• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Toksisitas subkronik ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin serum dan histologi hepar tikus (Rattus norvegicus) betina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Toksisitas subkronik ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin serum dan histologi hepar tikus (Rattus norvegicus) betina"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)UJI TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK AIR DAUN KATUK (Sauropus androgynous) TERHADAP KADAR BILIRUBIN SERUM DAN HISTOLOGI HEPAR TIKUS (Rattus norvegicus) BETINA. SKRIPSI. Oleh: ARIEK DIFA ROFIQOH NIM.11620020. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2015.

(2) UJI TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK AIR DAUN KATUK (Sauropus androgynous) TERHADAP KADAR BILIRUBIN SERUM DAN HISTOLOGI HEPAR TIKUS (Rattus norvegicus) BETINA. SKRIPSI. Oleh: ARIEK DIFA ROFIQOH NIM.11620020. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2015. i.

(3) UJI TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK AIR DAUN KATUK (Sauropus androgynous) TERHADAP KADAR BILIRUBIN SERUM DAN HISTOLOGI HEPAR TIKUS (Rattus norvegicus) BETINA. SKRIPSI. Diajukan Kepada: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si). Oleh: ARIEK DIFA ROFIQOH NIM.11620020. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2015. ii.

(4) UJI TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK AIR DAUN KATUK (Sauropus androgynous) TERHADAP KADAR BILIRUBIN SERUM DAN HISTOLOGI HEPAR TIKUS (Rattus norvegicus) BETINA. SKRIPSI. Oleh: ARIEK DIFA ROFIQOH NIM.11620020. Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diuji: Tanggal: 06 November 2015. iii.

(5) UJI TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK AIR DAUN KATUK (Sauropus androgynous) TERHADAP KADAR BILIRUBIN SERUM DAN HISTOLOGI HEPAR TIKUS (Rattus norvegicus) BETINA. SKRIPSI. Oleh: ARIEK DIFA ROFIQOH NIM.11620020. Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Tanggal: 06 November 2015. iv.

(6) PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama. : Ariek Difa Rofiqoh. NIM. : 11620020. Jurusan. : Biologi. Fakultas. : Sains dan Teknologi. Judul Skripsi :Uji Toksisitas SubKronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Kadar Bilirubin Serum Dan Histologi Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir atau skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan data, tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali dengan mencantumkan sumber cuplikan pada daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan tugas akhir atau skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Malang, November 2015. v.

(7) MOTTO Selalu berusaha, bersabar, bersyukur dan berdoa, karena hasil tidak akan menghianati proses begitupun proses tidak akan menghianati hasil. Selalu tetap berfikir positif dan optimis karena Allah mengikuti prasangka hambanya.. vi.

(8) HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah karya kecil ini aku persembahkan kepada: Untuk-Mu Allah SWT, terima kasih yang tak terhingga atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan Untuk Ayah ku H. sunardi dan Ibu ku Hj. Siti Fatimah yang sangat berharga dan aku sayangi. Terima kasih yang sedalam-dalamnya yang selalu setiap saat mendoakan, memberikan pengorbanan dan motivasi. Skripsi ini merupakan wujud kecil rasa cinta dan sayang saya kepada beliau. Semoga saya selalu bisa mewujudkan impian beliau. Untuk Adek ku Atiek Difa Mufidah dan Fandi Berlian Ma’ruf terima kasih atas motivasi dan dukungan nya tanpa kalian mbak Ariek belum bisa apa-apa. Untuk Mbah ku terima kasih atas segala doa yang telah diberikan. Untuk Semua Bapak dan Ibu dosen jurusan Biologi UIN Malang, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan, motivasi dan kesabaran selama masa perkuliahan.Semoga ilmu yang saya terima dapat bermanfaat. Untuk Laboran Mas Basar jurusan Biologi UIN Malang, terima kasih atas semua bantuan yang diberikan. vii.

(9) Untuk Teman-teman ku Wahyuningrum Mustika Sari, Afriani Susilo Wulandari, Dyah Puspitasari, Fira Rizki Amaliyah, Kunti Mardiyatal Firdausi, Dian Widia Putri, terima kasih atas bantuan dan motivasi nya. Semoga kita selalu diberi keberkahan oleh Allah SWT dan ilmu yang kita terima dapat beramnfaat. Untuk Teman-teman Bio 2011 terima kasih atas segala bentuk pertemanan dan kenangan yang diberikan.Semoga kita semua menjadi orang sukses.. viii.

(10) KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Syukur Alhamdulillah yang sebesar-sebesarnya, syukur kita lantunkan ke hadirat Allah atas segala nikmat, petunjauk, rahmat, taufiq, hidayah serta InayahNya berupa kesehatan, kesempatan, keimanan dan keislaman sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Kadar Bilirubin Serum dan Histologi Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina”sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Sains (S.Si). Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai risalah sehingga kita semua terbebas dari keterpurukan dunia menuju dunia yang terang benderang. Segala sesuatu yang tertulis dalam skripsi ini merupakan pengorbanan, jerih payah baik tenaga dan pikiran dari penulis. Namun semua itu bukanlah sebuah beban ketika orang-orang disekitar selalu membantu dan melantunkan doa untuk kesuksesan peneliti. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada 1. Prof. Dr. Mudjia Raharjo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 2. Dr. drh. Hj. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 3. Dr. Evika Sandi Savitri, M.P. selaku ketua jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim. 4. Kholifah Holil, M.Si. selaku sekretaris jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim. 5. Dr. Retno Susilowati, M.Si selaku dosen pembimbing karena atas segala bimbingan, bantuan dan kesabaran beliau, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.. ix.

(11) 6. Umaiyatus Syarifah, M.A selaku pembimbing Integrasi ke-Islaman dan sains,karena atas bimbingannya, bantuan dan arahan serta motivasi terhadap penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Semua dosen serta staf kantor Jurusan Biologi dan semua staf, bagian administrasi fakultas Sains dan Teknologi Terima kasih atas segala bantuannya. 8. Koordinator Lab. Biologi UIN Malang beserta laboran. 9. Ibu Kholifah Holil, M.Si dan Ibu Dr. drh. Hj. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si atas masukannya serta doanya selama ini sehingga penulis bisa terlatih untuk segala sesuatu yang bermanfaat. 10. Ayahku H. Sunardi dan Ibu ku Hj. Siti Fatimah yang selalu mendoakan memberi semangat, motivasi dan memberikan kasih sayang. 11. Adik ku Atiek Difa Mufidah dan Fandi Berlian Ma’ruf atas motivasi dan doanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi semuanya. Wassalamu’alaikum salam Wr.Wb Malang, November 2015 Penulis. x.

(12) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………................................................................. ....... HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ........................................ MOTTO.............................................................................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................................... DAFTAR TABEL.............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ABSTRAK.......................................................................................................... ABSTRACT…………………………………………………………………… ‫………………………………………………………………… مستخلص البحث‬... I ii iv v vi vii ix xi xiii xiv xv xvi xvii xviii. BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….............. 1.1 Latar Belakang................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 1.4 Hipotesis Penelitian........................................................................... 1.5 Manfaat Masalah............................................................................... 1.6 Batasan Masalah................................................................................ BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….......… 2.1 Toksisitas …………………………………………………….......... 2.1.1 Uji Toksisitas……………………………………….......……… 2.1.1.1 Uji Toksisitas Akut…………………………….......………. 2.1.1.2 Uji Toksisitas Subkronik…………………….......………… 2.1.1.3 Uji Toksisitas Kronik…………………………............……. 2.2 Tanaman Katuk……………………………………............……….. 2.2.1 Karakteristik Tanaman Katuk………………................………... 2.2.2 Senyawa Aktif Daun Katuk ……………….........……………… 2.2.3 Manfaat Dan Toksisitas Daun Katuk……….........………… ….. 2.3 Hepar……………………………………………........…………….. 2.3.1 Anatomi Hepar……………………………........………………. 2.3.2 Histologi Hepar……………………………........……………… 2.3.3 Fisiologi Hepar…………………………….......………………. 2.3.4 Hubungan Hepar Dengan Senyawa Toksik……........…………. 2.4 Bilirubin…………………………………………….......………….. 2.4.1 Bilirubin Terkonjugasi…………………………......…………... 2.4.2 Bilirubin Tak Terkonjugasi…………………………......……... 2.4.3 Metabolisme Bilirubin………………………………….......….. 2.4.4 Metode Pengukuran Bilirubin………………………….......…... 2.5 Mekanisme Kerusakan Hepar Akibat Zat Toksik ……………….... 2.6 Tikus………………………………………………………............... 1 6 6 6 7 7 7 9 9 9 11 12 14 15 15 17 18 21 21 23 25 28 32 33 34 38 39 39 41. xi.

