SEBARAN DAN PERKIRAAN KERUGIAN EKONOMIS
SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SEKOLAH
DASAR SWASTA DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SKRIPSI
Oleh
Roy Chandra T Sinaga 051203029 / Teknologi Hasil Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Sebaran dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Rayap terhadap Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis
Nama : Roy Chandra T Sinaga Nim : 051203029
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Luthfi Hakim, S. Hut, M. Si Bejo Slamet, S. Hut, M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Sekretaris Departemen Kehutanan
ABSTRAK
ROY CHANDRA T SINAGA : Sebaran dan Perkiraan Kerugian Serangan Rayap terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Di bawah bimbingan LUTHFI HAKIM dan BEJO SLAMET Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah dasar adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kerugian ekonomis kerusakan bangunan Sekolah Dasar Swasta yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sampel yang dipakai memakai intensitas 10% dari total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% bangunan Sekolah Dasar swasta terserang rayap. Sebanyak 21,4% mengalami kerusakan berat dan 69,04% termasuk ke dalam kerusakan sedang dan 7,14% mengalami kerusakan ringan.Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light dan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen. Sebaran serangan merata di setiap kecamatan yang diteliti.
ABSTRACT
ROY CHANDRA T SINAGA : Spreading and Calculation Lose Economic Termites Attacked to private Elementary School Building in Medan City by Using Geographic Information System. Supervised by LUTHFI HAKIM and BEJO SLAMET
Termites are the most caused economical lose for the human by attacking building and housing. One of the buildings that can be target of termites attack are private elementary school building. The aim of this research was to caunt the economical lose of private elementary school building caused by the termites. The spreading of the termites were mapped by the geographic information system (GIS). The research showes 100% of the private elementary school building were infected by termites, as many as 21,04% will face a high severe and 69,04% were included medium severe,7,14% in low severe . Termites found was dry wood termite Crytotermes cynocephalus Light and soil termites Macrotermes gilvus Hagen.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 24 April 1987,
dari ayah Edi Rasman Sinaga dan Ibu Netti Sitorus. Penulis merupakan putra
pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis selama ini ; Pendidikan dasar di
SD Negeri 060933 Medan (1992-1998), Pendidikan lanjutan di SMP Methodist I
Medan, (1998-2001), Pendidikan menengah di SMU Negeri 15 Medan
(2001-2004), dan Tahun 2005 diterima pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan
Departeman Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui
jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.
Kegiatan non-formal yang diikuti selama perkuliahan adalah menjadi
anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU periode 2005-2009 Penulis
pernah melakukan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada dua
lokasi yaitu daerah pegunungan atas Lau Kawar Kab. Karo dan daerah Hutan
Mangrove di Kab. Asahan (2007), selain itu penulis juga pernah melakukan Kerja
Praktik Lapang di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Banten
Provinsi Banten (2009). Akhir kuliah penulis melaksanakan penelitian dengan
judul Sebaran dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Serangan Rayap Terhadap
Bangunan Sekolah Dasar Swasta Di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Yesus Kristus,Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehinga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Sebaran Dan Perkiraan Kerugian
Ekonomis Serangan Rayap Terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta Di Kota
Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar- besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini.Terima kasih kepada Bapak Luthfi
Hakim, S. Hut, M. Si , dan Bapak Bejo Slamet S.Hut, M.Si selaku komisi
pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada
penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Di samping itu penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program
studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan, serta kepada Hadi Prabowo
Syaiful,Ade oktavia,Lamria,Meylida dan semua rekan-rekan yang tidak dapat
disebutkan satu –persatu.
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang membangun dari
pembaca. Atas kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ...iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian... 3
TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar ... 4
Rayap ... 4
Koloni rayap dan sistem kasta ... 5
Taksonomi dan daerah penyebaran ... 5
Rayap perusak gedung ... 6
Kerugian Serangan Rayap Di Indonesia ... 9
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap ... 10
Pra konstruksi ... 11
Pasca kontruksi ... 13
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat Penelitian ... 16
Batasan Studi ... 17
Metode Penelitian ... 17
Pengumpulan data primer ... 17
Pengumpulan data skunder... 17
Pengolahan data ... 18
Perhitungan interval untuk rata-rata... 19
Pendugaan persamaan regresi ... 20
Pemetaan sistem informasi geografis (GIS) ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta ... 21
Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada SD Swasta ... 25
Kerugian Ekonomis Serangan rayap pada Berbagai Komponen ... 28
Jenis Rayap Perusak kayu ... 35
Model Penduga Kerugian Ekonomis ... 41
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42
Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Data jumlah Sekolah Dasar di setiap kecamatan di Kota Medan ... 4
2. Karakteristik - karakteristik bangunan SD Swasta di Kota Medan yang disurvey ... 23
3. Biaya Kerusakan Bangunan setiap SD Swasta di Kota Medan ... 26
4. Rangkuman Kerugian Ekonomis SD Swasta di Kota Medan ... 27
5. Kerugian Ekonomis pada Berbagai Komponen Bangunan ... 29
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. SD Swasta M.T. Haryono Kecamatan Medan sunggal, b. SD Swasta
PAB Kecamatan Medan Barat ... 22
2. Komponen terbuat dari kayu: a. Lemari, b. Meja dan kursi, c. Kuda-kuda, d. Kusen jendela ... 24
3. Peta sebaran sampel SD Swasta Di Kota Medan ... 30
4. Peta kerusakan bangunan SD Swasta di Kota Medan ... 33
5. Histogram Persentase Kerusakan Bangunan ... 34
6. Jenis rayap perusak kayu yang ditemukan. (A) Cryptotermes cynocephalus Light dan (B) Macrotermes gilvus Hagen ... 35
7. Peta sebaran jenis rayap di bangunan SD Swasta di Kota Medan ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Karakteristik-Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta ... 42
2. Daftar Harga Kayu Dan Upah Tukang Di Kota Medan ... ... 51
3. Biaya Kerusakan Bangunan Sekolah di Kota Medan ... 52
4. Persen Kerusakan Sekolah ... 53
5. Kunci Determinasi Pengenalan Genus dan Spesies ... 54
ABSTRAK
ROY CHANDRA T SINAGA : Sebaran dan Perkiraan Kerugian Serangan Rayap terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Di bawah bimbingan LUTHFI HAKIM dan BEJO SLAMET Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah dasar adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kerugian ekonomis kerusakan bangunan Sekolah Dasar Swasta yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sampel yang dipakai memakai intensitas 10% dari total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% bangunan Sekolah Dasar swasta terserang rayap. Sebanyak 21,4% mengalami kerusakan berat dan 69,04% termasuk ke dalam kerusakan sedang dan 7,14% mengalami kerusakan ringan.Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light dan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen. Sebaran serangan merata di setiap kecamatan yang diteliti.
ABSTRACT
ROY CHANDRA T SINAGA : Spreading and Calculation Lose Economic Termites Attacked to private Elementary School Building in Medan City by Using Geographic Information System. Supervised by LUTHFI HAKIM and BEJO SLAMET
Termites are the most caused economical lose for the human by attacking building and housing. One of the buildings that can be target of termites attack are private elementary school building. The aim of this research was to caunt the economical lose of private elementary school building caused by the termites. The spreading of the termites were mapped by the geographic information system (GIS). The research showes 100% of the private elementary school building were infected by termites, as many as 21,04% will face a high severe and 69,04% were included medium severe,7,14% in low severe . Termites found was dry wood termite Crytotermes cynocephalus Light and soil termites Macrotermes gilvus Hagen.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rayap berfungsi sebagai dekomposer berubah menjadi hama perusak
bangunan, ini diakibatkan pertambahan bangunan yang meningkat. Salah satu
diantaranya adalah bangunan sekolah,berfungsi sebagai sarana pendidikan.
