EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT JERUK PURUT
(Citrus hystrix D.C.) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Porphyromonas gingivalis
SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
YOLANDA BR HOMBING
NIM. 100600164
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia 2014
Yolanda BR Hombing
Efek Antibakteri Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Porphyromonas gingivalis secara in Vitro.
ix + 38 halaman
Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri patogen penyebab periodontitis baik kronis maupun agresif yang dapat dilihat melalui kerusakan jaringan pendukung
gigi. Kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) mengandung senyawa aktif yang bersifat antibakteri sehingga diharapkan dapat dikembangkan menjadi alternatif perawatan
penyakit periodontal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri
ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap Porphyromonas gingivalis dengan mencari Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).
Ekstraksi kulit jeruk purut yang diambil dari 2 kg jeruk purut, yang kemudian
diambil kulitnya sebanyak 750 gram, dikeringkan dan dihaluskan menjadi 250 gram
serbuk simplisia, dilarutkan dengan pelarut etanol 96%, dan diuapkan dengan rotavapor
menjadi 70 gram ekstrak kental kulit jeruk purut. Ekstrak kulit jeruk purut diencerkan
dalam Triptic Soy Broth (TSB) dengan metode dilusi sampai konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%. Kemudian ditambahkan 1 ml suspensi bakteri Porphyromonas gingivalis, diinkubasi 24 jam pada inkubator CO2, diamati kekeruhannya dan
dibandingkan dengan kontrol untuk mendapatkan KHM. Kemudian tiap konsentrasi
dicampur, diambil 50 µl diteteskan ke dalam Triptic Soy Agar (TSA), direplikasi 6 kali, diinkubasi dan dihitung jumlah bakteri untuk mendapatkan KBM.
Untuk penentuan KBM, pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5%
menunjukkan hasil steril (0 CFU/ml). Sedangkan pada konsentrasi 6,25% menunjukkan
pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dengan rerata pertumbuhan sebesar 41,732 . 102 CFU/ml. Nilai KHM tidak diketahui karena tidak ada tabung yang mulai
Kesimpulan dari penelitian, esktrak kulit jeruk purut memiliki efek antibakteri
terhadap bakteri dengan nilai KBM 12,5%. Nilai KHM tidak diketahui karena tidak dapat
dibedakan kekeruhan yang terjadi.
Faculty of Denstistry
Department of Periodontology 2014
Yolanda BR Hombing
The Effectiveness of Kaffir Lime (Citrus hystrix D.C.) Peel Extract towards Porphyromonas gingivalis : an In Vitro Study.
ix + 38 pages
Porphyromonas gingivalis is a bacterial pathogen causing both chronic and aggressive periodontitis which can be seen through the damage of tooth supporting tissue.
Peel of kaffir lime (Citrus hystrix DC) contain active compounds that are antibacterial and is expected to be developed into an alternative treatment of periodontal disease. The
purpose of this study was to determine the antibacterial effects of kaffir lime (Citrus hystrix DC) peel extract towards Porphyromonas gingivalis by finding the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC).
Extraction of kaffir lime peel taken from 2 kg of kaffir lime, which is then taken
as much as 750 grams peel, dried and pulverized to 250 grams of kaffir lime peel powder,
dissolved in 96% ethanol, and evaporated with a rotary evaporator to 70 grams of kaffir
lime peel extract. Kaffir lime peel extract diluted in Triptic Soy Broth (TSB) with the
dilution method to a concentration of 100%, 50%, 25%, 12.5%, and 6.25%. Then add 1
ml bacterial suspension of Porphyromonas gingivalis, incubated in 24 hours in CO2
incubator, and the turbidity was observed compared with the control to get the MIC. Then
each concentration was mixed, taken 50 ml instilled into Triptic Soy Agar (TSA),
replicated 6 times, incubated and counted the number of bacteria to get MBC.
For MBC determination, at a concentration of 100%, 50%, 25%, and 12.5%
showed results sterile (0 CFU / ml). Meanwhile, at a concentration of 6.25% showed
bacterial growth of Porphyromonas gingivalis with an average growth of 41.732. 102 CFU / ml. MIC value is unknown because there is no tube that begins to change into a
In conclusion, kaffir lime peel extracts have antibacterial effects towards bacteria
with a value of 12.5% KBM. MIC value is unknown because it is indistinguishable
turbidity occurs.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 1 Maret 2014
Pembimbing: Tanda Tangan
Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio ……….
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 1 Maret 2014
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
KETUA : Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio ………...
ANGGOTA :1. Zulkarnain, drg., M.Kes ………...
2. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp.Perio ………...
Mengetahui, KETUA DEPARTEMEN
Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D ……….
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
mana merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orangtua tercinta, ayahanda Drs. Tonny Sihombing, MIP. dan ibunda
Dra. Marista Sinaga yang telah begitu banyak memberikan pengorbanan untuk
membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, cinta, dan bimbingan kepada
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk adik-adik tercinta Arga Dolly
Sihombing dan David Ray Sihombing yang selalu memberikan dorongan dan semangat
pada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D. selaku Ketua Departemen Periodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran,
3. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, pemikiran, kesabaran, dukungan, bimbingan, dan
semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi terutama staf pengajar dan
pegawai di Departemen Periodonsia Universitas Sumatera Utara.
5. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K). selaku penasihat
akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium Obat
Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, serta seluruh staf laboratorium
yang turut membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
7. Wahyu Hidayatiningsih, S.Si., M.Kes. selaku penanggung jawab penelitian di
Laboratorium Pusat Penyakit Tropis Universitas Airlangga yang telah meluangkan
waktunya, membimbing, dan membantu pelaksanaan penelitian ini.
8. Albert Joshua Tarigan yang telah memberikan bantuan, dukungan, semangat,
dan doa bagi penulis selama studi dan penelitian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat penulis Putri, Santi, Tere, Grace, Devina, dan Alemmina yang
telah memberikan semangat dan dukungan bagi penulis.
10. Teman-teman seperjuangan di Departemen Periodonsia, Gebby, Widi, Nastiti,
Nazim, Wita, Hazwani, Shelly, Izza, Brian, Ayu, Shinta, Afiqah dan seluruh
teman-teman angkatan 2010 yang telah memberi dukungan, semangat, doa, dan kebersamaan
kita selama mendapat pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
11. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan
penyusunan skripsi ini, dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi fakultas dan
masyarakat luas.
