• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 dan 2 BSPT dan parameter jumlah anakan 1 BSPT, 2 BSPT dan 3 BSPT. Perlakuan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter. Sedangkan interaksi antara perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Perlakuan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit

Bulan Setelah Pindah Tanam (BSPT) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 ………. cm ……… B1 49.88 71.43 76.41 74.66 75.88 73.24 70.41 67.83 B2 52.57 75.19 78.13 75.31 76.04 70.62 70.62 68.08 S1 54.21 74.72 78.93 74.70 74.88 71.87 68.21 67.42 S2 52.12 73.82 79.35 77.53 78.04 77.13 74.03 71.99 S3 50.08 73.55 78.00 72.99 76.74 72.93 70.37 70.71 S4 48.49 71.14 72.79 74.74 74.19 72.45 69.45 61.70 B1S1 54.28 75.45 80.87 77.82 78.91 72.91 67.19 66.26 B1S2 49.53 71.12 78.36 77.84 78.19 76.16 74.24 73.08 B1S3 48.83 71.31 78.46 71.98 75.26 73.01 70.57 71.42 B1S4 46.88 67.83 67.93 71 71.16 70.89 69.65 60.56 B2S1 54.14 74.00 76.99 71.57 70.84 70.82 69.23 68.57 B2S2 54.72 76.52 80.34 77.21 77.89 78.1 73.83 70.90 B2S3 51.34 75.79 77.53 73.99 78.22 72.84 70.17 70.00 B2S4 50.10 74.46 77.65 78.48 77.22 74.01 69.26 62.85

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rataan tanaman tertinggi pada pengamatan 8 BST pada perlakuan jumlah bibit terdapat pada B2 sebesar 68.08 cm. Rataan tertinggi pada perlakuan pupuk NPK terdapat pada S2 sebesar 71.99 cm dan yang terendah pada perlakuan S4 yaitu sebesar 61.70 cm. Rataan tinggi tanaman tertinggi pada interaksi antara Jumlah bibit dan pupuk NPK terdapat pada perlakuan B1S2 yaitu sebesar 73.08 cm dan yang terendah pada perlakuan B1S4 yaitu sebesar 60.56 cm.

Histogram pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 1.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Ti nggi Ta na m a n ( c m ) 1 2 3 4 5 6 7 8

Bulan Setelah Tanam

B1S1 B1S2 B1S3 B1S4 B2S1 B2S2 B2S3 B2S4

Gambar 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan jumlah bibit dan Pupuk NPK.

Jumlah Daun

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 BSPT dan 2 BSPT. Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Sedangkan interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun.

Rataan pertumbuhan jumlah daun dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit

Bulan Setelah Pindah Tanam (BSPT) Perlakuan 1 2 3 4 5 ………. helai ……… B1 5.44 b 12.70 b 15.10 17.67 19.27 B2 5.80 a 13.26 a 14.83 17.24 18.51 S1 5.76 13.00 15.15 17.63 19.29 S2 5.68 13.08 15.69 17.85 19.07 S3 5.68 13.13 14.86 17.39 19.04 S4 5.35 12.72 14.17 16.96 18.15 B1S1 5.56 12.28 15.31 17.72 19.31 B1S2 5.36 12.83 15.83 17.86 19.44 B1S3 5.42 12.72 15.22 17.36 19.42 B1S4 5.43 12.97 14.06 17.75 18.92 B2S1 5.97 13.72 15.00 17.53 19.28 B2S2 6.00 13.33 15.56 17.83 18.69 B2S3 5.94 13.53 14.50 17.42 18.67 B2S4 5.28 12.47 14.28 16.17 17.39

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5%

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rataan jumlah daun tertinggi pada pengamatan 5 BST pada perlakuan jumlah bibit terdapat pada B1 sebesar 19.27 helai. Rataan jumlah daun tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK terdapat pada S1 yaitu sebesar 19.29 helai dan yang terendah pada S4 yaitu sebesar 18.15 helai. Rataan jumlah daun tertinggi pada interaksi antara jumlah bibit dan pupuk NPK terdapat pada perlakuan B1S2 yaitu sebesar 19.44 helai dan yang terendah pada perlakuan B2S4 yaitu sebesar 17.39 helai.

