusuk, terdiri atas unsur nitrogen (N) dan hidrogen (H) mudah sekali larut dalam air, berbahaya bagi kesehatan karena bisa berakibat kematian, walaupun

amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi,

amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Pada umumnya amonia tidak mudah terbakar, tetapi apabila campuran udara dan amonia dalam ruangan 13-27% maka akan meledak dan terbakar. amonia dapat terbakar pada daerah mudah terbakar : 16-25

% (LFL-UFL). Suhu kamar : 651 oC. amonia juga dapat menjadi korosif

apabila terkena tembaga dan timah. selain itu amonia 0,2% sampai dengan 0,3% dari volume ruangan menyebabkan kematian. konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyababkan kematian ikan, udang, dan binatang air lainnya yang terdapat pada perairan tersebut Kadar amoniak yang tinggi pada air sungai menunjukkan adanya pencemaran, akibatnya rasa air sungai kurang enak dan berbau. pada air minum kadar amonia harus nol dan pada air sungai di bawah 0,5 mg/L. amonia cair dapat menyebabkan kulit melepuh seperti luka bakar dan juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan. bahkan bisa menyebabkan mual, muntah dan pingsan. penggunaan amonia dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit kanker karena amonia bersifat karsinogenik atau bahan yang dapat menimbulkan kanker. Amonia juga merupakan senyawa kimia yang cukup terkenal bagi dunia kecantikan

(28)

16

khususnya rambut yang digunakan sebagai bahan campuran dari pewarna untuk membuat cat rambut, pelurusan rambut yang dapat menyebabkan rambut menjadi kering, kasar, pecah-pecah, kusam dan rusak. amonia cair terkenal dengan sifat keterlarutannya dapat melarutkan logam alkali dengan mudah untuk membentuk larutan yang berwarna dan boleh mengalirkan elektrik dengan baik (Anonim, 2013).

E. Tinjauan Umum RSUD I. A. Moeis

Rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang mempunyai potensi besar menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, terutama yang berasal dari aktivitas medis. sampah rumah sakit dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah medis dan sampah non medis. untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan perlu adanya langkah-langkah penanganan dan pemantauan lingkungan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan, berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E (Depkes ,RI 2004).

RSUD I. A. Moeis nama rumah sakit ini diambil dari nama Gubernur Kalimantan Timur pertama, yakni Inche Abdoel Moeis. merupakan rumah sakit umum daerah dengan klasifikasi/kelas C yang resmi dibuka oleh Pemerintah Kota

(29)

17

Samarinda pada tanggal 24 Januari 2007 yang berlokasi di Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir Kota Samarinda Propinsi Kalimantan Timur seluas ± 124.000 m2 dengan luas bangunan 12.175,06 m2 yang terdiri dari dua lantai dan kapasitas tempat tidur adalah 142 tempat tidur. selama tujuh tahun berjalan, RSUD I. A. Moeis dalam melakukan pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat mengembangkan atau menambah kapasitas pelayanan rumah sakit, RSUD I. A. Moeis dalam melakukan pelayanan, terbagi menjadi dua yaitu pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik. jenis pelayanan medik meliputi Instalasi Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU),Operation Kammer/Kamar Bedah (OK), Kebidanan, Rawat Inap, Fisioterapi, Pemulasaran Jenazah dan Poliklinik sedangkan jenis pelayanan penunjang medik meliputi Radiologi, Farmasi, Laboratorium, Rekam Medik, Gizi dan Laundry.

Ruang perawatan yang tersedia pada RSUD I. A. Moeis terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu Ruang Mahakam (VIP) terdiri dari 10 tempat tidur dengan fasilitas AC, televisi, kulkas dan 1 tempat tidur untuk penunggu pasien di setiap ruangan, Ruang Karang Mumus (Kelas I, II dan III) terdiri dari 61 tempat tidur dengan fasilitas yang berbeda disetiap kelasnya yaitu AC, televisi, dan kipas angin, Ruang Karang Asam (Bangsal) terdiri dari 67 tempat tidur dengan fasilitas kipas angin serta Ruang ICU/ICCU terdiri dari 4 tempat tidur.

