• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektifitas Pupuk Mikro Zink Sulphate Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca Sativa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Efektifitas Pupuk Mikro Zink Sulphate Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca Sativa L.)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

SELADA (Lactuca sativa L.)

SEMINAR HASIL*

ADITIANTA MELIALA** 030301052

BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

* Diseminarkan pada hari jumat 20 juni 2008 pada pukul 08:30 di ruangan seminar Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

(2)

UJI EFEKTIFITAS PUPUK MIKRO ZINK SULPHATE

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

SELADA (Lactuca sativa L.)

SKRIPSI

ADITIANTA MELIALA 030301052/AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

( Ir. Hj. Sabar Ginting, MS ) ( Ir. Mariati, Msc

Ketua Anggota

)

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Uji Efektifitas Pupuk Mikro Zink Sulphate Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Nama : Gagah Hidayah Sakti Harahap

NIM : 020301037

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

( Ir. Hj. Sabar Ginting, MS ) ( Ir. Mariati, Msc

Ketua Anggota

)

Mengetahui,

( Ir. Edison Purba, Ph.D.

Ketua Departemen Budidaya Pertanian )

(4)

ABSTRACT

The objective of the reseach is to study the effectivity of micro zinc sulphate fertilizer on the growth and production of lettuce (Lactuca sativa L.). The research was done at Kwala Bekala field kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntunganon Juli 2007 until September 2007.

The study applied Randomize Block Design (RBD) non factorial with five treatments namely: Z0 (control), Z1 (NPK 1,25 g/plant), Z2 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,01 g/ plant); Z3 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,02 g/ plant); Z4 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,03 g/ plant) with 4 replications of treatment for each. The parameter observed is the height of plant, total of leaf, biomass product per plant, fresh product per plant, shoot/root ratio, and harvest index.

The result of the research showed that the biomass product per plant, fresh product per plant, shoot/root ratio and harvest index were significantly affected by the micro zinc sulphate fertilizer, but the height of plant and total number of leaf unsignificantly affected

(5)

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui uji efektifitas pupuk mikro zink sulphate terhadap pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Kwala Bekala kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan, yang berlangsung pada bulan Juli 2007 sampai September 2007.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan perlakuan sebagai berikut : Z0 (kontrol), Z1 (NPK 1,25 g/tanaman); Z2 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,01 g/tanaman); Z3 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,02 g/tanaman); Z4 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,03 g/tanaman), dimana tiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, total jumlah daun, produksi biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio, indeks panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk mikro zink sulphate berpengaruh nyata terhadap produksi biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio, indeks panen.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Aditianta Meliala dilahirkan di Singgamanik pada tanggal 21 Februari

1985. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, dari Ayahanda J. Meliala dan Ibunda D. Br. Sinuraya.

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Uji Efektifitas Pupuk Mikro Zink Sulphate Terhadap Petumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.)“ yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Hj. Sabar Ginting, MS. dan Ibu Ir. Mariati, Msc., selaku komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, juga kepada para staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

Rasa hormat serta ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ayahanda J. Meliala dan Ibunda D. Br. Sinuraya tercinta yang telah membesarkan penulis dengan segenap rasa cinta, kasih sayang dan pengertian serta pengorbanan yang tak terhingga, juga kepada saudara-saudaraku yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.

(8)

Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis meangharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juni 2008

(9)

ABSTRACT...i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh... 6

Iklim... 6

Tanah ... 7

Pupuk Mikro Zink Sulphate ... 8

Pupuk N, P dan K ... 12

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 15

Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 16

PELAKSANAAN PENELITIAN ... 18

Persiapan Lahan ... 18

Persemaian Benih ... 18

Penanaman... 18

Pemupukan ... 19

Pemeliharaan ... 19

Penyiraman ... 19

(10)

Penyiangan ... 19

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 20

Panen ... 20

Pengamatan Parameter ... 20

Tinggi Tanaman (cm) ... 20

Total Jumlah Daun (helai) ... 20

Produksi Biomassa per Tanaman (g) ... 21

Produksi Segar Jual per Tanaman (g) ... 21

Shoot/root Ratio (%) ... 21

Indeks Panen... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN... 22

Hasil ... 22

Pembahasan ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

(11)

No judul Hal

1.

Rataan tinggi tanaman dari masing-masing perlakuan ...22

2.

Rataan total jumlah daun dari masing-masing perlakuan ...23

3.

Rataan produksi biomassa per tanaman dari

masing-masing perlakuan ...24

4.

Rataan produksi segar jual per tanaman dari

masing-masing perlakuan ...25

5.

Rataan shoot/root ratio dari masing-masing perlakuan ...27

(12)

DAFTAR GAMBAR

No judul Hal

1. Histogram rataan produksi biomassa per tanaman sample ...24

2. Histogram rataan produksi segar jual per tanaman sample ...26

3. Histogram rataan shoot/root ratio ...27

(13)

No judul Hal

1. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) ...36

2. Analisa sidik ragam tinggi tanaman ...36

3. Data pengamatan total jumlah daun (helai) ...37

4. Analisa sidik ragam total jumlah daun ...37

5. Data pengamatan produksi biomassa per tanaman (g) ...38

6. Analisa sidik ragam produksi biomassa per tanaman ...38

7. Data pengamatan produksi segar jual per tanaman (g) ...39

8. Analisa sidik ragam produksi segar jual per tanaman...39

9. Data pengamatan shoot/root ratio ...40

10.Analisa sidik ragam shoot/root ratio ...40

11.Data pengamatan indeks panen ...41

12. Analisa sidik ragam indeks panen ...41

13. Rangkuman uji beda rataan ...42

14. Bagan penelitian ...43

15. Bagan plot penelitian ...44

16. Jadwal kegiatan ...45

17. Deskripsi tanaman selada ...46

18. Hasil analisis tanah ...47

(14)

ABSTRACT

The objective of the reseach is to study the effectivity of micro zinc sulphate fertilizer on the growth and production of lettuce (Lactuca sativa L.). The research was done at Kwala Bekala field kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntunganon Juli 2007 until September 2007.

The study applied Randomize Block Design (RBD) non factorial with five treatments namely: Z0 (control), Z1 (NPK 1,25 g/plant), Z2 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,01 g/ plant); Z3 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,02 g/ plant); Z4 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,03 g/ plant) with 4 replications of treatment for each. The parameter observed is the height of plant, total of leaf, biomass product per plant, fresh product per plant, shoot/root ratio, and harvest index.

