• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Sistem Keranjang Terhadap Jumlah Bibit Dan Pemberian Pupuk Majemuk NPK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan Dan Produksi Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Sistem Keranjang Terhadap Jumlah Bibit Dan Pemberian Pupuk Majemuk NPK"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Fithryan Dwi Susetyo : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Sistem Keranjang Terhadap Jumlah Bibit Dan Pemberian Pupuk Majemuk NPK, 2009.

USU Repository © 2009

JUMLAH BIBIT DAN PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK NPK

SKRIPSI

OLEH :

FITHRYAN DWI SUSETYO

040301054 / BDP – AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE

(Zingiber officinale Rosc.) SISTEM KERANJANG TERHADAP

JUMLAH BIBIT DAN PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK NPK

SKRIPSI

OLEH :

FITHRYAN DWI SUSETYO

040301054 / BDP – AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Respons pertumbuhan dan produksi tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) sistem keranjang terhadap jumlah bibit dan pemberian pupuk majemuk NPK. Nama : Fithryan Dwi Susetyo

NIM : 040301054

Program Studi : BDP – Agronomi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS) ( Ir. Yaya Hasanah, MSi ) Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing NIP : 131 412 496 NIP : 132 313 511

Mengetahui

( Ir. Edison Purba, Ph. D)

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi jahe (Zingiber officinale Rosc.) sistem keranjang terhadap jumlah bibit dan pemberian pupuk NPK, dilaksanakan di lahan masyarakat Kecamatan Medan Johor, Medan, pada bulan Juni 2007 sampai dengan Maret 2008. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah Jumlah bibit (B) yang terdiri atas 2 taraf yaitu B1 ( 5 bibit per keranjang) dan B2 (6 bibit per keranjang). Faktor kedua adalah Dosis Pupuk NPK yang terdiri atas 4 taraf yaitu : S1 ( 0 gram NPK), S2 ( 3.5 gram NPK), S3 (7 gram NPK) dan S4 ( 10.5 gram NPK). Hasil yang diperoleh adalah perlakuan jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 BST (Bulan Setelah Tanam) dan 2 BST, jumlah anakan 1 BST, 2 BST dan 3 BST. Perlakuan dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pengamatan. Interaksi antara jumlah bibit dan dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

(5)

ABSTRACT

The research was aimed to study the respons of the growth and the production of ginger (Zingiber officinale Rosc.) in crate on treatments of seed number and NPK fertilizer. The research is done in Medan Johor district, Medan on June 2007 to March 2008. It used the factorial Randomized Block Design with 2 factors. The first factor is seed number consisted of 5 and 6 ginger seeds in a crate. The second one is NPK fertilizer dose consisted of 0; 3,5; 7 and 10,5 g NPK. The result showed that seed nember have tha significant effect on leaf number, 1 and 2 month after planting, bud number 1, 2 and 3 month after planting. NPK fertilizer dose has not showed the significant effect to all parameters. There are no significant effect on interaction between seed number and NPK fertilizer for all parameters.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 28 Mei 1987 dari ayah

H.Ir.Supratman Susilo dan ibu Hj.RW. Endang Setiawati .

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Muara Bungo dan pada

tahun 2004 lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih

program studi Agronomi jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi

HIMADITA dan Pengajian Nahdatus Syukban. Penulis melaksanakan praktek

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian ini ialah budidaya tanaman dengan judul Respons pertumbuhan

dan produksi jahe (Zingiber officinale Rosc.) sistem keranjang terhadap jumlah

bibit dan pemberian pupuk majemuk NPK.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS dan

Ir. Yaya Hasanah, MSi selaku komisi pembimbing yang telah memberikan banyak

saran. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman BDP

2004 yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Ungkapan

terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala

doa dan perhatiannya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih banyak dan semoga skripsi

ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Januari 2009

(8)
(9)

Tinggi Tanaman (cm) ... 17

Jumlah Daun (helai) ... 17

Jumlah Anakan (Batang) ... 17

Bobot Rimpang Per Sampel ... 17

Bobot Rimpang Per Keranjang ... 17

Bobot Rimpang Per plot ... 18

Bobot Basah Tajuk (g) ... 18

Bobot Basah Akar (g) ... 18

Bobot Kering Tajuk (g) ... 18

Bobot Kering Akar (g) ... 18

Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan... 31

KESIMPULAN Kesimpulan ... 35

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Rataan tinggi tanaman dari Perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit ... 20

2. Rataan jumlah daun dari Perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit ... 22

3. Rataan pertumbuhan jumlah anakan dari perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit ... 24

4. Rataan bobot rimpang dari perlakuan Jumlah bibit dan Pupuk NPK ... 25

5. Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan Jumlah Bibit

dan Pupuk NPK ... 26

6. Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan Jumlah Bibit dan

Pupuk NPK ... 29

7. Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk

NPK ... 30

8. Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk

NPK ... 31

9. Rataan bobot basah akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk

NPK ... 32

10. Rataan bobot kering akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan jumlah bibit dan Pupuk NPK. ... 24

2. Histogram pertumbuhan jumlah daun dari perlakuan Jumlah bibit ... 24

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

10. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 BST ... 56

11. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 BST ... 57

12. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 BST ... 57

13. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 BST ... 58

14. Data Pengamatan Jumlah Anakan 1 BST... 58

15. Data Pengamatan Jumlah Anakan 2 BST... 59

16. Data Pengamatan Jumlah Anakan 3 BST... 59

17. Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 BST... 60

18. Data Pengamatan Jumlah Anakan 5 BST... 60

19. Data Pengamatan rimpang per sampel ... 61

20. Data Pengamatan rimpang per keranjang ... 61

21. Data Pengamatan bobot rimpang per plot ... 62

(13)

23. Data Pengamatan Bobot kering tajuk ... 63

24. Data Pengamatan Bobot basah akar ... 63

25. Data Pengamatan Bobot kering akar ... 64

26. Rangkuman Data ... 64

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Prospek perkembangan jahe di Indonesia masih cukup cerah, terutama

untuk ekspor, industri obat tradisional, industri makanan dan minuman serta

bumbu masak. Jahe segar di Indonesia diekspor ke berbagai negara antara lain

Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Singapura dan Pakistan. Tanaman jahe telah

lama dibudidayakan sebagai komoditi ekspor, namun pengembangan jahe skala

luas belum didukung dengan budidaya yang optimal dan berkesinambungan

sehingga produktivitas dan mutunya rendah. Luas areal pertanaman jahe di

Indonesia pada tahun 2006 yaitu 89.041.808 ha dengan total produksi

177.137.949 kg dan produktivitas rata-rata sekitar 1,77 ton/ha dan meningkat pada

tahun 2007 mencapai 99.652.007 ha dengan total produksi 178.502.542 kg dan

produktivitas rata-rata sekitar 2,66 t/ha (BPS, 2009).

