• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Perkembangan rataan tinggi tanaman dari masing-masing perlakuan disajikan pada lampiran 1, sedangkan sidik ragam pada lampiran 2. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Z0 16.991

Z1 20.696

Z2 19.026

Z3 18.856

Z4 20.646

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan Z1 = 20,69 cm dan yang terendah pada perlakuan Z0 = 16,99 cm

Total Jumlah Daun (helai)

Perkembangan rataan total jumlah daun dari masing-masing perlakuan disajikan pada lampiran 3, sedangkan sidik ragam pada lampiran 4. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap total jumlah daun.

Rataan total jumlah daun dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Rataan Total Jumlah Daun Tanaman (helai) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Total Jumlah Daun (helai)

Z0 13.705

Z1 15.759

Z2 15.761

Z3 15.094

Z4 15.709

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan total jumlah daun tertinggi dijumpai pada perlakuan Z2 = 15,76 helai dan yang terendah pada perlakuan Z0 = 13,70 helai.

Produksi Biomassa Per Tanaman (g)

Produksi biomassa per tanaman dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan daftar sidik ragam produksi biomassa per tanaman pada lampiran 6. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi biomassa per tanaman. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata dengan perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Z1, Z2 dan Z3.

24

Rataan produksi biomassa per tanaman dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Rataan Produksi Biomassa Per Tanaman (g) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Produksi Biomassa Per Tanaman (g)

Z0 21.31 d

Z1 40.19 ab

Z2 30.69 c

Z3 41.63 ab

Z4 45.06 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.

Dari tabel 3 diperoleh bahwa rataan produksi biomassa tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yakni sebesar 45,06 g, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yakni sebesar 21,23 g.

Histogram rataan produksi biomassa per tanaman dari 5 perlakuan yang diuji dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram Rataan Produksi Biomassa Per Tanaman 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 Z0 Z1 Z2 Z3 Z4 Perlakuan P rod u k si B iom as sa ( g)

Produksi Segar Jual Per Tanaman (g)

Data hasil pengamatan produksi segar jual per tanaman dapat dilihat pada lampiran 7, sedangkan daftar sidik ragam produksi segar jual per tanaman pada lampiran 8. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi segar jual per tanaman. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata dengan perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Z1, Z2 dan Z3.

Rataan produksi segar jual per tanaman dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Rataan Produksi Segar Jual Per Tanaman (g) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Produksi Segar Jual Per Tanaman (g)

Z0 18.31d

Z1 38.19ab

Z2 28.19bc

Z3 38.63ab

Z4 43.06a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.

Dari tabel 4 diperoleh bahwa produksi segar jual per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yakni sebesar 43,06 g, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yakni sebesar 18,31 g.

26

Histogram rataan produksi segar jual per tanaman dari 5 perlakuan yang diuji dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Histogram Rataan Produksi Segar Jual Per Tanaman

Shoot/Root Ratio (%)

Data hasil pengamatan shoot/root ratio dapat dilihat pada Lampiran 9, sedangkan daftar sidik ragam shoot/root ratio dapat dilihat pada Lampiran 10.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap shoot/root ratio. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata dengan perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Z1, Z2 dan Z3. 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 Z0 Z1 Z2 Z3 Z4 Perlakuan P rod uks i S egar Ju al ( g)

Rataan shoot/root ratio dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini : Tabel 5. Rataan Shoot/Root Ratio (%) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Shoot/root ratio (%)

Z0 16.65 d

Z1 34.70 ab

Z2 25.79 bc

Z3 31.38 ab

Z4 36.24 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.

Dari tabel 5 diperoleh bahwa Shoot/root ratio terbesar terdapat pada perlakuan Z4 yaitu sebesar 36,24 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu sebesar 16,65 %.

Histogram rataan shoot/root ratio dari 5 perlakuan yang diuji dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Histogram Rataan Shoot/Root Ratio. 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 Z0 Z1 Z2 Z3 Z4 Perlakuan S h oot / R oot R at io

28

Indeks Panen (%)

Indeks Panen dapat dilihat pada lampiran 11, sedangkan daftar sidik ragam indeks panen pada lampiran 12. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata dengan perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Z1, Z2 dan Z3.

Rataan indeks panen dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini : Tabel 6. Rataan Indeks Panen (%) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Indeks Panen (%)

Z0 0.842 d

Z1 0.949 ab

Z2 0.904 c

Z3 0.926 bc

Z4 0.951 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.

Dari tabel 6 diperoleh bahwa indeks panen terbesar terdapat pada perlakuan Z4 yakni sebesar 0,951 %, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yakni sebesar 0,842 %.

