• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebaran dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Rayap terhadap Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sebaran dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Rayap terhadap Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SEBARAN DAN PERKIRAAN KERUGIAN EKONOMIS

SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SEKOLAH

DASAR SWASTA DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SKRIPSI

Oleh

Roy Chandra T Sinaga 051203029 / Teknologi Hasil Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Sebaran dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Rayap terhadap Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis

Nama : Roy Chandra T Sinaga Nim : 051203029

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Luthfi Hakim, S. Hut, M. Si Bejo Slamet, S. Hut, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Sekretaris Departemen Kehutanan

(3)

ABSTRAK

ROY CHANDRA T SINAGA : Sebaran dan Perkiraan Kerugian Serangan Rayap terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Di bawah bimbingan LUTHFI HAKIM dan BEJO SLAMET Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah dasar adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kerugian ekonomis kerusakan bangunan Sekolah Dasar Swasta yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sampel yang dipakai memakai intensitas 10% dari total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% bangunan Sekolah Dasar swasta terserang rayap. Sebanyak 21,4% mengalami kerusakan berat dan 69,04% termasuk ke dalam kerusakan sedang dan 7,14% mengalami kerusakan ringan.Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light dan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen. Sebaran serangan merata di setiap kecamatan yang diteliti.

(4)

ABSTRACT

ROY CHANDRA T SINAGA : Spreading and Calculation Lose Economic Termites Attacked to private Elementary School Building in Medan City by Using Geographic Information System. Supervised by LUTHFI HAKIM and BEJO SLAMET

Termites are the most caused economical lose for the human by attacking building and housing. One of the buildings that can be target of termites attack are private elementary school building. The aim of this research was to caunt the economical lose of private elementary school building caused by the termites. The spreading of the termites were mapped by the geographic information system (GIS). The research showes 100% of the private elementary school building were infected by termites, as many as 21,04% will face a high severe and 69,04% were included medium severe,7,14% in low severe . Termites found was dry wood termite Crytotermes cynocephalus Light and soil termites Macrotermes gilvus Hagen.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 24 April 1987,

dari ayah Edi Rasman Sinaga dan Ibu Netti Sitorus. Penulis merupakan putra

pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis selama ini ; Pendidikan dasar di

SD Negeri 060933 Medan (1992-1998), Pendidikan lanjutan di SMP Methodist I

Medan, (1998-2001), Pendidikan menengah di SMU Negeri 15 Medan

(2001-2004), dan Tahun 2005 diterima pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan

Departeman Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui

jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.

Kegiatan non-formal yang diikuti selama perkuliahan adalah menjadi

anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU periode 2005-2009 Penulis

pernah melakukan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada dua

lokasi yaitu daerah pegunungan atas Lau Kawar Kab. Karo dan daerah Hutan

Mangrove di Kab. Asahan (2007), selain itu penulis juga pernah melakukan Kerja

Praktik Lapang di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Banten

Provinsi Banten (2009). Akhir kuliah penulis melaksanakan penelitian dengan

judul Sebaran dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Serangan Rayap Terhadap

Bangunan Sekolah Dasar Swasta Di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Yesus Kristus,Tuhan Yang Maha

Kuasa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehinga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Sebaran Dan Perkiraan Kerugian

Ekonomis Serangan Rayap Terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta Di Kota

Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih

sebesar- besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,

memelihara dan mendidik penulis selama ini.Terima kasih kepada Bapak Luthfi

Hakim, S. Hut, M. Si , dan Bapak Bejo Slamet S.Hut, M.Si selaku komisi

pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada

penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Di samping itu penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program

studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan, serta kepada Hadi Prabowo

Syaiful,Ade oktavia,Lamria,Meylida dan semua rekan-rekan yang tidak dapat

disebutkan satu –persatu.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang membangun dari

pembaca. Atas kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar ... 4

Rayap ... 4

Koloni rayap dan sistem kasta ... 5

Taksonomi dan daerah penyebaran ... 5

Rayap perusak gedung ... 6

Kerugian Serangan Rayap Di Indonesia ... 9

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap ... 10

Pra konstruksi ... 11

Pasca kontruksi ... 13

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Batasan Studi ... 17

Metode Penelitian ... 17

Pengumpulan data primer ... 17

Pengumpulan data skunder... 17

Pengolahan data ... 18

(8)

Perhitungan interval untuk rata-rata... 19

Pendugaan persamaan regresi ... 20

Pemetaan sistem informasi geografis (GIS) ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta ... 21

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada SD Swasta ... 25

Kerugian Ekonomis Serangan rayap pada Berbagai Komponen ... 28

Jenis Rayap Perusak kayu ... 35

Model Penduga Kerugian Ekonomis ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Data jumlah Sekolah Dasar di setiap kecamatan di Kota Medan ... 4

2. Karakteristik - karakteristik bangunan SD Swasta di Kota Medan yang disurvey ... 23

3. Biaya Kerusakan Bangunan setiap SD Swasta di Kota Medan ... 26

4. Rangkuman Kerugian Ekonomis SD Swasta di Kota Medan ... 27

5. Kerugian Ekonomis pada Berbagai Komponen Bangunan ... 29

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. SD Swasta M.T. Haryono Kecamatan Medan sunggal, b. SD Swasta

PAB Kecamatan Medan Barat ... 22

2. Komponen terbuat dari kayu: a. Lemari, b. Meja dan kursi, c. Kuda-kuda, d. Kusen jendela ... 24

3. Peta sebaran sampel SD Swasta Di Kota Medan ... 30

4. Peta kerusakan bangunan SD Swasta di Kota Medan ... 33

5. Histogram Persentase Kerusakan Bangunan ... 34

6. Jenis rayap perusak kayu yang ditemukan. (A) Cryptotermes cynocephalus Light dan (B) Macrotermes gilvus Hagen ... 35

7. Peta sebaran jenis rayap di bangunan SD Swasta di Kota Medan ... 37

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Karakteristik-Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta ... 42

2. Daftar Harga Kayu Dan Upah Tukang Di Kota Medan ... ... 51

3. Biaya Kerusakan Bangunan Sekolah di Kota Medan ... 52

4. Persen Kerusakan Sekolah ... 53

5. Kunci Determinasi Pengenalan Genus dan Spesies ... 54

(12)

ABSTRAK

ROY CHANDRA T SINAGA : Sebaran dan Perkiraan Kerugian Serangan Rayap terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Di bawah bimbingan LUTHFI HAKIM dan BEJO SLAMET Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah dasar adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kerugian ekonomis kerusakan bangunan Sekolah Dasar Swasta yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sampel yang dipakai memakai intensitas 10% dari total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% bangunan Sekolah Dasar swasta terserang rayap. Sebanyak 21,4% mengalami kerusakan berat dan 69,04% termasuk ke dalam kerusakan sedang dan 7,14% mengalami kerusakan ringan.Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light dan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen. Sebaran serangan merata di setiap kecamatan yang diteliti.

(13)

ABSTRACT

ROY CHANDRA T SINAGA : Spreading and Calculation Lose Economic Termites Attacked to private Elementary School Building in Medan City by Using Geographic Information System. Supervised by LUTHFI HAKIM and BEJO SLAMET

Termites are the most caused economical lose for the human by attacking building and housing. One of the buildings that can be target of termites attack are private elementary school building. The aim of this research was to caunt the economical lose of private elementary school building caused by the termites. The spreading of the termites were mapped by the geographic information system (GIS). The research showes 100% of the private elementary school building were infected by termites, as many as 21,04% will face a high severe and 69,04% were included medium severe,7,14% in low severe . Termites found was dry wood termite Crytotermes cynocephalus Light and soil termites Macrotermes gilvus Hagen.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rayap berfungsi sebagai dekomposer berubah menjadi hama perusak

bangunan, ini diakibatkan pertambahan bangunan yang meningkat. Salah satu

diantaranya adalah bangunan sekolah,berfungsi sebagai sarana pendidikan.

