• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Kondisi Lingkungan

Wilayah Kecamatan Bogor Barat Kelurahan Situ Gede memiliki kondisi geografis yang berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Semplak Barat - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bubulak - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Cikarawang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Balumbang Jaya

Wilayah kelurahan Situgede memiliki total luas wilayah 232.47 ha dengan luas areal sawah 67.9 ha atau 30 % dari total luas wilayah Situgede, berada pada ketinggian 250 m diatas permukaan laut. Rata-rata curah hujan yang tercatat di wilayah Kelurahan Situgede 3 219 - 4 671 mm/tahun (Sys, 1985 dalam Sinaga, 2009). Rata-rata suhu dan kelembaban yang tercatat pada saat pengambilan data berkisar 23.6 – 33.2 0C dan 50 – 97 %. Ketersediaan air dari curah hujan dan saluran irigasi untuk budidaya tanaman padi di Kelurahan Situgede ini merupakan salah satu faktor yang mendukung pola tanam padi sepanjang tahun. Varietas padi yang dibudidayakan adalah varietas lokal Mekonga.

Tanaman padi sawah memerlukan media lumpur untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan yang baik bagi tanaman padi yaitu pada seluruh lapisan permukaan tanah harus berada dalam keadaan lumpur yang lunak, sehingga akar padi dapat tumbuh dengan bebas tanpa dihambat oleh lapisan tanah keras (De Datta, 1981 dalam Sinaga, 2009). Selain itu lapisan lumpur akan memudahkan dalam kegiatan penyiangan, gulma yang tersiangi akan terangkat sampai pada perakarannya.

Kondisi lahan sawah yang digunakan pada penelitian ini merupakan lahan tadah hujan dan irigasi dengan jenis tanah Ultisol (mengandung sedikit lempung) berwarna merah dan memiliki kedalaman tanah (lapisan lumpur) berkisar antara 6–25cm. Lahan sawah memiliki kemiringan yang berbeda, sehingga lahan terbagi dalam luasan petak kecil. Topografi dan tekstur tanah antar petakan lahan berbeda. Hal ini terlihat saat air tergenang atau digenangi secara bersamaan maka ketinggian genangan di setiap petakan lahan berbeda yang akhirnya akan membentuk kondisi pelumpuran yang berbeda pula. Pada beberapa petakan sawah

masih terdapat lahan dengan kondisi tanah sedikit keras (lapisan lumpur tipis) yang akan mengakibatkan penyiangan kurang sempurna. Sementara itu syarat kondisi tanah sawah untuk dapat dilakukan penyiangan sempurna (secara manual, semi-mekanis dan mekanis) yaitu kondisi tanah berlumpur dengan genangan air macak-macak.

Kondisi lahan sawah di lokasi pengujian berbentuk terasering, sehingga mengakibatkan kondisi tanah antar petak berbeda. Pada petak lahan yang berada dekat dengan sumber air memiliki genangan air tinggi sehingga kondisi tanah memiliki lapisan lumpur tinggi sedangkan pada petak lahan yang sangat jauh dari sumber air dan air sulit untuk mengalir memiliki genangan air sedikit serta lapisan lumpur menjadi tipis.

Analisa Teknis Ergonomika

- Kalibrasi Subjek/operator dengan Metode Step Test

Sebelum dilakukan pengukuran beban kerja pada setiap subjek, perlu dilakukan proses kalibrasi menggunakan metode step test dengan tujuan untuk mengetahui korelasi antara denyut jantung dengan peningkatan beban kerja masing-masing subjek karena tiap subjek memiliki karakteristik dan kemampuan fisiologis (kemampuan cardio-vaskuler dan serat otot) yang berbeda-beda.

