Penelitian pendahuluan terhadap susu kambing segar dan susu kambing skim bubuk bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dari bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi tablet hisap. Pengujian komposisi nutrisi susu kambing yang dilakukan pada penelitian ini meliputi kadar air, abu, lemak dan protein.
Komposisi Nutrisi Susu Kambing Segar
Hasil analisis komposisi susu kambing segar terhadap kadar air, abu, lemak dan kadar protein disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Analisis Komposisi Nutrisi Susu Kambing Segar
Parameter Hasil Pengujian Sutama
(1997) Maree (2001) (%BB) (%BK) Kadar Air 85,22 - 83-87,5 85,00-88,70 Kadar Abu 0,34 2,30 * 0,69-0,89 Kadar Lemak 0,96 6,50 4,0-7,3 3,00-5,50 Kadar Protein 3,31 22,40 3,3-4,9 2,9-4,6
Keterangan : * = tidak dinyatakan
Hasil uji fisik susu kambing segar menghasilkan susu yang bersih, berbau
khas susu, dan memiliki rasa agak manis, sesuai dengan ketentuan dalam SNI 01-3141-1998 (Badan Standarisasi Nasional, 1998). Uji alkohol menunjukkan
hasil yang negatif, sehingga susu kambing segar yang digunakan dalam penelitian merupakan susu yang baik dan layak dikonsumsi.
Komposisi nutrisi susu kambing segar yang dihasilkan sesuai dengan Sutama (1997) bahwa kisaran kadar air, lemak dan protein susu kambing adalah 83,00-87,5%; 4,0-7,3% dan 3,3-4,9%. Kadar abu merupakan komponen yang paling penting untuk mengetahui kadar mineral keseluruhan. Nilai kadar abu yang dihasilkan lebih rendah dari ketetapan Maree (2001) yaitu 0,69-0,8%. Susu mempunyai komposisi kimia yang secara kuantitatif bervariasi bergantung pada jenis ternak, spesies, umur, jenjang laktasi, interval pemerahan, iklim dan pakan (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Komposisi Nutrisi Susu Kambing Skim Bubuk
Susu segar yang akan dikeringkan, terlebih dahulu diseparasi untuk menghilangkan lemaknya. Kandungan lemak yang rendah pada susu kambing yang digunakan akan memberikan manfaat terhadap tablet hisap yang dihasilkan, yaitu akan menghasilkan produk yang rendah kalori (lemak). Susu skim akan memberikan kemampuan aliran bahan dalam proses pengeringan semprot dengan metode spray
dryer berjalan dengan lancar. Suhu yang digunakan untuk menghasilkan susu
kambing bubuk skim dalam proses pengeringan semprot yaitu suhu inlet 187°C dan suhu outlet 77°C. Menurut Master (1979), untuk produk susu, suhu pengering semprot yang digunakan berkisar antara 170 sampai 200°C. Susu skim dalam bentuk bubuk dengan kadar air rendah disyaratkan dan sangat penting sebagai bahan baku untuk menghasilkan tablet yang sesuai dengan standar yang ada, dan sangat berhubungan dengan kadar air yang dihasilkan. Hasil analisis susu kambing bubuk skim dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Komposisi Nutrisi Susu Kambing Skim Bubuk
Parameter Hasil Pengujian SNI 01.2970.1999*
(%BB) (%BK)
Kadar Air 2,33 - Maks. 4,00
Kadar Abu 8,24 8,44 Maks. 9,00
Kadar Lemak 0,81 0,83 Maks. 1,50
Kadar Protein 35,89 36,75 Min. 34,00
Keterangan : * Badan Standarisasi Nasional (1999)
Kadar air dalam produk kering merupakan salah satu parameter yang penting dalam menentukan daya tahan dan daya simpan produk tersebut. Menurut Widodo (2003), proses pembuatan susu bubuk merupakan salah satu contoh pengolahan dan pengawetan susu dengan tujuan menurunkan kadar air susu dari 87% (susu segar) menjadi 3% (susu bubuk) dengan cara pengeringan semprot (spray drying). Kadar air yang terdapat pada susu kambing bubuk sebesar 2,33% telah memenuhi standar susu bubuk tanpa lemak menurut Badan Standarisasi Nasional (1999), yaitu maksimal 4% dan sesuai dengan pernyataan Buckle et al. (1985), bahwa produk susu kering atau tepung susu mengandung kadar air dibawah 5%.