Sekolah Dasar sebagai fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar

tetap berada pada kondisi yang baik. Saat ini ada 805 gedung Sekolah Dasar yang

ada di Kota Medan dengan pembagian 404 buah milik swasta dan 401 buah

milik Pemerintah (Dinas Pendididkan Kota Medan, 2008).

Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota dinamis

ini adalah kota terbesar di Sumatera dan ketiga terbesar di Indonesia. Kota Medan

beriklim tropis dengan suhu minimum 22,50 0C – 23,90 0C dan suhu maksimum

30,80 0C – 33,70 0C. Berada di ketinggian 2,5 - 37,5 m dari permukaan laut.

Rata-rata curah hujan berkisar 120,9 mm/bulan – 169,6 mm/bulan. Kelembaban

mencapai 84% – 85 % dengan kecepatan angin 0,48 m/detik

(Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2008).

Menurut Nandika dkk (2003) menyebutkan di daerah tropika, rayap

ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3.000 m diatas permukaan laut.

Sekarang rayap menjadi serangga yang mudah dijumpai, hampir di semua

ekosistem termasuk di lingkungan pemukiman. Rayap hidup pada tipe tanah

tertentu, namun rayap tanah lebih menyukai tipe tanah yang banyak mengandung

liat karena mengandung bahan organik yang tinggi. Curah hujan merupakan

faktor yang berguna untuk merangsang kasta produksi keluar dari pohon.

(15)

kelembaban mempengaruhi rayap di sekitarnya. Suhu optimum adalah 15-38 0C

dan kelembaban optimum 75-90%.

Peluang terjadinya serangan rayap sangatlah besar,hal ini diperkuat oleh

penelitian Hakim dkk (2005) dengan ditemukannya serangan rayap yang merusak

gedung-gedung bertingkat dan bersejarah di Kota Medan yang mencapai 73% dari

23 gedung yang yang diteliti. Dengan data kerugian yang besar di Kota Medan

memungkinkan bangunan sekolah dasar ikut terserang, sehingga perlu dilakukan

penelitian. Selain kerugian ekonomis, penyebaran dan kerusakan akibat serangan

rayap perlu di petakan untuk mengetahui daerah penyebaran jenis rayap dan

tingkat kerusakan bangunan sekolah dasar di Kota Medan. Pemetaan dengan

menggunakan GIS merupakan metode yang sangat praktis untuk memetakan

wilayah sebarannya. Bertolak dari pernyataan di atas, penelitian ini dilakukan

untuk menjawab permasalahan tersebut.

Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan

Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan.

2. Mendapatkan peta sebaran jenis rayap berikut kerusakan bangunan

Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan dengan menggunakan GIS

(Geographic Information System)

3. Mendapatkan model penduga kerugian ekonomis akibat serangan rayap

(16)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi bagi Pemerintah Kota Medan terhadap kerusakan dan

kerugian serangan rayap pada bangunan Sekolah Swasta

2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian serta bahan informasi

masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam

pengelolaan perlindungan bangunan.

3. Pengetahuan dan informasi sebaran rayap serta kerusakannya melalui peta

GIS.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan Sekolah Dasar

Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat

ini terdapat hampir lebih 805 sekolah dasar yang ada dan tersebar hampir di

pelosok kota Medan. Pembagian sekolah dasar di kota Medan adalah 401

bangunan SD milik pemerintah dan 404 bangunan milik pihak swasta yang telah

terdaftar di kantor Dinas Pendidikan Kota Medan (Dinas Pendidikan Kota

Medan,2008).

Tabel 1. Data jumlah Sekolah Dasar di setiap kecamatan di Kota Medan

No Kecamatan SD Negeri SD Swasta

(18)

Rayap

Rayap menurut Tarumingkeng (1992) dalam Rakhmawati (1996) adalah

sekelompok hewan dalam salah satu ordo, yaitu ordo Isoptera dari kelas

Arthropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia

sampai tahun 1970 telah tercatat lebih kurang 200 spesies. Menurut Nandika dkk

(2003), ada sekitar 200 jenis rayap di Indonesia dan lima persen diantaranya

menjadi musuh manusia. Rayap termasuk binatang purba karena sudah ada sejak

200 juta tahun yang lalu.

Koloni rayap dan sistem kasta

Nandika dkk., (2003) setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki

bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu kasta

prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah

dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata.

Tugasnya adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya

semut dan vertebrata predator. Kasta pekerja umumnya berwarna pucat dengan

kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa.

Populasinya mencapai 80-90% dalam satu koloni rayap. Kasta ini bertugas

memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, membuat sarang,

liang-liang kembara, menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Sedangkan kasta

reproduksi terdiri atas betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang

tugasnya membuahi betina. Ukuran ratu pada rayap tingkat tinggi bisa mencapai

(19)

Taksonomi rayap dan Daerah penyebaran rayap

Taksonomi Rayap

Kingdom : Animalia

Fillum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Isoptera

Famili : Rhinotermitidae, Termitidae, Kalotermitidae

Genus : Macrotermes, coptotermes

Spesies : Macrotermes gilvus Hagen, Coptotermes curvignatus ,Cryptotermes cynocephalus Light

Keragaman jenis rayap cukup tinggi karena telah teridentifikasi lebih dari

2.500 jenis yang diklasifikasikan ke dalam 7 tamili, 15 sub-tamili dan 200 genus.

Penyebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian

besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropika dan hanya sebagian kecil

ditemukan di dataran tinggi. Penyebaran ini tidak hanya di daerah tropika tetapi

juga mencakup daerah sub tropika bahkan meluas ke daerah temperate dengan

batas 50° Lintang Utara dan 50° 50° Lintang Selatan. Jenis-jenis rayap di daerah

tropika seperti di Indonesia menurut Roonwal dkk dalam Tambunan dkk (1989)

termasuk kedalam famili sebagai berikut: Kalotermitidae dengan genus

Neotermes Holmgren dan Cryptotermes Banks. Famili Rhinotermitidae memiliki

sub famili Coptotermitinae genus Coptotermes dan sub famili,famili

(20)

Silvestri.Family Termitidae memiliki beberapa sub famili diantaranya, sub famili

Amitermitinae genus Microcerotermes Silvestri. sub famili Termitinae genus

Capritotermes Wasmann, sub famili Macrotermitinae genus Macrotermes

Holmgren, genus Odentotermes Holmgren dan genus Microtermes wasmann,Sub

famili Nasutitermitinae genus Nasutitermes Dudleyi, genus

BulbitermesEmerson, genus Lacessititermes Batavus dan genus Hospitalitermes

Holmgren.

Rayap Perusak Gedung

Habitat atau sarang rayap bervariasi antara satu dengan yang lain. Koloni

yang sederhana hanya membuat terowongan-terowongan pada kayu yang lembab

dan mulai membusuk, lainnya membuat koloni pada kayu kering

(Partosoedjono,1984).

Menurut Nandika (2003) rayap sendiri memiliki tiga kelompok. Rayap

kayu kering, rayap pohon, dan rayap tanah. Pada musim tertentu, rayap menjadi

laron dan berterbangan di bawah sinar lampu secara berpasang-pasangan. Setelah

melepas sayapnya, pasangan rayap itu melakukan perkawinan dan mencari lokasi

untuk membentuk koloni. Bila dia berasal dari kayu kering, biasanya sasarannya

mencari kayu kering pula, misalnya mebel. Rayap bias masuk kedalam rumah

melalui pondasi atau kayu dinding rumah. Sedangkan laron yang berasal dari

rayap tanah akan kembali ke tanah. Kasta inilah yang sering menghancurkan

(21)

Tarumingkeng (1971) dalam Jusmalinda (1994) jenis-jenis rayap perusak

kayu di Indonesia termasuk dalam famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan

Termitidae.

1. Famili Kalotermitidae

Jenis-jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif.

Koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan

merawat sarang dilakukan oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya

dibagi atas tiga golongan:

a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp).

b. Rayap pohon (Neotermes spp).

c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp).