Sumber air yang digunakan RSUD I. A. Moeis Samarinda adalah PDAM. sedangkan daya listrik yang digunakan sebesar 240.000 VA dan generator adalah 450 KV serta sarana komunikasi yaitu telepon central 2 induk dengan ± 100 pesawat telepon, Status kepegawaian di RSUD I. A. Moeis Samarinda adalah 132 orang

(30)

18

Pegawai Negeri Sipil dan 264 orang Non Pegawai Negeri Sipil. Dalam melakukan pengolahan limbah medis rumah sakit, terdapat beberapa limbah yang diambil atau dikelola oleh pihak ketiga yang telah bekerjasama dengan pihak rumah sakit, Dalam melakukan pengelolaan limbah, pihak rumah sakit bekerja sama dengan pihak ketiga (Anonim, 2011).

(31)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Pengambilan sampel limbah cair dilakukan di RSUD I. A. Moeis dan pengambilan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dilakukan di Sungai Keledang Samarinda Seberang. penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu di Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca dan Laboratorium Tanah dan Air.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung sejak Bulan Juni - Juli 2014 yang meliputi tahapan orientasi lapangan, studi pustaka, pengambilan data lapangan, dokumentasi, pengolahan data dan penulisan karya ilmiah.

B. Alat dan Bahan Penelitian 1) Alat

1. Jerigen

2. Ember-ember uji

3. Botol air mineral bekas 330 ml

4. ATK , untuk penulisan pada proses penelitian

5. Kamera , untuk mengambil gambar pada saat melakukan penelitian

2) Bahan

(32)

19

2) Tumbuhan Eceng gondok (Eichhornia crassipes)

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut : 1. Persiapan Penelitian

Mempersiapkan alat dan bahan penelitian untuk pengambilan sampel limbah cair di RSUD I. A. Moeis dan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia

crassipes).

2. Pengambilan Sampel Penelitian

a. Pengambilan Sampel limbah cair di RSUD I. A. Moeis sebanyak 20 Liter. b. Sampel limbah cair dibagi kedalam 3 (tiga) ember masing-masing (± 5 L). c. Masing-masing ember diletakan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia

crassipes) dengan jumlah yang berbeda-beda yaitu 3, 5 dan 7 rumpun.

d. Setelah diletakan 24 jam pertama air sampel dari ke 3 ember tersebut diambil (pada pukul 14.00 wita) dengan mengunakan botol aqua bekas sebanyak 330 ml dan kemudian dibawa ke laboratorium Tanah dan Air untuk diuji kandungan fosfat (PO4) dan amonia (NH3) nya.

e. Pada 24 jam kedua (48 jam) sampel air dari ke 3 ember yang sama diambil (pada pukul 14.00 wita) dengan mengunakan botol aqua bekas sebanyak 330 ml untuk dilakukan pengujian yang sama.

D. Analisis Data

Data yang yang diperoleh dari hasil uji laboratorium dianalisis dengan

menggunakan komparasi (perbandingan) sederhana kadar fosfat (PO4) dan

(33)

20

efektifitas eceng gondok dalam menurunkan kadar fosfat (PO4) dan amonia

(NH3).

(34)

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil analisis kadar fosfat (PO4) dan amonia (NH3) pada limbah cair RSUD I. A. Moeis yang dilakukan oleh Laboratorium Tanah dan Air di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Fosfat (PO4) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis

Lama perlakukan Jumlah eceng gondok

3 rumpun 5 rumpun 7 rumpun

Sebelum perlakuan 69.33 mg/L 69.33 mg/L 69.33 mg/L

24 jam pertama 60.45 mg/L 58.77 mg/L 57.08 mg/L

24 jam kedua 57.35 mg/L 55.68 mg/L 54.09 mg/L

Sumber: Data Primer ( 2014 )

Tabel 2. Hasil Analisis kadar Amonia (NH3) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis

Lama perlakukan Jumlah eceng gondok

3 rumpun 5 rumpun 7 rumpun

Sebelum perlakuan 0.248 mg/L 0.248 mg/L 0.248 mg/L

24 jam pertama 0.208 mg/L 0.197 mg/L 0.167 mg/L

24 jam kedua 0.193 mg/L 0.185 mg/L 0.158 mg/L

Sumber: Data Primer ( 2014 )

Berdasarkan Tabel 1 dan 2 di atas, dapat dideskripsikan melalui grafik di bawah ini.