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan jahe cenderung terus

meningkat. Jahe di Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk

dikembangkan, karena selain iklim, kondisi tanah, dan letak geografis yang cocok

bagi pembudidayaannya. Oleh karena itu, komoditas jahe layak dijadikan sebagai

salah satu komoditas unggulan dalam usaha pengembangan agribisnis dan

agroindustri yang berwawasan pedesaan (Rukmana, 2000).

Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu temu –

temuan yang penting. Tanaman ini mempunyai banyak kegunaan antara lain

sebagai ramu – ramuan dan rempah – rempah, bahan minyak atsiri, bahkan akhir –

(15)

Selama hidupnya, dari saat penanaman sampai dengan dipanen hasilnya,

sudah pasti tanaman jahe telah menyerap sejumlah unsur-unsur makanan. Ini

berarti bahwa tanpa adanya usaha penambahan unsur-unsur makanan, kondisi

tanah akan kurus dan akibatnya pertumbuhan tanaman akan terganggu. Oleh

karena itu, perlu usaha memelihara, menambah dan mempertinggi kesuburan

tanah antara lain dengan pemupukan (Santoso, 1994).

Pupuk majemuk mengandung dua atau lebih hara tanaman (makro maupun

mikro). Pupuk tersebut mempunyai nama dagang yang berbeda-beda, tergantung

pada pabrik pembuatnya. Pupuk yang ditujukan untuk komoditas bernilai

ekonomi tinggi umumnya mengandung banyak hara tanaman, terutama N,P,K.

tanaman sayuran dan hidroponik banyak mengandung hara N,P,K,Ca,Mg, dan S

(Rosmarkam dan Yuwono,2002).

Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman dan menjaga kelestarian kesuburan atau produktivitas

tanah. Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah maupun melalui daun

(Rukmana, 2000).

Budidaya jahe sistem keranjang adalah sistem budidaya dengan

menggunakan keranjang sebagai tempat untuk media tanam. Keranjang terbuat

dari bambu yang di anyam rapat. Media tanam dapat dipilih sesuai dengan kondisi

tanah yang dibutuhkan oleh tanaman jahe. Bibit tanaman jahe di tanam pada

media tanam yang telah disediakan. Dalam satu keranjang, dapat ditanami bibit

jahe antara 5 – 7 bibit, sesuai dengan ukuran keranjang. Budidaya jahe sistem

(16)

terbaik untuk tanaman jahe, dapat dilakukan pada lahan yang terbatas, dan

memudahkan dalam perawatan tanaman.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian guna mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tanaman jahe

(Zingiber officinale Rosc.) sistem keranjang terhadap jumlah bibit dan pemberian

pupuk NPK

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan

produksi tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) sistem keranjang terhadap

pemberian pupuk majemuk NPK dan jumlah bibit.

Hipotesis Penelitian

1. Ada respons pertumbuhan dan produksi tanaman jahe terhadap pemberian

pupuk NPK

2. Ada respons pertumbuhan dan produksi tanaman jahe terhadap jumlah

bibit

3. Ada interaksi respons pemberian pupuk NPK dan jumlah bibit terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman jahe.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat

untuk meperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Jahe Sistem Keranjang

Penanaman jahe sistem keranjang merupakan modifikasi teknik budidaya

tanaman jahe dengan tujuan mengkondisikan agar media tanam jahe tetap gembur

dan sarang, mempermudah manajemen produksi tanaman, mempermudah

pertumbuhan tanaman dan perkembangan tanaman jahe sehingga potensi produksi

lebih tinggi jika dibandingkan penanaman jahe secara konvensional pada lahan

Hapsoh et al. (2008). Budidaya jahe sistem keranjang adalah cara budidaya jahe

dengan menggunakan keranjang sebagai media tanam. Jenis keranjang yang

digunakan adalah keranjang yang terbuat dari bambu yang di anyam dengan rapat

agar dapat menampung tanah tetapi tidak menahan air, sehingga air dapat

mengalir. Selain itu dapat juga digunakan keranjang bekas kemasan buah-buahan,

akan tetapi keranjang ini harus di alasi dengan karung plastik, agar tanah tidak

jatuh. Kelebihan penggunaan sistem ini adalah dapat memilih komposisi media

tanam yang terbaik dan memudahkan petani dalam pemeliharaan.

Media tanam yang digunakan untuk mengisi keranjang dapat dipilih

komposisi media yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman jahe. Komposisi

media tanam yang digunakan berupa Top soil : Pupuk kandang : Sekam padi ( 3 :

1 : 1 ). Ditanam di jenis tanah apapun, jahe bisa tumbuh. Namun, untuk

mendapatkan hasil yang optimal tanaman ini menghendaki tanah yang subur,

gembur, dan berdrainase baik (Harmono dan Andoko 2005). Tanah yang gembur

(18)

baik. Pada bagian ini tumbuh tunas-tunas baru yang akan menjadi anakan. Akar

tunggal (rimpang) itu tertanam kuat di dalam tanah dan makin membesar dengan

pertambahan usia serta membentuk rhizome – rhizome baru (Rukmana, 2000).

Setelah media tanam dicampur dengan merata, dilakukan pengisian media

tanam ke dalam keranjang. Menurut Hapsoh et al. (2008) tahap persiapan media

tanam jahe sistem keranjang sebagai berikut :

1. Tanah top soil terlebih dahulu diayak dengan ayakan tanah untuk

membuat kondisi granula tanah seragam dan membersihkan tanah dari

sisa gulma dan kotoran lainnya.