(13) 2.6.1 Klasifikasi dan Karakteristik Tikus Putih…………….......……. BAB III METODE PENELITIAN…………………………………......….. .. 3.1 RancanganPenelitian…………………………................................. 3.2 Waktu dan Tempat……………………………........………………. 3.3 Variabel Penelitian………………………….......………………….. 3.4 Populasi dan Sampel……………………………......……………… 3.5 Pembagian Kelompok Perlakuan…………………......……………. 3.6 Alat dan Bahan …………................................................................. 3.6.1 Alat-alat.......................................................................................... 3.6.2 Bahan-bahan................................................................................... 3.7 Prosedur Penelitian............................................................................ 3.7.1 Preparasi......................................................................................... 3.7.1.1 Persiapan Hewan Coba............................................................................ 3.7.1.2 Pembuatan Simplisia Daun Katuk............................................... 3.7.1.3 Pembuatan Ekstrak Air Daun Katuk............................................ 3.7.1.4 Perhitungan Dosis dan Pengenceran Ekstrak Air Daun Katuk……………………………………………...........……... 3.8 Kegiatan Penelitian……………………………………….......……. 3.8.1 Perlakuan Ekstrak Air Daun Katuk ............................................ 3.8.2 Perlakuan Uji Toksisitas Subkronik…………………......…….. 3.8.3 Pengukuran Kadar Bilirubin…………………………….......…. 3.8.3 Pengukuran Kadar Bilirubin direct Serum……………......…… 3.8.4 Pembuatan Preparat Histologi Hepar…………………......……. 3.9 Teknik Pengambilan Data …………………………………......…... 4.0 Teknik Analisa Data……………………………………….....……. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………..………………. 4.1.Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Saoropus androgynous) Terhadap Histologi Hepar Tikus Betina (Rattus norvegicus)………………………………................................... 4.1.1 Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Luas Vena Sentralis Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina…………………………………… 4.1.2 Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Sinusoid Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina……………………………………………. 4.1.3 Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Kerusakan Sel Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina……………………………………………. 4.2 Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Saoropus androgynous) Terhadap Kadar Bilirubin direct Serum Tikus Betina (Rattus norvegicus)………………………………........ BAB V KESIMPULAN…………………………………………......………... 5.1 Kesimpulan………………………………………….......…………. 5.2 Saran…………………………………………………......………… DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..... LAMPIRAN. xii. 41 44 44 44 44 45 45 46 46 46 47 47 47 47 48 49 50 50 50 51 51 52 56 56 57 57 57. 57. 62. 64. 76 87 87 87 89.

(14) DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Tabel 4.9. Tabel ringkasan perhitungan ANOVA tentang Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Saoropus androgynous) Terhadap Luas Vena Sentralis Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina ………………………….. Jumlah Persentase Sel Hepar Normal Dan Sel Hepar Yang Mengalami Kerusakan Setelah Pemberian Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynous) …………................................... Tabel ringkasan Hasil Uji ANAVA Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Persentase Kerusakan Sel Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina Pada α 5%……………………………………. Ringkasan Hasil Uji Duncan 5% Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Pada Hepatosit Normal Terhadap Persentase Kerusakan Sel Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina …………… Ringkasan Hasil Uji Duncan 5% Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Pada Degenerasi Hidropik Terhadap Persentase Kerusakan Sel Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina …………... Ringkasan Hasil Uji Duncan 5% Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Pada Nekrosis Terhadap Persentase Kerusakan Sel Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina…………………………… Kadar Bilirubin Direct (mg/dl) Pada Serum Tikus Pada Pemberian Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous)……………… Tabel Ringkasan Hasil Uji ANAVA toksisitas subkronik ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin direct serum tikus (Rattus norvegicus) betina Pada α 1%................................................................ Hasil Uji Duncan 1% Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Kadar Bilirubin Direct Serum Tikus (Rattus norvegicus) Betina………………………………………... xiii. 60. 65. 67. 68. 69. 70. 77. 81. 82.

(15) DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2. Tanaman katuk (Sauropus androgynus) beserta buah dan bunga…………………………………... Histologi hepar……………………………………. 17 24. Gambar 2.3. Morfologi Tikus (Rattus norvegicus) putih………. 43. Gambar 4.1. Irisan membujur histologi hepar tikus betina pada perbesaran 100x. 1= Vena Sentralis, 2= Sinusoid.. Rerata Hasil Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Luas Vena Sentralis Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina............................................................... Irisan membujur histologi hepar tikus betina pada perbesaran 100x. 1= Vena Sentralis, S= Sinusoid, N= Normal, D= Dilatasi..………………………. Irisan membujur histologi hepar yang memperlihatkan kerusakan hepatosit pada perbesaran 400x. 1= Sinusoid, 2= Hepatosit normal, 3= Hepatosit degenerasi, 4= Hepatosit nekrosis (piknotik).…………………………….. Rerata Hasil Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Kadar Bilirubin Direct Serum Tikus (Rattus norvegicus) Betina……………………………….. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Gambar 4.5. xiv. 58. 59. 62. 64. 78.

(16) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3.. Lampiran 4.. Lampiran 5.. Dokumentasi Penelitian………………………….............. Perhitungan Luas Vena Sentralis Hepar………………… Hasil Analisis Statistik tentang Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Histologi Luas Vena Sentralis Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina….............................................. Hasil Analisis Statistik tentang Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Histologi Sel Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina …………………………………………………… Hasil Analisis Statistik tentang Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Kadar Bilirubin Direct Serum Tikus (Rattus norvegicus) Betina……………………............................... xv. 88 91. 96. 97. 100.

(17) ABSTRAK Rofiqoh, Ariek Difa. 2015. Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Kadar Bilirubin Serum Dan Histologi Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing Biologi: Dr. Retno Susilowati, M.Si; Pembimbing Agama: Umaiyatus Syarifah, MA. Kata kunci: Toksisitas Subkronik, Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynous), Kadar Bilirubin Direct Serum, Sel Hepar, Tikus (Rattus norvegicus) Betina Uji toksisitas merupakan suatu pengujian untuk mengamati suatu aktivitas farmakologi suatu senyawa dan mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi (tubuh). Uji toksisitas ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat keamanan penggunaan konsumsi suatu senyawa, salah satunya adalah uji toksisitas pada tanaman dalam bentuk obat tradisional. Salah satu jenis uji toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui efek toksik jangka pendek adalah uji toksisitas subkronik. Tanaman katuk banyak dimanfaatkan sebagai obat herbal karena kandungan zat aktifnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek toksik secara subkronik ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin direct serum dan histologi hepar pada tikus (Rattus norvegicus) betina. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perlakuan 6 ulangan. Hewan coba yang digunakan adalah tikus betina normal berusia 2 bulan. Kelompok perlakuan pada penelitian ini meliputi K (akuades), PI (45mg/kgBB), PII (60mg/kgBB), dan PIII (75 mg/kgBB). Parameter yang diamati adalah kadar bilirubin direct serum dan histologi vena sentralis, sinusoid dan sel hepar. Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA, apabila terdapat perbedaan signifikan, maka diuji lanjut dengan Duncan 5% dan 1%. Selain itu juga dilakukan uji regresi linier dan uji korelasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dosis 75 mg/kgBB memiliki efek toksik secara subkronik sedangkan dosis 45 mg/kgBB dan dosis 60 mg/kgBB merupakan dosis aman pemberian ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin serum dan histologi hepar pada tikus (Rattus norvegicus) betina.. xvi.