0 50 100

3 rumpun 5 rumpun 7 rumpun

kadar fospat ( mg/L)

PO

4 sebelum perlakuan 24 jam pertama 24 jam kedua

Gambar 1. Hasil Analisis Kadar Fosfat (PO4) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis

(35)

21 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3

3 rumpun 5 rumpun 7 rumpun

kadar amonia mg/L

NH

3

sebelum perlakuan 24 jam pertama 24 jam kedua

Gambar 2. Hasil Analisis Kadar Amonia (NH3) Fitoremediasi Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Pada Limbah Cair RSUD I. A. Moeis

B. Pembahasan 1. Fosfat (PO4)

Kadar fosfat limbah cair yang ambil di outlet (pembuangan akhir) menunjukan angka 69,33 mg/L. untuk ukuran kadar fosfat yang akan dilepaskan ke lingkungan bebas, kadar fosfat 69,33 mg/L sangat tinggi atau sangat jauh di atas baku mutu yaitu 2 mg/L. Sangat tingginya kadar fosfat ini diduga disebabkan oleh kurang maksimalnya pengolahan limbah cair oleh pihak rumah sakit. pada saat penelitian ini dilakukan (pengambilan sampel), ada beberapa peralatan pengolahan limbah tidak berfungsi dengan baik. Peralatan tersebut antara lain alat pencacah di bar screen, alat penyedot lumpur di bak sedimentasi, dan alat chlorinasi tank. Pada bak ini seharusnya terjadi proses desinfeksi yaitu membunuh bakteri dengan menggunakan kaporit yang fungsinya bisa menurunkan kadar fosfat dalam air,namun alat dalam bak tersebut rusak tidak dapat bekerja (mengaduk terus menerus) sec ara otomatis. Oleh pihak pengolah IPAL

(36)

22

rumah sakit, rusaknya fungsi otomatis alat diganti dengan cara pengadukan manual yang hanya dilakukan sekali saja (tidak secara terus menerus), sehingga kaporit mengendap dibagian bawah bak dan kerja desinfeksi tidak berjalan dengan baik.

Selanjutnya berdasarkan hasil uji sampel limbah cair setelah melakukan fitoremediasi menggunakan 3 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan lama waktu peletakan 24 jam pertama menunjukkan kadar fosfat 60,45 mg/L atau terjadi penurunan kadar fosfat sebesar 8,88 mg/L (13 %). Hasil uji menggunakan 5 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam waktu yang sama menunjukkan kadar fosfat 58,77 mg/L atau terjadi penurunan dari sampel awal (tanpa perlakukan) sebesar 10,56 mg/L (15 %). Sedangkan hasil uji menggunakan 7 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) masih diwaktu yang sama menunjukkan angka 57.08 mg/L atau turun 12.25 mg/L (18 %).

Sedangkan berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel

limbah cair rumah sakit RSUD I.A. Moeis dengan menggunakan 3 rumpun

tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam waktu peletakan 24 jam kedua (48 jam) peletakan, penurunan yang terjadi berkisar 11.98 mg/L (17 %). Untuk 5 rumpun eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan lama peletakan yang sama, terjadi penurunan sebesar 13,65 mg/L (20 %). Sedangkan dengan menggunakan 7 tumbuhan eceng gondok (Eichhornia

(37)

23

crassipes) juga masih dalam waktu yang sama, terjadi penurunan sebesar

15,24 mg/L (22 %).