2. Tanah top soil yang telah diayak dicampurkan (diaduk) secara merata

dengan kompos dan sekam sesuai perbandingan.

3. Media tanam yang telah dicampur merata dimasukkan ke dalam keranjang

sebanyak ¼ isi keranjang. Keranjang yang telah diisi media tanam di

biarkan di lapangan selama 1 minggu sebelum penanaman bibit jahe. Oleh

karena itu persiapan media tanam dan pengisian media tanam ke dalam

keranjang dilakukan pada minggu ke-3 setelah bibit jahe disemai.

Dalam budidaya tanaman jahe sistem keranjang, perlu menggunakan

tanaman pelindung, untuk menjaga kelembapan udara di lingkungan pertanaman

jahe. Tanaman jahe menginginkan kelembaban udara yang cukup tinggi dengan

RH 60 % - 90 %. Suhu optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20 – 35 °C

(Rukmana,2000). Tanaman pelindung adalah ubi kayu ataupun jagung yang

ditanam di antara barisan keranjang. Penanaman tanaman pelindung dilakukan

(19)

Dalam pelaksanaannya, budidaya jahe sistem keranjang perlu dilakukan

pembumbunan dan penambahan media tanam. Pembumbunan dilakukan dengan

tujuan agar tanaman jahe dapat berdiri tegak dan manjaga kondisi tanah agar tetap

gembur. Disamping itu, tujuan pembumbunan juga untuk menimbun rimpang jahe

yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah (Santoso,1994). Sedangkan

penambahan tanah bertujuan agar tanah dapat menutupi tunas – tunas baru yang

muncul agar tumbuh menjadi rimpang. Penambahan tanah dilakukan sebanyak

2-3 kali sesuai dengan kondisi dilapangan, pada saat tanaman berumur 2 bulan dan

selanjutnya dilakukan pada saat tanaman berumur 3 bulan.

Jumlah Bibit

Banyaknya bibit yang diperlukan bergantung pada berat per potong dan

jarak tanam. Jika berat per potong rimpang sekitar 40 – 60 gram dan jarak tanam

bervariasi, misalnya 10 x 60 cm dan 30 x 30 cm, maka kebutuhan bibit tertentu

berbeda. Apabila jarak tanamnya 10 x 60 cm, maka dalam satu hektar lahan

membutuhkan 160.000 potong bibit jahe (Santoso,1994).

Bibit yang baik berasal dari rimpang yang sudah tua, yakni berumur 10 –

12 bulan. Penampilan rimpang yang sudah tua tampak kasar dengan kulit

mengkilap licin, keras, dan tidak mudah mengelupas. Rimpang yang sudah tua

berserat, sehingga jika dipatahkan akan tampak serabut-serabut serat mnyembul

keluar dari bagian tengah daging rimpang (Harmono dan Andoko, 2005).

Kebutuhan bibit per satuan luas lahan tergantung pada jenis atau klon jahe

yang digunakan, ukuran (bobot) bibit, dan jarak tanam, serta pola tanam. Adapun

(20)

terbaik adalah 45 g- 60 g. Semakin besar ukuran rimpang yang digunakan sebagai

bibit,akan diperoleh pertumbuhan dan produksi yang semakin baik

(Rukmana,2000).

Pupuk Majemuk NPK

Pupuk adalah bahan-bahan organik maupun anorganik yang diberikan

kepada tanah untuk memperbaiki keadaan fisik tanah tersebut, dan sekaligus

melengkapi substansi anorganik yang esensial bagi tanaman. Mengingat bahwa

unsur-unsur yang diperlukan tanaman beraneka macam, maka berbagai macam

pupuk juga cukup banyak tersedia.

Tanah yang dipakai terus-menerus untuk pertanaman tanpa diberi pupuk

atau tidak ditambah unsur-unsur hara/bahan-bahan mineralnya melalui air

pengairan, maka produksinya akan rendah/turun yang tentu saja hanya akan sesuai

dengan terjadinya penambahan secara alami saja. Oleh karena itu maka perlu

dilakukan pemupukan. Dalam pemupukan ini sangat diperlukan yaitu zat-zat

lemas Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kemudian unsur-unsur/bahan

mineral lainnya yang merupakan unsur sekunder (Ca,Mg,dan S) dan unsur-unsur

mikro (F,Cu,Zn,Mn,Bo dan Mo) (Sutejo,2002).

Pupuk majemuk mengandung dua atau lebih hara tanaman (makro maupun

mikro). Banyak sekali pupuk majemuk yang beredar di masyarakat baik untuk

pertanian, perkebunan, pertanaman, hidrofonik, maupun khusus untuk tanaman

anggrek. Pupuk tersebut mempunyai nama dagang yang berbeda-beda, tergantung

pada pabrik pembuatnya. Pupuk yang ditujukan untuk komoditas bernilai

(21)

tanaman sayuran dan hidroponik banyak mengandung hara N,P,K,Ca,Mg, dan S

(Rosmarkam dan yuwono,2002).

Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan

mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara

nitrogen mempunyai beberapa sifat antara lain : mudah hilang karena tercuci atau

hilang dalam bentuk gas melalui volatilitas dan terjadinya proses denitrifikasi

dimana nitrat berubah menjadi gas N2 yang bebas ke udara. Nitrogen umumnya

ditambahkan kedalam tanah dalam bentuk ion NH4

+, Amonia (NH

3), NO3 atau

urea. Nitrogen digunakan tanaman dalam bentuk ammonium (Hasibuan,2006).

Fosfor merupakan senyawa penyusun jaringan tanaman seperti: asam

nukleat, fosfolipida, dan fitin. P diperlukan untuk pembentukan primordial bunga

dan organ tanaman untuk reproduksi. Peranan P yang lain adalah mempercepat

masaknya buah dan biji tanaman, terutama pada tanaman serealia. Bila kandungan

P berlebihan, umur tanaman seakan-akan menjadi lebih pendek dibandingkan

dengan tanaman yang normal (Rosmarkam dan yuwono,2002).