The result of the research showed that the biomass product per plant, fresh product per plant, shoot/root ratio and harvest index were significantly affected by the micro zinc sulphate fertilizer, but the height of plant and total number of leaf unsignificantly affected

(15)

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui uji efektifitas pupuk mikro zink sulphate terhadap pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Kwala Bekala kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan, yang berlangsung pada bulan Juli 2007 sampai September 2007.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan perlakuan sebagai berikut : Z0 (kontrol), Z1 (NPK 1,25 g/tanaman); Z2 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,01 g/tanaman); Z3 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,02 g/tanaman); Z4 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,03 g/tanaman), dimana tiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, total jumlah daun, produksi biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio, indeks panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk mikro zink sulphate berpengaruh nyata terhadap produksi biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio, indeks panen.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selada (Lactuca sativa L.) adalah satu-satunya spesies Lactuca yang

dibudidayakan, merupakan tanaman asli lembah Mediterania Timur, terbukti pada

lukisan kuburan Mesir Kuno menunjukkan bahwa selada yang tidak membentuk

kepala telah ditanam sejak tahun 4500 sebelum masehi (SM). Awalnya tanaman

ini mungkin digunakan sebagai obat dan minyak bijinya dapat dimakan. Ras local

selada diketahui sebagai Introduksi Tanaman USDA 251245, digunakan untuk

diambil minyak bijinya (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Selada mengandung beragam zat makanan yang esensial bagi kesehatan

tubuh. Setiap 100 g daun selada segar mengandung protein 1,2 g, lemak 0,2 g,

karbohidrat 2,9 g, Ca 22 mg, P 25 mg, Fe 0,5 mg, Vitamin A 162 mg, B 0,04 mg

dan C 8 mg ( Haryanto,dkk, 2002). Daun selada segar mengandung 94,3 % air

serat 0,7 %, abu 0,7 % ( Sastrahidajat dan Soemarno, 1996).

Selada termasuk komoditas sayuran yang komersial dan memiliki prospek

yang baik, karena kandungan zat gizi dan peranannya dalam kesehatan. Jumlah

penduduk Indonesia yang semakin bertambah dan meningkatnya kesadaran akan

sayuran pada umumnya dan selada pada khususnya meningkatkan permintaan

terhadap sayuran tersebut. Untuk memenuhi permintaan pasar ditambah dengan

peluang pasar internasional yang cukup besar bagi komoditas tersebut maka perlu

usaha-usaha untuk meningkatkan produksi dengan teknik budidaya yang tepat

(17)

Berbagai teknik budidaya dapat diterapkan dalam mendukung produksi

tanaman sayuran. Diantaranya adalah pemberian air dan penggunaan pupuk.

Kedua faktor ini sangat penting untuk menghasilkan tanaman yang berproduksi

tinggi dan berkualiras baik, karena sebagai tanaman sayuran selada sangat

memerlukan kualitas disamping kuantitas (Haryanto, dkk, 2002).

Tanaman selada termasuk tanaman sukulen, karena kandungan airnya

94,3%. Tanaman seperti ini membutuhkan pemupukan yang tepat, terutama pupuk

yang banyak mengandung Nitrogen (N). Kebutuhan Nitrogen lebih tinggi dari

pada Pospat (P) dan Kalium (K) karena Nitrogen dibutuhkan untuk pertumbuhan

bagian-bagian vegetatif yang merupakan bagian tanaman yang mempunyai nilai

ekonomis pada tanaman selada. Pupuk Urea merupakan pupuk tunggal yang

mengandung N yang cukup tinggi yaitu 46% (Suhardi, 1990). Penggunaan pupuk

majemuk yang mengandung N, P dan K merupakan suatu alternatif untuk

memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman. Akhir-akhir ini harga pupuk makro NPK

sangat mahal. Tanah yang sering ditanami akan kehilangan unsur mikro, oleh

karena itu perlu ditambahkan unsur mikro kedalamnya. Pupuk ZnSO4

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian uji efektifitas pupuk mikro zink sulphate terhadap pertumbuhan dan

produksi selada.

merupakan

(18)

3

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas pupuk mikro zink sulphate sebagian atau

seluruhnya dibandingkan dengan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi

selada.

Hipotesis Penelitian

Pupuk mikro zink sulphate memiliki efektifitas yang lebih baik

dibandingkan dengan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi selada.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah untuk menyusun skripsi yang merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahn informasi bagi pihak yang berhubungan dengan usaha

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Selada

Tanaman selada (Lactuca sativa L.) termasuk famili compositae dari

genus Lactuca yang merupakan tanaman sayuran semusim. Tanaman selada

banyak dikembangkan sekarang ini dan menjadi sayuran penting sebagai sayuran

penyegar dimana daun-daunnya dapat pula membentuk krop (Sunaryono, 1999).

Selada adalah tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman ini cepat menghasilkan akar

tunggang diikuti dengan penebalan dan perkembangan cabang-cabang akar yang

menyebar pada kedalaman antara 25-50 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

Batang tanaman selada selama fase vegetatif, pendek, berbuku-buku

sebagai tempat kedudukan daun. Setelah tanaman selada memasuki masa

generatif batangnya memanjang ( Rukmana, 1994).

Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah banyak dan

biasanya berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam roset padat.

Warna daunnya beragam mulai dari hijau muda hingga hijau tua. Daun tak

berambut, mulus, berkeriput atau kusut berlipat. Daun selada kaya akan

antioksidan seperti betakarotin, falat dan lutein serta mengandung indol yang

berkhasiat melindungi tubuh dari serangan kanker. Kandungan serat alaminya

dapat menjaga kesehatan organ-organ pencernaan. Keragaman zat kimia yang

dikandungnya seperti air, kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fospat,

(20)

5

berfungsi sebagai obat pembersih darah, mengatasi batuk, radang kulit, sulit tidur

serta gangguan wasir (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

Selada umumnya dimakan mentah (lalap), dibuat salad atau disajikan

dalam berbagai bentuk masakan Eropa maupun Cina. Jarang sekali selada disayur

masak, karena rasanya menjadi kurang enak. Selada mengandung gizi cukup

tinggi terutama sumber mineral. Kandungan zat gizi dalam 100 g selada antara

lain kalori 15,00 kal, protein 1,20 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 2,9 g, Ca 22,00 mg,

P 25 mg, Fe 0,5 mg, Vitamin A 540 SI, Vitamin B 0,04 mg, dan air 94,80 g

(Rukmana,1994).

Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan

tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan

buah berbentuk polong yang berisi biji. Biji selada berbentuk pipih, berukuran

kecil-kecil serta berbulu dan tajam (Rukmana, 1994).

Menurut Nazaruddin (2000) ada empat jenis selada yang dikenal, yaitu

selada telor, selada daun, selada rapuh dan selada batang. Jenis yang banyak

diusahakan didataran rendah adalah selada daun. Selada daun memiliki daun yang

berwarna hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak.

Tanaman selada sudah dikenal baik dan digemari oleh masyarakat

Indonesia. Masyarakat yang mengkonsumsi sayuran selada akhir-akhir ini

menunjukkan peningkatan karena gampangnya sayuran ini ditemukan dipasar.

Selada merupakan sayuran yang mempunyai nilai komersial dan prospek yang

cukup baik. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, ekonomis dan bisnis,

(21)

tinggi dan peluang pasar internasional yang cukup besar

(Haryanto, Suhartini dan Rahayu, 2003).

Pada periode tahun 1984-1988 Indonesia mengimpor selada sebanyak

4.765 ton. Permintaan selada antara lain berasal dari pasar swalayan,

restoran-restoran, hotel-hotel serta konsumen luar negeri yang menetap di Indonesia

(Anonimous, 2006).

Syarat Tumbuh Iklim

Suhu sedang adalah suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi.