(18) ABSTRACT Rofiqoh, Ariek Difa. 2015. Toxicity Subchronic Test of Katuk’s Leaves Water Extract (Sauropus androgynous) On the Serum Bilirubin Levels and Hepatic Histology of Female Rat (Rattus norvegicus). Biology Department, Science and Technology Faculty, Maulana Malik Ibrahim State Islamic university of Malang. Biology Supervisor: Dr. Retno Susilowati, M.Si; Religion Supervisor: Umaiyatus Syarifah, MA. Keywords: Toxicity Subkronik, Katuk’s Leaves extract (Sauropus androgynous), Serum Bilirubin Levels, Hepatic cells, female rat (Rattus norvegicus) Toxicity test is an examination to observe a pharmacological compound activity and to detect the effect of toxic essence in biological systems (body). Toxicity test aims to know the security level of the use of compound consumption, one of them is toxicity test on traditional medicinal plants. One of toxicity test that aims to know Short-term toxic effects is toxicity subkronik test. Many Katuk plants are used as a herbal medicine because of its active substance content. This research aims to know the Toxic effect in subchronic of Katuk’s leaves water extract (Sauropus androgynous) on the serum bilirubin levels and hepatic histology of female rat (Rattus norvegicus). This research is experimental research which use RAL (Complete Random Design) with 4 treatment 6 replications. Animals used is female rat aged 2 months. The treatment group in this research include K (aquades), PI (45mg/kgBB), PII (60mg/kgBB), and PIII (75 mg/kgBB). Parameter observed is serum bilirubin direct levels and histology of vena sentralis, sinusoid and hepatic cells. The data obtained is analyzed by using ANAVA, if there is a significant difference, then a further test by Duncan 5% and 1%. It also conducted linear regression and correlation test. The results showed that the dose dose 75 mg/kgBB likely to have toxic effects in subkronik while dose 45 mg/kgBB and 60 mg/kgBB is safe dose in giving Katuk’s Leaves water extract (Sauropus androgynous) on the serum bilirubin levels and destruction of hepatic cells in female rat (Rattus norvegicus).. xvii.

(19) ‫مستخلص البحث‬ ‫اريك ديفا رفيقة‪5102 ،‬م ‪،‬اختبار "توكسيستاس سوبكرونيك" من استخراج املياه ورق"كاتوك" على‬ ‫مقدار" بيلريوبني سريوم" وأنسجة من كبد فأر إناث ‪ ،‬البحث اجلامعي‪ ،‬قسم علم احلياة‪ ،‬كلية العلوم‬ ‫والتكنولوجيا جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية مباالنج‪ .‬املشرفة األوىل‪ :‬الدكتورة رتنو‬ ‫سوسيلووايت املاجسترية‪ ،‬واملشرفة الثانية‪ :‬عمية الشريفة املاجسترية‬. ‫الكلمات األساسية‪" :‬توكسيستاس سوبكرونيك"‪ ،‬استخراج املياه ورق"كاتوك"‪ ،‬مقدار" بيلريوبني‬ ‫سريوم" ‪ ،‬كبد فأر إناث‪.‬‬ ‫ان اختبار "توكسيستاس" ىو اختبار دلراقبة نشاطا من مركبات وكشف آثار توكسيك من مادة يف نظام‬ ‫اجلسم‪ .‬وىذا اإلختبار لديو فوائدا ومنهم دلعرفة درجة األمن يف استخدام ستهالكا مركبا واحد منهم ىو اختبار‬ ‫"توكسيستاس" على نبات تقليدي واما احد من اختبار "توكسيستاس" الذي يهدف آثار توكسيك وقتا قصرا ىو‬ ‫اختبار "سوبكرونيك"‪ .‬واما االىداف ادلرجوة يف ىذا البحث وىي دلعرفة آثار"توكسيستاس سوبكرونيك" من‬ ‫استخراج ادلياه ورق"كاتوك" على مقدار" بيلريوبني سريوم" وأنسجة من كبد فأر إناث‪.‬‬ ‫وأما ادلدخل ادلستخدم يف ىذا البحث ىو حبثا جتريبيا باستخدام تصميم كامل العشوائية بأربع‬ ‫خطوات وستة التكرار‪ .‬وأما احليوان ادلستخدمة يف ىذا البحث ىو فأر أبيض إناث بشهرين من عمره‪ .‬وأما‬ ‫اجملموعة اإلجرائي يف ىذا البحث وىي اجملموعة السيطرة ‪( PI ،)K‬جرعة ‪06( P2 ،) mg/kg BB 54‬‬ ‫‪ )mg/kg BB‬و‪ .)mg/kg BB 57)p3‬وأما مقدار ادلالحظ يف ىذا البحث وىو مقدار" بيلريوبني‬ ‫سريوم" وأنسجة من خاليا الكبد‪ .‬وأما الطريقة ادلستخدمة يف ىذا البحث وىي الطريقة "‪ " ANOVA‬وإذا‬ ‫كان ىناك ذو معىن خمتلفة ختترب مرة أخرى باستخدام الطريقة ‪ DUNCAN‬حوايل ‪ %1‬و‪ %5‬واإلحندار‬ ‫اخلطي اإلرتباطي‪.‬‬ ‫واما النتائج من ىذا البحث تدل على ان يف جرعة حوايل ‪ mg/kg BB 57‬متيل إىل ان تكون ذلا‬ ‫آثار توكسيك يف سوبكرونيك ويف حني يف جرعة حوايل‪ mg/kg BB 57‬و ‪ mg/kg BB 06‬ىو من‬ ‫جرعة آمنة على اعطاء استخراج ادلياه ورق"كاتوك" على مقدار" بيلريوبني سريوم" ‪ ،‬كبد فأر إناث‪.‬‬. ‫‪xviii‬‬.

(20) ABSTRAK Rofiqoh, Ariek Difa. 2015. Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous) Terhadap Kadar Bilirubin Serum Dan Histologi Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Betina. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing Biologi: Dr. Retno Susilowati, M.Si; Pembimbing Agama: Umaiyatus Syarifah, MA. Kata kunci: Toksisitas Subkronik, Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynous), Kadar Bilirubin Direct Serum, Sel Hepar, Tikus (Rattus norvegicus) Betina Uji toksisitas merupakan suatu pengujian untuk mengamati suatu aktivitas farmakologi suatu senyawa dan mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi (tubuh). Uji toksisitas ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat keamanan penggunaan konsumsi suatu senyawa, salah satunya adalah uji toksisitas pada tanaman dalam bentuk obat tradisional. Salah satu jenis uji toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui efek toksik jangka pendek adalah uji toksisitas subkronik. Tanaman katuk banyak dimanfaatkan sebagai obat herbal karena kandungan zat aktifnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek toksik secara subkronik ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin direct serum dan histologi hepar pada tikus (Rattus norvegicus) betina. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perlakuan 6 ulangan. Hewan coba yang digunakan adalah tikus betina normal berusia 2 bulan. Kelompok perlakuan pada penelitian ini meliputi K (akuades), PI (45mg/kgBB), PII (60mg/kgBB), dan PIII (75 mg/kgBB). Parameter yang diamati adalah kadar bilirubin direct serum dan histologi vena sentralis, sinusoid dan sel hepar. Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA, apabila terdapat perbedaan signifikan, maka diuji lanjut dengan Duncan 5% dan 1%. Selain itu juga dilakukan uji regresi linier dan uji korelasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dosis 75 mg/kgBB memiliki efek toksik secara subkronik sedangkan dosis 45 mg/kgBB dan dosis 60 mg/kgBB merupakan dosis aman pemberian ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin serum dan histologi hepar pada tikus (Rattus norvegicus) betina.. xvi.

(21) ABSTRACT Rofiqoh, Ariek Difa. 2015. Toxicity Subchronic Test of Katuk’s Leaves Water Extract (Sauropus androgynous) On the Serum Bilirubin Levels and Hepatic Histology of Female Rat (Rattus norvegicus). Biology Department, Science and Technology Faculty, Maulana Malik Ibrahim State Islamic university of Malang. Biology Supervisor: Dr. Retno Susilowati, M.Si; Religion Supervisor: Umaiyatus Syarifah, MA. Keywords: Toxicity Subkronik, Katuk’s Leaves extract (Sauropus androgynous), Serum Bilirubin Levels, Hepatic cells, female rat (Rattus norvegicus) Toxicity test is an examination to observe a pharmacological compound activity and to detect the effect of toxic essence in biological systems (body). Toxicity test aims to know the security level of the use of compound consumption, one of them is toxicity test on traditional medicinal plants. One of toxicity test that aims to know Short-term toxic effects is toxicity subkronik test. Many Katuk plants are used as a herbal medicine because of its active substance content. This research aims to know the Toxic effect in subchronic of Katuk’s leaves water extract (Sauropus androgynous) on the serum bilirubin levels and hepatic histology of female rat (Rattus norvegicus). This research is experimental research which use RAL (Complete Random Design) with 4 treatment 6 replications. Animals used is female rat aged 2 months. The treatment group in this research include K (aquades), PI (45mg/kgBB), PII (60mg/kgBB), and PIII (75 mg/kgBB). Parameter observed is serum bilirubin direct levels and histology of vena sentralis, sinusoid and hepatic cells. The data obtained is analyzed by using ANAVA, if there is a significant difference, then a further test by Duncan 5% and 1%. It also conducted linear regression and correlation test. The results showed that the dose dose 75 mg/kgBB likely to have toxic effects in subkronik while dose 45 mg/kgBB and 60 mg/kgBB is safe dose in giving Katuk’s Leaves water extract (Sauropus androgynous) on the serum bilirubin levels and destruction of hepatic cells in female rat (Rattus norvegicus).. xvii.