Kalium dalam sitoplasma dan kloroplas diperlukan untuk menetralkan

larutan sehingga mempunyai pH 7-8, pada lingkungan pH tersebut terjadi proses

reaksi yang optimum untuk hampir semua enzim yang ada dalam tanaman. Bila

pH turun dari 7,7 menjadi 6,5 maka aktivitas nitrat reduktase hampir berhenti.

Kalium berperanan terhadap lebih dari 50 enzim baik secara langsung maupun

tidak langsung (Rosmarkam dan Yuwono,2002).

Pupuk NPK ( Nitrogen Phosphate Kalium ) merupakan pupuk majemuk

(22)

beredar di pasaran adalah pengembangan dari bentuk-bentuk NPK lama yang

kadarnya masih rendah. Kadar NPK yang banyak beredar adalah

15-15-15,16-16-16, dan 8-20-15. kadar lain yang tidak terlalu umum beredar adalah 6-15,

12-12-12 atau 20-20-20. Tiga tipe pupuk NPK yang pertama sangat umum didapati.

Tipe NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan

memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman ( Marsono dan Sigit, 2001).

Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga

faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh

berbeda pengaruhnya dan sifatnya kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan

yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman

(23)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat Johor kecamatan Medan

Johor, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut, yang dimulai dari

bulan Juni 2007 - Maret 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit jahe merah, tanah

top soil, pupuk kandang, sekam sebagai media tanam. Pupuk majemuk NPK

(16:16:16), keranjang bambu ukuran 50 x 50 cm sebagai wadah tanam,

Dithane – M45 sebagai fungisida, Antracol sebagai insektisida, pupuk superbionik

cair sebagai pupuk dasar, dan air untuk menyiram tanaman.

Alat yang digunakan adalah cangkul dan sekop untuk mengolah dan

mencampur tanah, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman,

gembor untuk menyiram tanaman, ayakan untuk mengayak tanah, oven untuk

mengeringkan tanaman, knapsack untuk menyemprot tanaman, pacak sampel,

timbangan, kalkulator, alat tulis, kertas label, ember, skrup, gunting, parang,

(24)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

dengan dua faktor perlakuan, yaitu :

Faktor I : Jumlah Bibit ( B ) dengan 2 taraf, yaitu :

B1 : 5 (lima) bibit per keranjang.

B2: 6 (Enam) bibit per keranjang

Faktor II : Dosis Pupuk NPK ( S ) dengan 4 taraf, yaitu :

S1 : 0 gram NPK

S2 : 3.5 gram NPK

S3 : 7 gram NPK

S4 : 10.5 gram NPK

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu :

B1S1 B2S1

B1S2 B2S2

B1S3 B2S3

B1S4 B2S4

Jumlah ulangan : 4 ulangan

Jumlah plot : 32 plot

Jumlah sampel per plot : 9 sampel

Jumlah sampel seluruhnya : 288 sampel

(25)

Model Analisis

Data hasil penelitian dianalisa dengan sidik ragam berdasarkan model

linier sebagai berikut : Yijk = µ + i + j + k + ( )jk + ijk

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-I yang diberi perlakuan pupuk NPK pada

taraf ke-j dan jumlah bibit pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah

i = Pengaruh blok ke-i

j = Pengaruh perlakuan pupuk NPK pada taraf ke-j

k = Pengaruh perlakuan jumlah bibit pada taraf ke-k

( )jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan pupuk NPK pada taraf ke-j dan

jumlah bibit pada taraf ke-k

ijk = Pengaruh galat pada blok ke-I yang mendapat perlakuan pupuk NPK

pada taraf ke-j dan jumlah bibit pada taraf ke-k.

Analisis lanjutan dengan menggunakan Uji jarak Duncan pada taraf F

(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang

tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat bedengan percobaan dengan ukuran

12 m x 1.2 m. Parit drainase dibuat dengan jarak antar bedengan 50 cm. Setelah

bedengan selesai keranjang yang telah disiapkan disusun diatasnya.

Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah Top soil : Pupuk kandang : Sekam

( 3 : 1 : 1 ). Media dicampur secara merata dan digemburkan dengan

menggunakan cangkul, lalu diisikan kedalam keranjang yang telah disusun diatas

bedengan.

Penyiapan Bibit

Disiapkan bibit jahe merah yang sudah tua dan siap untuk ditanam. Bibit

jahe dicuci, kemudian direndam dalam larutan Dithane – M 45 selama ± 1 jam

untuk mengendalikan jamur yang terdapat didalam bibit. Kemudian ditiriskan dan

bibit dipotong – potong sesuai dengan ruasnya dan diusahakan jangan terlalu kecil

(27)

Penanaman Bibit di persemaian

Penanaman bibit dilakukan di tempat persemaian. Dengan membuat

tempat persemaian yang terbuat dari tepas yang berukuran 3 m x 3 m. Media yang

digunakan adalah kompos dan pasir dengan perbandingan 3 : 1. Media tersebut

disebarkan diatas tepas secara merata, kemudian bibit yang telah disiapkan

disusun diatas hamparan media tersebut dengan bakal mata tunas berada diatas.

Pembuatan Naungan Persemaian

Setelah semua bibit ditanam dibuat dinding dan atap dari tepas untuk

menutupi bibit dari hujan dan sinar matahari langsung agar tunas cepat tumbuh,

karena bibit jahe menginginkan tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Bibit

disemai selama ± satu bulan.

Pemupukan di Persemaian

Pemupukan dilakukan dengan menyiramkan pupuk Super Bionik cair

secara merata dengan menggunakan gembor dengan perbandingan 20 cc pupuk

Super Bionik : 10 liter air dengan frekuensi satu minggu sekali.

Penanaman Tanaman Pelindung

Penanaman tanaman pelindung dilakukan dengan menanam tanaman ubi

kayu diantara barisan keranjang. Setiap 4 keranjang dinaungi oleh 1 tanaman ubi

(28)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi pupuk NPK dilakukan sehari sebelum benih ditanam dengan

dosis sesuai perlakuan masing-masing.