Suhu optimumnya adalah siang 200c dan malam 100c. Suhu yang lebih tinggi dari

300

Intensitas cahaya dan hari panjang meningkatkan laju pertumbuhan dan

mempercepat perkembangan luas daun sehingga daun menjadi lebih lebar, yang

berakibat pembentukan kepala lebih cepat. Namun, pada hari panjang beberapa

kultivar selada terinduksi untuk membentuk tangkai bunga, kecendrungan ini

sangat terpacu oleh suhu tinggi. Intensitas cahaya yang sesuai untuk selada adalah

80 – 90 % (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

c biasanya menghambat pertumbuhan, merangsang tumbuhnya tangkai bunga

(bolting) dan menyebabkan rasa pahit (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Tanaman selada pada umumnya ditanam pada penghujung musim hujan,

karena termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap penggenangan. Pada musim

(22)

7

tahan terhadap penggenangan, tanaman selada juga tidak tahan terhadap sengatan

sinar matahari yang terlalu panas ( Haryanto,dkk, 2002).

Di Indonesia selada dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi atau

pegunungan. Untuk dataran rendah sampai menengah, sebaiknya dipilih selada

varietas yang tahan terhadap suhu panas ( Anonimus, 2003).

Daerah-daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian antara

5 sampai 1.200 m dpl (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Tanah

Tanaman selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak

mengandung humus. Tanah yang mengandung pasir dan bahan organik sangat

baik untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian tanah jenis lain seperti lempung

berdebu atau lempung berpasir pun dapat digunakan sebagai media budidaya

tanaman ini (Haryanto,dkk, 2002).

Selada tumbuh pada kisaran tipe tanah yang lebar. Tanah yang mampu

menahan air dengan baik dan dengan drainase yang memadai, seperti liat berpasir

atau tanah organik lebih disukai. Selada peka terhadap kepadatan dan keasaman

tanah. Pada tanah mineral, pH harus diantara 5,5 kisaran pH terbaik adalah mulai

dari 6 hingga 8. Kecambah tanaman ini tidak toleran terhadap salinitas sedangkan

(23)

Pupuk Mikro Zink Sulphate

Seng (Zn) diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ dan dalam tanah

alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn (OH)+

Mineral Zn yang ada dalam tanah antar lain seng sulfida (ZnS), spalrit

((ZnFe)S), smithzonte (ZnO), Wellemite ( ZnSiO

. Disamping itu, Zn

diserap dalam bentuk kompleks-khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro

lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16

sampai 300 ppm. Sedangkan Zn dalam tanaman berkisar antara 20 sampai

70 ppm (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).

3 dan Zn2SiO4). Pada tanah

sawah sering berupa senyawa ZnS. Senyawa ini dalam suasana oksidasi menjadi

ZnSO4. Pada tanah yang mengandung banyak kapur CaCO3 dan MgCO3,

kemungkinan Zn diikat kuat oleh kedua senyawa tersebut sehingga tidak tersedia

bagi tanaman. Pada tanah yang kaya akan silikat, Zn akan membentuk kompleks

ZnSiO3. Penggenangan sering menurunkan ketersediaan Zn karena terbentuknya

kompleks ZnSiO3

Ketersediaan Zn turun dengan naiknya pH. Pengapuran yang berlebihan

sering menyebabkan ketersediaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tingi

sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terutama pada tanah berkapur

(Rosmarkam dan Yuwono, 2003).

. Di samping itu, Zn sering membentuk kompleks

logam-organik terutama dengan asam humat dan asam fulvat. Kompleks ini relatif stabil

pada pH tinggi (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).

Fungsi Zn antara lain pengaktif enzim enolase, aldolase, asam

(24)

9

superdeoksidemutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, poteinase, dan

peptidase. Zn juga berperan dalam penyusunan pati. Pada enzim dehidrogenase

akan terjadi reduksi asetaldehida menjadi ethanol dengan reaksi sebagai berikut :

CH3 C COOH CH3 C = O CH3CH2

OH

OH

Asam Piruvat Asetaldehida Ethanol

Menurut sutejo (2004) zink merupakan bagian yang penting dari asam

karboksilase, karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit zink dapat

memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman,

kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan menjadi racun bagi

tanaman. Persenyawaan zink berfungsi pula pada pembentukan hormon auksin

dan penting bagi keseimbangan fisiologis.

Pada tanaman tingkat tinggi, terjadi proses penyusunan ethanol terutama

pada organ tanaman yang sedang melakukan meristematis yaitu ujung akar dan

ujung tanaman. Bila tanaman kekurangan Zn, penyusunan ethanol terhambat atau

terhenti karena adanya penurunan aktifitas enzim dehidrogenase. Dalam enzim

superoksida demutase (SOD), Zn bekerja sama dengan Cu menjadi Zn–Cu-SOD.

Aktifitas enzim ini menurun bila tanaman kekurangan unsur Zn dan pemberian Zn

akan meningkatkan kegiatan enzim tersebut (Ginta, 2005).

Kegiatan lain Zn adalah sebagai carbonic anhydrase (CA). CA berperan

sebagai katalisator hydratasi CO

CO

2.

(25)

CA mempunyai 6 sub unit dan berat molekul sekitar 180.000 dan

mengandung 6 atom Zn. Fungsi utama Zn dalam kloroplast adalah untuk asimilasi

CO2 dan untuk membuat keseimbangan CO2

Kekurangan Zn menyebabkan sintesis RNA terhambat. Gejala defisiensi

yang ditimbulkan unsur Zn adalah mula-mula terlihat pada daun muda , dimulai

antara tulang daun terjadi klorosis. Duduk daun yang satu dan yang lainnya

menjadi lebih dekat, sehingga duduk daun yang berdekatan ini disebut bentuk

sapu atau roset, dan pertumbuhan memanjang terhambat. Pada tanaman jagung,

gejala kekurangan Zn tampak tunas menjadi putih. Pada tanaman leguminosae,

gejala yang tampak adalah jaringan antara tulang daun mengalami klorosis dan

berwarna kekuning-kuningan, dan tulang daun tetap hijau (hampir sama dengan

gejala kekurangan Mn). Gejala berupa noda cokelat sering terdapat pada daun

bagian bawah dan jaringan noda cokelat yang mati, demikian juga pinggiran daun

mati. Kebanyakan tunas mati dan daun gugur sebelum waktunya

(Rosmarkam dan Yuwono, 2003)

dalam sel hijau daun. Fungsi lain Zn

ialah dalam metabolisme N. Zink diperlukan dalam sintesis triptofan dan juga

asam indool asetat (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).

Tanaman umumnya menyerap sulfur dalam bentuk SO42- dari tanah oleh

akar. Sulfur juga diserap oleh tanaman dalam bentuk SO2 dari udara lewat daun.

Kadar SO2 dalam udara yang cukup tinggi menyebabkan keracunan pada

tanaman. SO42- dari tanah tersebut di dalam tanaman direduksi, kemudian diubah

menjadi ikatan -S-S- atau -S-H. Di dalam tanah, sebagian sulfur dalam bentuk

senyawa organik dan sebagian lagi dalam bentuk anorganik. Pada tanah, mineral S

(26)

11

misalnya Na2SO4, MgSO4, FeS, ZnS dan H2

Sulfur (S) berperan menaikkan kadar methionin, sistein dan total S dalam

jaringan tanaman. Oleh karena itu, kekurangan S dapat menyebabkan

terhambatnya penyusunan protein, asam amino, tanaman kurus dan kerdil serta

perkembangan tanaman menjadi sangat lambat (Novizan, 2005).

S. Sulfida (dalam bentuk reduksi)

terdapat dalam tanah yang suasananya reduksi, misalnya tanah tergenang.

