• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase benih berkecambah di penyimpanan (%)

Data sidik ragam benih berkecambah di penyimpanan disajikan pada lampiran 3. Dari hasil analisis sidik ragam setelah ditransformasi Arcsin terlihat bahwa perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 berpengaruh tidak nyata terhadap benih berkecambah di penyimpanan tetapi waktu pengeringan berpengaruh nyata terhadap benih berkecambah di penyimpanan. Interaksi antara keduanya juga berpengaruh tidak nyata terhadap benih berkecambah di penyimpanan. Rataan persentase benih berkecambah pada penyimpanan serta hasil uji beda rataan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan persentase benih berkecambah di penyimpanan (%)

Konsentrasi Larutan Osmotik

(% w/v)

Waktu Pengeringan (Jam)

Rataan T0 (0 jam) T1 (4 jam) T2 (8 jam) T3 (12 jam) T4 (16 jam)

P0 (0 (% w/v)) 1,25a 0,42a 0,42a 0,00a 0,00a 0,42 a

P1 (15 (% w/v)) 0,83a 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a 0,17 a

P2 (30 (% w/v)) 0,00a 0,00a 0,42a 0,00a 0,00a 0,08 a

P3 (45 (% w/v)) 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a 0,00 a

Rataan 0,52 a 0,10 b 0,21 ab 0,00 b 0,00 b 0,17

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Pada tabel 1 menunjukan persentase benih berkecambah di penyimpanan pada perlakuan waktu pengeringan tertinggi yaitu pada perlakuan T0 (0 Jam) sebesar 0,52 % sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan T3 (12 Jam) dan T4 (16 Jam) sebesar 0 %. Pada perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000, persentase benih berkecambah tertinggi pada perlakuan P0 (0 % w/v) sebesar 0,42 % sedangkan terendah pada perlakuan P3 (45 % w/v) sebesar 0 %.

Hubungan antara persentase benih berkecambah di penyimpanan dengan konsentrasi larutan osmotik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik terhadap benih berkecambah di penyimpanan.

Dari gambar 1 terlihat bahwa pemberian berbagai taraf konsentrasi larutan osmotik menghasilkan benih berkecambah di penyimpanan yang sangat rendah yaitu dibawah 1 %. Namun dari berbagai taraf konsentrasi larutan osmotik tersebut terlihat bahwa perlakuan P0 terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan taraf konsentrasi larutan osmotik lainnya.Tingginya jumlah benih berkecambah di penyimpanan pada benih tanpa PEG (P0) disebabkan karena tidak adanya larutan osmotik PEG 6000, sehingga respirasi pada benih berlangsung lebih cepat jika dibandingkan pada benih yang diberikan senyawa PEG. Peran dari PEG adalah menjaga benih mendekati keadaan isotonis, melalui pendekatan konsentrasi perlakuan PEG dimana tekanan osmosis diluar dan di dalam benih hampir sama sehingga masuk dan keluarnya air melalui imbibisi dan respirasi dapat ditekan, akhirnya perkecambahan benih dapat berkurang pada saat benih dalam periode penyimpanan. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Charloq (2004) yang menyatakan bahwa pada penyimpanan dua variasi benih yang berbeda dengan

y = -0,133x + 0,5 R² = 0,914 -0,10 -0,05 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 P0 P1 P2 P3 B enih B erk eca m ba h (% )

pemberian PEG, Setelah melewati periode penyimpanan selama 14 hari, persentase benih berkecambah di penyimpanan dapat ditekan hingga 14,05 % pada perlakuan PEG 45%. Menurut Imron (2013) bahwa Polyethylene Glycol (PEG) merupakan bahan yang dapat menimbulkan tekanan osmose bila terlarut dalam air. Hal ini telah dilakukan untuk menguji ketahanan benih terhadap kekeringan, PEG dengan berat molekul besar (lebih dari 4000) dapat menimbulkan tekanan osmose tanpa efek racun terhadap benih. PEG 4000 dan PEG 6000 pada konsentrasi 5% (m/v) menyebabkan berkurangnya ketersediaan oksigen dalam suatu larutan, makin tinggi konsentrasi PEG, makin rendah konsentrasi oksigen dalam larutan tersebut. Larutan PEG dan larutan gula konsentrasi tinggi merupakan reversible germinaton inhibitor sehingga tidak merugikan viabilitas benih jika dipergunakan untuk menekan perkecambahan benih rekalsitran.