Penanaman Bibit Ke Dalam Keranjang

Bibit yang telah disemaikan dan memiliki cukup umur dipindahkan

kedalam keranjang. Setiap keranjang ditanam dengan bibit yang telah dipilih dari

tempat persemaian. Jumlah bibit di setiap keranjang sesuai dengan perlakuan

masing-masing. Setelah bibit selesai ditanam, keranjang ditutup dengan pelepah

kelapa. Hal Ini bertujuan untuk menghindari bibit dari sinar matahari langsung,

dan dilakukan sampai tinggi bibit mencapai tutupan pelepah tersebut.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari, sesuai dengan kondisi

cuaca.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau

pertumbuhannya abnormal dengan tanaman yang masih tersedia di persemaian.

Penyulaman dilakukan paling lama dua minggu setelah pindah tanam (MSPT).

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri

tegak. Pembumbunan dilakukan dengan cara membuat gundukan tanah

(29)

terbentuk rumpun dengan 4 - 5 anakan, agar rimpang selalu tertutup tanah. Selain

itu, dengan dilakukan pembumbunan, drainase akan selalu terpelihara.

Penambahan Media Tanam

Penambahan media bertujuan untuk menutup tunas – tunas baru yang akan

muncul agar tunas – tunas tersebut menjadi umbi. Penambahan media tanam

dilakukan sebanyak dua kali yaitu, pada bulan kedua dan bulan ketiga setelah

pindah tanam.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang

ada dikeranjang, Tujuan penyiangan gulma untuk menghindari persaingan dalam

mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan

kondisi di lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan pestisida Antracol

dengan dosis 2,5 g/l air, lalu disemprotkan dengan menggunakan knapsack

sprayer kepada seluruh permukaan tanaman.

Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman jahe berumur 8 bulan (jahe tua). Panen

dilakukan dengan cara membongkar tanaman dari dalam keranjang, lalu

(30)

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai bagian

tanaman tertinggi dengan menggunakan meteran, dilakukan pada saat tanaman

jahe berumur satu bulan setelah pindah tanam. Pengamatan dilakukan satu kali

dalam satu bulan hingga 8 bulan setelah tanam (BST).

Jumlah Daun (helai)

Dihitung seluruh daun yang ada. Dilakukan pada saat tanaman jahe

berumur satu bulan setelah pindah tanam. Pengamatan dilakukan satu kali dalam

satu bulan hingga 5 bulan setelah tanam (BST).

Jumlah Anakan (buah)

Dihitung seluruh jumlah anakan yang ada. Dilakukan pada saat anakan

mulai muncul. Pengamatan dilakukan satu kali dalam satu bulan hingga 5 bulan

setelah tanam (BST).

Bobot Rimpang Per Sampel (g)

Ditimbang bobot rimpang per sampel dengan menggunakan timbangan.

Dilakukan saat pemanenan.

Bobot Rimpang Per Keranjang (g)

Ditimbang bobot rimpang yang ada dalam satu keranjang berikut dengan

(31)

Bobot Rimpang Per Plot (g)

Ditimbang bobot rimpang per plot dengan menggunakan timbangan.

Dilakukan saat pemanenan.

Bobot Basah Tajuk Tanaman (g)

Ditimbang bobot basah tajuk tanaman dengan menggunakan timbangan

pada saat pemanenan

Bobot Basah Akar Tanaman (g)

Ditimbang bobot akar rimpang dengan menggunakan timbangan pada saat

pemanenan.

Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)

Tajuk tanaman yang masih basah dimasukkan kedalam amplop coklat

kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 100° C selama 24 jam, lalu

tajuk tersebut dikeluarkan dari oven dan ditimbang.

Bobot Kering Akar Tanaman (g)

Akar tanaman yang masih basah dimasukkan kedalam amplop coklat

kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 100° C selama 24 jam, lalu

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 dan 2 BSPT dan parameter

jumlah anakan 1 BSPT, 2 BSPT dan 3 BSPT. Perlakuan pupuk NPK berpengaruh

tidak nyata terhadap seluruh parameter. Sedangkan interaksi antara perlakuan

pupuk NPK dan jumlah bibit berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter

yang diamati.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Perlakuan pupuk

NPK berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Interaksi antara

perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

tanaman.

Rataan tinggi tanaman dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat

(33)

Tabel 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit

Bulan Setelah Pindah Tanam (BSPT) Perlakuan

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rataan tanaman tertinggi pada

pengamatan 8 BST pada perlakuan jumlah bibit terdapat pada B2 sebesar 68.08

cm. Rataan tertinggi pada perlakuan pupuk NPK terdapat pada S2 sebesar 71.99

cm dan yang terendah pada perlakuan S4 yaitu sebesar 61.70 cm. Rataan tinggi

tanaman tertinggi pada interaksi antara Jumlah bibit dan pupuk NPK terdapat pada

perlakuan B1S2 yaitu sebesar 73.08 cm dan yang terendah pada perlakuan B1S4

(34)

Histogram pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan jumlah bibit dan

pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 1.

0.00

Gambar 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan jumlah bibit dan Pupuk NPK.

Jumlah Daun

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 BSPT dan 2 BSPT.

Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun.

Sedangkan interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun.

Rataan pertumbuhan jumlah daun dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk

(35)

Tabel 2. Rataan pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit

Bulan Setelah Pindah Tanam (BSPT) Perlakuan

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5%

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rataan jumlah daun tertinggi pada

pengamatan 5 BST pada perlakuan jumlah bibit terdapat pada B1 sebesar 19.27

helai. Rataan jumlah daun tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK terdapat pada S1

yaitu sebesar 19.29 helai dan yang terendah pada S4 yaitu sebesar 18.15 helai.

Rataan jumlah daun tertinggi pada interaksi antara jumlah bibit dan pupuk NPK

terdapat pada perlakuan B1S2 yaitu sebesar 19.44 helai dan yang terendah pada

(36)

Histogram pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan jumlah bibit dapat

Gambar 2. Rataan pertumbuhan jumlah daun dari perlakuan Jumlah bibit.