Medan, 1 Maret 2014
Penulis,
Yolanda BR Hombing
DAFTAR ISI
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian………. 13
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……….. 13
3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian……… 13
3.4 Variabel Penelitian……… 15
3.5 Definisi Operasional………. 15
3.6 Bahan dan Alat Penelitian……… 16
3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data……… 16
3.8 Skema Alur Penelitian……….. 23
3.9 Analisis Data……… 23
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Ekstraksi Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.)………… 24
4.2 Uji Efektivitas Antibakteri………... 24
BAB 5 PEMBAHASAN………. 27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….. 30
6.2 Saran……… 30
DAFTAR PUSTAKA……….. 31
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil perhitungan jumlah bakteri Porphyromonas gingivalis setelah
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bakteri Porphyromonas gingivalis………. 4
2. Jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)……… 6
3. Struktur kimia saponin……… 7
4. Struktur kimia tanin……… 8
5. Struktur kimia terpenoid……… 9
6. Struktur kimia flavonoid……… 9
7. Kulit jeruk purut………. 17
8. Pengeringan kulit jerk purut………... 17
9. Kulit jeruk purut yang telah dihaluskan………. 17
10.Proses penghalusan……… 17
11.Proses perendaman……… 18
12.Proses perkolasi………. 18
13.Proses penguapan dengan rotavapor………. 18
14.Media TSA bubuk………. 19
15.Sterilisasi dengan autoklaf……… 19
16.Porphyromonas gingivalis ATCC 3327……… 20
17.Kekeruhan standar Mac Farland………... 20
18.Bahan coba divorteks……… 20
19.Proses inkubasi………... 20
21.Masing-masing konsentrasi bahan coba di dalam cawan petri………….. 22
22.Bahan uji dengan 100% (A), 50%(B), 25%(C), 12,5%(D) menunjukkan tidak
ada pertumbuhan bakteri (zona bening), dimana warna tetesan bahan coba ter-
lihat sama dengan warna media………. 25
23.A) Bahan uji dengan konsentrasi 6,25% menunjukkan pertumbuhan bakteri.
B) Adanya pertumbuhan bakteri ditandai dengan adanya perbedaan warna
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Jadwal rencana kegiatan penyusunan skripsi
2. Rencana anggaran penelitian
3. Sertifikat hasil uji
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia 2014
Yolanda BR Hombing
Efek Antibakteri Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Porphyromonas gingivalis secara in Vitro.
ix + 38 halaman
Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri patogen penyebab periodontitis baik kronis maupun agresif yang dapat dilihat melalui kerusakan jaringan pendukung
gigi. Kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) mengandung senyawa aktif yang bersifat antibakteri sehingga diharapkan dapat dikembangkan menjadi alternatif perawatan
penyakit periodontal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri
ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap Porphyromonas gingivalis dengan mencari Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).
Ekstraksi kulit jeruk purut yang diambil dari 2 kg jeruk purut, yang kemudian
diambil kulitnya sebanyak 750 gram, dikeringkan dan dihaluskan menjadi 250 gram
serbuk simplisia, dilarutkan dengan pelarut etanol 96%, dan diuapkan dengan rotavapor
menjadi 70 gram ekstrak kental kulit jeruk purut. Ekstrak kulit jeruk purut diencerkan
dalam Triptic Soy Broth (TSB) dengan metode dilusi sampai konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%. Kemudian ditambahkan 1 ml suspensi bakteri Porphyromonas gingivalis, diinkubasi 24 jam pada inkubator CO2, diamati kekeruhannya dan
dibandingkan dengan kontrol untuk mendapatkan KHM. Kemudian tiap konsentrasi
dicampur, diambil 50 µl diteteskan ke dalam Triptic Soy Agar (TSA), direplikasi 6 kali, diinkubasi dan dihitung jumlah bakteri untuk mendapatkan KBM.
Untuk penentuan KBM, pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5%
menunjukkan hasil steril (0 CFU/ml). Sedangkan pada konsentrasi 6,25% menunjukkan
pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dengan rerata pertumbuhan sebesar 41,732 . 102 CFU/ml. Nilai KHM tidak diketahui karena tidak ada tabung yang mulai
Kesimpulan dari penelitian, esktrak kulit jeruk purut memiliki efek antibakteri
terhadap bakteri dengan nilai KBM 12,5%. Nilai KHM tidak diketahui karena tidak dapat
dibedakan kekeruhan yang terjadi.
Faculty of Denstistry
Department of Periodontology 2014
Yolanda BR Hombing
The Effectiveness of Kaffir Lime (Citrus hystrix D.C.) Peel Extract towards Porphyromonas gingivalis : an In Vitro Study.
ix + 38 pages
Porphyromonas gingivalis is a bacterial pathogen causing both chronic and aggressive periodontitis which can be seen through the damage of tooth supporting tissue.
Peel of kaffir lime (Citrus hystrix DC) contain active compounds that are antibacterial and is expected to be developed into an alternative treatment of periodontal disease. The
purpose of this study was to determine the antibacterial effects of kaffir lime (Citrus hystrix DC) peel extract towards Porphyromonas gingivalis by finding the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC).
Extraction of kaffir lime peel taken from 2 kg of kaffir lime, which is then taken
as much as 750 grams peel, dried and pulverized to 250 grams of kaffir lime peel powder,
dissolved in 96% ethanol, and evaporated with a rotary evaporator to 70 grams of kaffir
lime peel extract. Kaffir lime peel extract diluted in Triptic Soy Broth (TSB) with the
dilution method to a concentration of 100%, 50%, 25%, 12.5%, and 6.25%. Then add 1
ml bacterial suspension of Porphyromonas gingivalis, incubated in 24 hours in CO2
incubator, and the turbidity was observed compared with the control to get the MIC. Then
each concentration was mixed, taken 50 ml instilled into Triptic Soy Agar (TSA),
replicated 6 times, incubated and counted the number of bacteria to get MBC.
For MBC determination, at a concentration of 100%, 50%, 25%, and 12.5%
showed results sterile (0 CFU / ml). Meanwhile, at a concentration of 6.25% showed
bacterial growth of Porphyromonas gingivalis with an average growth of 41.732. 102 CFU / ml. MIC value is unknown because there is no tube that begins to change into a
In conclusion, kaffir lime peel extracts have antibacterial effects towards bacteria
with a value of 12.5% KBM. MIC value is unknown because it is indistinguishable
turbidity occurs.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15% dari populasi dunia menderita periodontitis yang parah. Data ini didapat dari studi prevalensi yang dilakukan
di banyak negara mengenai status periodontal. Periodontitis berat ditetapkan ketika subjek
memiliki setidaknya satu bagian dengan kedalaman poket periodontal ≥ 6mm. Prevalensi terendah dari periodontitis berat terlihat di Madagaskar dan Hungaria (3%). Dilaporkan
prevalensi kurang dari 10% periodontitis berat terdapat di Cina, Brasil, Denmark,
Polinesia, Prancis, Pakistan, Polandia, Jepang, Norwegia dan Malaysia. Prevalensi lebih
dari 20% terlihat dalam populasi Bangladesh, Kanada, Jerman, India, Belarusia dan Chili.