Sekolah Dasar sebagai fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar
tetap berada pada kondisi yang baik. Saat ini ada 805 gedung Sekolah Dasar yang
ada di Kota Medan dengan pembagian 404 buah milik swasta dan 401 buah
milik Pemerintah (Dinas Pendididkan Kota Medan, 2008).
Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota dinamis
ini adalah kota terbesar di Sumatera dan ketiga terbesar di Indonesia. Kota Medan
beriklim tropis dengan suhu minimum 22,50 0C – 23,90 0C dan suhu maksimum
30,80 0C – 33,70 0C. Berada di ketinggian 2,5 - 37,5 m dari permukaan laut.
Rata-rata curah hujan berkisar 120,9 mm/bulan – 169,6 mm/bulan. Kelembaban
mencapai 84% – 85 % dengan kecepatan angin 0,48 m/detik
(Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2008).
Menurut Nandika dkk (2003) menyebutkan di daerah tropika, rayap
ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3.000 m diatas permukaan laut.
Sekarang rayap menjadi serangga yang mudah dijumpai, hampir di semua
ekosistem termasuk di lingkungan pemukiman. Rayap hidup pada tipe tanah
tertentu, namun rayap tanah lebih menyukai tipe tanah yang banyak mengandung
liat karena mengandung bahan organik yang tinggi. Curah hujan merupakan
faktor yang berguna untuk merangsang kasta produksi keluar dari pohon.
kelembaban mempengaruhi rayap di sekitarnya. Suhu optimum adalah 15-38 0C
dan kelembaban optimum 75-90%.
Peluang terjadinya serangan rayap sangatlah besar,hal ini diperkuat oleh
penelitian Hakim dkk (2005) dengan ditemukannya serangan rayap yang merusak
gedung-gedung bertingkat dan bersejarah di Kota Medan yang mencapai 73% dari
23 gedung yang yang diteliti. Dengan data kerugian yang besar di Kota Medan
memungkinkan bangunan sekolah dasar ikut terserang, sehingga perlu dilakukan
penelitian. Selain kerugian ekonomis, penyebaran dan kerusakan akibat serangan
rayap perlu di petakan untuk mengetahui daerah penyebaran jenis rayap dan
tingkat kerusakan bangunan sekolah dasar di Kota Medan. Pemetaan dengan
menggunakan GIS merupakan metode yang sangat praktis untuk memetakan
wilayah sebarannya. Bertolak dari pernyataan di atas, penelitian ini dilakukan
untuk menjawab permasalahan tersebut.
Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan
Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan.
2. Mendapatkan peta sebaran jenis rayap berikut kerusakan bangunan
Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan dengan menggunakan GIS
(Geographic Information System)
3. Mendapatkan model penduga kerugian ekonomis akibat serangan rayap
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Memberikan informasi bagi Pemerintah Kota Medan terhadap kerusakan dan
kerugian serangan rayap pada bangunan Sekolah Swasta
2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian serta bahan informasi
masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam
pengelolaan perlindungan bangunan.
3. Pengetahuan dan informasi sebaran rayap serta kerusakannya melalui peta
GIS.
TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan Sekolah Dasar
Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang
memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat
ini terdapat hampir lebih 805 sekolah dasar yang ada dan tersebar hampir di
pelosok kota Medan. Pembagian sekolah dasar di kota Medan adalah 401
bangunan SD milik pemerintah dan 404 bangunan milik pihak swasta yang telah
terdaftar di kantor Dinas Pendidikan Kota Medan (Dinas Pendidikan Kota
Medan,2008).
Tabel 1. Data jumlah Sekolah Dasar di setiap kecamatan di Kota Medan
No Kecamatan SD Negeri SD Swasta
Rayap
Rayap menurut Tarumingkeng (1992) dalam Rakhmawati (1996) adalah
sekelompok hewan dalam salah satu ordo, yaitu ordo Isoptera dari kelas
Arthropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia
sampai tahun 1970 telah tercatat lebih kurang 200 spesies. Menurut Nandika dkk
(2003), ada sekitar 200 jenis rayap di Indonesia dan lima persen diantaranya
menjadi musuh manusia. Rayap termasuk binatang purba karena sudah ada sejak
200 juta tahun yang lalu.
Koloni rayap dan sistem kasta
Nandika dkk., (2003) setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki
bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu kasta
prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah
dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata.
Tugasnya adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya
semut dan vertebrata predator. Kasta pekerja umumnya berwarna pucat dengan
kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa.
Populasinya mencapai 80-90% dalam satu koloni rayap. Kasta ini bertugas
memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, membuat sarang,
liang-liang kembara, menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Sedangkan kasta
reproduksi terdiri atas betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang
tugasnya membuahi betina. Ukuran ratu pada rayap tingkat tinggi bisa mencapai
Taksonomi rayap dan Daerah penyebaran rayap
Taksonomi Rayap
Kingdom : Animalia
Fillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Isoptera
Famili : Rhinotermitidae, Termitidae, Kalotermitidae
Genus : Macrotermes, coptotermes
Spesies : Macrotermes gilvus Hagen, Coptotermes curvignatus ,Cryptotermes cynocephalus Light
Keragaman jenis rayap cukup tinggi karena telah teridentifikasi lebih dari
2.500 jenis yang diklasifikasikan ke dalam 7 tamili, 15 sub-tamili dan 200 genus.
Penyebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian
besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropika dan hanya sebagian kecil
ditemukan di dataran tinggi. Penyebaran ini tidak hanya di daerah tropika tetapi
juga mencakup daerah sub tropika bahkan meluas ke daerah temperate dengan
batas 50° Lintang Utara dan 50° 50° Lintang Selatan. Jenis-jenis rayap di daerah
tropika seperti di Indonesia menurut Roonwal dkk dalam Tambunan dkk (1989)
termasuk kedalam famili sebagai berikut: Kalotermitidae dengan genus
Neotermes Holmgren dan Cryptotermes Banks. Famili Rhinotermitidae memiliki
sub famili Coptotermitinae genus Coptotermes dan sub famili,famili
Silvestri.Family Termitidae memiliki beberapa sub famili diantaranya, sub famili
Amitermitinae genus Microcerotermes Silvestri. sub famili Termitinae genus
Capritotermes Wasmann, sub famili Macrotermitinae genus Macrotermes
Holmgren, genus Odentotermes Holmgren dan genus Microtermes wasmann,Sub
famili Nasutitermitinae genus Nasutitermes Dudleyi, genus
BulbitermesEmerson, genus Lacessititermes Batavus dan genus Hospitalitermes
Holmgren.
Rayap Perusak Gedung
Habitat atau sarang rayap bervariasi antara satu dengan yang lain. Koloni
yang sederhana hanya membuat terowongan-terowongan pada kayu yang lembab
dan mulai membusuk, lainnya membuat koloni pada kayu kering
(Partosoedjono,1984).
Menurut Nandika (2003) rayap sendiri memiliki tiga kelompok. Rayap
kayu kering, rayap pohon, dan rayap tanah. Pada musim tertentu, rayap menjadi
laron dan berterbangan di bawah sinar lampu secara berpasang-pasangan. Setelah
melepas sayapnya, pasangan rayap itu melakukan perkawinan dan mencari lokasi
untuk membentuk koloni. Bila dia berasal dari kayu kering, biasanya sasarannya
mencari kayu kering pula, misalnya mebel. Rayap bias masuk kedalam rumah
melalui pondasi atau kayu dinding rumah. Sedangkan laron yang berasal dari
rayap tanah akan kembali ke tanah. Kasta inilah yang sering menghancurkan
Tarumingkeng (1971) dalam Jusmalinda (1994) jenis-jenis rayap perusak
kayu di Indonesia termasuk dalam famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan
Termitidae.
1. Famili Kalotermitidae
Jenis-jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif.
Koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan
merawat sarang dilakukan oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya
dibagi atas tiga golongan:
a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp).
b. Rayap pohon (Neotermes spp).
c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp).