Jumlah Anakan

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan 1 BSPT,2 BSPT dan

3 BSPT. Perlakuan Pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap paramete

jumlah jumlah anakan. Interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

juga tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan

Rataan pertumbuhan jumlah anakan dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk

(37)

Tabel 3. Rataan Pertumbuhan Jumlah Anakan dari Perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk NPK

Bulan Setelah Pindah Tanam (BSPT) Perlakuan

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5%

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rataan jumlah anakan tertinggi pada

pengamatan 5 BST pada perlakuan jumlah bibit terdapat pada B2 sebesar 4.13

batang. Rataan jumlah anakan tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK terdapat pada

S1 yaitu sebesar 4.14 batang dan yang terendah pada S4 yaitu sebesar 3.99 batang.

Rataan jumlah anakan tertinggi pada interaksi antara jumlah bibit dan pupuk NPK

terdapat pada perlakuan B2S1 yaitu sebesar 4.36 batang dan yang terendah pada

(38)

Histogram pertumbuhan jumlah anakan dari perlakuan jumlah bibit dapat

Gambar 3. Rataan Pertumbuhan Jumlah Anakan dari Perlakuan Jumlah Bibit.

Bobot Rimpang per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang per sampel . Perlakuan

pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per sampel. Dan

interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata

terhadap bobot rimpang per sampel.

Rataan bobot rimpang dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan bobot rimpang dari perlakuan Jumlah bibit dan Pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

(39)

Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa rataan bobot rimpang tertinggi pada

perlakuan jumlah bibit terdapat pada B1 sebesar 97.89 g. Rataan bobot rimpang

tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK pada S2 sebesar 101.43 g dan yang terendah

pada S4 sebesar 69.11 g.

Bobot Rimpang Per Keranjang

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang per keranjang.

Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per

keranjang. Dan interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak

berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per keranjang.

Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan pupuk organik dan

media tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa rataan bobot rimpang per keranjang

tertinggi pada perlakuan jumlah bibit terdapat pada B1 yaitu sebesar 290.98 g.

Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan pupuk NPK pada S1 sebesar

(40)

Bobot Rimpang Per Plot

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang per plot. Perlakuan

pupuk NPK juga tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per plot. Dan

interaksi antara perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata

terhadap bobot rimpang per plot.

Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan

Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa rataan bobot rimpang per plot

tertinggi pada perlakuan jumlah bibit pada B1 sebesar 1681.81 g. Rataan bobot

rimpang tertinggi pada perlakuan pupuk NPK pada S1 sebesar 1784.75 g dan

yang terendah pada S4 sebesar 1278.88 g.

Bobot Basah Tajuk

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Perlakuan pupuk

(41)

perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot

basah tajuk.

Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan

Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa rataan bobot basah tajuk tertinggi

pada perlakuan jumlah bibit pada B1 sebesar 71.47 g. Rataan bobot rimpang

tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK pada S3 sebesar 76,75 g dan yang terendah

pada S4 sebesar 55.61 g.

Bobot Basah Akar

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar. Perlakuan pupuk

NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Dan interaksi antara

perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot

basah akar.

Rataan bobot basah akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan bobot basah akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK Rataan

(42)

……….g……….

B1 6.24 6.82 5.15 4.62 5.71

B2 3.94 5.24 5.07 4.76 4.75

Rataan 5.09 6.03 5.11 4.69

Dari Tabel 9. diketahui bahwa rataan bobot basah akar tertinggi pada

perlakuan jumlah bibit pada B1 sebesar 5.71 g. Rataan bobot rimpang tertinggi

pada perlakuan Pupuk NPK pada S2 sebesar 6.03 g dan yang terendah pada S4

sebesar 4.69 g.

Bobot Kering Tajuk

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk. Perlakuan pupuk

NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Dan interaksi antara

perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot

kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan

Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa rataan bobot kering tajuk tertinggi

(43)

tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK pada S3 sebesar 35.68 g dan yang terendah

pada S4 sebesar 25.10 g.

Bobot Kering Akar

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jumlah bibit

tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Perlakuan pupuk

NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Dan interaksi antara

perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap bobot

kering akar.

Rataan bobot kering akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan bobot kering akar dari perlakuan jumlah bibit dan pupuk NPK

Jumlah Bibit Pupuk NPK

Rataan

S1 S2 S3 S4

……….g……….

B1 4.68 5.19 3.60 2.96 4.11

B2 2.53 3.31 3.21 2.88 2.98

Rataan 3.60 4.25 3.41 2.92

Berdasarkan Tabel 10. diketahui bahwa rataan bobot basah tajuk tertinggi

pada perlakuan jumlah bibit pada B1 sebesar 4.11 g. Rataan bobot rimpang

tertinggi pada perlakuan Pupuk NPK pada S2 sebesar 4.25 g dan yang terendah

(44)

Pembahasan

Respons Pertumbuhan Jahe Terhadap Jumlah Bibit dan Pemberian Pupuk

NPK

Berdasarkan hasil analisis statistik di peroleh bahwa perlakuan jumlah

bibit berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 Bulan Setelah Pindah

Tanam (BSPT) dan 3 BSPT dan parameter jumlah anakan 1 BSPT, 2 BSPT dan 3

BSPT. Dengan pemilihan komposisi jumlah bibit yang tepat, diharapkan

memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan tanaman jahe.

Pertumbuhan tanaman jahe terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan daun,

batang serta akar, dapat mempengaruhi produksi jahe yang dihasilkan yaitu

pembentukan rimpang.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jahe yaitu faktor

lingkungan, salah satu faktor tersebut adalah curah hujan. Curah hujan

mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, di antaranya adalah sebagai pelarut

zat nutrisi, pembentukan gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman,

penumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu

(Santoso,1994). Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi yaitu

2.500 – 4000 mm per tahun, dengan 7-9 bulan basah. Lingkungan tumbuh

mempengaruhi produktivas dan mutu rimpang, karena pembentukan rimpang

ditentukan terutama oleh kandungan air dan oksigen tanah serta intensitas cahaya.