A. Subjek Laki-laki

Pada Gambar 20 terlihat hasil pengukuran denyut jantung pada saat step test untuk subjek laki-laki (M2). Di dalam gambar terlihat bahwa grafik denyut jantung pada step test pertama kali mengalami fluktuatif sangat besar. Hal ini dapat diindikasikan bahwa subjek tersebut mengalami kondisi yang tidak stabil, seperti merasa tegang ataupun merasa salah tingkah akibat menyesuaikan diri dengan instrumentasi yang digunakan pada tubuhnya. Namun demikian, grafik denyut jantung yang dihasilkan oleh subjek M2

sesuai dengan pola step test di mana denyut jantung subjek semakin meningkat seiring dengan meningkatnya ritme/frekuensi step test.

ST M2 70 80 90 100 110 120 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Waktu (menit) H e a rt R a te ( b p m ) Keterangan:

Rn : Rest/Istirahat ke-n ST1 : Step test dengan ritme 15 siklus/mnt ST2 : Step test dengan ritme 20 siklus/menit ST3 : Step test dengan ritme 25 siklus/mnt ST4 : Step test dengan ritme 30 siklus/menit

Gambar 20. Grafik pemetaan denyut jantung subjek M2 pada saat step test

Di dalam setiap kegiatan step test harus diawali dan diselingi istirahat untuk setiap satu siklus untuk menormalisasikan kembali denyut jantung yang kemudian melakukan satu siklus step test lanjutan pada frekuensi yang lebih cepat. Secara umum untuk mendapatkan nilai denyut jantung (HR) pada saat istirahat diambil rata-rata data yang memiliki nilai terendah dan dianggap stabil setelah menit ke-3 pada saat mulai istirahat. Demikian pula sebaliknya untuk mendapatkan nilai denyut jantung (HR) pada saat bekerja diambil nilai rata-rata data setelah menit ketiga (pada saat kondisi sudah mencapai masa aerob). Pengambilan nilai rata-rata data juga tidak diperkenankan pada waktu akhir melakukan pekerjaan. Karena pada kondisi tersebut sudah mencapai masa anaerob dan faktor psikis dari pengaruh lingkungan juga sangat mempengaruhi denyut jantung yang dihasilkan.

ST1 ST2 ST4

B. Subjek Perempuan

Pada Gambar 21, grafik pemetaan denyut jantung subjek perempuan (F2) terlihat bahwa pada saat awal istirahat setelah menjalani step test mengalami denyut jantung yang sangat fluktuatif. Hal ini dikarenakan subjek masih terpengaruh oleh kondisi sekitarnya serta berusaha untuk menyesuaikan dengan instrumentasi yang digunakan. Pola denyut jantung yang terekam dari subjek sesuai dengan pola denyut jantung hasil step test yaitu meningkat mengikuti peningkatan ritme/frekuensi step test.

STF2 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Waktu (menit) He a rt Ra te ( b p m ) Keterangan:

Rn : Rest/Istirahat ke-n ST1 : Step test dengan ritme 15 siklus/menit ST2 : Step test dengan ritme 20 siklus/menit ST3 : Step test dengan ritme 25 siklus/menit ST4 : Step test dengan ritme 30 siklus/menit

Gambar 21. Grafik pemetaan denyut jantung subjek F2 pada saat step test

Nilai denyut jantung (HR) yang diperoleh pada waktu melakukan masing- masing step test kemudian dibandingkan dengan nilai HR pada saat istirahat untuk memperoleh nilai IRHR (Increase ratio of heart rate) pada saat kalibrasi. Hasil IRHR terdapat pada Tabel 7.