Nilai kadar abu, lemak dan protein berturut-turut sebesar 8,44(%BK); 0,83(%BK) dan 36,75(%BK), ketiganya sesuai dengan SNI 01.2970.1999 yang menyebutkan bahwa susu bubuk tanpa lemak memiliki kadar abu maksimal 9,0%, kadar lemak maksimal 1,5% dan kadar protein minimal 34,0%.
Penentuan Bahan Pengikat Tablet Hisap Susu Kambing
Formula yang digunakan pada penelitian pendahuluan dibedakan berdasarkan jenis bahan pengikat yang dipilih (amilum, kitosan, HPMC dan PVP). Konsentrasi keempat bahan pengikat adalah sama yaitu 5%. Keempat formula memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berdasarkan sifat laju alir (kurang dari 10 detik), keregasan (kurang dari 0,8%) dan keseragaman ukuran (diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet), keempat formula yang diuji cobakan telah menghasilkan tablet yang memenuhi syarat mutu tablet yang ditentukan. Keseragaman bobot untuk tablet yang dihasilkan dengan penambahan pengikat amilum (formula 1) dan kitosan (Formula 2) telah memenuhi syarat dari Farmakope Indonesia III (1979). Penambahan bahan pengikat HPMC (formula 3) dan PVP (formula 4) tidak memenuhi persyaratan tersebut. Pengujian terhadap kekerasan tablet hisap dengan tingkat kekerasan yang paling tinggi dimiliki oleh tablet hisap dengan bahan pengikat HPMC (formula 3) dengan nilai kekerasan mencapai 6,72 kP dan kekerasan terkecil dimiliki tablet hisap dengan bahan pengikat PVP (formula 4) sebesar 1,32 kP. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa hasil analisis terhadap kekerasan tablet hisap susu kambing sangat dipengaruhi oleh perbedaan bahan pengikat (P<0,01). Uji lanjut Duncan diperoleh bahwa HPMC menghasilkan kekerasan yang paling tinggi dengan rataan 5,35 kP dibandingkan bahan pengikat yang lain. Tablet dengan pengikat HPMC memiliki kekerasan yang tinggi karena dapat berinteraksi dengan air dan membentuk gel yang akan membentuk ikatan kokoh serta merupakan penghalang fisik lepasnya bahan aktif dari matrik secara cepat (Martodihardjo, 1996).
Berdasarkan evaluasi terhadap kekerasan tablet hisap yang dihasilkan dari formula yang berbeda, dipilih formula 3 yang digunakan dalam penelitian utama, karena tablet hisap yang dihasilkan memiliki kekerasan tertinggi. Tablet hisap memiliki tingkat kekerasan yang tinggi dengan tujuan agar tablet tidak mudah pecah
pada saat dikulum, tetapi terlarut secara perlahan-lahan dengan mukosa mulut dalam waktu 30 menit atau kurang.
Penelitian Utama
Pada penelitian pendahuluan telah diperoleh bahan pengikat terbaik untuk digunakan pada pembuatan tablet hisap susu kambing yaitu HPMC yang menghasilkan tablet dengan tingkat kekerasan tertinggi (formula 3). Selanjutnya pada penelitian utama, formula yang digunakan dibedakan menurut kombinasi konsentrasi aspartam sebagai pemanis yang digunakan yaitu sebesar 0%; 0,02%; 0,04% dan 0,06% dengan mannitol sebagai pengisi yaitu masing-masing 52%; 51,96%; 51,92% dan 51,88% untuk memperoleh formula A, B, C dan D. Formula secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.