Hubungan antara persentase benih berkecambah di penyimpanan dengan waktu pengeringan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh waktu pengeringan terhadap benih berkecambah di penyimpanan. y = -0,114x + 0,510 R²= 0,703 -0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 T0 T1 T2 T3 T4 B enih B erk eca m ba h (% )

Dari gambar 2 terlihat bahwa semakin lama waktu pengeringan menghasilkan benih berkecambah di penyimpanan yang semakin rendah yaitu 0 %.Benih karet merupakan benih rekalsitran yang pada umumnya tidak mempunyai masa dormansi sehingga dalam waktu singkat akan tumbuh (berkecambah) apabila tidak mendapat perlakuan tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu pengeringan mampu menekan benih berkecambah selama penyimpanan sampai 0 %. Pengeringan benih rekalsitran sangat sensitif hal berhubungan erat dengan pengurangan kadar air pada benih yang akan kita simpan. Menurut Kartasapoetra, (2003) benih sebagai organisme hidup, penyimpanannya sangat ditentukan oleh kadar air benih, jenis benih, tingkat kematangannya serta temperatur penyimpanan. Jadi dalam penyimpanannya (sebagai organisme hidup yang melakukan respirasi), dimana respirasi ini menghasilkan panas dan air dalam benih maka makin tinggi kadar airnya respirasi dapat berlangsung dengan cepat yang dapat berakibat: berlangsungnya perkecambahan, karena didukung oleh kelembaban lingkungan yang besar atau tinggi. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Sukarman dan Hasanah ( 2003) yang menyatakan bahwa penyimpanan benih pada kadar air 33-60% menyebabkan benih berkecambah. Sementara dari hasil penelitian (Syaiful dkk, 2003), rata-rata benih kakao yang berkecambah selama penyimpanan dengan kadar air yang berbeda berturut-turut sebagai berikut : pada kadar air 16- 20 % benih yang berkecambah 0,83 %, kadar air 21-25 % benih yang berkecambah 1,83 %, kadar air 26 – 30 % benih yang berkecambah 2,13 % dan kadar air 31-35 % benih yang berkecambah 2,50 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar air yang terkandung

dalam benih maka kemungkinan benih untuk berkecambah selama penyimpanan semakin tingggi.

Persentase benih berjamur di penyimpanan (%)

Data sidik ragam benih berjamur di penyimpanan disajikan pada lampiran 6. Dari hasil analisis sidik ragam setelah ditransformasi √y menunjukkan bahwa benih berjamur dalam penyimpanan berpengaruh nyata pada perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 tetapi berpengaruh tidak nyata pada perlakuan waktu pengeringan. Interaksi antara konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 dan waktu pengeringan berpengaruh nyata terhadap benih berjamur di penyimpanan. Rataan persentase benih berjamur pada penyimpanan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan persentase benih berjamur pada penyimpanan (%) Konsentrasi

Larutan Osmotik (% w/v)

Waktu Pengeringan (jam)

Rataan T0 (0 jam) T1 (4 jam) T2 (8 jam) T3 (12 jam) T4 (16 jam)

P0 (0 (% w/v)) 16,67ab 13,75bc 21,67a 19,58a 13,75bc 17,08 a

P1 (15 (% w/v)) 5,00defg 8,75cdef 5,83defg 5,00defg 9,58cd 6,83 b

P2 (30 (% w/v)) 4,58defg 8,33cdef 3,75efg 3,33fg 6,25defg 5,25 b

P3 (45 (% w/v)) 5,42defg 3,75efg 6,67defg 2,08g 9,17cde 5,42 b

Rataan 7,92a 8,65a 9,48a 7,50a 9,69a 8,65

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Pada tabel 2 menunjukan persentase serangan jamur tertinggi pada perlakuan waktu pengeringan T4 (16 Jam) sebesar 9,69 % sedangkan terendah diperoleh pada T3 (12 Jam) sebesar 7,50 %. Pada perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000, persentase serangan jamur tertinggi pada perlakuan P0 (0 % w/v) sebesar 17,08 % sedangkan terendah pada perlakuan P2 (30 % w/v) sebesar 5,25 %.