Histogram rataan indeks panen dari 5 perlakuan yang diuji dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Histogram Rataan Indeks Panen. 0.00 0.80 0.82 0.84 0.86 0.88 0.90 0.92 0.94 0.96 Z0 Z1 Z2 Z3 Z4 Perlakuan Inde ks P an en

30

Pembahasan

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa perlakuan yang diuji dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pengamatan biomassa, bobot segar jual, shoot/root ratio dan indeks panen tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan total jumlah daun. Berdasarkan hasil analisis tanah (Lampiran 18) diketahui bahwa pH tanah termasuk kategori rendah yaitu 4,8. Pada tanah yang memiliki pH rendah unsur hara makro seperti Nitrogen dan Fosfat tidak tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, sehingga penyerapan unsur hara tersebut tidak efektif yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2005) yang menyatakan bahwa pada tanah masam unsur hara makro tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi tanaman dan dapat menghambat perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Dengan sendirinya akan berpengaruh buruk bagi perkembangan tanaman. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan perlakuan zink sulphate berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi dan total jumlah daun tanaman adalah karena pupuk zink sulphate yang diberikan pada tanaman belum mencukupi kebutuhan tanaman. Berdasarkan hasil analisis tanah diperoleh bahwa unsur hara zink yang terdapat pada tanah percobaan adalah 3,78 ppm. Sementara kadar normal Zn dalam tanah berkisar antara 16 sampai 300 ppm. Sedangkan Zn dalam tanaman berkisar antara 20 sampai 70 ppm. Sementara kadar Zn yang diberikan pada tanaman sebagai perlakuan hanya berkisar antara 10 ppm sampai 30 ppm.

Rataan bobot biomassa terbesar terdapat pada perlakuan Z4 yaitu sebesar 45,06 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu

aldolase, asam oksalatdekarboksilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin deaminase, superdeoksidemutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase serta berperan juga dalam penyusunan pati. Dengan demikian maka jumlah klorofil pada daun tanaman tersebut kemungkinan akan meningkat yang juga dapat menyebabkan luas serta ketebalan daun akan bertambah. Dengan bertambahnya luas serta ketebalan daun tersebut maka akan meningkatkan bobot biomassa dari tanaman tersebut. Sesuai dengan pernyataan sutejo (2004) bahwa zink merupakan bagian yang penting dari asam karboksilase, karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit zink sulphate dapat memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman, kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan menjadi racun bagi tanaman. Persenyawaan zink berfungsi pula pada pembentukan hormon auksin dan penting bagi keseimbangan fisiologis

Pemberian Zn juga berpengaruh nyata terhadap bobot segar jual per tanaman. Rataan terbesar terdapat pada perlakuan Z4 yaitu sebesar 43,06 g dan yang terendah adalah dengan perlakuan Z0 (kontrol) yaitu sebesar 18,31 g. Hal ini didukung oleh fungsi Zn yang berperan dalam pembentukan klorofil atau mencegah perusakan klorofil. Sehingga dengan meningkatnya jumlah klorofil tanaman, laju fotosintesis tanaman juga akan berjalan dengan baik sehingga memungkinkan akan bertambahnya jumlah pati yang terbentuk dari hasil fotosintesa yang dapat meningkatkan bobot dari tajuk tanaman tersebut.

Pemberian pupuk zink sulphate menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap shoot/root ratio tanaman. Dari hasil analisis tanah diperoleh bahwa kandungan Zn tanah sebesar 3,78 ppm dan hal tersebut termasuk ke dalam

32

kategori rendah. Jadi penambahan dosis Zn per satuan unit kelihatan dapat meningkatkan shoot/root ratio tanaman karena jumlah Zn yang diberikan masih berdasarkan ketentuan pengguaannya yang dapat memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan sutejo (2004) bahwa zink merupakan bagian yang penting dari asam karboksilase, karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit zink dapat memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan pupuk berpengaruh nyata terhadap parameter indeks panen. Rataan indeks panen tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu sebesar 0.951 dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu sebesar 0.842. Indeks panen dipengaruhi oleh produksi segar jual dan produksi biomassa tanaman. Indeks panen memiliki nilai yang tinggi dikarenakan produksi segar jual per tanaman tidak jauh berbeda dengan produksi biomassa per tanaman. Produksi segar jual per tanaman meningkat karena didukung oleh fungsi Zn yang sangat berperan dalam pembentukan klorofil, sintesa RNA dan auksin sehingga dengan berperannya Zn dalam pembentukan klorofil maka tajuk tanaman akan lebih cepat berkembang dari pada akar tanaman. Dengan demikian shoot/root ratio tanaman juga akan meningkat.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa produksi per ha tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu sebesar 8,61 ton dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu sebesar 3,66 ton dan produksi per ha untuk masing-masing perlakuan Z1, Z2 dan Z3 adalah sebagai berikut : Z1 = 7,63 ton, Z2 = 5,63 ton, Z3 = 7,72 ton.

Dokumen terkait