Perbandingan C : N : S pada tanah kapuran berkisar 113 : 10 : 1,3 dan pada tanah

non kapuran 147 : 10 : 1,4. Menurut Tisdale (1985), dalam Rosmarkam dan

Yuwono (2003) sulfur sering menaikkan hasil bila diberikan bersama dengan

molibdenum. Pemupukan sulfur terus - menerus dapat menyebabkan reaksi tanah

menjadi lebih asam (pH turun), sehingga mengakibatkan ketersediaan Mn, Al dan

Zn meningkat.

Hasil metabolisme senyawa organik yang pertama dan yang stabil adalah

homoserine, kemudian terbentuk senyawa homosistein yang akhirnya diubah

menjadi metionin. Sistein dan metionin merupakan asam amino penting yang

mengandung sulfur dalam tanaman. Peranan sulfur (S) yang penting dalam

tanaman adalah pembentukan ikatan disulfida antara rantai protein. Penyusunan

dipeptida sistein dari dua molekul sistein merupakan contoh pembentukan

disulfida dari dua gugus – SH.

Pembentukan metionin dari homoserine diikhtisarkan sebagi berikut :

ikatan –SH dan sistein lepas dan mengganti OH- dan terbentuk homosistein.

(27)

Pembentukan ikatan disulfida dalam polipeptida dan protein merupakan

fungsi S yang penting. Dilihat dari reaksi oksidasi – reduksi, pembentukan sistein

merupakan proses oksidasi ( pelepasan ion H ) dari dua molekul sistein dan reaksi

sebaliknya adalah reaksi reduksi ( sistein 2 sistein )

(Rosmarkam dan Yuwono, 2003).

Pupuk N, P, Dan K

Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya pupuk dibagi menjadi dua,

yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang

kandungan unsur haranya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro

primer, misalnya Urea yang hanya mengandung unsur hara Nitrogen. Pupuk

majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Penggunaan

pupuk ini lebih praktis, karena dengan hanya sekali penyebaran, beberapa jenis

unsur hara dapat diberikan. Namun dari sisi harga, pupuk ini lebih mahal, contoh

pupuk majemuk antara lain diamonium Phospat mengandung unsur hara Nitrogen

dan Posphor, serta pupuk NPK mutiara yang mengandung unsur hara Nitrogen,

Posphor dan Kalium (Novizan, 2002)

Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk lebih rendah dari pada yang

terkandung dalam pupuk tunggal. Pemberian unsur hara dalam pupuk majemuk

tidak bisa sesuai dengan kebutuhan tanaman, karena unsur hara majemuk sudah

tergabung. Salah satu contoh pupuk majemuk adalah NPK mutiara (15: 15 :15),

yang mengandung N, P dan K masing-masing sebanyak 15 %. Pemberian pupuk

(28)

13

subur atau miskin hara, pada hal setiap tanah memiliki kebutuhan unsur hara yang

berbeda diantara ketiga unsur hara tersebut, atau dapat dikatakan kebutuhan unsur

hara tersebut berbeda-beda, karena kandungannya dalam tanah berbeda

(Rinsema, 1986).

Menurut Novizan (2005) pada tanah masam (pH rendah) unsur hara makro

tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi tanaman dan dapat menghambat

perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Dengan sendirinya akan

berpengaruh buruk bagi perkembangan tanaman.

Hampir seluruh tanaman dapat menyerap Nitrogen dalam bentuk Nitrat

(NO3- ) atau amonium (NH4+

Pupuk Urea mengandung Nitrogen sebanyak 46%. Urea cepat mencair

dalam air dan menguap. Pupuk ini berkonsentrasi tinggi dan harganya tidak terlalu

mahal jika diperhitungkan kandungan Nitrogennya yang penting bagi tanaman.

Pupuk urea mudah tercuci karena membentuk amida yang tidak terikat pada

tanah, Urea juga mudah berubah menjadi amoniak (Suhardi, 1990).

) yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam nitrat

lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh

mikroorganisme tanah. Umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat

membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati

(Novizan, 2002)

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tanaman, yang pada umumnya

sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif

tanaman, seperti daun, batang dan akar, tetapi bila terlalu banyak dapat

(29)

Fungsi Nitrogen bagi tanaman antara lain :

1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman

2. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna

yang lebih hijau, kekurangan N menyebabkan klorosis (pada daun muda

berwarna kuning)

3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman

4. Meningkatkan kwalitas tanaman penghasil daun-daunan

5. Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.

Bentuk N diperoleh sebagai hasil dekomposisi bahan organik, baik yang

berasal dari tumbuhan atau hewan. Nitrat yang diabsorbsi oleh akar tanaman

menuju kebagian atas tanaman akibat proses traspirasi di bagian daun. Dengan

demikian asimilasi nitrat pada tanaman tingkat tinggi umumnya terjadi pada

bagian daun, walaupun asimilasi nitrat terjadi juga pada bagian tanaman lain

seperti pada akar dan batang tanaman. ( Nyakpa, dkk, 1988).

Reduksi nitrat menjadi amoniak pada tanaman tingkat tinggi terjadi

melalui dua proses. Pertama, nitrat direduksi menjadi nitrit (NO2-), lalu nitrit

direduksi menjadi amoniak (NH3

Ion amonium dan amoniak bersama-sama masuk ke dalam kelompok

Amoniak - Nitrogen. Amoniak - Nitrogen ( lebih sederhana, amoniak) dihasilkan

di dalam sel tanaman. Amoniak dihasilkan melalui fotorespirasi dari siklus

oksidasi karbon, atau juga dapat dihasilkan dari proses degradasi metabolik dari

cadangan protein selama perkecambahan biji-biji tertentu ( Lakitan, 1993).

). Langkah kedua adalah terjadi reaksi nitrit

menjadi nitrat proses ini terjadi pada bagian hijau daun, yaitu didalam kloroplast

(30)

15

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun Kwala Bekala Kelurahan

Sidomulyo kecamatan Medan Tuntungan (Analisis tanah lampiran 18), kabupaten

Deliserdang, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut dan

topografi datar. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli 2007 – September 2007

(Jadwal kegiatan lampiran 16).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman selada

varietas grand rapids (Deskripsi lampiran 17) sebagai objek yang diamati, top soil,

kompos, pupuk kandang sapi sebagai campuran media tanam, pupuk Zink

Sulphate sebagai perlakuan dan pupuk NPK (15 : 15 : 15) sebagai pembanding,

insektisida Decis, fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur dan air.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menggemburkan dan

membersihkan lahan, handsprayer, pipet skala untuk menakar pupuk dan

insektisida yang akan diaplikasikan, timbangan analitik, gembor, meteran untuk

mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, alat tulis, kertas label dan kalkulator.