2. Famili Rhinotermitidae
Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis-jenis yang
terpenting adalah Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travian. Organisasi
dari famili ini sedikit lebih maju dari famili Kalotermitidae.
3. Famili Termitidae
Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari famili
Kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal
antara lain Ondototermes, Microtermes, Macrotermes. Namun diantara
rayap-rayap itu, yang paling menimbulkan masalah pada bangunan gedung adalah jenis
Coptotermes curvignathus. Kemampuannya dalam menyerang bangunan sangat
ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horizontal
maupun vertikal; mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada
populasinya yang tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain
misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus, maupun
Microtermes inspiratus, sebaran rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan
diduga pola sebaran spasialnya berbeda (Rismayadi, 2002). Menurut Rismayadi
(2003) rayap tanah Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasarannya sejauh 90
meter dari sarangnya, yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 centimeter dibawah
permukaan tanah bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar enam
milimeter.
Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia
kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda
depan. Untuk itu perlu mengenali cara kerja rayap ini agar tidak keliru dalam
memperlakukannya (Rismayadi, 2003).
Cara Penyerangan
Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia
kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda
depan. Menurut Nandika dkk.,(2003), rayap tanah mampu menyerang bangunan
dengan berbagai cara antara lain:
1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan dengan tanah.
2. Masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan pondasi.
3. Dengan cara membuat liang-liang kembara diatas permukaan kayu, beton,
pipa dan lain-lain.
4. Menembus objek-objek penghalang seperti plastik, logam tipis, dan
Rayap tanah terutama akan menyerang objek-objek yang berhubungan
langsung dengan tanah, seperti pada tiang-tiang kayu. Bisa juga melalui
retakan-retakan atau rongga pada semen, lantai, dan pondasi rumah permanen dan semi
permanen, kehadiran rayap tanah ditandai dengan adanya liang kembara pada
objek-objek terserang (Jusmalinda, 1994).
Sedangkan rayap kayu kering (Nandika dkk., 2003) dapat mencapai
sasarannya melalui : (1) laron yang bersialang menemukan objek sasaran dan
mampu berkembang karena objek tidak tertutup (misalnya cat tidak toksik, kayu
tidak awet atau diawetkan) dan (2) objek sasaran terserang oleh rayap yang
berasal dari objek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan.
Kerugian Serangan Rayap di Indonesia
Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu pada
bangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di
beberapa kota besar, Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota-kota besar lainnya
menunjukkan bahwa umumnya bangunan perumahan sangat rentan diserang oleh
organisme perusak kayu.
Menurut Rudi (1994) dalam Romaida (2002), tingkat serangan rayap pada
rumah di Kotamadya Bandung telah mencapai 90% dengan kerugian pertahun
sebesar 1,35 milyar rupiah. Untuk daerah JABOTABEK menurut Siregar (1985)
dalam Romaida (2002), rata-rata persentase serangan rayap tanah pada perumahan
mencapai 38,20%. Sedangkan total nilai kerugian ekonomis akibat serangan rayap
di Kotamadya Surabaya menurut Rakhmawati (1996) dan nilai investasi per tahun
sebesar Rp 8.530.207,29 atau Rp 35.542,53 per rumah per tahun. Untuk Kota
kering sebesar Rp 2.082.591,- dan kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh
rayap tanah adalah sebesar Rp 1.565.470,-. Safaruddin (1994) memperkirakan
kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur
berkisar Rp 67,58 Milyar.
Berdasarkan penelitian Pusat Studi Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor
(IPB), kerugian rata-rata per tahun yang disebabkan oleh rayap terhadap bangunan
publik di Indonesia sekitar Rp 2,8 triliun per tahun. Dari nilai tersebut kerugian
terbesar terjadi di Jakarta Rp 2,6 triliun (Tarumingkeng, 2003). Departemen
Pekerjaan Umum pada pertengahan tahun 1983 menyatakan kerugian akibat
serangan rayap pada bangunan gedung pemerintah saja diperkirakan mencapai
seratus milyar rupiah setiap tahunnya (Anonim, 1983 dalam Romaida, 2002).
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap
Tindakan pengamanan sudah harus dimulai pada saat pemilihan lokasi
bangunan atau sebelum bangunan didirikan (pra konstruksi). Memerangi rayap
setelah bangunan berdiri jauh lebih mahal (pasca konstruksi). Tingginya serangan
rayap disebabkan oleh pengaruh lahan-lahannya. Oleh karena itu, sebelum
mendirikan bangunan perlu diketahui sejarah lahannya. Menurut Rismayadi
(2003) jangan mendirikan rumah atau membeli rumah dikawasan bekas hutan
karet karena memiliki resiko yang besar terhadap serangan karena lahan bekas
perkebunan karet merupakan habitat utama rayap ganas.
Pra Konstruksi
Tindakan ini dikatakan sebagai tindakan pencegahan, selain lebih murah
akan lebih lama dan tahan terhadap serangan rayap. Berbeda dengan upaya
pengendalian dimana komponen yang sudah rusak harus diganti dan kemungkinan
untuk diserang kembali lebih besar. Ada beberapa kemungkinan tindakan
pencegahan gangguan rayap tanah menurut Lippsmeier (1994), antara lain:
a. Memperhitungkan bahaya rayap mulai tahap perancangan hingga detail
pekerjaan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan pada perancangan,
pemilihan lokasi, drainase efektif, pemisahan bangunan dari tanah dan yang
paling efektif adalah dengan memasang perintang mekanis.
b. Memakai bahan pelindung kimiawi
c. Melakukan tindakan pencegahan pada waktu pembangunan. Sebelum
pekerjaan bangunan dimulai, lokasi bangunan harus bersih dari sarang
rayap; sisa-sisa akar, potongan kayu, kertas dan lain-lain.
d. Menggunakan bahan bangunan yang tahan rayap. Antara lain dengan
menggunakan kayu awet atau yang diawetkan. Kayu awet sangat sedikit
jumlahnya. Menurut Nandika, (2003) kayu ulin, merbau, sengon laut, kayu
jati atau jati merupakan jenis kayu yang tahan terhadap serangan rayap.
Menurut Nandika, (2003) ancaman rayap bisa dicegah dengan teknologi
anti rayap. Untuk memusnahkan rayap, dapat digunakan produk anti rayap yang
menggunakan 0,5 gram Hexaflumuron. Dimana jika dikonsumsi (dimakan) rayap,
saat 8 minggu kemudian terjadi penggantian kulit, namun kulit baru tidak
terbentuk sehingga rayap mengalami dehidrasi. Tindakan yang umum dilakukan
di Indonesia adalah tindakan pemberian bahan pengawet. Tindakan ini bertujuan
untuk memperpanjang umur pakai kayu. Pengawetan kayu untuk perumahan dan
pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu
terhadap serangan organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa
pakai kayu.
Bahan-bahan pengawet kayu tersebut terdiri dari campuran dari bahan
non-organik, tiosianat, arganofosfat, pyretroid dan campuran lain. Disamping
bahan pengawet tersebut, formulasi baru sekarang ini diadopsi dari beberapa
negara lain. Melalui Komisi Pengawas Pestisida (KOMPES) antara lain CCB,
CCF, FCAP, BFCA (Rudi, 2002).
Hambatan penggunaan bahan pengawet menurut Jamali dkk., (1997)
adalah jenis bahan baku kayu yang berbeda maka bahan pengawet yang diserap
pun akan berbeda. Sehingga diperlukan pengetahuan pengetahuan tentang jenis
kayu dan karakteristik bahan pengawet. Pengaplikasian bahan pengawet pada
kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengawetan kayu tanpa tekanan
(non pressure process) dan pengawetan kayu dengan tekanan (pressure process).