Uraian data tersebut di atas menunjukkan bahwa proses fitoremediasi terjadi lebih baik pada penggunaan 7 tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan lama waktu peletakan 24 jam kedua (48 jam), dimana penurunan kadar fosfat paling tinggi yaitu sebesar 15,24 mg/L (22 %).

Hasil analisis terhadap kandungan kadar fosfat, menunjukkan bahwa peletakan menggunakan 7 rumpun eceng gondok (Eichhornia

crassipes) pada 24 jam pertama maupun 24 jam kedua, mampu

menurunkan kadar fosfat lebih baik dari yang menggunakan 3 dan 5 eceng gondok (Eichhornia crassipes). Dimana penurunan pada 24 jam pertama sebesar 18 % dan 24 jam kedua sebesar 22 %.

Hal ini disebabkan karena terdapatnya bakteri aktif pada akar-akar tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes), fitoremediasi fosfat dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat menyerap fosfat (PO4) dalam limbah cair yang tercemar. Pada proses fitoremediasi yang memegang peranan penting untuk mengurangi atau menyerap kandungan polutan dalam limbah cair adalah akar. Tumbuhan dapat menyerap kontaminan sedalam atau sejauh akar dapat tumbuh (Rock, 1977). Tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) memiliki akar yang cukup banyak dan panjang sehingga luas permukaan kontak antar air limbah dan akar semakin besar. Dengan demikian proses

(38)

24

penyerapannya semakin cepat dan efektif ( Wolvetron, 1987). Proses penurunan kadar zat pencemar dalam air limbah dengan menggunakan tumbuhan air merupakan kerja sama antara tumbuhan dan mikroba yang berasosiasi dengan tumbuhan tersebut. identifikasi mikroba pada akar tubuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) ditemukan 3 (tiga) jenis bakteri yang paling dominan pada akar tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes ) yaitu bacillus flexus, aeromonas hydrophila dan

bacillus brevis. Dimana bakteri ini selnya berbentuk bantang, gram

negative dan menghasilkan endospora (Metha, 2012).

2. Amonia (NH3)

Kadar amonia limbah cair yang ambil di outlet (pembuangan akhir) menunjukan angka kadar amonia (NH3) sebesar 0.248 mg/L. Untuk kadar amonia pada limbah cair yang siap dilepaskan ke lingkungan bebas, kandungan amonia sebesar 0,248 mg/L angka ini masih di atas baku mutu lingkungan yaitu sebesar 0,1 mg/L

Untuk sampel uji dengan perlakuan peletakan eceng gondok (Eichhornia crassipes) atau setelah melakukan fitoremediasi menggunakan 3 tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada peletakan 24 jam pertama, terjadi penurunan dari sampel awal 0.248 mg/L menjadi 0.208 mg/L atau penurunan yang terjadi sekitar 0.04 mg/L (16 %). Dengan menggunakan 5 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam waktu yang sama, terjadi penurunan sekitar 0.051 mg/L (21 %). Untuk peletakan menggunakan 7 rumpun tumbuhan eceng gondok

(39)

25

(Eichhornia crassipes) terjadi penurunan dari sampel awal sekitar 0.081 mg/L (33 %).

Sedangkan setelah melakukan fitoremediasi dengan menggunakan 3 tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam waktu peletakan 24 jam kedua (48 jam) terjadi penurunan dari sampel awal 0.248 mg/L menjadi 0.193 mg/L atau sekitar 22 %. (0.055 mg/L). Dengan menggunakan 5 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) penurunan yang terjadi sekitar 25 % (0.063 mg/L). Untuk 7 rumpun tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) setelah fitoremediasi, kadar amonia turun menjadi 0,158 mg/L atau sekitar 37 %.