(31)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)

Non Faktorial dengan perlakuan yaitu:

ZO : Kontrol

Z1 : NPK 1,25 g/ tanaman

Z2 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,01 g/tanaman)

Z3 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,02 g/tanaman)

Z4 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,03 g/tanaman)

Jumlah Ulangan : 4 ulangan

Jumlah Plot : 20 plot

Jumlah Tanaman/ Plot : 25 tanaman

Jumlah tanaman sampel/ plot : 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 80 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 500 tanaman

Jarak tanam : 25 cm x 20 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 50 cm

(32)

17

Menurut Gomez dan Gomez (1996) model linear yang diasumsikan untuk

Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) Non Faktorial sebagai berikut:

Yij = µ + ρi+ αj + εij Dimana :

Yij = Hasil pengamatan dari faktor perlakuan pada taraf ke-i dalam ulangan

ke-j

µ = Nilai tengah ρi = Efek dari blok ke-i

αj = Efek dari faktor perlakuan pada taraf ke-j

εij = Efek galat dari blok ke-i yang mendapat perlakuan pada taraf ke-j

Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan

(33)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun Kwala Bekala Kelurahan

Sidomulyo kecamatan Medan Tuntungan (Analisis tanah lampiran 18), kabupaten

Deliserdang, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut dan

topografi datar. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli 2007 – September 2007

(Jadwal kegiatan lampiran 16).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman selada

varietas grand rapids (Deskripsi lampiran 17) sebagai objek yang diamati, top soil,

kompos, pupuk kandang sapi sebagai campuran media tanam, pupuk Zink

Sulphate sebagai perlakuan dan pupuk NPK (15 : 15 : 15) sebagai pembanding,

insektisida Decis, fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur dan air.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menggemburkan dan

membersihkan lahan, handsprayer, pipet skala untuk menakar pupuk dan

insektisida yang akan diaplikasikan, timbangan analitik, gembor, meteran untuk

mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, alat tulis, kertas label dan kalkulator.

(34)

16

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)

Non Faktorial dengan perlakuan yaitu:

ZO : Kontrol

Z1 : NPK 1,25 g/ tanaman

Z2 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,01 g/tanaman)

Z3 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,02 g/tanaman)

Z4 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,03 g/tanaman)

Jumlah Ulangan : 4 ulangan

Jumlah Plot : 20 plot

Jumlah Tanaman/ Plot : 25 tanaman

Jumlah tanaman sampel/ plot : 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 80 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 500 tanaman

Jarak tanam : 25 cm x 20 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 50 cm

(35)

Menurut Gomez dan Gomez (1996) model linear yang diasumsikan untuk

Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) Non Faktorial sebagai berikut:

Yij = µ + ρi+ αj + εij Dimana :

Yij = Hasil pengamatan dari faktor perlakuan pada taraf ke-i dalam ulangan

ke-j

µ = Nilai tengah ρi = Efek dari blok ke-i

αj = Efek dari faktor perlakuan pada taraf ke-j

εij = Efek galat dari blok ke-i yang mendapat perlakuan pada taraf ke-j

Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan

(36)

18

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari gulma-gulma kemudian tanah digemburkan, dibuat

bedengan dengan ukuran 1,00 m x 1,25 m dengan jarak antar bedengan 50 cm,

dengan tinggi 20 cm (Bagan penelitian lampiran14 dan bagan plot penelitian

lampiran 15). Setelah tanah digemburkan dan bedengan selesai dibuat kemudian

ditaburkan kompos dengan cara mencampur rata dengan tanah sebanyak 2,5

Kg/plot dan dibuat jarak tanam dengan ukuran 25 cm x 20 cm (Gambar tanaman

di lapangan lampiran 19).

Persemaian Benih

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan persemaian

agar diperoleh bibit yang seragam dan baik. Benih selada varietas grand rapids

direndam dalam air dingin selama 15 menit lalu dikeringkan kembali. Benih

tersebut kemudian disemaikan pada media tanam dalam keranjang plastik dengan

media berupa tanah dan kompos dengan perbandingan komposisi 2 : 1 selama

21 hari.

Penanaman

Bibit yang telah berumur 21 hari diambil dari tempat persemaian dengan

menggunakan sungkit besi. Untuk memudahkan pencabutan bibit terlebih dahulu

disiram. Bibit yang ditanam di lapangan adalah bibit yang memiliki pertumbuhan

(37)

Pemupukan

Pemupukan menggunakan 2 jenis pupuk yang berbeda yaitu pupuk NPK

dan pupuk Zink Sulphate. Aplikasi pupuk NPK dilakukan 7 hari sebelum tanaman

dipindahkan ke lapangan, sedangkan untuk pupuk Zink Sulphate dilakukan dua

kali yaitu pada saat tanaman berumur 15 hari dan 30 hari setelah tanam di

lapangan sesuai dengan dosis perlakuan yang telah ditentukan. Pengaplikasian

pupuk Zink Sulpahate dilakukan pada sore hari setelah penyiraman tanaman,

pemberiannya dilakukan ke ketiak daun.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari dengan menggunakan gembor.

Namun jika cuaca tidak terlalu panas, penyiraman dapat dilakukan sekali sehari

yaitu pada sore hari.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati atau

pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan. Kegiatan ini dilakukan

setelah tanaman berumur seminggu di lapangan.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang

(38)

20

menyianginya. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu dan 4

minggu di lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan pestisida decis

dengan konsentrasi 2 cc/ ltr air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan

dengan penyemprotan fungisida Dithane M- 45 dengan konsentrasi 2 g/liter air

dengan selang waktu seminggu sekali.

Panen

Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman, dengan cara

membongkar tanah agar akar tanaman tidak patah dan tidak tertinggal di dalam

tanah. setelah dicabut akar dibersihkan dari kotoran yang menempel pada akar

tersebut. Panen dilakukan pada umur tanaman 58 hari setelah benih disemai.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi

tanaman selada mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi tanaman

dengan menggunakan meteran, pengukuran tinggi tanaman satu kali yaitu pada

akhir penelitian bersamaan dengan panen.

Total Jumlah Daun (helai)

Daun yan dihitung adalah daun yang telah terbentuk sempurna. Jumlah

(39)

Produksi Biomassa Per Tanaman (g)

Produksi biomassa per tanaman adalah seluruh bagian tanaman sampel

termasuk daun yang tidak layak dikonsumsi ditimbang bobotnya. Tanaman

ditimbang setelah dibersihkan dari kotoran dan dilakukan pada akhir penelitian.

Produksi Segar Jual Per Tanaman (g)

Produksi segar jual per tanaman adalah bagian tanaman yang layak untuk

dijual dengan kriteria membuang 2-3 helai daun bagian bawah yang rusak dan

tidak layak untuk dikonsumsi. Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari

kotoran dan dilakukan pada akhir penelitian.

Shoot/Root Ratio (%)

Parameter shoot/root ratio diperoleh dengan cara memisahkan bagian tajuk dan akar tanaman setelah dibersihkan dari kotoran yang menempel pada

bagian tanaman tersebut, kemudian ditimbang bobot tajuk dan akarnya.

Penimbangan ini dilakukan pada saat panen.

Indeks Panen (%)

Indeks panen merupakan hasil bagi produksi segar jual dengan produksi

biomassa. Indeks Panen dapat ditulis dengan rumus :

Berat Segar Jual Berat Biomassa

(40)

22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Perkembangan rataan tinggi tanaman dari masing-masing perlakuan

disajikan pada lampiran 1, sedangkan sidik ragam pada lampiran 2. Dari hasil

sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap

tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Z0 16.991

Z1 20.696

Z2 19.026

Z3 18.856

Z4 20.646

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi dijumpai

pada perlakuan Z1 = 20,69 cm dan yang terendah pada perlakuan Z0 = 16,99 cm

Total Jumlah Daun (helai)

Perkembangan rataan total jumlah daun dari masing-masing perlakuan

disajikan pada lampiran 3, sedangkan sidik ragam pada lampiran 4. Dari hasil

sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap total

(41)

Rataan total jumlah daun dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Rataan Total Jumlah Daun Tanaman (helai) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Total Jumlah Daun (helai)

Z0 13.705

Z1 15.759

Z2 15.761

Z3 15.094

Z4 15.709

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan total jumlah daun tertinggi

dijumpai pada perlakuan Z2 = 15,76 helai dan yang terendah pada perlakuan

Z0 = 13,70 helai.