ST1 ST2 ST4

Tabel 7. Nilai IRHR dan TEC masing-masing subjek pada saat kalibrasi

Pada Tabel 7 terlihat bahwa untuk beban kerja yang relatif sama diperoleh nilai IRHR yang berbeda untuk masing-masing subjek. Perbedaan nilai terjadi karena kemampuan fisiologis masing-masing subjek berbeda dalam merespon beban kerja. Kemampuan fisiologis ini berkaitan dengan kemampuan cardio- vaskuler (jantung) dan anatomi serat otot masing-masing subjek. Nilai denyut jantung yang dihasilkan masing-masing subjek pada setiap step test dengan frekuensi yang berbeda terlihat bahwa semakin tinggi frekuensi maka semakin tinggi tingkat denyut jantung yang dihasilkan. Terlihat dari data denyut jantung laki-laki saat step test pada ritme yang lebih tinggi semakin besar. Hal ini akan berpengaruh pada nilai korelasi yang akan dihasilkan antara IRHR dan TEC saat

step test untuk menghasilkan nilai total energi (TEC) pada saat bekerja

(penyiangan). Nilai total energi yang dihasilkan saat step test, selain dipengaruhi oleh frekuensi siklus juga dipengaruhi oleh berat dan tinggi badan masing-masing subjek.

Adanya perbedaan respon fisiologis pada subjek yang berbeda maka perlu dilakukan pemetaan hubungan antara IRHR dengan TECst yang diterima masing- masing subjek. Hubungan antar nilai IRHR dengan TECst dari subjek laki-laki M3 menghasilkan sebuah persamaan grafik seperti terlihat pada Gambar 22. Sedangkan persamaan grafik subjek lainnya disajikan dalam lampiran.

IRHR TECst (kkal/menit)

Subjek Kelamin Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (cm) ST1 ST2 ST3 ST4 ST1 ST2 ST3 ST4 F1 W 63 153.6 1.29 1.35 1.46 1.60 1.10 1.47 1.84 2.21 F2 W 55 137.6 1.38 1.40 1.42 1.60 0.96 1.28 1.60 1.93 F3 W 48 148 1.12 1.19 1.26 1.34 0.84 1.12 1.40 1.68 M1 P 50 150 1.45 1.76 1.93 2.05 0.88 1.17 1.46 1.75 M2 P 48 150 1.24 1.27 1.51 1.61 0.84 1.12 1.40 1.68 M3 P 36 144.2 1.19 1.25 1.33 1.42 0.63 0.84 1.05 1.26

subjek M3 y = 0.3667x + 0.951 R2 = 0.9923 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 0 0,5 1 1,5 2 TEC IRHR

Gambar 22. Grafik korelasi IRHR dengan TECst pada subjek laki-laki M3

subjek F3 y = 0.2592x + 0.9014 R2 = 0.999 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 0 0,5 1 1,5 2 TEC IRHR

Gambar 23. Grafik korelasi IRHR dengan TECst pada subjek perempuan

Pada Gambar 23 menunjukkan grafik respon denyut jantung (IRHR) subjek perempuan F3 akibat adanya beban kerja yang diterima. Persamaan grafik yang dihasilkan oleh masing-masing subjek akan berbeda karena dipengaruhi oleh kemampuan fisiologis (kemampuan cardio-vaskuler dan serat otot) masing-masing subjek. Secara umum persamaan yang dihasilkan

adalah y = aX + b dimana nilai a menunjukkan gradien/kemiringan grafik yang artinya setiap perubahan nilai y disebabkan oleh adanya perubahan nilai a terhadap satuan nilai X. Grafik tersebut memiliki batas maksimal untuk nilai IRHR dan TEC tergantung kapasitas maksimal jantung masing-masing subjeknya. Dari hasil penelitian diperoleh nilai maksimal IRHR 2.05 sedangkan nilai TEC maksimal saat step test diperoleh 2.21 kkal/menit.

- Pengukuran Beban Kerja Fisik Beban Kerja Kuantitatif

Sebagai kontrol terhadap kondisi denyut jantung subjek, sebelum pengukuran denyut jantung saat bekerja terlebih dahulu melakukan istirahat awal dan step test pada ritme 20 siklus/menit selama 5 menit. Apabila nilai HR step test sebelum bekerja tidak jauh berbeda dengan step test saat kalibrasi dapat dipastikan bahwa kondisi denyut jantung subjek kurang lebih sama.

