SELADA (Lactuca sativa L.)
SEMINAR HASIL*
ADITIANTA MELIALA** 030301052
BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
* Diseminarkan pada hari jumat 20 juni 2008 pada pukul 08:30 di ruangan seminar Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
UJI EFEKTIFITAS PUPUK MIKRO ZINK SULPHATE
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
SELADA (Lactuca sativa L.)
SKRIPSI
ADITIANTA MELIALA 030301052/AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
( Ir. Hj. Sabar Ginting, MS ) ( Ir. Mariati, Msc
Ketua Anggota
)
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Uji Efektifitas Pupuk Mikro Zink Sulphate Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Nama : Gagah Hidayah Sakti Harahap
NIM : 020301037
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
( Ir. Hj. Sabar Ginting, MS ) ( Ir. Mariati, Msc
Ketua Anggota
)
Mengetahui,
( Ir. Edison Purba, Ph.D.
Ketua Departemen Budidaya Pertanian )
ABSTRACT
The objective of the reseach is to study the effectivity of micro zinc sulphate fertilizer on the growth and production of lettuce (Lactuca sativa L.). The research was done at Kwala Bekala field kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntunganon Juli 2007 until September 2007.
The study applied Randomize Block Design (RBD) non factorial with five treatments namely: Z0 (control), Z1 (NPK 1,25 g/plant), Z2 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,01 g/ plant); Z3 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,02 g/ plant); Z4 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,03 g/ plant) with 4 replications of treatment for each. The parameter observed is the height of plant, total of leaf, biomass product per plant, fresh product per plant, shoot/root ratio, and harvest index.
The result of the research showed that the biomass product per plant, fresh product per plant, shoot/root ratio and harvest index were significantly affected by the micro zinc sulphate fertilizer, but the height of plant and total number of leaf unsignificantly affected
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui uji efektifitas pupuk mikro zink sulphate terhadap pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Kwala Bekala kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan, yang berlangsung pada bulan Juli 2007 sampai September 2007.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan perlakuan sebagai berikut : Z0 (kontrol), Z1 (NPK 1,25 g/tanaman); Z2 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,01 g/tanaman); Z3 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,02 g/tanaman); Z4 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,03 g/tanaman), dimana tiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, total jumlah daun, produksi biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio, indeks panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk mikro zink sulphate berpengaruh nyata terhadap produksi biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio, indeks panen.
RIWAYAT HIDUP
Aditianta Meliala dilahirkan di Singgamanik pada tanggal 21 Februari
1985. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, dari Ayahanda J. Meliala dan Ibunda D. Br. Sinuraya.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Uji Efektifitas Pupuk Mikro Zink Sulphate Terhadap Petumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.)“ yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Hj. Sabar Ginting, MS. dan Ibu Ir. Mariati, Msc., selaku komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, juga kepada para staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
Rasa hormat serta ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ayahanda J. Meliala dan Ibunda D. Br. Sinuraya tercinta yang telah membesarkan penulis dengan segenap rasa cinta, kasih sayang dan pengertian serta pengorbanan yang tak terhingga, juga kepada saudara-saudaraku yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.
Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis meangharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Juni 2008
ABSTRACT...i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh... 6
Iklim... 6
Tanah ... 7
Pupuk Mikro Zink Sulphate ... 8
Pupuk N, P dan K ... 12
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 15
Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat ... 15
Metode Penelitian ... 16
PELAKSANAAN PENELITIAN ... 18
Persiapan Lahan ... 18
Persemaian Benih ... 18
Penanaman... 18
Pemupukan ... 19
Pemeliharaan ... 19
Penyiraman ... 19
Penyiangan ... 19
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 20
Panen ... 20
Pengamatan Parameter ... 20
Tinggi Tanaman (cm) ... 20
Total Jumlah Daun (helai) ... 20
Produksi Biomassa per Tanaman (g) ... 21
Produksi Segar Jual per Tanaman (g) ... 21
Shoot/root Ratio (%) ... 21
Indeks Panen... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN... 22
Hasil ... 22
Pembahasan ... 30
KESIMPULAN DAN SARAN... 33
Kesimpulan ... 33
Saran ... 33
No judul Hal
1.
Rataan tinggi tanaman dari masing-masing perlakuan ...22
2.
Rataan total jumlah daun dari masing-masing perlakuan ...23
3.
Rataan produksi biomassa per tanaman dari
masing-masing perlakuan ...24
4.
Rataan produksi segar jual per tanaman dari
masing-masing perlakuan ...25
5.
Rataan shoot/root ratio dari masing-masing perlakuan ...27
DAFTAR GAMBAR
No judul Hal
1. Histogram rataan produksi biomassa per tanaman sample ...24
2. Histogram rataan produksi segar jual per tanaman sample ...26
3. Histogram rataan shoot/root ratio ...27
No judul Hal
1. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) ...36
2. Analisa sidik ragam tinggi tanaman ...36
3. Data pengamatan total jumlah daun (helai) ...37
4. Analisa sidik ragam total jumlah daun ...37
5. Data pengamatan produksi biomassa per tanaman (g) ...38
6. Analisa sidik ragam produksi biomassa per tanaman ...38
7. Data pengamatan produksi segar jual per tanaman (g) ...39
8. Analisa sidik ragam produksi segar jual per tanaman...39
9. Data pengamatan shoot/root ratio ...40
10.Analisa sidik ragam shoot/root ratio ...40
11.Data pengamatan indeks panen ...41
12. Analisa sidik ragam indeks panen ...41
13. Rangkuman uji beda rataan ...42
14. Bagan penelitian ...43
15. Bagan plot penelitian ...44
16. Jadwal kegiatan ...45
17. Deskripsi tanaman selada ...46
18. Hasil analisis tanah ...47
ABSTRACT
The objective of the reseach is to study the effectivity of micro zinc sulphate fertilizer on the growth and production of lettuce (Lactuca sativa L.). The research was done at Kwala Bekala field kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntunganon Juli 2007 until September 2007.
The study applied Randomize Block Design (RBD) non factorial with five treatments namely: Z0 (control), Z1 (NPK 1,25 g/plant), Z2 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,01 g/ plant); Z3 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,02 g/ plant); Z4 (NPK 1,25 g/ plant + Zink 0,03 g/ plant) with 4 replications of treatment for each. The parameter observed is the height of plant, total of leaf, biomass product per plant, fresh product per plant, shoot/root ratio, and harvest index.