Evaluasi Granul Tablet Hisap Susu Kambing dengan Formula yang Berbeda Evaluasi granul merupakan suatu evaluasi terhadap bahan atau granul sebagai bahan baku proses pembuatan tablet. Evaluasi berfungsi memastikan telah dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan (laju alir dan kompresibilitas), sehingga proses dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap pengempaan atau pencetakan. Evaluasi granul ini sangat penting dilakukan sebelum dilakukan proses pencetakan tablet, karena sifat massa tablet dapat berpengaruh pada tablet yang dihasilkan. Menurut Marshall (1989), sifat-sifat karakteristik granul yang meliputi kemampuan pengempaan dan sifat aliran dari bahan kasar akan memberikan pengaruh yang nyata pada pelaksanaan urutan proses pentabletan dan sifat dari tablet yang dihasilkan.
Menurut Voigt (1994), granul merupakan suatu agregat asimetris yang melekat bersama dari partikel-partikel serbuk dan tidak menunjukkan bentuk geometris yang harmonis. Hasil evaluasi granul tablet hisap susu kambing yang dilakukan pada penelitian ini meliputi laju alir dan kompresibilitas dapat dilihat pada Tabel 9.
Laju Alir atau Sifat Alir. Laju alirgranul merupakan salah satu hal yang penting dalam produksi sediaan padat. Aliran granul akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet, karena penakaran dosis untuk sediaan tablet berdasarkan volume granul yang mengisi cetakan tablet. Pengukuran laju alir granul susu kambing dengan Flowmeter
(Lampiran 34). Prinsip yang digunakan pada alat Flowmeter untuk menghitung laju alir granul yaitu mengukur waktu yang diperlukan oleh sejumlah tertentu zat untuk mengalir melalui pembuka corong dan mengukur jumlah zat yang mengalir dalam waktu yang tertentu (Voigt, 1994).
Tabel 9. Hasil Evaluasi Granul Tablet Hisap Susu Kambing
Parameter Formula
A B C D Laju Alir (gram/detik) 7,68±1,62 6,23±0,47 5,92±0,33 5,98±0,34
Indeks kompresibilitas (%) 7,90±1,89 5,85±2,79 6,00±0,00 6,17±0,15
Keterangan :
A = susu bubuk 65%, mannitol 26,00%, aspartam 0,00%, HPMC 5%, talk 3% dan Mg stearat 1% B = susu bubuk 65%, mannitol 25,98%, aspartam 0,02%, HPMC 5%, talk 3% dan Mg stearat 1% C = susu bubuk 65%, mannitol 25,96%, aspartam 0,04%, HPMC 5%, talk 3% dan Mg stearat 1% D = susu bubuk 65%, mannitol 25,94%, aspartam 0,06%, HPMC 5%, talk 3% dan Mg stearat 1%
Hasil sidik ragam menunjukkan keempat formula yang digunakan, tidak berpengaruh terhadap laju alir (P>0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa granul tablet hisap susu kambing memiliki laju alir tidak berbeda. Kisaran rataan nilai laju alir dari keempat formula, yaitu 5,92-7,68 gram/detik. Laju alir granul sangat dipengaruhi oleh faktor bentuk, ukuran, distribusi ukuran partikel, bobot jenis partikel dan ukuran
hopper. Semakin bulat bentuk partikel, maka semakin baik laju alirnya.
Metode granulasi basah yang digunakan pada penelitian ini dapat juga meningkatkan aliran serbuk dengan cara membentuknya menjadi granul. Selain itu, penambahan zat tambahan berupa talk dan magnesium stearat yang berfungsi sebagai pelincir mampu memperbaiki laju alir granul. Menurut Voigt (1994), talk memiliki fungsi luncur dan pelumas yang istimewa, berdasarkan pada struktur kisi lapisan talk. Hasil pengujian laju alir menunjukkan bahwa keempat formula memiliki laju alir yang baik, dibuktikan bahwa granul dapat mengalir dalam waktu kurang dari 10 detik (Wells, 1987).