Produksi Biomassa Per Tanaman (g)

Produksi biomassa per tanaman dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan

daftar sidik ragam produksi biomassa per tanaman pada lampiran 6. Hasil sidik

ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi

biomassa per tanaman. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata dengan perlakuan

Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Z1, Z2 dan

(42)

24

Rataan produksi biomassa per tanaman dapat dilihat pada tabel 3 di bawah

ini :

Tabel 3. Rataan Produksi Biomassa Per Tanaman (g) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Produksi Biomassa Per Tanaman (g)

Z0 21.31 d

Z1 40.19 ab

Z2 30.69 c

Z3 41.63 ab

Z4 45.06 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.

Dari tabel 3 diperoleh bahwa rataan produksi biomassa tertinggi terdapat

pada perlakuan Z4 yakni sebesar 45,06 g, sedangkan yang terendah terdapat pada

perlakuan Z0 yakni sebesar 21,23 g.

Histogram rataan produksi biomassa per tanaman dari 5 perlakuan yang

diuji dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram Rataan Produksi Biomassa Per Tanaman 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

Z0 Z1 Z2 Z3 Z4

(43)

Produksi Segar Jual Per Tanaman (g)

Data hasil pengamatan produksi segar jual per tanaman dapat dilihat pada

lampiran 7, sedangkan daftar sidik ragam produksi segar jual per tanaman pada

lampiran 8. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata

terhadap produksi segar jual per tanaman. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata

dengan perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan

perlakuan Z1, Z2 dan Z3.

Rataan produksi segar jual per tanaman dapat dilihat pada tabel 4 di bawah

[image:43.596.109.505.388.477.2]

ini :

Tabel 4. Rataan Produksi Segar Jual Per Tanaman (g) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Produksi Segar Jual Per Tanaman (g)

Z0 18.31d

Z1 38.19ab

Z2 28.19bc

Z3 38.63ab

Z4 43.06a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.

Dari tabel 4 diperoleh bahwa produksi segar jual per tanaman tertinggi

terdapat pada perlakuan Z4 yakni sebesar 43,06 g, sedangkan yang terendah

(44)

26

Histogram rataan produksi segar jual per tanaman dari 5 perlakuan yang

[image:44.596.128.482.136.370.2]

diuji dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Histogram Rataan Produksi Segar Jual Per Tanaman

Shoot/Root Ratio (%)

Data hasil pengamatan shoot/root ratio dapat dilihat pada Lampiran 9,

sedangkan daftar sidik ragam shoot/root ratio dapat dilihat pada Lampiran 10.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat

nyata terhadap shoot/root ratio. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata dengan

perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Z1,

Z2 dan Z3. 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

Z0 Z1 Z2 Z3 Z4

(45)
[image:45.596.111.504.141.235.2]

Rataan shoot/root ratio dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Rataan Shoot/Root Ratio (%) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Shoot/root ratio (%)

Z0 16.65 d

Z1 34.70 ab

Z2 25.79 bc

Z3 31.38 ab

Z4 36.24 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.

Dari tabel 5 diperoleh bahwa Shoot/root ratio terbesar terdapat pada

perlakuan Z4 yaitu sebesar 36,24 % sedangkan yang terendah terdapat pada

perlakuan Z0 yaitu sebesar 16,65 %.

Histogram rataan shoot/root ratio dari 5 perlakuan yang diuji dapat dilihat

pada gambar 3.

Gambar 3. Histogram Rataan Shoot/Root Ratio. 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00

Z0 Z1 Z2 Z3 Z4

(46)

28

Indeks Panen (%)

Indeks Panen dapat dilihat pada lampiran 11, sedangkan daftar sidik ragam

indeks panen pada lampiran 12. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan

berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata

dengan perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan

perlakuan Z1, Z2 dan Z3.

[image:46.596.112.503.318.418.2]

Rataan indeks panen dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :

Tabel 6. Rataan Indeks Panen (%) Dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Indeks Panen (%)

Z0 0.842 d

Z1 0.949 ab

Z2 0.904 c

Z3 0.926 bc

Z4 0.951 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.

Dari tabel 6 diperoleh bahwa indeks panen terbesar terdapat pada

perlakuan Z4 yakni sebesar 0,951 %, sedangkan yang terendah terdapat pada

(47)

Histogram rataan indeks panen dari 5 perlakuan yang diuji dapat dilihat

pada gambar 4.

Gambar 4. Histogram Rataan Indeks Panen. 0.00

0.80 0.82 0.84 0.86 0.88 0.90 0.92 0.94 0.96

Z0 Z1 Z2 Z3 Z4

Perlakuan

Inde

ks

P

an

(48)

30

Pembahasan

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa perlakuan yang diuji dalam

penelitian ini menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pengamatan biomassa,

bobot segar jual, shoot/root ratio dan indeks panen tetapi berpengaruh tidak nyata

terhadap tinggi tanaman dan total jumlah daun. Berdasarkan hasil analisis tanah

(Lampiran 18) diketahui bahwa pH tanah termasuk kategori rendah yaitu 4,8.

Pada tanah yang memiliki pH rendah unsur hara makro seperti Nitrogen dan

Fosfat tidak tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, sehingga penyerapan

unsur hara tersebut tidak efektif yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman

terhambat, hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2005) yang menyatakan

bahwa pada tanah masam unsur hara makro tidak tersedia dalam jumlah yang

cukup bagi tanaman dan dapat menghambat perkembangan mikroorganisme di

dalam tanah. Dengan sendirinya akan berpengaruh buruk bagi perkembangan

tanaman. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan perlakuan zink sulphate

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi dan total jumlah daun tanaman adalah

karena pupuk zink sulphate yang diberikan pada tanaman belum mencukupi

kebutuhan tanaman. Berdasarkan hasil analisis tanah diperoleh bahwa unsur hara

zink yang terdapat pada tanah percobaan adalah 3,78 ppm. Sementara kadar

normal Zn dalam tanah berkisar antara 16 sampai 300 ppm. Sedangkan Zn dalam

tanaman berkisar antara 20 sampai 70 ppm. Sementara kadar Zn yang diberikan

pada tanaman sebagai perlakuan hanya berkisar antara 10 ppm sampai 30 ppm.