Pada masing-masing subjek memiliki karakteristik fisik dan respon fisiologis yang berbeda-beda terhadap beban kerja sehingga diperlukan suatu fungsi hubungan antara respon fisiologis dengan beban kerja yang diterima oleh subjek dengan cara mengetahui nilai IRHR dan TEC saat step test. Dari hasil pengukuran untuk masing-masing subjek laki-laki dan perempuan diperoleh persamaan hubungan antara nilai IRHR dan TEC saat step test

seperti yang terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Persamaan korelasi nilai IRHR dan TEC step test

Dari persamaan-persamaan yang diperoleh dari grafik linier hubungan denyut jantung dan beban kerja saat step test kemudian digunakan untuk mengetahui konsumsi energi yang dikeluarkan pada saat bekerja (penyiangan)

Subjek Persamaan grafik

M1 y = 0.686x + 0.896 M2 y = 0.482x + 0.799 M3 y = 0.367x + 0.951 F1 y = 0.281x + 0.959 F2 y = 0.214x + 1.140 F3 y = 0.259x + 0.901 Keterangan : y = nilai IRHR, x = nilai TEC

dengan memasukkan nilai IRHR saat bekerja masing-masing subjek kedalam persamaan. Sehingga diperoleh nilai konsumsi energi sebagai berikut :

Penyiangan Manual (Hand Weeding)

Nilai kebutuhan energi yang diperlukan untuk kegiatan penyiangan secara manual pada subjek perempuan diperoleh dengan cara menginterpolasi nilai IRHR saat bekerja kedalam masing-masing fungsi persamaan. Hasil perhitungan nilai kebutuhan energi untuk subjek perempuan tercantum pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisa Beban Kerja Penyiangan Manual (Hand Weeding) subjek Perempuan

Subjek BB IRHR work Avg. Avg. Avg.WEC'

kg 1 2 3 4 IRHR Avg. IRHR TEC kkal/min WEC

kkal/min kal/kg min F1 63 1.56 1.73 1.74 1.42 1.61

F2 55 1.40 1.40 1.56 1.41 1.44 1.52 2.04 1.17 21.65 F3 48 1.56 1.60 1.44 1.48 1.52

Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa subjek perempuan nilai rata-rata untuk kebutuhan energi (WEC) diperoleh sebesar 1.17 kkal/menit, total energi (TEC) sebesar 2.04 kkal/menit, dan nilai normalisasi kebutuhan energi (WEC') adalah sebesar 21.65 kal/kg menit. Dari nilai rata-rata IRHR yang diperoleh untuk penyiangan secara manual termasuk dalam kategori pekerjaan berat bagi subyek wanita.

Sedangkan untuk pekerjaan yang sama dan dilakukan oleh subjek laki- laki diperoleh nilai rata-rata kebutuhan energi (WEC) sebesar 0.32 kkal/menit, total energi (TEC) rata-rata sebesar 1.16 kkal/menit dan nilai normalisasi kebutuhan energi (WEC') sebesar 7.13 kal/kg menit (Tabel 10). Dari nilai rata- rata IRHR yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai pekerjaan ringan bagi subyek laki-laki.

Tabel 10. Analisa Beban Kerja Penyiangan Manual (Hand Weeding) Subjek Laki-laki

Subjek BB IRHR work Avg. Avg. Avg.WEC'

kg 1 2 3 4 IRHR Avg. IRHR TEC kkal/min WEC

kkal/min kal/kg min M1 50 1.58 1.70 1.65 1.62 1.64

M2 48 1.48 1.54 1.41 1.42 1.46 1.48 1.16 0.32 7.13 M3 36 1.35 1.35 1.29 1.31 1.33

Penyiangan menggunakan penyiang tipe Gasrok (Indonesian Weeder)

Dari hasil pengukuran denyut jantung yang dilakukan masing-masing subjek pada kegiatan penyiangan menggunakan tipe gasrok (Tabel 11) terlihat bahwa pada subjek perempuan nilai rata-rata untuk kebutuhan energi (WEC) diperoleh sebesar 2.32 kkal/menit, total energi (TEC) sebesar 3.19 kkal/menit, dan nilai normalisasi kebutuhan energi (WEC') adalah sebesar 42.79 kal/kg menit. Berdasarkan nilai rata-rata IRHR yang diperoleh untuk subyek wanita pekerjaan penyiangan menggunakan tipe gasrok dikategorikan sebagai pekerjaan berat.