Di India, menurut data WHO, prevalensi periodontitis berat berada di kisaran 19% sampai
32%.1
Porphyromonas gingivalis dihubungkan dengan penyakit periodontal dimana beberapa sifat dari mikroorganisme ini, khususnya aktivitas hemaglutinin dan tripsin yang
diperkirakan berkontribusi terhadap patogenisitasnya.2 Porphyromonas gingivalis
merupakan bakteri patogen penyebab periodontitis baik kronis maupun agresif yang dapat
dilihat melalui kerusakan jaringan pendukung gigi.3
Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri coccobacillus negatif Gramm anaerob obligat di rongga mulut yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan periodontal
pada manusia. Porphyromonas gingivalis hampir selalu ditemukan di daerah subgingiva dan persisten dalam reservoir pada permukaan mukosa seperti pada lidah dan tonsil, namun Porphyromonas gingivalis jarang ditemukan dalam plak manusia yang sehat.
Porphyromonas gingivalis dapat memetabolisme asam amino dan menghasilkan sejumlah metabolit atau produk akhir, dimana metabolit tersebut bersifat racun terhadap jaringan
gingiva pada manusia.4
Bakteri Porphyromonas gingivalis menyebabkan perubahan patologis jaringan periodontal dengan pengaktifan respons imun dan inflamatori penjamu, dan secara
dapat menginduksi penjamu untuk melepaskan IL-1 dan TNF-α.5
Beberapa tanaman telah diteliti melalui aktifitas aktimikroba terhadap beberapa
bakteri patogen di rongga mulut.9 Tanaman jeruk sudah lama dibudidayakan di Indonesia
dan negara-negara tropis Asia lainnya sebab tanaman jeruk berasal dari negara-negara
tropis Asia termasuk Indonesia. Salah satu spesies jeruk yang juga sering dimanfaatkan
adalah jeruk purut (Citrus hystrix D.C.). Kulit buahnya mengandung zat saponin, tanin, naringin, dan minyak atsiri yang berkhasiat memiliki daya antibakteri.6
Penelitian yang dilakukan Ellyana sitasi dari Setyohadi et al, secara in vitro
menyatakan bahwa pemberian ekstrak kulit buah jeruk purut memiliki efek antibakteri
terhadap bakteri Salmonella typhi dengan KHM (Kadar Hambat Minimal) pada konsentrasi 0,625% dan KBM (Kadar Bunuh Minimal) pada konsentrasi 1,25- 2,5%.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa KBM (Kadar Bunuh Minimal) konsentrasi
ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap bakteri Streptococcus mutans
adalah pada konsentrasi 4%.7
Penulis menduga bahwa ekstrak kulit jeruk purut juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis oleh karena kandungan zat antibakteri yang ada pada kulit jeruk purut tersebut. Efek antibakteri ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro
belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang efek antibakteri ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh pemberian larutan ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis?
2. Berapa konsentrasi hambat minimal ekstrak kulit jeruk purut yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis?
3. Berapa konsentrasi bunuh minimal ekstrak kulit jeruk purut yang dapat
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek antibakteri ektrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui KHM (Kadar Hambat Minimal) ektrak kulit jeruk purut
(Citrus hystrix D.C.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
2. Mengetahui KBM (Kadar Bunuh Minimal) ektrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan dan informasi bahwa ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
1.5.2 Manfaat Teoritis
1. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang ilmu Periodonsia bahwa ekstrak kulit jeruk purut
(Citrus hystrix D.C.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Porphyromonas gingivalis.
2. Sebagai acuan untuk penelitian berikutnya sehingga ekstrak kulit jeruk
purut sebagai bahan antibakteri dapat digunakan untuk perawatan penyakit
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri coccobacillus negatif Gramm anaerob obligat di rongga mulut yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan periodontal
pada manusia. Porphyromonas gingivalis hampir selalu ditemukan di daerah subgingiva dan persisten dalam reservoir pada permukaan mukosa seperti pada lidah dan tonsil, namun Porphyromonas gingivalis jarang ditemukan dalam plak gigi manusia yang sehat.8 Telah ditemukan juga bahwa disamping menyebabkan infeksi pada manusia
bakteri ini juga menyebabkan resistensi antibiotik. Setelah diisolasi diketahui bahwa
bakteri ini merupakan bakteri non motil, asaccharolytic yang biasanya terlihat berbentuk kokus dengan morfologi yang pendek. Porphyromonas gingivalis adalah anggota
bacteroides pigmen hitam. Organisme dari kelompok ini bervariasi warnanya dari coklat hingga hitam, dikembangkan dalam agar darah, dan awalnya dikelompokkan dalam
spesies tunggal.9
Gambar 1.Bakteri Porphyromonas gingivalis9
2.2.Patogenesis terjadinya penyakit periodontal akibat bakteri Porphyromonas gingivalis
Bakteri pada awalnya berkolonisasi pada lingkungan periodontal lalu menempel
fimbriae pada permukaan bakteri kaya prolin protein ditemukan pada lapisan saliva di permukaan gigi. Melalui perlekatan fimbriaenya, Porphyromonas gingivalis mengikat sel-sel epitel dan fibroblas.10 Kemampuan Porphyromonas gingivalis menempel pada substrat atau sel dikarenakan molekul-molekul adhesi yang terdapat pada permukaan sel
Porphyromonas gingivalis, seperti hemaglutinin dan fimbrilin. Keberadaan molekul hemaglutinin pada bakteri sangat penting karena berperan sebagai molekul adhesi bakteri tersebut pada permukaan sel penjamu. Outer membrane protein (OMP) dari suatu bakteri gram negatif termasuk Porphyromonas gingivalis berperan sangat penting dalam virulensi melalui proses adhesi dengan sel penjamu serta merupakan antigen untuk mendeteksi adanya serum antibodi pada penderita.11
Porphyromonas gingivalis mampu menghambat produksi IL-8 oleh sel epitel, yang dapat memberikan keuntungan bagi mikroorganisme dalam menghindari daya
bunuh PMN. Berbagai enzim proteolitik telah diidentifikasi pada Porphyromonas gingivalis, termasuk enzim seperti tripsin dan mampu mendegradasi kolagen, fibronektin, dan imunoglobulin. Enzim bakteri dapat memfasilitasi kerusakan jaringan dan infasi dari
bakteri ke dalam jaringan penjamu. 10 Adanya infeksi Porphyromonas gingivalis akan menyebabkan timbulnya respon inflamatorik akut oleh netrofil.11
2.3. Jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)
Jeruk purut dikenal memiliki banyak manfaat. Di beberapa jenis masakan, orang
mencampurkan daun jeruk purut sebagai bumbunya. Tak hanya daunnya, buah jeruk ini