Kompresibilitas Granul. Kompresibilitas yaitu sifat fisik untuk membentuk massa yang stabil, kompak bila diberi tekanan (Lachman et al., 1994). Pengujian kompresibilitas granul menggunakan alat bernama Bulk Density Tester. Nilai rataan persentase kompresibilitas granul dari keempat formula terdapat pada Tabel 9. Kisaran rataan nilai persentase kompresibilitas granul tablet hisap susu kambing dari
keempat formula yang digunakan, yaitu sebesar 5,85-7,90%. Persentase kompresibilitas granul tertinggi dihasilkan pada granul dengan formula A, sedangkan formula B menghasilkan persentase kompresibilitas terkecil. Namun, hasil sidik ragam menunjukkan formula yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap persentase indeks kompresibilitas granul (P>0,05).
Kompresibilitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kerapatan granul, yaitu dari ukuran partikel dan bentuk partikel. Menurut Banker dan Anderson (1994), partikel berbentuk bulat menyebabkan kerapatan bulknya meningkat, sedangkan ukuran granul yang semakin besar menyebabkan kerapatan bulk menurun. Granul yang keras dan padat memerlukan tekanan yang lebih besar untuk menghasilkan massa yang kompak.
Granul yang dihasilkan pada penelitian ini tergolong dalam kriteria istimewa, yaitu berada pada kisaran 5-15%, sesuai dengan kriteria kompresibilitas menurut Wells (1987). Kompresibilitas yang baik ditunjukkan oleh ukuran dan bentuk partikel yang seragam sehingga akan memudahkan dalam pencetakan dan menghasilkan tablet hisap susu kambing yang kompak pada saat dicetak.
Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing
Evaluasi terhadap tablet hisap susu kambing dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan atau tidak. Evaluasi yang diuji pada tablet hisap susu kambing dengan formula yang berbeda meliputi keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan dan keregasan. Nilai rataan hasil pengujian evaluasi tablet hisap susu kambing dari keempat formula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing
Parameter Formula A B C D Kekerasan (kP) 3,62±0,06 3,92±0,58 4,18±0,59 4,79±0,38 Keregasan (%) 0,32±0,11 0,41±0,05 0,29±0,20 0,41±0,06 Bobot rata-rata (mg) 218,12±12,89 213,47±8,85 215,35±10,83 217,1±4,57 Keseragaman Ukuran - Diameter (mm) - Tebal (mm) 8,20±0,01 4,29±0,16 8,20±0,00 4,17±0,10 8,20±0,00 4,23±0,12 8,20±0,00 4,21±0,04
Kekerasan Tablet. Pengujian kekerasan pada penelitian ini dilakukan terhadap tablet jadi. Pengujian terhadap kekerasan tablet sangat dibutuhkan sebagai parameter dari kekuatan mekanis tablet. Tablet hisap umumnya dirancang dengan kekerasan yang tinggi agar tahan terhadap guncangan mekanis dan waktu hancur yang tidak cepat sehingga tablet tidak mengalami kehancuran langsung dimulut. Nilai rata-rata kekerasan tablet hisap susu kambing hasil penelitian adalah 3,62-4,79 kP.
Menurut Lieberman (1989), kekerasan tablet hisap berkisar antara 30-50 kg/inc2 atau > 15 kP. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan
formula tidak berpengaruh terhadap kekerasan tablet hisap susu kambing (P>0,05). Kekerasan tablet pada formula D secara numerik mempunyai rataan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan yang lain.
Kekerasan tablet keempat formula tidak memenuhi syarat kekerasan tablet menurut Lieberman (1989). Hal ini dapat disebabkan oleh penyetelan alat pencetakan yang kurang tepat atau kurangnya tekanan dalam mencetak tablet.