Tabel 11. Analisa Beban Kerja Penyiang tipe Gasrok (Indonesian Weeder) Subjek Perempuan

Subjek BB IRHR work Avg. Avg. Avg.WEC'

kg 1 2 3 4 IRHR Avg. IRHR TEC kkal/min WEC

kkal/min kal/kg min F1 63 2.04 1.83 1.74 1.81 1.85

F2 55 1.91 1.69 1.75 1.69 1.76 1.81 3.19 2.32 42.79 F3 48 1.82 1.91 1.77 1.71 1.80

Sedangkan untuk pekerjaan yang sama dan dilakukan oleh subjek laki-laki diperoleh nilai rata-rata kebutuhan energi (WEC) sebesar 0.43 kkal/menit, total energi (TEC) rata-rata sebesar 1.27 kkal/menit dan nilai normalisasi kebutuhan energi (WEC') sebesar 9.86 kal/kg menit (Tabel 12). Nilai rata-rata IRHR yang diperoleh, dikategorikan sebagai pekerjaan ringan sampai sedang bagi subyek laki-laki.

Tabel 12. Analisa Beban Kerja Penyiang tipe Gasrok (Indonesian Weeder) Subjek Laki-laki

Subjek BB IRHR work Avg. Avg. Avg.WEC'

kg 1 2 3 4 IRHR Avg. IRHR TEC kkal/min WEC

kkal/min kal/kg min M1 50 1.63 1.59 1.55 1.53 1.58

M2 48 1.43 1.60 1.50 1.77 1.58 1.51 1.27 0.43 9.86 M3 36 1.41 1.43 1.33 - 1.39

Penyiangan menggunakan penyiang tipe roller (Japanese Weeder)

Dari data pengukuran denyut jantung yang dilakukan masing-masing subjek pada kegiatan penyiangan menggunakan penyiang tipe roller (Tabel 13) menunjukkan bahwa pada subjek perempuan diperoleh nilai rata-rata untuk kebutuhan energi (WEC) sebesar 1.69 kkal/menit, total energi (TEC) sebesar 2.56 kkal/menit, dan nilai normalisasi kebutuhan energi (WEC') adalah sebesar 31.67 kal/kg menit.

Tabel 13. Analisa Beban Kerja Penyiang tipe roller (Japanese weeder) Subjek Perempuan

Subjek BB IRHR work Avg. Avg. Avg.WEC'

kg 1 2 3 4 IRHR Avg. IRHR TEC kkal/min WEC

kkal/min kal/kg min F1 63 1.87 1.65 1.49 1.69 1.68

F2 55 1.71 1.45 1.50 1.48 1.54 1.65 2.56 1.69 31.67 F3 48 1.68 1.92 1.71 1.68 1.75

Sedangkan untuk pekerjaan yang sama dan dilakukan oleh subjek laki-laki diperoleh nilai rata-rata kebutuhan energi (WEC) sebesar 0.66 kkal/menit, total energi (TEC) rata-rata sebesar 1.50 kkal/menit dan nilai normalisasi kebutuhan energi (WEC') sebesar 14.76 kal/kg menit (Tabel 14). Berdasarkan nilai rata-rata IRHR yang diperoleh untuk penyiangan menggunakan tipe roller dikategorikan sebagai pekerjaan sedang bagi subyek perempuan maupun laki-laki.