The result of the research showed that the biomass product per plant, fresh product per plant, shoot/root ratio and harvest index were significantly affected by the micro zinc sulphate fertilizer, but the height of plant and total number of leaf unsignificantly affected
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui uji efektifitas pupuk mikro zink sulphate terhadap pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Kwala Bekala kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan, yang berlangsung pada bulan Juli 2007 sampai September 2007.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan perlakuan sebagai berikut : Z0 (kontrol), Z1 (NPK 1,25 g/tanaman); Z2 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,01 g/tanaman); Z3 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,02 g/tanaman); Z4 (NPK 1,25 g/tanaman + Zink 0,03 g/tanaman), dimana tiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, total jumlah daun, produksi biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio, indeks panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk mikro zink sulphate berpengaruh nyata terhadap produksi biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio, indeks panen.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa L.) adalah satu-satunya spesies Lactuca yang
dibudidayakan, merupakan tanaman asli lembah Mediterania Timur, terbukti pada
lukisan kuburan Mesir Kuno menunjukkan bahwa selada yang tidak membentuk
kepala telah ditanam sejak tahun 4500 sebelum masehi (SM). Awalnya tanaman
ini mungkin digunakan sebagai obat dan minyak bijinya dapat dimakan. Ras local
selada diketahui sebagai Introduksi Tanaman USDA 251245, digunakan untuk
diambil minyak bijinya (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Selada mengandung beragam zat makanan yang esensial bagi kesehatan
tubuh. Setiap 100 g daun selada segar mengandung protein 1,2 g, lemak 0,2 g,
karbohidrat 2,9 g, Ca 22 mg, P 25 mg, Fe 0,5 mg, Vitamin A 162 mg, B 0,04 mg
dan C 8 mg ( Haryanto,dkk, 2002). Daun selada segar mengandung 94,3 % air
serat 0,7 %, abu 0,7 % ( Sastrahidajat dan Soemarno, 1996).
Selada termasuk komoditas sayuran yang komersial dan memiliki prospek
yang baik, karena kandungan zat gizi dan peranannya dalam kesehatan. Jumlah
penduduk Indonesia yang semakin bertambah dan meningkatnya kesadaran akan
sayuran pada umumnya dan selada pada khususnya meningkatkan permintaan
terhadap sayuran tersebut. Untuk memenuhi permintaan pasar ditambah dengan
peluang pasar internasional yang cukup besar bagi komoditas tersebut maka perlu
usaha-usaha untuk meningkatkan produksi dengan teknik budidaya yang tepat
Berbagai teknik budidaya dapat diterapkan dalam mendukung produksi
tanaman sayuran. Diantaranya adalah pemberian air dan penggunaan pupuk.
Kedua faktor ini sangat penting untuk menghasilkan tanaman yang berproduksi
tinggi dan berkualiras baik, karena sebagai tanaman sayuran selada sangat
memerlukan kualitas disamping kuantitas (Haryanto, dkk, 2002).
Tanaman selada termasuk tanaman sukulen, karena kandungan airnya
94,3%. Tanaman seperti ini membutuhkan pemupukan yang tepat, terutama pupuk
yang banyak mengandung Nitrogen (N). Kebutuhan Nitrogen lebih tinggi dari
pada Pospat (P) dan Kalium (K) karena Nitrogen dibutuhkan untuk pertumbuhan
bagian-bagian vegetatif yang merupakan bagian tanaman yang mempunyai nilai
ekonomis pada tanaman selada. Pupuk Urea merupakan pupuk tunggal yang
mengandung N yang cukup tinggi yaitu 46% (Suhardi, 1990). Penggunaan pupuk
majemuk yang mengandung N, P dan K merupakan suatu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman. Akhir-akhir ini harga pupuk makro NPK
sangat mahal. Tanah yang sering ditanami akan kehilangan unsur mikro, oleh
karena itu perlu ditambahkan unsur mikro kedalamnya. Pupuk ZnSO4
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian uji efektifitas pupuk mikro zink sulphate terhadap pertumbuhan dan
produksi selada.
merupakan
3
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas pupuk mikro zink sulphate sebagian atau
seluruhnya dibandingkan dengan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi
selada.
Hipotesis Penelitian
Pupuk mikro zink sulphate memiliki efektifitas yang lebih baik
dibandingkan dengan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi selada.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan penelitian ilmiah untuk menyusun skripsi yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahn informasi bagi pihak yang berhubungan dengan usaha
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Selada
Tanaman selada (Lactuca sativa L.) termasuk famili compositae dari
genus Lactuca yang merupakan tanaman sayuran semusim. Tanaman selada
banyak dikembangkan sekarang ini dan menjadi sayuran penting sebagai sayuran
penyegar dimana daun-daunnya dapat pula membentuk krop (Sunaryono, 1999).
Selada adalah tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),
khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman ini cepat menghasilkan akar
tunggang diikuti dengan penebalan dan perkembangan cabang-cabang akar yang
menyebar pada kedalaman antara 25-50 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Batang tanaman selada selama fase vegetatif, pendek, berbuku-buku
sebagai tempat kedudukan daun. Setelah tanaman selada memasuki masa
generatif batangnya memanjang ( Rukmana, 1994).
Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah banyak dan
biasanya berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam roset padat.
Warna daunnya beragam mulai dari hijau muda hingga hijau tua. Daun tak
berambut, mulus, berkeriput atau kusut berlipat. Daun selada kaya akan
antioksidan seperti betakarotin, falat dan lutein serta mengandung indol yang
berkhasiat melindungi tubuh dari serangan kanker. Kandungan serat alaminya
dapat menjaga kesehatan organ-organ pencernaan. Keragaman zat kimia yang
dikandungnya seperti air, kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fospat,
5
berfungsi sebagai obat pembersih darah, mengatasi batuk, radang kulit, sulit tidur
serta gangguan wasir (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Selada umumnya dimakan mentah (lalap), dibuat salad atau disajikan
dalam berbagai bentuk masakan Eropa maupun Cina. Jarang sekali selada disayur
masak, karena rasanya menjadi kurang enak. Selada mengandung gizi cukup
tinggi terutama sumber mineral. Kandungan zat gizi dalam 100 g selada antara
lain kalori 15,00 kal, protein 1,20 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 2,9 g, Ca 22,00 mg,
P 25 mg, Fe 0,5 mg, Vitamin A 540 SI, Vitamin B 0,04 mg, dan air 94,80 g
(Rukmana,1994).
Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan
tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan
buah berbentuk polong yang berisi biji. Biji selada berbentuk pipih, berukuran
kecil-kecil serta berbulu dan tajam (Rukmana, 1994).
Menurut Nazaruddin (2000) ada empat jenis selada yang dikenal, yaitu
selada telor, selada daun, selada rapuh dan selada batang. Jenis yang banyak
diusahakan didataran rendah adalah selada daun. Selada daun memiliki daun yang
berwarna hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak.
Tanaman selada sudah dikenal baik dan digemari oleh masyarakat
Indonesia. Masyarakat yang mengkonsumsi sayuran selada akhir-akhir ini
menunjukkan peningkatan karena gampangnya sayuran ini ditemukan dipasar.
Selada merupakan sayuran yang mempunyai nilai komersial dan prospek yang
cukup baik. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, ekonomis dan bisnis,
tinggi dan peluang pasar internasional yang cukup besar
(Haryanto, Suhartini dan Rahayu, 2003).
Pada periode tahun 1984-1988 Indonesia mengimpor selada sebanyak
4.765 ton. Permintaan selada antara lain berasal dari pasar swalayan,
restoran-restoran, hotel-hotel serta konsumen luar negeri yang menetap di Indonesia
(Anonimous, 2006).
Syarat Tumbuh Iklim
Suhu sedang adalah suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi.