(22) ‫مستخلص البحث‬ ‫اريك ديفا رفيقة‪5102 ،‬م ‪،‬اختبار "توكسيستاس سوبكرونيك" من استخراج املياه ورق"كاتوك" على‬ ‫مقدار" بيلريوبني سريوم" وأنسجة من كبد فأر إناث ‪ ،‬البحث اجلامعي‪ ،‬قسم علم احلياة‪ ،‬كلية العلوم‬ ‫والتكنولوجيا جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية مباالنج‪ .‬املشرفة األوىل‪ :‬الدكتورة رتنو‬ ‫سوسيلووايت املاجسترية‪ ،‬واملشرفة الثانية‪ :‬عمية الشريفة املاجسترية‬. ‫الكلمات األساسية‪" :‬توكسيستاس سوبكرونيك"‪ ،‬استخراج املياه ورق"كاتوك"‪ ،‬مقدار" بيلريوبني‬ ‫سريوم" ‪ ،‬كبد فأر إناث‪.‬‬ ‫ان اختبار "توكسيستاس" ىو اختبار دلراقبة نشاطا من مركبات وكشف آثار توكسيك من مادة يف نظام‬ ‫اجلسم‪ .‬وىذا اإلختبار لديو فوائدا ومنهم دلعرفة درجة األمن يف استخدام ستهالكا مركبا واحد منهم ىو اختبار‬ ‫"توكسيستاس" على نبات تقليدي واما احد من اختبار "توكسيستاس" الذي يهدف آثار توكسيك وقتا قصرا ىو‬ ‫اختبار "سوبكرونيك"‪ .‬واما االىداف ادلرجوة يف ىذا البحث وىي دلعرفة آثار"توكسيستاس سوبكرونيك" من‬ ‫استخراج ادلياه ورق"كاتوك" على مقدار" بيلريوبني سريوم" وأنسجة من كبد فأر إناث‪.‬‬ ‫وأما ادلدخل ادلستخدم يف ىذا البحث ىو حبثا جتريبيا باستخدام تصميم كامل العشوائية بأربع‬ ‫خطوات وستة التكرار‪ .‬وأما احليوان ادلستخدمة يف ىذا البحث ىو فأر أبيض إناث بشهرين من عمره‪ .‬وأما‬ ‫اجملموعة اإلجرائي يف ىذا البحث وىي اجملموعة السيطرة ‪( PI ،)K‬جرعة ‪06( P2 ،) mg/kg BB 54‬‬ ‫‪ )mg/kg BB‬و‪ .)mg/kg BB 57)p3‬وأما مقدار ادلالحظ يف ىذا البحث وىو مقدار" بيلريوبني‬ ‫سريوم" وأنسجة من خاليا الكبد‪ .‬وأما الطريقة ادلستخدمة يف ىذا البحث وىي الطريقة "‪ " ANOVA‬وإذا‬ ‫كان ىناك ذو معىن خمتلفة ختترب مرة أخرى باستخدام الطريقة ‪ DUNCAN‬حوايل ‪ %1‬و‪ %5‬واإلحندار‬ ‫اخلطي اإلرتباطي‪.‬‬ ‫واما النتائج من ىذا البحث تدل على ان يف جرعة حوايل ‪ mg/kg BB 57‬متيل إىل ان تكون ذلا‬ ‫آثار توكسيك يف سوبكرونيك ويف حني يف جرعة حوايل‪ mg/kg BB 57‬و ‪ mg/kg BB 06‬ىو من‬ ‫جرعة آمنة على اعطاء استخراج ادلياه ورق"كاتوك" على مقدار" بيلريوبني سريوم" ‪ ،‬كبد فأر إناث‪.‬‬. ‫‪xviii‬‬.

(23) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki berbagai jumlah spesies tanaman. Terdapat 2 juta spesies tanaman yang sudah dikenali di seluruh dunia, 60 Persen dari jumlah tersebut berada di Indonesia (Fazri, 2015). Keanekaragaman jenis tanaman tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai sayuran bahkan obat-obatan. Secara umum salah satu manfaat tanaman adalah untuk menjaga kesehatan tubuh kita. Sebagaimana disebutkan dalam al Quran tentang keanekaragaman tanaman yaitu dalam surat Al-An’am (06) 141:                                          Artinya:”141. Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.. Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan kebun yang luas dan taman-taman menghijau yang terdiri dari berbagai jenis tanaman di antaranya ada yang tumbuh tinggi dan ada pula yang tumbuh tidak tinggi. Ada yang bentuknya serupa namun rasanya berbeda (Al-Jazairi, 2007). Terdapat kata ‫ُمخْتَلِ ًفا‬ bermakna berbeda, ‫ أخ خكلخهخ‬bermakna rasa. Sehingga kata ‫ ُمخْتَلِ ًفا أخ خكلخهخ‬bermakna tanaman-. 1.

(24) 2. tanaman yang berbeda rasanya, ada yang enak dan ada pula yang kurang enak, jadi dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menciptakan berbagai macam tanaman yang menghasilkan buah-buahan yang memiliki rasa berbeda-beda. Kemudian, tanaman-tanaman tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia agar manusia seraya bersyukur kepada Allah SWT (Qurthubi, 2008). Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk sayuran hingga dimanfaatkan sebagai obat-obatan oleh manusia adalah tanaman katuk. Tanaman katuk (Sauropus androgynus) merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemui di Indonesia. Tanaman katuk dikenal dengan nama tarok manis, atau cekok manis, babing, kertu, dan dalam bahasa asing dikenal dengan nama sweet shoot (Wiradimadia, 2010). Tanaman katuk (Sauropus androgynus) banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia yaitu untuk sayuran, lalapan sampai digunakan sebagai obat. Tanaman katuk yang banyak dimanfaatkan adalah pada bagian daun karena memiliki banyak kandungan yang sangat bermanfaat bagi tubuh salah satunya adalah memperlancar ASI. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sa’roni et al. (2004) diperoleh bahwa pemberian ekstrak daun katuk pada kelompok ibu melahirkan dan menyusui bayinya dengan dosis 3 x 300 mg/hari selama 15 hari terus-menerus mulai hari ke-2 atau hari ke-3 setelah melahirkan dapat meningkatkan produksi ASI 50-70% lebih banyak dibandingkan dengan kelompok ibu melahirkan dan menyusui bayinya yang tidak diberi ekstrak daun katuk. Daun katuk juga dapat dimanfaatkan oleh wanita premenoupose. Penelitian yang dilakukan oleh Hikmah (2014) diperoleh bahwa kandungan dari.

(25) 3. ekstrak air daun katuk yaitu sejenis senyawa fitoestrogen dapat mempengaruhi berat uterus dan tebal endometrium pada mencit premenopouse. Oleh karena itu, daun katuk dapat mengurangi atrofi pada endometrium yang dapat menyebabkan pendarahan pada endometrium. Hal tersebut yang sering dialami pada wanita premeneopuse. Daun katuk termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae. Ciri khas famili tersebut adalah mengandung minyak atsiri, sterol, saponin, flavonoid, triterpen, asam-asam organik, asam-asam amino, alkaloid, dan tanin (Wiradimadia, 2010). Secara umum, kandungan yang dapat ditemukan dalam ekstrak air daun katuk adalah flavonoid, saponin, tanin, glikosida, alkaloid, dan triterpenoid. Masingmasing senyawa tersebut mempunyai manfaat bagi kesehatan tubuh (Gayatrama, 2012). Salah satu kandungan lain dari ekstrak air daun katuk adalah senyawa fitoestrogen yang dapat digunakan sebagai pengganti estrogen alami dalam tubuh (Hikmah, 2014). Tetapi, beberapa kandungan tersebut diduga dapat bersifat toksik pada kadar tertentu seperti senyawa alkaloid, triterpenoid, saponin, dan flavonoid (Cahyadi, 2006). Beberapa senyawa aktif tersebut dikhawatirkan ketika dikonsumsi dalam jangka panjang, pemberian secara berulang, dan dosis yang belum dianjukan dapat menimbulkan efek toksik pada organ tubuh. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan pengujian toksisitas pada daun katuk. Islam mengajarkan agar kita harus selalu mengkonsumsi segala sesuatu dengan seimbang dan tidak berlebihlebihan sesuai dengan kadar yang ditentukan. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT dalam al Quran surat al-An’am (06)141:.