Tabel 14. Analisa Beban Kerja Penyiang tipe roller (Japanese Weeder) Subjek Laki-laki

SubjekBB IRHR work Avg. Avg. Avg.WEC'

kg 1 2 3 4 IRHR Avg. IRHR TEC kkal/min WEC

kkal/min kal/kg min M1 50 1,97 1,77 1,99 1,97 1,92

M2 48 1,41 1,74 1,66 1,74 1,64 1.66 1.50 0.66 14.76 M3 36 1,40 1,40 1,36 1,50 1,42

Penyiangan menggunakan penyiang bermotor (Power Weeder)

Dari hasil pengukuran denyut jantung yang dilakukan masing-masing subjek pada saat melakukan kegiatan penyiangan menggunakan penyiang bermotor diperoleh hasil (Tabel 15) bahwa pada subjek perempuan diperoleh nilai rata-rata untuk kebutuhan energi (WEC) sebesar 1.23 kkal/menit, total energi (TEC) sebesar 2.09 kkal/menit, dan nilai normalisasi kebutuhan energi (WEC') adalah sebesar 22.58 kal/kg menit.

Tabel 15. Analisa Beban Kerja Penyiang Bermotor (Power Weeder) Subjek Perempuan

Subjek BB IRHR work Avg. Avg. Avg.WEC'

kg 1 2 3 4 IRHR Avg. IRHR TEC kkal/min WEC

kkal/min kal/kg min F1 63 1.65 1.57 1.48 1.73 1.61

F2 55 1.64 1.39 1.38 1.52 1.48 1.54 2.09 1.23 22.58 F3 48 1.69 1.42 1.46 1.46 1.51

Sedangkan untuk pekerjaan yang sama dan dilakukan oleh subjek laki-laki diperoleh nilai rata-rata kebutuhan energi (WEC) sebesar 0.48 kkal/menit, total energi (TEC) rata-rata sebesar 1.32 kkal/menit dan nilai normalisasi kebutuhan energi (WEC') sebesar 10.36 kal/kg menit (Tabel 16). Nilai rata- rata IRHR yang diperoleh untuk penyiangan menggunakan alat mekanis dikategorikan sebagai pekerjaan sedang bagi subyek perempuan maupun laki- laki.

Tabel 16. Analisa Beban Kerja Penyiang Bermotor (Power Weeder) Subjek Laki-laki

Subjek BB IRHR work Avg. Avg. Avg.WEC'

kg 1 2 3 4 IRHR Avg. IRHR TEC kkal/min WEC

kkal/min kal/kg min M1 50 1.93 1.64 1.54 1.69 1.70

M2 48 1.89 1.62 1.62 1.48 1.65 1.55 1.32 0.48 10.36 M3 36 1.31 1.30 1.39 1.27 1.32

Nilai normalisasi kebutuhan energi (WEC') dari seluruh subjek (laki-laki dan perempuan) pada masing-masing tipe penyiangan yang digunakan diperoleh bahwa nilai WEC' subjek perempuan lebih besar dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan karena berat badan seseorang juga mempengaruhi beban kerja yang diterimanya.

Berdasarkan hasil pengukuran seluruh kegiatan penyiangan menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan untuk melakukan semua kegiatan penyiangan bagi subjek/operator perempuan membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan operator laki-laki (Tabel 18). Hal ini disebabkan karena laki-laki memiliki kemampuan fisik dan kekuatan kerja otot yang lebih besar dibanding perempuan (Tabel 17). Hal ini dipertegas dalam hasil analisa Hendra (2005), bahwa laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik, serta kekuatan kerja ototnya. Pada saat wanita diberi beban dengan berat yang sama dengan laki-laki maka perempuan akan mengeluarkan kekuatan otot lebih besar dibanding subjek/operator laki-laki. Sehingga perempuan akan membutuhkan energi lebih besar dalam melakukan pekerjaan yang sama.