Pengawetan kayu tanpa tekanan seperti pelaburan atau penyemprotan,
pencelupan, perendaman dingin, dan perendaman panas-dingin. Sedangkan
pengawetan dengan tekanan seperti proses vakum-tekan. Dengan vakum tekan
retensi dan penetrasi bahan pengawet lebih dalam dan merata (Duljafar, 1996).
Pasca Konstruksi
Tindakan pasca konstruksi merupakan tindakan pengendalian. Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan rayap pada suatu bangunan untuk
meminimalkan kerusakan dan membatasi ruang geraknya. Upaya pengendalian
objek yang diserang, dan kondisi lingkungan sekitarnya. Beberapa tindakan
pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (Prasetyo dan Yusuf, 2004):
1. Pemeriksaan areal, untuk mengetahui jenis rayap perusaknya dan cara
menyerang sehingga diketahui lokasi dan teknik pengendalian yang tepat.
2. Perlakuan tanah (soil treatment), dengan memasukkan larutan termisida
yang berdaya residual tinggi dengan injektor.
3. Perlakuan pada pondasi bangunan.
4. Fumigasi, sangat efektif untuk membasmi jenis rayap kayu kering.
5. Perubahan struktur bangunan untuk menghilangkan sumber kelembaban.
6. Mengganti atau membakar kayu yang sudah rusak parah.
Sedangkan teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan
populasi (pengumpanan). Nandika dkk., (2003) menyatakan bahwa penekanan
populasi rayap merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini.
Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu
sifat tropolaksis (saling menjilat) dan grooming (berkumpul) dalam
mendistribusikan racun kepada seluruh anggota koloninya. Bahan aktif yang
digunakan harus bersifat slow action. Dengan menggunakan termisida yang
berefek lambat (slow action), rayap pekerja memakan dan memberi makan
sekaligus meracuni koloninya tanpa sadar. Racun ini dapat menghentikan proses
ganti kulit rayap yang dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik
pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak
mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaannya
dkk., 2003). Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada
bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem konvensional
atau sistem injeksi.
Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme
perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu
bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan
bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan
pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu
terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai
kayu.. Pengawetan secara rendaman dingin adalah dengan merendam kayu
bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara
rendaman panas-dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam
larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin. Bahan pengawet
adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat
meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak seperti jamur,
serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu
bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara
injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan. Pada bangunan yang
sudah berdiri penanggulangan serangan organisme perusak- dilakukan baik
dengan cara pengawetan kayu bangunan maupun secara injeksi/penyuntikan pada
pondasi, lantai dan dinding (Aini, 2005).
Teknik pengambilan subjek juga harus diperhatikan oleh pengamat. Jika
jumlah subjek kurang dari 100 maka dilakukan sensus terhadap keseluruhan
10-15 % atau 20-25 % hingga seterusnya tergantung kesanggupan pengamat atau
peneliti (Arikunto, 1998).
Pemakaian sesuatu kayu menyatakan kecakapan kayu untuk suatu macam
konstruksi. Dalam menentukan tingkat pemakaian, tidak dipandang soal
mengerjakan kayu serta mudah atau sukarnya pengolahan kayu itu, kayu yang
digunakan adalah kayu biasa atau dalam keadaan tidak diawetkan. Ada 5 macam
tingkat pemakaian kayu yaitu :
1. Tingkat I dan II Untuk keperluan konstruksi – konstruksi berat tidak
terlindung dan terkena tanah lembab. Tingkat I diantaranya adalah kayu Jati,
Merbau, bangkirai. Tingkat II diantaranya adalah merawan, rasamala dan
sebagainya.
2. Tingkat III untuk keperluan konstruksi – konstruksi berat terlindung.
Diantaranya adalah keruing, kamper, meranti.
3. Tingkat IV untuk keperluan konstruksi – konstruksi ringan yang terlindung
yang termasuk dalam tingkat ini adalah suren, jeunjing dan lain – lain.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008 hingga bulan Juni
2009. Penelitian dilakukan pada 10 % dari jumlah total populasi yaitu 42 gedung
Sekolah Dasar Swasta yang terletak pada 21 Kecamatan di Kota Medan Provinsi
Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah alkohol
70%, peta Kota Medan, daftar nama dan letak Sekolah Dasar Swasta di Kota
Medan, data sekunder dari harga material kayu di pasaran beriku upah pekerja .
Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah kamera
digital untuk mendokumentasikan kerusakan yang dilihat, toples sebagai tempat
rayap yang diperoleh untuk diidentifikasi, meteran untuk mengukur luasan daerah,
dimensi bagian bangunan yang rusak, kuas dan pinset yang digunakan untuk
megambil rayap, alat-alat mekanis untuk membongkar sarang rayap, tallysheet
dan kuisoner untuk pengumpulan data wawancara, alat tulis menulis, serta GPS
Receiver digunakan untuk mengetahui titik koordinat lokasi sekolah dan
Batasan studi
Penelitian ini hanya pada Bangunan Sekolah Dasar Swasta yang terletak
pada 21 Kecamatan di Kota Medan dengan metode sampling 10% dari 404 buah
gedung Sekolah Dasar Swasta. Aspek yang diteliti adalah kerusakan yang
disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan sekolah yang terbuat
dari kayu.Komponen yang diamati adalah daun pintu, kusen pintu, daun jendela,
kusen jendela, lisplang, kuda-kuda, papan tulis dan lemari yang terbuat dari kayu.
Metode Penelitian
Pengumpulan data primer
Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara di lapangan dengan
menggunakan kuisoner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik
bangunan dan kerusakan bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya,
baik panjang, lebar dan tebalnya. Data yang diperoleh merupakan nilai kerugian
minimal. Data-data yang diperoleh atas komponen tersebut dikonversi ke dalam
nilai rupiah (Rp) Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang
disebabkan oleh rayap.
Pengumpulan data sekunder:
Data sekunder yang di gunakan meliputi:
1. Peta Kota Medan.
2. Harga Kayu di Pasaran (Sitorus,2008).
3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu (Sitorus,2008)
4. Data Bangunan Sekolah Dasar di Kota Medan (Diknas Pemko Medan , 2008).
6. Peta Jaringan Sungai
Pengolahan Data
Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan parameter statistik :
1. Perhitungan Kerugian Ekonomis
m
Krs = ∑ Kn
n =1
Keterangan:
Krs = Kerugian akibat serangan rayap
r = Rayap kayu kering, rayap tanah
s = 1,2,3,…total bangunan sampel
Kn = Nilai kerugian masing-masing sampel
n = 1,2,3,….m sampel ( Safaruddin, 1994)
2. Penghitungan Standart Deviasi
S2 =
∑
X = Nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap
3.Perhitungan Interval untuk Rata-rata
n s x±tα/2
Dimana
S x = n s
Keterangan :
X = Nilai rata-rata hasil pengukuran
Sx = Standar error
tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n – 1) untuk tingkat kepercayaan 95%
S = Standar Deviasi (Sudzana, 2002)
Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam
Romaida (2002) dibedakan berdasarkan kriteria:
1. Rusak ringan yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan
dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga
kayu yang rusak.
2. Rusak sedangyaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan dianggap
perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak
beserta upah perbaikan.
3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan
mempunyai tiga posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan pangkal
maka unit tersebut perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan
Pemetaan dengan GIS
Menandai titik-titik lokasi sekolah ke dalam GPS (Global Positioning
System). Titik- titik itu dimasukan ke dalam file kota Medan yang telah dilengkapi
oleh peta jaringan sungai. Kemudian di buat jarak antara lokasi sampel dari sungai
dengan membuat interval jarak 75 m menggunakan Arc View GIS 3.3. Hasil
penggabungan data selanjutnya dipergunakan untuk membuat model pendugaan
kerugian serangan rayap
Permodelan kerugian ekonomis akibat serangan rayap
Pendugaan persamaan kerugian ekonomis bangunan SD Swasta
diformulasikan dalam persamaan regresi sebagai berikut :
Y = a ± bx1 ± cx2 ± dx3 ±…..