(26) 4.             Artinya:”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa dilarang berlebih-lebihan dalam segala sesuatu. Mengkonsumsi makanan dan segala sesuatunya secara berlebihan tanpa dosis yang dianjurkan dapat dikhawatirkan berbahaya bagi pikiran dan tubuh, sehingga berakibat pada metabolisme dari tubuh terganggu (Ghoffar, 2007). Hal ini di perkuat juga dalam al Quran surat Al-A’raf (07) 31 yang menjelaskan bahwa Islam sangat menganjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal lagi baik, tanpa berlebih-lebihan karena makanan dan minuman ketika dikonsumsi dalam keadaan seimbang maka akan memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh tetapi ketika makanan dan minuman itu dikonsumsi secara berlebihan maka akan berdampak buruk bagi tubuh. Allah SWT sangat tidak menyukai orang yang berlebihan dalam segala hal kemudian mubadzir atau berlebihan dalam sesuatu tindakan (Jabir, 2007). Seperti halnya dalam mengkonsumsi daun katuk dalam bentuk obat, makanan maupun sayuran harus dikonsumsi sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Beberapa kelompok senyawa yang dapat menimbulkan efek toksik ditemukan pada tanaman yang sebagian larut lemak dan dapat bersifat bioakumulatif. Ketika tanaman tersebut dikonsumsi tanpa dosis yang dianjurkan, maka senyawa tersebut akan bersifat toksik kemudian tersimpan dan menumpuk pada jaringan dan organ tubuh salah satunya dalam organ hepar. Hepar dapat terkena efek samping senyawa toksik karena bertanggung jawab melakukan metabolisme berbagai macam senyawa. Dalam hepar, senyawa-senyawa tersebut.

(27) 5. akan mengalami biotransformasi. Selain itu, proses ini juga berperan dalam mengakhiri kerja senyawa dalam tubuh. Fungsi hepar untuk detoksifikasi senyawa juga dipengaruhi oleh jumlah dan dosis yang masuk. Semakin banyak kadar senyawa toksik yang masuk, maka fungsi hepar dapat terganggu (Setiawati et al., 2007). Salah satu fungsi hepar yang akan mengalami gangguan adalah dalam memetabolisme dan mengekskresi pigmen empedu bilirubin ke dalam kandung empedu yang tidak dapat dilaksanakan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan bilirubin khususnya bilirubin direct dalam serum. Sehingga dengan pengukuran kadar bilirubin direct serum dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui derajat kerusakan hepar (Nilandari, 2006). Beberapa senyawa aktif tersebut dapat diketahui memiliki efek toksik bagi tubuh yaitu dengan cara pengujian toksisitas. Pengujian toksisitas bertujuan untuk mengetahui efek jangka pendek, jangka panjang dan dosis yang sesuai dari bahan yang mengandung senyawa aktif (Wirasuta, 2007). Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan pengujian toksisitas. Hal tersebut dapat dikarenakan terdapat beberapa kandungan dari ekstrak air daun katuk yang dikhawatirkan dapat membahayakan bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi dalam jangka panjang dan dosis yang belum dianjurkan. Penelitian ini dilakukan uji toksisitas melalui pengujian toksisitas subkronik dalam bentuk ekstrak air daun katuk sehingga dapat diketahui tingkat keamanan penggunaan konsumsi daun katuk dalam bentuk ekstrak air terhadap hepar dengan melihat kadar bilirubin direct serum serta gambaran mikroskopis hepar. Melalui pengukuran kadar.

(28) 6. bilirubin direct serum diharapkan dapat menilai efek toksik dari ekstrak air daun katuk dan fungsi dari organ tubuh salah satunya adalah hepar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah terdapat efek toksik secara subkronik pada pemberian ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin direct serum dan histologi hepar tikus (Rattus norvegicus) betina? 2. Berapakah dosis aman yang tidak menimbulkan efek toksik secara subkronik pada pemberian ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin direct serum dan histologi hepar tikus (Rattus norvegicus) betina? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui efek toksik secara subkronik pada ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin direct serum dan histologi hepar tikus (Rattus norvegicus) betina. 2. Untuk mengetahui dosis aman yang tidak menimbulkan efek toksik secara subkronik pada pemberian ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) terhadap kadar bilirubin direct serum dan histologi hepar tikus (Rattus norvegicus) betina..

(29) 7. 1.4 Hipotesis Penelitian Tidak terdapat efek toksik secara subkronik pemberian ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) pada dosis rendah terhadap kadar bilirubin direct serum dan histologi hepar tikus (Rattus norvegicus) betina. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang efek toksik subkronik penggunaan daun katuk. 2. Dapat digunakan sebagai acuan, landasan lebih lanjut mengenai uji toksisitas ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous). 1.6 Batasan masalah 1.. Bagian tanaman katuk (Sauropus androgynous) yang digunakan adalah daun katuk.. 2.. Hewan coba yang digunakan adalah tikus (Rattus novergicus) betina sebanyak 24 ekor dengan umur 2 bulan jenis wistar dengan berat badan 200-350 gram.. 3. Perlakuan menggunakan ekstrak air daun katuk (Sauropus androgynous) dengan 4 tingkatan dosis uji toksisitas subkronik yaitu 0, 45 mg/kg BB, 60 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB. 4. Pengamatan pada uji tosksisitas subkronik meliputi pemeriksaan kadar bilirubin direct serum dan histologi hepar. Gambaran histologi hepar dinilai menggunakan luas vena sentralis, sinusoid dan presentase jumlah sel hepar yang normal dan yang mengalami kerusakan meliputi degenerasi.

(30) 8. parenkim, degenerasi hidropik, nekrosis yang intinya mengalami piknotik, karioreksis dan kariolisis..

(31) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksisitas Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai kemampuan senyawa untuk menyebabkan kerusakan atau injuri. Istilah toksisitas merupakan istilah kualitatif yang terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada jumlah unsur senyawa toksik yang terabsopsi. Proses pengrusakan ini baru terjadi apabila pada organ target telah menumpuk menjadi satu dalam jumlah yang cukup dari bagian toksik atau metabolitnya, begitu pula hal ini bukan berarti bahwa penumpukan yang tertinggi dari agen toksik itu berada di organ target, tetapi bisa juga di tempat yang lain. Selanjutnya, untuk sebagian besar senyawa toksik pada konsentrasi yang tinggi dalam tubuh akan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Konsentrasi senyawa toksik dalam tubuh merupakan jumlah racun yang dipaparkan, kemudian berkaitan dengan kecepatan absorpsinya, jumlah yang diserap, dan berhubungan dengan distribusi, metabolisme maupun ekskresi senyawa toksik tersebut (Mansur, 2008). 2.1.1. Uji Toksisitas. Uji toksisitas adalah suatu pengujian untuk mengamati suatu aktivitas farmakologi suatu senyawa. Prinsip uji toksisitas merupakan pengujian terhadap komponen bioaktif yang bersifat toksik jika diberikan dengan dosis tinggi dan apabila diberikan dengan dosis rendah maka akan menjadi obat. Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungan dapat terserap ke dalam tubuh secara difusi dan langsung akan mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh. Uji 9.

(32) 10. toksisitas digunakan untuk mengetahui pengaruh senyawa yang dihasilkan oleh dosis tunggal dari suatu campuran senyawa pada hewan coba sebagai uji pra skrining senyawa bioaktif (Fadli, 2015). Hakekat dari obat tradisional diteliti kembangkan adalah untuk dimanfaatkan sebagai obat untuk manusia. Berdasarkan hal tersebut uji toksisitas obat tradisional harus mampu mengungkapkan keamanannya terkait dengan maksud penggunaannya (Sari, 2010). Efek toksik sangat bervariasi dalam mempengaruhi sifat, organ sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ saja. Hal tersebut dapat disebabkan lebih pekanya suatu organ, atau lebih tingginya kadar bahan kimia dan metabolitnya di organ. Toksisitas merupakan sifat bawaan suatu zat, bentuk dan tingkat manifestasi toksiknya pada suatu organisme bergantung pada berbagai jenis faktor. Faktor yang nyata adalah dosis dan lamanya pajanan. Faktor yang kurang nyata adalah spesies dan strain hewan, jenis kelamin, umur, serta status gizi dan hormonal. Faktor lain yang turut berperan yaitu faktor fisik, lingkungan dan sosial. Di samping itu, efek toksik suatu zat dapat dipengaruhi oleh senyawa lain yang diberikan bersamaan. Efek toksik dapat berubah karena berbagai hal seperti perubahan absorpsi, distribusi, dan ekskresi senyawa, peningkatan atau pengurangan biotranformasi, serta perubahahan kepekaan reseptor pada organ sasaran (Hernawati, 2012). Menurut bentuknya toksisitas dapat dibagi menjadi 2 bentuk, toksisitas umum (akut, subakut atau subkronik, kronik) dan toksisitas khusus (teratogenik,.