Rataan bobot biomassa terbesar terdapat pada perlakuan

Z4 yaitu sebesar 45,06 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu

(49)

aldolase, asam oksalatdekarboksilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin

deaminase, superdeoksidemutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase,

proteinase dan peptidase serta berperan juga dalam penyusunan pati. Dengan

demikian maka jumlah klorofil pada daun tanaman tersebut kemungkinan akan

meningkat yang juga dapat menyebabkan luas serta ketebalan daun akan

bertambah. Dengan bertambahnya luas serta ketebalan daun tersebut maka akan

meningkatkan bobot biomassa dari tanaman tersebut. Sesuai dengan pernyataan

sutejo (2004) bahwa zink merupakan bagian yang penting dari asam karboksilase,

karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit zink sulphate dapat

memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman,

kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan menjadi racun bagi

tanaman. Persenyawaan zink berfungsi pula pada pembentukan hormon auksin

dan penting bagi keseimbangan fisiologis

Pemberian Zn juga berpengaruh nyata terhadap bobot segar jual per

tanaman. Rataan terbesar terdapat pada perlakuan Z4 yaitu sebesar 43,06 g dan

yang terendah adalah dengan perlakuan Z0 (kontrol) yaitu sebesar 18,31 g. Hal ini

didukung oleh fungsi Zn yang berperan dalam pembentukan klorofil atau

mencegah perusakan klorofil. Sehingga dengan meningkatnya jumlah klorofil

tanaman, laju fotosintesis tanaman juga akan berjalan dengan baik sehingga

memungkinkan akan bertambahnya jumlah pati yang terbentuk dari hasil

fotosintesa yang dapat meningkatkan bobot dari tajuk tanaman tersebut.

Pemberian pupuk zink sulphate menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap shoot/root ratio tanaman. Dari hasil analisis tanah diperoleh bahwa

(50)

32

kategori rendah. Jadi penambahan dosis Zn per satuan unit kelihatan dapat

meningkatkan shoot/root ratio tanaman karena jumlah Zn yang diberikan masih

berdasarkan ketentuan pengguaannya yang dapat memberikan dorongan terhadap

perkembangan-perkembangan bagian tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan

sutejo (2004) bahwa zink merupakan bagian yang penting dari asam karboksilase,

karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit zink dapat memberikan

dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan pupuk berpengaruh nyata

terhadap parameter indeks panen. Rataan indeks panen tertinggi terdapat pada

perlakuan Z4 yaitu sebesar 0.951 dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0

yaitu sebesar 0.842. Indeks panen dipengaruhi oleh produksi segar jual dan

produksi biomassa tanaman. Indeks panen memiliki nilai yang tinggi dikarenakan

produksi segar jual per tanaman tidak jauh berbeda dengan produksi biomassa per

tanaman. Produksi segar jual per tanaman meningkat karena didukung oleh fungsi

Zn yang sangat berperan dalam pembentukan klorofil, sintesa RNA dan auksin

sehingga dengan berperannya Zn dalam pembentukan klorofil maka tajuk

tanaman akan lebih cepat berkembang dari pada akar tanaman. Dengan demikian

shoot/root ratio tanaman juga akan meningkat.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa produksi per ha tertinggi terdapat pada

perlakuan Z4 yaitu sebesar 8,61 ton dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0

yaitu sebesar 3,66 ton dan produksi per ha untuk masing-masing perlakuan Z1, Z2

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk zink sulphate berpengaruh nyata terhadap produksi

biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio

dan indeks panen, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

tanaman dan total jumlah daun tanaman.

2. Produksi biomassa tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu 45,06 g dan

yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu sebesar 21,31 g. Produksi

segar jual per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu sebesar

43,06 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu sebesar

18,31 g. Shoot/root ratio tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu

sebesar 36,24 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu

sebesar 16,65 %. Indeks panen tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu

sebesar 0,95 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0

yaitu 0,84 %.

3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan yang terbaik adalah

Z4 (NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,03 g/tanaman)

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan dosis pupuk zink

(52)

34

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2000. Daun Selada Tidak Dicuci. Http:// www.mail-archive.com

. 2003. Selada.

, 2006. Selada. Http://warintek.progressio.or.id/

Dartius. 1991. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian UISU, Medan.

Ginta, J. 2005. Unsur Hara Mikro yang Dibutuhkan Tanaman. Dikutip dari : Februari 2008.

Gomez, A, K. dan A, A, Gomez. 1996. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. UI-press. Jakarta

Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2002. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, G.B. Hong dan N. Hakim, 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Rinsema, F. 1986. Pemupukan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Rosmarkam. A. dan N. W. Yuwono. 2003. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta. 224 hal.

Rubatzky, V.E. danM. Yamaguchi. 1997. Sayuran Dunia 1. Agromedia Pustaka, Jakarta.

(53)

_____________________________. 1999. Sayuran Dunia 3. Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh Catur Herison. Penerbit ITB, Bandung.

Rukmana. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius, Yogyakarta.

Sastrahidajat, I. H. dan Soemarno. 1996. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha Nasional, Surabaya. Hal 316-318.

Suhardi. 1990. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.

Sunaryono, H. 1999. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

, M. M. 2004. Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.

(54)

36

Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm )

KK = 13.26% Ket : tn = tidak nyata * = nyata

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Z0 17.48 17.14 18.24 15.12 67.964 16.991 Z1 19.68 19.52 18.44 25.16 82.784 20.696 Z2 18.62 20.44 18.20 18.86 76.104 19.026 Z3 18.74 21.52 19.44 15.74 75.424 18.856 Z4 18.50 17.70 22.00 24.40 82.584 20.646 Total 93.00 96.30 96.30 99.26 384.86

Rataan 18.60 19.26 19.26 19.85 19.24

Lampiran 2. Analisa Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sumber

Keragaman db JK KT F.hit F0.05

Ulangan 3 3.92 1.31 0.20 tn 3.49 Perlakuan 4 37.39 9.35 1.44 tn 3.26

Error 12 78.07 6.51

(55)

Lampiran 3. Data Pengamatan Total Jumlah Daun ( helai )

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Z0 14.52 14.21 14.81 11.28 54.822 13.705 Z1 15.01 14.70 15.82 17.50 63.038 15.759 Z2 16.41 16.68 15.28 14.68 63.043 15.761 Z3 15.28 16.73 15.90 12.48 60.377 15.094 Z4 15.82 15.48 15.08 16.47 62.837 15.709 Total 77.04 77.79 76.89 72.40 304.12

Rataan 15.41 15.56 15.38 14.48 15.21

Lampiran 4. Analisa Sidik Ragam Total Jumlah Daun Sumber

Keragaman db JK KT F.hit F0.05

Ulangan 3 3.61 1.20 0.63 tn 3.49 Perlakuan 4 12.53 3.13 1.63 tn 3.26

Error 12 23.07 1.92

Total 19 39.21

(56)

38

Lampiran 5. Data Pengamatan Produksi Biomassa Per Tanaman ( g )

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

Z0 34.00 13.75 16.25 21.25 85.25 21.31 Z1 53.00 37.25 35.00 35.50 160.75 40.19 Z2 54.50 26.75 18.50 23.00 122.75 30.69 Z3 36.00 52.00 43.00 35.50 166.50 41.63 Z4 56.00 43.25 26.50 54.50 180.25 45.06 Total 233.50 173.00 139.25 169.75 715.50

Rataan 46.70 34.60 27.85 33.95 35.78

Lampiran 6. Analisa Sidik Ragam Produksi Biomassa Per Tanaman Sumber

Keragaman db JK KT F.hit F0.05

Ulangan 3 934.36 311.45 3.54 * 3.49 Perlakuan 4 1499.99 375.00 4.26 * 3.26

Error 12 1056.51 88.04

Total 19 3490.86

(57)

Lampiran 7. Data Pengamatan Produksi Segar Jual Per Tanaman ( g )