Keregasan Tablet. Parameter lain dalam mengukur kekuatan mekanik tablet adalah pengujian terhadap keregasan tablet. Keregasan yang tinggi akan mudah menjadi serbuk, sehingga dapat menimbulkan debu pada tempat produksi dilakukan serta dapat menimbulkan variasi bobot tablet. Keregasan tablet dapat menjadi salah satu kategori penilaian kemampuan terhadap bahan pengikat tablet. Bahan pengikat yang digunakan pada penelitian ini sangat baik, karena menghasilkan kehilangan bobot yang kecil. Ketahanan terhadap kehilangan bobot, menunjukkan bahwa tablet tersebut mampu bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan, pengemasan dan transportasi (Ansel, 1989).
Nilai keregasan tablet hisap dari keempat formula yang dihasilkan berkisar antara 0,29-0,41%. Berdasarkan sidik ragam, perbedaan formula tablet hisap susu kambing tidak memberikan pengaruh terhadap keregasan tablet (P>0,05). Menurut Farmakope Indonesia IV, persyaratan keregasan tablet adalah kurang dari 0,8% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa keempat formula memenuhi ketetapan keregasan Farmakope Indonesia IV yaitu masing-masing formula A, B, C dan D secara berturut-turut mempunyai nilai 0,32; 0,41; 0,29 dan 0,41
Keseragaman Bobot. Uji keseragaman bobot merupakan parameter untuk mengetahui variasi bobot dari tablet yang dihasilkan. Bobot tablet yang seragam akan mengandung jumlah zat berkhasiat yang sama. Faktor utama yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu keseragaman pengisian die yang berkaitan erat dengan sifat alir massa tablet. Ansel (1989) menyatakan bahwa jumlah bahan yang diisikan ke dalam die yang akan ditekan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisi granul ke dalam die harus disesuaikan dan alat harus diatur agar diperoleh berat yang diinginkan. Pengaturan alat untuk memperoleh berat yang diinginkan pada penelitian ini dilakukan selama proses pencetakan berjalan, baik secara manual maupun otomatis.
Bobot tablet hisap susu kambing yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 200 mg. Nilai rataan bobot tablet hisap susu kambing yang dihasilkan berkisar antara 213,47-218,12 mg (Tabel 10). Hasil sidik ragam menunjukkan, bahwa perbedaan formula tablet hisap susu kambing tidak memberikan pengaruh terhadap keseragaman bobot tablet (P>0,05). Variasi bobot tablet yang dihasilkan dapat disebabkan oleh ukuran dan distribusi ukuran granul yang tidak tepat, aliran yang buruk, sehingga menyebabkan jumlah massa tablet yang masuk kedalam cetakan berbeda-beda. Ukuran granul yang lebih besar dari ukuran optimal untuk cetakan yang digunakan akan mempengaruhi variasi besarnya rongga antara granul saat pengisian die. Ukuran granul yang dihasilkan dengan menggunakan ayakan 20 mesh yaitu 840 mikron (Rippie, 1989).
Keempat formula yang berbeda telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Farmakope Indonesia III, yaitu untuk bobot rata-rata 151-300 mg tidak lebih dari 2 tablet yang beratnya menyimpang lebih dari 7,5% dari bobot rata-rata dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 15% dari bobot rata-rata (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Persentase variasi bobot rata-rata tablet hisap susu kambing dari keempat formula menghasilkan beda dari 1,18-1,9%. Perhitungan selisih bobot rata-rata dalam satuan mg adalah selisih antara bobot rata-rata tablet dan bobot dalam satuan mg, sedangkan selisih bobot rata-rata dalam satuan (%) adalah perbandingan antara selisih bobot rata-rata dalam satuan mg dengan bobot dalam satuan mg dikalikan dengan 100%.