Dimana :
Y = Kerugian ekonomis bangunan SD Swasta (Rp/tahun)
a = Konstanta
b,c,d... = nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y
x1 = usia bangunan
x2 = usia perbaikan
x3 = jumlah kelas
x4 = luas bangunan
x5 = jarak bangunan dari sungai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta
Bangunan sekolah dasar swasta di Kota Medan memiliki banyak variasi
bangunan, dengan luas bangunan dan areal yang bervariasi . Bangunan sekolah
yang berdiri dibangun diantara tahun 1961 – 2000, dengan usia yang relatif tua di
asumsikan setiap gedung sekolah mengalami kerusakan. Kondisi bangunan yang
bervariasi tergantung dari dana dan manajemen pengelolaan dari yayasan yang
menaungi sekolah. Gambar 1 menunjukan perbedaan kondisi bangunan sekolah
dengan pengelolaan yang baik dan pengelolaan yang kurang baik
Gambar 1.a. SD Swasta. M.T. Haryono Kecamatan Medan sunggal, b. SD Swasta PAB Kecamatan Medan Barat
Seluruh sampel sekolah dasar swasta yang diteliti di Kota Medan di
ketahui SD PAB 26 yang berada di jalan Pertahanan, Kecamatan Medan Barat
memiliki luasan areal yang paling kecil sebesar 180 m2 dengan luas bangunan 90
m2 , sedangan SD St Paulus yang berada di Kecamatan Medan labuhan memiliki
luas arel 2745 m2 dan luas bangunan 1500 m2.
Bangunan sekolah yang sudah tua dilakukan renovasi baik renovasi total
atau renovasi ringan. Karakteristik bangunan SD Swasta di Kota Medan disajikan
dalam Tabel 2.
Tabel 2.Karakteristik-karakteristik bangunan SD Swasta di Kota Medan yang di Survey Kecamatan Nama Sekolah
Usia Medan Amplas SD Markus 19 1211/1300 Perladangan
SD Bakti Luhur 15 225/300 Perladangan Medan Deli SD Haryono MT 23 875/1200 Perladangan SD Nurul Huda 12 325/400 Perladangan Medan Baru SD Mardi Lestari 22 1025/1300 Perladangan
SD Muhamadiyah
32 21 375/450 Perladangan Medan Kota ST THOMAS 5 29 450/650 Perladangan Pendidikan Islam 19 350/425 Perladangan Medan Area SD Dharma Wanita 24 530/650 Perladangan SD Masehi 26 567/1200 Perladangan Medan Maimun SD Muhamadiyah 19 375/425 Perladangan SD Elida 11 650/875 Perladangan Medan Johor SD Methodist 34 850/950 Perladangan SD Karang Sari 23 450/600 Perladangan Medan Polonia SD Dwi Warna 3 20 375/450 Perladangan SD ALFALAH 19 320/475 Perladangan Medan Tuntungan SD Nurul Azizi 9 457/550 Perladangan SD Dharma 23 450/675 Perladangan Medan Petisah SD. GKPS 22 325/450 Perladangan Hang Kesturi 24 420/560 Perladangan Medan Helvetia Taman Siswa 21 360/425 Perladangan
Nurul Islam
Indonesia 29 450/600 Perladangan Medan Timur Gimin 9 650/900 Perladangan SD.Betania 10 900/1200 Perladangan Medan Belawan St. Antonius 29 975/1250 Perladangan Al wasliyah T.Deli 24 450/600 Perkebunan Medan Perjuangan HKBP Pardamean 26 525/700 Perladangan
Ummi Fatimah 24 850/1000 Perladangan Medan Denai SD.Nasrani V 25 650/800 Perladangan SD.Gultom 29 425/500 Perladangan Medan Marelan SD.Advent 29 575/650 Perladangan GKPS 25 475/500 Perladangan Medan Sunggal SD.PAB 69 90/108 Perladangan SD.Arasyadiah 8 370/435 Perladangan Medan Selayang SD.Al Ikhwan 20 512/850 Perladangan Hosana 20 475/850 Perladangan Medan Labuhan SD.Arridha 16 112/442 Perladangan SD.Tri bakti 41 300/675 Persawahan Medan Barat St.Paulus 9 1500/2745 Perladangan
Sebagian besar konstruksi bangunan masih banyak menggunakan kayu
sebagai komponen utama antara lain : pintu, jendela , kusen pintu, kusen jendela,
lemari, kuda-kuda, lisplang, papan tulis, kursi dan meja. Gambar 2 menunjukan
komponen yang dimiliki setiap sekolah
gam
Gambar 2. Komponen terbuat dari kayu: a. Lemari, b. Meja dan kursi, c. Kuda-kuda, d. Kusen jendela
Komponen yang terbuat dari kayu harus memiliki perawatan yang cukup
untuk menghindari laju kerusakan oleh serangan rayap dan organisme perusak
kayu lainnya. Perawatan dan kebersihan dari lingkungan menciptakan suasana
yang berbeda dengan ketahanan hidup organisme perusak kayu.
A B
Kerugian Ekonomis Serangan Rayap Bangunan SD Swasta
Serangan rayap pada banguanan sekolah menyerang komponen bangunan
dan pelengkap bangunan. Kuda-kuda, risplank, pintu merupakan komponen
bangunan yang paling banyak di serang rayap. Selain cakupan makanan yang
melimpah kondisi yang dekat dengan tanah dan kelembaban sangat mendukung
serangan rayap.
Penghitungan kerugian ekonomis terhadap serangan rayap menggunakan
asumsi 2 jenis kayu yaitu kayu sembarang keras hutan (SK- Hutan) dan kayu jenis
meranti sebagai pengganti komponen kayu. Hal ini dikarenakan, kedua jenis kayu
ini lebih banyak dijumpai dan di pasarkan baik dalam bentuk sortimen-sortimen
ataupun produk yang telah jadi.
Tabel 3 menunjukan besarnya kerugian ekonomis masing-masing sampel
sekolah di Kota Medan. Bangunan SD PAB 26 di Kecamatan Medan Barat
mengalami kerugian yang paling besar dengan nilai mencapai Rp 58.169.000,00
untuk pemakain asumsi pengganti kayu SK – Hutan. Sedangkan dengan asumsi
penggantian dengan kayu meranti mencapai nilai Rp 79.634.000,00. Nilai
kerusakan terkecil yaitu SD Nurul Azizi yang berada di kecamatan Medan Johor
sebesar Rp 4.020.000,00 dengan asumsi penggntian dengan memakai kayu SK-
Hutan, sedangkan dengan mamakai asumsi penggantian dengan kayu Meranti
Tabel 3. Biaya Kerusakan Bangunan setiap SD Swasta di Kota Medan
Kecamatan Sekolah SK Hutan (Rp) Meranti (Rp)
Nilai kerugian yang besar dipengaruhi oleh intensitas kerusakan oleh
rayap, upah pekerja dan harga bahan-bahan material. Semakin besar intensitas
kerusakan komponen, maka upah pekerja dan bahan-bahan pengganti yang
dikeluarkan juga besar yang berakibat pada nilai kerugian ekonomis yang tinggi.