2. Famili Rhinotermitidae

Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis-jenis yang

terpenting adalah Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travian. Organisasi

dari famili ini sedikit lebih maju dari famili Kalotermitidae.

3. Famili Termitidae

Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari famili

Kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal

antara lain Ondototermes, Microtermes, Macrotermes. Namun diantara

rayap-rayap itu, yang paling menimbulkan masalah pada bangunan gedung adalah jenis

Coptotermes curvignathus. Kemampuannya dalam menyerang bangunan sangat

ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horizontal

maupun vertikal; mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada

(22)

populasinya yang tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain

misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus, maupun

Microtermes inspiratus, sebaran rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan

diduga pola sebaran spasialnya berbeda (Rismayadi, 2002). Menurut Rismayadi

(2003) rayap tanah Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasarannya sejauh 90

meter dari sarangnya, yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 centimeter dibawah

permukaan tanah bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar enam

milimeter.

Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia

kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda

depan. Untuk itu perlu mengenali cara kerja rayap ini agar tidak keliru dalam

memperlakukannya (Rismayadi, 2003).

Cara Penyerangan

Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia

kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda

depan. Menurut Nandika dkk.,(2003), rayap tanah mampu menyerang bangunan

dengan berbagai cara antara lain:

1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan dengan tanah.

2. Masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan pondasi.

3. Dengan cara membuat liang-liang kembara diatas permukaan kayu, beton,

pipa dan lain-lain.

4. Menembus objek-objek penghalang seperti plastik, logam tipis, dan

(23)

Rayap tanah terutama akan menyerang objek-objek yang berhubungan

langsung dengan tanah, seperti pada tiang-tiang kayu. Bisa juga melalui

retakan-retakan atau rongga pada semen, lantai, dan pondasi rumah permanen dan semi

permanen, kehadiran rayap tanah ditandai dengan adanya liang kembara pada

objek-objek terserang (Jusmalinda, 1994).

Sedangkan rayap kayu kering (Nandika dkk., 2003) dapat mencapai

sasarannya melalui : (1) laron yang bersialang menemukan objek sasaran dan

mampu berkembang karena objek tidak tertutup (misalnya cat tidak toksik, kayu

tidak awet atau diawetkan) dan (2) objek sasaran terserang oleh rayap yang

berasal dari objek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan.

Kerugian Serangan Rayap di Indonesia

Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu pada

bangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di

beberapa kota besar, Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota-kota besar lainnya

menunjukkan bahwa umumnya bangunan perumahan sangat rentan diserang oleh

organisme perusak kayu.

Menurut Rudi (1994) dalam Romaida (2002), tingkat serangan rayap pada

rumah di Kotamadya Bandung telah mencapai 90% dengan kerugian pertahun

sebesar 1,35 milyar rupiah. Untuk daerah JABOTABEK menurut Siregar (1985)

dalam Romaida (2002), rata-rata persentase serangan rayap tanah pada perumahan

mencapai 38,20%. Sedangkan total nilai kerugian ekonomis akibat serangan rayap

di Kotamadya Surabaya menurut Rakhmawati (1996) dan nilai investasi per tahun

sebesar Rp 8.530.207,29 atau Rp 35.542,53 per rumah per tahun. Untuk Kota

(24)

kering sebesar Rp 2.082.591,- dan kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh

rayap tanah adalah sebesar Rp 1.565.470,-. Safaruddin (1994) memperkirakan

kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur

berkisar Rp 67,58 Milyar.

Berdasarkan penelitian Pusat Studi Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor

(IPB), kerugian rata-rata per tahun yang disebabkan oleh rayap terhadap bangunan

publik di Indonesia sekitar Rp 2,8 triliun per tahun. Dari nilai tersebut kerugian

terbesar terjadi di Jakarta Rp 2,6 triliun (Tarumingkeng, 2003). Departemen

Pekerjaan Umum pada pertengahan tahun 1983 menyatakan kerugian akibat

serangan rayap pada bangunan gedung pemerintah saja diperkirakan mencapai

seratus milyar rupiah setiap tahunnya (Anonim, 1983 dalam Romaida, 2002).

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap

Tindakan pengamanan sudah harus dimulai pada saat pemilihan lokasi

bangunan atau sebelum bangunan didirikan (pra konstruksi). Memerangi rayap

setelah bangunan berdiri jauh lebih mahal (pasca konstruksi). Tingginya serangan

rayap disebabkan oleh pengaruh lahan-lahannya. Oleh karena itu, sebelum

mendirikan bangunan perlu diketahui sejarah lahannya. Menurut Rismayadi

(2003) jangan mendirikan rumah atau membeli rumah dikawasan bekas hutan

karet karena memiliki resiko yang besar terhadap serangan karena lahan bekas

perkebunan karet merupakan habitat utama rayap ganas.

Pra Konstruksi

Tindakan ini dikatakan sebagai tindakan pencegahan, selain lebih murah

(25)

akan lebih lama dan tahan terhadap serangan rayap. Berbeda dengan upaya

pengendalian dimana komponen yang sudah rusak harus diganti dan kemungkinan

untuk diserang kembali lebih besar. Ada beberapa kemungkinan tindakan

pencegahan gangguan rayap tanah menurut Lippsmeier (1994), antara lain:

a. Memperhitungkan bahaya rayap mulai tahap perancangan hingga detail

pekerjaan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan pada perancangan,

pemilihan lokasi, drainase efektif, pemisahan bangunan dari tanah dan yang

paling efektif adalah dengan memasang perintang mekanis.

b. Memakai bahan pelindung kimiawi

c. Melakukan tindakan pencegahan pada waktu pembangunan. Sebelum

pekerjaan bangunan dimulai, lokasi bangunan harus bersih dari sarang

rayap; sisa-sisa akar, potongan kayu, kertas dan lain-lain.

d. Menggunakan bahan bangunan yang tahan rayap. Antara lain dengan

menggunakan kayu awet atau yang diawetkan. Kayu awet sangat sedikit

jumlahnya. Menurut Nandika, (2003) kayu ulin, merbau, sengon laut, kayu

jati atau jati merupakan jenis kayu yang tahan terhadap serangan rayap.

Menurut Nandika, (2003) ancaman rayap bisa dicegah dengan teknologi

anti rayap. Untuk memusnahkan rayap, dapat digunakan produk anti rayap yang

menggunakan 0,5 gram Hexaflumuron. Dimana jika dikonsumsi (dimakan) rayap,

saat 8 minggu kemudian terjadi penggantian kulit, namun kulit baru tidak

terbentuk sehingga rayap mengalami dehidrasi. Tindakan yang umum dilakukan

di Indonesia adalah tindakan pemberian bahan pengawet. Tindakan ini bertujuan

untuk memperpanjang umur pakai kayu. Pengawetan kayu untuk perumahan dan

(26)

pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu

terhadap serangan organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa

pakai kayu.

Bahan-bahan pengawet kayu tersebut terdiri dari campuran dari bahan

non-organik, tiosianat, arganofosfat, pyretroid dan campuran lain. Disamping

bahan pengawet tersebut, formulasi baru sekarang ini diadopsi dari beberapa

negara lain. Melalui Komisi Pengawas Pestisida (KOMPES) antara lain CCB,

CCF, FCAP, BFCA (Rudi, 2002).

Hambatan penggunaan bahan pengawet menurut Jamali dkk., (1997)

adalah jenis bahan baku kayu yang berbeda maka bahan pengawet yang diserap

pun akan berbeda. Sehingga diperlukan pengetahuan pengetahuan tentang jenis

kayu dan karakteristik bahan pengawet. Pengaplikasian bahan pengawet pada

kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengawetan kayu tanpa tekanan

(non pressure process) dan pengawetan kayu dengan tekanan (pressure process).

Pengawetan kayu tanpa tekanan seperti pelaburan atau penyemprotan,

pencelupan, perendaman dingin, dan perendaman panas-dingin. Sedangkan

pengawetan dengan tekanan seperti proses vakum-tekan. Dengan vakum tekan

retensi dan penetrasi bahan pengawet lebih dalam dan merata (Duljafar, 1996).