(33) 11. mutagenik, dan karsinogenik). Dalam uji toksisitas juga perlu dibedakan obat tradisional yang dipakai secara singkat dan yang dipakai dalam jangka waktu lama penggunaanya (Fadli, 2015). 2.1.1.1 Uji Toksisitas akut Uji Toksisitas akut dilakukan dengan memberi senyawa yang sedang diuji sebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam, kemudian diamati selama 14 hari (Hendriani, 2007). Uji toksisitas akut bertujuan untuk mengamati efek toksik suatu senyawa yang bisa terjadi dalam jangka waktu yang singkat setelah pemberiannya dengan takaran tertentu. Paling tidak empat peringkat dosis yang dianjurkan dalam pengujian toksisitas akut, dosis tersebut berkisar dari dosis terendah yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji sampai dengan dosis tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau hampir seluruh hewan uji (Fadli, 2015). Pengamatan pada pengujian ini seperti gejala-gejala klinis perubahan nafsu makan, perubahan bobot badan, aktivitas motorik, Reaksi yang aneh seperti berkeliling tanpa arah, menyeruduk, gerakan menyodok hidung, gerakan berputar-putar (Mansur et,al. 2012). Kematian yang timbul oleh kerusakan pada hepar, ginjal atau sistem hemopoetik tidak akan terjadi pada hari pertama. Kematian yang ditimbulkan karena kerusakan tersebut baru timbul paling cepat pada hari ketiga sehingga para peneliti memberikan perpanjangan waktu sampai 14 hari (Sari, 2010)..

(34) 12. 2.1.1.2 Uji toksisitas Subkronik Uji toksisitas jangka pendek (juga dikenal sebagai penelitian subakut atau subkronik) dilaksanakan dengan memberikan bahan uji berulang-ulang, biasanya setiap hari atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10% dari masa hidup hewan. Meskipun demikian, beberapa peneliti menggunakan jangka waktu lebih pendek, misalnya pemberian zat selama 14 dan 28 hari (Lu, 2010). Uji toksisitas oral pada tikus 28 hari atau 90 hari sering digunakan untuk uji toksisitas jangka pendek dan jangka panjang. Dosis tertinggi diberikan dirancang untuk menyebabkan beberapa keracunan, tetapi tidak menimbulkan kematian (Prieto et.al, 2010). Uji toksisitas jangka pendek ini disarankan untuk memilih tiga dosis yaitu satu dosis yang cukup tinggi, dosis rendah yang diharapkan tidak akan memberikan efek toksik sama sekali dan dosis menengah. Kadang kala ditambahkan satu dosis atau lebih untuk memastikan tujuan diatas agar dapat dicapai dan kelompok pembanding harus diikutsertakan (Lu, 2010). Tujuan utama dari uji ini adalah untuk mengungkapkan dosis tertinggi yang diberikan tanpa memberikan efek merugikan serta untuk mengetahui pengaruh senyawa kimia terhadap tubuh dalam pemberian berulang. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji serta untuk memperlihatkan apakah spektrum efek toksik itu berkaitan dengan takaran dosis (Fadli, 2015). Uji toksisitas subkronik menyangkut evaluasi seluruh hewan yang bertujuan untuk mengetahui efek patologi kasar dan efek histologi. Uji ini.

(35) 13. dapat menghasilkan informasi toksisitas zat uji yang berkaitan dengan organ sasaran, efek pada organ tersebut dan hubungan dosis efek dan dosis respons. Informasi tersebut dapat memberikan petunjuk jenis penelitian khusus lainnya yang perlu dilakukan (Hendriani, 2007). Persyaratan dalam uji toksisitas subkronik antara lain hewan yang digunakan adalah rodensia tikus putih (strain Sprague Dawley atau Wistar) atau mencit (strain ddY atau BALB/c dan lain-lainnya). Syarat hewan uji adalah sehat, umur 6-8 minggu. Dosis yang digunakan adalah sekurangkurangnya digunakan 3 kelompok dosis yang berbeda antara lain dosis sediaan uji yang paling tinggi menimbulkan efek toksik tetapi tidak menimbulkan kematian atau gejala toksisitas yang berat, dosis menengah menimbulkan gejala toksik yang lebih ringan sedangkan dosis yang paling rendah tidak menimbulkan gejala toksik (NOAEL) (BPOM, 2014). Pemeriksaan pada uji toksisitas subkronik ini meliputi pemeriksaan secara klinis, berkurangnya pertambahan berat badan diukur setiap minggu. Hal tersebut merupakan indeks efek toksik yang sederhana namun sensitif. Konsumsi makanan juga merupakan indikator yang berguna. Pengamatan umum meliputi penampilan, perilaku, dan semua abnormalitas. Hewan yang mati atau sakit harus dipisahkan dari kandang untuk diperiksa secara umum dan kalau mungkin secara mikroskopis. Uji laboratorium seperti hematologi dan klinis kimiawi, kondisi seluruh tubuh. Pemeriksaan pasca mati dilakukan jika mungkin semua hewan yang mati atau sedang sekarat diperiksa. Di samping itu, berat beberapa organ baik dalam nilai absolut maupun relatif.

(36) 14. terhadap berat badan, harus diukur karena ini merupakan indikator yang berguna bagi toksisitas (Lu, 2010). Pemeriksaan lain meliputi analisa organ individu. Analisa organ individu merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mengetahui efek samping yang muncul terhadap pemberian obat yang mengandung toksik. Pemberian obat yang mengandung toksik melalui jalur oral ke dalam tubuh akan diserap masuk ke saluran pencernaan kemudian akan memasuki darah, sehingga akan terdistribusi cepat ke seluruh tubuh (Harrison et,al. 2013). 2.1.1.3 Uji Toksisitas Kronik Uji toksisitas kronik atau jangka panjang dilakukan dengan memberikan bahan uji berulang-ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurangkurangnya sebagian besar dari masa hidupnya, misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk anjing dan monyet (Lu, 1994). Tujuan uji toksisitas kronik adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas subkronik, karakterisasi toksisitas dari suatu sediaan uji yang dipaparkan dalam waktu lama dan berulang, dan menentukan dosis yang tidak menimbulkan efek toksik (BPOM, 2014)..

(37) 15. 2.2 Tanaman Katuk 2.2.1 Karasteristik tanaman Katuk                                                               Artinya:”dan. Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”(Q.S Al-an’am:09). Berdasarkan ayat diatas Allah SWT menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang menghijau dan bermanfaat bagi manusia yang beriman kepada-Nya.. ِ ‫ خ‬bermakna sifat yang memiliki warna hijau. Kemudian isim dari Kata ‫ضًرا‬ َ kata tersebut adalah ‫ض ِر‬ ‫ خ‬yang bermakna sayur-sayuran atau tanaman yang َ َ‫اْل‬ berwarna hijau (Al-Qurthubi, 2008). Berdasarkan ilmu biologi, tanaman atau. sayur-sayuran. yang. menghijau. disebabkan. karena. banyak. mengandung klorofil. Klorofil banyak ditemukan pada tanaman atau sayur-sayuran terutama dibagian daun. Begitu bula pada penelitian ini digunakan daun pada tanaman katuk (Sauropus androgynous), yang mempunyai banyak sekali kandungan salah satunya klorofil serta sejumlah bahan aktif lainnya (Wiradimadja, 2010)..