Hubungan antara persentase benih berjamur di penyimpanan dengan konsentrasi larutan osmotik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik terhadap benih berjamur di penyimpanan.

Berdasarkan tabel 2 dan gambar 3 dapat dilihat bahwa serangan jamur pada seluruh perlakuan pemberian larutan osmotik selama penyimpanan kurang dari 20%, hal ini dapat terjadi karena adanya pemberianfungisida yang mengandung bahan aktif phyraclostrobin dimana fungisida ini termasuk dalam kelompok yang secara kolektif dikenal sebagai strobilurins, yang menghambat respirasi pada mitokondria. Hal ini menyebabkan pengurangan ATP yang kaya energi yang tersedia untuk mendukung berbagai proses penting dalam sel jamur

sehingga menghambat pertumbuhan jamur pada benih yang disimpan (Declercq, 2004). Perlakuan pelapisan benih dengan larutan osmotik PEG secara

tidak langsung juga dapat menekan serangan jamur karena fungsi PEG yang dapat meniru potensial air pada benih dengan lingkungan simpan sehingga menekan laju respirasi benih saat penyimpanan, dan penambahan fungisida pada saat sebelum penyimpanan, hal ini juga sesuai dengan penelitian Charloq (2004) yang

y = -3,6583x + 17,792 R² = 0,6939 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 P0 P1 P2 P3 B enih B erj a m ur (% )

melaporkan bahwa pada penyimpanan dua variasi benih yang berbeda dengan pemberian PEG, setelah melewati periode penyimpanan selama 14 hari, persentase benih berjamur dapat ditekan hingga 14,28 % pada benih segar.

Hubungan antara persentase benih berjamur di penyimpanan dengan waktu pengeringan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh waktu pengeringan terhadap benih berjamur di penyimpanan.

Berdasarkan tabel 2 dan gambar 4 dapat dilihat bahwa serangan jamur selama penyimpanan pada seluruh perlakuan waktu pengeringan tergolong rendah yaitu dibawah 10 %. Masih timbulnya serangan jamur pada benih-benih rekalsitran sampai saat ini belum berhasil ditekan hingga 0 %, hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Misrun (2010), yang melaporkan bahwa pada penyimpanan 16 hari serangan jamur pada benih yang telah mendapat perlakuan fungisida, mencapai 24,70% dalam wadah simpan plastik berlubang. Ada dua dugaan timbulnya serangan jamur pada penelitian ini, yaitu benih karet sebagai benih rekalsitran memiliki kadar air yang sangat tinggi (35% - 48%). Pada kadar air 18-40%, benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih

y = 0,2396x + 7,9271 R² = 0,1584 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 T0 T1 T2 T3 T4 B enih B erj a m ur (% )

tinggi, serta benih peka terhadap serangan cendawan, hama dan kerusakan mekanis. Pada kadar air 13-18% aktivitas respirasi benih masih tinggi, benih peka terhadap cendawan dan hama gudang, tetapi tahan terhadap kerusakan mekanis (Sukarman dan Hasanah, 2003). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Purwanti (2004) yang menyatakan bahwa kadar air yang tinggi akan mendorong

laju respirasi benih menjadi sangat tinggi yang membuat kondisi penyimpanan menjadi lembab, kondisi yang lembab terjadi akibat panas dan uap air yang ditimbulkan dari respirasi benih yang tinggi. Sementara dugaan lain timbulnya serangan jamur adalah pada saat pengeringan benih setelah perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG, dimana benih dikeringkan pada suhu kamar dengan sirkulasi udara yang lancar, sehingga adanya kemungkinan jamur atau patogen terbawa oleh angin dan menempel pada benih. Hal ini juga dikemukakan oleh Yunasfi (2002) yaitu penyebaran sebagian besar jamur patogenik tumbuhan dari suatu tumbuhan yang sama bergantung pada kesempatan penyebaran oleh agensia-agensia seperti angin, air, burung, serangga, hewan lain serta manusia. Jamur terutama disebarkan dalam bentuk spora, jauhnya spora tersebar bervariasi yang tergantung pada agensia penyebarannya. Angin mungkin agensia penyebaran spora yang paling penting dari sebagian besar jenis jamur, serta angin dapat membawa spora dengan jarak yang jauh.