Sehingga tipe iklim (curah hujan), tinggi tempat dan jenis tanah dijadikan acuan

(45)

Berdasarkan data dari BMG (lampiran.27) dapat dilihat bahwa curah hujan pada

saat penanaman yaitu 330 mm dengan hari hujan 22 hari dalam 1 bulan

Berdasarkan analisis statistik diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk

NPK tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pengamatan. Hal ini

diduga karena pemberian pupuk pada tanaman tidak dapat dimanfaatkan oleh

tanaman secara optimal. Menurut Gonggo,dkk (2005) penyerapan hara oleh

tanaman dipengaruhi oleh waktu pemberian, dosis, bentuk pupuk dan tingkat

kesuburan tanah.

Selain itu pengaruh lingkungan diduga juga dapat mempengaruhi

penyerapan pupuk NPK yang diberikan pada tanaman. Curah hujan yang tinggi

pada saat pengaplikasian pupuk NPK dilakukan menyebabkan pupuk yang

diberikan tercuci oleh air hujan dan menguap sebelum terserap oleh tanaman.

Berdasarkan data dari BMG (lampiran.27) dapat dilihat bahwa curah hujan pada

saat penanaman yaitu 330 mm dengan hari hujan 22 hari dalam 1 bulan. Menurut

Gonggo,dkk (2005) jahe membutuhkan curah hujan berkisar antara 200 mm- 350

mm per bulan atau 2500-4000 mm per tahun. Tanaman jahe tidak tahan kelebihan

air apalagi sampai terjadi genangan.

Respons Produksi Jahe Terhadap Jumlah Bibit dan Pemberian Pupuk NPK

Berdasarkan hasil analisis statistik di atas dapat dilihat bahwa perlakuan

jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pengamatan.

Bobot rimpang per sampel tertinggi pada perlakuan jumlah bibit tertinggi terdapat

pada perlakuan B1 yaitu sebesar 97.89 g. Hal ini diduga disebabkan dengan

jumlah bibit yang lebih sedikit, maka pembentukan rimpang dapat berlangsung

(46)

yang diharapkan, hal ini disebabkan dalam penelitian ini tanaman terserang

penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) yang menyebabkan produksi

tanaman jahe menurun.

Pada perlakuan dosis pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap

seluruh parameter pengamatan. Berdasarkan data percobaan dapat dilihat bahwa

peningkatan dosis pupuk NPK yang diberikan diikuti dengan menurunnya bobot

rimpang per keranjang. Hal ini diduga disebabkan kejenuhan hara akibat

pemupukan sehingga menurunkan produksi tanaman jahe. Menurut Balitbang

(2002), penggunaan pupuk urea dan TSP/SP-36 secara terus-menerus dengan

dosis berlebih akan mempercepat pengurasan hara makro K, S, Ca, Mg dan hara

mikro Zn, Cu serta mengakibatkan penjenuhan hara.

Rendahnya rataan produksi jahe per keranjang yaitu sebesar 266,89 g

disebabkan kondisi lingkungan di areal penanaman memiliki kelembaban yang

tinggi. Hal ini mendorong munculnya ekosistem yang optimum untuk

perkembangan penyakit seperti layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri patogen

Pseudomonas solanacearum yang bisa bertahan hidup relatif lama di dalam tanah

dan dengan penyebaran sangat cepat. Bakteri ini juga dapat bertahan hidup lama

di dalam jaringan rimpang jahe, sehingga rimpang yang bersangkutan potensial

menjadi penyakit tersebut (Harmono dan Andoko, 2005). Sedangkan hama yang

muncul seperti hama lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons Macquart dan

Eumerus figurans Walkers) yang menyebabkan turunya produksi rimpang.

Menurut

(47)

Interaksi Antara Jumlah Bibit dan Pemberian pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jahe

Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh bahwa interaksi antara

jumlah bibit dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi jahe tidak

berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pertumbuhan dan produksi yang

diamati. Hal ini diduga karena salah satu faktor perlakuan memiliki pengaruh

yang dominan dari faktor lainnya dan kedua faktor perlakuan tersebut memiliki

sifat kerja yang berbeda, sehingga akan menghasilkan hubungan yang berbeda

(48)

KESIMPULAN

1. Jumlah bibit yang paling baik pada penelitian ini adalah 5 bibit per

keranjang

2. Dosis pupuk NPK yang diberikan tidak memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman.

3. Pada penelitian ini produksi jahe tidak maksimal karena terjadi serangan

penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) dan hama lalat

rimpang (Mimegralla coeruleifrons Macquart dan Eumerus figurans

Walkers) yang mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman.

4. Persentase penurunan produksi akibat serangan penyakit layu bakteri

(Pseudomonas solanacearum) dan hama lalat rimpang (Mimegralla

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Hapsoh, Y.Hasanah, E.Julianti, 2008. Budidaya Jahe – Prospek dan Permasalahannya. USU Pers. Medan.

Harmono dan A. Andoko. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hasibuan.B.E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Januwati, M., 1990. Faktor – Faktor Ekologi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Jahe. Ed. Khusus Penelitian Tanaman Rempah dan obatBallitro. Bogor. VII (I) : 11-16.

Januwati, M., 1999. Optimalisasi Usaha Tani Tanaman Jahe. Makalah Disampaikan pada Semi Orasi di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor, 23 Juni 1999. 31 hlm.

Lukito, 2007. Petunjuk Praktis Bertanam jahe. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Marsono dan P. Sigit, 2001. Pupuk Akar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Muhlisah, F. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon, Budidaya dan manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007. Teknologi Unggulan Jahe. Puslitbang Perkebunan. Bogor

Rukmana, R., 2000. Usaha Tani Jahe. Kanisius. Yogyakarta.

Rosmarkam, A dan N.W.Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Santoso, H.B. 1994. Jahe Gajah. Kanisius. Yogyakarta.

Soediarto dan S. kemala. 1995 . Tumbuhan dan Tanaman Obat yang Potensial Untuk Dikembangkan di Indonesia. Makalah Temu Wicara Tanaman Obat. 31 Januari 1995. Semarang. 22 hlm.