Keseragaman Ukuran. Keseragaman ukuran merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi keseragaman sediaan. Semakin tinggi keseragaman ukuran tablet yang dihasilkan, maka kualitas tablet akan semakin baik. Pengujian terhadap keseragaman ukuran tablet hisap susu kambing pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet sebanyak 20 tablet dengan menggunakan jangka sorong. Menurut Farmakope Indonesia III (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979), diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
Diameter tablet pada penelitian ini umumnya konstan yaitu 8,2 mm, sedangkan tebal tablet pada setiap formula bervariasi. Menurut Lachman et al.
(1994), ketebalan tablet dapat dipengaruhi oleh jumlah massa yang diisikan ke dalam
die, kerapatan massa tablet yang dicetak serta tekanan yang digunakan. Menurut Ansel (1989), untuk mendapatkan tablet dengan tebal yang sama selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan tetap sama. Apabila tekanan pada mesin yang digunakan konstan, maka variasi ukuran tablet yang dihasilkan dipengaruhi oleh sifat alir bahan tablet sehingga jumlah volume massa tablet pada pengisian die berubah-ubah. Menurut Lachman et al. (1994), ketebalan tablet harus terkontrol sampai perbedaan + 5%.
Hasil rataan ketebalan tablet hisap susu kambing berkisar antara 4,17-4,29 mm (Lampiran 3), sedangkan diameter tablet memiliki ukuran yang
seragam yaitu 8,20 mm (Lampiran 4). Hasil sidik ragam menunjukkan, bahwa perbedaan formula tablet hisap susu kambing tidak memberikan pengaruh terhadap keseragaman ukuran tablet. Hal ini mempunyai arti bahwa tablet hisap dengan formula yang berbeda memiliki keseragaman ukuran yang tinggi. Bobot tablet yang berbeda-beda pada setiap formula tablet hisap dapat menyebabkan ketebalan yang bervariasi.
Ketebalan tablet hisap susu kambing yang berbeda akan mempengaruhi pengemasan tablet, seperti yang diungkapkan Lachman et al. (1994), ketebalan tablet harus terkontrol guna memudahkan pengemasannya. Apabila volume materi yang akan dikemas tidak konsisten, maka kesulitan akan dialami dalam penggunaan unit dosis serta peralatan pengemas yang lain. Nilai rataan ketebalan dan diameter tablet
hisap susu kambing yang dihasilkan dari keempat formula, memenuhi syarat keseragaman ukuran menurut Farmakope Indonesia III (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
Komposisi Nutrisi Tablet Hisap Susu Kambing
Komposisi kimia yang dianalisis pada penelitian ini meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein. Nilai Rataan nutrisi tablet hisap susu kambing pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Rataan Analisis Kimia Tablet Hisap Susu Kambing
Parameter Formula A B C D Kadar Air (%BK) 5,65±0,84 5,14±0,90 5,12±0,51 5,32±0,29 Kadar Abu ( % BK) 6,37±0,37b 6,83±0,33ab 7,02±0,18a 7,31±0,36a Kadar Lemak (%BK) 1,73±0,08 1,65±0,22 1,46±0,07 1,56±0,10 Kadar Protein (%BK) 25,36±0,42 25,85±0,98 26,05±0,79 26,84±1,2
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Kadar Air. Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode oven yang bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam tablet hisap susu kambing yang dihasilkan. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan penerimaan, kesegaran dan daya tahan bahan itu (Winarno, 1997). Menurut Lieberman et al.(1989), kandungan air dalam tablet hisap sebaiknya 0,5-1,5%. Nilai rata-rata hasil pengukuran kadar air terhadap tablet hisap susu kambing berkisar 5,12-5,65%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan formula susu kambing tidak memberikan pengaruh terhadap kadar air tablet hisap. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air tablet hisap susu kambing tidak berbeda. Kadar air tablet hisap yang dihasilkan tidak memenuhi standar yang ditetapkan menurut Lieberman et al. (1989). Kadar air yang relatif tinggi dapat disebabkan masih adanya larutan pengikat yang tidak menguap sempurna pada proses pengeringan granul dan bahan aktif (susu bubuk skim) yang bersifat higroskopis.