Pasca Konstruksi

Tindakan pasca konstruksi merupakan tindakan pengendalian. Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan rayap pada suatu bangunan untuk

meminimalkan kerusakan dan membatasi ruang geraknya. Upaya pengendalian

(27)

objek yang diserang, dan kondisi lingkungan sekitarnya. Beberapa tindakan

pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (Prasetyo dan Yusuf, 2004):

1. Pemeriksaan areal, untuk mengetahui jenis rayap perusaknya dan cara

menyerang sehingga diketahui lokasi dan teknik pengendalian yang tepat.

2. Perlakuan tanah (soil treatment), dengan memasukkan larutan termisida

yang berdaya residual tinggi dengan injektor.

3. Perlakuan pada pondasi bangunan.

4. Fumigasi, sangat efektif untuk membasmi jenis rayap kayu kering.

5. Perubahan struktur bangunan untuk menghilangkan sumber kelembaban.

6. Mengganti atau membakar kayu yang sudah rusak parah.

Sedangkan teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan

populasi (pengumpanan). Nandika dkk., (2003) menyatakan bahwa penekanan

populasi rayap merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini.

Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu

sifat tropolaksis (saling menjilat) dan grooming (berkumpul) dalam

mendistribusikan racun kepada seluruh anggota koloninya. Bahan aktif yang

digunakan harus bersifat slow action. Dengan menggunakan termisida yang

berefek lambat (slow action), rayap pekerja memakan dan memberi makan

sekaligus meracuni koloninya tanpa sadar. Racun ini dapat menghentikan proses

ganti kulit rayap yang dapat menyebabkan kematian.

Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik

pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak

mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaannya

(28)

dkk., 2003). Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada

bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem konvensional

atau sistem injeksi.

Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme

perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu

bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan

bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan

pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu

terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai

kayu.. Pengawetan secara rendaman dingin adalah dengan merendam kayu

bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara

rendaman panas-dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam

larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin. Bahan pengawet

adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat

meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak seperti jamur,

serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu

bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara

injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan. Pada bangunan yang

sudah berdiri penanggulangan serangan organisme perusak- dilakukan baik

dengan cara pengawetan kayu bangunan maupun secara injeksi/penyuntikan pada

pondasi, lantai dan dinding (Aini, 2005).

Teknik pengambilan subjek juga harus diperhatikan oleh pengamat. Jika

jumlah subjek kurang dari 100 maka dilakukan sensus terhadap keseluruhan

(29)

10-15 % atau 20-25 % hingga seterusnya tergantung kesanggupan pengamat atau

peneliti (Arikunto, 1998).

Pemakaian sesuatu kayu menyatakan kecakapan kayu untuk suatu macam

konstruksi. Dalam menentukan tingkat pemakaian, tidak dipandang soal

mengerjakan kayu serta mudah atau sukarnya pengolahan kayu itu, kayu yang

digunakan adalah kayu biasa atau dalam keadaan tidak diawetkan. Ada 5 macam

tingkat pemakaian kayu yaitu :

1. Tingkat I dan II Untuk keperluan konstruksi – konstruksi berat tidak

terlindung dan terkena tanah lembab. Tingkat I diantaranya adalah kayu Jati,

Merbau, bangkirai. Tingkat II diantaranya adalah merawan, rasamala dan

sebagainya.

2. Tingkat III untuk keperluan konstruksi – konstruksi berat terlindung.

Diantaranya adalah keruing, kamper, meranti.

3. Tingkat IV untuk keperluan konstruksi – konstruksi ringan yang terlindung

yang termasuk dalam tingkat ini adalah suren, jeunjing dan lain – lain.

(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008 hingga bulan Juni

2009. Penelitian dilakukan pada 10 % dari jumlah total populasi yaitu 42 gedung

Sekolah Dasar Swasta yang terletak pada 21 Kecamatan di Kota Medan Provinsi

Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah alkohol

70%, peta Kota Medan, daftar nama dan letak Sekolah Dasar Swasta di Kota

Medan, data sekunder dari harga material kayu di pasaran beriku upah pekerja .

Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah kamera

digital untuk mendokumentasikan kerusakan yang dilihat, toples sebagai tempat

rayap yang diperoleh untuk diidentifikasi, meteran untuk mengukur luasan daerah,

dimensi bagian bangunan yang rusak, kuas dan pinset yang digunakan untuk

megambil rayap, alat-alat mekanis untuk membongkar sarang rayap, tallysheet

dan kuisoner untuk pengumpulan data wawancara, alat tulis menulis, serta GPS

Receiver digunakan untuk mengetahui titik koordinat lokasi sekolah dan

(31)

Batasan studi

Penelitian ini hanya pada Bangunan Sekolah Dasar Swasta yang terletak

pada 21 Kecamatan di Kota Medan dengan metode sampling 10% dari 404 buah

gedung Sekolah Dasar Swasta. Aspek yang diteliti adalah kerusakan yang

disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan sekolah yang terbuat

dari kayu.Komponen yang diamati adalah daun pintu, kusen pintu, daun jendela,

kusen jendela, lisplang, kuda-kuda, papan tulis dan lemari yang terbuat dari kayu.

Metode Penelitian

Pengumpulan data primer

Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara di lapangan dengan

menggunakan kuisoner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet

yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik

bangunan dan kerusakan bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya,

baik panjang, lebar dan tebalnya. Data yang diperoleh merupakan nilai kerugian

minimal. Data-data yang diperoleh atas komponen tersebut dikonversi ke dalam

nilai rupiah (Rp) Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang

disebabkan oleh rayap.

Pengumpulan data sekunder:

Data sekunder yang di gunakan meliputi:

1. Peta Kota Medan.

2. Harga Kayu di Pasaran (Sitorus,2008).

3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu (Sitorus,2008)

4. Data Bangunan Sekolah Dasar di Kota Medan (Diknas Pemko Medan , 2008).

(32)

6. Peta Jaringan Sungai

Pengolahan Data

Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan parameter statistik :

1. Perhitungan Kerugian Ekonomis

m

Krs = Kn

n =1

Keterangan:

Krs = Kerugian akibat serangan rayap

r = Rayap kayu kering, rayap tanah

s = 1,2,3,…total bangunan sampel

Kn = Nilai kerugian masing-masing sampel

n = 1,2,3,….m sampel ( Safaruddin, 1994)

2. Penghitungan Standart Deviasi

S2 =

X = Nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap

(33)

3.Perhitungan Interval untuk Rata-rata

n s x±tα/2

Dimana

S x = n s

Keterangan :

X = Nilai rata-rata hasil pengukuran

Sx = Standar error

tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n – 1) untuk tingkat kepercayaan 95%

S = Standar Deviasi (Sudzana, 2002)

Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam

Romaida (2002) dibedakan berdasarkan kriteria:

1. Rusak ringan yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan

dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga

kayu yang rusak.

2. Rusak sedangyaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan dianggap

perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak

beserta upah perbaikan.

3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan

mempunyai tiga posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan pangkal

maka unit tersebut perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan

(34)

Pemetaan dengan GIS

Menandai titik-titik lokasi sekolah ke dalam GPS (Global Positioning

System). Titik- titik itu dimasukan ke dalam file kota Medan yang telah dilengkapi

oleh peta jaringan sungai. Kemudian di buat jarak antara lokasi sampel dari sungai

dengan membuat interval jarak 75 m menggunakan Arc View GIS 3.3. Hasil

penggabungan data selanjutnya dipergunakan untuk membuat model pendugaan

kerugian serangan rayap

Permodelan kerugian ekonomis akibat serangan rayap

Pendugaan persamaan kerugian ekonomis bangunan SD Swasta

diformulasikan dalam persamaan regresi sebagai berikut :

Y = a ± bx1 ± cx2 ± dx3 ±…..