Perbedaan yang besar antara nilai total kebutuhan energi subjek laki-laki dan perempuan (Tabel 18) disebabkan karena nilai denyut jantung subjek laki- laki saat step test setiap kali peningkatan beban kerja lebih besar dibanding subjek perempuan. Sehingga mengakibatkan persamaan korelasi yang diperoleh dari grafik pemetaan titik-titik TEC dan IRHR saat step test

memiliki nilai "a" yang lebih besar (Tabel 8). Hal ini sangat berpengaruhi pada nilai WEC yang dihasilkan. Nilai "a" yang dihasilkan pada persamaan grafik (Tabel 8) menunjukkan kemiringan garis linier yang terbentuk berarti perubahan nilai TEC yang dipengaruhi oleh nilai IRHR, semakin besar nilai "a" maka semakin kecil perubahan nilai TEC ketika nilai IRHR bertambah

maupun berkurang. Sehingga nilai WEC yang dihasilkan lebih kecil, hal ini juga dipengaruhi oleh nilai basal metabolik yang dihasilkan oleh masing- msing subjek.

Faktor luar (misal: kondisi tanah sawah) diduga juga mempengaruhi kebutuhan besarnya energi yang diperlukan oleh seorang operator untuk melakukan penyiangan. Jenis tanah sawah yang berlumpur dan liat atau keras akan mengakibatkan subjek/operator akan mengeluarkan energi lebih besar untuk mencabut gulma. Selain itu kondisi psikis seseorang juga akan sangat mempengaruhi tingkat beban kerja yang dihasilkan.

Berdasarkan Tabel 18 nilai kebutuhan energi yang diperoleh dengan menggunakan alat lebih besar dibandingkan penyiangan secara manual. Hal ini selain disebabkan karena beban fisik yang ditimbulkan, beban psikis subjek di dalam mengendalikan suatu alat juga mempengaruhi kebutuhan energi yang dihasilkan.

Beban Kerja Kualitatif

Pengukuran nilai beban kerja kualitatif dilakukan berdasarkan rasio nilai denyut jantung pada saat bekerja dengan nilai denyut jantung pada saat istirahat (IRHR). Berdasarkan hasil pengukuran pada masing-masing subjek diperoleh nilai denyut jantung dan tingkat beban kerja seperti pada Tabel 17.

Tabel 17. Nilai Rata-rata IRHR subjek pada masing-masing tipe penyiang

Pada Tabel 17 terlihat bahwa nilai rata-rata denyut jantung yang dihasilkan oleh subjek perempuan lebih besar dibanding subjek laki-laki. Hal ini disebabkan karena tingkat denyut jantung dipengaruhi oleh kekuatan kerja otot

Tipe penyiangan IRHR Tingkat

Perempuan Laki-laki Beban kerja

Hand Weeding 1.52 1.48 Ringan - Sedang Indonesian Weeder 1.81 1.51 Sedang - Berat Japanese Weeder 1.65 1.66 Sedang Power Weeder 1.54 1.55 Sedang

manusia. Seseorang yang memiliki kekuatan kerja otot besar maka akan menghasilkan tingkat denyut jantung yang rendah. Sehingga dari Tabel 17 dapat dikatakan bahwa subjek laki-laki memiliki kekuatan kerja otot yang lebih besar dibanding subjek perempuan.

Nilai denyut jantung yang dihasilkan oleh subjek perempuan maupun laki- laki pada penggunaan alat penyiang mekanis termasuk dalam kategori pekerjaan dengan tingkat beban kerja sedang. Hal ini berarti bahwa dalam penggunaan alat penyiang mekanis ini, pada prinsipnya mampu dikendalikan/ digunakan oleh semua subjek (laki-laki dan perempuan).