Kadar Abu. Kadar abu merupakan parameter kemurnian produk, yang dipengaruhi oleh unsur-unsur mineral dalam bahan pangan tersebut (Winarno, 1997). Kadar abu
menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat menguap. Nilai rata-rata kadar abu berkisar 6,37-7,31%. Hasil sidik ragam menunjukkan, bahwa kadar abu tablet hisap susu kambing dipengaruhi oleh perbedaan formula (P<0,05). Kadar abu tertinggi terdapat pada formulasi D dan kadar abu terkecil pada formula A
Berdasarkan Voigt (1994), talk dan Mg stearat merupakan senyawa anorganik, sehingga semakin tinggi penggunaan senyawa tersebut, akan menyebabkan peningkatan kadar abu. Talk dan Mg stearat digunakan berdasarkan berat granul yang dihasilkan, sehingga talk dan Mg stearat yang digunakan dalam formula berbeda-beda. Penggunaan masing-masing talk dan Mg stearat secara berturut-turut yaitu formula A (3,05 dan 1,02 mg), formula B (3,04 dan 1,01 mg), formula C (2,98 dan 0,99 mg) dan formula D (2,44 dan 0,81 mg). Hasil yang diperoleh menunjukkan penggunaan talk dan Mg stearat yang semakin menurun menyebabkan kadar abu semakin meningkat, berlawanan dengan persyaratan Voigt (1994). Hal ini mungkin disebabkan oleh proses pencampuran granul secara manual yang tidak merata, yang mengakibatkan talk dan Mg stearat tidak tersebar secara homogen di dalam campuran. Uji lanjut dengan menggunakan Duncan diperoleh bahwa tablet hisap formula A memiliki kadar abu yang lebih rendah dibandingkan tablet hisap dengan formula C dan D, tetapi tidak berbeda terhadap formula B. Kandungan magnesium yang tinggi dalam tablet sangat penting untuk menghambat proses osteoporosis.
Kadar Lemak. Kadar lemak tablet hisap susu kambing yang dihasilkan berkisar antara 1,46-1,73%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan formula tablet hisap susu kambing tidak memberikan pengaruh terhadap kadar lemak tablet hisap susu kambing (P>0,05). Hal ini dapat terjadi karena aspartam dan mannitol bukan merupakan bahan pangan sumber lemak, sehingga pengaruhnya terhadap kandungan lemak tablet hisap tidak terlihat nyata. Kadar lemak yang meningkat dari 0,83% (BK) dalam susu skim bubuk menjadi 6,37% (formula A); 6,83% (formula B); 7,02% (formula C) dan 7,31% (formula D) dalam tablet hisap dikarenakan adanya penambahan magnesium stearat yang merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak.
Kadar Protein. Kandungan protein yang terdapat dalam tablet hisap susu kambing diperoleh dari kandungan protein susu kambing skim bubuk yang merupakan bahan dasarnya. Nilai rata-rata hasil analisis kadar protein terhadap tablet hisap susu kambing pada formula yang berbeda berkisar 25,36-26,84%. Berdasarkan sidik ragam, perbedaan formula tidak berpengaruh terhadap kadar protein tablet hisap susu kambing yang dihasilkan (P>0,05). Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya konsentrasi aspartam yang ditambahkan kedalam setiap formula tablet hisap, sehingga sumber protein utama dalam tablet hisap berasal dari susu skim bubuk yang digunakan dalam jumlah yang sama pada setiap formula yaitu sebesar 65%. Penurunan kadar protein dalam tablet hisap di bandingkan dalam susu skim bubuk karena penambahan bahan-bahan penyusun tablet sebesar ± 35% dan kontribusi dari setiap bahan berbeda-beda.
Penilaian Organoleptik Tablet Hisap Susu Kambing
Penilaian organoleptik terhadap tablet hisap susu kambing dilakukan dengan uji mutu hedonik dan uji hedonik. Penilaian organoleptik yang dilakukan berguna