Kadar air benih (%)

Kadar air benih sebelum masa penyimpanan (%)

Data sidik ragam persentase kadar air benih sebelum masa penyimpanandisajikan pada lampiran 8. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 berpengaruh tidak nyata

terhadap kadar air benih sebelum masa penyimpanan tetapi waktu pengeringan berpengaruh nyata terhadap kadar air benih sebelum masa penyimpanan. Interaksi antara konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 dan waktu pengeringan juga berpengaruh nyata terhadap kadar air benih sebelum masa penyimpanan. Rataan persentase kadar air benih sebelum masa penyimpanan serta hasil uji beda rataan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan kadar air sebelum masa penyimpanan (%) Konsentrasi

Larutan Osmotik (% w/v)

Waktu Pengeringan (Jam)

Rataa n T0 (0 jam) T1 (4 jam) T2 (8 jam) T3 (12 jam) T4 (16 jam) P0 (0 (% w/v)) 42,20abc d 42,27abc

d 44,27a 37,20gh 34,40i 40,07a

P1 (15 (% w/v)) 43,20ab 42,67abc 39,93def 39,13efg 37,13gh 40,41a

P2 (30 (% w/v)) 43,80a 41,73abc d 38,80efg h 37,67fgh 36,87gh 39,77a P3 (45 (% w/v)) 40,80bcd

e 40,53cde 39,20efg 42,53abc 36,47hi 39,91a

Rataan 42,50 a 41,80 a 40,55 b 39,13 c 36,22 d 40,04 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar

perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Pada tabel 3 menunjukan kadar air tertinggi pada perlakuan waktu pengeringan T0 (0 Jam) sebesar 42,50 % sedangkan terendah diperoleh pada T4 (16 Jam) sebesar 36.22 %. Pada perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000, persentase kadar air tertinggi pada perlakuan P1 (15 % w/v) sebesar 40.41 % sedangkan terendah pada perlakuan P2 (30 % w/v) sebesar 39.77 %.

Hubungan antara kadar air benih sebelum masa penyimpanan dengan konsentrasi larutan osmotik dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik terhadap kadar air benih sebelum masa penyimpanan.

Dari gambar 5 terlihat bahwa pemberian berbagai taraf konsentrasi larutan osmotik menghasilkan kadar air benih sebelum masa penyimpanan yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan dengan rataan kadar air 40,04%, walaupun terdapat kadar air tertinggi pada perlakuan P1 (15 % w/v) sebesar 40.41 %. Hasil ini dapat dijelaskan dalam Prawiranata, dkk (1995) yaitu pergerakan air dari suatu larutan osmotik kedalam jaringan tanaman akibat adanya perbedaan potensial air dan potensial osmotik dengan jaringan tanaman. Benih mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Proses ini terjadi jika potensial osmotik larutan osmotik lebih rendah dari pada potensial osmotik sel-sel benih, maka air dapat masuk kedalam benih sampai terjadinya kesetimbangan potensial antara larutan dengan benih (isotonis). Larutan PEG 6000 20 % memiliki potensial osmotik lebih rendah dari potensial osmotik benih, sehingga air yang berada dalam larutan PEG 6000 20 % ini mampu masuk dan menembus sel-sel benih.Sehingga diduga potensial osmotik pada PEG 6000 15 %

y = -0,112x + 40,32 R² = 0,2739 39,40 39,60 39,80 40,00 40,20 40,40 40,60 P0 P1 P2 P3 K a da r Air B enih ( % )

lebih rendah dari benih karet yang disimpan. Masuknya air ini menyebabkan peningkatan kadar air benih setelah perlakuan.