(38) 16. Tanaman katuk merupakan tanaman yang telah lama dikenal masyarakat di negara Asia Barat dan Asia Tenggara. Di Indonesia penyebarannya terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sumbawa, Maluku, dan Ambon (Sari, 2011). Taksonomi tanaman katuk menurut Backer dan Brink (1963) dalam (Sari, 2011) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi. : Spermatophyta. Sub divisi. : Angiospermae. Kelas. : Dicotiledoneae. Sub kelas. : Monochleamydae (Apetalae). Bangsa. : Euphorbiales. Suku. : Euphorbiceae. Marga. : Sauropus. Jenis. : Sauropus androgynous Bentuk tanaman katuk berupa semak dengan tinggi mencapai 2. sampai dengan 3 meter. Daun katuk berbentuk bulat memanjang, pangkal daun tumpul atau bulat, ujung daun runcing, dan kadang-kadang setengah runcing. Lebar daun berkisar antara 1,25-3 cm, panjang daun berkisar antara 2,25-7,5 cm, tangkai daun berkisar antara 2-4 mm, dan stipula atau daun penumpu berkisar antara 1,75-3 mm. Warna permukaan atas daunnya hijau gelap, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Bunga katuk berwarna merah gelap atau kuning dengan titik-titik merah yang gelap dan berwarna putih atau sedikit merah muda (Bahar, 2011). Selanjutnya tanaman katuk dapat dilihat pada Gambar 2.1..

(39) 17. Gambar 2.1. Tanaman katuk (Sauropus androgynus) beserta buah dan bunga (Sari, 2011). Tanaman katuk memiliki susunan daun yang menarik bahwa seolaholah berdaun majemuk tetapi jika dilihat dengan seksama berdaun tunggal karena di ketiak daunnya terdapat bunga. Batang tanaman katuk memiliki alur-alur dengan kulit yang agak licin berwarna hijau, jumlah daun percabang berkisar antara 11-12 helai. Tanaman Katuk umumnya ditanam pada ketinggian antara 5-3000 m diatas permukaan laut dan di perbanyak dengan cara stek (Bahar, 2011). 2.2.2. Senyawa aktif daun Katuk Daun katuk diketahui memiliki kandungan kimia antara lain tanin,. catechin, flavonoid, alkaloida, triterpen, steroid, asam-asam organik, minyak atsiri, saponin, sterol, asam-asam amino, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Kandungan flavonoid dalam daun katuk juga tinggi (Pradikta, 2012). Daun katuk juga mengandung beberapa senyawa aktif lain yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Pengujian ekstrak daun katuk dengan menggunakan analisa kromatografi gas dan spektrometri masa (KGMS) menunjukkan adanya enam senyawa utama yaitu monomethyl.

(40) 18. succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2 Pyrolidinon dan methyl pyroglutamat (alkaloid). Semua senyawa ini berpotensi untuk industri kimia dan farmasi (Suprayogi, 2000). Kandungan yang banyak terdapat dalam ekstrak air daun katuk adalah flavonoid, fenolik, glikosida, dan triterpenoid. Masing-masing senyawa tersebut mempunyai manfaat bagi kesehatan tubuh (Gayatrama, 2012). Saponin memiliki efek menurunkan kadar gula darah. Flavonoid berfungsi sebagai antimikroba dan triterpenoid sebagai antifagus atau insektisida. Tetapi senyawa alkaloid, triterpenoid, saponin, dan flavonoid diduga dapat bersifat toksik pada kadar tertentu (Cahyadi, 2006). 2.2.3. Manfaat dan Toksisitas daun katuk Tumbuhan katuk telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai. tanaman dengan kandungan gizi yang cukup tinggi. Selain itu, mengkonsumsi katuk dipercaya memiliki khasiat sebagai bahan obat tradisional (Bahar, 2011). Islam juga telah menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini dapat dimanfaatkan dan dipelihara untuk kehidupan umat manusia salah satunya tumbuhan, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam al Quran surat As-Syu’ara (26) 7-8:.

(41) 19.                            Artinya:”Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuhtumbuhan yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. dan kebanyakan mereka tidak beriman” (Qs As-Syu’ara 7-8).. Kata ‫ َزخو ٍج‬bermakna pasangan. Makna dalam pasangan tersebut adalah pasangan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan terdapat juga kata ‫َك ِرخٍي‬ yang bermakna segala sesuatu yang baik bagi setiap objeknya dalam hal ini adalah tumbuhan. Tumbuhan yang baik, paling tidak adalah yang subur dan bermanfaat (Shihab, 2002). Menurut al-Qurthubi kata ‫ َك ِرخٍي‬bermakna baik dan mulia sehingga ayat tersebut membuktikan keniscayaan Allah SWT, karena aneka tumbuhan yang terhampar di persada bumi sedemikian banyak memiliki manfaat yang beraneka ragam (Al-Qurthubi, 2009) salah satu contohnya adalah daun katuk Pada umumnya daun katuk digunakan sebagai sayuran atau lalapan dan dipercaya masyarakat mampu melancarkan air susu ibu dan mempercepat pemulihan tenaga bagi orang yang sakit (Sari, 2011). Pemanfaatan daun katuk sebagai obat tradisional telah banyak dibuktikan secara ilmiah, Suprayogi (1995) dalam Sari (2011) menyatakan bahwa daun katuk terbukti memiliki khasiat sebagai obat bisul dan borok serta mampu memperbaiki fungsi pencernaan dan metabolisme tubuh..

(42) 20. Salah satu manfaat lain dari daun katuk adalah mampu memperlambat. berkurangnya. massa. tulang. (osteomalasia). karena. kandungan senyawa fitokimia seperti saponin, flavonoid, tannin, isoflavonoid yang menyerupai estrogen dalam daun katuk. Senyawa fitokimia tersebut juga berkahsiat sebagai obat, seperti progesteron, estradiol, testosterone dan glukortiroid (Rizki, 2013). Isoflavon memiliki potensi estrogenik. Secara fisiologi efek isoflavon seperti estrogen yaitu bergantung pada respon yang terjadi, agonis (menstimulir) atau antagonis (menghambat) terhadap reseptor dalam sel targetnya. Interaksi antara isoflavon dengan reseptor estrogen dalam saluran genitalia, menggantikan kerja estrogen pada saluran tersebut, sehingga gejala menepouse menurun. Demikian pula yang terjadi pada estrogen pada sistem syaraf pusat, hipotalamus, isoflavon akan mengaktifkan sel hipotalamus dan mengatur suhu tubuh. Efek tersebut dapat menurunkan simtom hot flush pada wanita menepouse (Winarsi, 2005). Penelitian yang telah dilakukan oleh Santoso et, al. (1996) dengan fokus pengamatan pada efek farmakologis dan toksisitas ekstrak alkohol daun katuk pada kambing laktasi. Pemberian ekstrak alkohol daun katuk selama 14 hari dengan dosis 1,89 g/hari mampu meningkatkan produksi susu kambing laktasi yang diikuti juga dengan kualitas susu yang masih tetap stabil. Berbagai penelitian tentang khasiat daun katuk telah diketahui banyak orang sebagai pelancar produksi susu dan sebagai fitoestrogen..

(43) 21. Walaupun begitu harus tetap waspada terhadap efek samping yang mungkin dapat muncul sebagai konsekuensi dari aktivitas senyawa aktif. Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam daun katuk ketika melakukan aksi selulernya sangat bergantung pada berbagai faktor di antaranya dosis, kondisi fisiologis tubuh, dan interaksinya dengan senyawa-senyawa lainnya. Penggunaan senyawa (obat) dengan dosis yang tepat tentu akan menekan kemungkinan adanya efek samping, namun bila senyawa tersebut dikonsumsi berlebihan (overdosis) mungkin saja senyawa yang tadinya berkhasiat akan bergeser menjadi efek yang merugikan dan merusak atau dikatakan efek keracunan (Suprayogi, 2012). Efek negatif dapat dimiliki oleh daun katuk ketika mengkonsumsi dalam konsentrasi yang tinggi. Terdapat hubungan antara konsumsi daun katuk dengan bronkiolitis di Taiwan Selatan. Sebanyak 54 kasus bronkiolitis yang diteliti di Rumah Sakit Veterans General HospitalKaohsiung menunjukkan bahwa 100% pasien mengkonsumsi daun katuk (Bahar, 2011). Penggunaan daun katuk menunjukkan efek yang cukup mengganggu yaitu penghambatan absorpsi kalsium di saluran pencernaan dan gangguan pada pernafasan (Suprayogi, 2000). 2.3 Hepar 2.3.1 Anatomi Hepar Hepar adalah organ terbesar di tubuh, memiliki berat 1-1,5 kg dan menggambarkan 1,5-2,5% dari massa tubuh tanpa lemak. Ukuran dan bentuk hepar bervariasi dan umumnya sesuai dengan bentuk tubuh. Hepar terletak di.