Suhu optimumnya adalah siang 200c dan malam 100c. Suhu yang lebih tinggi dari
300
Intensitas cahaya dan hari panjang meningkatkan laju pertumbuhan dan
mempercepat perkembangan luas daun sehingga daun menjadi lebih lebar, yang
berakibat pembentukan kepala lebih cepat. Namun, pada hari panjang beberapa
kultivar selada terinduksi untuk membentuk tangkai bunga, kecendrungan ini
sangat terpacu oleh suhu tinggi. Intensitas cahaya yang sesuai untuk selada adalah
80 – 90 % (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
c biasanya menghambat pertumbuhan, merangsang tumbuhnya tangkai bunga
(bolting) dan menyebabkan rasa pahit (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Tanaman selada pada umumnya ditanam pada penghujung musim hujan,
karena termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap penggenangan. Pada musim
7
tahan terhadap penggenangan, tanaman selada juga tidak tahan terhadap sengatan
sinar matahari yang terlalu panas ( Haryanto,dkk, 2002).
Di Indonesia selada dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi atau
pegunungan. Untuk dataran rendah sampai menengah, sebaiknya dipilih selada
varietas yang tahan terhadap suhu panas ( Anonimus, 2003).
Daerah-daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian antara
5 sampai 1.200 m dpl (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Tanah
Tanaman selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak
mengandung humus. Tanah yang mengandung pasir dan bahan organik sangat
baik untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian tanah jenis lain seperti lempung
berdebu atau lempung berpasir pun dapat digunakan sebagai media budidaya
tanaman ini (Haryanto,dkk, 2002).
Selada tumbuh pada kisaran tipe tanah yang lebar. Tanah yang mampu
menahan air dengan baik dan dengan drainase yang memadai, seperti liat berpasir
atau tanah organik lebih disukai. Selada peka terhadap kepadatan dan keasaman
tanah. Pada tanah mineral, pH harus diantara 5,5 kisaran pH terbaik adalah mulai
dari 6 hingga 8. Kecambah tanaman ini tidak toleran terhadap salinitas sedangkan
Pupuk Mikro Zink Sulphate
Seng (Zn) diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ dan dalam tanah
alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn (OH)+
Mineral Zn yang ada dalam tanah antar lain seng sulfida (ZnS), spalrit
((ZnFe)S), smithzonte (ZnO), Wellemite ( ZnSiO
. Disamping itu, Zn
diserap dalam bentuk kompleks-khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro
lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16
sampai 300 ppm. Sedangkan Zn dalam tanaman berkisar antara 20 sampai
70 ppm (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).
3 dan Zn2SiO4). Pada tanah
sawah sering berupa senyawa ZnS. Senyawa ini dalam suasana oksidasi menjadi
ZnSO4. Pada tanah yang mengandung banyak kapur CaCO3 dan MgCO3,
kemungkinan Zn diikat kuat oleh kedua senyawa tersebut sehingga tidak tersedia
bagi tanaman. Pada tanah yang kaya akan silikat, Zn akan membentuk kompleks
ZnSiO3. Penggenangan sering menurunkan ketersediaan Zn karena terbentuknya
kompleks ZnSiO3
Ketersediaan Zn turun dengan naiknya pH. Pengapuran yang berlebihan
sering menyebabkan ketersediaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tingi
sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terutama pada tanah berkapur
(Rosmarkam dan Yuwono, 2003).
. Di samping itu, Zn sering membentuk kompleks
logam-organik terutama dengan asam humat dan asam fulvat. Kompleks ini relatif stabil
pada pH tinggi (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).
Fungsi Zn antara lain pengaktif enzim enolase, aldolase, asam
9
superdeoksidemutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, poteinase, dan
peptidase. Zn juga berperan dalam penyusunan pati. Pada enzim dehidrogenase
akan terjadi reduksi asetaldehida menjadi ethanol dengan reaksi sebagai berikut :
CH3 C COOH CH3 C = O CH3CH2
OH
OH
Asam Piruvat Asetaldehida Ethanol
Menurut sutejo (2004) zink merupakan bagian yang penting dari asam
karboksilase, karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit zink dapat
memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman,
kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan menjadi racun bagi
tanaman. Persenyawaan zink berfungsi pula pada pembentukan hormon auksin
dan penting bagi keseimbangan fisiologis.
Pada tanaman tingkat tinggi, terjadi proses penyusunan ethanol terutama
pada organ tanaman yang sedang melakukan meristematis yaitu ujung akar dan
ujung tanaman. Bila tanaman kekurangan Zn, penyusunan ethanol terhambat atau
terhenti karena adanya penurunan aktifitas enzim dehidrogenase. Dalam enzim
superoksida demutase (SOD), Zn bekerja sama dengan Cu menjadi Zn–Cu-SOD.
Aktifitas enzim ini menurun bila tanaman kekurangan unsur Zn dan pemberian Zn
akan meningkatkan kegiatan enzim tersebut (Ginta, 2005).
Kegiatan lain Zn adalah sebagai carbonic anhydrase (CA). CA berperan
sebagai katalisator hydratasi CO
CO
2.
CA mempunyai 6 sub unit dan berat molekul sekitar 180.000 dan
mengandung 6 atom Zn. Fungsi utama Zn dalam kloroplast adalah untuk asimilasi
CO2 dan untuk membuat keseimbangan CO2
Kekurangan Zn menyebabkan sintesis RNA terhambat. Gejala defisiensi
yang ditimbulkan unsur Zn adalah mula-mula terlihat pada daun muda , dimulai
antara tulang daun terjadi klorosis. Duduk daun yang satu dan yang lainnya
menjadi lebih dekat, sehingga duduk daun yang berdekatan ini disebut bentuk
sapu atau roset, dan pertumbuhan memanjang terhambat. Pada tanaman jagung,
gejala kekurangan Zn tampak tunas menjadi putih. Pada tanaman leguminosae,
gejala yang tampak adalah jaringan antara tulang daun mengalami klorosis dan
berwarna kekuning-kuningan, dan tulang daun tetap hijau (hampir sama dengan
gejala kekurangan Mn). Gejala berupa noda cokelat sering terdapat pada daun
bagian bawah dan jaringan noda cokelat yang mati, demikian juga pinggiran daun
mati. Kebanyakan tunas mati dan daun gugur sebelum waktunya
(Rosmarkam dan Yuwono, 2003)
dalam sel hijau daun. Fungsi lain Zn
ialah dalam metabolisme N. Zink diperlukan dalam sintesis triptofan dan juga
asam indool asetat (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).
Tanaman umumnya menyerap sulfur dalam bentuk SO42- dari tanah oleh
akar. Sulfur juga diserap oleh tanaman dalam bentuk SO2 dari udara lewat daun.