juga digunakan untuk kue atau dibuat manisan. Jeruk purut memiliki banyak khasiat
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kulit buahnya mengandung zat saponin, tanin,
terpenoid dan minyak atsiri yang mengandung sitrat yang berkhasiat sebagai stimulan,
berbau khas aromatik dengan rasa yang agak asin, dan lama- kelamaan agak pahit. Jeruk
purut juga mengandung senyawa kumarin yang mampu menstimulasi makrofag untuk
Gambar 2. Jeruk purut12
2.3.1. Taksonomi jeruk purut
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili :
Genus :
Spesies : Citrus hystrix D.C. 13
2.3.2. Morfologi tanaman jeruk purut
Jeruk rempah ini berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya, sehingga
penampilannya mudah dikenali. Tumbuhannya berbent
pelekukan tepinya yang ekstrem, daunnya tebal dengan permukaannya yang licin, dan
membulat dengan tonjolan-tonjolan dan permukaan kulitnya kasar. Kulit buahnya tebal
dan pembiakan dilakukan dengan biji atau dengan pencangkokan.14
2.3.3. Kandungan kimia kulit jeruk purut
Kulit buah jeruk purut mengandun
mengandung sitrat,
geraniol, hidroksi sitronellal, linalil asetat, flavonoid rutin, naringin, dan hesperidin.15
2.4. Saponin
Saponin adalah suatu glikosida yang ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba.16Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel dapat lisis.7
Gambar 3. Struktur kimia saponin17
2.5. Tanin
Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan pada konsentrasi tinggi, tanin bekerja sebagai antimikroba dengan cara
mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma bakteri, sehingga terbentuk ikatan
yang stabil dengan protein bakteri dan pada saluran pencernaan, tanin diketahui mampu
Tanin diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga
mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak
dapat melakukan aktivitas hidup sehingga partumbuhannya terhambat atau bahkan mati.
Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena
diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tanin
antara lain melalui: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau
inaktivasi fungsi materi genetik. 19
Gambar 4. Struktur kimia tannin19
2.6.Terpenoid
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen.
Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan
dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. 20
Terpen adalah suatu golongan senyawa yang sebagian besar terjadi dalam dunia
tumbuh-tumbuhan. Hanya sedikit sekali terpen-terpen yang diperoleh dari
sumber-sumber lain. Monoterpen adalah komponen utama dari minyak menguap atau minyak
atsiri. Minyak menguap ini diperoleh dari daun atau jaringan-jaringan tertentu dari
tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan.21
Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa.
parfum, pewarna dan lain-lain.22 Kandungan minyak atsiri kulit jeruk purut dapat
menghambat respirasi dari sel bakteri.23
Gambar 5. Struktur kimia terpenoid24
2.7.Flavonoid
Flavonoid biasanya ditemukan dalam buah , sayuran , kacang-kacangan, biji,
batang , bunga , teh, anggur, propolis dan madu. Senyawa ini sebagai konstituen
fisiologis aktif utama telah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit manusia .
Flavonoid memiliki aktivitas antijamur , antivirus dan antibakteri. Beberapa penelitian
telah meneliti hubungan antara struktur flavonoid dan aktivitas antibakteri. Flavonoid
dapat menghambat fungsi membran sitoplasma dan menghambat metabolisme energi. 25
2.8. Uji sensitivitas antimikroba
Metode dilusi digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum (KHM) dan
kadar bunuh minimal (KBM) dari bahan anti mikroba. Metode dilusi yaitu melarutkan
antibiotik dan bakteri uji dalam media cair. Parameter sensitivitasnya dapat dilihat dari
tingkat kejernihan. Prinsip dari metode dilusi ini adalah menggunakan satu seri tabung
reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Setelah itu
masing-masing diuji dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung
diinkubasi pada suhu 360-370 C selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada
tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukan dengan hasil biakan yang
mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari obat.
Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukan dengan tidak adanya
2.9. Kerangka teori
Kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)
2.10. Kerangka konsep
Variabel bebas:
Ekstrak kulit jeruk purut
(Citrus hystrix D.C.)
Kondisi jeruk purut yang digunakan
Cara ekstraksi kulit jeruk purut
Cara perawatan tanaman jeruk purut
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan
penelitian posttest only control group design dan dilaksanakan secara in vitro.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian : 1. Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU
2. Laboratorium Pusat Penyakit Tropis
Universitas Airlangga
3.2.2 Waktu Penelitian : November 2013 – Januari 2014
3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.1 Sampel Penelitian
Koloni Porphyromonas gingivalis ATCC 33277 yang telah diisolasi dan dibiakkan dalam media Triptic Soy Agar (TSA).
3.3.2 Besar Sampel Penelitian :
Penentuan besar sampel dilakukan berdasarkan SOP (Standard Operational Procedure) di Laboratorium Pusat Penyakit Tropis Universitas Airlangga. Jumlah pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan rumus Federer yaitu:
Keterangan:
t = jumlah kelompok perlakuan dalam penelitian
r = banyak replikasi (perlakuan ulang)
Pada penelitian ini digunakan 5 perlakuan, yakni ekstrak etanol kulit jeruk purut
dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%. Oleh karena itu, banyak
replikasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
(t-1) (r-1) ≥ 15
(5-1) (r-1) ≥ 15
4 (r-1) ≥ 15
r-1 ≥ 3,75
r ≥ 4,75
Jumlah perlakuan ulang (r) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 kali
perulangan.
a. Penentuan nilai KHM
- Kelompok I : ekstrak dengan konsentrasi 100% = 6 sampel
- Kelompok II : ekstrak dengan konsentrasi 50% = 6 sampel
- Kelompok III : ekstrak dengan konsentrasi 25% = 6 sampel
- Kelompok IV : ekstrak dengan konsentrasi 12,5% = 6 sampel
- Kelompok V : ekstrak dengan konsentrasi 6,25% = 6 sampel
- Kelompok VI : kontrol Mac Farland = 1 sampel
- Kelompok VII : kontrol negatif (ekstrak kulit jeruk purut tanpa suspensi
Porphyromonas gingivalis) = 1 sampel Jumlah sampel = 32 sampel
b. Penentuan nilai KBM
Dari hasil penentuan nilai KHM diperoleh beberapa kelompok yang
dilanjutkan dengan perhitungan jumlah koloni bakteri dengan metode Drop Plate Mills Mesra.