Kisaran (interval) kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu
kering pada 42 bangunan sekolah dasar swasta di Kota Medan ini disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4.Rangkuman Kerugian Ekonomis SD Swasta di Kota Medan Jenis
Rayap Parameter SK Hutan Meranti Rayap
Tanah Jumlah 352.540.000,00 475,420,000.00 Rata-rata
Kerugian
8,393,809.52 11,319,523.81
Standar
Deviasi 41.131.082,43 35.343.167,92 Interval
Rata-rata Kerugian 6.806.162,27 5.848.407,62 minus 110.707.171,07 152.624.925,71 Plus 124.319.495,60 164.32.740,95 Rayap Kayu
Kering Jumlah 427.967.500,00 594.787.000,00 Rata-rata
Kerugian
9,421,785.71 13,355,119.05
Standar
Deviasi 31.547.162,12 46.728.909,82 Interval
Rata-rata 5.220.263,89 7.732.462,26 minus 55.917.950,39 77.237.109,17 plus 66.358.478,18 92.702.033,69 Gabungan
Deviasi 72.678.244,55 52.577.317.44 Interval
Rata-rata Kerugian 12.026.426,16 160.357.387,98
Kerugian ekonomis pada bangunan SD dibandingkan dengan kerugian
ekonomis perumahan rakyat di kecamatan labuhan dan kecamatan denai ( Siregar,
kerugian sebesar Rp 22.432.950,00, bangunan SD mengalami kerugian sebesar
Rp 779.907.500,00 untuk SK- Hutan dan Rp 1.069.335.000,00. Perbedaan ini
diakibatkan harga bahan baku dan upah pekerja yang yang semakin meningkat
dan dilakukan dalam ruang lingkup yang sangat sempit hanya 2 kecamatan.
Kerugian Ekonomis Untuk Setiap Komponen Bangunan
Tabel 5 menunjukan data kerugian ekonomis yang disebabkan serangan
rayap pada komponen bangunan yang terbuat dari kayu dan merupakan objek
pengamatan. Nilai kerugian yang disajikan adalah nilai kerugian total per jenis
komponen untuk gabungan keseluruhan bangunan.
Tabel 5.Kerugian Ekonomis pada Berbagai Komponen Bangunan.
Komponen
Tabel 5 menunjukan bahwa komponen bangunan seperti kursi, meja dan
lemari merupakan komponen dengan jumlah terbanyak diserang rayap. Ini
disebabkan komponen-komponen tersebut keberadaannya langsung kontak
komponen terbanyak diserang rayap dengan jumlah 862 buah dan jika
dikonversikan ke dalam rupiah maka kerugian kursi dengan jenis kayu SK Hutan
sebesar Rp 116.370.000,00 dan Rp 171.538.00,00 untuk jenis Meranti. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Jusmalinda (1994) bahwa rayap tanah terutama akan
menyerang objek-objek yang berhubungan langsung dengan tanah, seperti pada
tiang-tiang kayu. Bisa juga melalui retakan-retakan atau rongga pada semen,
lantai, dan pondasi rumah permanen dan semi permanen, kehadiran rayap tanah
ditandai dengan adanya liang kembara pada objek-objek terserang.
Kusen pintu dan kusen jendela juga mengalami kerugian yang besar.
Komponen-komponen ini terserang karena letaknya dekat dengan tanah dan statis
(diam). Selain itu volume komponen yang besar juga mempengaruhi intensitas
serangannya. Komponen-komponen kusen pintu dan jendela pada
bangunan-bangunan ini memiliki volume yang lebih besar daripada bangunan-bangunan pada
umumnya. Komponen-komponen yang dinamis seperti daun pintu dan daun
jendela, menurut pengamatan selama penelitian jarang yang terkena serangan
Sebaran Kerusakan Bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan
Jumlah bangunan SD Swasta di kota medan yang cukup banyak dan
tersebar di setiap kecamatan. Penelitian ini mengambil masing-masing 2
bangunan sekolah sebagai sampel dari setiap kecamatan. Sebaran kerusakan
bangunan SD ditujunjukan pada gambar 3.
Banyaknya pemakaian kayu sebagai komponen bangunan
mengindikasikan bahwa peluang terjadinya serangan rayap menjadi lebih besar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 % sampel penelitian yaitu 42 bangunan
SD Swasta di Kota Medan terserang rayap dengan kerusakan sedang dan berat.
Dilihat dari bentuk konstruksinya, kemungkinan aksesibilitas rayap tanah
melalui retakan-retakan pondasi dan lantai, selain itu dipermudah oleh struktur
komponen tiang yang sejajar serat yang mempermudah bagi rayap tanah untuk
membuat terowongan di dalam kayu lalu kepermukaan. Karena dari penampakan
liang kembaranya, rayap memulai serangannya dari dalam kayu dengan liang
kembara yang terpisah-pisah. Keretakan pada lantai dan pondasi pada
bangunan-bangunan bersejarah dapat dimaklumi. Selain dari sejarah lahan yang merupakan
bekas lahan perkebunan dan hutan yang kepadatan tanahnya tidak merata juga
minimnya alat-alat konstruksi pada zaman dahulu. Jadi pemadatan tanah untuk
tapak bangunan dilakukan secara manual. Pemadatan yang tidak sempurna dan
merata menyebabkan terjadinya penurunan pada lantai sehingga terjadi retakan
pada pondasi dan lantai.
Besarnya persentase kerusakan pada keseluruhan bangunan menjadikan
besarnya kerugian ekonomis. Kerusakan tersebut disebabkan usia bangunan yang
sudah tua dan tidak adanya tindakan pencegahan dan tindakan pengendalian bagi
bangunan yang telah terserang mutlak sangat diperlukan untuk meminimalkan dan
Persentase kerusakan komponen bangunan SD Swasta di Kota Medan
hasil penelitian ini di sajikan pada Tabel 6
Tabel 6. Persentase Kerusakan Komponen Bangunan di Kota Medan
Kecamatan Sekolah Kerusakan (%) Jenis Kerusakan Medan Amplas Taman siswa 17,66% Sedang Medan Selayang St. Antonius 17,41% sedang
Al wasliyah T.Deli 23,63% sedang Medan Tuntungan HKBP Pardamean 14,38% sedang Ummi Fatimah 18,27% sedang Medan Polonia SD.Nasrani V 13,58% sedang SD.Gultom 19,31% sedang Medan Maimun SD.Advent 11,08% sedang
GKPS 27,50% sedang
Seluruh Bangunan SD Swasta di Kota Medan yang telah disurvei dan
diteliti umumnya telah mengalami kerusakan ringan sampai berat. (Tabel 6). Hal
ini sesuai dengan karakteristik kerusakan menurut Remran (1993) dalam Romaida
(2002) menyatakan tingkat kerusakan bangunan gedung dibedakan berdasarkan
kriteria: rusak ringan (kerusakan < 5%) dianggap tidak perlu dilakukan
penggantian, rusak sedang (5 - 20%) dianggap perlu dilakukan penggantian
dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan dan
rusak berat (kerusakan > 20%) perlu dilakukan penggantian dengan
memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan. Persentase
kerusakan yang didapat merupakan persentase total setiap komponen bangunan
per total komponen bangunan. Bangunan yang diteliti mempunyai sebelas
komponen yang terbuat dari kayu antara lain: kursi, meja, papan tulis, lemari,
lisplang, kuda-kuda, pintu, jendela tidak berdaun, jendela berdaun, kusen pintu
dan kusen jendela.
Tingkat kerusakan ini dipengaruhi dengan usia bangunan yang relatif
sudah tua. Manajemen pengelolaan yang dilakukan oleh pihak yayasan berbeda
pada setiap sampel karena kepemilikan bangunan yang berbeda. Yayasan yang
memiliki dana pemeliharaan yang besar relatif mengalami kerugian ekonomis
yang kecil, jika dibandingkan dengan yayasan yang memilik dana pemeliharaan
Pada gambar 4 dapat dilihat sebaran kerusakan dengan tingkat kerusakan
yang bervariasi pada setiap sampel yang dilakukan inspeksi bangunan di Kota
Medan
Gambar 5, menunjukan tingkat kerusakan yang terjadi di seluruh sampel
yang dilakukan penelitian. Dengan kriteria dari kerusakan ringan sampai berat.
7.14%
berat sedang ringan
Jenis kerusakan
Gambar 5. Histogram Persentase Kerusakan Bangunan
Gambar 5 menunjukkan bahwa 42 bangunan SD Swasta di Kota Medan
didominasi kerusakan sedang. Sebanyak 29 bangunan sekolah mengalami
kerusakan sedang (5 - 20%) atau sebesar 69,04%. Selebihnya, 9 bangunan sekolah
mengalami kerusakan berat ( > 20%) atau sebesar 21,04 %. Sedangkan sekolah
yang mengalami kerusakan ringan (0 - 5%) ada 3 sekolah sebesar atau 7,14%.