Histogram pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan jumlah bibit dapat dilihat pada Gambar 2.

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 1 2 3 4 5

Bulan Setelah Tanam

Ju m lah D au n B1 B2

Gambar 2. Rataan pertumbuhan jumlah daun dari perlakuan Jumlah bibit.

Jumlah Anakan

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan 1 BSPT,2 BSPT dan 3 BSPT. Perlakuan Pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap paramete

jumlah jumlah anakan. Interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK juga tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan

Rataan pertumbuhan jumlah anakan dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Pertumbuhan Jumlah Anakan dari Perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk NPK

Bulan Setelah Pindah Tanam (BSPT) Perlakuan

1 2 3 4 5 ………. Batang ………

B1 1.33b 1.88b 2.40b 3.17 3.94

B2 1.67a 2.18a 2.67a 3.31 4.13

S1 1.61 2.15 2.69 3.35 4.14 S2 1.45 1.99 2.49 3.21 3.99 S3 1.49 2.06 2.54 3.24 4.03 S4 1.45 1.93 2.40 3.17 3.99 B1S1 1.44 2.03 2.61 3.25 3.92 B1S2 1.35 1.89 2.33 3.17 3.81 B1S3 1.11 1.75 2.39 3.14 3.97 B1S4 1.42 1.86 2.25 3.11 4.08 B2S1 1.78 2.28 2.78 3.44 4.36 B2S2 1.56 2.08 2.64 3.25 4.17 B2S3 1.86 2.36 2.69 3.33 4.08 B2S4 1.49 2.00 2.56 3.22 3.89

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5%

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rataan jumlah anakan tertinggi pada pengamatan 5 BST pada perlakuan jumlah bibit terdapat pada B2 sebesar 4.13 batang. Rataan jumlah anakan tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK terdapat pada S1 yaitu sebesar 4.14 batang dan yang terendah pada S4 yaitu sebesar 3.99 batang. Rataan jumlah anakan tertinggi pada interaksi antara jumlah bibit dan pupuk NPK terdapat pada perlakuan B2S1 yaitu sebesar 4.36 batang dan yang terendah pada perlakuan B1S2 yaitu sebesar 3.81 batang.

Histogram pertumbuhan jumlah anakan dari perlakuan jumlah bibit dapat dilihat pada Gambar 3.

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 1 2 3 4 5

Bulan Setelah Tanam

Ju m lah A n akan B1 B2

Gambar 3. Rataan Pertumbuhan Jumlah Anakan dari Perlakuan Jumlah Bibit.

Bobot Rimpang per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang per sampel . Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per sampel. Dan interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per sampel.

Rataan bobot rimpang dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan bobot rimpang dari perlakuan Jumlah bibit dan Pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan S1 S2 S3 S4 ……….g………. B1 124.20 128.75 77.00 61.61 97.89 B2 71.42 74.11 87.28 76.61 77.35 Rataan 97.81 101.43 82.14 69.11

Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan jumlah bibit terdapat pada B1 sebesar 97.89 g. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK pada S2 sebesar 101.43 g dan yang terendah pada S4 sebesar 69.11 g.

Bobot Rimpang Per Keranjang

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang per keranjang. Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per keranjang. Dan interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per keranjang.

Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan S1 S2 S3 S4 ……….g………. B1 377.83 325.42 257.91 202.75 290.98 B2 230.92 229.46 276.00 234.83 242.80 Rataan 304.37 277.44 266.96 218.79

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa rataan bobot rimpang per keranjang tertinggi pada perlakuan jumlah bibit terdapat pada B1 yaitu sebesar 290.98 g. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan pupuk NPK pada S1 sebesar 304.37 g dan yang terendah pada S4 yaitu sebesar 218.79 g.

Bobot Rimpang Per Plot

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang per plot. Perlakuan pupuk NPK juga tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per plot. Dan interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per plot.

Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan S1 S2 S3 S4 ……….g………. B1 2270.50 1861.25 1423.50 1172.00 1681.81 B2 1299.00 1263.38 1511.75 1385.75 1364.97 Rataan 1784.75 1562.31 1467.63 1278.88

Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa rataan bobot rimpang per plot tertinggi pada perlakuan jumlah bibit pada B1 sebesar 1681.81 g. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan pupuk NPK pada S1 sebesar 1784.75 g dan yang terendah pada S4 sebesar 1278.88 g.

Bobot Basah Tajuk

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk. Dan interaksi antara

perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.

Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan S1 S2 S3 S4 ……….g………. B1 64.48 87.36 66.83 67.22 71.47 B2 84.37 55.56 86.67 44.00 67.65 Rataan 74.42 71.46 76.75 55.61

Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa rataan bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan jumlah bibit pada B1 sebesar 71.47 g. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK pada S3 sebesar 76,75 g dan yang terendah pada S4 sebesar 55.61 g.

Bobot Basah Akar

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar. Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Dan interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar.

Rataan bobot basah akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan bobot basah akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK Rataan

……….g……….

B1 6.24 6.82 5.15 4.62 5.71

B2 3.94 5.24 5.07 4.76 4.75

Rataan 5.09 6.03 5.11 4.69

Dari Tabel 9. diketahui bahwa rataan bobot basah akar tertinggi pada perlakuan jumlah bibit pada B1 sebesar 5.71 g. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK pada S2 sebesar 6.03 g dan yang terendah pada S4 sebesar 4.69 g.

Bobot Kering Tajuk

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk. Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Dan interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan S1 S2 S3 S4 ……….g………. B1 27.31 43.73 34.16 33.73 34.73 B2 27.48 23.44 37.20 16.47 26.15 Rataan 27.39 33.59 35.68 25.10

Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa rataan bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan jumlah bibit pada B1 sebesar 34.73 g. Rataan bobot rimpang

tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK pada S3 sebesar 35.68 g dan yang terendah pada S4 sebesar 25.10 g.

Bobot Kering Akar

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Dan interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan bobot kering akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan bobot kering akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan S1 S2 S3 S4 ……….g………. B1 4.68 5.19 3.60 2.96 4.11 B2 2.53 3.31 3.21 2.88 2.98 Rataan 3.60 4.25 3.41 2.92

Berdasarkan Tabel 10. diketahui bahwa rataan bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan jumlah bibit pada B1 sebesar 4.11 g. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK pada S2 sebesar 4.25 g dan yang terendah pada S4 sebesar 2.92 g.

Pembahasan

Respons Pertumbuhan Jahe Terhadap Jumlah Bibit dan Pemberian Pupuk NPK

Berdasarkan hasil analisis statistik di peroleh bahwa perlakuan jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 Bulan Setelah Pindah Tanam (BSPT) dan 3 BSPT dan parameter jumlah anakan 1 BSPT, 2 BSPT dan 3 BSPT. Dengan pemilihan komposisi jumlah bibit yang tepat, diharapkan memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan tanaman jahe. Pertumbuhan tanaman jahe terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan daun, batang serta akar, dapat mempengaruhi produksi jahe yang dihasilkan yaitu pembentukan rimpang.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jahe yaitu faktor lingkungan, salah satu faktor tersebut adalah curah hujan. Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, di antaranya adalah sebagai pelarut zat nutrisi, pembentukan gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, penumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu (Santoso,1994). Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi yaitu 2.500 – 4000 mm per tahun, dengan 7-9 bulan basah. Lingkungan tumbuh mempengaruhi produktivas dan mutu rimpang, karena pembentukan rimpang ditentukan terutama oleh kandungan air dan oksigen tanah serta intensitas cahaya. Sehingga tipe iklim (curah hujan), tinggi tempat dan jenis tanah dijadikan acuan penting dalam penentuan kriteria iklim dan tanah (Puslitbang perkebunan, 2007).

Berdasarkan data dari BMG (lampiran.27) dapat dilihat bahwa curah hujan pada saat penanaman yaitu 330 mm dengan hari hujan 22 hari dalam 1 bulan

Berdasarkan analisis statistik diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pengamatan. Hal ini diduga karena pemberian pupuk pada tanaman tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal. Menurut Gonggo,dkk (2005) penyerapan hara oleh tanaman dipengaruhi oleh waktu pemberian, dosis, bentuk pupuk dan tingkat kesuburan tanah.