- Kelompok I : ekstrak dengan konsentrasi 100% = 6 sampel
- Kelompok II : ekstrak dengan konsentrasi 50% = 6 sampel
- Kelompok III : ekstrak dengan konsentrasi 25% = 6 sampel
- Kelompok IV : ekstrak dengan konsentrasi 12,5% = 6 sampel
- Kelompok V : ekstrak dengan konsentrasi 6,25% = 6 sampel
- Kelompok VI : kontrol Mac Farland = 1 sampel
- Kelompok VII : kontrol negatif (ekstrak kulit jeruk purut tanpa suspensi
3.4 Variabel Penelitian Variabel Bebas
- Ekstrak kulit jeruk purut dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%
Variabel Tergantung
- Pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis ATCC 33277 pada media
Triptic Soy Agar dengan pengukuran nilai KHM dan KBM.
Variabel Terkendali
- Kondisi jeruk purut yang digunakan
- Cara ekstraksi kulit jeruk purut
- Lama penyimpanan, lama pengiriman, suhu saat pengiriman ekstrak kulit
jeruk purut ke laboratorium
Variabel Tak Terkendali
- Cara perawatan tanaman jeruk purut
- Kondisi geografis tempat tanaman jeruk purut ditanam
3.5 Definisi Operasional.
- Buah jeruk purut yang digunakan adalah buah jeruk purut dengan kondisi baik,
tidak terlalu matang, dan tidak busuk, berwarna hijau tua, dengan tekstur kulit
yang keras, dan mengeluarkan aroma khas jeruk purut yang segar ketika
kulitnya dikupas. Buah jeruk purut yang digunakan untuk membuat bahan
coba tumbuh di Medan, Sumatera Utara
- Ekstrak kulit jeruk purut adalah ekstrak yang diperoleh dengan melakukan
ekstraksi kulit jeruk purut yang telah diperkolasi dengan pelarut etanol 96%
sehingga diperoleh ekstrak kental kulit jeruk purut.
- Koloni P. gingivalis adalah bakteri P. gingivalis ATCC 33277 yang dikultur dalam media Triptic Soy Agar (TSA).
- KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) adalah konsentrasi minimal bahan coba
yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi selama 24
jam dan tidak tumbuh koloni bakteri pada media pembenihan dengan
- KBM (Konsentrasi Bakterisidal Minimal) adalah konsentrasi minimal bahan
coba yang dapat membunuh bakteri setelah dilakukan uji dilusi selama 24
jam, dengan cara menghitung jumlah koloni bakteri pada media padat dengan
menggunakan metode Drop Plate Mills Mesra.
3.6 Bahan dan Alat Penelitian 3.6.1 Bahan Penelitian
- Buah jeruk purut sebanyak 2000 gram
- Pelarut etanol 96% sebanyak 5 liter
- Suspensi Porphyromonas gingivalis ATCC 33277
- Media Triptic Soy Agar (TSA) - NaCl 0,9% 1 liter
3.6.2 Alat Penelitian
- Vacuum Rotary Evaporator (Heidolph VV 2000, Germany)
- Aluminium foil 1 gulungan
- Erlenmeyer (Pyrex, USA)
- Deslitator
- Lemari penyimpanan petri
- Blender (Panasonik, Japan)
- Kertas Saring (Whatman no. 42, England) - Autoklaf (Tomy, Japan)
- Electronic Balance (Ohyo JP2 6000, Japan)
- Pipet mikro dan tips (Gilson, France) - Kaca Pembesar (Ootsukda ENV-CL, Japan) - Ose, Spirtus
3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.7.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Kulit Jeruk Purut
Buah yang dipakai adalah buah yang segar. Bahan baku berupa buah jeruk purut
sebanyak 2000 gram dibersihkan dari kotoran, dicuci bersih, ditimbang, dan dikupas
Sampel yang telah kering kemudian diblender sampai menjadi serbuk simplisia.
Kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan dimaserasi selama 3 jam dengan pelarut
etanol 96%. Diaduk sesekali dengan keadaan etanol cukup merendam sampel. Setelah 3
jam, simplisia diperkolasi dengan menggunakan perkulator yang ditutup dengan
aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam dengan keadaan etanol cukup merendam
sampel. Bagian ujung alat perkulator disumbat dengan kapas basah dan dilapisi kertas
saring. Setelah 24 jam, bagian ujung perkulator yang juga disambungkan pada tabung
untuk menampung cairan dapat dibuka dengan kecepatan tetesan ±20 tetes/ menit.
Sampel pada tabung perkolator tetap dijaga dalam kondisi terendam dalam etanol selama
dilakukan penampungan perkolat. Prosedur penampungan perkolat dilakukan sampai
perkolat yang dihasilkan jernih. Semua perkolat digabung dan disaring, lalu diuapkan
Gambar 7. Kulit jeruk purut Gambar 8. Pengeringan
kulit jeruk purut
Gambar 9. Kulit jeruk purut Gambar 10. Proses penghalusan
telah dihaluskan
Gambar 11. Proses perendaman Gambar 12. Proses perkolasi
3.7.2 Pengenceran Bahan Coba
Ekstrak kulit jeruk purut ditimbang menggunakan Electronic balance dan massanya disesuaikan dengan konsentrasi yang diinginkan dengan cara dilarutkan dengan
media Triptic Soy Broth (TSB). Disediakan 6 buah tabung, pada tabung pertama diisi 2 ml ekstrak kulit jeruk purut sehingga diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 100%. Kemudian
lima tabung lainnya kemudian diisi masing-masing 1 ml TSB. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan cara mengambil setengah dari ekstrak kulit jeruk purut konsentrasi
100% menggunakan mikropipet dan diletakkan pada tabung ke-2 untuk mendapatkan
ekstrak kulit jeruk purut 50% (pengenceran ganda). Demikian seterusnya sampai
didapatkan konsentrasi 25%, 12,5% dan 6,25%. Tabung-tabung tersebut kemudian diberi
label sesuai konsentrasinya.