Menurut (Zaman dan Endro 2006), tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) mampu menurunkan konsentrasi amonia dalam air limbah rumah sakit secara signifikan. Lama kontak tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap konsentrasi amonia yang dihasilkan. Secara fisiologis eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat berperan secara tidak langsung dalam mengatasi bahan pencemar perairan karena dapat bertahan hidup dengan cara membentuk rumpun, oksigen hasil fotosintesis didaun dan tangkai daun di transfer ke akar yang permukaannya luas serta air disekitarnya ini membuat rizosfer menyediakan lingkungan mikro dengan kondusif bagi bakteri nitrit. Oleh karena itu aktivitas dekomposisi oleh bakteri jenis ini yaitu perubahan amonia menjadi nitrat lebih meningkat (Fitter dan Hay 1989 dalam Haryanti dkk 2012).

(40)

26

Hasil analisis terhadap kandungan amonia setelah melakukan fitoremediasi, menunjukkan bahwa peletakan menggunakan 7 rumpun eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada 24 jam pertama maupun 24 jam kedua, mampu menurunkan kadar amonia lebih baik dari yang menggunakan 3 dan 5 eceng gondok (Eichhornia crassipes), dimana terjadi penurunan masing-masing sebesar 33% dan 37 %.

Dengan demikian semakin lama peletakan dilakukan (paling tidak sampai batas waktu eceng gondok (Eichhornia crassipes) masih relatif segar) dan semakin banyak eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang digunakan, akan semakin baik efek proses fitoremediasinya mampu menurunkan kadar Fosfat (PO4) dan amonia (NH3), secara fisik keadaan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada peletakan 24 jam pertama masih segar baik yang 3, 5 maupun 7 rumpun tersebut. Pada 24 jam kedua (48 jam) peletakan, terjadi sedikit perubahan, dimana 1-2 helai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes) kelihatan agak menguning.

(41)

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kadar fosfat (PO4) dan amonia (NH3) pada limbah cair RSUD I. A. Moeis yang dilepaskan kelingkungan bebas sebesar 69.33 mg/L dan 0,248 mg/L yang masih sangat jauh dari baku mutu limbah cair untuk kegiatan rumah sakit yaitu 2 mg/L dan 0,1 mg/L.

2. Penggunaan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) 3, 5 dan 7 rumpun pada waktu peletakan 24 jam pertama mampu menurunkan kadar fosfat (PO4) sebesar 13%, 15% dan 18%. Pada waktu peletakan 24 jam kedua (48 jam) terjadi penurunan masing-masing sekitar 16%, 20% dan 22%.

3. Penurunan kadar amonia (NH3) dengan menggunakan 3, 5 dan 7 rumpun eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan waktu peletakan 24 jam pertama mampu menurunkan kadar amonia sebesar 16%, 21% dan 33%. Sedangkan pada waktu peletakan 24 jam kedua (48 jam) terjadi penurunan masing-masing sebesar 22%, 25% dan 36%.

4. Semakin lama pengaplikasian dilakukan (paling tidak sampai batas waktu eceng gondok (Eichhornia crassipes) masih relatif segar) dan semakin banyak jumlah eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang digunakan, akan semakin baik kemampuan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam menurunkan kadar fosfat (PO4) dan amonia (NH3).

(42)

28

5. Secara fisik keadaan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada peletakan 24 jam pertama masih segar baik yang 3, 5 maupun 7 rumpun tersebut. Pada 24 jam kedua (48 jam) peletakan, terjadi sedikit perubahan, dimana 1-2 helai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes) kelihatan agak menguning.

B. Saran

1. Pihak RSUD I. A. Moeis sebaikya lebih serius dalam menangani dan

mengelolah IPAL, khususnya terhadap peralatan-peralatan yang tidak berfungsi/rusak agar proses pengolahan limbah cair berjalan dengan baik dan benar sesuai prosedur, sehingga Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan analisis dan uji statistik guna mengetahui sampai sejauh mana penggunaan volume eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan lama waktu proses fitoremediasi berpengaruh secara signifikan.