Hubungan antara kadar air benih sebelum masa penyimpanan dengan waktu pengeringan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air benih sebelum masa penyimpanan.

Pengeringan benih adalah suatu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam benih, dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama. Kandungan air benih sangat menentukan lamanya penyimpanan. Dari gambar 6 terlihat bahwa semakin lama waktu pengeringan menyebabkan kadar air benih yang semakin rendah pula. Sesuai pernyataan King dan Roberts (1980) yaitu karakteristik benih rekalsitran diantaranya benih ini mempunyai kadar air tinggi 50 – 70 %, tidak tahan pada kondisi suhu tinggi, daya simpan benih ini singkat, sangat peka terhadap penurunan kadar air

benih. Kadar air tertinggi pada perlakuan waktu pengeringan T0 (0 Jam) sebesar

42,50 % sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan waktu pengeringan T4 (16 Jam) sebesar 36.22 % hal ini termasuk kadar air yang aman untuk

penyimpanan. Berdasarkan pernyataan Rahardjo (1992) yaitu kadar air awal

y = -1,5233x + 44,61 R² = 0,9338 32,00 34,00 36,00 38,00 40,00 42,00 44,00 T0 T1 T2 T3 T4 K a da r Air B enih ( % )

penyimpanan benih rekalsitran yang aman untuk penyimpanan adalah sekitar 32-42%.

Kadar air benih setelah masa penyimpanan (%)

Data sidik ragam persentase kadar air benih setelah masa penyimpanandisajikan pada tabel lampiran 10. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air benih sebelum masa penyimpanan tetapi waktu pengeringan berpengaruh nyata terhadap kadar air benih sebelum masa penyimpanan. Interaksi antara konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 dan waktu pengeringan juga berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air benih sebelum masa penyimpanan. Rataan persentase kadar air benih setelah masa penyimpanan serta hasil uji beda rataan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan kadar air setelah masa penyimpanan (%) Konsentrasi

Larutan Osmotik (% w/v)

Waktu Pengeringan (Jam)

Rataan T0 (0 jam) T1 (4 jam) T2 (8 jam) T3 (12 jam) T4 (16 jam)

P0 (0 (% w/v)) 22,20a 22,67a 17,00a 15,27a 16,67a 18,76a

P1 (15 (% w/v)) 23,93a 19,53a 18,73a 18,73a 16,40a 19,47a

P2 (30 (% w/v)) 23,67a 20,40a 21,13a 16,80a 15,00a 19,40a

P3 (45 (% w/v)) 21,80a 17,67a 17,80a 17,40a 16,20a 18,17a

Rataan 22,90 a 20,07 b 18,67 bc 17,05 cd 16,07 d 18,95 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar

perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Pada tabel 4 menunjukan kadar air tertinggi pada perlakuan waktu pengeringan T0 (0 Jam) sebesar 22,90 % sedangkan terendah diperoleh pada T4 (16 Jam) sebesar 16,07 %. Pada perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000, persentase kadar air tertinggi pada perlakuan P1 (15 % w/v) sebesar 19,47

Hubungan antara kadar air benih setelah masa penyimpanan dengan konsentrasi larutan osmotik dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik terhadap kadar air benih setelah masa penyimpanan.

Justice dan Bass (2002) menyatakan kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya. Dari gambar 7 terlihat bahwa benih mengalami penurunan kadar air selama masa penyimpanan berlangsung. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa benih merupakan suatu benda hidup yang kadar airnya selalu berkeseimbangan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Walaupun secara statistik menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata antara berbagai konsentrasi larutan osmotik PEG, tetapi dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (15 % w/v) lebih baik dalam mempertahankan kandungan air benih selama masa penyimpanan.Pergerakan air dari suatu larutan osmotik kedalam jaringan tanaman akibat adanya perbedaan potensial air dan potensial osmotik dengan jaringan tanaman, membran sel benih bersifat semi permeable, artinya molekul air dapat masuk kedalam sel benih tetapi mencegah masuknya molekul-molekul yang lebih

y = -0,1827x + 19,407 R² = 0,1505 17,50 18,00 18,50 19,00 19,50 20,00 P0 P1 P2 P3 K a da r Air B enih ( % )