Perbedaan tingkat kerusakan bangunan sekolah tersebut disebabkan oleh usia
perbaikan sekolah yang tidak sama.
Jenis Rayap Perusak Kayu
Menurut Prasetyo dan Yusuf (2004) salah satu bagian tubuh yang umum
digunakan untuk identifikasi (penentuan jenis) yaitu bidang dorsal thorax yang
memiliki bentuk beragam. Pada saat penelitian, tidak semua bangunan yang
mengalami kerusakan ditemukan serangga perusaknya. Hal ini kemungkinan
disebabkan serangannya sudah lama terjadi dan rayap telah pindah ke objek lain.
liang kembara yang ditemukan pada umumnya belum rusak. Begitu juga dengan
komponen yang terserang rayap kayu kering, eksremen-eksremen masih dapat
ditemukan karena banyak komponen yang terserang belum mengalami
penggantian. Selebihnya identifikasi diketahui dengan melihat bekas serangannya
dan mencocokkannya dengan identifikasi yang dilakukan karena baik pola
maupun tanda-tanda serangannya relatif sama. Tanpa bantuan alat seperti
mikroskop, sebenarnya sudah dapat ditentukan spesies rayapnya. Rayap tanah
yang ditemukan akan mengeluarkan cairan putih seperti susu namun lengket
apabila liang kembara dibongkar. Hal ini ditemukan pada semua rayap tanah yang
berhasil ditemukan. Rayap dengan pertahanan diri seperti ini adalah rayap jenis
Macrotermes spp. Rayap kayu kering jenis Cryptotermes cynocephalus Light
menyerang komponen kayu yang tidak diawetkan. Serangan rayap dari genus
Cryptotermes spp famili Kalotermitidae ini ditandai dengan adanya
eksremen-eksremen pada komponen kayu yang diserang.
Rayap kayu kering Eksremen-eksremen rayap
Gambar 6. Jenis rayap perusak kayu yang ditemukan. (A) Cryptotermes cynocephalus
Light dan (B) Macrotermes gilvus Hagen
Serangan tidak tampak secara visual, karena serangannya berada di
permukaan kayu. Rayap jenis ini membuat terowongan atau liang kembara di
dalam kayu, sehingga kayu yang diserang kelihatan utuh dari luar namun apabila
ditekan sedikit saja akan rusak. Untuk menemukan serangannya dilakukan
pemeriksaan satu persatu terhadap komponen bangunan yang terbuat dari kayu.
Rayap jenis ini dapat hidup dalam kondisi kelembaban dan ketersediaan air yang
rendah. Walaupun begitu tetap dilakukan identifikasi terhadap spesimen rayap
yang ditemukan dan dikumpulkan dari bangunan sekolah dasar swasta yang
disurvei (didalam bangunan maupun disekitar bangunan) dengan menggunakan
kunci determinasi dari Nandika dkk., (2003).
Aksesibilitas rayap tanah (subteran) pada bangunan SD Swasta di Kota
Medan melalui celah-celah atau retakan pada pondasi, dinding, tiang atau lantai.
Retakan atau celah ini dapat terjadi akibat adonan semen yang kurang padat,
getaran, ataupun usia. Serangan rayap tanah ditandai dengan adanya liang-liang
kembara yang menempel pada lantai, dinding dan lisplang sebagai saluran untuk
mencapai ke komponen sasaran. Letak liang kembara pada umumnya ditemukan
disudut-sudut tembok dan lantai yang gelap, sehingga biasanya luput dari
perhatian pemilik bangunan.
Gambar 7 menunjukan sebaran jenis rayap yang menyerang pada setiap
sampel yang dilakukan inspeksi. Jenis rayap Cryptotermes cynocephalus Light
dan Macrotermes gilvus Hagen merupakan jenis rayap yang menyerang bangunan
Tindakan Pengendalian
Umumnya tingkat kesadaran pengguna bangunan terhadap serangan rayap
belum begitu tinggi. Ini terlihat dari minimnya tindakan yang diambil untuk
menyikapi serangan rayap yang terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang rayap
dapat diketahui dari reaksi banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada peneliti
selama melakukan survei. Kesalahan persepsi pengguna bangunan hanya
mengganti komponen yang rusak dengan yang baru dan menumpuknya disekitar
bangunan tanpa perlakuan lebih lanjut yang mengakibatkan serangan rayap terus
berlanjut.
Kesadaran masyarakat Kota Medan menggunakan jasa pengendali hama
(pest control) mengalami peningkatan lima tahun terakhir. Namun hasil survey
yang dilakukan, diketahui dari 42 bangunan sekolah dasar swasta di kota medan
tidak ada bangunan yang mendapat perlakuan oleh pest control. Perlakuan anti
rayap yang digunakan adalah dengan system konvensional atau injeksi bahan
kimia. Tindakan lain yang dominan adalah dengan mengganti komponen yang
rusak atau mengganti dengan kontruksi beton.
Pola Serangan Rayap
Aksesibilitas rayap tanah (subteran) pada bangunan SD Swasta di Kota
Medan melalui celah-celah atau retakan pada pondasi, dinding, tiang atau lantai.
Retakan atau celah ini dapat terjadi akibat adonan semen yang kurang padat,
getaran, ataupun usia. Serangan rayap tanah ditandai dengan adanya liang-liang
kembara yang menempel pada lantai, dinding dan lisplang sebagai saluran untuk
disudut-sudut tembok dan lantai yang gelap, sehingga biasanya luput dari
perhatian pemilik bangunan. Dominasi serangan rayap tanah pada bangunan SD
Swasta di Kota Medan disebabkan kondisi bangunan yang lembab dan
pencahayaan yang kurang, sehingga kerugian akibat serangan rayap tanah lebih
besar dari rayap kayu kering. Gambar 8 memperlihatkan letak liang kembara pada
kusen jendela.
Bekas Liang kembara
Gambar 8. Liang Kembara Pada Kusen Jendela
Model Penduga Kerugian Ekonomis
Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar
harga kayu Meranti Y = 2.105.666 + 992.810 * usia bangunan, sedangkan Model
regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu
SK-Hutan Y = 1.132.665 + 741.230 * usia bangunan
Model regresi menunjukkan bahwa usia perbaikan mempengaruhi
besarnya kerugian ekonomis menggunakan standar harga kayu Sk-hutan. Model
penduga menunjukkan bahwa kerugian ekonomis akibat serangan rayap
menggunakan standar harga kayu Sk-hutan mengalami kenaikan sebesar Rp
ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan SD Swsta dengan menggunakan
standar harga kayu meranti mengalami kenaikan sebesar Rp 741.320,00 untuk
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa rayap tanah maupun rayap
kayu kering tidak menyerang semua komponen bangunan Sekolah Dasar Swasta
di Kota Medan. Rayap tanah menyerang komponen lemari, lisplang dan
kuda-kuda atap. Sedangkan rayap kayu kering menyerang komponen-komponen seperti
daun pintu, kusen pintu, daun jendela, meja dan kursi
Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap 42 bangunan SD Swasta di
Kota Medan untuk jenis kayu Sk-hutan sebesar Rp 779.907.500.00 dan kayu
meranti sebesar Rp 1.069.335,00. Terdapat 2 jenis rayap yang ditemukan yaitu
rayap tanah (Macrotermes gilvus Hagen) dan rayap kayu kering (Cryptotermes
cynocephalus Light). Kerugian terbesar diakibatkan oleh serangan rayap tanah
yaitu Rp 225.600.000,00 dan Rp 327.872.000,00 untuk jenis kayu Sk-hutan dan
kayu meranti. Serangan rayap tanah mengalami kerugian sebesar
Rp250.000.000,00 dan Rp 340.000.000,00 untuk jenis kayu Sk-hutan dan kayu
meranti.