3.7.2 Pembuatan Media Bakteri
Sebelum spesimen dibiakkan, dibuat media Triptic Soy Agar (TSA). Sebanyak 20 gram bubuk TSA dilarutkan ke dalam 500 ml aquades dan dimasukkan ke dalam wadah kaca tertutup. Selanjutnya media disterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit dengan
tekanan udara 2 ATM, suhu 121oC. Setelah disterilkan, media disimpan dalam lemari
pendingin. Ketika akan digunakan, media dipanaskan kembali hingga mendidih, lalu
dituangkan ke dalam masing-masing petri sebanyak 20 ml/petri dan dibiarkan hingga
Gambar 14. Bubuk TSA Gambar 15. Sterilisasi dengan autoklaf
3.7.3 Pembiakan Spesimen
Kegiatan pembiakan spesimen dilakukan dalam suasana anaerob pada inkubator
CO2. Porphyromonas gingivalis yang digunakan adalah spesimen Porphyromonas gingivalis yang telah dibiakkan secara murni pada media TSA yang telah dipersiapkan pada prosedur sebelumnya dalam suasana anaerob. Sebanyak 1-2 ose dari biakan murni
bakteri uji yang telah dikultur dan tumbuh dengan subur disuspensikan dengan
menggunakan larutan NaCl 0,9% sampai diperoleh kekeruhan sesuai standar Mac Farland atau sebanding dengan jumlah bakteri 1 x 108 CFU/ml.
Gambar 16. Porphyromonas Gambar 17. Kekeruhan standar Gingivalis ATCC 3327 Mac Farland
3.7.4 Penetuan KHM bahan coba
Bahan coba ekstrak kulit jeruk purut yang dipakai terdiri dari konsentrasi 100%,
50%, 25%, 12,5%, 6,25%. Dari masing-masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 1
ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian diberi label sesuai dengan
konsentrasinya. Selanjutnya ambil 1 ml suspensi bakteri yang telah dipersiapkan
sebelumnya dengan menggunakan mikropipet lalu dimasukkan ke dalam masing-masing
tabung bahan coba yang telah diberi label kamudian divoteks. Lalu tabung-tabung
tersebut tersebut diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam pada inkubator CO2 dan
diamati kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan
kontrol untuk menentukan nilai KHM dari masing-masing bahan coba. Tabung dengan
kekeruhan yang mulai tampak jernih untuk setiap kelompok perlakuan merupakan KHM
yaitu konsentrasi minimal ekstrak atau bahan uji apapun yang mampu menghambat
pertumbuhan Porphyromonas gingivalis dalam media perbenihan setelah diinkubasi 24 jam dan tidak tumbuh koloni kuman dalam perbenihan tersebut.
Gambar 18. Bahan coba Gambar 19. Proses inkubasi
divoteks
Gambar 20. Bahan coba dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25%,
3.7.5 Penentuan KBM bahan coba
Setelah KHM didapatkan, penelitian dilanjutkan dengan penentuan KBM bahan
coba dengan menggunakan metode Drop Plate Mills Mesra. Bahan coba dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% masing-masing divoteks dan diambil 50 μl untuk tiap konsentrasi lalu diteteskan ke dalam media padat (TSA) direplikasi 6 petri, diamkan selama 15-20 menit sampai mengering dan diinkubasi dalam inkubator CO2
dengan suhu 37˚C selama 24 jam. Dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri dengan prinsip satu sel bakteri hidup bila dibiakkan pada media padat akan tumbuh menjadi 1
koloni bakteri. Perhitungannya adalah bila bentuk koloni melebar dianggap berasal dari 1
koloni, bila bentuknya 2 koloni bersinggungan dianggap sebagai 2 koloni. Satuan yang
dipakai adalah CFU (Colony Forming Unit)/ ml cairan (suspensi).
Setelah dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing tetesan, kemudian
dibuat jumlah rata-ratanya dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor pengali.
Oleh karena itu, konsentrasi yang akan dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri
merupakan konsentrasi awal (sebelum dilakukan dilusi) maka faktor pengenceran x 1,
selain itu karena pada penetasan suspensi bahan coba dan bakteri pada media padat
sebanyak 50 μl, maka hasil perhitungan harus dikali dengan faktor pengali 20 untuk
mendapatkan hasil sesuai satuan standar (CFU/ml).
Gambar 21. Masing-masing konsentrasi
3.8 Skema Alur Penelitian
3.9 Analisis Data
Data hasil pengujian antibakteri dianalisis dengan memakai uji analisis varian
satu arah (ANOVA), untuk melihat perbedaan efek antibakteri ekstrak etanol kulit jeruk
purut terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Ekstraksi kulit jeruk purut (Citus hystrix D.C.)
Ekstrak kulit jeruk purut berasal dari 250 gram serbuk simplisia yang dilanjutkan
dengan pelarut etanol 96% kemudian diuapkan dengan vacuum rotary evaporator
sehingga diperoleh ekstrak kental berwarna coklat kehitaman sebanyak 70 gram. Ekstrak
kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca tertutup dan disimpan di dalam lemari
pendingin.
4.2 Uji efektivitas antibakteri
Pada penentuan KHM yang diperhatikan adalah tabung perlakuan yang mulai
tampak jernih bila dibandingkan dengan kontrol. Dari hasil pengujian antibakteri ekstrak
kulit jeruk purut terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis setelah divorteks dan diinkubasi selama 24 jam, KHM tidak dapat ditentukan karena warna bahan coba
berwarna coklat kehitaman sehingga tidak representatif untuk mendapatkan nilai KHM.
Pada penentuan KBM yang dicari adalah konsentrasi minimal yang dapat
membunuh bakteri pada media TSB (steril). Hasil pada uji antibakteri yang didapat pada
konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5% memperlihatkan zona bening yang tidak dijumpai
pertumbuhan koloni bakteri atau 0 CFU/ml yang artinya bahwa pada konsentrasi tersebut
sudah mampu memberikan efek antibakteri, sedangkan pada konsentrasi 6,25% dijumpai
adanya pertumbuhan bakteri dengan rerata pertumbuhan bakteri sebesar 41,732 . 102
Gambar 22. Bahan uji dengan konsentrasi 100% (A), 50% (B), 25% (C), dan12,5% (D)
menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri (zona bening), dimana warna
tetesan bahan coba terlihat sama dengan warna media
Gambar 23. A) Bahan uji dengan konsentrasi 6,25% menunjukkan pertumbuhanbakteri.
B) Adanya pertumbuhan bakteri ditandai dengan adanya perbedaan warna
dengan media, bakteri menunjukkan warna yang lebih keruh.
B A
C D
Tabel 1 menunjukkan pada pengujian antibakteri dengan menghitung jumlah
koloni Porphyromonas gingivalis, konsentrasi terkecil yang mampu membunuh bakeri adalah pada konsentrasi 12,5% dengan jumlah bakteri 0 CFU/ml (steril).