Kadar SO2 dalam udara yang cukup tinggi menyebabkan keracunan pada
tanaman. SO42- dari tanah tersebut di dalam tanaman direduksi, kemudian diubah
menjadi ikatan -S-S- atau -S-H. Di dalam tanah, sebagian sulfur dalam bentuk
senyawa organik dan sebagian lagi dalam bentuk anorganik. Pada tanah, mineral S
11
misalnya Na2SO4, MgSO4, FeS, ZnS dan H2
Sulfur (S) berperan menaikkan kadar methionin, sistein dan total S dalam
jaringan tanaman. Oleh karena itu, kekurangan S dapat menyebabkan
terhambatnya penyusunan protein, asam amino, tanaman kurus dan kerdil serta
perkembangan tanaman menjadi sangat lambat (Novizan, 2005).
S. Sulfida (dalam bentuk reduksi)
terdapat dalam tanah yang suasananya reduksi, misalnya tanah tergenang.
Perbandingan C : N : S pada tanah kapuran berkisar 113 : 10 : 1,3 dan pada tanah
non kapuran 147 : 10 : 1,4. Menurut Tisdale (1985), dalam Rosmarkam dan
Yuwono (2003) sulfur sering menaikkan hasil bila diberikan bersama dengan
molibdenum. Pemupukan sulfur terus - menerus dapat menyebabkan reaksi tanah
menjadi lebih asam (pH turun), sehingga mengakibatkan ketersediaan Mn, Al dan
Zn meningkat.
Hasil metabolisme senyawa organik yang pertama dan yang stabil adalah
homoserine, kemudian terbentuk senyawa homosistein yang akhirnya diubah
menjadi metionin. Sistein dan metionin merupakan asam amino penting yang
mengandung sulfur dalam tanaman. Peranan sulfur (S) yang penting dalam
tanaman adalah pembentukan ikatan disulfida antara rantai protein. Penyusunan
dipeptida sistein dari dua molekul sistein merupakan contoh pembentukan
disulfida dari dua gugus – SH.
Pembentukan metionin dari homoserine diikhtisarkan sebagi berikut :
ikatan –SH dan sistein lepas dan mengganti OH- dan terbentuk homosistein.
Pembentukan ikatan disulfida dalam polipeptida dan protein merupakan
fungsi S yang penting. Dilihat dari reaksi oksidasi – reduksi, pembentukan sistein
merupakan proses oksidasi ( pelepasan ion H ) dari dua molekul sistein dan reaksi
sebaliknya adalah reaksi reduksi ( sistein 2 sistein )
(Rosmarkam dan Yuwono, 2003).
Pupuk N, P, Dan K
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya pupuk dibagi menjadi dua,
yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang
kandungan unsur haranya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro
primer, misalnya Urea yang hanya mengandung unsur hara Nitrogen. Pupuk
majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Penggunaan
pupuk ini lebih praktis, karena dengan hanya sekali penyebaran, beberapa jenis
unsur hara dapat diberikan. Namun dari sisi harga, pupuk ini lebih mahal, contoh
pupuk majemuk antara lain diamonium Phospat mengandung unsur hara Nitrogen
dan Posphor, serta pupuk NPK mutiara yang mengandung unsur hara Nitrogen,
Posphor dan Kalium (Novizan, 2002)
Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk lebih rendah dari pada yang
terkandung dalam pupuk tunggal. Pemberian unsur hara dalam pupuk majemuk
tidak bisa sesuai dengan kebutuhan tanaman, karena unsur hara majemuk sudah
tergabung. Salah satu contoh pupuk majemuk adalah NPK mutiara (15: 15 :15),
yang mengandung N, P dan K masing-masing sebanyak 15 %. Pemberian pupuk
13
subur atau miskin hara, pada hal setiap tanah memiliki kebutuhan unsur hara yang
berbeda diantara ketiga unsur hara tersebut, atau dapat dikatakan kebutuhan unsur
hara tersebut berbeda-beda, karena kandungannya dalam tanah berbeda
(Rinsema, 1986).
Menurut Novizan (2005) pada tanah masam (pH rendah) unsur hara makro
tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi tanaman dan dapat menghambat
perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Dengan sendirinya akan
berpengaruh buruk bagi perkembangan tanaman.
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap Nitrogen dalam bentuk Nitrat
(NO3- ) atau amonium (NH4+
Pupuk Urea mengandung Nitrogen sebanyak 46%. Urea cepat mencair
dalam air dan menguap. Pupuk ini berkonsentrasi tinggi dan harganya tidak terlalu
mahal jika diperhitungkan kandungan Nitrogennya yang penting bagi tanaman.
Pupuk urea mudah tercuci karena membentuk amida yang tidak terikat pada
tanah, Urea juga mudah berubah menjadi amoniak (Suhardi, 1990).
) yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam nitrat
lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh
mikroorganisme tanah. Umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat
membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati
(Novizan, 2002)
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tanaman, yang pada umumnya
sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
tanaman, seperti daun, batang dan akar, tetapi bila terlalu banyak dapat
Fungsi Nitrogen bagi tanaman antara lain :
1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
2. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna
yang lebih hijau, kekurangan N menyebabkan klorosis (pada daun muda
berwarna kuning)
3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman
4. Meningkatkan kwalitas tanaman penghasil daun-daunan
5. Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.
Bentuk N diperoleh sebagai hasil dekomposisi bahan organik, baik yang
berasal dari tumbuhan atau hewan. Nitrat yang diabsorbsi oleh akar tanaman
menuju kebagian atas tanaman akibat proses traspirasi di bagian daun. Dengan
demikian asimilasi nitrat pada tanaman tingkat tinggi umumnya terjadi pada
bagian daun, walaupun asimilasi nitrat terjadi juga pada bagian tanaman lain
seperti pada akar dan batang tanaman. ( Nyakpa, dkk, 1988).
Reduksi nitrat menjadi amoniak pada tanaman tingkat tinggi terjadi
melalui dua proses. Pertama, nitrat direduksi menjadi nitrit (NO2-), lalu nitrit
direduksi menjadi amoniak (NH3
Ion amonium dan amoniak bersama-sama masuk ke dalam kelompok
Amoniak - Nitrogen. Amoniak - Nitrogen ( lebih sederhana, amoniak) dihasilkan
di dalam sel tanaman. Amoniak dihasilkan melalui fotorespirasi dari siklus
oksidasi karbon, atau juga dapat dihasilkan dari proses degradasi metabolik dari
cadangan protein selama perkecambahan biji-biji tertentu ( Lakitan, 1993).