besar seperti garam-garam atau bahan-bahanorganik non-penetrasi (Khan, 1992). Molekul-molekul PEG tidak dapat masuk kedalam sel benih sedangkan air dalam PEG dapat masuk kedalam benih. Hal ini terjadi karena PEG memiliki ukuran molekul yang lebih besal dari molekul air. Molekul PEG 6000 terlalu besar untuk dapat masuk dan menembus membrane sel benih, sehingga molekul-molekul tersebut akan membentuk lapisan tipis yang melingkupi benih dan berfungsi sebagai penyangga kandungan air benih.

Hubungan antara kadar air benih setelah masa penyimpanan dengan waktu pengeringan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air benih setelah masa penyimpanan.

Proses utama dalam pengeringan adalah proses penguapan air, proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran

udara pengeringan makin cepat pula proses pengeringan berlangsung

(Rahmawan, 2001). Dari gambar 8 terlihat bahwa semakin lama waktu

pengeringan menyebabkan kadar air benih yang semakin rendah pula bahkan

setelah masa penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

y = -1,6683x + 23,955 R² = 0,9646 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 T0 T1 T2 T3 T4 K a da r Air B enih ( % )

Sulaiman dkk (2010) yaitu semakin lama benih disimpan semakin turun kadar air benih karet karena tingginya laju respirasi yang diduga diikuti oleh adanya penguapan yang tinggi dari dalam benih. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa benih merupakan suatu benda hidup yang kadar airnya selalu berkeseimbangan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Proses keseimbangan ini berjalan otomatis, oleh karena itu perlu diperhatikan dalam melakukan proses pengeringan benih. Pengeringan benih perlu dilakukan agar benih mencapai kadar air tertentu, sehingga aman untuk disimpan dalam kurun waktu tertentu. Dari hasil penelitian ini kadar air benih setelah penyimpanan selama 19 tertinggi pada perlakuan waktu pengeringan T0 (0 Jam) sebesar 22,90 % sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan waktu pengeringan T4 (16 Jam) sebesar 16,07 %. Kadar air kritikal karet 15-20%, viabilitas benih rekalsitran sangat dipengaruhi oleh kadar air benih, sehingga kadar air benih diusahakan tetap tinggi atau diatas batas air kritikal. Penurunan kadar air sampai dibawah kadar air kritikal dapat menyebabkan viabilitas benih

menurun dengan cepat, bahkan dapat menyebabkan kematian benih (Chin dkk, 1981).

Pengujian benih setelah penyimpanan Uji daya kecambah benih (%)

Data sidik ragam daya kecambah benih dalam bak kecambah disajikan pada lampiran 12. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 dan waktu pengeringan berpengaruh nyata terhadap daya kecambah benih. Tetapi interaksi antara konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 dan waktu pengeringan berpengaruh tidak nyata terhadap daya kecambah benih. Rataan daya kecambah benih disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan daya kecambah benih (%) Konsentrasi

Larutan Osmotik (% w/v)

Waktu Pengeringan (Jam)

Rataan T0 (0 jam) T1 (4 jam) T2 (8 jam) T3 (12 jam) T4 (16 jam)

P0 (0 (% w/v)) 74,44a 85,56a 58,89a 38,89a 46,67a 60,89 b

P1 (15 (% w/v)) 87,78a 82,22a 72,22a 74,44a 70,00a 77,33 a

P2 (30 (% w/v)) 86,67a 77,78a 71,11a 61,11a 65,56a 72,44 a

P3 (45 (% w/v)) 72,22a 63,33a 67,78a 54,44a 28,89a 57,33 b

Rataan 80,28 a 77,22 ab 67,50 bc 57,22 cd 52,78 d 67,00 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar

perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Pada tabel 5 menunjukan persentase daya kecambah benih tertinggi pada perlakuan waktu pengeringan yaitu pada T0 (0 Jam) sebesar 80,28 % sedangkan terendah diperoleh pada T4 (16 Jam) sebesar 52,78 %. Pada perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000, persentase daya kecambah benih tertinggi yaitu pada perlakuan P1 (15 % w/v) sebesar 77,33 % yang saling berbeda tidak nyata dengan P2 (30% w/v) sebesar 72,44% sedangkan terendah pada perlakuan P3 (45 % w/v) sebesar 57,33 %.