Tabel 1. HASIL PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI Porphyromonas gingivalis PERLAKUAN
Bahan uji Replikasi Jumlah koloni bakteri (CFU/ml)
Konsentrasi
Dapat disimpulkan bahwa KBM dari bahan coba ekstrak kulit jeruk purut
terhadap Porphyromonas gingivalis adalah 12,5%. Data hasil pengujian antibakteri tidak dapat dilakukan uji statistik ANOVA karena nilai perhitungan koloni bakteri adalah 0
CFU/ml yang artinya tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan atau
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan buah jeruk purut sebanyak 2 kg yang kemudian
diambil kulitnya sebanyak 750 gram. Kulit jeruk purut tersebut kemudian dikeringkan,
dan menghasilkan 250 gram serbuk simplisia kulit jeruk purut. Serbuk simplisia tersebut
kemudian diperkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Pelarut etanol 96%
digunakan karena etanol merupakan pelarut paling baik dibandingkan dengan metanol,
n-heksana dan aseton untuk ekstraksi bahan yang mengandung tanin. Etanol dengan
kemurnian 66% atau lebih tinggi menghasilkan jumlah ekstrak yang hampir sama, namun
untuk mempermudah pemisahan hasil dianjurkan menggunakan kemurnian etanol 96%.28
Ada dua metode untuk menentukan aktivitas antibakteri, yaitu tes difusi dan tes
dilusi. Pada metode difusi, digunakan paper disc yang diberi antibiotik dan diletakkan di atas agar media yang telah ditanam bakteri, kemudian agen antimikroba tersebut akan
berdifusi sehingga zona hambat akan terbentuk di sekitar disc dan diukur zona hambatnya. Metode ini tergantung pada kelarutan dan difusi bahan coba sehingga kurang
efektif untuk menghambat mikroorganisme. Disamping itu, metode ini tidak mampu
memberikan data yang tepat mengenai tingkat resisten atau kerentanan dari
mikroorganisme.29
Metode dilusi dilakukan dengan pengenceran ganda dari konsentrasi awal,
sehingga konsentrasi yang didapat adalah setengah dari konsentrasi awal sebelumnya.
Metode ini lebih efektif karena bahan uji langsung berkontak dengan mikroorganisme
sehingga hasil penelitian akan lebih representatif.29 Atas dasar tersebut peneliti memilih
metode dilusi untuk menguji daya antibakteri ekstrak kulit jeruk purut. Dalam metode
Nilai KHM tidak dapat ditentukan karena masih terjadi kekeruhan atau tidak ada
tabung yang mulai tampak jernih. Hal ini disebabkan karena ekstrak kulit jeruk purut
yang memiliki warna coklat kehitaman sehingga tidak representatif untuk mendapatkan
nilai KHM. Maka diperlukan penelitian dengan metode lain untuk mendapatkan nilai
KHM yaitu metode difusi dengan mengukur zona hambat.
Konsentrasi 100% (sangat kental) akan segera langsung membunuh bakteri
Porphyromonas gingivalis karena tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung didalamnya. Begitu juga yang terjadi pada konsentrasi 50%, 25%, dan 12,5% tidak
dijumpai pertumbuhan bakteri (steril atau 0 CFU/ml) yang artinya pada konsentrasi 100%
hingga 12,5% bersifat bakterisid, sedangkan pada konsentrasi 6,25% pengenceran yang
dilakukan akhirnya mampu mengurangi daya hambat bahan uji terhadap pertumbuhan
bakteri sehingga terlihat adanya pembentukan koloni bakteri 12,8.102 CFU/ml pada
ulangan 1. Maka hipotesa penelitian ekstrak kulit jeruk purut dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dapat dibuktikan dengan diperolehnya nilai KBM yaitu pada konsentrasi 12,5%. Data hasil penelitian ini tidak dapat dilakukan
uji statistik dengan ANOVA karena nilai perhitungan koloni bakteri pada konsentrasi
100% - 12,5% adalah 0 CFU/ml, yang artinya bakteri yang berkontak dengan bahan uji
100% mengalami kematian.
Senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak kulit jeruk purut yaitu saponin,
tanin, terpenoid, dan flavonoid berperan dalam mengganggu fungsi membran sel
Porphyromonas gingivalis. Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri dan menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel dapat lisis.7
Tanin dapat mengkerutkan membran sel sehingga dapat mengganggu permeabilitas sel.19
Minyak atsiri yang termasuk golongan terpenoid dapat menghambat respirasi dari sel
bakteri.23 Sedangkan flavonoid dapat menghambat fungsi membran sitoplasma dan
menghambat metabolisme energi.25
Ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) juga telah dibuktikan memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhi dengan KHM pada konsentrasi 0,625% dan KBM pada konsentrasi 1,25% - 2,5% oleh Ellyana sitasi dari Setyohadi et al. Setyohadi
Nilai yang diperoleh peneliti berbeda dengan Setyohadi, hal ini terjadi karena asal
jeruk purut yang digunakan. Dimana Setyohadi menggunakan jeruk purut yang berasal
dari Malang (Jawa Timur), sedangkan pada penelitian ini jeruk purut yang digunakan
berasal dari Medan (Sumatera Utara). Adanya perbedaan daerah dan keadaan geografis
tanah diduga akan memberikan pengaruh pada kandungan senyawa aktif yang terdapat
dalam kulit jeruk purut.
Selain itu bakteri yang diteliti oleh Setyohadi juga berbeda dengan bakteri yang
diteliti dalam penelitian ini. Setyohadi meneliti bakteri Streptococcus mutans yang merupakan bakteri positif Gramm, sedangkan penelitian ini meneliti bakteri
Porphyromonas gingivalis yang merupakan bakteri negatif Gramm. Adanya perbedaan struktur dinding sel bakteri pada negatif Gramm dan positif Gramm, dimana bakteri
negatif Gramm memiliki struktur dinding yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan
bakteri positif Gramm sehingga kemungkinan senyawa kulit jeruk purut akan lebih sulit
untuk menghambat bakteri negatif Gramm.31
Bakteri positif Gramm memiliki selubung sel yang lebih sederhana yaitu lapisan
membran sitoplasma, peptidoglikan, dan kapsul. Komponen dinding sel positif Gramm
terdiri dari teichoic, teichuronic acid dan polisakarida. Pada bakteri negatif Gramm memiliki selubung sel yang lebih kompleks yaitu lapisan membran sitoplasma, ruang
periplasma, membran luar, lipoprotein dan lipopolisakarida (LPS).31
Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)
memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro. Hal ini kemungkinan akan berbeda hasilnya di dalam jaringan periodontal, maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga kulit jeruk purut dapat digunakan sebagai
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian efek antibakteri ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit jeruk purut mempunyai efek antibakteri terhadap
Porphyromonas gingivalis dengan nilai KBM 12,5% jumlah koloni 0 CFU/ml, dan nilai KHM tidak dapat ditentukan dalam penelitian ini karena bahan uji yang memiliki warna
coklat kehitaman, sehingga tidak representatif.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengujian ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)
dengan metode lain untuk mendapatkan nilai KHM.