). Langkah kedua adalah terjadi reaksi nitrit
menjadi nitrat proses ini terjadi pada bagian hijau daun, yaitu didalam kloroplast
15
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun Kwala Bekala Kelurahan
Sidomulyo kecamatan Medan Tuntungan (Analisis tanah lampiran 18), kabupaten
Deliserdang, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut dan
topografi datar. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli 2007 – September 2007
(Jadwal kegiatan lampiran 16).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman selada
varietas grand rapids (Deskripsi lampiran 17) sebagai objek yang diamati, top soil,
kompos, pupuk kandang sapi sebagai campuran media tanam, pupuk Zink
Sulphate sebagai perlakuan dan pupuk NPK (15 : 15 : 15) sebagai pembanding,
insektisida Decis, fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur dan air.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menggemburkan dan
membersihkan lahan, handsprayer, pipet skala untuk menakar pupuk dan
insektisida yang akan diaplikasikan, timbangan analitik, gembor, meteran untuk
mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, alat tulis, kertas label dan kalkulator.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)
Non Faktorial dengan perlakuan yaitu:
ZO : Kontrol
Z1 : NPK 1,25 g/ tanaman
Z2 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,01 g/tanaman)
Z3 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,02 g/tanaman)
Z4 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,03 g/tanaman)
Jumlah Ulangan : 4 ulangan
Jumlah Plot : 20 plot
Jumlah Tanaman/ Plot : 25 tanaman
Jumlah tanaman sampel/ plot : 4 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 80 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 500 tanaman
Jarak tanam : 25 cm x 20 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar ulangan : 50 cm
17
Menurut Gomez dan Gomez (1996) model linear yang diasumsikan untuk
Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) Non Faktorial sebagai berikut:
Yij = µ + ρi+ αj + εij Dimana :
Yij = Hasil pengamatan dari faktor perlakuan pada taraf ke-i dalam ulangan
ke-j
µ = Nilai tengah ρi = Efek dari blok ke-i
αj = Efek dari faktor perlakuan pada taraf ke-j
εij = Efek galat dari blok ke-i yang mendapat perlakuan pada taraf ke-j
Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun Kwala Bekala Kelurahan
Sidomulyo kecamatan Medan Tuntungan (Analisis tanah lampiran 18), kabupaten
Deliserdang, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut dan
topografi datar. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli 2007 – September 2007
(Jadwal kegiatan lampiran 16).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman selada
varietas grand rapids (Deskripsi lampiran 17) sebagai objek yang diamati, top soil,
kompos, pupuk kandang sapi sebagai campuran media tanam, pupuk Zink
Sulphate sebagai perlakuan dan pupuk NPK (15 : 15 : 15) sebagai pembanding,
insektisida Decis, fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur dan air.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menggemburkan dan
membersihkan lahan, handsprayer, pipet skala untuk menakar pupuk dan
insektisida yang akan diaplikasikan, timbangan analitik, gembor, meteran untuk
mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, alat tulis, kertas label dan kalkulator.
16
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)
Non Faktorial dengan perlakuan yaitu:
ZO : Kontrol
Z1 : NPK 1,25 g/ tanaman
Z2 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,01 g/tanaman)
Z3 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,02 g/tanaman)
Z4 : NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,03 g/tanaman)
Jumlah Ulangan : 4 ulangan
Jumlah Plot : 20 plot
Jumlah Tanaman/ Plot : 25 tanaman
Jumlah tanaman sampel/ plot : 4 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 80 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 500 tanaman
Jarak tanam : 25 cm x 20 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar ulangan : 50 cm
Menurut Gomez dan Gomez (1996) model linear yang diasumsikan untuk
Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) Non Faktorial sebagai berikut:
Yij = µ + ρi+ αj + εij Dimana :
Yij = Hasil pengamatan dari faktor perlakuan pada taraf ke-i dalam ulangan
ke-j
µ = Nilai tengah ρi = Efek dari blok ke-i
αj = Efek dari faktor perlakuan pada taraf ke-j
εij = Efek galat dari blok ke-i yang mendapat perlakuan pada taraf ke-j
Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan
18
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma-gulma kemudian tanah digemburkan, dibuat
bedengan dengan ukuran 1,00 m x 1,25 m dengan jarak antar bedengan 50 cm,
dengan tinggi 20 cm (Bagan penelitian lampiran14 dan bagan plot penelitian
lampiran 15). Setelah tanah digemburkan dan bedengan selesai dibuat kemudian
ditaburkan kompos dengan cara mencampur rata dengan tanah sebanyak 2,5
Kg/plot dan dibuat jarak tanam dengan ukuran 25 cm x 20 cm (Gambar tanaman
di lapangan lampiran 19).
Persemaian Benih
Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan persemaian
agar diperoleh bibit yang seragam dan baik. Benih selada varietas grand rapids
direndam dalam air dingin selama 15 menit lalu dikeringkan kembali. Benih
tersebut kemudian disemaikan pada media tanam dalam keranjang plastik dengan
media berupa tanah dan kompos dengan perbandingan komposisi 2 : 1 selama
21 hari.
Penanaman
Bibit yang telah berumur 21 hari diambil dari tempat persemaian dengan
menggunakan sungkit besi. Untuk memudahkan pencabutan bibit terlebih dahulu
disiram. Bibit yang ditanam di lapangan adalah bibit yang memiliki pertumbuhan
Pemupukan
Pemupukan menggunakan 2 jenis pupuk yang berbeda yaitu pupuk NPK
dan pupuk Zink Sulphate. Aplikasi pupuk NPK dilakukan 7 hari sebelum tanaman
dipindahkan ke lapangan, sedangkan untuk pupuk Zink Sulphate dilakukan dua
kali yaitu pada saat tanaman berumur 15 hari dan 30 hari setelah tanam di
lapangan sesuai dengan dosis perlakuan yang telah ditentukan. Pengaplikasian
pupuk Zink Sulpahate dilakukan pada sore hari setelah penyiraman tanaman,
pemberiannya dilakukan ke ketiak daun.
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari dengan menggunakan gembor.
Namun jika cuaca tidak terlalu panas, penyiraman dapat dilakukan sekali sehari
yaitu pada sore hari.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati atau
pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan. Kegiatan ini dilakukan
setelah tanaman berumur seminggu di lapangan.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
20
menyianginya. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu dan 4
minggu di lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan pestisida decis
dengan konsentrasi 2 cc/ ltr air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan
dengan penyemprotan fungisida Dithane M- 45 dengan konsentrasi 2 g/liter air
dengan selang waktu seminggu sekali.
Panen
Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman, dengan cara
membongkar tanah agar akar tanaman tidak patah dan tidak tertinggal di dalam
tanah. setelah dicabut akar dibersihkan dari kotoran yang menempel pada akar
tersebut. Panen dilakukan pada umur tanaman 58 hari setelah benih disemai.
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi
tanaman selada mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi tanaman
dengan menggunakan meteran, pengukuran tinggi tanaman satu kali yaitu pada
akhir penelitian bersamaan dengan panen.
Total Jumlah Daun (helai)
Daun yan dihitung adalah daun yang telah terbentuk sempurna. Jumlah
Produksi Biomassa Per Tanaman (g)
Produksi biomassa per tanaman adalah seluruh bagian tanaman sampel
termasuk daun yang tidak layak dikonsumsi ditimbang bobotnya. Tanaman
ditimbang setelah dibersihkan dari kotoran dan dilakukan pada akhir penelitian.
Produksi Segar Jual Per Tanaman (g)
Produksi segar jual per tanaman adalah bagian tanaman yang layak untuk
dijual dengan kriteria membuang 2-3 helai daun bagian bawah yang rusak dan
tidak layak untuk dikonsumsi. Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari
kotoran dan dilakukan pada akhir penelitian.
Shoot/Root Ratio (%)
Parameter shoot/root ratio diperoleh dengan cara memisahkan bagian tajuk dan akar tanaman setelah dibersihkan dari kotoran yang menempel pada
bagian tanaman tersebut, kemudian ditimbang bobot tajuk dan akarnya.