Dimana :

Y = Kerugian ekonomis bangunan SD Swasta (Rp/tahun)

a = Konstanta

b,c,d... = nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y

x1 = usia bangunan

x2 = usia perbaikan

x3 = jumlah kelas

x4 = luas bangunan

x5 = jarak bangunan dari sungai

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta

Bangunan sekolah dasar swasta di Kota Medan memiliki banyak variasi

bangunan, dengan luas bangunan dan areal yang bervariasi . Bangunan sekolah

yang berdiri dibangun diantara tahun 1961 – 2000, dengan usia yang relatif tua di

asumsikan setiap gedung sekolah mengalami kerusakan. Kondisi bangunan yang

bervariasi tergantung dari dana dan manajemen pengelolaan dari yayasan yang

menaungi sekolah. Gambar 1 menunjukan perbedaan kondisi bangunan sekolah

dengan pengelolaan yang baik dan pengelolaan yang kurang baik

Gambar 1.a. SD Swasta. M.T. Haryono Kecamatan Medan sunggal, b. SD Swasta PAB Kecamatan Medan Barat

Seluruh sampel sekolah dasar swasta yang diteliti di Kota Medan di

ketahui SD PAB 26 yang berada di jalan Pertahanan, Kecamatan Medan Barat

memiliki luasan areal yang paling kecil sebesar 180 m2 dengan luas bangunan 90

m2 , sedangan SD St Paulus yang berada di Kecamatan Medan labuhan memiliki

luas arel 2745 m2 dan luas bangunan 1500 m2.

(36)

Bangunan sekolah yang sudah tua dilakukan renovasi baik renovasi total

atau renovasi ringan. Karakteristik bangunan SD Swasta di Kota Medan disajikan

dalam Tabel 2.

Tabel 2.Karakteristik-karakteristik bangunan SD Swasta di Kota Medan yang di Survey Kecamatan Nama Sekolah

Usia Medan Amplas SD Markus 19 1211/1300 Perladangan

SD Bakti Luhur 15 225/300 Perladangan Medan Deli SD Haryono MT 23 875/1200 Perladangan SD Nurul Huda 12 325/400 Perladangan Medan Baru SD Mardi Lestari 22 1025/1300 Perladangan

SD Muhamadiyah

32 21 375/450 Perladangan Medan Kota ST THOMAS 5 29 450/650 Perladangan Pendidikan Islam 19 350/425 Perladangan Medan Area SD Dharma Wanita 24 530/650 Perladangan SD Masehi 26 567/1200 Perladangan Medan Maimun SD Muhamadiyah 19 375/425 Perladangan SD Elida 11 650/875 Perladangan Medan Johor SD Methodist 34 850/950 Perladangan SD Karang Sari 23 450/600 Perladangan Medan Polonia SD Dwi Warna 3 20 375/450 Perladangan SD ALFALAH 19 320/475 Perladangan Medan Tuntungan SD Nurul Azizi 9 457/550 Perladangan SD Dharma 23 450/675 Perladangan Medan Petisah SD. GKPS 22 325/450 Perladangan Hang Kesturi 24 420/560 Perladangan Medan Helvetia Taman Siswa 21 360/425 Perladangan

Nurul Islam

Indonesia 29 450/600 Perladangan Medan Timur Gimin 9 650/900 Perladangan SD.Betania 10 900/1200 Perladangan Medan Belawan St. Antonius 29 975/1250 Perladangan Al wasliyah T.Deli 24 450/600 Perkebunan Medan Perjuangan HKBP Pardamean 26 525/700 Perladangan

Ummi Fatimah 24 850/1000 Perladangan Medan Denai SD.Nasrani V 25 650/800 Perladangan SD.Gultom 29 425/500 Perladangan Medan Marelan SD.Advent 29 575/650 Perladangan GKPS 25 475/500 Perladangan Medan Sunggal SD.PAB 69 90/108 Perladangan SD.Arasyadiah 8 370/435 Perladangan Medan Selayang SD.Al Ikhwan 20 512/850 Perladangan Hosana 20 475/850 Perladangan Medan Labuhan SD.Arridha 16 112/442 Perladangan SD.Tri bakti 41 300/675 Persawahan Medan Barat St.Paulus 9 1500/2745 Perladangan

(37)

Sebagian besar konstruksi bangunan masih banyak menggunakan kayu

sebagai komponen utama antara lain : pintu, jendela , kusen pintu, kusen jendela,

lemari, kuda-kuda, lisplang, papan tulis, kursi dan meja. Gambar 2 menunjukan

komponen yang dimiliki setiap sekolah

gam

Gambar 2. Komponen terbuat dari kayu: a. Lemari, b. Meja dan kursi, c. Kuda-kuda, d. Kusen jendela

Komponen yang terbuat dari kayu harus memiliki perawatan yang cukup

untuk menghindari laju kerusakan oleh serangan rayap dan organisme perusak

kayu lainnya. Perawatan dan kebersihan dari lingkungan menciptakan suasana

yang berbeda dengan ketahanan hidup organisme perusak kayu.

A B

(38)

Kerugian Ekonomis Serangan Rayap Bangunan SD Swasta

Serangan rayap pada banguanan sekolah menyerang komponen bangunan

dan pelengkap bangunan. Kuda-kuda, risplank, pintu merupakan komponen

bangunan yang paling banyak di serang rayap. Selain cakupan makanan yang

melimpah kondisi yang dekat dengan tanah dan kelembaban sangat mendukung

serangan rayap.

Penghitungan kerugian ekonomis terhadap serangan rayap menggunakan

asumsi 2 jenis kayu yaitu kayu sembarang keras hutan (SK- Hutan) dan kayu jenis

meranti sebagai pengganti komponen kayu. Hal ini dikarenakan, kedua jenis kayu

ini lebih banyak dijumpai dan di pasarkan baik dalam bentuk sortimen-sortimen

ataupun produk yang telah jadi.

Tabel 3 menunjukan besarnya kerugian ekonomis masing-masing sampel

sekolah di Kota Medan. Bangunan SD PAB 26 di Kecamatan Medan Barat

mengalami kerugian yang paling besar dengan nilai mencapai Rp 58.169.000,00

untuk pemakain asumsi pengganti kayu SK – Hutan. Sedangkan dengan asumsi

penggantian dengan kayu meranti mencapai nilai Rp 79.634.000,00. Nilai

kerusakan terkecil yaitu SD Nurul Azizi yang berada di kecamatan Medan Johor

sebesar Rp 4.020.000,00 dengan asumsi penggntian dengan memakai kayu SK-

Hutan, sedangkan dengan mamakai asumsi penggantian dengan kayu Meranti

(39)

Tabel 3. Biaya Kerusakan Bangunan setiap SD Swasta di Kota Medan

Kecamatan Sekolah SK Hutan (Rp) Meranti (Rp)

(40)

Nilai kerugian yang besar dipengaruhi oleh intensitas kerusakan oleh

rayap, upah pekerja dan harga bahan-bahan material. Semakin besar intensitas

kerusakan komponen, maka upah pekerja dan bahan-bahan pengganti yang

dikeluarkan juga besar yang berakibat pada nilai kerugian ekonomis yang tinggi.

Kisaran (interval) kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu

kering pada 42 bangunan sekolah dasar swasta di Kota Medan ini disajikan pada

Tabel 4.