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Z0 31.00 10.75 13.25 18.25 73.25 18.31 Z1 51.00 35.25 33.00 33.50 152.75 38.19 Z2 52.00 24.25 16.00 20.50 112.75 28.19 Z3 33.00 49.00 40.00 32.50 154.50 38.63 Z4 54.00 41.25 24.50 52.50 172.25 43.06 Total 221.00 160.50 126.75 157.25 665.50

Rataan 44.20 32.10 25.35 31.45 33.28

Lampiran 8. Analisa Sidik Ragam Produksi Segar Jual Per Tanaman Sumber

Keragaman db JK KT F.hit F0.05

Ulangan 3 934.36 311.45 3.54 * 3.49 Perlakuan 4 1593.24 398.31 4.52 * 3.26

Error 12 1056.51 88.04

Total 19 3584.11

(58)

40

Lampiran 9. Data Pengamatan Shoot/Root Rasio

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

Z0 25.27 11.65 14.15 15.54 66.61 16.65 Z1 41.23 33.52 31.27 32.77 138.79 34.70 Z2 42.73 21.04 16.40 23.00 103.17 25.79 Z3 27.27 40.23 31.23 26.77 125.50 31.38 Z4 44.23 31.48 26.50 42.73 144.94 36.24 Total 180.73 137.92 119.55 140.81 579.01

Rataan 36.15 27.58 23.91 28.16 28.95

Lampiran 10. Analisa Sidik Ragam Shoot/Root Rasio Sumber

Keragaman db JK KT F.hit F0.05

Ulangan 3 398.35 132.78 3.10 tn 3.49 Perlakuan 4 1012.74 253.18 5.92 ** 3.26

Error 12 513.41 42.78

Total 19 1924.50

(59)

Lampiran 11. Data Pengamatan Indeks Panen

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

Z0 0.91 0.78 0.82 0.86 3.37 0.84

Z1 0.96 0.95 0.94 0.94 3.80 0.95

Z2 0.95 0.91 0.86 0.89 3.62 0.90

Z3 0.92 0.94 0.93 0.92 3.70 0.93

Z4 0.96 0.95 0.92 0.96 3.81 0.95

Total 4.71 4.53 4.48 4.57 18.29

Rataan 0.94 0.91 0.90 0.91 0.91

Lampiran 12. Analisa Sidik Ragam Indeks Panen Sumber

Keragaman db JK KT F.hit F0.05

Ulangan 3 0.005872 0.00 2.45 tn 3.49 Perlakuan 4 0.032189 0.01 10.07 ** 3.26

Error 12 0.009586 0.00

Total 19 0.047647

(60)

49

Lampiran 19. Gambar Tanaman Di Lapangan

(61)

Lampiran 21. Gambar Tanaman Di Lapangan

(62)
(63)

Lampiran 18. Hasil Analisis Tanah

No Jenis Analisis Nilai Kriteria

1 N - total (%) 0,21 sedang

2 P - Bray (ppm) 24,04 sedang

3 Ca (me/100 g) 6,28 sedang

4 Mg (me/100 g) 2,26 rendah

5 Na (me/100 g) 0,22 rendah

6 K (me/100 g) 1,47 sangat tinggi

7 Zn (ppm) 3,78 rendah

8 pH (H2O) 4,99 rendah

(64)

44

(65)

Lampiran 17. DESKRIPSI TANAMAN SELADA

Nama Latin : Lactuca sativa L.

Varietas : Grand Rapid

Warna Biji : Coklat kehitaman

Bentuk Biji : Kecil dan berbentuk gepeng

Sistem Perakaran : Menyebar dan dangkal

Bentuk batang : Bulat pipih

Warna Batang : Hijau muda

Bentuk Daun : Tidak membentuk krop, berukuran besar

panjang, bertangkai, keriting

Warna Daun : Hijau muda atau terang

Bentuk Tangkai Daun : Lebar

Jumlah Daun /tanaman : 5-16 helai

Tinggi Tanaman : Dapat mencapai 50 cm

Umur Panen : 50-60 hari setelah semai benih

Produksi : 3-9 ton/ha

(66)

45

Lampiran 16. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pesiapan Lahan X

2 Persemaian Benih X

3 Penaman X

4 Aplikasi pupuk NPK X

5 Aplikasi pupuk mikro zink sulphate X X

6 Pemeliharaan X X X X X

Penyiraman X X X X X X X X X

Penyulaman X

Penyiangan Disesuaikan dengan Kondisi di Lapangan

Pengendalian hama dan penyakit

7 Pengamatan Parameter Penelitian

1. Tinggi Tanaman X

2. Total Jumlah Daun X

3. Produki Biomassa Per Tanaman X

4. Produksi Segar Jual Per Tanaman X

5. Shoot/root ratio X

(67)

Lampiran 13.Rangkuman Uji Beda Rataan Uji Efektifitas Pupuk Mikro Zink Sulphate Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.)

Perlakuan Parameter Pengamatan

1 2 3 4 5 6

Pengujian Pupuk

Z0 16.991 13.705 21.31 d 18.31d 16.65 d 0.842 d

Z1 20.696 15.759 40.19 ab 38.19ab 34.70 ab 0.949 ab

Z2 19.026 15.761 30.69 c 28.19bc 25.79 bc 0.904 c

Z3 18.856 15.094 41.63 ab 38.63ab 31.38 ab 0.926 bc

Z4 20.646 15.709 45.06 a 43.06a 36.24 a 0.951 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak yang sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

1 = Tinggi Tanaman 4 = Produksi Segar Jual per Tanaman

2 = Total Jumlah Daun 5 = Shoot/root Ratio

Gambar

Tabel 4. Rataan Produksi Segar Jual Per Tanaman (g) Dari Masing-Masing Perlakuan
Gambar 2. Histogram Rataan Produksi Segar Jual Per Tanaman
Tabel 5. Rataan Shoot/Root Ratio (%) Dari Masing-Masing Perlakuan
Tabel 6. Rataan Indeks Panen (%) Dari Masing-Masing Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

dari kegiatan-kegiatan sosial dari anggota Ikatan Keluarga Sopir Truk Sungaiselan.. yai tu dengan kegiatan “bakti sosial” yaitu dengan saling memberi

OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PROYEK PERUMAHAN DENGAN CARA CRASH PROGRAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF (STUDI LOKASI PERUMAHAN MUTIARA GRAHA AGUNG..

a. Fungsi kognitif, semakin kuat efikasi diri anak akan memperkuat komitmen individu terhadap tujuan hidupnya misalnya dalam hal cita-cita. Fungsi motivasi, mendorong anak

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Najjar dan Krassimir (2011) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur

Formulir Pernyataan Menjual Saham tersebut bisa didapatkan pada Biro Administrasi Efek (BAE) yaitu PT Datindo Entrycom selama Periode Pernyataan Kehendak Untuk Menjual (22 Januari

untuk membantu peneliti mengetahui tanda -tanda etika dalam film ters ebut peneliti menganalis is dengan metode analis is s emiotika. Semiotika adalah s uatu

Berdasarkan hasil pengolahan, dan analisis data, maka kesimpulan penelitian ini adalah: Terdapat dampak yang signifikan metode latihan permainan end zone ball terhadap

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua yang tinggi akan membantu siswa dalam proses belajar sehingga siswa lebih termotivasi