Saran
Diperlukan perhatian dan campur tangan pemerintah dalam menjaga dan
merawat bangunan SD Swasta dengan cara terus melakukan peninjauan berkala
mengingat kegunaan bangunan tersebut sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar.
Perlu dilakukan perbaikan terhadap bangunan SD Swasta di Kota Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. 2005. Perlindungan Investasi Kontruksi terhadap Serangan Organisme Perusak Kayu. Kolokium & Open House Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Yogyakarta.
BPS Kota Medan, 2008. Medan Dalam Angka 2008. Medan.
Dinas Pendidikan Kota Medan, 2008. Sekolah Dasar Di Kota Medan. Medan.
Duljapar, K. 1996. Pengawetan Kayu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hakim, L., Hartono R., Iswanto A.H dan Nasution R.H. 2005. Jenis-jenis Rayap Yang Menyerang Gedung Bertingkat Di Kota Medan. Peronema Forest Science Vol. 2, No. 1 April 2006.
Hakim, L. Hartono R, Iswanto A.H, dan Muharomi O. 2006. Analisis Kerugian Ekonomis Akibat serangan rayap Pada 15 Bangunan bersejarah Di Kota Medan. Majalah Ilmiah vegetasi volume 2, No. 2 Mei-Agustus 2009.
Hasan, T. 1983. Rayap dan Pemberantasannnya (Penanggulangan dan Pencegahan). Yayasan Pembinaan Watak dan Bangsa. Jakarta.
Jusmalinda. 1994. Perkiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Rumah Rakyat Di Tiga Kecamatan Propinsi Sumatera Barat. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.
Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.
Lippsmeier, G. 1994. Bangunan Tropis. Edisi ke-2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Nandika, D., Rismayadi, Y dan Diba, F. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Nandika, D. 2003. Giat Kembangkan Teknologi Antirayap. Available at: http://www.arnidaambar.com/mydocs/rayap.htm. Diakses: 05 November 2008.
Nuryawan, A dan Prasetyo, A. 2005. Penentuan Mutu kayu Bangunan Dengan system Pakar. Peronema Science journal volume 1, No. 1 April 2005.
Rakhmawati, D. 1996. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Indonesia. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.
Rismayadi, Y. 2002. Cara Hindari Rayap. Available at: http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/2/2/i2.html. Diakses: 05 November 2008.
Rismayadi, Y. 2003. Dunia Kehidupan Rayap. Available at: com/users/rudyct/PPs702/YUDI.htm. Diakses: 05 November 2008.
Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan UNWIM. Jatinangor. Tidak Dipublikasikan.
Rudi. 2002. Status Pengawetan Kayu di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Available at: \’KehutananWeb\’Internet File Kehutanan\Status Pengawetan Kayu.htm. diakses: 22 Oktober 2008.
Safaruddin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur). Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas. Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipulikasikan.
Siregar A. Z dan Batubara R. 2007. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap terhadap Bangunan Rumah Masyarakat Pada Dua kecamatan. Jurnal Biologi Sumatera Vol. 2, No. 2 Juli 2007.
Sitorus, O. R. 2009. Jenis dan Harga Kayu Komersial serta Produk Kayu Olahan pada Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Medan. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian. Medan.
Sudzana. 2002. Metode Statistik. Edisi Keenam, Penerbit PT. Tarsito Bandung.
Suranto, Y. 2002. Pengawetan Kayu. Kanisius. Yogyakarta.
Lampiran 1. Karakteristik-Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta
Tahun Perbaikan : 2002
Luas Bangunan : 525 m²
Luas Areal Bangunan : 700 m²
Jumlah Kelas : 6 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan
Nama Sekolah : Ummi Fatimah
Alamat : Jl. Tuasan No 87
Tahun Berdiri : 1985
Tahun perbaikan : 2001
Luas Bangunan : 850 m²
Luas Areal Bangunan : 1000 m²
Jumlah Kelas : 11kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan
Kecamatan Medan Amplas
Nama Sekolah : St. Antonius
Alamat : Jl. Sisingamangaraja KM. 11 No 68
Tahun Berdiri : 1980
Tahun Perbaikan : 2005
Luas Bangunan : 975 m²
Luas Areal Bangunan : 1250 m²
Jumlah Kelas : 12 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan
Nama Sekolah : Al wasliyah T.Deli
Alamat : Jl. Pertahanan NO 46
Tahun Berdiri : 1985
Tahun perbaikan : 2001
Luas Bangunan : 450 m²
Luas Areal Bangunan : 600 m²
Jumlah Kelas : 6 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan
Kecamatan Medan Deli
Nama Sekolah : SD.Al Ikhwan
Alamat : Jl. Rumah Potong
Tahun perbaikan : 2001
Luas Bangunan : 512 m²
Luas Areal Bangunan : 1890 m²
Jumlah Kelas : 6 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan
Nama Sekolah : Hosana
Alamat : Jl. Metal
Tahun Berdiri : 1989
Tahun perbaikan : 2008
Luas Bangunan : 475 m²
Luas Areal Bangunan : 850 m²
Jumlah Kelas : 11kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan
Kecamatan Medan Baru
Nama Sekolah : ST THOMAS 5
Alamat : Jl. Mataram
Tahun Berdiri : 1980
Tahun perbaikan : 2002
Luas Bangunan : 450 m²
Luas Areal Bangunan : 650 m²
Jumlah Kelas : 12 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan
Nama Sekolah : PENDIDIKAN ISLAM
Alamat : Jl. Letjend Jamin Ginting
Tahun Berdiri : 1990
Tahun perbaikan : 2004
Luas Bangunan : 350 m²
Luas Areal Bangunan : 425 m²
Jumlah Kelas : 7 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan
Kecamatan Medan Kota
Nama Sekolah : SD. GKPS
Alamat : Jl. Stadion Teladan
Tahun Berdiri : 1987
Tahun perbaikan : 2002
Luas Bangunan : 325 m²
Luas Areal Bangunan : 450 m²
Jumlah Kelas : 4 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan
Nama Sekolah : Hang Kesturi
Alamat : Jl. Sutomo
Tahun Berdiri : 1987
Tahun perbaikan : 2002
Jumlah Kelas : 12 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan
Kecamatan Medan Maimun
Nama Sekolah : SD DWI WARNA 3
Alamat : Jl. Teratai
Tahun Berdiri : 1989
Tahun perbaikan : 2001
Luas Bangunan : 375 m²
Luas Areal Bangunan : 450 m²
Jumlah Kelas : 7 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan
Nama Sekolah : SD ALFALAH
Alamat : Jl. H Juanda Baru No 56
Tahun Berdiri : 1990
Tahun perbaikan : 2001
Luas Bangunan : 320 m²
Luas Areal Bangunan : 475 m²
Jumlah Kelas : 8 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan
Kecamatan Medan Area
Nama Sekolah : Taman Siswa
Alamat : Jl. Amplas No 17
Tahun Berdiri : 1988
Tahun perbaikan : 2000
Luas Bangunan : 360 m²
Luas Areal Bangunan : 425 m²
Jumlah Kelas : 12 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan
Nama Sekolah : Nurul Islam Indonesia
Alamat : Jl. Megawati No 20 B
Tahun Berdiri : 1980
Tahun perbaikan : 2001
Luas Bangunan : 450 m²
Luas Areal Bangunan : 600 m²
Jumlah Kelas : 8 kelas
Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan
Kecamatan Medan Johor
Nama Sekolah : SD Nurul Azizi
Alamat : Jl. Suka Elok No 10
Tahun Berdiri : 2003
Tahun perbaikan : 2009
Luas Bangunan : 457 m²
Luas Areal Bangunan : 550 m²
Jumlah Kelas : 13 kelas