Tabel 4.Rangkuman Kerugian Ekonomis SD Swasta di Kota Medan Jenis

Rayap Parameter SK Hutan Meranti Rayap

Tanah Jumlah 352.540.000,00 475,420,000.00 Rata-rata

Kerugian

8,393,809.52 11,319,523.81

Standar

Deviasi 41.131.082,43 35.343.167,92 Interval

Rata-rata Kerugian 6.806.162,27 5.848.407,62 minus 110.707.171,07 152.624.925,71 Plus 124.319.495,60 164.32.740,95 Rayap Kayu

Kering Jumlah 427.967.500,00 594.787.000,00 Rata-rata

Kerugian

9,421,785.71 13,355,119.05

Standar

Deviasi 31.547.162,12 46.728.909,82 Interval

Rata-rata 5.220.263,89 7.732.462,26 minus 55.917.950,39 77.237.109,17 plus 66.358.478,18 92.702.033,69 Gabungan

Deviasi 72.678.244,55 52.577.317.44 Interval

Rata-rata Kerugian 12.026.426,16 160.357.387,98

Kerugian ekonomis pada bangunan SD dibandingkan dengan kerugian

ekonomis perumahan rakyat di kecamatan labuhan dan kecamatan denai ( Siregar,

(41)

kerugian sebesar Rp 22.432.950,00, bangunan SD mengalami kerugian sebesar

Rp 779.907.500,00 untuk SK- Hutan dan Rp 1.069.335.000,00. Perbedaan ini

diakibatkan harga bahan baku dan upah pekerja yang yang semakin meningkat

dan dilakukan dalam ruang lingkup yang sangat sempit hanya 2 kecamatan.

Kerugian Ekonomis Untuk Setiap Komponen Bangunan

Tabel 5 menunjukan data kerugian ekonomis yang disebabkan serangan

rayap pada komponen bangunan yang terbuat dari kayu dan merupakan objek

pengamatan. Nilai kerugian yang disajikan adalah nilai kerugian total per jenis

komponen untuk gabungan keseluruhan bangunan.

Tabel 5.Kerugian Ekonomis pada Berbagai Komponen Bangunan.

Komponen

Tabel 5 menunjukan bahwa komponen bangunan seperti kursi, meja dan

lemari merupakan komponen dengan jumlah terbanyak diserang rayap. Ini

disebabkan komponen-komponen tersebut keberadaannya langsung kontak

(42)

komponen terbanyak diserang rayap dengan jumlah 862 buah dan jika

dikonversikan ke dalam rupiah maka kerugian kursi dengan jenis kayu SK Hutan

sebesar Rp 116.370.000,00 dan Rp 171.538.00,00 untuk jenis Meranti. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Jusmalinda (1994) bahwa rayap tanah terutama akan

menyerang objek-objek yang berhubungan langsung dengan tanah, seperti pada

tiang-tiang kayu. Bisa juga melalui retakan-retakan atau rongga pada semen,

lantai, dan pondasi rumah permanen dan semi permanen, kehadiran rayap tanah

ditandai dengan adanya liang kembara pada objek-objek terserang.

Kusen pintu dan kusen jendela juga mengalami kerugian yang besar.

Komponen-komponen ini terserang karena letaknya dekat dengan tanah dan statis

(diam). Selain itu volume komponen yang besar juga mempengaruhi intensitas

serangannya. Komponen-komponen kusen pintu dan jendela pada

bangunan-bangunan ini memiliki volume yang lebih besar daripada bangunan-bangunan pada

umumnya. Komponen-komponen yang dinamis seperti daun pintu dan daun

jendela, menurut pengamatan selama penelitian jarang yang terkena serangan

(43)

Sebaran Kerusakan Bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan

Jumlah bangunan SD Swasta di kota medan yang cukup banyak dan

tersebar di setiap kecamatan. Penelitian ini mengambil masing-masing 2

bangunan sekolah sebagai sampel dari setiap kecamatan. Sebaran kerusakan

bangunan SD ditujunjukan pada gambar 3.

(44)

Banyaknya pemakaian kayu sebagai komponen bangunan

mengindikasikan bahwa peluang terjadinya serangan rayap menjadi lebih besar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 % sampel penelitian yaitu 42 bangunan

SD Swasta di Kota Medan terserang rayap dengan kerusakan sedang dan berat.

Dilihat dari bentuk konstruksinya, kemungkinan aksesibilitas rayap tanah

melalui retakan-retakan pondasi dan lantai, selain itu dipermudah oleh struktur

komponen tiang yang sejajar serat yang mempermudah bagi rayap tanah untuk

membuat terowongan di dalam kayu lalu kepermukaan. Karena dari penampakan

liang kembaranya, rayap memulai serangannya dari dalam kayu dengan liang

kembara yang terpisah-pisah. Keretakan pada lantai dan pondasi pada

bangunan-bangunan bersejarah dapat dimaklumi. Selain dari sejarah lahan yang merupakan

bekas lahan perkebunan dan hutan yang kepadatan tanahnya tidak merata juga

minimnya alat-alat konstruksi pada zaman dahulu. Jadi pemadatan tanah untuk

tapak bangunan dilakukan secara manual. Pemadatan yang tidak sempurna dan

merata menyebabkan terjadinya penurunan pada lantai sehingga terjadi retakan

pada pondasi dan lantai.

Besarnya persentase kerusakan pada keseluruhan bangunan menjadikan

besarnya kerugian ekonomis. Kerusakan tersebut disebabkan usia bangunan yang

sudah tua dan tidak adanya tindakan pencegahan dan tindakan pengendalian bagi

bangunan yang telah terserang mutlak sangat diperlukan untuk meminimalkan dan

(45)

Persentase kerusakan komponen bangunan SD Swasta di Kota Medan

hasil penelitian ini di sajikan pada Tabel 6

Tabel 6. Persentase Kerusakan Komponen Bangunan di Kota Medan

Kecamatan Sekolah Kerusakan (%) Jenis Kerusakan Medan Amplas Taman siswa 17,66% Sedang Medan Selayang St. Antonius 17,41% sedang

Al wasliyah T.Deli 23,63% sedang Medan Tuntungan HKBP Pardamean 14,38% sedang Ummi Fatimah 18,27% sedang Medan Polonia SD.Nasrani V 13,58% sedang SD.Gultom 19,31% sedang Medan Maimun SD.Advent 11,08% sedang

GKPS 27,50% sedang

(46)

Seluruh Bangunan SD Swasta di Kota Medan yang telah disurvei dan

diteliti umumnya telah mengalami kerusakan ringan sampai berat. (Tabel 6). Hal

ini sesuai dengan karakteristik kerusakan menurut Remran (1993) dalam Romaida

(2002) menyatakan tingkat kerusakan bangunan gedung dibedakan berdasarkan

kriteria: rusak ringan (kerusakan < 5%) dianggap tidak perlu dilakukan

penggantian, rusak sedang (5 - 20%) dianggap perlu dilakukan penggantian

dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan dan

rusak berat (kerusakan > 20%) perlu dilakukan penggantian dengan

memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan. Persentase

kerusakan yang didapat merupakan persentase total setiap komponen bangunan

per total komponen bangunan. Bangunan yang diteliti mempunyai sebelas

komponen yang terbuat dari kayu antara lain: kursi, meja, papan tulis, lemari,

lisplang, kuda-kuda, pintu, jendela tidak berdaun, jendela berdaun, kusen pintu

dan kusen jendela.

Tingkat kerusakan ini dipengaruhi dengan usia bangunan yang relatif

sudah tua. Manajemen pengelolaan yang dilakukan oleh pihak yayasan berbeda

pada setiap sampel karena kepemilikan bangunan yang berbeda. Yayasan yang

memiliki dana pemeliharaan yang besar relatif mengalami kerugian ekonomis

yang kecil, jika dibandingkan dengan yayasan yang memilik dana pemeliharaan

(47)

Pada gambar 4 dapat dilihat sebaran kerusakan dengan tingkat kerusakan

yang bervariasi pada setiap sampel yang dilakukan inspeksi bangunan di Kota

Medan

(48)

Gambar 5, menunjukan tingkat kerusakan yang terjadi di seluruh sampel

yang dilakukan penelitian. Dengan kriteria dari kerusakan ringan sampai berat.

7.14%

berat sedang ringan

Jenis kerusakan

Gambar 5. Histogram Persentase Kerusakan Bangunan

Gambar 5 menunjukkan bahwa 42 bangunan SD Swasta di Kota Medan

didominasi kerusakan sedang. Sebanyak 29 bangunan sekolah mengalami

kerusakan sedang (5 - 20%) atau sebesar 69,04%. Selebihnya, 9 bangunan sekolah

mengalami kerusakan berat ( > 20%) atau sebesar 21,04 %. Sedangkan sekolah

yang mengalami kerusakan ringan (0 - 5%) ada 3 sekolah sebesar atau 7,14%.