Penimbangan ini dilakukan pada saat panen.
Indeks Panen (%)
Indeks panen merupakan hasil bagi produksi segar jual dengan produksi
biomassa. Indeks Panen dapat ditulis dengan rumus :
Berat Segar Jual Berat Biomassa
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Perkembangan rataan tinggi tanaman dari masing-masing perlakuan
disajikan pada lampiran 1, sedangkan sidik ragam pada lampiran 2. Dari hasil
sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Dari Masing-Masing Perlakuan
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Z0 16.991
Z1 20.696
Z2 19.026
Z3 18.856
Z4 20.646
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi dijumpai
pada perlakuan Z1 = 20,69 cm dan yang terendah pada perlakuan Z0 = 16,99 cm
Total Jumlah Daun (helai)
Perkembangan rataan total jumlah daun dari masing-masing perlakuan
disajikan pada lampiran 3, sedangkan sidik ragam pada lampiran 4. Dari hasil
sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap total
Rataan total jumlah daun dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Rataan Total Jumlah Daun Tanaman (helai) Dari Masing-Masing Perlakuan
Perlakuan Total Jumlah Daun (helai)
Z0 13.705
Z1 15.759
Z2 15.761
Z3 15.094
Z4 15.709
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan total jumlah daun tertinggi
dijumpai pada perlakuan Z2 = 15,76 helai dan yang terendah pada perlakuan
Z0 = 13,70 helai.
Produksi Biomassa Per Tanaman (g)
Produksi biomassa per tanaman dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan
daftar sidik ragam produksi biomassa per tanaman pada lampiran 6. Hasil sidik
ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi
biomassa per tanaman. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata dengan perlakuan
Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Z1, Z2 dan
24
Rataan produksi biomassa per tanaman dapat dilihat pada tabel 3 di bawah
ini :
Tabel 3. Rataan Produksi Biomassa Per Tanaman (g) Dari Masing-Masing Perlakuan
Perlakuan Produksi Biomassa Per Tanaman (g)
Z0 21.31 d
Z1 40.19 ab
Z2 30.69 c
Z3 41.63 ab
Z4 45.06 a
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.
Dari tabel 3 diperoleh bahwa rataan produksi biomassa tertinggi terdapat
pada perlakuan Z4 yakni sebesar 45,06 g, sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan Z0 yakni sebesar 21,23 g.
Histogram rataan produksi biomassa per tanaman dari 5 perlakuan yang
diuji dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Histogram Rataan Produksi Biomassa Per Tanaman 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00
Z0 Z1 Z2 Z3 Z4
Produksi Segar Jual Per Tanaman (g)
Data hasil pengamatan produksi segar jual per tanaman dapat dilihat pada
lampiran 7, sedangkan daftar sidik ragam produksi segar jual per tanaman pada
lampiran 8. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata
terhadap produksi segar jual per tanaman. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata
dengan perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan Z1, Z2 dan Z3.
Rataan produksi segar jual per tanaman dapat dilihat pada tabel 4 di bawah
[image:43.596.109.505.388.477.2]ini :
Tabel 4. Rataan Produksi Segar Jual Per Tanaman (g) Dari Masing-Masing Perlakuan
Perlakuan Produksi Segar Jual Per Tanaman (g)
Z0 18.31d
Z1 38.19ab
Z2 28.19bc
Z3 38.63ab
Z4 43.06a
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.
Dari tabel 4 diperoleh bahwa produksi segar jual per tanaman tertinggi
terdapat pada perlakuan Z4 yakni sebesar 43,06 g, sedangkan yang terendah
26
Histogram rataan produksi segar jual per tanaman dari 5 perlakuan yang
[image:44.596.128.482.136.370.2]diuji dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Histogram Rataan Produksi Segar Jual Per Tanaman
Shoot/Root Ratio (%)
Data hasil pengamatan shoot/root ratio dapat dilihat pada Lampiran 9,
sedangkan daftar sidik ragam shoot/root ratio dapat dilihat pada Lampiran 10.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat
nyata terhadap shoot/root ratio. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata dengan
perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Z1,
Z2 dan Z3. 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00
Z0 Z1 Z2 Z3 Z4
Rataan shoot/root ratio dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5. Rataan Shoot/Root Ratio (%) Dari Masing-Masing Perlakuan
Perlakuan Shoot/root ratio (%)
Z0 16.65 d
Z1 34.70 ab
Z2 25.79 bc
Z3 31.38 ab
Z4 36.24 a
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.
Dari tabel 5 diperoleh bahwa Shoot/root ratio terbesar terdapat pada
perlakuan Z4 yaitu sebesar 36,24 % sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan Z0 yaitu sebesar 16,65 %.
Histogram rataan shoot/root ratio dari 5 perlakuan yang diuji dapat dilihat
pada gambar 3.
Gambar 3. Histogram Rataan Shoot/Root Ratio. 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Z0 Z1 Z2 Z3 Z4
28
Indeks Panen (%)
Indeks Panen dapat dilihat pada lampiran 11, sedangkan daftar sidik ragam
indeks panen pada lampiran 12. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Perlakuan Z4, Z3 dan Z1 berbeda nyata
dengan perlakuan Z0, sedangkan Perlakuan Z4 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan Z1, Z2 dan Z3.
[image:46.596.112.503.318.418.2]Rataan indeks panen dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6. Rataan Indeks Panen (%) Dari Masing-Masing Perlakuan
Perlakuan Indeks Panen (%)
Z0 0.842 d
Z1 0.949 ab
Z2 0.904 c
Z3 0.926 bc
Z4 0.951 a
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% uji jarak Duncan.
Dari tabel 6 diperoleh bahwa indeks panen terbesar terdapat pada
perlakuan Z4 yakni sebesar 0,951 %, sedangkan yang terendah terdapat pada
Histogram rataan indeks panen dari 5 perlakuan yang diuji dapat dilihat
pada gambar 4.
Gambar 4. Histogram Rataan Indeks Panen. 0.00
0.80 0.82 0.84 0.86 0.88 0.90 0.92 0.94 0.96
Z0 Z1 Z2 Z3 Z4
Perlakuan
Inde
ks
P
an
30
Pembahasan
Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa perlakuan yang diuji dalam
penelitian ini menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pengamatan biomassa,
bobot segar jual, shoot/root ratio dan indeks panen tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman dan total jumlah daun. Berdasarkan hasil analisis tanah
(Lampiran 18) diketahui bahwa pH tanah termasuk kategori rendah yaitu 4,8.