(43)

31

Lampiran 1

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TANGGAL 21 DESEMBER 1995 BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

NO Parameter Kadar

Maksimum Metode uji

A FISIKA

1 SUHU Alami ± 3 OC SNI 06-6989.23-2005

B KIMIA 1 pH 6 - 9 SNI 06-6989. 11-2004 2 BOD5 30 mg/L SNI 6989. 72-2009 3 COD 80 mg/L SNI 6989. 73-2009 4 TSS 30 mg/L SNI 06-6989. 27-2005 5 AMONIA (NH3) 0,1 mg/L SNI 06-6989. 30-2005

6 FOSF AT (PO4) 2 mg/L SNI 06-6989. 31-2005

C MIKROBIOLOGI

1 Kuman Golongan Koli Mpn/100 ml 10.000 Standard method atau APHA D RADIOAKTIVITAS 1 32 P 7 × 102 Bq/L Geiger Counter 2 35 S 2 × 103 Bq/L Geiger Counter 3 45 Ca 3 × 102 Bq/L Geiger Counter 4 51 Cr 7 × 104 Bq/L Geiger Counter 5 67 Ga 1 × 103 Bq/L Geiger Counter 6 85 Sr 4 × 103 Bq/L Geiger Counter 7 99 Mo 7 × 103 Bq/L Geiger Counter 8 113 Sn 3 × 103 Bq/L Geiger Counter 9 125 I 1 × 104 Bq/L Geiger Counter 10 131 I 7 × 104 Bq/L Geiger Counter 11 192 Ir 1 × 104 Bq/L Geiger Counter 12 201 TI 1 × 105 Bq/L Geiger Counter

Menteri Negara Lingkungan Hidup, Ttd.

Sarwono Kusumaatmadja

Salinan sesuai aslinya

Asisten IV Menteri Negara Lingkungan Hidup

Bidang Pengembangan Pengawasan dan Pengendalian

(44)

32

Lampiran 2 Gambar-Gambar Penelitian

Gambar 1. Lokasi Tempat Pengambilan Sampel Limbah Cair di RSUD I. A. moeis

Gambar 2. Pengamb ilan Sampel Limbah Cair di Outlet Pembuangan Akhir Limbah Cair Rumah Sakit

(45)

33

Gambar 3. Pengambilan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

(46)

34

Gambar 5. Penempatan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

(47)

35

Gambar 7. Pengambilan Sampel Setelah 24 Jam Pertama

Gambar

Gambar  2. Bagan alir pengolahan limbah cair Bak Equalisasi
Gambar 1. Hasil Analisis Kadar  Fosfat  (PO 4 )  Fitoremediasi  Tumbuhan  Eceng  Gondok (Eichhornia crassipes)  Pada Limbah Cair RSUD I
Gambar 4. Ember-Ember Uji Yang di Isi Limbah Cair masing-masing  ± 5  Liter
Gambar 5. Penempatan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk Mengetahui Pengaruh Pemberian Reward terhadap Minat Belajar Siswa Kelas VII SMP PGRI 1

Hal ini sesuai dengan nilai Indeks LG pada tingkat kepentingan sebesar 4,49, yang artinya bahwa menurut pakar untuk memiliki daya saing SMEs cokelat bean to

Dari hasil analisis yang ditunjukkan dalam penelitian ini maka dapat disimpulan sebagai berikut pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI: Pertama,

Dari hasil penelitian tersebut, maka berarti penelitian dengan metode ini memberikan hasil dimana H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya adalah risiko sistematis

Keyakinan kepada Allah ditunjukkan oleh tokoh Baraah, Bibi, Dinia, Mama, dan Bu Fateema dengan selalu mempercayai semua yang telah ditakdirkan oleh Allah, sebagai muslim

Lalu, pada saat yang bersamaan juga, Iman Katolik juga merefleksikan demikian, “namun, rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta … sebab mereka yang

Dosis aman pada pemberian ekstrak air daun katuk Sauropus androgynous yaitu dosis 45 mg/kgBB sampai dengan dosis 60 mg/kgBB tidak menimbulkan efek toksik secara subkronik terhadap

Faktor Pengkayaan Dan Indeks Geoakumulasi Perhitungan Indeks geoakumulasi (Igeo) rata-rata seluruh sampel dihitung dengan cara memasukan nilai rata-rata tiap unsur