Sutedjo,M.M dan Kartasapoetra.1987. Pupuk dan Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

(50)

Wiroatmodjo, J. Suroso dan M. Januwati. 1988. Pengaruh Tingkat Pemupukan N dan Alas Sekam Terhadap Hasil dan Ukuran Rimpang Jahe Jenis Badak. Dalam Pross. Simp. Penelitian Tanaman obat VI, 17-19 November 1988.

februari 2009. page 10.

(51)

Lampiran 1.Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman 1 BST

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 BST

(52)

Lampiran 2.Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 BST

Tabel Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman 2 BST

(53)

Lampiran 3.Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 BST

Tabel Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman 3 BST

(54)

Lampiran 4.Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 BST

Tabel Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman 4 BST

(55)

Lampiran 5.Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 BST

Tabel Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman 5 BST

(56)

Lampiran 6.Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 BST

(57)

Lampiran 7.Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Tinggi Tanaman 7 BST

(58)

Lampiran 8.Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Tinggi Tanaman 8 BST

(59)

Lampiran 9.Tabel Data Pengamatan Jumlah Daun 1 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Daun 1 BST

(60)

Lampiran 10.Tabel Data Pengamatan Jumlah Daun 2 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Daun 2 BST

(61)

Lampiran 11.Tabel Data Pengamatan Jumlah Daun 3 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Daun 3 BST

(62)

Lampiran 12.Tabel Data Pengamatan Jumlah Daun 4 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Daun 4 BST

(63)

Lampiran 13.Tabel Data Pengamatan Jumlah Daun 5 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Daun 5 BST

(64)

Lampiran 14.Tabel Data Pengamatan Jumlah Anakan 1 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Anakan 1 BST

(65)

Lampiran 15.Tabel Data Pengamatan Jumlah Anakan 2 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Anakan 2 BST

(66)

Lampiran 16.Tabel Data Pengamatan Jumlah Anakan 3 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Anakan 3 BST

(67)

Lampiran 17.Tabel Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Anakan 4 BST

(68)

Lampiran 18.Tabel Data Pengamatan Jumlah Anakan 5 BST

Tabel Dwi Kasta Parameter Jumlah Anakan 5 BST

(69)

Lampiran 19.Tabel Data Pengamatan rimpang per sampel

Tabel Dwi Kasta Parameter rimpang per sampel

(70)

Lampiran 20.Tabel Data Pengamatan rimpang per keranjang

Tabel Dwi Kasta Parameter rimpang per keranjang

(71)

Lampiran 21.Tabel Data Pengamatan bobot rimpang per plot

Tabel Dwi Kasta Parameter bobot rimpang per plot

SK dB JK KT FH F.05

Galat 21 10450446.54 497640.31

Total 31 17000439.37

FK 74263008

(72)

Lampiran 22.Tabel Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk

Tabel Dwi Kasta Parameter Bobot Basah Tajuk

(73)

Lampiran 23.Tabel Data Pengamatan Bobot kering tajuk

Tabel Dwi Kasta Parameter Bobot kering tajuk

(74)

Lampiran 24.Tabel Data Pengamatan Bobot basah akar

Tabel Dwi Kasta Parameter Bobot basah akar

(75)

Lampiran 25.Tabel Data Pengamatan Bobot kering akar

Tabel Dwi Kasta Parameter Bobot kering akar

(76)
(77)

Lanjutan lampiran 26 . Rangkuman Uji Rataan Berbagai Peubah Amatan Pada Perlakuan Jumlah Bibit dan Pupuk NPK

PERLAKUAN

Peubah-amatan

3

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah Bibit

B1 1.33b 1.88b 2.40b 3.17 3.94 97.89 290.98 1681.81 71.47 34.73 5.71 4.11

B2 1.67a 2.18a 2.67a 3.31 4.13 77.35 242.8 1364.97 67.65 26.15 4.75 2.98

Pupuk NPK

S1 1.61 2.15 2.69 3.35 4.14 97.81 304.37 1784.75 74.42 27.39 5.09 3.60

S2 1.45 1.99 2.49 3.21 3.99 101.43 277.44 1562.31 71.46 33.59 6.03 4.25

S3 1.49 2.06 2.54 3.24 4.03 82.14 266.96 1467.63 76.75 35.68 5.11 3.41

S4 1.45 1.93 2.40 3.17 3.99 69.11 218.79 1278.88 55.61 25.10 4.69 2.92

Ket : 3. Jumlah Anakan (batang)

(78)

Gambar

Tabel 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit
Gambar 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan jumlah bibit  dan Pupuk NPK
Tabel 2. Rataan pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan pupuk NPK dan jumlah bibit
Gambar 2. Rataan pertumbuhan jumlah daun dari perlakuan Jumlah bibit.
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERATURAN DESA BANTUL NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TANAH KAS DESA.. Dalam konsiderans Menimbang Peraturan Desa, Peraturan Lurah Desa atau Keputusan Lurah Desa

Majalah ini diterbitkan dua kali setahun pada bulan Maret dan September dan diedarkan sebagai bahan tukar dengan publikasi geografi atau publikasi lain dalam bidang terkait.

Teaching language through texts and teaching writing and reading as an entire text as suggested in the 2006 curriculum for senior high school students and the use of

Setiap kali kita iterasi nilai X       baru, jika itu sama dengan suatu S[i], cek apakah nilai E[i] lebih besar daripada E[k]. Jika tidak, maka dapat dijamin bahwa interval i

Oleh karena itu, kami membuat sebuah acara bertajuk Peluncuran Akbar IKM UI 2020 untuk memperkenalkan nilai, visi, dan misi serta fungsionaris dari tiga Lembaga Kemahasiswaan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian feed aditif berbahan dasar temulawak dan kunyit dalam ransum tidak menyebabkan perubahan yang nyata terhadap konsumsi

Perencana pengengembangan hutan rakyat yang dilakukan di desa adalah keinginan kepala desa dengan masyarakat Labuan toposo untuk merehabilitasi lahan dan untuk mata