2. Perlu dilakukan pengujian fitokimia pada ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) untuk mengetahui senyawa zat aktif mana yang memiliki aktivitas antibakteri paling besar.
3. Perlu dilakukan penelitian secara in vivo sehingga bahan ini dapat digunakan secara klinis untuk perawatan penyakit periodontal.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek antibakteri ekstrak kulit
jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap bakteri lain yang patogen terhadap jaringan periodontal.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan besar konsentrasi
senyawa aktif pada ekstrak kulit jeruk purut dari asal geografis tanah tempat tumbuh
DAFTAR PUSTAKA
1. Jacob S. Global Prevalence of Periodontitis: a Literarure Review. IAJD; 3: 26-27.
2. Chandad F, Mayrand D, Grenier D, Hinode D, dan Mouton C. Selection and
Phenotypic Characterization of Nonhemagglutinating Mutants of Porphyromonas gingivalis. J Infection and immunity 1996; 64(3): 952-8.
3. Brunner et al. The capsule of Porphyromonas gingivalis reduces the immune
response of human gingival fibroblasts. BMC Microbiology 2010; 10(5) : 1-11.
4. Husnul B. Pemeriksaan Bakteri Penyebab Periodontitis Kronis dengan
Menggunakan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
5. Kusumawardani B, Pujiastuti P, Sari D. Uji Bio Kimiawi Sistem API 20 A
mendeteksi Porphyromonas gingivalis isolate klinik dari plak sub gingival pasien periodontitis kronis. J PDGI 2010; 59: 110-4.
6. Wagner A, et al. Antibacterial activity of the essential oil from rosmarinus
officinalis and its major components againts oral pathogen. Z Naturforsch 2010;
65: 588-93.
7. Setyohadi, Sumarno, Budiarti D. Uji efektivitas ekstrak etanol kulit buah jeruk
purut (Citrus hystrix DC.) sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans
secara in vitro. Majalah Dwita Budiarti.
8. Riewpassa I, Yunus M, Arsana I. Identifikasi Pseudomonas aeruginosa dan tes sensitivitas siprofloksasin pada abses periodontal. J Dentofasial 2011; 10: 151-4.
9. Asti I. Periodontitis Kronis.
(September 10. 2013)
10.Carranza F. Clinical Periodontology. Tenth edition. 2006; 10: 103-4.
11.Mubarokah S. Outer membrane protein 49,4 Kda dari Porphyromonas gingivalis
Merupakan Protein Hemaglutinin dan Adhesin Terhadap Netrofil. J Kedokteran
Brawijaya 2009; 25(2): 49-59.
12.Kaffir lime.
13.Plantamor. Jeruk purut (Citrus hystrix
D.C.
14.Wikipedia. Jeruk purut. http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk_purut (Oktober 1.
2013)
15.Backupccrc. Jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)
16.Ardian D. Saponi
(September 15.2013)
17.Wikipedia. Saponi
18.Poeloengan M, Praptiwi. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis
(Gardniamangostanalinn). Media Litbang Kesehatan 2010; 20: 65-9.
19.Sulandari L, Sulandjari S, Kristiastuti D. Pengujian Aktivitas Antimikroba dengan
Metode Kontak Ekstrak Biji Keluwak (Pangiumedule) terhadap bakteri
Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. J Boga dan Gizi 2010; 6.
20.Istiani W. Biosintesis Terpenoid.
com/2012/10/biosintesis-terpenoid.html (September 8. 2013)
21.Pratama W. Terpenoid I (Pendahuluan dan
Sintesis).http://willi-pharmacist.blogspot.com/2010_09_01_archive.html(September 3.2013)
22.Munawaroh S, Handayani P.Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hytrix D.C.) dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. J Kompetensi Teknik 2010; 2: 73-8. 23.Nanasombat S, Lohasupthawee P. Antibacterial activity of crude ethanolic
extracts and essential oils of spices againts salmonellae and other enterobacteria.
KMITL Sci Tech J 2005; 5: 527-37.
24.Wikimedia. Sclareol terpenoi
25.Cushnie TP, Lamb AJ. Antimicrobial activity of flavonoids. International J
Antimicrobial Agent 2005; 26: 343-56.
26.Patel JM. A Review of Potential Health Benefits of Flavonoids. Lethbridge
27.Malik A. Uji potensi antimicrobial menggunakan metode dilusi.
28.Marnoto T, Haryono G, Gustinah D, dan Putra F. Ekstraksi tanin sebagai bahan
pewarna alami dari tanaman putrimalu (Mimosa pudica) menggunakan pelarut organic. Reaktor 2012; 14(1) : 39-45
29.Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology 12th Edition. Missouri: Elsevier, 2007: 190-6.
30.Norafiqah J, Rashid M, dan Firdausi R. Tahap kontaminasi bioearosol: satu kajian
kes. J Teknologi; 39: 1-10.
LAMPIRAN 1
JADWAL KEGIATAN
No Kegiatan Bulan (2014)
Januari Pebruari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pemberian proposal dan seminar
2 Perbaikan proposal
3 Penelitian X
4 Pengolahan data X X X
5 Pembuatan laporan penelitian X X X X
6 Sidang skripsi X
7 Perbaikan laporan X
No Kegiatan Bulan (2013)
September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pemberian proposal dan seminar X X X X X X X X X
2 Perbaikan proposal X X X
3 Penelitian X X X X
4 Pengolahan data
5 Pembuatan laporan penelitian
6 Sidang skripsi
LAMPIRAN 2
RENCANA ANGGARAN PENELITIAN
Biaya:
1. Pembelian jeruk purut Rp 100.000,-
2. Ekstraksi kulit jruk purut di Lab. Farmasi USU Rp 500.000,-
3. Uji bakteri di UNAIR Rp 2.000.000,-
4. Identifikasi tanaman jeruk purut di LIPI Rp 100.000,-
5. Transportasi ke Surabaya untuk pengujian bakteri Rp 4.000.000,-
6. Lain-lain Rp 500.000,-
+
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4