Pada tanah yang memiliki pH rendah unsur hara makro seperti Nitrogen dan
Fosfat tidak tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, sehingga penyerapan
unsur hara tersebut tidak efektif yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman
terhambat, hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2005) yang menyatakan
bahwa pada tanah masam unsur hara makro tidak tersedia dalam jumlah yang
cukup bagi tanaman dan dapat menghambat perkembangan mikroorganisme di
dalam tanah. Dengan sendirinya akan berpengaruh buruk bagi perkembangan
tanaman. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan perlakuan zink sulphate
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi dan total jumlah daun tanaman adalah
karena pupuk zink sulphate yang diberikan pada tanaman belum mencukupi
kebutuhan tanaman. Berdasarkan hasil analisis tanah diperoleh bahwa unsur hara
zink yang terdapat pada tanah percobaan adalah 3,78 ppm. Sementara kadar
normal Zn dalam tanah berkisar antara 16 sampai 300 ppm. Sedangkan Zn dalam
tanaman berkisar antara 20 sampai 70 ppm. Sementara kadar Zn yang diberikan
pada tanaman sebagai perlakuan hanya berkisar antara 10 ppm sampai 30 ppm.
Rataan bobot biomassa terbesar terdapat pada perlakuan
Z4 yaitu sebesar 45,06 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu
aldolase, asam oksalatdekarboksilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin
deaminase, superdeoksidemutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase,
proteinase dan peptidase serta berperan juga dalam penyusunan pati. Dengan
demikian maka jumlah klorofil pada daun tanaman tersebut kemungkinan akan
meningkat yang juga dapat menyebabkan luas serta ketebalan daun akan
bertambah. Dengan bertambahnya luas serta ketebalan daun tersebut maka akan
meningkatkan bobot biomassa dari tanaman tersebut. Sesuai dengan pernyataan
sutejo (2004) bahwa zink merupakan bagian yang penting dari asam karboksilase,
karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit zink sulphate dapat
memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman,
kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan menjadi racun bagi
tanaman. Persenyawaan zink berfungsi pula pada pembentukan hormon auksin
dan penting bagi keseimbangan fisiologis
Pemberian Zn juga berpengaruh nyata terhadap bobot segar jual per
tanaman. Rataan terbesar terdapat pada perlakuan Z4 yaitu sebesar 43,06 g dan
yang terendah adalah dengan perlakuan Z0 (kontrol) yaitu sebesar 18,31 g. Hal ini
didukung oleh fungsi Zn yang berperan dalam pembentukan klorofil atau
mencegah perusakan klorofil. Sehingga dengan meningkatnya jumlah klorofil
tanaman, laju fotosintesis tanaman juga akan berjalan dengan baik sehingga
memungkinkan akan bertambahnya jumlah pati yang terbentuk dari hasil
fotosintesa yang dapat meningkatkan bobot dari tajuk tanaman tersebut.
Pemberian pupuk zink sulphate menunjukkan pengaruh yang nyata
terhadap shoot/root ratio tanaman. Dari hasil analisis tanah diperoleh bahwa
32
kategori rendah. Jadi penambahan dosis Zn per satuan unit kelihatan dapat
meningkatkan shoot/root ratio tanaman karena jumlah Zn yang diberikan masih
berdasarkan ketentuan pengguaannya yang dapat memberikan dorongan terhadap
perkembangan-perkembangan bagian tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan
sutejo (2004) bahwa zink merupakan bagian yang penting dari asam karboksilase,
karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit zink dapat memberikan
dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan pupuk berpengaruh nyata
terhadap parameter indeks panen. Rataan indeks panen tertinggi terdapat pada
perlakuan Z4 yaitu sebesar 0.951 dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0
yaitu sebesar 0.842. Indeks panen dipengaruhi oleh produksi segar jual dan
produksi biomassa tanaman. Indeks panen memiliki nilai yang tinggi dikarenakan
produksi segar jual per tanaman tidak jauh berbeda dengan produksi biomassa per
tanaman. Produksi segar jual per tanaman meningkat karena didukung oleh fungsi
Zn yang sangat berperan dalam pembentukan klorofil, sintesa RNA dan auksin
sehingga dengan berperannya Zn dalam pembentukan klorofil maka tajuk
tanaman akan lebih cepat berkembang dari pada akar tanaman. Dengan demikian
shoot/root ratio tanaman juga akan meningkat.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa produksi per ha tertinggi terdapat pada
perlakuan Z4 yaitu sebesar 8,61 ton dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0
yaitu sebesar 3,66 ton dan produksi per ha untuk masing-masing perlakuan Z1, Z2
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian pupuk zink sulphate berpengaruh nyata terhadap produksi
biomassa per tanaman, produksi segar jual per tanaman, shoot/root ratio
dan indeks panen, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman dan total jumlah daun tanaman.
2. Produksi biomassa tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu 45,06 g dan
yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu sebesar 21,31 g. Produksi
segar jual per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu sebesar
43,06 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu sebesar
18,31 g. Shoot/root ratio tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu
sebesar 36,24 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0 yaitu
sebesar 16,65 %. Indeks panen tertinggi terdapat pada perlakuan Z4 yaitu
sebesar 0,95 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan Z0
yaitu 0,84 %.
3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan yang terbaik adalah
Z4 (NPK 1,25 g/ tanaman + Zink Sulphate (0,03 g/tanaman)
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan dosis pupuk zink
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2000. Daun Selada Tidak Dicuci. Http:// www.mail-archive.com
. 2003. Selada.
, 2006. Selada. Http://warintek.progressio.or.id/
Dartius. 1991. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian UISU, Medan.
Ginta, J. 2005. Unsur Hara Mikro yang Dibutuhkan Tanaman. Dikutip dari : Februari 2008.
Gomez, A, K. dan A, A, Gomez. 1996. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. UI-press. Jakarta
Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2002. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, G.B. Hong dan N. Hakim, 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Rinsema, F. 1986. Pemupukan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Rosmarkam. A. dan N. W. Yuwono. 2003. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta. 224 hal.
Rubatzky, V.E. danM. Yamaguchi. 1997. Sayuran Dunia 1. Agromedia Pustaka, Jakarta.
_____________________________. 1999. Sayuran Dunia 3. Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh Catur Herison. Penerbit ITB, Bandung.
Rukmana. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius, Yogyakarta.
Sastrahidajat, I. H. dan Soemarno. 1996. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha Nasional, Surabaya. Hal 316-318.
Suhardi. 1990. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.
Sunaryono, H. 1999. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
, M. M. 2004. Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.