Perbedaan tingkat kerusakan bangunan sekolah tersebut disebabkan oleh usia

perbaikan sekolah yang tidak sama.

Jenis Rayap Perusak Kayu

Menurut Prasetyo dan Yusuf (2004) salah satu bagian tubuh yang umum

digunakan untuk identifikasi (penentuan jenis) yaitu bidang dorsal thorax yang

memiliki bentuk beragam. Pada saat penelitian, tidak semua bangunan yang

mengalami kerusakan ditemukan serangga perusaknya. Hal ini kemungkinan

disebabkan serangannya sudah lama terjadi dan rayap telah pindah ke objek lain.

(49)

liang kembara yang ditemukan pada umumnya belum rusak. Begitu juga dengan

komponen yang terserang rayap kayu kering, eksremen-eksremen masih dapat

ditemukan karena banyak komponen yang terserang belum mengalami

penggantian. Selebihnya identifikasi diketahui dengan melihat bekas serangannya

dan mencocokkannya dengan identifikasi yang dilakukan karena baik pola

maupun tanda-tanda serangannya relatif sama. Tanpa bantuan alat seperti

mikroskop, sebenarnya sudah dapat ditentukan spesies rayapnya. Rayap tanah

yang ditemukan akan mengeluarkan cairan putih seperti susu namun lengket

apabila liang kembara dibongkar. Hal ini ditemukan pada semua rayap tanah yang

berhasil ditemukan. Rayap dengan pertahanan diri seperti ini adalah rayap jenis

Macrotermes spp. Rayap kayu kering jenis Cryptotermes cynocephalus Light

menyerang komponen kayu yang tidak diawetkan. Serangan rayap dari genus

Cryptotermes spp famili Kalotermitidae ini ditandai dengan adanya

eksremen-eksremen pada komponen kayu yang diserang.

Rayap kayu kering Eksremen-eksremen rayap

Gambar 6. Jenis rayap perusak kayu yang ditemukan. (A) Cryptotermes cynocephalus

Light dan (B) Macrotermes gilvus Hagen

(50)

Serangan tidak tampak secara visual, karena serangannya berada di

permukaan kayu. Rayap jenis ini membuat terowongan atau liang kembara di

dalam kayu, sehingga kayu yang diserang kelihatan utuh dari luar namun apabila

ditekan sedikit saja akan rusak. Untuk menemukan serangannya dilakukan

pemeriksaan satu persatu terhadap komponen bangunan yang terbuat dari kayu.

Rayap jenis ini dapat hidup dalam kondisi kelembaban dan ketersediaan air yang

rendah. Walaupun begitu tetap dilakukan identifikasi terhadap spesimen rayap

yang ditemukan dan dikumpulkan dari bangunan sekolah dasar swasta yang

disurvei (didalam bangunan maupun disekitar bangunan) dengan menggunakan

kunci determinasi dari Nandika dkk., (2003).

Aksesibilitas rayap tanah (subteran) pada bangunan SD Swasta di Kota

Medan melalui celah-celah atau retakan pada pondasi, dinding, tiang atau lantai.

Retakan atau celah ini dapat terjadi akibat adonan semen yang kurang padat,

getaran, ataupun usia. Serangan rayap tanah ditandai dengan adanya liang-liang

kembara yang menempel pada lantai, dinding dan lisplang sebagai saluran untuk

mencapai ke komponen sasaran. Letak liang kembara pada umumnya ditemukan

disudut-sudut tembok dan lantai yang gelap, sehingga biasanya luput dari

perhatian pemilik bangunan.

Gambar 7 menunjukan sebaran jenis rayap yang menyerang pada setiap

sampel yang dilakukan inspeksi. Jenis rayap Cryptotermes cynocephalus Light

dan Macrotermes gilvus Hagen merupakan jenis rayap yang menyerang bangunan

(51)
(52)

Tindakan Pengendalian

Umumnya tingkat kesadaran pengguna bangunan terhadap serangan rayap

belum begitu tinggi. Ini terlihat dari minimnya tindakan yang diambil untuk

menyikapi serangan rayap yang terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang rayap

dapat diketahui dari reaksi banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada peneliti

selama melakukan survei. Kesalahan persepsi pengguna bangunan hanya

mengganti komponen yang rusak dengan yang baru dan menumpuknya disekitar

bangunan tanpa perlakuan lebih lanjut yang mengakibatkan serangan rayap terus

berlanjut.

Kesadaran masyarakat Kota Medan menggunakan jasa pengendali hama

(pest control) mengalami peningkatan lima tahun terakhir. Namun hasil survey

yang dilakukan, diketahui dari 42 bangunan sekolah dasar swasta di kota medan

tidak ada bangunan yang mendapat perlakuan oleh pest control. Perlakuan anti

rayap yang digunakan adalah dengan system konvensional atau injeksi bahan

kimia. Tindakan lain yang dominan adalah dengan mengganti komponen yang

rusak atau mengganti dengan kontruksi beton.

Pola Serangan Rayap

Aksesibilitas rayap tanah (subteran) pada bangunan SD Swasta di Kota

Medan melalui celah-celah atau retakan pada pondasi, dinding, tiang atau lantai.

Retakan atau celah ini dapat terjadi akibat adonan semen yang kurang padat,

getaran, ataupun usia. Serangan rayap tanah ditandai dengan adanya liang-liang

kembara yang menempel pada lantai, dinding dan lisplang sebagai saluran untuk

(53)

disudut-sudut tembok dan lantai yang gelap, sehingga biasanya luput dari

perhatian pemilik bangunan. Dominasi serangan rayap tanah pada bangunan SD

Swasta di Kota Medan disebabkan kondisi bangunan yang lembab dan

pencahayaan yang kurang, sehingga kerugian akibat serangan rayap tanah lebih

besar dari rayap kayu kering. Gambar 8 memperlihatkan letak liang kembara pada

kusen jendela.

Bekas Liang kembara

Gambar 8. Liang Kembara Pada Kusen Jendela

Model Penduga Kerugian Ekonomis

Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar

harga kayu Meranti Y = 2.105.666 + 992.810 * usia bangunan, sedangkan Model

regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu

SK-Hutan Y = 1.132.665 + 741.230 * usia bangunan

Model regresi menunjukkan bahwa usia perbaikan mempengaruhi

besarnya kerugian ekonomis menggunakan standar harga kayu Sk-hutan. Model

penduga menunjukkan bahwa kerugian ekonomis akibat serangan rayap

menggunakan standar harga kayu Sk-hutan mengalami kenaikan sebesar Rp

(54)

ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan SD Swsta dengan menggunakan

standar harga kayu meranti mengalami kenaikan sebesar Rp 741.320,00 untuk

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa rayap tanah maupun rayap

kayu kering tidak menyerang semua komponen bangunan Sekolah Dasar Swasta

di Kota Medan. Rayap tanah menyerang komponen lemari, lisplang dan

kuda-kuda atap. Sedangkan rayap kayu kering menyerang komponen-komponen seperti

daun pintu, kusen pintu, daun jendela, meja dan kursi

Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap 42 bangunan SD Swasta di

Kota Medan untuk jenis kayu Sk-hutan sebesar Rp 779.907.500.00 dan kayu

meranti sebesar Rp 1.069.335,00. Terdapat 2 jenis rayap yang ditemukan yaitu

rayap tanah (Macrotermes gilvus Hagen) dan rayap kayu kering (Cryptotermes

cynocephalus Light). Kerugian terbesar diakibatkan oleh serangan rayap tanah

yaitu Rp 225.600.000,00 dan Rp 327.872.000,00 untuk jenis kayu Sk-hutan dan

kayu meranti. Serangan rayap tanah mengalami kerugian sebesar

Rp250.000.000,00 dan Rp 340.000.000,00 untuk jenis kayu Sk-hutan dan kayu

meranti.