Tabel 18. Tabulasi nilai rata-rata denyut jantung dan konsumsi energi subjek

Tipe penyiangan Laki-laki Perempuan

IRHR TEC kkal/min WEC kkal/min IRHR TEC kkal/min WEC kkal/min Hand weeding 1.48 1.16 0.32 1.52 2.04 1.17 Indonesian weeder 1.51 1.27 0.43 1.81 3.19 2.32 Japanese weeder 1.66 1.50 0.66 1.65 2.56 1.69 Power weeder 1.55 1.32 0.48 1.54 2.09 1.23

- Tingkat Kebisingan dan Getaran yang ditimbulkan alat mekanis

Kebisingan dan getaran yang dihasilkan oleh alat dan mesin pertanian pada saat dioperasikan dikhawatirkan akan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan dan kenyamanan kerja operatornya, khususnya pada bagian anatomi organ tubuh manusia yang sensitif terhadap pengaruh getaran dan kebisingan. Akibat yang timbul dapat berupa kelelahan tubuh yang terakumulasi.

Penyiangan menggunakan Power Weeder juga akan menghasilkan getaran dan kebisingan, oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan pada kondisi alat tersebut mampu berjalan di lahan dengan kecepatan konstan.

Pengamatan di lahan pada saat power weeder dioperasikan pada putaran mesin 6350 rpm dengan kedalaman lapisan lumpur antara 10 cm – 25 cm menghasilkan tingkat kebisingan yang diterima oleh operator sebesar 45 – 48

dB. Sedangkan tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh motor penggerak berkisar 83 – 86 dB.

Atas dasar standar tingkat kebisingan yang dikeluarkan oleh DOD (The U.S Department of Defense Standard) maka untuk kisaran kebisingan 83 – 86 dB, maka operator hanya diijinkan untuk mengoperasikannya maksimal selama 5 – 9 jam/hari. Kondisi tempat kerja juga mempengaruhi tingkat kebisingan, artinya pada saat bekerja di dalam ruangan dan luar ruangan tingkat kebisingan juga akan memberikan efek yang berbeda di telinga operator.

Getaran yang dihasilkan oleh power weeder pada saat dioperasikan dengan kecepatan putaran mesin 6350 rpm mencapai ukuran getaran antara 0.8 sampai dengan 4,4m/s2 (Tabel 19). Sedangkan nilai kebisingan dan tingkat getaran yang dihasilkan untuk seluruh perlakuan penyiangan dengan power weeder terdapat pada Tabel 19.

Tabel 19. Nilai kebisingan dan getaran akibat oleh alat mekanis (power weeder)

Subjek Kebisingan (dB) Getaran

operator m/s2 F1 45 0.8 F2 47 2.7 F3 48 1.4 M1 46 1.5 M2 47 1.2 M3 48 4.4 Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, getaran yang dihasilkan oleh alat mekanis tersebut masih berada pada kondisi yang tidak membahayakan atau kondisi yang tidak menyebabkan kelelahan. Untuk menghindari akibat negatif dari penggunaan alat mekanis, dalam pengoperasiannya sebaiknya dilakukan istirahat selang waktu 2 – 4 jam selama 15 menit terutama untuk relaksasi otot-otot tangan.

Kapasitas Kerja

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh masing-masing subjek/operator diperoleh waktu efektif masing-masing alat pada kegiatan penyiangan secara manual, tipe gasrok, tipe roller, mekanis berturut-turut adalah 7.51 menit, 7.24 menit, 8.12 menit, 2.58 menit. Sehingga diperoleh nilai kapasitas kerja seperti pada Tabel 20.

Tabel 20. Nilai kapasitas kerja (ha/jam) pada beberapa tipe penyiangan Tipe penyiangan Perempuan Laki-laki

Hand Weeding 0.030 0.034 Indonesian Weeder 0.027 0.021 Japanese Weeder 0.026 0.031 Power Weeder 0.065 0.116

Tabel 20 menunjukkan bahwa masing-masing subjek/operator memiliki kapasitas kerja yang berbeda untuk penggunaan alat yang sama. Hal ini

Dokumen terkait