36
Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm )
KK = 13.26% Ket : tn = tidak nyata * = nyata
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Z0 17.48 17.14 18.24 15.12 67.964 16.991 Z1 19.68 19.52 18.44 25.16 82.784 20.696 Z2 18.62 20.44 18.20 18.86 76.104 19.026 Z3 18.74 21.52 19.44 15.74 75.424 18.856 Z4 18.50 17.70 22.00 24.40 82.584 20.646 Total 93.00 96.30 96.30 99.26 384.86
Rataan 18.60 19.26 19.26 19.85 19.24
Lampiran 2. Analisa Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sumber
Keragaman db JK KT F.hit F0.05
Ulangan 3 3.92 1.31 0.20 tn 3.49 Perlakuan 4 37.39 9.35 1.44 tn 3.26
Error 12 78.07 6.51
Lampiran 3. Data Pengamatan Total Jumlah Daun ( helai )
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Z0 14.52 14.21 14.81 11.28 54.822 13.705 Z1 15.01 14.70 15.82 17.50 63.038 15.759 Z2 16.41 16.68 15.28 14.68 63.043 15.761 Z3 15.28 16.73 15.90 12.48 60.377 15.094 Z4 15.82 15.48 15.08 16.47 62.837 15.709 Total 77.04 77.79 76.89 72.40 304.12
Rataan 15.41 15.56 15.38 14.48 15.21
Lampiran 4. Analisa Sidik Ragam Total Jumlah Daun Sumber
Keragaman db JK KT F.hit F0.05
Ulangan 3 3.61 1.20 0.63 tn 3.49 Perlakuan 4 12.53 3.13 1.63 tn 3.26
Error 12 23.07 1.92
Total 19 39.21
38
Lampiran 5. Data Pengamatan Produksi Biomassa Per Tanaman ( g )
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III IV
Z0 34.00 13.75 16.25 21.25 85.25 21.31 Z1 53.00 37.25 35.00 35.50 160.75 40.19 Z2 54.50 26.75 18.50 23.00 122.75 30.69 Z3 36.00 52.00 43.00 35.50 166.50 41.63 Z4 56.00 43.25 26.50 54.50 180.25 45.06 Total 233.50 173.00 139.25 169.75 715.50
Rataan 46.70 34.60 27.85 33.95 35.78
Lampiran 6. Analisa Sidik Ragam Produksi Biomassa Per Tanaman Sumber
Keragaman db JK KT F.hit F0.05
Ulangan 3 934.36 311.45 3.54 * 3.49 Perlakuan 4 1499.99 375.00 4.26 * 3.26
Error 12 1056.51 88.04
Total 19 3490.86
Lampiran 7. Data Pengamatan Produksi Segar Jual Per Tanaman ( g )
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Z0 31.00 10.75 13.25 18.25 73.25 18.31 Z1 51.00 35.25 33.00 33.50 152.75 38.19 Z2 52.00 24.25 16.00 20.50 112.75 28.19 Z3 33.00 49.00 40.00 32.50 154.50 38.63 Z4 54.00 41.25 24.50 52.50 172.25 43.06 Total 221.00 160.50 126.75 157.25 665.50
Rataan 44.20 32.10 25.35 31.45 33.28
Lampiran 8. Analisa Sidik Ragam Produksi Segar Jual Per Tanaman Sumber
Keragaman db JK KT F.hit F0.05
Ulangan 3 934.36 311.45 3.54 * 3.49 Perlakuan 4 1593.24 398.31 4.52 * 3.26
Error 12 1056.51 88.04
Total 19 3584.11
40
Lampiran 9. Data Pengamatan Shoot/Root Rasio
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III IV
Z0 25.27 11.65 14.15 15.54 66.61 16.65 Z1 41.23 33.52 31.27 32.77 138.79 34.70 Z2 42.73 21.04 16.40 23.00 103.17 25.79 Z3 27.27 40.23 31.23 26.77 125.50 31.38 Z4 44.23 31.48 26.50 42.73 144.94 36.24 Total 180.73 137.92 119.55 140.81 579.01
Rataan 36.15 27.58 23.91 28.16 28.95
Lampiran 10. Analisa Sidik Ragam Shoot/Root Rasio Sumber
Keragaman db JK KT F.hit F0.05
Ulangan 3 398.35 132.78 3.10 tn 3.49 Perlakuan 4 1012.74 253.18 5.92 ** 3.26
Error 12 513.41 42.78
Total 19 1924.50
Lampiran 11. Data Pengamatan Indeks Panen
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Z0 0.91 0.78 0.82 0.86 3.37 0.84
Z1 0.96 0.95 0.94 0.94 3.80 0.95
Z2 0.95 0.91 0.86 0.89 3.62 0.90
Z3 0.92 0.94 0.93 0.92 3.70 0.93
Z4 0.96 0.95 0.92 0.96 3.81 0.95
Total 4.71 4.53 4.48 4.57 18.29
Rataan 0.94 0.91 0.90 0.91 0.91
Lampiran 12. Analisa Sidik Ragam Indeks Panen Sumber
Keragaman db JK KT F.hit F0.05
Ulangan 3 0.005872 0.00 2.45 tn 3.49 Perlakuan 4 0.032189 0.01 10.07 ** 3.26
Error 12 0.009586 0.00
Total 19 0.047647
49
Lampiran 19. Gambar Tanaman Di Lapangan
Lampiran 21. Gambar Tanaman Di Lapangan
Lampiran 18. Hasil Analisis Tanah
No Jenis Analisis Nilai Kriteria
1 N - total (%) 0,21 sedang
2 P - Bray (ppm) 24,04 sedang
3 Ca (me/100 g) 6,28 sedang
4 Mg (me/100 g) 2,26 rendah
5 Na (me/100 g) 0,22 rendah
6 K (me/100 g) 1,47 sangat tinggi
7 Zn (ppm) 3,78 rendah
8 pH (H2O) 4,99 rendah
44
Lampiran 17. DESKRIPSI TANAMAN SELADA
Nama Latin : Lactuca sativa L.
Varietas : Grand Rapid
Warna Biji : Coklat kehitaman
Bentuk Biji : Kecil dan berbentuk gepeng
Sistem Perakaran : Menyebar dan dangkal
Bentuk batang : Bulat pipih
Warna Batang : Hijau muda
Bentuk Daun : Tidak membentuk krop, berukuran besar
panjang, bertangkai, keriting
Warna Daun : Hijau muda atau terang
Bentuk Tangkai Daun : Lebar
Jumlah Daun /tanaman : 5-16 helai
Tinggi Tanaman : Dapat mencapai 50 cm
Umur Panen : 50-60 hari setelah semai benih
Produksi : 3-9 ton/ha
45
Lampiran 16. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pesiapan Lahan X
2 Persemaian Benih X
3 Penaman X
4 Aplikasi pupuk NPK X
5 Aplikasi pupuk mikro zink sulphate X X
6 Pemeliharaan X X X X X
Penyiraman X X X X X X X X X
Penyulaman X
Penyiangan Disesuaikan dengan Kondisi di Lapangan
Pengendalian hama dan penyakit
7 Pengamatan Parameter Penelitian
1. Tinggi Tanaman X
2. Total Jumlah Daun X
3. Produki Biomassa Per Tanaman X
4. Produksi Segar Jual Per Tanaman X
5. Shoot/root ratio X
Lampiran 13.Rangkuman Uji Beda Rataan Uji Efektifitas Pupuk Mikro Zink Sulphate Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.)
Perlakuan Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5 6
Pengujian Pupuk
Z0 16.991 13.705 21.31 d 18.31d 16.65 d 0.842 d
Z1 20.696 15.759 40.19 ab 38.19ab 34.70 ab 0.949 ab
Z2 19.026 15.761 30.69 c 28.19bc 25.79 bc 0.904 c
Z3 18.856 15.094 41.63 ab 38.63ab 31.38 ab 0.926 bc
Z4 20.646 15.709 45.06 a 43.06a 36.24 a 0.951 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf tidak yang sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan
1 = Tinggi Tanaman 4 = Produksi Segar Jual per Tanaman
2 = Total Jumlah Daun 5 = Shoot/root Ratio