Saran

Diperlukan perhatian dan campur tangan pemerintah dalam menjaga dan

merawat bangunan SD Swasta dengan cara terus melakukan peninjauan berkala

mengingat kegunaan bangunan tersebut sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar.

Perlu dilakukan perbaikan terhadap bangunan SD Swasta di Kota Medan.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. 2005. Perlindungan Investasi Kontruksi terhadap Serangan Organisme Perusak Kayu. Kolokium & Open House Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Yogyakarta.

BPS Kota Medan, 2008. Medan Dalam Angka 2008. Medan.

Dinas Pendidikan Kota Medan, 2008. Sekolah Dasar Di Kota Medan. Medan.

Duljapar, K. 1996. Pengawetan Kayu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hakim, L., Hartono R., Iswanto A.H dan Nasution R.H. 2005. Jenis-jenis Rayap Yang Menyerang Gedung Bertingkat Di Kota Medan. Peronema Forest Science Vol. 2, No. 1 April 2006.

Hakim, L. Hartono R, Iswanto A.H, dan Muharomi O. 2006. Analisis Kerugian Ekonomis Akibat serangan rayap Pada 15 Bangunan bersejarah Di Kota Medan. Majalah Ilmiah vegetasi volume 2, No. 2 Mei-Agustus 2009.

Hasan, T. 1983. Rayap dan Pemberantasannnya (Penanggulangan dan Pencegahan). Yayasan Pembinaan Watak dan Bangsa. Jakarta.

Jusmalinda. 1994. Perkiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Rumah Rakyat Di Tiga Kecamatan Propinsi Sumatera Barat. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.

Lippsmeier, G. 1994. Bangunan Tropis. Edisi ke-2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nandika, D., Rismayadi, Y dan Diba, F. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Nandika, D. 2003. Giat Kembangkan Teknologi Antirayap. Available at: http://www.arnidaambar.com/mydocs/rayap.htm. Diakses: 05 November 2008.

Nuryawan, A dan Prasetyo, A. 2005. Penentuan Mutu kayu Bangunan Dengan system Pakar. Peronema Science journal volume 1, No. 1 April 2005.

(57)

Rakhmawati, D. 1996. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Indonesia. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Rismayadi, Y. 2002. Cara Hindari Rayap. Available at: http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/2/2/i2.html. Diakses: 05 November 2008.

Rismayadi, Y. 2003. Dunia Kehidupan Rayap. Available at: com/users/rudyct/PPs702/YUDI.htm. Diakses: 05 November 2008.

Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan UNWIM. Jatinangor. Tidak Dipublikasikan.

Rudi. 2002. Status Pengawetan Kayu di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Available at: \’KehutananWeb\’Internet File Kehutanan\Status Pengawetan Kayu.htm. diakses: 22 Oktober 2008.

Safaruddin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur). Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas. Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipulikasikan.

Siregar A. Z dan Batubara R. 2007. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap terhadap Bangunan Rumah Masyarakat Pada Dua kecamatan. Jurnal Biologi Sumatera Vol. 2, No. 2 Juli 2007.

Sitorus, O. R. 2009. Jenis dan Harga Kayu Komersial serta Produk Kayu Olahan pada Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Medan. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian. Medan.

Sudzana. 2002. Metode Statistik. Edisi Keenam, Penerbit PT. Tarsito Bandung.

Suranto, Y. 2002. Pengawetan Kayu. Kanisius. Yogyakarta.

(58)

Lampiran 1. Karakteristik-Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta

Tahun Perbaikan : 2002

Luas Bangunan : 525 m²

Luas Areal Bangunan : 700 m²

Jumlah Kelas : 6 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : Ummi Fatimah

Alamat : Jl. Tuasan No 87

Tahun Berdiri : 1985

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 850 m²

Luas Areal Bangunan : 1000 m²

Jumlah Kelas : 11kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Kecamatan Medan Amplas

Nama Sekolah : St. Antonius

Alamat : Jl. Sisingamangaraja KM. 11 No 68

Tahun Berdiri : 1980

Tahun Perbaikan : 2005

Luas Bangunan : 975 m²

Luas Areal Bangunan : 1250 m²

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : Al wasliyah T.Deli

Alamat : Jl. Pertahanan NO 46

Tahun Berdiri : 1985

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 450 m²

Luas Areal Bangunan : 600 m²

Jumlah Kelas : 6 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Kecamatan Medan Deli

Nama Sekolah : SD.Al Ikhwan

Alamat : Jl. Rumah Potong

(59)

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 512 m²

Luas Areal Bangunan : 1890 m²

Jumlah Kelas : 6 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : Hosana

Alamat : Jl. Metal

Tahun Berdiri : 1989

Tahun perbaikan : 2008

Luas Bangunan : 475 m²

Luas Areal Bangunan : 850 m²

Jumlah Kelas : 11kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Baru

Nama Sekolah : ST THOMAS 5

Alamat : Jl. Mataram

Tahun Berdiri : 1980

Tahun perbaikan : 2002

Luas Bangunan : 450 m²

Luas Areal Bangunan : 650 m²

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Nama Sekolah : PENDIDIKAN ISLAM

Alamat : Jl. Letjend Jamin Ginting

Tahun Berdiri : 1990

Tahun perbaikan : 2004

Luas Bangunan : 350 m²

Luas Areal Bangunan : 425 m²

Jumlah Kelas : 7 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Kecamatan Medan Kota

Nama Sekolah : SD. GKPS

Alamat : Jl. Stadion Teladan

Tahun Berdiri : 1987

Tahun perbaikan : 2002

Luas Bangunan : 325 m²

Luas Areal Bangunan : 450 m²

Jumlah Kelas : 4 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Nama Sekolah : Hang Kesturi

Alamat : Jl. Sutomo

Tahun Berdiri : 1987

Tahun perbaikan : 2002

(60)

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Maimun

Nama Sekolah : SD DWI WARNA 3

Alamat : Jl. Teratai

Tahun Berdiri : 1989

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 375 m²

Luas Areal Bangunan : 450 m²

Jumlah Kelas : 7 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : SD ALFALAH

Alamat : Jl. H Juanda Baru No 56

Tahun Berdiri : 1990

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 320 m²

Luas Areal Bangunan : 475 m²

Jumlah Kelas : 8 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Area

Nama Sekolah : Taman Siswa

Alamat : Jl. Amplas No 17

Tahun Berdiri : 1988

Tahun perbaikan : 2000

Luas Bangunan : 360 m²

Luas Areal Bangunan : 425 m²

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : Nurul Islam Indonesia

Alamat : Jl. Megawati No 20 B

Tahun Berdiri : 1980

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 450 m²

Luas Areal Bangunan : 600 m²

Jumlah Kelas : 8 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Johor

Nama Sekolah : SD Nurul Azizi

Alamat : Jl. Suka Elok No 10

Tahun Berdiri : 2003

Tahun perbaikan : 2009

Luas Bangunan : 457 m²

Luas Areal Bangunan : 550 m²

Jumlah Kelas : 13 kelas

Gambar

Tabel 1. Data jumlah Sekolah Dasar di setiap kecamatan di Kota Medan
Tabel 2.Karakteristik-karakteristik bangunan SD Swasta di Kota  Medan yang di Survey
Tabel 3. Biaya Kerusakan Bangunan  setiap SD Swasta  di Kota Medan
Tabel 4.Rangkuman Kerugian Ekonomis  SD Swasta di Kota Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah peningkatan kecerdasan interpersona anak usia 4-5 tahun melalui bercerita dengan celemek cerita di BA Aisyiyah VI cengklik tahun

The choice of the search radius is optional, but it is advisable to use a radius that can help detecting the behaviour of the points in the neighbourhood

DIREKSI DIREKTUR. TTD

Results of the proposed segmentation method on circuit breakers using down-sampled Faro subset The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial

Aktivitas yang Dilakukan agar Siswa Memperoleh Kompetensi Penilaian Autentik (Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen) mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Figure 3: Host and intruder aircraft used for airborne near- collision flight tests.. positives from the scene clutter have a