(44) 22. kuadran kanan atas abdomen dibawah sangkar iga bawah kanan, bersebelahan dengan diafragma dan menonjol dengan tingkat bervariasi ke kuadran kiri atas. Hepar dipertahankan di tempatnya oleh ligament-ligament yang melekat ke diafragma, peritoneum pembuluh darah dan organ-organ saluran pencernaan atas (Harrison et,al. 2013). Dalam keadaan sehat hepar berwarna metah tua atau merah coklat, warna tersebut terutama disebabkan oleh adanya darah yang sangat banyak (Astuti, 2009). Hepar tikus terdiri dari empat lobus utama yang saling berhubungan di sebelah belakang. Lobus tengah dibagi menjadi kanan dan kiri oleh bifurcatio yang dalam. Lobus sebelah kiri tidak terbagi, sedangkan lobus sebelah kanan terbagi secara horizontal menjadi bagian anterior dan posterior. Lobus belakang terdiri dari dua lobus berbentuk daun yang berada di sebelah dorsal dan ventral dari esophagus sebelah kurvatura dari lambung. Struktur dan komponen hepar tikus sama dengan mamalia tersusun dari vena sentralis, sinusoid, dan hepatosit (Hebel, 1989). Hepar menerima pasokan darah rangkap, sekitar 20% dari aliran darah merupakan darah kaya oksigen dari arteri hepatika dan 80% merupakan darah kaya nutrient dari vena porta yang berasal dari lambung, usus, pankreas dan limpa (Harrison et,al. 2013). Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena sentralis pada masing-masing lobulus bermuara ke vena hepatika. Dalam ruangan antara lobulus-lobulus terdapat kanalis hepatis yang berisi cabangcabang arteria hepatika, vena porta hepatis, dan sebuah cabang duktus koledokus (trias hepatis). Darah arteri dan vena berjalan di antara sel-sel.

(45) 23. hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena sentralis (Maulina et al, 2010). Melalui vena porta, darah yang berasal dari saluran pencernaan dan rongga abdomen lain yaitu limpa, pankreas dan kantung empedu masuk ke hepar sehingga sebagian besar zat toksik yang memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal dibawa ke vena porta ke hepar sehingga bahan-bahan toksik dari saluran pencernaan seperti yang berasal dari tumbuhan, fungi dan produk bakteri akan diabsorbsi kedalam pembuluh darah portal dan ditransfer ke hepar. Zat toksik ini dapat menyebabkan kerusakan hepar karena zat toksik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis zat kimia yang terlibat, dosis yang diberikan dan lamanya paparan zat tersebut (Sani, 2013). 2.3.2 Histologi Hepar Struktur histologi hepar meliputi parenkim hepar, lobulus hepar dan sinosoid hepar. Lobulus hepar berbentuk prisma poligonal berdiameter 1-2 mm. Pada penampang melintang tampak sebagai heksagonal dengan pusatnya vena sentralis dan sudut-sudut luar lobulus terdapat kanalis porta. Komponen struktural dasar hepar adalah sel-sel hepar atau disebut juga hepatosit atau parenkim hepar. Parenkim hepar tersusun dalam rangkaian lempeng-lempeng bercabang dan beranastomosis membentuk labirin dan di antaranya terdapat sinusoid. Lempeng ini bermula secara radial dari tepi lobulus ke vena sentralis sebagai pusat. Sel hepar berbentuk poligonal, berukuran sekitar 2035 μm. Inti sel berbentuk bulat atau lonjong dengan permukaan teratur dengan satu atau lebih anak inti dan granula kromatin tersebar tampak jelas (Boya, 2011)..

(46) 24. Gambar 2.2. Histologi hepar (Charlotte, 2002) Diantara lempengan sel hepar terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai sinusoid. Sinusoid hepar adalah saluran darah yang berliku-liku dan melebar, dengan diameter tidak teratur, dilapisi sel endotel bertingkat tidak utuh, yang dipisahkan dari hepatosit di bawahnya oleh ruang perisinusoidal. Akibatnya, zat makanan yang mengalir di dalam sinusoid yang berliku-liku, menembus dinding endotel yang tidak utuh dan berkontak langsung dengan hepatosit. Hal ini memperlancar perpindahan zat antara darah dan hepatosit. Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kupffer. Sel kupffer merupakan sistem monosit-makrofag, dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah. Sejumlah 50% dari semua makrofag dalam sel hepar adalah sel kupffer, sehingga hepar merupakan salah satu organ penting dalam pertahanan melawan invasi dan agen toksik (Yatim, 1996). Salah satu fungsi hepatosit adalah menyekresi empedu ke dalam saluran halus yang disebut kanalikuli biliaris yang terletak diantara hepatosit. Kanalikuli ini mengumpul di tepi setiap lobulus di daerah porta sebagai duktus biliaris. Duktus biliaris kemudian menjadi duktus hepatikus yang lebih besar yang membawa empedu keluar dari hepar. Di dalam lobulus hepar, empedu mengalir di dalam kanalikuli biliaris ke duktus biliaris pada daerah.

(47) 25. porta, dan darah dalam sinusoid mengalir ke vena sentral. Jadi, empedu dan darah tidak bercampur (Eroscheko, 2003). Pada sediaan yang diberi pewarna Hematoksilin dan Eosin (H&E) sitoplasma sel hepar bersifat eosinofilik, terutama disebabkan jumlah mitokondria yang lebih banyak dibanding retikulum endoplasma halus. Sel hepar memiliki banyak retikulum endoplasma baik kasar maupun halus. Pada sel hepar, retikulum endoplasma kasar membentuk agregat yang tersebar dalam sitoplasma, agregat ini sering disebut badan basofilik. Beberapa protein (misalnya albumin darah, fibrinogen) disintesis pada poliribosom. Berbagai proses penting berlangsung di dalam retikulum endoplasma halus, yang tersebar secara difusi di dalam sitoplasma. Organel ini bertanggung jawab atas proses oksidasi, metilasi, dan konjugasi yang diperlukan untuk menonaktifkan atau mendetoksifikasi berbagai zat sebelum diekskresi dari tubuh. Retikulum endoplasma halus merupakan sistem labil yang segera bereaksi terhadap molekul yang diterima sel hepar (Junqueira, 2004). 2.3.3 Fisiologi Hepar Sebagian besar sel di hepar adalah hepatosit, yang membentuk dua pertiga dari massa hepar. Tipe sel sisanya adalah sel kupffer (anggota dari sistem retikuloendotel), sel mempunyai bentuk seperti bintang (Ito atau penyimpanan lemak) sel endotel dan pembuluh darah, sel duktus empedu, dan strukturstruktur penunjang (Harrison et,al. 2013). Hepatosit melakukan peran beragam dan vital dalam mempertahankan homeostasis dan kesehatan (Harrison et,al, 2013). Hepar mudah rusak oleh.

Gambar

Gambar 2.2  Histologi hepar……………………………………  24
Gambar  2.1.  Tanaman  katuk  (Sauropus  androgynus)  beserta  buah  dan bunga (Sari, 2011)
Gambar 2.2. Histologi hepar (Charlotte, 2002)
Gambar 2.3 Morfologi Tikus (Rattus norvegicus) putih.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian angka lempeng total memperoleh hasil memuaskan bahwa kontaminasi sirup parasetamol yang disimpan di Puskesmas Kabupaten Purbalingga sangat rendah adapun

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemandirian Belajar terhadap matematika siswa yang memiliki IQ

Hasil dari pengujian turbin angin savonius darrieus tipe cebong dengan variasi kecepatan angin 6 m/s, 7m/s, 8 m/s, dan 9 m/s diperoleh torsi tertinggi yang dihasilkan sebesar 0,924

[r]

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

Maksud dari pengertian ini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletak dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan yaitu

Dari beberapa pengertian tentang alat peraga Video Compact Disc (VCD) yang berbasis audio-visual tersebut, dapat dipahami bahwa alat peraga berbasis

ТРАНСФОРМАЦИОНО ЛИДЕРСТВО И СОЦИЈАЛНО ПОНАШАЊЕ УЧЕНИКА - МОДЕРАТОРСКИ ЕФЕКАТ КОЛЕКТИВНЕ ЕФИКАСНОСТИ НАСТАВНИКА Kако би се установило да ли природа