Selain itu pengaruh lingkungan diduga juga dapat mempengaruhi penyerapan pupuk NPK yang diberikan pada tanaman. Curah hujan yang tinggi pada saat pengaplikasian pupuk NPK dilakukan menyebabkan pupuk yang diberikan tercuci oleh air hujan dan menguap sebelum terserap oleh tanaman. Berdasarkan data dari BMG (lampiran.27) dapat dilihat bahwa curah hujan pada saat penanaman yaitu 330 mm dengan hari hujan 22 hari dalam 1 bulan. Menurut Gonggo,dkk (2005) jahe membutuhkan curah hujan berkisar antara 200 mm- 350 mm per bulan atau 2500-4000 mm per tahun. Tanaman jahe tidak tahan kelebihan air apalagi sampai terjadi genangan.

Respons Produksi Jahe Terhadap Jumlah Bibit dan Pemberian Pupuk NPK

Berdasarkan hasil analisis statistik di atas dapat dilihat bahwa perlakuan jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pengamatan. Bobot rimpang per sampel tertinggi pada perlakuan jumlah bibit tertinggi terdapat pada perlakuan B1 yaitu sebesar 97.89 g. Hal ini diduga disebabkan dengan jumlah bibit yang lebih sedikit, maka pembentukan rimpang dapat berlangsung dengan baik. Walaupun sebenarnya produksi rimpang yang dihasilkan jauh dari

yang diharapkan, hal ini disebabkan dalam penelitian ini tanaman terserang penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) yang menyebabkan produksi tanaman jahe menurun.

Pada perlakuan dosis pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter pengamatan. Berdasarkan data percobaan dapat dilihat bahwa peningkatan dosis pupuk NPK yang diberikan diikuti dengan menurunnya bobot rimpang per keranjang. Hal ini diduga disebabkan kejenuhan hara akibat pemupukan sehingga menurunkan produksi tanaman jahe. Menurut Balitbang (2002), penggunaan pupuk urea dan TSP/SP-36 secara terus-menerus dengan dosis berlebih akan mempercepat pengurasan hara makro K, S, Ca, Mg dan hara mikro Zn, Cu serta mengakibatkan penjenuhan hara.

Rendahnya rataan produksi jahe per keranjang yaitu sebesar 266,89 g disebabkan kondisi lingkungan di areal penanaman memiliki kelembaban yang tinggi. Hal ini mendorong munculnya ekosistem yang optimum untuk perkembangan penyakit seperti layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri patogen Pseudomonas solanacearum yang bisa bertahan hidup relatif lama di dalam tanah dan dengan penyebaran sangat cepat. Bakteri ini juga dapat bertahan hidup lama di dalam jaringan rimpang jahe, sehingga rimpang yang bersangkutan potensial menjadi penyakit tersebut (Harmono dan Andoko, 2005). Sedangkan hama yang muncul seperti hama lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons Macquart dan Eumerus figurans Walkers) yang menyebabkan turunya produksi rimpang. Menurut keranjang adalah 20 – 30 kg per keranjang nya pada usia 10 bulan.

Interaksi Antara Jumlah Bibit dan Pemberian pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jahe

Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh bahwa interaksi antara jumlah bibit dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi jahe tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pertumbuhan dan produksi yang diamati. Hal ini diduga karena salah satu faktor perlakuan memiliki pengaruh yang dominan dari faktor lainnya dan kedua faktor perlakuan tersebut memiliki sifat kerja yang berbeda, sehingga akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.

KESIMPULAN

1. Jumlah bibit yang paling baik pada penelitian ini adalah 5 bibit per keranjang

2. Dosis pupuk NPK yang diberikan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

3. Pada penelitian ini produksi jahe tidak maksimal karena terjadi serangan penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) dan hama lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons Macquart dan Eumerus figurans Walkers) yang mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman.

4. Persentase penurunan produksi akibat serangan penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) dan hama lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons Macquart dan Eumerus figurans Walkers) mencapai 80 %.

Dokumen terkait