Hubungan antara daya kecambah benih dengan konsentrasi larutan osmotik dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9.Pengaruh konsentrasi larutan osmotik terhadap daya kecambah benih.

y = -1,5556x + 70,889 R² = 0,0453 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 P0 P1 P2 P3 Da y a K eca m ba h B enih (% )

Berdasarkan tabel 5 dan gambar 9 diatas menunjukkan viabilitas benih tergolong tinggi yang ditunjukkan melalui daya kecambah benih setelah penyimpanan selama 19 hari pada perlakuan konsentrasi PEG 15 % diperoleh 77,33%, hasil ini lebih baik bila dibandingkan dengan penyimpanan secara konvensional dengan serbuk gergaji seperti laporan dari Berita P4TM dalam Balit Sembawa (2009), menyatakan bahwa benih karet yang mendapatkan perlakuan penyimpanan selama 0, 3, 7, 10, dan 14 hari masing-masing memiliki daya

kecambah 85%, 63%, 35%, 30% dan 0%. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Raharjo (1986) melaporkan bahwa benih kakao tanpa testa yang diberi perlakuan

PEG 6000 dengan konsentrasi 30 % dan 40 % mampu mempertahankan daya kecambah benih yang disimpan selama 7 minggu sebesar 75-83%. Dalam hal ini kinerja PEG dapat mengatur imibibisi air dan proses difusi pada benih selama dalam penyimpanan hingga mendekati potensial air pada benih, hal ini didukung dengan pernyataan Rahardjo (1986) bahwaPEG memiliki sifat mempertahankan potensi osmotikum sel yang dapat digunakan untuk membatasi oksigen pada medium perkecambahan atau penyimpanan. Hal ini sangat baik untuk mengurangi proses metabolisme benih, sehingga cadangan makanan pada endosperm benih tidak terkuras, dan pada saat fase perkecambahan benih dapat menghasilkan daya kecambah yang sangat tinggi, cadangan makanan yang ada di dalam endosperm benih sangat penting dipertahankan pada periode penyimpanan agar tidak terjadi kemunduran (deterioration) pada benih. Hasil penelitian Samjaya dkk, (2010) menyatakan bahwa penurunan mutu benih berkorelasi positif dengan lamanya benih karet disimpan karena adanya proses respirasi yang mengakibatkan hampir semua cadangan makanan termasuk protein, lemak, dan karbohidrat berkurang

selama benih disimpan. Pemberian PEG dapat menghindari deteriorasi pada benih.

Hubungan antara daya kecambah benih dengan waktu pengeringan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pengaruh waktu pengeringan terhadap daya kecambah benih.

Tabel 5 dan gambar 10 diatas menunjukkan bahwa daya kecambah benih semakin menurun dengan semakin lamanya waktu pengeringan. Viabilitas benih rekalsitran sangat dipengaruhi oleh kadar air benih, sehingga kadar air benih diusahakan tetap tinggi atau di atas batas air kritikal. Penurunan kadar air sampai dibawah kadar air kritikal dapat menyebabkan viabilitas benih menurun dengan cepat, bahkan dapat menyebabkan kematian benih. Kadar air kritikal karet 15-20 % (Chin dkk,1981). Sedangkan menurut King dan Robert (1980) kerusakan membran yang luas selama pengeringan dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan enzim-enzim hidrolitik selama absorbsi air, sehingga pengeringan yang berlebihan dapat mempercepat penurunan viabilitas benih. Kadar air yang terlalu rendah akan mengakibatkan kerusakan komponen subseluler, yaitu perubahan

y = -7,5x + 89,5 R² = 0,9716 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 T0 T1 T2 T3 T4 Da y a K eca m ba h B enih (% )

struktur enzim, struktur protein dan penurunan integritas membran sel. Pada penelitian Santoso dan Basuki (1981) benih yang dikeringkan diudara terbuka

Dokumen terkait